Anda di halaman 1dari 21

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Stres

2.1.1 Defenisi

Stres adalah pengaruh yang ditimbulkan secara paksa terhadap suatu

tekanan fisiologis atau psikologis yang disebabkan oleh rangsangan

merugikan, fisik, mental atau emosi, internal atau eksternal, yang cenderung

mengganggu fungsi organism dan keinginan alamiah organism tersebut untuk

menghindar .7

Menurut American Institute of Stress (2010), tidak ada definisi yang pasti

untuk stres karena setiap individu akan memiliki reaksi yang berbeda

terhadap stres yang sama. Stres bagi seorang individu belum tentu stres bagi

individu yang lain.8

2.1.2. Tahap-Tahap Stres

Stres adalah respon tubuh yang bersifat non-spesifik terhadap setiap

tuntutan beban di atasnya. Selye memformulasikan konsepnya dalam

General Adaptation Syndrome (GAS). GAS ini berfungsi sebagai respon

otomatis, respon fisik, dan respon emosi pada seorang individu. Selye

mengemukakan bahwa tubuh kita bereaksi sama terhadap berbagai stresor

yang tidak menyenangkan, baik sumber stres berupa serangan bakteri

mikroskopi, penyakit karena organisme, perceraian ataupun kebanjiran.

Model GASmenyatakan bahwa dalam keadaan stres, tubuh kita seperti jam
(5)
dengan system alarm yang tidak berhenti sampai tenaganya habis. Respon

(5)
GAS ini dibagi dalamtiga fase, yaitu :

a. Reaksi waspada (alarm reaction stage)

Adalah persepsi terhadap stresor yang muncul secara tiba-tiba akan

munculnya reaksi waspada. Reaksi ini menggerakkan tubuh untuk

mempertahankan diri. Diawali oleh otak dan diatur oleh sistem endokrin dan

cabang simpatis darisistem saraf autonom. Reaksi ini disebut juga reaksi

berjuang atau melarikan diri (fight-or-flight reaction).

b. Reaksi Resistensi (resistance stage)

Adalah tahap di mana tubuh berusaha untuk bertahan

menghadapi stres yang berkepanjangan dan menjaga sumber-sumber

kekuatan (membentuk tenaga baru dan memperbaiki kerusakan). Merupakan

tahap adaptasi dimana sistem endokrin dan system simpatis tetap

mengeluarkan hormon-hormon stres tetapi tidak setinggi pada saat reaksi

waspada.

c. Reaksi Kelelahan (exhaustion stage)

Adalah fase penurunan resistensi, meningkatnya aktivitas para

simpatis dan kemungkinan deteriorasi fisik. Yaitu apabila stressor tetap

berlanjut atau terjadi stressor baru yang dapat memperburuk keadaan. Tahap

kelelahan ditandai dengan dominasi cabang parasimpatis dari ANS.


Sebagai akibatnya, detak jantung dan kecepatan nafas menurun. Apabila

sumber stres menetap, kita dapat menngalami ”penyalit adaptasi”

(diseaseofadaptation), penyakit yang rentangnya panjang, mulai dari reaksi

alergi sampai penyakit jantung, bahkan sampai kematian.

2.1.3 Klasifikasi

Menurut Rice, berdasarkan etiologinya stres dapat diklasifikasikan sebagai

berikut :9

a. Stres kepribadian (personality press)

Stres kepribadian adalah stres yang dipicu oleh masalah dari dalam diri

seseorang. Berhubungan dengan cara pandang pada masalah dan

kepercayaan atas dirinya. Orang yang selalubersikap positif akan memiliki

resiko yang kecil terkena stres kepribadian.9

b. Stres psikososial (psychosocial stress)

Stres psikososial adalah stres yang dipicu oleh hubungan dengan orang

lain di sekitarnya ataupun akibat situasi sosialnya. Contohnya stres ketika

mengadaptasi lingkungan baru, masalah keluarga, stres macet di jalan raya

dan lain-lain.9

c. Stres bio-ekologi (bio-ecological stress)

Stres bio-ekologi adalah stres yang dipicu oleh dua hal. Hal yang pertama

adalah ekologi atau lingkungan seperti polusi serta cuaca. Sedangkan hal

yang kedua adalah kondisi biologis seperti menstruasi, demam, asma,

jerawat dan lain-lain.9

d. Stres pekerjaan (job stress)


Stres pekerjaan adalah stres yang dipicu oleh pekerjaan seseorang.

