Hepatitis A Virus
Oleh :
I Nyoman Putra Hartawan
112019021
Pembimbing :
dr. Suzanna Ndraha, Sp.PD-KGEH, FINASIM
1
FAKULTAS KEDOKTERAN UKRIDA
(UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA)
Jl. Arjuna Utara No. 6 Kebun Jeruk – Jakarta Barat
KEPANITERAAN KLINIK
STATUS ILMU PENYAKIT DALAM
FAKULTAS KEDOKTERAN UKRIDA
SMF ILMU PENYAKIT DALAM
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KOJA
IDENTITAS PASIEN
ANAMNESIS
Diambil dari: Auto Tanggal: 12/02/2020 Jam: 16.30 Wib
Keluhan utama :
Mata kuning 3 hari SMRS
Sejak 2 minggu sebelum masuk rumah sakit os megatakan bahwa badannya selalu merasa
tidak enak, seperti masuk angin , terdapat rasa nyeri dibagian sendi, tidak ada tanda
peradangan pada seluruh tubuhnya , os merasakan tubuhnya letih dan lemas serta nafsu
makan menurun. Rasa nyeri tidak terlalu mengganggu aktifitas tetapi lebih baik jika os
2
istirahat. Os juga mengaku bahwa badannya terasa demam yang hilang timbul selama 2
minggu tersebut, demam tersebut tidak terus menerus, demam dirasakan cukup tinggi
tetapi os tidak mengukur suhu tubuhnya, demam tidak disertai dengan menggigil. Os juga
mengaku bahwa pada saat buang air kecil berwarna seperti teh pekat 1 minggu SMRS,
tidak ada darah, buang air besar dalam batas normal ,diare (-) warna kekuningan
konsistensi padat, tidak terdapat lendir ataupun darah, batuk (-) pilek (-). 4 hari sebelum
masuk rumah sakit os merasakan sakit dibagian perutnya terutama pada daerah ulu hati ,
nyeri terasa hilang timbul dan tidak tentu timbulnya , nyeri tidak menjalar ke organ lain,
nyeri tidak dipengaruhi oleh posisi tubuh os, mual (+) tetapi tidak cukup sering, os juga
mengeluh muntah sebanyak 3 kali sebelum masuk rumah sakit, warna kekuningan tidak
terlalu banyak ,muntah tidak disertai darah (-). 3 hari sebelum masuk rumah sakit mata os
menjadi berwarna kekuningan, sebelumnya os tidak ada riwayat penyakit pada matanya,
warna kekuningan diikuti dengan warna tubuh os. Pasien tidak memiliki riwayat minum
alcohol dan terkena banjir ataupun membersihkan selokan dan tempat tempat sampah. Os
tidak pernah melakukan transfusi darah, ataupunmenggunakan obat obatan suntik
terlarang seperti narkoba.
Penyakit Dahulu
( -) Cacar ( -) Malaria ( -) Batu ginjal / Sal. kemih
( -) Cacar air (- ) Disentri ( -) Burut (Hemia)
( -) Difteri ( -) Hepatitis (- ) Penyakit prostat
( -) Batuk rejan ( -) Tifus abdominalis (- ) Wasir
( -) Campak (- ) Skrofula ( +) Diabetes
( -) Influenza ( -) Sifilis ( -) Alergi
(- ) Tonsilitis ( -) Gonore (+ ) Tumor
(- ) Khorea ( -) Hipertensi ( -) Penyakit pembuluh
( -) Demam Rematik Akut ( -) Ulkus ventrikuli ( -) Pendarahan otak
(- ) Pneumonia ( -) Ulkus duodeni ( -) Psikosis
( -) Pleuritis (-) Gastritis ( -) Neurosis
(- ) Tuberkulosis ( -) Batu empedu
lain-lain : ( +) Operasi benjolan payudara kiri ( -) Kecelakaan
3
Riwayat Keluarga
Hubungan Umur (Tahun) Jenis Keadaan Penyebab
Kelamin Kesehatan Meninggal
Alergi v
Asma v
Tuberkulosis v
Artritis v
Rematisme v
Hipertensi v kakak
Jantung v
Ginjal v
Lambung v
ANAMNESIS SISTEM
Kulit
(- ) Bisul (- ) Rambut (- ) Keringat malam (- ) Lain-lain
