Anda di halaman 1dari 13

MEMBANGUN KERJA SAMA TIM/ORGANISASI

A. Pengertian Pengorganisasian dan Organisasi


Fungsi pengorganisasian (organizing = pembagian kerja) berkaitan
dengan fungsi perencanaan, karena pengorganisasian pun harus direncanakan.
Pengertian pengorganisasian (organizing) dan organisasi (organization)
berbeda. Berikut disajikan beberapa definisi pengorganisasian dan organisasi
dari para ahli [ CITATION Has05 \l 1033 ].
1. Drs. Malayu S.P. Hasibuan
Pengorganisasian adalah suatu proses penentuan, pengelompokan,
dan pengaturan bermacam-macam aktivitas yang diperlukan untuk
mencapai tujuan, menempatkan orang-orang pada setiap aktivitas ini,
menyediakan alat-alat yang diperlukan, menetapkan wewenang yang
secara relative didelegasikan kepada setiap individu yang akan melakukan
aktivitas-aktivitas tersebut.
2. George R. Terry
Pengorganisasian adalah tindakan mengusahakan hubungan-
hubungan kelakuan yang efektif antara orang-orang, sehingga mereka
dapat bekerja sama secara efisien dan dengan demikian memperoleh
kepuasan pribadi dalam hal melaksanakan tugas-tugas tertentu dalam
kondisi lingkungan tertentu guna mencapai tujuan atau sasaran tertentu.
3. Louis A. Allen
Organisasi adalah suatu proses penentuan dan pengelompokan
pekerjaan yang akan dikerjakan, menetapkan dan melimpahkan wewenang
dan tanggung jawab, dengan maksud untuk memungkinkan orang-orang
bekerja sama secara efektif untuk mencapai suatu tujuan.
4. James D. Mooney
Organisasi adalah setiap bentuk perserikatan manusia untuk
mencapai tujuan bersama.
5. Drs. Malayu S.P. Hasibuan
Organisasi adalah suatu sistem perserikatan formal, berstruktur dan
terkoordinasi dari kelompok orang yang bekerja sama dalam mencapai
tujuan tertentu. Organisasi hanya merupakan alat dan wadah saja.
Aspek-aspek penting dari definisi di atas, adalah:
1) adanya tujuan tertentu yang ingin dicapai,
2) adanya sistem kerja sama yang terstruktur dari sekelompok orang,
3) adanya pembagian kerja dan hubungan kerja antara sesama anggota,
4) adanya penetapan dan pengelompokan pekerjaan yang terintegrasi,
5) adanya keterikatan formal dan tata tertib yang harus ditaati,
6) adanya pendelegasian wewenang dan koordinasi tugas-tugas,
7) adanya unsur-unsur dan alat-alat organisasi,
8) adanya penempatan orang-orang yang akan melakukan pekerjaan.
B. Unsur-Unsur Organisasi
Berikut ini disajikan unsur-unsur yang membangun organisasi
[ CITATION Has05 \l 1033 ].
1. Manusia (human factor), artinya organisasi baru ada jika ada unsur
manusia yang bekerja sama, ada pemimpin, dan ada yang dipimpin
(bawahan).
2. Tempat kedudukan, artinya organisasi baru ada, jika ada tempat
kedudukannya.
3. Tujuan, artinya organisasi baru ada, jika ada tujuan yang ingin dicapai.
4. Pekerjaan, artinya organisasi baru ada, jika ada pekerjaan yang akan
dikerjakan serta adanya pembagian pekerjaan.
5. Struktur, artinya organisasi baru ada, jika ada hubungan dan kerja sama
antara manusia yang satu dengan lainnya.
6. Teknologi, artinya organisasi baru ada, jika terdapat unsur teknis.
7. Lingkungan (Environment External Social System), artinya organisasi baru
ada, jika ada lingkungan yang saling mempengaruhi misalnya ada sistem
kerja sama sosial.
C. Fungsi Organisasi
Organisasi mempunyai beberapa fungsi [ CITATION Muh141 \l 1033 ]
yang dijelaskan sebagai berikut.
1. Memenuhi Kebutuhan Pokok Organisasi
Setiap organisasi mempunyai kebutuhan pokok masing-masing
dalam rangka kelangsungan hidup organisasi tersebut. Beberapa organisasi
