Anda di halaman 1dari 6

TUGAS KAJIAN KURIKULUM SMK

RANGKUMAN BAB IV
“ANALISIS MAKRO UNTUK PERENCANAAN KURIKULUM PENDIDIKAN
TEKNOLOGI DAN KEJURUAN”

Dosen Pembimbing :
Drs. Djoko Suwito, M.Pd.

Oleh :
Dimas Ruri Assiddiqi
17050524001

PENDIDIKAN TEKNIK MESIN


TEKNIK MESIN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA
2019
ANALISIS MAKRO UNTUK PERENCANAAN KURIKULUM PENDIDIKAN
TEKNOLOGI DAN KEJURUAN
Kesepakatan para ahli pengembangan kurikulum pendidikan teknologi dan kejuruan
bahwa dalam proses perencanaan harus ada usaha konkrit untuk menggunakan informasi dari
lapangan dan dunia kerja untuk menjami relevansi/kecocokan kurikulum yang di hasilkan,
namun dalam kenyataan operasionalisasinya tidak sesederhana yang dikirakan. Untuk itu
dalam bab ini akan dikemukakana beberapa prinsip pemanfaatan informasi dunia kerja untuk
perencanaan kurikulum di berbagai tingkat dengan disertai beberapa contoh ilustrasi data.
Pertanyaan perencanaan yang berhubungan dengan proses pengembangan kurikulum
kebanyakan tidak jauh dari empat butir pertanyaan daro model dasar pengembangan
kurikulum oleh Tyler. Model evaluasi kesenjangan antara keadaan yang ada dengan keadaan
yang di harapkan ini dalam tingkat makro sekaligus akan memberi jawaban untuk pertanyaan
tentang dukungan konteks untuk pengadaan program, misi yang harus dibawakan oleh
program, serta tujuan umum program yang akan direncanakan.
Dengan demikian siklus perencanaan yang di yang kembangkan dengan didasarkan
pada pertaanyaan tentang kesenjangan yang ada, cara menjembatani kesenjangan tersebut,
cara mengorganisasikan, dan cara mengevaluasiya, sebenarnya merupakan suatu kerangka
pemikiran komphrensif/kompleks yang dapat dipakai untuk perencanaan program ataupun
langkah pengembangan. Sebaliknya pengumpulan informasi dilapangan yang tidak diarahkan
oleh kebutuhan pertanyaan dan langkah langkah perencanaan seperti diuraikan di atas akan
memboroskan waktu, tenaga, dan biaya .
DESKRIPSI KONTEKS DAN KEBUTUHAN UNTUK PROGRAM
Dalam usaha memebri justifikasi untuk pengadaan program pendidikan teknologi dan
kejuruan yang baru,maka harus dapat diperoleh informasi lapangan yang jelas tentang kondisi
ekonomi,sosial demografis dari masyarkat luas lengkap dengan kesempatan kerja dan kondisi
dunia pendidikannya. Dalam arti inti adalah informasi yang diperlukan untuk menjadi sebab
program baru dibutuhkan.
Termasuk dalam kategori ini
1. Konteks lapangan kerja
2. Kebutuhan tenaga kerja
3. Keadaan angkatan kerja
4. Ketersediaan Program
1. Konteks Lapangan Kerja
Langkah pertama dalam menentukan konteks ini adalah dengan mengetahui
kondisi/deskripsi yang melingkupi program yang akan diselenggarakan tersebut. Caranya
dengan mendapatkan informasi dari aspek ekonomi,sosial,demografis dan politis. Disamping
kondisi obyektif/nyata (tanpa dipengaruhi siapapun) kesempatan kerja yang ada.
Informasi tersebut dapat dijadikan sebagai justifikasi/janji yang nyata bahwa program
tersebut sangat di butuhkan.
Adapun informasi tambahan
1. karakterisitik umum masyarakat (Kota/desa,pantai,daerah pertambangan,industri,pertanian)
2. Karakterisitik populasi (Tingkat pertumbuhan,pendapatan,tistribusi umur dan sex, tingkat
pengangguran, dan jumlah pekerjaan )
3. Dunia usaha ( Jenis dan jumlah industri,prospek pekrjaan, angka pertunbuhan
distribusinya antar tahun)
