Anda di halaman 1dari 18

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/321024684

Budaya Ekologi Suku Talang Mamak Dalam Pengelolaan Hutan

Chapter · October 2017

CITATION READS

1 1,176

1 author:

Mohd. Yunus
Perkumpulan Alam Zamrud
43 PUBLICATIONS   2 CITATIONS   

SEE PROFILE

Some of the authors of this publication are also working on these related projects:

Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) View project

Pengembangan Laboratorium Air Tawar Sungai Subayang View project

All content following this page was uploaded by Mohd. Yunus on 13 November 2017.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


Bunga Rampai
Forum Peneliti Muda Indonesia
2017
i

Bunga Rampai Forum Peneliti Muda Indonesia 2017


Diterbirkan di Bandung oleh
Penerbit ITB
Jalan Ganesha 10 Bandung
Anggota Ikapi No. 043/JBA (1)
Telp: 022-2504257, Faks: 022-2534155
Email: itbpress@penerbit.itb.ac.id

ISBN 978-602-5417-37-5

Editor Utama: Ketut Wikantika


Editor: Farah Nafisa Ariadji dan Prila Ayu Dwi Prastiwi
Penelaah Makalah: Ketut Wikantika, Fenny M. Dwivany, Deni Suwardhi, Neni Nurainy,
Topik Hidayat, Novriana Sumarti, Karlia Meitha, Sastia Prama Putri, Husna Nugrahapraja,
Intan Muchtadi-Alamsyah
Desain Sampul: Tombayu Amadeo Hidayat
Cetakan Pertama: Oktober 2017

Forum Peneliti Muda Indonesia (ForMIND)


http://www.formind.or.id

Hak Cipta dilindungi undang-undang


Dilarang mengutip atau memperbanyak
Sebagaian atau seluruh isi buku ini tanpa seizin penerbit

UNDANG-UNDANG NOMOR 19 TAHUN 2002 TENTANG HAK CIPTA


1. Barang siapa dengan sengaja dan tanpa hak mengumumkan atau memperbanyak suatu
ciptaan atau memberi izin untuk itu, dipidana dengan pidana penjara paling lama 7 (tujuh)
tahun dan/atau denda paling banyak Rp5.000.000.000 (lima miliar rupiah).
2. Barang siapa dengan sengaja menyiarkan, memamerkan, mengedarkan, atau menjual
kepada umum suatu ciptaan atau barang hasil pelanggaran. Hak Cipta dan Hak Terkait
sebagaimana pada ayat(1), dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun
dan/atau denda paling banyak Rp500.000.000 (lima ratus juta rupiah)
Bunga Rampai Forum Peneliti Muda Indonesia 2017 ii

Kata Pengantar
Setiap tanggal 28 Oktober, Forum Peneliti Muda Indonesia (ForMIND) melaksanakan
kegiatan pertemuan tahunannya. Tahun 2017 ini, kegiatan ForMIND dipusatkan di
Sorong, Papua Barat. Adalah sebuah hal yang sangat menyenangkan akhirnya
kegiatan ForMIND dapat dilaksanakan di wilayah Indonesia Timur, di Tanah Papua.
Kegiatan ForMIND tahun 2017 agak berbeda dengan kegiatan sebelumnya karena
diisi dengan pelaksanaan International Conference bekerjasama dengan Center for
Remote Sensing (CRS) dan Kelompok Keilmuan Penginderaan Jauh dan Sains
Informasi Geografis, Fakultas Ilmu dan Teknologi Kebumian, Institut Teknologi
Bandung (ITB). Selain itu kegiatan rutin yang dilakukan adalah penerbitan Buku
Bunga Rampai ForMIND.
Untuk penerbitan tahun 2017 ini kontribusi penulis dari berbagai lembaga dan
perguruan tinggi semakin beragam yang berasal dari dalam dan luar negeri. Para
penulis berasal dari lembaga riset seperti Biofarma, perguruan tinggi selain ITB yang
berpartisipasi adalah Universitas Pendidikan Indonesia (UPI), Universitas Padjajaran,
Universitas Riau, Universitas Yasri, UIN Ar-Raniry, Universitas Hasanuddin.
Sedangkan dari luar negeri adalah Universitas Osaka (Jepang) dan Universitas
Strasbourg (Perancis). Bidang ilmu dalam makalah juga semakin beragam mulai dari
bidang kesehatan, biologi, geomatika, penginderaan jauh, lingkungan, biodiversitas,
farmasi bahkan rekayasa keuangan dan sosial-politik. Ini menunjukkan bahwa buku
Bunga Rampai ForMIND menunjukkan identitasnya sebagai salah satu sumber
alternatif referensi berbagai macam bidang keilmuan dan aplikasinya saat kini dan ke
depan di Indonesia. Paling lambat tahun depan, diharapkan para penulis bisa
bekerjasama dalam melakukan riset dan selanjutnya dapat berkontribusi makalah
yang menunjukkan hasil dari kerjasama riset tersebut.
Kami ucapkan terimakasih banyak kepada semua para kontributor atas makalahnya,
para reviewer, dan para editor sehingga Buku Bunga Rampai ForMIND dapat
diterbitkan sesuai dengan jadwal yang sudah ditetapkan. Sekali lagi kami
mengundang partisipasi rekan-rekan semua, para peneliti untuk menyumbangkan
makalahnya pada penerbitan Buku Bunga Rampai tahun 2018. Semoga buku ini
memberi manfaat kepada para insan peneliti, pendidik, praktisi, pemerintah, lembaga
lain serta industri khususnya yang ada di Indonesia.
Bandung, 28 Oktober 2017