Persaingan di kantor, tekanan pekerjaan, terlalu banyak kerjaan, target

yang terlalu tinggi, usaha yang diberikan tidak berhasil, persaingan bisnis

adalah beberapa hal umum yang dapat memicu munculnya stres akibat

karir pekerjaan.9

e. Stres mahasiswa (college student stress).

Stres mahasiswa itu dipicu oleh dunia perkuliahan. Sewaktu perkuliahan

terdapat tiga kelompok stresor yaitu stresor dari segi personal dan sosial,

gaya hidup dan budaya serta stresor yang dicetuskan oleh faktor akademis

kuliah itu sendiri.17

2.1.4 Penyebab Stres

Penyebab stres (stresor) adalah segala hal yang dapat menjadi pemicu

seorang individu merasa tertekan. Penilaian individu terhadap stresor dapat

mempengaruhi individu untuk melakukan tindakan terhadap stresor yang

dapat membuat stres.10

Stres dapat terjadi karena tidak seimbangnya kebutuhan dasar manusia

yang akan berdampak pada perubahan fungsi fisiologis, kognitif, emosi, dan

perilaku.10

Sumber stres dapat berasal dari dalam dan luar tubuh. Stres terjadi apabila

stresor tersebut dirasakan dan dipersepsikan sebagai ancaman sehingga

menimbulkan kecemasan yang merupakan awal dari gangguan kesehatan

fisik dan psikologis. Beberapa jenis stresor adalah sebagai berikut:10

1. Stresor biologik
Stresor biologik dapat berupa bakteri, virus, hewan, binatang, tumbuhan, dan

berbagai macam makhluk hidup yang dapat mempengaruhi kesehatan.

Tumbuhnya jerawat, demam, dan digigit binatang dapat dipersepsikan

menjadi stresor dan mengancam konsep diri individu.10

2. Stresor fisik

Stresor fisik dapat berupa perubahan iklim, suhu, cuaca, geografi, dan alam.

Demografi, jumlah anggota dalam keluarga, asupan nutrisi, radiasi,

kepadatan penduduk, dan kebisingan juga dapat menjadi stressor.10

3. Stresor kimia

Stresor kimia dapat berasal dari dalam tubuh dan luar tubuh. Contoh stresor

yang berasal dari dalam tubuh adalah serum darah dan glukosa sedangkan

stresor yang berasal dari luar tubuh misalnya obat-obatan , alkohol, nikotin,

kafein, polusi udara, gas beracun, insektisida,pencemaran lingkungan, bahan-

bahan kosmetika, bahan pengawet, pewarna, dan lain-lain.11

4. Stresor sosial dan psikologik

Stresor sosial dan psikologik berasal dari pemikiran individu misalnya: rasa

tidak puas terhadap diri sendiri, kekejaman, rendah diri, emosi yang negatif,

dan kehamilan.11

5. Stresor spiritual

Stresor spiritual yaitu adanya persepsi negatif terhadap nilai-nilai ke-

Tuhanan.11

Penyebab stres yang terjadi pada mahasiswa selama menjalani proses

perkuliahan adalah tuntutan akademik, penilaian sosial, manajemen waktu,


persepsi individu terhadap waktu penyelesaian tugas, kondisi ujian, kondisi

perbedaan bahasa yang digunakan, dan biaya perkuliahan.11

2.1.5 Gejala stress

Teori Terry Beehr dan Newman membagi gejala stress menjadi tiga aspek

yaitu gejala psikologis, gejala fisik, dan perilaku.

