Anda di halaman 1dari 16

Laporan Pendahuluan

HIDROSEFALUS

diajukan untuk memenuhi salah satu tugas praktik belajar klinik stase
keperawatan anak yang di bina oleh Ibu Tia Setiawati , M.Kep., Ns, Sp.Kep.An

Disusun oleh:

Widi Maudina Sonia

102017049

PROGRAM STUDI VOKASI DIPLOMA III KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN ‘AISYIYAH BANDUNG

2019
A.   DEFINISI HIDROSEFALUS
Hidrosefalus adalah akumulasi cairan serebro spinal dalam
ventrikelserebral, ruang subarachnoid atau ruang subdural (Suriadi dan Yuliani,
2001).
Hidrosefalus merupakan keadaan patologis otak yang mengakibatkan
bertmbahnya cairan serebro spinalis tanpa atau pernah dengan tekanan
intracranial yang meninggi sehingga terdapat pelebaran ruangan tempat
mengalirnya cairan serebro spinal (Ngastiyah,2007).
Hidrosefalus merupakan sindroma klinis yang dicirikan dengan dilatasi
yang progresif pada system ventrikuler cerebral dan kompresi gabungan dari
jaringan – jaringan serebral selama produksi CSF berlangsung yang
meningkatkan kecepatan absorbsi oleh vili arachnoid. Akibat berlebihannya
cairan serebrospinalis dan meningkatnya tekanan intrakranial menyebabkan
terjadinya peleburan ruang – ruang tempat mengalirnya liquor (Mualim, 2010)

Jenis Hidrosefalus dapat diklasifikasikan menurut:


1.  Waktu Pembentukan
a.  Hidrosefalus Congenital, yaitu Hidrosefalus yang dialami sejak
dalamkandungan dan berlanjut setelah dilahirkan
b.  Hidrosefalus Akuisita, yaitu Hidrosefalus yang terjadi setelah bayi dilahirkan
atau terjadi karena faktor lain setelah bayi dilahirkan (Harsono,2006).
2.  Proses Terbentuknya Hidrosefalus
a.  Hidrosefalus Akut, yaitu Hidrosefalus yang tejadi secara mendadak yang
diakibatkan oleh gangguan absorbsi CSS (Cairan Serebrospinal)
b.  Hidrosefalus Kronik, yaitu Hidrosefalus yang terjadi setelah cairan CSS
mengalami obstruksi beberapa minggu (Anonim,2007)
3.  Sirkulasi Cairan Serebrospinal
a.  Communicating, yaitu kondisi Hidrosefalus dimana CSS masih bisa keluar dari
ventrikel namun alirannya tersumbat setelah itu.
b.  Non Communicating, yaitu kondisi Hidrosefalus dimana sumbatanaliran CSS
yang terjadi disalah satu atau lebih jalur sempit yang menghubungkan ventrikel-
ventrikel otak (Anonim, 2003).
4.  Proses Penyakit
a.  Acquired, yaitu Hidrosefalus yang disebabkan oleh infeksi yangmengenai otak
dan jaringan sekitarnya termasuk selaput pembungkusotak (meninges).
b.  Ex-Vacuo, yaitu kerusakan otak yang disebabkan oleh stroke atau
cederatraumatis yang mungkin menyebabkan penyempitan jaringan otak
atauathrophy (Anonim, 2003).

B.   ETIOLOGI HIDROSEFALUS
Hidrosefalus terjadi bila terdapat penyumbatan aliran CSS pada salah satu
tempat antara tempat pembentukan CSS dalam sistem ventrikel dan tempat
absorbsi dalam ruang subarackhnoid. akibat penyumbatan, terjadi dilatasi
ruangan CSS diatasnya. Penyumbatan aliran CSS sering terdapat pada bayi dan
anak ialah:
1.      Kongenital : disebabkan gangguan perkembangan janin dalam rahim,atau
infeksi intrauterine meliputi :
·           Stenosis aquaductus sylvi
·           Spina bifida dan kranium bifida
·           Syndrom Dandy-Walker
·           Kista arakhnoid dan anomali pembuluh darah
2.      Didapat : disebabkan oleh infeksi, neoplasma, atau perdarahan
·           Infeksi
Akibat infeksi dapat timbul perlekatan meningen. secara patologis terlihat
penebalan jaringan piameter dan arakhnoid sekitar sisterna basalis dan daerah
lain. penyebab lain infeksi adalah toksoplasmosis.
·           Neoplasma
Hidrosefalus oleh obstruksi mekanik yang dapat terjadi di setiap tempat aliran
CSS. pada anak yang terbanyak menyebabkan penyumbatan ventrikel IV /
akuaduktus sylvii bagian terakhir biasanya suatu glioma yang berasal dari
cerebelum, penyumbatan bagian depan ventrikel III disebabkan
kraniofaringioma.
·           Perdarahan
Perdarahan sebelum dan sesudah lahir dalam otak, dapat menyebabkan fibrosis
leptomeningfen terutama pada daerah basal otak, selain penyumbatan yang
terjakdi akibat organisasi dari darah itu sendiri.