Ketut Wikantika
Editor Utama
Bunga Rampai Forum Peneliti Muda Indonesia 2017 iv

Daftar Isi

Review Article
Pentingnya Data Pisang Indonesia ................................................................ 1
Long noncoding RNA (lncRNA) pada Tumbuhan .......................................... 8
Aplikasi Pendekatan Metabolomik untuk Ilmu Tanaman ............................. 24
Aplikasi Pendekatan Metabolomik untuk Ilmu Pangan dan Mikrobiologi ... 39
Analisis Hasil Metode Pencarian Potensi Minyak Bumi dengan Teknologi
STeP (Sub-Terrain Prospecting) (Studi Kasus: Blok Lampung) .................. 50
Peranan Teknologi Penginderaan Jauh Pada Kegiatan Minyak dan Gas Bumi
................................................................................................................... 66

Article
Penerapan Real Option Analysis dengan Perubahan Volatilitas dalam
Menentukan Nilai Proyek Pertambangan .................................................... 95
Penentuan Porsi dalam Skema Profit-Loss Sharing Investasi Syariah ........ 110
Resonansi: Suatu Perspektif Dalam Kajian Gerakan Politik-Keagamaan
Ikhwanul Muslimin Di Indonesia .............................................................. 120
Kajian Faktor Kesiapan Lingkungan Dalam Rangka Peningkatan
Implementasi E-Goverment Indonesia Yang Lebih Baik ........................... 143
Biosintesis Nanopartikel Perak Menggunakan Ekstrak Metanol Daun
Kemangi (Ocimum Citriodorum) .............................................................. 154
Pengembangan Vaksin Hepatitis B Generasi Ke Tiga dan Vaksin Terapi
Berbasis Protein Rekombinan Subunit Indonesia ...................................... 166
Polimorfisme Gen N-Asetiltransferase 2 (NAT2) dan Implementasi
Farmakogenomik dalam pengobatan Tuberkulosis .................................... 181
Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol Umbi Batang Tumbuhan Sarang
Semut (Myrmecodia Pendens Merr. & L. M. Perry) Terhadap Pseudomonas
Aeruginosa Dan Staphylococcus Aureus ................................................... 191
Aplikasi Smartphone dalam Pembelajaran Biologi.................................... 201
Budaya Ekologi Suku Talang Mamak Dalam Pengelolaan Hutan .............. 209
Pemetaan Bangunan Tiga Dimensi Untuk Pemodelan Jalur Evakuasi Darurat
................................................................................................................. 217
Bunga Rampai Forum Peneliti Muda Indonesia 2017 v

Teknik Pencocokan Citra dalam Fotogrametri untuk Dokumentasi Cagar


Budaya ..................................................................................................... 236
Pemanfaatan Teknologi Light Detection And Ranging (Lidar) Dalam
Pemodelan Banjir Akibat Luapan Air Sungai ............................................ 255
Identifikasi Kerusakan Pasca Gempa Menggunakan Metode Object Based
Image Analysist(OBIA) (Studi Kasus: Pidie Jaya, Aceh) ........................... 272
Identifikasi dan Estimasi Biomassa Hutan Mangrove dengan Menggunakan
Citra Landsat (Studi Kasus : Kabupaten Subang, Jawa Barat) ................... 286
Bunga Rampai Forum Peneliti Muda Indonesia 2017 209