a. Gejala psikologis terdiri dari:12

1) Kecemasan, ketegangan

2) Bingung, marah, sensitif

3) Memendam perasaan

4) Komunikasi tidak efektif, menurunnya fungsi intelektual

5) Mengurung diri, ketidak puasan kerja

6) Depresi, kebosanan, lelah mental

7) Merasa terasing dan mengasingkan diri, kehilangan daya konsentrasi

8) Kehilangan spontanitas dan kreativitas

9) Kehilangan semangat hidup, menurunnya harga diri dan rasa percaya

diri

b. Gejala fisik terdiri dari:12

1) Meningkatnya detak jantung dan tekanan darah

2) Meningkatnya sekresi adrenalin dan non adrenalin

3) Gangguan gastrointestinal, misalnya gangguan lambung

4) Mudah terluka, kematian, gangguan kardiovaskuler

5) Mudah lelah secara fisik, gangguan pernafasan

6) Lebih sering berkeringat, gangguan pada kulit


7) Kepala pusing, migraine, kanker

8) Ketegangan otot, problema tidur

c. Gejala perilaku :12

1) Menunda atau menghindari pekerjaan atau tugas

2) Penurunan prestasi dan produktivitas

3) Meningkatna penggunaan minuman keras dan mabuk

4) Perilaku sabotase

5) Meningkatnya frekuensi absensi

6) Perilaku makan yang tidak normal

7) Kehilangan nafsu makan dan penurunan drastic berat badan

8) Kecenderungan perilaku yang beresiko tinggi seperti ngebut, berjudi

9) Meningkatnya agresivitas dan kriminalitas

10) Penurunan kualitas hubungan interpersonal dengan keluarga dan teman

11) Kecenderungan bunuh diri

2.1.6 Tingkat stress

Stres dapat dibagi menjadi beberapa tingkatan yaitu:

a. Stres ringan

Stres ringan adalah stres yang tidak merusak aspek fisiologis dari

seseorang. Stres ringan umumnya dirasakan dan dihadapi oleh setiap

orang secara teratur seperti lupa, kebanyakan tidur, kemacetan,

dikritik. Situasi seperti ini biasanya berakhir dalam beberapa menit

atau beberapa jam dan biasanya tidak akan menimbulkan penyakit

kecuali jika dihadapi terus menerus.18


b. Stres sedang

Stres sedang adalah stres yang terjadi lebih lama dari beberapa jam

sampai beberapa hari seperti pada waktu perselisihan, kesepakatan

yang belum selesai, sebab kerja yang berlebih, mengharapkan

pekerjaan baru, permasalahan keluarga. Situasi seperti ini dapat

berpengaruh padakondisi kesehatan seseorang.18

c. Stres berat

Stres berat merupakan stres kronis yang terjadi beberapa minggu

sampai beberapa tahun yang disebabkan oleh beberapa faktor seperti

hubungan suami istri yang tidak harmonis, kesulitan finansial, dan

penyakit fisik yang lama.18

2.2 Menstruasi

2.2.1 Defenisi

Menstruasi adalah pengeluaran secara berkala dan fisiologis darah dan

jaringan mukosa melalui vagina dari uterus yang tidak hamil. Proses ini

berada di bawah kendali hormon dan secara normal berulang, biasanya

dengan interval sekitar empat minggu, jika tidak terjadi kehamilan selama

masa subur periode reproduktif (pubertas sampai menopause), pada wanita

dan beberapa species primata..7

2.2.2 Fisiologi Siklus Menstruasi

Menurut Sarwono (2011), siklus menstruasi terbagi atas :13

a. Fase Folikular
Siklus diawali dengan hari pertama menstruasi, atau terlepasnya