memerlukan barang-barang yang berharga, tenaga kerja yang rajin dan
terampil, gedung yang bersih dan lengkap peralatannya. Semuanya ini
merupakan tanggung jawab organisasi untuk memenuhinya. Tetapi,
adakalanya organisasi membutuhkan barang-barang yang tidak berharga
dan tanggung jawab anggotalah membantu organisasi dalam menentukan
mana barang yang berharga dan mana barang yang tidak perlu
dihindarkan.
2. Mengembangkan Tugas dan Tanggung Jawab
Kebanyakan organisasi bekerja dengan bermacam-macam standar
etis tertentu. Organisasi harus hidup sesuai dengan standar yang telah
ditetapkan oleh organisasi maupun standar masyarakat dimana organisasi
itu berada. Organisasi bertanggung jawab terhadap kesejahteraan ekonomi
masyarakat di lingkungannya.Di samping itu, organisasi juga mengemban
tanggung jawab yang diberikan oleh undang-undang.
3. Memproduksi Barang atau Orang
Fungsi utama organisasi adalah memproduksi barang atau orang
sesuai dengan jenis organisasinya. Setiap organisasi mempunyai
produknya masing-masing. Para ahli dan pimpinan organisasi banyak
menggunakan waktunya untuk memikirkan peningkatan dan
penyempurnaan hasil produksinya. Efektivitas proses produksi banyak
bergantung kepada ketepatan informasi. Penyampaian dan pemeliharaan
informasi memerlukan proses komunikasi. Oleh sebab itu informasi juga
bergantung kepada keterampilam berkomunikasi.
4. Mempengaruhi dan Dipengaruhi Orang
Sesungguhnya organisasi digerakkan oleh orang. Orang yang
membimbing, mengelola, mengerahkan, dan menyebabkan pertumbuhan
organisasi. Orang yang memberikan ide-ide baru, program baru, dan arah
yng baru. Orang sebagai anggota organisasi maupun sebagai pemakai jasa
organisasi dipengaruhi oleh organisasi. Kebanyakan dari orang dewasa
menghabiskan waktu kerjanya kira-kira 50-60% dalam organisasi sebagai
anggota organisasi [ CITATION Hun80 \l 1033 ] . Dalam kondisi normal, orang
akan cenderung mengambil karakteristik tertentu dari organisasi dimana ia
bekerja. Misalnya jika dia bekerja di toko serba ada akan bertambah
sensitif terhadap kebiasaan pembeli dan cara mereka menggunakan uang
mereka. Begitu juga halnya jika dia sebagai guru makin sensitif terhadap
tingkah laku anak-anak atau remaja. Hal ini menunjukkan bahwa keadaan
psikologis dan sosial berhubungan dengan tugas dan jabatan kita.
D. Ciri-Ciri Organisasi yang Baik dan Efektif
Tanda-tanda (ciri-ciri) organisasi yang baik dan efektif [ CITATION Has05
\l 1033 ], antara lain sebagai berikut.
1. Tujuan organisasi itu jelas dan realistis.
2. Pembagian kerja dan hubungan pekerjaan antara unit-unit, subsistem-
subsistem atau bagian-bagian harus baik dan jelas.
3. Organisasi itu harus menjadi alat dan wadah yang efektif dalam
mencapai tujuan.
4. Tipe organisasi dan strukturnya harus sesuai dengan kebutuhan
perusahaan.
5. Unit-unit kerja seperti departemen dan bagiannya ditetapkan berdasarkan
atas eratnya hubungan pekerjaan.
6. Job description setiap jabatan harus jelas dan tidak ada tumpang tindih
pekerjaan.
7. Rentang kendali setiap bagian harus berdasarkan volume pekerjaan dan
tidak boleh terlalu banyak.
8. Sumber perintah dan tanggung jawab harus jelas, melalui jarak yang
terpendek.
9. Jenis wewenang yang dimiliki setiap pejabat harus jelas.
10. Mismanajemen penempatan karyawan tidak ada.
11. Hubungan antara bagian dengan bagian lainnya jelas dan serasi.
12. Pendelegasian wewenang harus berdasarkan job description karyawan.
13. Deferensiasi, koordinasi, integrasi, dan sinkronisasi harus baik.
14. Organisasi harus luwes dan fleksibel.