Budaya Ekologi Suku Talang Mamak Dalam Pengelolaan Hutan

Mohd. Yunus
Pusat Studi Lingkungan Hidup-Universitas Riau, Kampus Bina Widya Km 12,5 Simpang
Baru, Pekanbaru 28293, Riau, Indonesia
email: mohdyunus@asia.com

Abstrak
Degradasi lingkungan yang terjadi selama ini bermuara kepada manusia, baik sebagai
penyebab maupun sebagai penerima dampak. Kajian mengenai praktik-praktik berkelanju-
tan yang dilaksanakan dengan mengintegrasikan antara budaya dan ekologi mutlak diper-
lukan, salah satunya Suku Talang Mamak. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Talang Ged-
abu, Kecamatan Rakit Kulim, Kabupaten Indragiri Hulu, Provinsi Riau pada bulan Oktober
2016 sampai Januari 2017. Penelitian ini dilakukan dengan metode survei, wawancara, Fo-
cus Group Discussion (FGD) dan studi pustaka. Data yang diperoleh kemudian dianalisis
secara deskriptif untuk mengungkap, menelaah dan memahami gejala-gejala dalam
penelitian. Komponen pengelolaan meliputi: (a) perencanaan; (b) pemanfaatan; (c) pengen-
dalian; (d) pemeliharaan; (e) pengawasan; (f) penegakan hukum. Budaya ekologi Suku Ta-
lang Mamak dalam pengelolaan hutan mengandung berbagai nilai-nilai yang meliputi
pengetahuan lokal dalam aspek perencanaan. Pemanfaatan sumber daya hutan dilakukan
dengan mempertimbangkan keberlanjutan, fungsi dan produktivitas hutan. Pengendalian
meliputi upaya pencegahan, penanggulangan dan pemulihan melalui pantang larang dengan
kendali pimpinan adat. Pemeliharaan meliputi upaya konservasi, pencadangan dan peles-
tarian hutan melalui sistem kerja gotong royong dan kepercayaan akan mitos dan adanya
hukum adat yang mengatur tentang keberadaan tanah keramat.
Kata kunci: Adat, Budaya ekologi, Pengelolaan hutan, Suku Talang Mamak

Abstract
Environmental degradation that occurred during this time leads to humans, both as the
cause and as the recipient of the impact. A study of sustainable practices implemented by
integrating culture and ecology is absolutely necessary, one of which is Suku Talang Mamak.
This research was conducted in Talang Gedabu Village, Rakit Kulim Sub-district, Indragiri
Hulu Regency, Riau Province from October 2016 until January 2017. This research was
conducted by survey method, interview, Focus Group Discussion (FGD) and literature study.
Data obtained then analyzed descriptively to reveal, review and understand the symptoms in
the study. Management components include: (a) planning; (b) utilization; (c) control; (d)
maintenance; (e) supervision; (f) law enforcement. The ecological culture of Suku Talang
Mamak in forest management contains various values that include local knowledge in the
planning aspect. Utilization of forest resources is carried out by considering the sustaina-
bility, function, and productivity of forests. Control includes prevention, mitigation, and re-
210 Bunga Rampai Forum Peneliti Muda Indonesia 2017

covery through prohibition with the control of adat leaders. Maintenance includes conser-
vation, reserve and forest conservation through a system of mutual cooperation and belief
in the myth and the existence of customary law governing the existence of sacred land (tanah
keramat).
Keywords: Customs, Cultural ecology, Forest management, Talang Mamak

1 PENDAHULUAN
Kajian mengenai hubungan antara budaya dan lingkungan menjadi sangat penting untuk
memahami dan menemukan solusi terhadap permasalahan kontemporer yang terjadi saat.
Isu deforestasi (Margono et al 2014), hilangnya spesies (Jenkins et al, 2016; Uryu et al,
2008), kelangkaan sumber daya air (Fulazzaky, 2014), dan degradasi ekosistem gambut
(Miettinen & Liew, 2010) berkaitan erat dengan manusia, baik sebagai penyebab maupun
sebagai penerima dampak. Praktik-praktik pemanfaatan yang dilakukan selama ini jauh dari
prinsip keberlanjutan. Kita perlu merenung dan menyadari bahwa kita memiliki posisi yang
sama dengan alam, perpaduan antara fisik dan jiwa.
Provinsi Riau merupakan wilayah yang di lingkupi suatu adat tradisi yang berkembang
secara turun temurun. Salah satu suku yang tetap memegang teguh sistem tersebut adalah
Suku Talang Mamak (Melalatoa, 1995). Interaksi yang sangat kuat dan lama antara masyara-
kat Suku Talang Mamak dengan lingkungannya memunculkan suatu budaya lokal yang
sesuai dengan lingkungannya. Masyarakat Suku Talang Mamak menggantungkan hidupnya
dari mengelola dan memanfaatkan hutan. Hutan menurut mereka berfungsi sebagai habitat
warisan yang harus dipertahankan. Mengingat pentingnya fungsi hutan bagi kelangsungan
komunitas tersebut, sehingga berkembang budaya ekologi yang dijadikan pedoman dalam
pengelolaan hutan.