Informasi di atas dapat didapat dari data sensus, ataupun dinas setempat.dengan
adanya keharusan mendapatkan informasi seperti itu maka haruslah dijalin kerjasama yang
erat agar tercipta kurikulum yang sangat relevansi.
2. Kebutuhan Tenaga kerja
Dalam konteks ini informasi yang harus dicari adalah jumlah pengusaha di masing
masing sektor industri, daya serap, dan gambaran yang dibutuhkan sesuai dunia kerja.
Sebagai contoh dalam sebuah kota berkembang 5-10 tahun kedepan di butuhkan sekretaris,
bengkel mobil dengan karyawan yang banyak, teknisi listrik yang mencukupi dan
sebagaianya.
3. Keadaan angkatan Kerja
Yang dimaksud disini adalah kondisi obyektif/nyata dari jumlah tingkat kualifikasi
angkatan kerja di berbagai sektor kerjaan.contoh jika diketahui di indonesia sebagian besar
angkatan kerjanya adalh SD maka dengan program baru dari prndidikan teknologi dan
kejuruan mampu meningkatkan keterampilan dan kualitas yang mempengaruhi produktivitas
secara nasional
4. Kapasitas Sistem pendidikan
Apabila dari informasi yang diuraikan terdahulu sudah diperoleh gambaran
kesenjangan yang ada dan didapat kebutuhan yang akan menjembataninya. Langkah
selanjutnya mengumpulkan informasi tentang kapasitas sistem pendidikan yang ada
kaitannya dengan usaha mengatasi masalah tersebut. Jika sudah banya program yang tersedia
dan dengan sedikit penyesuian dapat dipakai sebagai jembatan mengatasi kesenjangan
tersebut. Maka tidak diperlukan lagi pembukaan program yang baru.
RUMUSAN MISI PENDIDIKAN TEKNOLOGI DAN KEJURUAN
Setelah deskripsi tentang konteks dan kebutuhan maka langkah selanjutnya proses
perencanaan program di tingkat makro ialah mencari rumusan tentang misi yang harus di
bawa oleh pendidikan teknologi dan kejuruan .untuk dapat merumuskan misi secara
komunikatif dan fungsional ,harus dipenuhi beberapa komponen yang terdiri dari;
1. maksut dan tujuan pendidikan kejuruan baik ditinjau dari segi pendidikan maupun
perannya terhadap dunia kerja secara umum
2. target atau sasaran populasi yang di kembangkan potensinya melalui program
yang di rencanakan, termasuk adanya prioritas jika memang di kamsut demikian .
3. pernyataan tentang maksud kegiatan instruksional yang akan di sajikan melalui
program pendidikan kejuruan yang direncanakan tersebut
pendidikan teknologi dan kejuruan harus didasarkan keseimbangan antara kebutuhan
individual anak didik dan kebutuhan calon pemakai, dalam hal ini pasar kerja.
KEBUTUHAN DAN TUJUAN PENGEBANGAN PROGRAM
Data tentang kebutuhan pengembangan dan tujuan pengembangan program adalah
perwujudan dari terlaksananya misi atau maksud dari teknologi kejuruan.kebutuhan program
ini berkembang (growth needs), kualitas (quality needs), dan pendukung (support needs).data
atau informasi dari lapang kerja dan pengalaman kerja dari lulusan yang dapat dijadikan
untuk keperluan merumuskan kebutuhan perkembangan dan kualitas program.
Perkembangan program dapat dilihat dari kecenderungan minat anak didik ,
penempatan lulusan (follow-up student) dan data tentang kebutuhan danketersediaan tenaga
kerja. Kecenderungan minat anak didik menetukan apakah suatu program perlu dihentikan,
dipertahanyakn, dikembangkan lebih lanjut
Demikian puta tentang penempatan lulusan dapat memberi indikasi yang sangat
bermanfaat bagi pengelola progtam. Pekerjaan yang dapata menyerap lulusa program
pendidikan kejuruan dengan mudah memberi indikasi bahwa kebutuhan tenaga dalam bidang
