Anda di halaman 1dari 6

Nama: Sabrina Auliya Monoarfa

NIM: 841419088
Kelas : B

RESUME PEMBERIAN OBAT

Obat adalah substansi kimia yang diaplikasikan ke dalam tubuh untuk beberapa tujuan
diantaranya untuk mengobati rasa nyeri, mencegah tubuh dari penyakit, meningkatkan daya
tahan tubuh, merubah perilaku, dan membantu diagnosa.

Penggolongan Obat

Penggolongan obat tediri dari penggolongan obat berdasarkan jenis, mekanisme kerja,
lokasi pemberian, efek yang ditimbulkan, asal obat, serta bentuk obat.

1. Penggolongan obat berdasarkan jenis terdiri dari obat bebas, obat bebas terbatas, obat
wajib apotik, obat keras, obat psikotropika dan narkotika.
o Obat bebas adalah obat-obatan yang dapat diperoleh di warung, toko, toko obat
maupun apotik tanpa resep dokter. Obat yang dikategorikan obat bebas ditandai
dengan label bulatan berwarna hijau dengan lingkaran berwarna hitam ditepinya.
Contoh obat bebas diantaranya adalah minyak kayu putih, OBH, Paracetamol, dan
vitamin.
o Obat Bebas terbatas adalah golongan obat yang dapat diperoleh di toko obat maupun
apotik dengan dosis tertentu diluar resep dokter. Obat golongan ini ditandai dengan
label bulatan berwarna biru tua dengan lingkaran hitam ditepinya. Pada label obat ini
juga disertai dengan peringatan. Contoh dari obat ini adalah antihistamin, klorokuin,
dan lain-lain.
o Obat keras adalah jenis obat berbahaya dan hanya dapat diperoleh di apotik ataupun
rumah sakit dengan resep dokter. Obat jenis ini ditandai dengan bulatan berwarna
merah dengan huruf ‘k’ ditengahnya. Contoh obat jenis ini adalah adrenalin,
antibiotik, dan antihistamin.
o Obat wajib apotik adalah obat keras yang dapat diserahkan oleh apoteker tanpa resep
dokter. Label dari obat ini sama dengan obat keras. Contoh obat jenis ini adalah
antacid, salbutamol, dan basitrasin krim.
o Obat psikotropika adalah obat-obatan bukan narkotika baik alamiah maupun sintesis
yang memiliki khasiat psikoaktif dan menyebabkan perubahan pada aktifitas mental
dan perilaku seseorang. Obat jenis ini memiliki label yang sama dengan obat keras
dan obat wajib apotik. Contoh obat jenis ini adalah lisergida, psilosibina, amfetamin,
diazepam, fenobarbital dan lain sebagainya.
o Obat narkotika adalah golongan obat yang berasal dari tanaman maupun tidak,
sintesis atau semisintesis yang dapat menyebabkan perubahan kesadaran pada
seseorang, hilangnya rasa, mengurangi hinggal menghilangkan rasa nyeri. Obat jenis
ini ditandai dengan lingkaran berwarna kuning dengan tanda palang berwarna merah
ditengahnya. Contoh obat jenis ini adalah tanaman papaver somniferum, kokain,
ganja, heroin, dan sebagainya.

2. Penggolongan obat berdasarkan mekanisme kerja terdiri dari lima, diantaranya:

1. Obat yang bekerja pada penyebab penyakit tertentu, misalnya penyakit yang
disebabkan oleh bakteri atau mikroba, seperti antibiotik dan antijamur.
2. Obat yang bekerja untuk mencegah kondisi patologis dari suatu penyakit, contohnya
vaksin dan serum
3. Obat yang bekerja untuk menghilangkan simtomatik atau gejala, seperti obat
analgesik
4. Obat yang bekerja menambah atau mengganti fungsi zat yang kurang, misalnya
vitamin dan hormone
5. Pemberian placebo atau obat yang tidak mengandung zat aktif, diberikan pada pasien
normal yang menganggap dirinya dalam keadaan sakit, contohnya aqua pro injeksi
dan tablet placebo.