2 METODE PENELITIAN
Penelitian ini dilaksanakan di Desa Talang Gedabu, Kecamatan Rakit Kulim, Kabupaten
Indragiri Hulu, Provinsi Riau pada bulan Oktober 2016 sampai Januari 2017. Penelitian ini
dilakukan dengan metode survei, wawancara, Focus Group Discussion (FGD) dan studi
pustaka. Data yang diperoleh kemudian dianalisis secara deskriptif untuk mengungkap, men-
elaah dan memahami gejala-gejala dalam penelitian. Komponen pengelolaan meliputi: (a)
perencanaan; (b) pemanfaatan; (c) pengendalian; (d) pemeliharaan; (e) pengawasan; (f)
penegakan hukum.
3 HASIL DAN PEMBAHASAN
Budaya ekologi yang berkembang pada Suku Talang Mamak merupakan sistem nilai dan
norma yang mengedepankan aspek keberlanjutan dan merupakan modal utama masyarakat
dalam membangun dirinya tanpa merusak tatanan sosial yang adaptif dengan lingkungan
sekitarnya. Hal ini terjadi karena ketergantungan mereka yang sangat tinggi terhadap sumber
daya hutan. Pengelolaan hutan berbasis budaya ekologi ini merupakan warisan budaya yang
menjunjung asas saling percaya, asas timbal balik serta norma umum lain yang merupakan
unsur modal sosial yang diperlukan bagi kelangsungan suatu tatanan pengelolaan yang baik.
Bunga Rampai Forum Peneliti Muda Indonesia 2017 211

Budaya ekologi Suku Talang Mamak dalam pengelolaan hutan dapat dibagi menjadi be-
berapa komponen, antara lain: perencanaan, pemanfaatan, pengendalian, pemeliharaan,
pengawasan dan penegakan hukum seperti disajikan pada Tabel 1.
Tabel 1. Budaya Ekologi Suku Talang Mamak Dalam Pengelolaan Hutan
No. Komponen Deskripsi
1 Perencanaan Masyarakat Talang Mamak memiliki pengetahuan lo-
kal (tata ruang lahan yaitu permukiman, perladangan,
perkebunan dan tanah keramat dan kalender musim
tradisional)
2 Pemanfaatan Pemanfaatan sumber daya hutan dilakukan dengan
mempertimbangkan keberlanjutan, fungsi dan produk-
tivitas hutan (sistem agroforestry)
3 Pengendalian Adanya upaya pencegahan, penanggulangan dan pem-
ulihan melalui pantang larang dengan kendali pimpi-
nan adat.
4 Pemeliharaan Adanya upaya konservasi, pencadangan dan peles-
tarian hutan melalui sistem kerja gotong royong dan
kepercayaan akan mitos
5 Pengawasan Struktur dan fungsi pimpinan adat
6 Penegakan Hukum Hukum adat Talang Mamak mengatur tentang
keberadaan tanah keramat

Masyarakat Suku Talang Mamak menganggap bahwa hutan beserta isinya bukan hanya
sekadar sumber nafkah, tetapi juga menjadi sumber budaya dan simbol-simbol falsafah,
bahkan menjadi “jati diri” dan “marwah”nya. Unsur budaya dan simbol-simbolnya menun-
jukkan bersatunya mereka dengan alam, yang mereka terjemahkan dengan berbagai ungka-
pan adat, upacara, dan tradisi. Perencanaan dan konsep dalam pengelolaan hutan berbasis
budaya dapat dilihat dari tata guna lahan Suku Talang Mamak, yang meliputi permukiman,
perladangan, perkebunan, dan tanah keramat. Tata guna ini didasarkan pada pengaturan hak,
nilai penting sejarah dan budaya, sifat ekologis serta pemanfaatan ekonomi dan spiritual.
Keberadaan hutan dengan status seperti tanah keramat di Suku Talang Mamak ini kerap
dijumpai di daerah lain, seperti hutan keramat Suku Dayak Iban di Kalimantan Barat
(Wadley & Colfer, 2004), masyarakat Baduy di Banten (Senoaji, 2004), Ethiopia (Woods et
al, 2017), dan India (Ormsby & Bhagwat, 2010). Kawasan hutan ini memiliki daya akses
minimal, sehingga gangguan terhadap struktur dan fungsi ekosistemnya dapat dicegah. Hal
ini penting, mengingat fungsi hutan sebagai penunjang produktivitas mereka dan habitat
warisan yang harus dipertahankan.
Pemanfaatan sumber daya hutan dilakukan dengan mempertimbangkan keberlanjutan,
fungsi dan produktivitas hutan. Salah satu upaya yang dilakukan Suku Talang Mamak adalah
membuat kebun campuran dengan tanaman hutan, atau dalam istilah ilmiah disebut agrofor-
estry. Kebun campuran ini terbentuk pada lahan bekas hutan alam atau semak belukar. Pada
awal musim hujan, lahan ditanami padi yang disisipi tanaman semusim lainnya (misalnya
212 Bunga Rampai Forum Peneliti Muda Indonesia 2017