endometrium. FSH merangsang pertumbuhan beberapa folikel primordial

dalam ovarium. Umumnya hanya satu yang terus berkembang dan menjadi

folikel de Graaf dan yang lainnya berdegenerasi. Folikel terdiri dari sebuah

ovum dan dua lapisan sel yang mengelilinginya. Lapisan dalam, yaitu sel-sel

granulosa menyintesis progesteron yang disekresi ke dalam cairan folikular

selama paruh pertama siklusmenstruasi, dan bekerja sebagai prekursor pada

sintesis estrogen oleh lapisan sel teka interna yang mengelilinginya. Estrogen

disintesis dalam sel-sel lutein pada teka interna.13

Jalur biosintesis estrogen berlangsung dari progesteron dan pregnenolon

melalui 17-hidroksilasi turunan dari androstenedion, testosteron, dan

estreadiol. Kandungan enzim aromatisasi yang tinggi pada sel-sel ini

mempercepat perubahan androgen menjadi estrogen. Di dalam folikel, oosit

primer mulai menjalani proses pematangannya. Pada waktu yang sama,

folikel yang sedang berkembang menyekresi estrogen lebih banyak ke dalam

sistem ini. Kadar estrogen yang meningkat menyebabkan pelepasan LHRH

melalui mekanisme umpan balik positif.13

b. Fase Ovulasi

Lonjakan LH sangat penting untuk proses ovulasi pascakeluarnya oosit

dan folikel. Lonjakan LH dipicu oleh kadar estrogen yang tinggi yang

dihasilkan oleh folikel preovulasi. Ovulasi diperkirakan terjadi 24-36 jam

pascapuncak kadar estrogen (estradiol) dan 10-12 jam pascapuncak LH. Di

lapangan awal lonjakan LH digunakan sebagai pertanda/indikator untuk


menentukan waktu kapan diperkirakan ovulasi bakal terjadi. Ovulasi terjadi

sekitar 34-36 jam pascaawal lonjakan LH.13

Lonjakan LH yang memacu sekresi prostaglandin, dan

progesteronebersama lonjakan FSH yang mengaktivasi enzim proteolitik,

menyebabkan dinding folikel “pecah”. Kemudian sel granulosa yang melekat

pada membran basalis, pada seluruh dinding folikel, berubah menjadi sel

luteal. Pada tikus menjelang ovulasi, sel granulosa kumulus yang melekat

pada oosit, menjadi longgar akibat enzim asam hialuronik yang dipicu oleh

lonjakan FSH. FSH menekan proliferasi sel kumulus, tetapi FSH bersama

faktor yang dikeluarkan oosit, memacu proliferasi sel granulosa mural, sel

granulosa yang melekat pada dinding folikel.13

c. Fase Luteal

Menjelang dinding folikel “pecah” dan oosit keluar saat ovulasi, sel

granulosa membesar, timbul vakuol dan penumpukan pigmen kuning, lutein

proses luteinisasi, yang kemudian dikenal sebagai korpus luteum. Selama 3

hari pascaovulasi, sel granulosa terus membesar membentuk korpus luteum

bersama sel teka dan jaringan stroma di sekitarnya. Vaskularisasi yang cepat,

luteinisasi dan membrana basalis yang menghilang, menyebabkan sel yang

membentukkorpus luteum sulit dibedakan asal muasalnya.13

Pascalonjakan LH, pembuluh darah kapiler mulai menembus lapisan

granulosa menuju ke tengah ruangan folikel dan mengisinya dengan darah.

LH memicu sel granulosa yang telah mengalami luteinisasi, untuk

menghasilkan Vascular Endothelial Growth Factor (VEGF) dan angiopoetin.


Kemuadian VEGFdan angiopetin memacu angiogenesis, dan pertumbuhan

pembuluh darah ini merupakan hal yang penting pada proses luteinisasi.13

Pada hari ke 8-9 pascaovulasivaskularisasi mencapai puncaknya

bersamaan dengan puncak kadar progesterone dan estradiol. Pertumbuhan

folikel pada fase folikuler yang baik akan menghasilkan korpus luteum yang

baik/normal pula. Jumlah reseptor LH di sel granulosa yang terbentuk cukup

adekuat pada pertengahan siklus/akhir fase folikuler, akan menghasilkan

korpus luteum yang baik. Korpus luteum mampu menghasilkan baik

progesteron, estrogen, maupun androgen. Kemampuan menghasilkan steroid

seks korpus luteum sangat tergantung pada tonus kadar LH pada fase luteal.