3. Penggolongan obat berdasarkan lokasi pemakaian terdiri dari obat dalam dan obat luar.
Obat dalam yaitu obat-obatan yang dimasukkan melalui mulut atau peroral, misalnya tablet
antibiotic dan parasetamol. Sementara obat luar yaitu obat-obatan yang diaplikasikan di tubuh
bagian luar seperti kulit dan membrane mata, hidung dan lainnya. Contohnya sulfur salep,
krim dan lain-lain.

4. Penggolongan obat berdasarkan efek yang ditimbulkan terdiri dari efek sistemik dan
efek lokal. Efek sistemik adalah efek yang terjadi ketika obat sudah berada di dalam
pembuluh darah dan siap diedearkan ke seluruh tubuh atau bagian tubuh tertentu, sehingga
perubahan atau pengaruhnya ada pada seluruh tubuh. Sedangkan efek lokal adalah efek yang
hanya mempengaruhi bagian tubuh tertentu dimana obat tersebut diberikan, contohnya seperti
kulit.

5. Penggolongan obat berdasarkan asal obat terdiri dari obat alamiah dan obat sintetik.
Obat alamiah adalah obat yang berasal dari alam. Contohnya dari tumbuhan seperti jamur
untuk antibiotik, dari hewan seperti plasenta dan otak sebagai serum rabies. Sedangkan obat
sintetik merupakan obat-obatan yang diperoleh dari reaksi-reaksi kimia.

6. Kasifikasi obat terdiri dari obat generic atau obat tanpa merek, obat generic berlogo, obat
nama dagang, obat paten, obat mitu, obat tradisional, obat jadi, obat baru, obat esensial, dan
obat wajib apotik.

7. Penggolongan obat berdasarkan bentuknya terdiri dari obat padat, obat cair dan obat
gas. Contoh obat padat diantaranya tablet, kapsul, kaplet, pil, serbuk, dan supositoria.
Sedengkan obat cair misalnya larutan, elixir, sirup, emulsi, suspensi, injeksi, guttae, galenik,
extract, dan immunosera. Sementara obat gas terdapat pada obat-obatan yang dihirup
(inhalasi) contohnya albuterol untuk penyakit asma atau terapi uap (nebulizer).

8. Penggolongan obat berdasarkan rute terdiri dari obat oral, obat sublingual, obat bukal,
obat parenteral, obat topical dan obat supositoria.
 Obat oral adalah obat yang diberikan melalui mulut. Pemberian obat melalui rute ini
lebih aman, praktis, dan ekonomis. Selain itu juga bertujuan untuk menghindari
pemberian obat yang menimbulkan rasa nyeri. Namun pemberian obat oral kurang
efektif pada pasien yang tidak koperatif, misalnya pasien semi-koma, atau pasien
dengan gangguan pada saluran pencernaan, serta pasien yang sering muntah dan juga
sulit menelan.
 Obat sublingual adalah jenis obat yang diberikan dengan meletakkan obat di bawah
lidah dengan tujuan obat tersebut dapat diserap oleh sel-sel syaraf di bawah lidah dan
dibawa ke aliran darah hingga obat hancur tak bersisa. Kelebihan obat ini diantaranya
tidak perlu ditelan sehingga bisa juga diaplikasikan pada pasien yang sulit menelan
dan masalah pencernaan, dan pemberian obat lebih mudah. Sementara kekurangan
dari obat jenis ini adalah absorbsinya yang tidak adekuat, tidak efektif pada pasien
yang tidak koperatif. Selain itu obat jenis ini juga kurang praktis untuk digunakan
terus menerus dan dapat merangsang perubahan pada selaput lendir mulut.
 Obat bukal adalah obat yang diberikan dengan cara diletakkan diantara gigi dengan
selaput lender pada pipi bagian dalam hingga obat hancur diabsorbsi. Kelebihan dan
kekurangan obat ini sama dengan obat sublingual, karena sama-sama memanfaatkan
absorbs di bagian tertentu tanpa ditelan.
 Obat topikal adalah jenis obat yang diberikan secara lokal dengan mengoleskan obat
pada permukaan kulit atau membran area mata, hidung, dan lubang telinga. Obat
topical biasanya berbentuk krim, lotion, ataupun salep. Keuntungan obat topikal
adalah efek samping sistemiknya yang rendah, sementara kekurangannya adalah
absorbsi yang tidak menentu dan kurang menarik. Selain kulit, obat topical juga dapat
diberikan pada mata, hidung ,dan, telinga.
 Obat supositoria adalah sediaan obat dari berbagai bentuk yang diberikan melalui
rektal, vagina atau uretra. Pemberian obat ini didesain untuk dapat memberikan efek
lokal maupun sistemik. Pemberian obat ini menjadi tidak efektif pada pasien dengan
pendarahan atau pembedahan di bagian rectal, dan pasien dengan masalah curah
jantung.
 Obat parenteral adalah jenis obat yang diberikan melalui injeksi langsung ke dalam
jaringan atau pembuluh darah. Kelebihan dari obat parenteral antara lain bisa
diaplikasikan pada pasien yang tidak sadar dan memiliki masalah saluran pencernaan,
dan efektif pada pasien yang membutuhkan absorbsi obat secara cepat. Sementara
kekurangan dari obat jenis ini adalah cenderung tidak disukai pasien karena
menimbulkan efek tidak nyaman akibat rasa nyeri yang ditimbulkan dan juga
memiliki resiko infeksi. Obat parenteral terdiri dari obat intramuscular, intravena,
subkutan, dan intracutan.
o Intramuscular adalah jenis obat yang diinjeksikan ke jaringan otot di bawah
kulit. Lokasi-lokasi pemberian IM diantaranya adalah lengan atas, 3 jari di bawah
sendi bahu, di tengah musculus deltoideus dan lengan bawah di bagian depan 1/3
dari lekukan siku, di kulit yang sehat dan jauh dari pembuluh darah dan di otot
bagian gluteus maximus. Sementara jarum yang digunakan biasanya berwarna
biru atau hijau Sedangkan jumlah cairan yang biasanya dimasukkan bisa 2 hingga
5 lm. Alat dan bahan yang digunakan yaitu spuit dan obat, kapas alcohol, bak
instrument dan sarung tangan non steril.