15. Organisasi harus mempunyai Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah
Tangga.
E. Siklus Hidup Organisasi
1. Definisi Siklus Hidup Organisasi
Siklus hidup organisasi adalah suatu tahapan perkembangan yang
dialami oleh setiap organisasi beserta kondisi, kesulitan, dan masalah-
masalah transisi serta implikasi yang mengikuti dari setiap
perkembangan tersebut [ CITATION Rah10 \l 1033 ]. Tahapan
perkembangan organisasi sendiri sebenarnya dapat diprediksi dan bersifat
repetitif [ CITATION Adi89 \l 1033 ]. Oleh karena itu pemahaman terhadap
setiap perkembangan tahapan organisasi memberikan kemampuan
kepada pimpinan organisasi untuk secara proaktif dan preventif dan
menyongsong persoalan-persoalan organisasi dimasa datang, atau jika
tidak mampu, bagaimana sebisa mungkin menghindari masalah-masalah
tersebut.
2. Tahap-Tahap Perkembangan (Siklus) Organisasi
Terdapat tiga tahapan perkembangan organisasi [ CITATION Adi89 \l
1033 ] yaitu sebagai berikut.
a) Tahap pertumbuhan (growing stages) yang meliputi masa
pengenalan (courtship), masa bayi (infancy), dan masa kanak-kanak
(go-go).
b) Masa ”coming of age” yang meliputi masa kedewasaan
(adolescence) dan masa puncak/ keemasan (prime).
c) Tahap Penurunan (aging organizations) yang meliputi masa
kemapanan (stable organizations), masa aristokrasi (aristoccracy),
masa birokrasi awal (early bureaucracy) dan masa birokrasi dan
mati (bureaucracy and death).
Dari Sembilan masa yang dirinci di atas, dalam tulisan ini akan diuraikan
hanya tujuh masa yang paling penting.
1) Masa Pengenalan ( Courtship)
Ciri utama organisasi pada masa pengenalan adalah,
banyaknya ide atau gagasan yang ingin diwujudkan, meskipun
organisasi belum berdiri. Banyak sekali gagasan-gagasan tentang
masa depan, tanpa adanya kegiatan yang nyata. Karenanya pada
tahap ini antusiasme sangat tinggi dan ketertarikan secara emosional.
Antusiasme dan ketertarikan secara emosional yang sangat tinggi
itulah yang membangkitkan komitmen.
Perkembangan dalam masa pengenalan menunjukkan ciri-ciri
normal yaitu apabila komitmen disertai dengan uji kenyataan secara
realistis dan risiko diperhitungkan secara moderat. Sedangkan ciri-
ciri abnormal yaitu gagasan tidak diuji secara realistis dan sesuai
dengan kenyataan dan risiko tidak diperhitungkan secara moderat.
Gagasan-gagasan yang tidak realistis dan berisiko tinggi,
memungkinkan organisasi hanya berwujud dalam gagasan dan
angan-angan. Dalam bahasa yang lain, organisasi akan mengalami
”keguguran” sebelum lahir.
2) Masa Bayi (Infant Periode)
Gagasan-gagasan dan ide yang dibangun pada tahap
pengenalan apabila disertai kemampuan untuk mewujudkannya
merupakan siklus awal dari kehidupan organisasi. Tentu saja tidak
semua gagasan dapat diwujudkan, karena hal itu berkaitan langsung
dengan ketersediaan dan kemampuan sumber daya organisasi, baik
sumber daya manusia (SDM) maupun sumber daya lainnya.
Meskipun risiko telah diperhitungkan secara moderat, organisasi
pada tahap awal membutuhkan kerja keras dan aktivitas-aktivitas
berkelanjutan yang dilakukan oleh pendiri atau penggagas.
Satu hal yang perlu diperhatikan adalah bahwa pada tahap ini
aktivitas organisasi masih bertumpu pada pimpinan atau pendiri
(baik dalam komitmen maupun dalam pengambilan keputusan). Oleh
karenanya sistem dan prosedur masih sederhana, pengelolaan serta
struktur hirarkinya sempit. Tanpa komitmen dari pendiri untuk
memberikan ”kasih sayang” kepada organisasi (dalam bentuk
perhatian, tenaga, bahkan uang), maka organisasi akan mati dikala