Kadar progesteron meningkat tajam segera pascaovulasi. Kadar progesteron

dan estradiol mencapai puncaknya sekitar 8 hari pascalonjakan LH,

kemudian menurun perlahan, bila tidak terjadi pembuahan. Bila terjadi

pembuahan, sekresi progesteron tidak menurun karena adanya stimulus dari

human ChorionicGonadotropin (hCG), yang dihasilkan oleh sel trofoblast

buah kehamilan.13

2.2.3 Gangguan siklus menstruasi

Siklus menstruasi dianggap normal jika terjadi dengan interval 22-35 hari

(dari hari pertama menstruasi sampai pada permulaan periode menstruasi

berikutnya). Jika lamanya perdarahan kurang dari 7 hari dan jika jumlah

darah yang hilang kurang dari 80 ml. Perlu dicatat bahwa discharge

menstruasi terdiri dari cairan jaringan (20-40 persen dari total discharge),

darah (50-80 persen), dan fragmen-fragmen endometrium. Namun, bagi


wanita discharge menstruasi tampak seperti darah dan inilah yang dilaporkan

(Jones, 2002). Gangguan menstruasi paling umum terjadi pada awal dan

akhir masa reproduktif, yaitu di bawah usia 19 tahun dan di atas usia 39

tahun. Gangguan ini mungkin berkaitan dengan lamanya siklus menstruasi,

atau jumlah danlamanya menstruasi. Seorang wanita dapat mengalami kedua

gangguan itu.13

a. Gangguan Pada Lamanya Siklus Menstruasi:

1) Polimenore atau Epinore

Pada polimenore siklus menstruasi lebih pendek dari biasanya

yaitu terjadi dengan interval kurang dari 21 hari (Jones, 2002).

Perdarahan kurang lebih sama atau lebih banyak dari biasa.

Polimenore dapat disebabkan oleh gangguan hormonal yang

mengakibatkan gangguan ovulasi, atau menjadi pendeknya masa

luteal. Sebab lain adalah kongesti ovarium karena peradangan,

endometriosis, dan sebagainya.14

2) Oligomenore

Siklus menstruasi lebih panjang dari normal yaitu lebih dari 35

hari. Perdarahan pada oligomenore biasanya berkurang. Pada

kebanyakan kasus oligomenore kesehatan wanita tidak terganggu, dan

fertilitas cukup baik. Siklus menstruasi biasanya ovulatoar dengan

masa proliferasi lebih panjang dari biasanya.14

3) Amenore
Amenore adalah keadaan tidak adanya menstruasi sedikitnya tiga

bulan berturut-turut. Amenore primer terjadi apabila seorang wanita

berumur 18 tahun ke atas tidak pernah mendapatkan menstruasi,

sedangkan pada amenore sekunder penderita pernah mendapatkan

menstruasi tetapi kemudian tidak dapat lagi (Simanjuntak, 2009).

Amenore primer (dialami oleh 5 persen wanita amenore) mungkin

disebabkan oleh defek genetic seperti disgenensis gonad, yang

biasanya ciri-ciri seksual sekunder tidakberkembang.14

Kondisi ini dapat disebabkan oleh kelainan duktus Muller, seperti

tidak ada uterus, agenesis vagina, septum vagina transversal, atau

himen imperforata. Pada tiga penyebab terakhir, menstruasi dapat

terjadi tetapi discharge menstruasi tidak dapat keluar dari traktus

genitalis. Keadaan ini disebut kriptomenore, bukan amenore.

Penyebab yang paling umum pada amenore sekunder adalah

kehamilan.14

b. Gangguan Jumlah Darah Menstruasi dan Lamanya Perdarahan

1) Hipomenore

Perdarahan haid yang lebih pendek dan atau kurang dari biasa

dengan discharge menstruasi sedikit atau ringan (Jones, 2002).

Hipomenore disebabkan oleh karena kesuburan endometrium kurang

akibat dari kurang gizi, penyakit menahun maupun gangguan

hormonal. Adanya hipomenore tidak mengganggu fertilitas.12

2) Hipermenore atau Menoragia


Perdarahan haid yang lebih banyak dari normal, atau lebih lama

dari normal (lebih dari 8 hari). Sebab kelainan ini terletak pada

kondisi dalam uterus, misalnya adanya mioma uteri dengan

permukaan endometrium lebih luas dari biasa dan dengan

kontraktilitas yang terganggu, polip endometrium, gangguan

pelepasan endometrium pada waktu haid, dan sebagainya. Pada

gangguan pelepasan endometrium biasanya terdapat juga gangguan

dalam pertumbuhan endometrium yang diikuti dengan pelepasannya

pada waktu. Menoragia mungkin terjadi disertai dengan suatu kondisi

organik uterus, atau mungkin terjadi tanpa ada kelainan yang nyata

pada uterus. Hal ini disebut perdarahan uterus disfungsional, dengan

kata lain disebabkan oleh perubahan endokrin atau pengaturan

endometrium lokal pada menstruasi. Ada pula gangguan menstruasi

yang berhubungan dengan adanya gangguan pada siklus dan jumlah

darah menstruasi yaitu metroragia. Pada keadaan ini, terdapat

gangguan siklus menstruasi dan sering berlangsung lama, perdarahan

terjadi dengan interval yang tidak teratur, dan jumlahdarah menstruasi

sangat bervariasi. Pola menstruasi seperti ini disebut metroragia.