D.   PATOFISIOLOGI HIDROSEFALUS
Jika terdapat obstruksi pada system ventrikuler atau pada ruangan
subarachnoid, ventrikel serebral melebar, menyebabkan permukaan ventrikuler
mengkerut dan merobek garis ependymal. White mater dibawahnya akan
mengalami atrofi dan tereduksi menjadi pita yang tipis. Pada gray matter
terdapat pemeliharaan yang bersifat selektif, sehingga walaupun ventrikel telah
mengalami pembesaran gray matter tidak mengalami gangguan. Proses dilatasi
itu dapat merupakan proses yang tiba – tiba / akut dan dapat juga selektif
tergantung pada kedudukan penyumbatan. Proses akut itu merupakan kasus
emergency. Pada bayi dan anak kecil sutura kranialnya melipat dan melebar
untuk mengakomodasi peningkatan massa cranial. Jika fontanela anterior tidak
tertutup dia tidak akan mengembang dan terasa tegang pada perabaan.Stenosis
aquaductal (Penyakit keluarga / keturunan yang terpaut seks) menyebabkan titik
pelebaran pada ventrikel lateral dan tengah, pelebaran ini menyebabkan kepala
berbentuk khas yaitu penampakan dahi yang menonjol secara dominan
(dominan Frontal blow). Syndroma dandy walkker akan terjadi jika terjadi
obstruksi pada foramina di luar pada ventrikel IV. Ventrikel ke IV melebar dan
fossae posterior menonjol memenuhi sebagian besar ruang dibawah tentorium.
Klein dengan type hidrosephalus diatas akan mengalami pembesaran cerebrum
yang secara simetris dan wajahnya tampak kecil secara disproporsional.
Pada orang yang lebih tua, sutura cranial telah menutup sehingga
membatasi ekspansi masa otak, sebagai akibatnya menujukkan gejala :
Kenailkan ICP sebelum ventrikjel cerebral menjadi sangat membesar.
Kerusakan dalam absorbsi dan sirkulasi CSF pada hidrosephalus tidak komplit.
CSF melebihi kapasitas normal sistim ventrikel tiap 6 – 8 jam dan ketiadaan
absorbsi total akan menyebabkankematian.
Pada pelebaran ventrikular menyebabkan robeknya garis ependyma
normal yang pada didning rongga memungkinkan kenaikan absorpsi. Jika route
kolateral cukup untuk mencegah dilatasi ventrikular lebih lanjut maka akan
terjadi keadaan kompensasi.

 Pathway HIDROSEFALUS

LAPORAN PENDAHULUAN HIDROSEFALUS


                   Pathway Hidrosefalus

E.   MANIFESTASI KLINIS HIDROSEFALUS


Manifestasi klinis Hidrosefalus dibagi menjadi 2 yaitu : anak dibawah usia 2
tahun, dan anak diatas usia 2 tahun.
1.  Hidrosefalus dibawah usia 2 tahun
·      Sebelum usia 2 tahun yang lebih menonjol adalah pembesaran kepala.
·      Ubun-ubun besar melebar, terba tegang/menonjol dan tidak berdenyut.
·      Dahi nampak melebar dan kulit kepala tipis, tegap mengkilap dengan
pelebaran vena-vena kulit kepala.
·      Tulang tengkorak tipis dengan sutura masih terbuka lebar cracked pot sign
yakni bunyi seperti pot kembang yang retak pada perkusi.
·      Perubahan pada mata.
o  bola mata berotasi kebawah olek karena ada tekanan dan penipisan tulang supra
orbita. Sclera nampak diatas iris, sehingga iris seakan-akan seperti matahari
yang akan terbenam
o  strabismus divergens
o  nystagmus
o  refleks pupil lambat
o  atropi N II oleh karena kompensi ventrikel pada chiasma optikum
o   papil edema jarang, mungkin oleh sutura yang masih terbuka.
2.  Hydrochepalus pada anak diatas usia 2 tahun.
·      Yang lebih menonjol disini ialah gejala-gejala peninggian tekanan intra
kranial oleh karena pada usia ini ubun-ubun sudah tertutup