Terdapat tahap-tahap yang harus dilalui saat sebelum atau saat memberikan
injeksi IM. Pertama, persiapan sebelum melakukan injeksi intramuscular seperti:
memastikan kembali bahwa pasien tidak memiliki alergi terhadap pengobatan
yang akan dilakukan dengan menanyakan secara langsung, bukan hanya dari data
pasien sudah tertulis. Selain itu, perawat juga harus memerhatikan tanggal
kadaluarsa dari obat dan alat-alat yang dipakai, dan juga lokasi tubuh yang cocok
untuk diinjeksikan.

Setelah dipastikan, pastikan untuk mencuci tangan. Setelahnya, pakai sarung


tangan, dan mulai untuk melakukan injeksi dengan spuit ke area yang telah
ditentukan. Sebelumnya, ambil obat sesuai dosis yang diperlukan menggunakan
spuit. Setelahnya, pastikan tidak ada udara yang ikut masuk. Selanjutnya buka
bungkus jarum dengan hati-hati dan pasang jarum pada spuit (biasanya berwarna
hijau atau biru, tergantung pada kondisi pasien). Selanjutnya tegangkan area kulit
yang akan diinjeksikan dengan tangan non dominan, dan arahkan spuit pada sudut
90 derajat setelah sebelumnya kulit didesinfeksi. Setelah jarum masuk
sepenuhnya, lakukan aspirasi untuk memastikan jarum tidak mengenai pembuluh
darah dengan menarik plunger dan memeriksa apabila terdapat darah. Apabila
tidak terdapat darah, dorong plunger perlahan untuk memasukkan obat. Untuk
dosis obat yang lumayan besar biasanya memerlukan waktu 7 detik. Setelah obat
masuk sepenuhnya, tarik spuit dengan sudut yang sama saat penyuntikan dan
segera tutup dan tekan lokasi penyuntikan dengan kapas. Setelah beberapa detik,
periksa kembali apabila terjadi pendarahan. Pendarahan yang terjadi biasanya
minimal.