tersebut besar.
Sebenarnya data yang didapat dari studi pelacakan (follow-up student) lebih memberi
ketrandalan data yang di perlukan untuk rencana jangka panjang. Dikarnakan data mencakup
kesetabilan pekerjaan tertentu, kemantapan lulusan dalam bidang yang sesuai pendidikannya ,
serta mobilitas kerja baik, serta imbalan keja ekonomis.indikator tentang kebutuhan
perkembangan kualitas ini dapat dijabarkan dari informasi kepuasan anak didik dan kepuasan
pemakai lulusan tenteang hasil pendidikan.
TUJUAN PENGEMBANGAN PROGRAM
Tujuan oprasional inilah yang nanti ahirnya berfungsi sebagai pedoman dalam
menentukan startegi,isi dan tujuan ahir program.secara garis besar dibedakan menjadi dua
aspek ,yaitu aspek sasaran yang menyangkut proses dan sasaran yang menyangkut hasil.
KRITERIA HASIL DAN MANFAAT PENDIDIKAN KEJURUAN
Hasil dan manfaat program sebagai indikator tercapai tujuan akhir program
tersebut.hasil dapat dirumuskan sebagai efek langsungnampak dalam jangka pendek, manfaat
dilain pihak adalah indikator yang lebih bersifat jangka panjang dan tidak dapat
diukurlangsunh.
Informs yang kemungkinan membantu adalah data tentang kualitas program
pendidikan , karakteristik anak didik, tingkat kemampuanan akademis, tingkat pengangguran,
supply tenaga kerja, kebutuhan tenaga kerja untuk ketrampilan tertenu.
ORGANISASI DAN KOORDINASI ANTAR LEMBAGA
Di tingkat makro,harus ada kesadaran akan pentingnya melibatkan pihak-pihak lain
yang erat hubungannya dengan ketersediaan data tersebut.pentingnya perencanaan dan
pengembangan kurikulum berdasarkan data atau data-based curriculum planning dalam
pendidikan teknologi dan kejuruan sudah merupakan hal yang tidak bias disangkal lagi.di
tingkat makro kebanyakan proses perencanaan berkisar pada pengambilan keputusan yang
menyangkut aspek kebijakan (policy)
Pertanyaan dan Jawaban
1. Mengapa kondisi pendidikan indonesia saat ini masih juga belum bisa menjadi yang
terbiak ketimbang negara lain?
2. Di setiap negara, khususnya negara-negara berkembang seperti Indonesia, pengangguran
masih menjadi masalah yang serius. Bahkan tercatat menurut Bappenas tingkat
pengangguran didominasi oleh kaum muda selepas mereka menyelesaikan studinya.
Dengan melihat kasus di atas, coba saudara analisis, apakah penyebab dari
pengangguran, kajilah melalui perspektif ekonomi, dan bagaimanakah seharusnya peran
pendidikan dalam mengurangi fenomena “pengangguran terdidik”?
3. Metode pembelajaran di Indonesia, lebih mengedepankan sisi teoritis (text book)
dibandingkan sisi aplikatif. Alhasil, para siswa lebih sering menghafal materi, tanpa
berusaha diajarkan dengan kondisi riil yang ada di lapangan. Menurut saudara,
bagaimanakah metode pembelajaran yang yang seharusnya sehingga mampu
memberikan pemahaman yang komprehensif kepada siswanya?
4. Salah satu komponen proses yang paling mendasar dalam sistem pendidikan ialah
kurikulum, sebagai serangkaian materi yang harus dikuasai siswa pada masa
pendidikannya. Terkait kurikulum pada masa reformasi, apakah terdapat perbedaan
mendasar dengan kurikulum pada masa orde lama?
5. Mengapa masih ada lulusan SMK yang sulit dalam mencari pekerjaan yang layak,
apakah pembuatan program kejuruan tidak sesuai dengan kondisi dunia kerja yang
dituju?
JAWAB
1. Karena dalam merumuskan kurikulum pendidikan teknologi dan kejuruan bersifat