F.    KOMPLIKASI HIDROSEFALUS
·           Peningkatan tekanan intrakranial
·           Kerusakan otak
·          
Infeksi:septikemia,endokarditis,infeksiluka,nefritis,meningitis,ventrikulitis,abse
s otak.
·           Shunt tidak berfungsi dengan baik akibat obstruksi mekanik.
·           Hematomi subdural, peritonitis,adses abdomen, perporasi organ dalam
rongga abdomen,fistula,hernia, dan ileus.
·           Kematian

G.   PEMERIKSAAN PENUNJANG HIDROSEFALUS


·      Pemeriksaan fisik:
o   Pengukuran lingkaran kepala secara berkala. Pengukuran ini penting untuk
melihat pembesaran kepala yang progresif atau lebih dari normal
o   Transiluminasi
·      Pemeriksaan darah:
o   Tidak ada pemeriksaan darah khusus untuk hidrosefalus
·      Pemeriksaan cairan serebrospinal:
o   Analisa cairan serebrospinal pada hidrosefalus akibat perdarahan atau
meningitis untuk mengetahui kadar protein dan menyingkirkan kemungkinan
ada infeksi sisa
·      Pemeriksaan radiologi:
o   X-foto kepala: tampak kranium yang membesar atau sutura yang melebar.
o   USG kepala: dilakukan bila ubun-ubun besar belum menutup.
o   CT Scan kepala: untuk mengetahui adanya pelebaran ventrikel dan sekaligus
mengevaluasi struktur-struktur intraserebral lainnya

H.   PENTALAKSANAAN MEDIS HIDROSEFALUS


1.  Pencegahan
Untuk mencegah timbulnya kelainan genetic perlu dilakukan penyuluhan
genetic, penerangan keluarga berencana serta menghindari perkawinan antar
keluarga dekat. Proses persalinan/kelahirandiusahakan dalam batas-batas
fisiologik untuk menghindari trauma kepala bayi. Tindakan pembedahan Caesar
suatu saat lebih dipilih dari pada menanggung resiko cedera kepala bayi
sewaktu lahir.
2.  Terapi Medikamentosa
Hidrosefalus dewngan progresivitas rendah dan tanpa obstruksi pada umumnya
tidak memerlukan tindakan operasi. Dapat diberi asetazolamid dengan dosis 25
– 50 mg/kg BB. Pada keadaan akut dapat diberikan menitol. Diuretika dan
kortikosteroid dapat diberikan meskipun hasilnya kurang memuaskan.
Pembarian diamox atau furocemide juga dapat diberikan. Tanpa pengobatan
“pada kasus didapat” dapat sembuh spontan ± 40 – 50 % kasus.
3.  Pembedahan :
Tujuannya untuk memperbaiki tempat produksi LCS dengan tempat absorbsi.
Misalnya Cysternostomy pada stenosis aquadustus. Dengan pembedahan juga
dapat mengeluarkan LCS kedalam rongga cranial yang disebut :
a.  Ventrikulo Peritorial Shunt
b.  Ventrikulo Adrial Shunt
Untuk pemasangan shunt yang penting adalajh memberikan pengertian pada
keluarga mengenai penyakit dan alat-alat yang harus disiapkan (misalnya :
kateter “shunt” obat-obatan darah) yang biasanya membutuhkan biaya besar.
Pemasangan pintasan dilakukan untuk mengalirkan cairan serebrospinal dari
ventrikel otak ke atrium kanan atau ke rongga peritoneum yaitu pi8ntasan
ventrikuloatrial atau ventrikuloperitonial.
Pintasan terbuat dari bahan bahansilikon khusus, yang tidak menimbulkan raksi
radang atau penolakan, sehingga dapat ditinggalkan di dalam yubuh untuk
selamanya. Penyulit terjadi pada 40-50%, terutama berupa infeksi, obstruksi,
atau dislokasi.
4.  Terapi
Pada dasarnya ada 3 prinsip dalam pengobatan hidrosefalus, yaitu :
a) mengurangi produksi CSS
b) Mempengaruhi hubungan antara tempat produksi CSS dengan tempat
absorbsi
c) Pengeluaran likuor ( CSS ) kedalam organ ekstrakranial.