Keadaan ini biasanya disebabkan oleh kondisi patologik di dalam

uterus atau organ genitalia interna. Perlu bagi dokter untuk

mengadakan investigasi lebih lanjut. Investigasi meliputi histeroskopi

dan biopsy endometrium atau kuretase diagnostic.12

2.2.4 Faktor-Faktor yang mempengaruhi siklus menstruasi


Ada beberapa faktor yang bisa menyebabkan siklus menstruasi pada

wanita usia reproduktif menjadi ireguler termasuk kehamilan, penyakit

endokrin dan juga kondisi medik. Semua faktor ini berhubungan dengan

pengaturan fungsi endokrin hipotalamik-pituitari. Paling sering

adalahPolycystic Ovary Syndrome (PCOS) yang menyebabkan perpanjangan

interval antara dua siklus menstruasi terutama pada pasien dengan gejala

peningkatan endrogen. Selain itu terdapat faktor-faktor lain yang turut

mempengaruhi siklus menstruasi adalah gangguan pada sentral

Gonadotropin-releasingHormone (GnRH), penurunan berat badan yang

nyata, aktivitas yang berlebihan, perubahan pada pemakanan dan waktu tidur,

dan tingkat stress yang berlebihan. Gangguan pada siklus menstruasi juga

dapat terjadi pada penyakit kronik seperti Diabetes Mellitus yang tidak

terkontrol, kondisi genetik atau kongenital seperti Turner Syndrome dan

disgenesis gonadal.15

Berdasarkan penelitian yang lain pula menyatakan bahawa perubahan

siklus menstruasi berhubungan dengan ketidakseimbangan fisik atau

hormonal. Berat badan yang rendah bisa menyebabkan interval antara dua

siklus menstruasi menjadi lebih lama. Berat badan yang berlebihan pula bisa

menyebabkan perdarahan abnormal. Perubahan yang tiba-tiba pada aktivitas

atau berat badan juga bisa menyebabkan perubahan pada siklus menstruasi

yang sementara. Gangguan emosi atau stress dan keadaan fisik yang tidak

sehat secara optimal juga merupakan penyebab terseringiregularitas siklus

menstruasi walaupun perubahan siklus menstruasi yang dialami tidak hanya


pada saat wanita mengalami stres. Obat-obatan dan pengubatan alternatif

seperti obat herbal juga dapat menyebabkan perubahan pada interaksi dan

transmisi hormon pada tubuh sehingga dapat menganggu siklus menstruasi.

Dari penelitian yang mengatakan bahwa stres sangat berperan dalam regulasi

hormonal di mana akan turut berpengaruh pada menstruasi. Penelitian ini

turut memberi contoh efek dari stres terhadap system reproduksi wanita

dikenal sebagai amenorhea yang diinduksi oleh stress atau amenorhe

hipotalamus fungsional. Selain itu, didapatkan prevalensi amenorhea

sekunder pada wanita muda adalah sekitar 2% dan presentase ini meningkat

pada stres yang kronik. Pada stres yang melampau, kemungkinan akan

menginhibisi sistem reproduksi wanita secara komplit.15

2.3 Pengaruh Tingkat Stres terhadap Siklus Menstruasi

Stres seringkali membuat pola mentruasi yang tidak teratur. Hal ini terjadi

karena stres sebagai rangsangan sistem saraf diteruskan ke susunan saraf pusat

yaitu limbic system melalui tranmisi saraf, selanjutnya melalui saraf autonom

akan diteruskan ke kelenjar- kelenjar hormonal (endokrin) hingga

mengeluarkan secret (cairan) neurohormonal menuju hipofhisis melalui sistem

prontal guna mengeluarkan gonadotropin dalam bentuk FSH (Folikell

Stimulazing Hormone) dan LH (Leutenizing Hormon, produksi kedua) hormon

tersebut adalah dipengaruhi oleh RH (Realizing Hormone) yang di salurkan dari

hipotalamus ke hipofisis. Pengeluaran RH sangat dipengaruhi oleh mekanisme


umpan balik estrogen terhadap hipotalamus sehingga selanjutnya

mempengaruhi proses menstuasi.(19)