Makro perlu adanya data yang banyak sekali karena ini bersifat nasional oleh
karenanya semakin banyak data yang masuk maka ada kecendrungan tingkat
ketelitian dan kereliabilitas data yang akan diperoleh semakin menurun.
2. Menurut kajian saya, hal ini terjadi dikarenakan jumlah lapangan pekerjaan yang
tersedia dibandingkan dengan jumlah lulusan setiap tahunnya tidaklah sebanding,
menurut data dari badan pusat statistik sampai bulan Februari 2015, jumlah sarjana di
Indonesia yang menganggur menyentuh angka ±400 ribu sarjana. Hal ini sudah pasti
menurunkan kepercayaan masyarakat akan tingkat kualitas sarjana yang terus
dikeluarkan setiap tahunnya, serta menimbulkan pola pikir bahwasanya untuk apa
bersekolah/ menuntut ilmu sampai 4-5 tahun lamanya jikalau ketika lulus belum dapat
bekerja atau mencari nafkah. Ketika dikaji menurut aspek psikologis sang sarjana
sendiri sudah pasti akan menimbulkan tekanan batin yang mendalam ketika sang
sarjana dipertanyakan kredibilitasnya sebagai sarjana. Ketika dikaji menurut bidang
ekonomi secara luas, jumlah sarjana yang terus dikeluarkan dan menganggur lama
kelamaan akan menyebabkan penumpukan jumlah pengangguran di Indonesia, yang
secara otomatis hal ini akan menganggu kestabilan ekonomi Indonesia itu sendiri dan
menimbulkan tindakan-tindakan kriminal yang tidak diinginkan sehingga
menyebabkan ancaman keamanan nasional
3. ermasalahan teori belajar text book sebenarnya sudah menjadi kebiasaan umum
masyarakat Indonesia. Peserta didik dibiasakan untuk terus menghafal sudah menjadi
strategi pengajaran yang dilakukan oleh tenaga pengajar. Alasan keabsahan dan
ketepatan jawaban selalu menjadi senjata utama staf pengajar apabila dipertanyakan
permasalahan ini oleh peserta didik itu sendiri. Sistem peninggalan pendidikan
pondok pesantren berpuluh-puluh tahun ini dirasa sudah cukup kuno dan tidak sesuai
dengan kebutuhan pendidikan Indonesia (http://aktivasiotakkanan.net/dahsyatnya-
sistem-pendidikan-di-pesantren/) .Ketika sistem ini terus diterapkan,akan
menyebabkan pendeknya rentang waktu pemahaman peserta didik akan suatu materi,
peserta didik hanya menghafal tanpa adanya catatan cenderung hanya mengingat 30
detik- 1 jam saja. Sudah pasti akan menimbulkan opini bahwa anak tersebut terlihat
bodoh dan tidak mengerti apa apa.
4. Permasalahan teori belajar text book sebenarnya sudah menjadi kebiasaan umum
masyarakat Indonesia. Peserta didik dibiasakan untuk terus menghafal sudah menjadi
strategi pengajaran yang dilakukan oleh tenaga pengajar. Alasan keabsahan dan
ketepatan jawaban selalu menjadi senjata utama staf pengajar apabila dipertanyakan
permasalahan ini oleh peserta didik itu sendiri. Sistem peninggalan pendidikan
pondok pesantren berpuluh-puluh tahun ini dirasa sudah cukup kuno dan tidak sesuai
dengan kebutuhan pendidikan Indonesia (http://aktivasiotakkanan.net/dahsyatnya-
sistem-pendidikan-di-pesantren/) .Ketika sistem ini terus diterapkan,akan
menyebabkan pendeknya rentang waktu pemahaman peserta didik akan suatu materi,
peserta didik hanya menghafal tanpa adanya catatan cenderung hanya mengingat 30
detik- 1 jam saja. Sudah pasti akan menimbulkan opini bahwa anak tersebut terlihat
bodoh dan tidak mengerti apa apa.
5. Kesalahan dalam menuliskan kurikulum dan tidak sesuainya pembukaan prodi ynag
baru dengan lapangan kerja yang minim

Anda mungkin juga menyukai