masih bayi (infant mortality).
3) Masa Anak-Anak (Go-Go)
Organisasi yang berhasil mewujudkan gagasan dalam bentuk
yang nyata dianggap telah melewati masa awal. Dalam jumlah
terbatas, ide-ide dapat dilaksanakan dan mulai menunjukkan
aktivitas walaupun dalam skala terbatas. Keberhasilan dalam masa
ini akan mendorong pendiri untuk memperbanyak ide dan mencoba
untuk mewujudkan setiap ide yang muncul dalam angan-angan.
Akhirnya banyak sekali ide yang ingin direalisasikan. Setiap
peluang dan kesempatan ”disambar” tanpa memperhitungkan
kekuatan sumber daya organisasi, tanpa menentukan skala prioritas,
karena semua adalah prioritas. Akibatnya banyak sekali pekerjaan
yang harus dikerjakan pada saat bersamaan. Sindrom ”go-go” adalah
semua ingin digarap, persis seorang anak yang selalu melahap apa
saja yang ditemukan, tak perduli makanan atau bukan. Organisasi
dikendalikan oleh setiap ”temuan” peluang, bukan organisasi yang
mengendalikan peluang.
4) Masa Dewasa
Organisasi yang berhasil melewati masa Go-Go yaitu yang
secara selektif memilih peluang/bidang untuk digarap/dikerjakan,
apakah melalui penetapan skala prioritas secara seksama, pilihan
yang paling realistis atau secara radikal mengganti tujuan,
menetapkan kembali ”visi” dan ”misi” organisasi. Organisasi yang
berhasil melewati masa ini telah mencapai kedewasaan yang
dicirikan berfikir dan bertindak realistis serta bekerja dalam level
risiko yang moderat. Tentu saja penggantian tujuan ini
membutuhkan perenungan, pemikiran, waktu, memerlukan refleksi.
Risikonya, pada saat orang bertempur memperebutkan berbagai
peluang untuk dikerjakan, masuk dalam bidang-bidang garapan,
organisasi ini masih berasik-asik dengan program rekayasa ulang
atau jargon-jargon reformasi. Oleh karena itu, refleksi dan
perumusan penggantian tujuan harus dilaksanakan secara seksama,
agar momentum tidak hilang dan organisasi mengalami penurunan
atau ”penuaan” dini (premature aging), dalam arti organisasi belum
sampai kepada visi dan misi yang diimpikan, komitmen dan sumber
daya sudah berkurang dan tidak efektif lagi untuk berjuang, akhirnya
organisasi mengalami penuaan dini (Premature Aging).
5) Masa Puncak Organisasi
Organisasi yang berhasil melewati masa dewasa akan
mencapai masa puncak organisasi. Hal ini ditandai dengan sasaran-
sasaran yang secara realistis ditetapkan berhasil dicapai dengan baik.
Organisasi dapat dikendalikan dengan baik karena sistem dan
prosedur, serta mekanisme pengambilan keputusan telah tersusun
dengan baik serta diterapkan secara konsekuen. Kendati, organisasi
secara ketat menjalankan sistem dan prosedur, organisasi tetap
fleksibel dalam arti masih mampu mengadopsi berbagai perubahan-
perubahan yang terjadi di lingkungan. Oleh karena itu tahap ini
disebut pula sebagai tahap Go-Go kedua atau second birth new
infant. Organisasi secara agresif mencari berbagai peluang dan
kesempatan untuk memperluas usaha dan diversifikasi berbagai
bidang usaha), namun dibarengi dengan perhitungan dan prediksi
secara ketat dan pengendalian dalam implementasinya.
6) Masa Stabilitas Organisasi
Apabila organsisasi secara konsisten mampu mempertahankan
masa puncak selama beberapa periode tertentu, maka dapat
dikatakan bahwa organisasi itu mengalami atau berada pada posisi
kestabilan. Tentu saja pada tahap ini banyak sekali “godaan” dan
tantangan yang muncul secara internal maupun eksternal.
7) Masa Penurunan dan Kematian Organisasi
Secara internal godaan yang muncul adalah munculnya