( -) Kuku ( +) Kuning / Ikterus (- ) Sianosis
Kepala
(- ) Trauma ( -) Sakit kepala
( -) Sinkop (- ) Nyeri pada sinus
Mata
4
(- ) Nyeri ( -) Radang
(- ) Sekret ( -) Gangguan penglihatan
(+ ) Kuning / Ikterus (- ) Ketajaman penglihatan
Telinga
(- ) Nyeri ( -) Gangguan pendengaran
(- ) Sekret ( -) Ketajaman penglihatan
( -) Tinitus
Hidung
( -) Trauma ( -) Gejala penyumbatan
(- ) Nyeri ( -) Gangguan penciuman
( -) Sekret ( -) Pilek
( -) Epistaksis
Mulut
(- ) Bibir ( -) Lidah
(- ) Gusi ( -) Gangguan pengecap
( -) Selaput (- ) Stomatitis
Tenggorokan
( -) Nyeri tenggorokan (- ) Perubahan suara
Leher
(- ) Benjolan (- ) Nyeri leher
5
(- ) Muntah darah ( -) Tinja berwarna dempul
( -) Sukar menelan, kolik (- ) Tinja berwarna ter
( -) Perut membesar ( -) Benjolan
Haid
( -) Haid terakhir ( -) Jumlah dan lamanya ( -) Menarche
( +) Teratur (- ) Nyeri (- ) Gejala klimakterum
(- ) Gangguan haid ( -) Pasca menopause
Ekstremitas
( -) Bengkak ( -) Deformitas
( -) Nyeri (- ) Sianosis
6
Berat Badan :
Berat badan rata – rata (kg) : 62 kg
Berat tertinggi kapan (kg) : 62 kg
RIWAYAT HIDUP
Riwayat Kelahiran
Tempat lahir : ( ) Di rumah (+ ) Rumah bersalin ( ) R.S Bersalin
Ditolong oleh : ( ) Dokter ( +) Bidan ( ) Dukun ( ) lain – lain
Riwayat Imunisasi
( -) Hepatitis ( +) BCG ( +) Campak ( -) DPT (+ ) Polio ( -) Tetanus
Riwayat Makanan
Frekuensi / hari : 3 kali
Jumlah / hari : sedikit
Variasi / hari : sayur, daging
Nafsu makan : kurang
Pendidikan
(- ) SD ( -) SMP ( +) SMA (- ) Sekolah kejuruan
(- ) Akademi (- ) Universitas (- ) Kursus ( -) Tidak sekolah
7
Kesulitan
Keuangan :-
Pekerjaan : ada
Keluarga :-
Lain – lain :-
A. PEMERIKSAAN JASMANI
Pemeriksaan Umum
Tinggi Badan : 150 cm
Berat Badan : 62 kg
Tekanan Darah : 120/80 mmHg
Nadi : 90 kali/menit
Suhu : 370 C
Pernafasaan (frekuensi dan tipe) : 20
Keadaan gizi : baik
Kesadaran : Compos Mentis
Sianosis :-
Udema umum :-
Habitus :-
Cara berjalan : normal
Mobilitas ( aktif / pasif ) : aktif
Umur menurut taksiran pemeriksa : sesuai umur
Aspek Kejiwaan
Tingkah laku : dalam batas normal (wajar)
Alam perasaan : dalam batas normal (biasa)
8
Proses pikir : dalam batas normal (wajar)
Kulit
Warna : sawo matang Effloresensi : tidak ada
Jaringan parut : ada Pigmentasi : tidak ada
Pertumbuhan rambut : normal Lembab / kering: lembab
Suhu Raba : hangat Pembuluh darah: -
Keringat : Umum ( -) Turgor : baik
Ikterus : (+ )
Lapisan lemak : merata Oedem : tidak ada
Lain-lain :
Kepala
Ekspresi wajah : tenang
Simetri muka : simetris
Rambut : hitam , merata
Pembuluh darah temporal : teraba pulsasi
Mata
Exophthalamus : tidak ada Enopthalamus : tidak ada
Kelopak : tidak bengkak Lensa : jernih
Konjungtiva : tidak anemis Visus : normal
9
Sklera : ikterus Gerakan mata : aktif
Lapangan penglihatan: normal Tekanan bola mata: normal
Deviatio konjugate : tidak ada Nistagmus : tidak ada
Telinga
Tuli : tidak ada Selaput pendengaran : intact
Lubang : lapang Penyumbatan : tidak ada
Serumen : tidak ada Pendarahan : tidak ada
Cairan : tidak ada
Mulut
Bibir : normal Tonsil : T1-T1 tenang
Langit-langit : normal Bau pernapasan : tidak ada
Gigi geligi : utuh Trismus : tidak ada