jagung, ubi, mentimun dan cabai). Setelah itu, intensifikasi penggunaan lahan ditingkatkan
dengan menanam pepohonan misalnya karet atau tanaman keras lainnya. Pada saat pohon
sudah dewasa, masyarakat Suku Talang Mamak memadukan bermacam-macam tanaman
tahunan lain yang bermanfaat dari segi ekonomi dan budaya. Tumbuhan asli asal hutan yang
bermanfaat tetap dibiarkan kembali tumbuh secara alami, dan dipelihara di antara tanaman
utama.
Integrasi antara perladangan, perkebunan dan hutan pada sistem agroforestry memung-
kinkan terjadinya berbagai interaksi positif, antara lain: (a) daun dari pepohonan yang gugur
ke tanah sebagai serasah berguna sebagai penutup permukaan tanah (mulsa), meningkatkan
penyediaan hara yang berguna bagi tanaman semusim; (b) akar pepohonan membantu dalam
daur ulang hara (Rowe et al, 1998; Suprayogo et al, 2010); (c) menekan populasi gulma
melalui penaungan, dan pada musim kemarau mengurangi risiko kebakaran karena kelem-
baban yang lebih terjaga; (d) menjaga kestabilan iklim mikro (mengurangi kecepatan angin,
meningkatkan kelembaban tanah dan memberikan naungan parsial); (e) mempertahankan
kandungan bahan organik tanah dan memperbaiki struktur tanah, sehingga dapat mengu-
rangi bahaya erosi (Atangana et al, 2014).
Hampir seluruh aspek kehidupan Suku Talang Mamak selalu berkaitan dengan hasil hutan,
baik untuk kebutuhan primer seperti pangan dan tempat tinggal maupun kebutuhan sekunder
seperti anyaman, perkakas dan ritual adat. Berbagai sumber daya hutan yang dimanfaatkan
oleh masyarakat Suku Talang Mamak ini dihasilkan dari tanah keramat dan lahan bera, yaitu
lahan pertanian yang sedang tidak ditanami pada periode tertentu, dengan tujuan mengem-
balikan kesuburannya. Sebagian besar pemanfaatan hanya bersifat subsisten (dipergunakan
hanya untuk keperluan sehari-hari). Hal ini secara tidak langsung akan menjamin keber-
lanjutan, fungsi dan produktivitas hutan. Karena tidak terjadi eksploitasi sumber daya hutan
secara berlebihan.
Pengendalian dalam pengelolaan hutan yang dilaksanakan oleh masyarakat Suku Talang
Mamak melibatkan semua komponen masyarakat dan pimpinan adat. Pengendalian ini
dipimpin oleh Batin dan jajarannya. Batin memegang peranan penting seperti dalam ungka-
pan berikut “menjernihkan yang keruh, menyelesaikan yang kusut, meluruskan yang beng-
kok, menarah yang berbongkol, mengampelas yang kesat”. Sebelumnya, yang memegang
peranan penting dalam adat adalah Patih, namun pada pewarisan selanjutnya, setelah gen-
erasi ketiga (cucu Datuk Perpatih nan Sebatang), terjadi perubahan di mana pola kepem-
impinannya diwariskan tidak melalui anak lagi, melainkan melalui jalur keponakannya,
maka gelar tertinggi pemimpin tidak lagi Patih melainkan berubah menjadi Batin. Batin yang
ada di komunitas Talang Mamak sekitar 29 orang, diantaranya Gajian (Batin Gedabu), Irasan
(Batin Paret) dan Iskandar (Batin Pejangki).
Upaya pencegahan seperti dilarang menebang pohon yang sedang berbunga dan berbuah,
pohon yang jenisnya tinggal sedikit dan pohon sialang. Hal ini didasari kesadaran mereka
bahwa segala sumber daya hutan ini merupakan titipan leluhur dan akan diwariskan kepada
keturunan mereka. Upaya penanggulangan seperti pantang larang dalam berladang yang se-
bagian besar menggunakan lahan di areal hutan, pembukaan dan pemanfaatan lahan harus
meminimalisir terjadinya kerusakan. Hal ini dilatarbelakangi oleh budaya perladangan yang
merupakan inti budaya mereka.
Bunga Rampai Forum Peneliti Muda Indonesia 2017 213