rutinitas pekerjaan sehingga mematikan kreativitas dan inovasi.
Setiap gagasan atau inovasi muncul selalu akan mengganggu
kestabilan. Jargon “jangan mengganggu suasana yang sudah
kondusif” merupakan senjata untuk mematikan setiap inovasi dan
kreativitas. Jika situasi ini terus berlanjut, maka lama kelamaan akan
memunculkan kubu-kubu yang saling berseberangan, atau bahkan
saling bermusuhan secara terang-terangan maupun sembunyi-
sembunyi (konflik). Dari segi analisa struktur organisais, konflik
merupakan suatu ciri dimana struktur yang ada sudah tidak efektif
atau deficiency [ CITATION Daf92 \l 1033 ]. Manakala ini terjadi, maka
suasana saling curiga dan mencurigai akan terjadi. Setiap orang
selalu berancang-ancang untuk menjatuhkan lawan konfrontasinya
secara fisik (memecat, merumahkan) maupun secara mental
psikologi dengan memainkan berbagai kartu truf masing-masing
dengan mencari kelemahan pihak lainnya.
Semua daya upaya difokuskan kepada usaha-usaha untuk
menjatuhkan lawan. Sementara implementasi tujuan-tujuan
organisasi menjadi terbengkalai. Akhirnya ketika organisasi
menghadapi masalah, yang terjadi adalah saling menyalahkan, bukan
mencari penyebab dan solusi untuk memecahkan masalah. Karena
organisasi terus menerus dilanda konflik, sementara pelayanan atau
implementasi organisasi menjadi terabaikan, maka yang mengemuka
dalam organisasi adalah kepentingan-kepentingan politik dari
masing-masing pihak yang bertikai. Komitmen yang semula
dibangun pada tahap awal pendirian organisasi, tidak ada lagi.
Banyak anggota organisasi yang keluar atau mengundurkan diri
(exit). Jika para anggota organisasi keluar, atau jika pun bertahan
namun komitmen sudah tidak ada lagi sebagai pemersatu gerak
langkah tujuan organisasi, maka pada saat itu organisasi, kendati
secara formal masih berdiri, secara riil sudah mati.
3. Manajemen Konflik dalam Organisasi
Menurut Stevenin [ CITATION Han01 \l 1033 ] terdapat lima langkah
meraih kedamaian dalam konflik. Apapun sumber masalahnya, lima
langkah
berikut ini bersifat mendasar dalam mengatasi kesulitan.
a) Pengenalan.
Kesenjangan antara keadaan yang ada atau yang teridentifikasi
dan bagaimana keadaan yang seharusnya. Satu-satunya yang
menjadi perangkap adalah kesalahan dalam mendeteksi (tidak
mempedulikan masalah atau menganggap ada masalah padahal
sebenarnya tidak ada).
b) Diagnosis
Inilah langkah yang terpenting. Metode yang benar dan telah
diuji mengenai siapa, apa, mengapa, dimana, dan bagaimana
berhasil dengan sempurna. Pusatkan perhatian pada masalah
utama dan bukan pada hal-hal sepele.
c) Menyepakati suatu solusi
Kumpulkanlah masukan mengenai jalan keluar yang
memungkinkan dari orang-orang yang terlibat didalamnya. Saringlah
penyelesaian yang tidak dapat diterapkan atau tidak praktis. Jangan
sekali-kali menyelesaikan dengan cara yang tidak terlalu baik.
Carilah yang terbaik.
d) Pelaksanaan
Ingatlah bahwa akan selalu ada keuntungan dan kerugian.
Namun hati-hati, jangan biarkan pertimbangan ini terlalu
mempengaruhi pilihan dan arah pada kelompok tertentu.
e) Evaluasi
Penyelesaian konflik itu sendiri dapat melahirkan serangkaian
masalah baru. Jika penyelesaiannya tampak tidak berhasil,
kembalilah ke langkah–langkah sebelumnya dan cobalah lagi.
F. Membangun Kerja Sama Tim/Organisasi
Kerja sama biasanya dilakukan atas dasar tujuan yang sama, yaitu
tujuan yang hendak dicapai. Dalam suatu organisasi sangat diperlukan adanya
suatu kerja sama kelompok (team work), karena semua penggerak suatu
organisasi adalah manusia, bukan mesin, komputer atau yang lainnya.