Penanganan hidrosefalus juga dapat dibagi menjadi :


1.      Penanganan sementara
Terapi konservatif medikamentosa ditujukan untuk membatasi evolusi
hidrosefalus melalui upaya mengurangi sekresi cairan dari pleksus khoroid atau
upaya meningkatkan resorbsinya.
2.      Penanganan alternatif ( selain shunting )
Misalnya : pengontrolan kasus yang mengalami intoksikasi vitamin A, reseksi
radikal lesi massa yang mengganggu aliran likuor atau perbaikan suatu
malformasi. saat ini cara terbaik untuk malakukan perforasi dasar ventrikel
dasar ventrikel III adalah dengan teknik bedah endoskopik.
3.      Operasi pemasangan “ pintas “ ( shunting )
Operasi pintas bertujuan mambuat saluran baru antara aliran likuor dengan
kavitas drainase. pada anak-anak lokasi drainase yang terpilih adalah rongga
peritoneum. baisanya cairan ceebrospinalis didrainase dari ventrikel, namun
kadang ada hidrosefalus komunikans ada yang didrain rongga subarakhnoid
lumbar. Ada 2 hal yang perlu diperhatikan pada periode pasca operasi, yaitu
pemeliharaan luka kulit terhadap kontaminasi infeksi dan pemantauan.
kelancaran dan fungsi alat shunt yang dipasang. infeksi pada shunt
meningkatkan resiko akan kerusakan intelektual, lokulasi ventrikel dan bahkan
kematian.
ASUHAN KEPERAWATAN  HIDROSEFALUS

A.     PENGKAJIAN KEPERAWATAN HIDROSEFALUS


1.    Anamnesa
a.  Riwayat penyakit / keluhan utama
Muntah, gelisah nyeri kepala, lethargi, lelah apatis, penglihatan ganda,
perubahan pupil, kontriksi penglihatan perifer.
b.  Riwayat Perkembangan
Kelahiran : prematur. Lahir dengan pertolongan, pada waktu lahir menangis
keras atau tidak.
Kekejangan : Mulut dan perubahan tingkah laku.
Apakah pernah terjatuh dengan kepala terbentur.
Keluhan sakit perut.
2.    Pemeriksaan Fisik
a.  Inspeksi :
 -Anak dapat melihat keatas atau tidak.
 -Pembesaran kepala.
 -Dahi menonjol dan mengkilat. Sertas pembuluh dara terlihat jelas.
b.   Palpasi
 -Ukur lingkar kepala : Kepala semakin membesar.
 - Fontanela : Keterlamabatan penutupan fontanela anterior sehingga fontanela
tegang, keras dan sedikit tinggi dari permukaan tengkorak.
c.   Pemeriksaan Mata
- Akomodasi.
- Gerakan bola mata.
-Luas lapang pandang
 -Konvergensi.
 -Didapatkan hasil : alis mata dan bulu mata keatas, tidak bisa melihat keatas.
 -Stabismus, nystaqmus, atropi optic.
3.    Observasi Tanda-Tanda Vital
Didapatkan data – data sebagai berikut :
·         Peningkatan sistole tekanan darah.
·         Penurunan nadi / Bradicardia.
·         Peningkatan frekwensi pernapasan.
4.    Diagnosa Klinis
Transimulasi kepala bayi yang akan menunjukkan tahap dan lokalisasi dari
pengumpulan cairan banormal. ( Transsimulasi terang )
·         Perkusi tengkorak kepala bayi akan menghasilkan bunyi “ Crakedpot “
(Mercewen’s Sign
·         Opthalmoscopy : Edema Pupil.
·         CT Scan Memperlihatkan (non – invasive) type hidrocephalus dengan
nalisisi komputer.-
·         Radiologi : Ditemukan Pelebaran sutura, erosi tulang intra cranial.