Setelahnya, tanya ketidaknyamanan pasien, bereskan alat-alat, cuci tangan


dan dokumentasikan.

o Injeksi subkutan adalah injeksi yang diberikan langsung ke lapisan di bawah


dermis. Digunakan untuk mengurangi resiko yang berhubungan dengan suntikan
intravena. Jenis injeksi ini hanya bisa dilakukan untuk obat yang tidak iritatif
terhadap jaringan. Absorbsinya biasanya lebih lambat dan konstan. Lokasi-lokasi
penyuntikan untuk IS ini diantaranya lengan atas sebelah luar 1/3 dari bahu, paha
sebelah luar 1/3 dari sendi panggul, dan perut sekitar umbilical. Jarum yang biasa
digunakan untuk IS adalah jarum berwarna biru. Dan untuk volume atau dosis
yang biasa diberikan biasanya 1 ml atau kurang. Prosedur intuk IS hampir sama
dengan IM, hanya saja sudut yang digunakan untuk menginjeksi adalah 45 derajat
dan tidak memerlukan aspirasi.
o Injeksi intrakutan adalah injeksi yang diberikan langsung ke lapisan dermis.
Tujuan dari rute ini biasa untuk melakukan uji coba dari obat tertentu, misalnya
skin test penicillin. Sudut yang digunakan untuk melakukan injeksi intrakutan
adalah 15-20 derajat.
o Injeksi intravena adalah injeksi obat yang diberikan langsung ke pembuluh darah
pada lapisan kulit. Jenis injeksi ini hanya dapat dilakukan oleh orang yang
memiliki keahlian yang mumpun. Sudut yang dipakai untuk injeksi ini adalah 25
derajat. Jenis injeksi obat ini tidak lagi melalui metabolism first pass oleh hati.

Prinsip 8 Benar Dalam Pemberian Obat

1. Benar Pasien

Cara untuk memastikan pasien adalah dengan mengecek nama pasien, tanggal lahir
atau nomor rekam medis pasien dengan melihat data yang ada. Selain mengecek pada data,
tanyakan langsung kepada pasien dengan pertanyaan terbuka. Selain 2 cara diatas identifikasi
pasien juga dapat dilakukan dengan menggunakan teknologi yang ada, misalnya system
administrasi berdasarkan barcode.

2. Benar Pengobatan

Untuk memastikan pengobatan yang benar pada pasien, periksa label obat dan hal lain
yang perlu diperhatikan, seperti tanggal kadaluarsa, efek samping, atau resiko alergi.

3. Benar Dosis

Untuk memastikan bahwa dosis yang diambil sudah benar, periksa perintah dokter
yang sudah dituliskan, kemudian mengkonfirmasi ulang dengan mengecek referensi dari
dosis obat yang biasa diberikan apakah sudah sesuai dengan perintah dokter. Jika perlu,
kalkulasikan dosis obat dan melakukan double check dengan perawat lain untuk memastikan
kalkulasi sudah benar.

4. Benar Rute

Untuk memastikan bahwa pengobatan sudah menggunakan rute yang benar, periksa
perintah untuk melihat rute mana yang dianjurkan, dan konfirmasi ulang bahwa rute yang
digunakan sudah cocok untuk jenis pengobatan yang akan digunakan, dan kemampuan pasien
untuk menggunakan rute yang lain

5. Benar Waktu

Berilah obat pada waktu yang benar. Untuk memastikan, periksa frekuensi pemakaian
obat pasien, dan lakukan double check bahwa dosis sudah diberikan pada waktu yang benar.
Juga, pastikan waktu pemberian obat sebelumnya sudah benar.

6. Benar Dokumentasi

Jangan mengesampinkan dokumentasi. Segera lakukan dokumentasi sesaat setelah


melakukan tindakan. Pastikan untuk menyertakan waktu pemberian, rute, dan informasi
spesifik lainnya yang diperlukan. Misalnya efek samping, hasil lab, atau tanda-tanda vital
yang perlu dicek sebelum pemberian obat.

7. Benar Alasan
Pastikan pengobatan yang sudah diperintahkan diberikan untuk alas an yang benar.
Caranya adalah dengan memeriksa riwayat penyakit pasien, mengapa pasien memilih
pengobatan ini, dan cek kembali alasan untuk penggunaan obat jangka panjang.

8. Benar Respon

Periksa respons yang diberikan pasien setelah pemberian obat, apakah


berkesinambungan atau tidak. Contohnya, setelah pemberian obat antihipertensi apakah
tekanan darah pasien menurun? Contoh lain seperti respons rasa sakit pasien setelah
pemberian obat analgesik. Setelah itu dokumentasi monitoring pasien, intervensi perawat
lain, dan respons pasien.

Anda mungkin juga menyukai