Perkakas dan peralatan yang digunakan masyarakat Suku Talang Mamak dalam bekerja telah
dirancang dan digunakan dengan sudut pandang yang berwawasan alam. Perkakas dan
peralatan yang digunakan seperti beliung (untuk menebang), kampak (untuk membelah),
parang (untuk menebas), tajak (untuk menyiang), sabit (untuk memotong rumput) dan tem-
bilang (untuk menggali). Perkakas dan peralatan ini tidak ada yang berpotensi merusak ling-
kungan, sebab kemampuan daya jangkaunya yang sangat sederhana dan ditentukan oleh
tenaga manusia yang menggunakannya.

(a) (b)
Gambar 1. Pemanfaatan (a) melambas (b) sistem kerja basolang menugal

Mitos yang terkait pengelolaan hutan dapat dilihat dari berbagai ritual yang mereka lak-
sanakan seperti melambas untuk membuka lahan, yaitu membakar kemenyan dan meletak-
kan sajian di lokasi yang akan dibersihkan dan dibiarkan selama tiga hari. Jika sajian tetap
utuh, maka tandanya diperbolehkan untuk membersihkan lahan. Mitos juga mengiringi ke-
lestarian berbagai jenis pohon sialang, jenis pohon ini sangat dilindungi bahkan seringkali
dipercaya sebagai tempat keramat. Masyarakat Suku Talang Mamak percaya bahwa hanya
pohon-pohon yang ada “penunggu”nya (yang dihuni makhluk halus) yang akan di datangi
lebah untuk membuat sarang, “penunggu” itulah yang melindungi sarang-sarang lebah dari
gangguan. Oleh karena itu, ketika masyarakat Suku Talang Mamak melaksanakan kegiatan
menjumbai (pemanenan madu), harus mendapat izin pimpinan adat dan pelaksanaannya
dipimpin oleh juagan. Dalam praktik pengerjaan ladang, Suku Talang Mamak selalu ber-
gotong royong, di dalam istilah mereka disebut dengan Basolang menugal yang dil-
aksanakan secara bersama-sama oleh seluruh anggota masyarakat pada awal pembukaan la-
han sampai selesai.
Masyarakat Suku Talang Mamak berpegang teguh pada adat istiadat dan tradisi leluhur da-
lam mengelola hutan sebagai sumber kehidupan. Suku Talang Mamak memiliki pemimpin
yang disebut Batin, Batin dan jajarannya bertindak sebagai pemegang kekuasaan tertinggi
dan menentukan segala peraturan yang berlaku dalam masyarakat. Gelar Batin diwariskan
kepada kemenakan atau cucu yang memiliki tanda-tanda atau disebut “pulai berpangkat
naik, tinggal ruas dengan buku, manusia berpangkat turun, tinggal aras dan pepatah, yang
bertunas tabu itam, aur tumbuh dimatonyo, karambia tumbuh dijurungnya”, maksudnya
orang yang menjadi pewaris gelar tersebut sudah dapat dilihat dari ciri-ciri pribadinya dan
214 Bunga Rampai Forum Peneliti Muda Indonesia 2017

tidak setiap orang bisa menjadi Batin.