B.    DIAGNOSA KEPERAWATAN HIDROSEFALUS


1.  Resiko cidera b.d ketidakmampuan keluarga mengenal masalah kesehatan,
ketidakmampuan mengambil keputusan, ketidakmampuan melakukan
perawatan sederhana, ketidak mampuan menciptakan lingkungan kondusif,
ketidakmampuan memanfaatkan fasilitas kesehatan.
2.  Resiko gangguan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh sehubungan b.d
ketidakmampuan keluarga mengenal masalah kesehatan, ketidakmampuan
mengambil keputusan, ketidakmampuan melakukan perawatan sederhana,
ketidak mampuan menciptakan lingkungan kondusif, ketidakmampuan
memanfaatkan fasilitas kesehatan.
3.  Deficit self care b.d ketidakmampuan keluarga mengenal masalah kesehatan,
ketidakmampuan mengambil keputusan, ketidakmampuan melakukan
perawatan sederhana, ketidak mampuan menciptakan lingkungan kondusif,
ketidakmampuan memanfaatkan fasilitas kesehatan.
4.  Perubahan fungsi keluarga mengalami situasi krisis ( anak dalam catat fisik )
b.d ketidakmampuan keluarga mengenal masalah kesehatan, ketidakmampuan
mengambil keputusan, ketidakmampuan melakukan perawatan sederhana,
ketidakmampuan menciptakan lingkungan kondusif, ketidakmampuan
memanfaatkan fasilitas kesehatan.

C. INTERVENSI KEPERAWATAN PADA HIDROSEFALUS

1. Resiko cedera
 Kendalikan lingkungan dengan menyingkirkan bahaya yang tampak
jelas , mengurangi potensial cedera akibat jatuh ketika tidur
misalnya menggunakan penyanggah tempat tidur, usahakan posisi
tempat tidur rendah, usahakan gunakan pencahayaan malam hari,
siapkan lampu panggil.
 Jelaskan pada keluarga pentingnya keselamatan pada anak dengan
cara pencegahan untuk cedera.
 Anjurkan pada keluarga untuk mengawasi segala aktifitas klien
yang membahayakan keselamatan.
2. Resiko gangguan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh
 Berikan makanan lunkan tinggi kalori tinggi protein
 Berikan klien makan dengan posisi semi fowler dan berikan waktu
yang cukup untuk menelan.
 Ciptakan suasana lingkungan yang nyaman dan terhindar dari bau-
bauan yang tidak enak
 Timbang berat badan bila mungkin
 Jagalah kebersihan mulut (Oral Hygine)
 Berikan makanan ringan diantara waktu makan
 Berikan penjelasan pada keluarga tentang makanan yang baik di
konsumsi
3. Deficit self care
 Kaji ketidakmampuan klien dalam perawatan diri
 Kaji tingkat fungsi fisik
 Kaji hambatan dalam berpartisipasi dalam perawatan diri,
identifilasi untuk modifikasi lingkungan.
 Jelaskan pada keluarga pentingnya kebersihan diri
 Jelaskan dan ajarkan cara perawatan diri meliputi : mandi,
toileting,berpakaian.
4. Perubahan fungsi keluarga berhubungan dengan situasi krisis (anak dalam
cacat fisik)
 Jelaskan secara rinci tentang kondisi penderita, prosedur, terapi dan
prognosanya.
 Ulangi penjelasan tersebut bila perlu dengan contoh bila keluarga
belum mengerti.
 Klarifikasi kesalahan asumsi dan misskonsepsi
 Berikan kesempatan keluarga untuk bertanya.
DAFTAR PUSTAKA

Wong, Donna DKK (2008).”Buku Ajar Keperawatam Pediatrik”,Jakarta;Buku


kedokteran EGC.

Mualim. 2010. Askep Hidrosefalus. Diakses pada tanggal 29 Maret 2020


http://mualimrezki.blogspot.com/2010/12/askep-hydrocephalus.html

Nursalam. 2005. Asuhan Keperawatan BAyi dan Anak (untuk perawat dan
bidan). Jakarta: Salemba Medika.

Price,Sylvia Anderson. 2005. Patofisiologi;Konsep klinis proses-proses


penyakit,Jakarta;EGC.

Anda mungkin juga menyukai