Anda di halaman 1dari 7

60

BAB IV

PEMBAHASAN

Setelah dilakukan pengkajian pada An. A dengan diare dehidrasi sedang di


ruangan anak RSUP Dr. M. Djamil Padang dari tanggal 17 Oktober 2017, penulis
masih menemukan kesenjangan antara teori yang telah dibahas dan kenyataan
yang ada. Dengan adanya perbedaan antara teori dan kenyataan yang penulis
temukan, bukan berarti semua yang ada tidak mendekati teori sama sekali. Untuk
lebih jelasnya akan penulis uraikan satu persatu sesuai langkah-langkah proses
keperawatan yaitu pengkajian, penegakkan diagnosa, intervensi, implementasi,
dan evaluasi.

A. Pengkajian

Saat dilakukan pengkajian tanggal 17 Oktober 2017 didapatkan data


umur An. A 7 tahun dengan diagnosa medis diare dengan dehidrasi
sedang. Identitas klien diperoleh melalui klien sendiri dan keluarga.
Penulis mendapatkan respon yang baik dari klien dan keluarga, hal ini
tidak terlepas dari pendekatan yang dilakukan terlebih dahulu dengan
komunikasi terapeutik dan rasa empati yang ditunjukkan atas penyakit
yang dialami oleh klien.

Pada kasus An. A didapatkan data yaitu Pada saat dilakukan


pengkajian pada tanggal 17 oktober 2017 jam 13.00 WIB keluarga
mengatakan anaknya muntah > 10x sejak kemaren, BAB encer > 10x
sejak pagi, tidak ada nafsu makan,anak rewel dan mengeluh sakit perut,
mata cekung, turgor kulit lambat kembali, mukosa bibir kering, badan
terasa panas Keadaan Umum : lemah, tingkat kesadaran : composmentis.
GCS : 15 E=4 : V=4 : M=6. Tanda-tanda vital : TD : 110/80 mmHg,
0 C
HR : 120 x/i, RR : 30 x/i, T : 38 BB sebelum sakit : 17 Kg, BB
sekarang:15 Kg, TB : 105 cm.
61

Berdasarkan teori dijelaskan bahwa riwayat kesehatan sekarang pada


klien dengan diare dehidrasi sedang yaitu biasanya anak buang air besar
lebih dari 3 kali sehari, tinja dengan konsistensi cair/encer dengan atau
tidak disertai lendir dan darah, kemudian nafsu makan menurun, suhu
badan meningkat, volume diuresis menurundan gejala penurunan
kesadaran (Abdurrahman, 2009). Menurut penulis didapatkan data antara
teori dan fakta tidak jauh berbeda, yaitu biasanya anak buang air besar
lebih dari 3 kali sehari, nafsu makan menurun, BAB encer/cair, mukosa
bibir kering dan turgor kulit jelek.

Pada kasus An. A keluarga mengatakan An. A tidak pernah


menderita penyakit diare sebelumnya, dan baru pertama kali dirawat di
rumah sakit. Berdasarkan teori dijelaskan bahwa pada klien dengan
penyakit diare mempunyai riwayat kesehatan dahulunya yaitu biasanya
anak pernah menderita penyakit saluran pencernaan yang bersifat akut
maupun kronis, adanya menderita gastroenteritis dan infeksi lainnya.
Menurut penulis didapatkan data antara teori dan fakta berbeda, yaitu
pada kasus An. A tidak memiliki riwayat penyakit saluran pencernaan
yang bersifat akut maupun kronis, dan tidak adanya menderita
gastroenteritis dan infeksi lainnya

Pada kasus An. A didapatkan data riwayat kesehatan keluarga tidak


ada anggota keluarga yang menderita penyakit diare atau penyakit
keturunan lainnya. Berdasarkan teori riwayat kesehatan keluarga
didapatkan data yaitu biasanya terdapat salah satu anggota keluarga yang
menderita diare, atau tetangga yang berhubungan yang dapat menyebar
atau menularkannya. Menurut penulis didapatkan data antara teori dan
fakta berbeda, yaitu : pada kasus tidak adanya anggota keluarga yang
memiliki penyakit diare dan penyakit keturunan lainnya.

Dari data pemeriksaan fisik yang ditemukan sebagian gejala ada


yang terdapat pada teori dan sebagian lainnya tidak ditemukan. Dalam
pemeriksaan fisik pada klien, penulis menggunakan metode Head To Toe
sesuai dengan teori. Karena dari pemeriksaan tersebut kita lebih
62

menguasai dan banyak mendapatkan data yang bisa ditetapkan dalam


menunjang tanda dan gejala pada penyakit yang diderita klien.