Sistem nilai Suku Talang Mamak bertumpu kepada adat dan resam (tradisi). Adat dilindungi
oleh lembaga adat yang dipimpin oleh Batin dengan jajaran Ketua Adat yang membantunya.
Adat yang sudah diwariskan secara turun temurun ini terdiri dari norma dan sanksi dan dil-
aksanakan dengan asas “berjenjang naik bertangga turun”. Maksudnya, tiap perkara harus
lebih dahulu diselesaikan di lapisan kekuasaan yang paling bawah/rendah. Jika tidak selesai,
maka dilanjutkan ke jenjang di atasnya. Kepemilikan bersama (common property) tidak serta
merta membuat sumber daya hutan memiliki akses yang terbuka. Lembaga adat Suku Talang
Mamak memenuhi prasyarat mendasar mengenai pengelolaan sumber daya alam milik ber-
sama yang dirumuskan oleh Ostrom (1990) yaitu: (1) tapal batas yang jelas; (2) aturan
mengenai pengelolaan sesuai dengan kondisi setempat dan (3) sejumlah sanksi diterapkan
jika ada pelanggaran aturan.
Hukum adat Suku Talang Mamak menjelaskan bahwa untuk memutuskan sesuatu harus me-
lalui musyawarah dan mufakat oleh pimpinan adat yang berhak untuk menolak atau
menerima suatu putusan, dan inilah yang disebut dalam ungkapan adat "raja adil raja dis-
embah, raja zalim raja disanggah". Setiap keputusan yang menyangkut kepentingan orang
banyak dapat diuji kebenarannya, adil, patut atau pantas, sehingga pemimpin tidak ke-
hilangan kepercayaan dari masyarakat, maka seorang pemimpin/penguasa yang adil dan
patut atau pantas dalam memutuskan disebutkan dalam adat "kalau bulat dapat digulingkan,
pipih dapat dilayangkan, putih berkeadaan, merah dapat dilihat, panjang dapat diukur, be-
rat dapat ditimbang".
Hukum adat diberlakukan sangat ketat dan berlaku tetap (tidak turun tidak naik). Hukum
adat Suku Talang Mamak berupa aturan tertulis dan verbal (petatah petitih). Masyarakat
yang melakukan perusakan hutan seperti penebangan, pembukaan lahan maupun perburuan
hewan liar secara berlebihan akan dilakukan penindakan dan diproses secara bertingkat mu-
lai dari tingkat desa sampai tingkat adat. Hukum adat Suku Talang Mamak mengatur tentang
keberadaan tanah keramat, bagi yang mengambil hasil hutan atau menebang pohon akan
dikenakan denda yang disebut pancung alas.

4 KESIMPULAN DAN SARAN


Budaya ekologi Suku Talang Mamak dalam pengelolaan hutan mengandung berbagai nilai-
nilai yang meliputi pengetahuan lokal dalam aspek perencanaan. Pemanfaatan sumber daya
hutan dilakukan dengan mempertimbangkan keberlanjutan, fungsi dan produktivitas hutan.
Pengendalian meliputi upaya pencegahan, penanggulangan dan pemulihan melalui pantang
larang dengan kendali pimpinan adat. Pemeliharaan meliputi upaya konservasi, pen-
cadangan dan pelestarian hutan melalui sistem kerja gotong royong dan kepercayaan akan
mitos dan adanya Hukum adat Talang Mamak yang mengatur tentang keberadaan tanah
keramat. Budaya ekologi STM ini merupakan warisan yang harus kita lestarikan, kita bisa
mengambil pelajaran dari nilai-nilai luhur yang terkandung di dalamnya untuk kita imple-
mentasikan dalam kehidupan sehari-hari. Kita menyadari bahwa keserakahan telah me-
nyengsarakan kita semua, egosentrisme telah membuat kita lupa dan “membelakangi” alam.
Dalam tataran teknis, kita perlu melakukan revitalisasi terhadap berbagai budaya ekologi
yang tersebar di Indonesia. Database kearifan lokal, etnoekologi, etnobotani, dan aspek
Bunga Rampai Forum Peneliti Muda Indonesia 2017 215

terkait lainnya bisa dimanfaatkan untuk menyarikan praktik-praktik terbaik dalam mengel-
ola lingkungan guna mewujudkan pembangunan berkelanjutan di Indonesia.