Faring : tidak hiperemis Selaput lendir : normal
Lidah : kotor
Leher
Tekanan Vena Jugularis (JVP) : 5-2 cm H2O
Kelenjar tiroid : tidak teraba membesar
Kelenjar limfe : tidak teraba membesar
Deviasi trakea : tidak ada
Dada
Bentuk : simetris
Pembuluh darah : spider nevi (-)
Buah dada : riwayat oprasi benjolan
Paru-paru
Depan Belakang
10
dinamis. dinamis.
Kiri : simetri statis dan Kiri : simetris statis dan
dinamis dinamis
Palpasi Tidak ada bejolan , fremitus Tidak ada bejolan , fremitus
taktil simetris , nyeri tekan taktil simetris , nyeri tekan
(-) (-)
Perkusi Sonor diseluruh lapang Sonor diseluruh lapang
paru. paru.
Auskultasi Suara nafas vesikular , Suara nafas vesikular ,
wheezing (-), ronki basah wheezing (-), ronki basah
halus nyaring (-). halus nyaring (-).
Jantung
Inspeksi Iktus cordis terlihat pada ICS VI , di garis midklavikula kiri
Palpasi Iktus cordis teraba di ICS VI , di garis midklavikula kiri
Perkusi Batas atas ICS III linea parasternalis kiri
Batas kiri ICS VI 2 cm medial linea midklavikula kiri
Batas kanan ICS IV linea parasternalis kanan
Auskultasi BJ I-II murni regular , murmur (-), gallop (-)
Pembuluh Darah
Arteri temporalis : teraba pulsasi
Arteri karotis : teraba pulsasi
Arteri brakhialis : teraba pulsasi
Arteri radialis : teraba pulsasi
Arteri femoralis : teraba pulsasi
Arteri popliteal : teraba pulsasi
Arteri tibialis posterior : teraba pulsasi
Arteri dorsalis pedis : teraba pulsasi
Perut
Inspeksi : datar , tidak ada pembuluh darah kolateral , tidak ada benjolan ,
peristaltik tidak tampak, caput medusa (-) , spider nevi (-), bekas oprasi
(+)
11
Palpasi Dinding perut : nyeri tekan (+), massa (-), defans muskuler (-), nyeri
lepas (-)
Hati : tidak teraba
Limpa : tidak teraba
Ginjal : nyeri ketok CVA (-)
Lain-lain : tidak ada
Anggota Gerak
Lengan kanan kiri
Tonus normotonus normotonus
Sendi normal normal
Gerak aktif aktif
Kekuatan 5 5
Oedem tidak ada tidak ada
12
Kekuatan 5 5
Oedem tidak ada tidak ada
Tidak dilakukan
LABORATORIUM
Lab tanggal : 7/02/2020
Glukosa sewaktu : 224 mg/dl
Hb : 13,7 gr/dl HbSAG : non – reaktif
Ht : 37.4% HCV : non- reaktif
Leukosit : 6380 ribu/dl anti HAV Igm : positif
Trombosit : 357 ribu/dl
Elektrolit : Urinalisis
Natrium : 141 mEq/L reduksi :1+
Kalium : 3,34 mEq/L* protein :1+
Clorida :102 mEq/L bilirubin :1+
SGOT : 962* U/L bakteri :1+
SGPT : 1503* U/L
RINGKASAN (RESUME)
Perempuan berusia 49 tahun datang dengan keluhan sclera tampak ikterik sejak 3
hari sebelum masuk rumah sakit . Os juga mengeluh demam hilang timbul cukup tinggi
tetapi os tidak mengukur suhunya. Os merasakan sakit dibagian perutnya terutama pada
daerah ulu hati , nyeri terasa hilang timbul, nyeri tidak menjalar ke organ lain, Os
13
mengeluh fatigue, malaise dan penurunan nafsu makan sejak 2 minggu SMRS . Mual (+)
tetapi tidak cukup sering, os juga mengeluh muntah sebanyak 3 kali SMRS, warna
kekuningan tidak terlalu banyak ,muntah tidak disertai darah (-). Os tidak memiliki
riwayat minum alcohol dan terkena banjir ataupun membersihkan selokan dan tempat
tempat sampah sebelumnya. Os memiliki riwayat penyakit diabetes militus sejak 5 tahun
yang lalu.