Pada kasus An. A ditemukan rambut warna hitam, pertumbuhan


rambut tidak merata, tidak ada ketombe, tidak ada lesi, dan tidak ada
benjolan, ubun-ubun tampak sedikit cekung, kulit kepala kering. Pada teori
dijelaskan bahwa pemeriksaan fisik pada kepala yaitu Biasanya anak
dengan diare ubun-ubun besar cekung , kulit kepala kering, penyebaran
rambut tidak rata, rambut mudah rontok atau kering(Suriadi & Yulianni
(2010). Menurut opini penulis didapatkan data antara teori dan fakta sama,
yaitu pada kasus An. Ditemukan kepala tampak sedikit cekung dan kulit
kepala kering.

Pada kasus An. A ditemukan simetris kiri dan kanan, konjungtiva


anemis, mata tampak sedikit cekung, skelera tidak ikterik. Pada teori
dijelaskan bahwa pemeriksaan fisik pada mata yaitu biasanya tekanan bola
mata dapat menurun, konjungtiva anemis, reflek mata dan pupil terhadap
cahaya ada, isokor, dan mata cekung serta sayu karena kurang tidur dan
istirahat. Pada keadaan diare lebih lanjut atau syok reflek pupil negatif
(Suriadi & Yulianni (2010). Menurut opini penulis didapatkan data antara
teori dan fakta sama, yaitu : pada kasus An. A mata tampak cekung,
konjungtiva anemis, sklera tidak ikterik.

Pada kasus An. A ditemukan mukosa bibir kering dan pecah-


pecah, bibir kering, tidak ada sianosis, lidah tampak kotor/memutih, ada
perdarahan pada gusi, gigi lengkap dan tidak ada berlubang. Pada teori
dijelaskan bahwa pemeriksaan fisik pada mulut/bibir yaitu biasanya anak
dengan diare mukosa bibirnya terlihat kering (Suriadi & Yulianni
(2010Menurut penulis didapatkan data antara teori dan fakta sama, yaitu :
pada kasus An. A bibir kering, lidah tampak kotor/memutih, ada
perdarahan pada gusi.

Pada kasus An. A ditemukan dada simetris kiri dan kanan, tidak
ada tarikan dinding dada, pernafasan teratur, pada palpasi tidak di temukan
63

pembesaran, fremitus sama kiri dan kanan, sonor, vesikuler dan tidak ada
suara nafass tambahan. Pada teori dijelaskan bahwa pemeriksaan fisik
pada dada didapati biasanya bentuk dada normochest, simetris kiri-kanan,
adanya penggunaan otot bantu pernafassan, biasanya fremitus kiri dan
kanan sama, dan tidak ada nyeri tekan, biasanya sonor, biasanya vesikuler,
wheezing (-), ronchi (-), biasanya adanya penyakit penyerta seperti
broncopneumonia (Suriadi & Yulianni (2010). Menurut opini penulis
didapatkan data antara teori dan fakta sama, yaitu pada kasus An. A dada
simetris kiri kanan, sonor, vesikuler dan tidak ada suara nafas tambahan.

Pada kasus An. A ditemukan Akral hangat, tidak ada sianosis,


IVFD terpasang pada tangan sebelah kiri IVFD WIDAL D5 30tts / menit
(makro), kekuatan otot 5/5. Pada teori dijelaskan bahwa ekstermitas
didapati biasanya anak dengan diare ekstremitasnya akan mengalami
kelemahan, aktivitas menurun, serta terjadi penurunan kekuatan dan tonus
otot, reflek patologis (-), reflek fisiologis (+) (Suriadi & Yulianni (2010).
Menurut penulis didapatkan data antara teori dan fakta sama, yaitu : pada
kasus An. A kekuatan otot 5/5, akral hangat dan ada sianosis.

B. Diagnosa Keperawatan
Dari 5 diagnosa keperawatan yang disajikan dalam tinjauan teoritis,
penulis hanya dapat menegakkan 3 diagnosa keperawatan, yaitu :
1) Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan volume
aktif.
Kekurangan volume cairan terjadi karena dipengaruhi oleh faktor
makanan yang kurang bersih, merusak vili usus dan mensekresikan
Na + air dari mukosa usus ke lumen usus, lalu adanya peningkatan
sekresi air dan elektrolit usus sehingga menyebabkan terjadinya diare,
timbulah kehilangan cairan dan elektrolit membuat suplai cairan dan
elektrolit tubuh terganggu sehingga menyebabkan kekurangan volume
cairan pada An. A .
Diagnosa ini dapat diangkat karena adanya data-data yang
menunjang yaitu ibu klien mengatakan anak diare sejak satu hari yang
64

lalu, ibu klien mengatakan BAB anak encer/cair, tidak berampas,


berwarna kuning, dan baunya asam, ibu klien mengatakan anaknya
sebelum masuk rumah sakit anaknya BAB sebanyak 4 kali, Output :
150ml/hari muntah 200 ml/ hari BAK + 500 ml/hari BAB + 180
ml/hari IWL = 1030 ml/hari.

2) Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan


intake tidak adekuat.
Terjadi karena adanya faktor makanan yang kurang bersih,
sehingga bakteri masuk kedalam saluran cerna dan merusak saluran
cerna membuat klien menjadi anoreksia, munculah mual dan muntah
sehingga terjadi perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh pada
An. A.
Diagnosa ini dapat diangkat karena adanya data-data yang
menunjang yaitu ibu mengatakan nafsu makan anaknya menurun,
anak mual ketika makanan dimasukkan ke mulut, ibu klien
mengatakan klien hanya menghabiskan 3 sedok makanan dan susu
yang diberikan cuman habis setengah gelas saja, ibu mengatakan
anaknya sangat sulit untuk diuruh makan selama dirawat. Porsi
makanan yang diberikan nampak tidak dihabiskan anak. Klien
nampak hanya makan 3 sendok makan dan terkadang dipaksa agar
mau dimakan, BB anak turun dari 13 kg menjadi 11,5.

C. Intervensi Keperawatan
Intervensi keperawatan adalah tindakan yang dirancang untuk
membantu klien dalam beralih dari tingkat kesehatan saat ini ke tingkat
yang diinginkan dalam hasil yang diharapkan. Sehingga dengan
tersusunnya intervensi keperawatan dengan baik, perawat dapat
memberikan asuhan keperawatan yang maksimal pada klien dengan
penyakit tertentu seperti diare.
Pada teori, telah ditulis intervensi keperawatan pada masing-
masing diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada klien dengan
65

penyakit diare. Sehingga dalam mengaplikasikan langsung kepada An. A


Penulis tidak menemukan perbedaan dalam intervensi keperawatan
tersebut, karena intervensi yang diterapkan telah sesuai dengan
pembahasan teori ini.

D. Implementasi Keperawatan
Dalam melaksanakan tindakan keperawatan pada klien dengan
penyakit diare di ruangan anak RSUP Dr. M. Djamil Padang, penulis
tidak mengalami masalah atau hambatan dalam hal pelaksanaannya,
karena tindakan yang diberikan pada ruangan tersebut sebelumnya telah
mendekati teori yang ada. Sehingga penulis dapat menyesuaikan
tindakannya dengan teori yang telah ada. Serta dengan alat-alat medis
yang menunjang tindakan keperawatan yang maksimal, maka penulis
dapat menerapkan asuhan keperawatan pada klien dengan diare ini.
1. Diare berhubungan dengan infeksi, makanan.
Untuk diagnosa keperawatan diatas, penulis sudah melakukan semua
rencana tindakan keperawatan yang telah disusun sebelumnya.
Sehingga didalam penerapan implementasi yang berlandaskan pada
intervensi keperawatan dapat dilakukan secara keseluruhan. Dari 9
intervensi keperawatan, penulis dapat melakukan implementasi
dengan 9 intervensi tersebut.
2. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan volume
aktif.
Untuk diagnosa keperawatan diatas, penulis sudah melakukan semua
rencana tindakan keperawatan yang telah disusun sebelumnya.
Sehingga didalam penerapan implementasi yang berlandaskan pada
intervensi keperawatan dapat dilakukan secara keseluruhan.
3. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
intake tidak adekuat.
Untuk diagnosa keperawatan diatas, penulis sudah melakukan semua
rencana tindakan keperawatan yang telah disusun sebelumnya.
Sehingga didalam penerapan implementasi yang berlandaskan pada
66

intervensi keperawatan dapat dilakukan secara keseluruhan.


E. Evaluasi Keperawatan
Berdasarkan penilaian yang dilakukan, pada dasarnya semua tujuan
dapat dicapai. Hal ini didukung dengan adanya kerja sama penulis dengan
klien, keluarga, perawat dan tim kesehatan lainnya, serta adanya
partisipasi keluarga yang cukup besar dalam pencapaian tujuan yang telah
ditetapkan. Keberhasilan tujuan ini juga tidak lepas dari peralatan yang
cukup baik untuk menunjang pelaksanaan rencana tindakan keperawatan.

Anda mungkin juga menyukai