DAFTAR REFERENSI
Atangana, A., Khasa, D., Chang, S., & Degrande, A. (2014). Ecological Interactions and Productivity
in Agroforestry Systems. In Tropical Agroforestry (pp. 151–172). Dordrecht: Springer Neth-
erlands. https://doi.org/10.1007/978-94-007-7723-1_7
Fulazzaky, M. A. 2014. Challenges of Integrated Water Resources Management in Indonesia. Water,
6(7), 2000–2020. https://doi.org/10.3390/w6072000
Jenkins, C. N., Vijay, V., Pimm, S. L., Jenkins, C. N., & Smith, S. J. 2016. The Impacts of Oil Palm
on Recent Deforestation and Biodiversity Loss The Impacts of Oil Palm on Recent Deforesta-
tion and Biodiversity Loss, (October), 1–19. https://doi.org/10.5061/dryad.2v77j
Margono, B. A., Potapov, P. V, Turubanova, S., Stolle, F., & Hansen, M. C. 2014. Primary forest cover
loss in Indonesia over 2000–2012. Nature Climate Change, 4(June), 1–6.
https://doi.org/10.1038/NCLIMATE2277
Melalatoa, J. 1995. Ensiklopedi Suku Bangsa di Indonesia Jilid L-Z. Jakarta: Departemen Pendidikan
dan Kebudayaan, hal 817-819
Miettinen, J., &Liew, S. C. 2010. Status of Peatland Degradation and Development in Sumatra and
Kalimantan. AMBIO: A Journal of the Human Environment, 39(5–6), 394–401.
https://doi.org/10.1007/s13280-010-0051-2
Ormsby, A. A., &Bhagwat, S. A. (2010). Sacred forests of India: a strong tradition of community-
based natural resource management. Environmental Conservation, 37(3), 320–326.
https://doi.org/10.1017/S0376892910000561
Ostrom, E. 1990. Governing the Commons: The Evolution of Institutions for Collective Action. Polit-
ical Economy of Institutions and Decisions. Cambridge: Cambridge University Press.
https://doi.org/DOI: 10.1017/CBO9780511807763
Rowe, E. C., Hairiah, K., Giller, K. E., Van Noordwijk, M., & Cadisch, G. (1998). Testing the safety-
net role of hedgerow tree roots by 15N placement at different soil depths. Agroforestry Sys-
tems, 43(1), 81–93. https://doi.org/10.1023/A:1022123020738
Senoaji, G. (2004). Pemanfaatan Hutan dan Lingkungan Oleh Masyarakat Baduy di Banten Selatan.
Manusia Dan Lingkungan, XI(3), 143–149.
Suprayogo, D., Hairiah, K., Noordwijk, M. Van, & Cadisch, G. (2010). Agroforestry Interactions in
Rainfed Agriculture : Can Hedgerow Intercropping Systems Sustain Crop Yield on an Ultisol
in Lampung ( Indonesia )? Agrivita, 32(3), 205–216.
Uryu, Y., Mott, C., Foead, N., Yulianto, K., Budiman, A., Takakai, F., …Stüwe, M. 2008. Deforesta-
tion, Forest Degradation, Biodiversity Loss and CO2 Emissions in Riau, Sumatra, Indonesia.
WWF Indonesia Technical Report. Jakarta. Retrieved from http://assets.panda.org/down-
loads/riau_co2_report__wwf_id_27feb08_en_lr_.pdf
Wadley, R. L., &Colfer, C. J. P. (2004). Sacred Forest, Hunting, and Conservation in West Kalimantan,
Indonesia. Human Ecology, 32(3), 313–338.
https://doi.org/10.1023/B:HUEC.0000028084.30742.d0
Woods, C. L., Cardelús, C. L., Scull, P., Wassie, A., Baez, M., &Klepeis, P. (2017). Stone walls and
216 Bunga Rampai Forum Peneliti Muda Indonesia 2017

sacred forest conservation in Ethiopia. Biodiversity and Conservation, 26(1), 209–221.


https://doi.org/10.1007/s10531-016-1239-y

BIOGRAFI PENULIS
Mohd. Yunus, S. Pd
MOHD. YUNUS lahir di Sei. Gergaji, Kabupaten Indragiri Hilir, Provinsi Riau pada tanggal
05 Januari 1992. Ia menempuh pendidikan S-1 di Program Studi Pendidikan Biologi, FKIP
Universitas Riau (2010-2014).Setelah lulus, ia bekerja sebagai asisten peneliti di Pusat Studi
Lingkungan Hidup, LPPM Universitas Riau (2014-
sekarang). Penulis memiliki perhatian terhadap penelitian
dengan tema kebijakan lingkungan, khususnya pengelolaan
hutan. Berbagai tulisannya telah dipublikasikan di dalam
buku, jurnal ilmiah, dan prosiding. Penulis juga pernah
mengikuti berbagai seminar dan konferensi di tingkat lokal,
nasional, dan internasional. Penulis juga terlibat di dalam
berbagai organisasi profesi dan keahlian, seperti Asosiasi
Ahli Perubahan Iklim dan Kehutanan (APIK) Indonesia,
Himpunan Pendidik dan Peneliti Biologi Indonesia, World
Association for Scientific Research and Technical Innovation
(WASRTI), dan Global Association for Humanities and So-
cial Science Research (GAHSSR)

View publication stats

Anda mungkin juga menyukai