Menurut Dibyo Sumantri [ CITATION Set12 \l 1033 ], agar kerjasama bisa
terjalin dengan baik perlu adanya beberapa tahapan kesamaan atau orientasi
sebagai berikut.
1. Kesamaan Tempat
Kesamaan tempat ini bisa menjadi dasar bagi terwujudnya kerja
sama. Karena dengan berada di tempat yang sama, akan memudahkan
seluruh anggota kelompok atau organisasi untuk saling berkomunikasi,
berdiskusi atau berargumentasi, sehingga memudahkan terwujudnya
kerjasama.
2. Kesamaan Pikiran
Karena berada di tempat yang sama, memudahkan seluruh anggota
kelompok atau semua pihak untuk menyamakan pikiran atau konsep
pemikiran. Jika seluruh anggota kelompok atau organisasi sudah
mempunyai kesamaan sudut pandang atau konsep pemikiran, maka akan
mudah untuk mencari solusi atau pemecahan setiap masalah yang
terjadi dalam organisasi, meskipun mereka tidak berada di tempat yang
sama.
3. Kesamaan Perasaan
Dalam mengelola suatu organisasi, tidak mungkin seseorang
selalu berfikir linier atau berfikir yang monoton. Karena pemikiran
linier tersebut sudah diwakili oleh data atau dokumen. Sehingga pada
tahap tertentu seseorang harus menggunakan perasaan untuk
menyelesaikan masalah yang ada, khususnya yang berkaitan dengan
policy, kebijakan, kebijaksanaan atau yang terkait dengan faktor eksternal.
4. Kesamaan Jiwa
Kesamaan jiwa ini merupakan tahap yang tertinggi dalam
membangun kerjasama kelompok, dimana masing-masing anggota
organisasi telah memahami seutuhnya tentang fungsi, tugas dan
kewajibannya. Selain itu telah ada kepercayaan atau saling percaya
diantara sesama anggota organisasi atau kelompok, sehingga akan
terbentuk suatu kultur organisasi yang baik dan utuh. Pada tahapan ini,
tidak akan banyak terjadi perbedaan pendapat, dan jika masih ada
perbedaan pendapat tidak akan menimbulkan prasangka buruk diantara
mereka.
Kerja sama kelompok dalam organisasi atau perusahaan juga dapat
terwujud dengan adanya pembinaan hubungan kerja, baik hubungan kerja
antara para anggota organisasi atau perusahaan maupun antara pimpinan
organisasi atau perusahaan dengan bawahannya atau anggota yang lain.
Sasaran pembinaan hubungan kerja dalam organisasi atau perusahaan
adalah tercapainya kerja sama yang kompak dan harmonis antara sesama
anggota organisasi atau sumber daya manusia yang ada.
Pembinaan hubungan kerja yang dilakukan oleh pimpinan organisasi
atau perusahaan dikatakan berhasil apabila tercipta adanya kerja sama
antar anggota organisasi atau sumber daya manusia dalam organisasi atau
perusahaan tersebut. Kerja sama akan tercipta apabila terdapat saling
percaya antar anggota organisasi atau perusahaan dan kepercayaan akan
tumbuh melalui pelaksanaan komunikasi yang baik.
DAFTAR PUSTAKA
Adizes, I. (1989). Corporate Lifecycles: How and Why Corporations Grow and
Die and What to Do About It? New Jersey: Prentice Hall Inc.

Daft, R. L. (1992). Organization Theory and Design. Singapore: Info Access.

Handoko, T. T. (2001). Manajemen Personalia dan Sumberdaya Manusia.


Yogyakarta: Universitas Gajah Mada.

Hasibuan, M. S. (2005). Organisasi dan Motivasi. Jakarta: Bumi Aksara.

Hunt, G. T. (1980). Communication Skill in The Organization. New Jersey:


Prentice Hall.

Muhammad, A. (2014). Komunikasi Organisasi. Jakarta: Bumi Aksara.

Raharja, S. J. (2010). Siklus Hidup Organisasi: Suatu Analisis Perkembangan


Organisasi. Jurnal Administrasi Bisnis, 6(1), 94-100.

Setiyanti, S. W. (2012). Membangun Kerja Sama Tim (Kelompok). Jurnal STIE


Semarang, 4(3), 59-65.

Anda mungkin juga menyukai