Hormon lain yang terkait dengan stres adalah kortisol, steroid yang

disekresikan oleh korteks adrenal. Kortisol membantu memecah protein dan

mengubahnya menjadi glukosa, membantu membuat lemak yang tersedia untuk

energi, meningkatkan aliran darah, dan merangsang respon perilaku. Hormon

tersebut juga menurunkan sensitivitas gonad untuk luteneizing hormon (LH),

yang menekan sekresi hormon steroid seks.(20)

Gangguan pada pola menstruasi melibatkan mekanisme regulasi

intergratif yang mempengaruhi proses biokimia dan seluler seluruh tubuh

termasuk otak dan psikologis. Pengaruh otak dalam reaksi hormonal terjadi

melalui jalur hipotalamus- hipofisis- ovarium yang meliputi multi efek dan

mekanisme kontrol umpan balik. Pada keadaan stres terjadi aktivasi pada

amygdala pada sistem limbic. Sistem ini menstimulasi pelepasan hormon dari

hipotalamus yaitu corticotropic releasing hormone (CRH). Hormon ini secara

langsung akan menghambat sekresi GnRH hipotalamus pada tempat

produksinya di nucleus arkuata. Proses ini kemungkinan terjadi melalui

penambahan sekresi opiod endogen. Peningkatan CRH akan menstimulasi

pelepasan endorfin dan adino cortitico tropic hormone (ACTH) ke dalam darah.

Endofin sendiri merupakan opiod endogen yang peranannya terbukti

mengurangi rasa nyeri. Peningkatan hormone ACTH menyebabkan peningkatan

pada kadar kortisol darah. Pada wanita gejala Oligomenorea hipotalamik

menunjukkan keadaan hiperkortisolisme yang disebabkan adanya peningkatan


CRH dan ACTH. Hormon- hormon tersebut secara langsung dan tidak langsung

menyebabkan penurunan kadar GnRH, dimana melalui jalan ini stres

menyebabkan gangguan pola menstruasi. Dari yang tadinya pola menstruasinya

dengan siklus normal menjadi Oligomenore, Polimenorea, atau Amenore, dan

lama dan banyak haid normal menjadi Hipermenorea dan Hipomenorea. Gejala

klinis yang timbul ini tergantung pada derajat penekanan pada GnRH. Gejala-

gejala ini umumnya bersifat sementara dan biasanya akan kembali normal

apabila stres yang ada dapat diatasi.(21)


2.4Kerangka Teori

↑ Stres

Hipotalamus

↓ GnRH ↑ CRH Pelepasan


Endorfin

Hipofisis Anterior

Stres ↓ LH ↑ ACTH Korteks


Adrenal

↑ Kortisol

Pola Haid
Hiperkortisolisme

Lama Haid
Jumlah Darah Haid Siklus Haid

Normal Normal Normal

Menoragia Hipermenorea Polimenorea

Brakimenorea Hipomenorea Oligomenorea

Amenorea
2.4 Kerangka Konsep

Stress

Penyakit Siklus Menstruasi


sistemik

Gangguan
nutrisi

Keterangan: Varibel independent

Variabel dependent

Variabel perancu
2.5 Hipotesis

Hipotesis adalah jawaban sementara dari suatu penelitian. Hasil suatu

penelitian pada hakekatnya adalah suatu jawaban atas pertanyaan penelitian

yang telah dirumuskan.

1. Ho : tidak ada pengaruh stres terhadap siklus menstruasi pada mahasiswi

Fakultas Kedokteran Universitas Muslim Indonesia angkatan 2016.

2. H1 : ada pengaruh stres terhadapSiklus Menstruasi pada mahasiswi

Fakultas Kedokteran Universitas Muslim Indonesia angkatan 2016.

Anda mungkin juga menyukai