Pemeriksaan fisik : KU tampak sakit sedang, kesadaran compos mentis , TD 135/76
mmHg, Suhu 36 C , Nadi 90 x/menit, RR 20 x/menit , sclera dan tubuh os tampak icterus,
O
DAFTAR MASALAH
1.Hepatitis virus
2.Diabetes militus tipe 2
3.Hypokalemia
14
penyakit hepatitis akibat virus bisa akut (hepatitis A), kronik (hepatitis B dan C)
ataupun kemudian menjadi kanker hati (hepatitis B dan C). 1
Hepatitis Hepatitis B Hepatitis Hepatitis Hepatitis E
A C D
Inkubasi 2-4 1-6 bulan 2minggu- 3minggu- 3-6 minggu
minggu 6 bulan 3 bulan
Penularan Fekal-oral Darah,seksual, Seksual Darah, Fekal-oral,
perianal seksual kontaminasi
makanan
Kelompok Militer Pecandu obat, Pecandu Pecandu Daerah
beresiko ,penitipan homoseksual, obat, obat, endemic
anak tenaga resipien penderita
kesehatan obat hepatitis B
Diagnose IgM anti IgM-antihbc Klinis IgM-anti Klinis
akut HAV HbsAg HDV,
Diagnose Anti-Hbc, HCV ab HDV ag
kronis total HbsAg
15
Waktu antara masuknya virus dan timbulnya gejala atau ikterus. Lamanya fase ini
bervariasi bergantung pada jumlah virus yang menginfeksi, dimana semakin
banyak jumlahnya maka semakin pendek masa inkubasinya.
2. Fase prodromal
Umumnya muncul setelah 5-10 hari, tetapi dapat jga muncul bersamaan dengan
gejala. Setelah timbulnya ikterus jarang terjadi perburukan gejala prodromal,
tetapi justru akan terjadi perbaikan klinis yang nyata.
4. Fase konvalesens
Epidemiologi
Angka kejadian hepatitis A akut di seluruh dunia adalah 1,5 juta kasus per
tahun, dimana diperkirakan jumlah kasus yang tidak dilaporkan adalah 80%.
Perkiraan dari Global Burden of Diseases (GBD) dari WHO diperkirakan terdapat
puluhan juta individu terinfeksi per tahunnya di seluruh dunia. Infeksi virus
hepatitis A yang endemisnya tinggi terdapat pada negara dengan sanitasi yang
buruk, dan kondisi sosial ekonomi yang rendah, dimana infeksi biasanya terjadi
pada usia kurang dari 5 tahun. Epidemiologi infeksi virus hepatitis A mengalami
perubahan dimana negara berkembang infeksi terjadi pada usia anak-anakhingga
dewasa. Sedangkan pada negara maju, endemisitas rendah, serta infeksi virus
hepatitis A pada umumnya terjadi pada usia dewasa (30 tahun ke atas). Meskipun
16
demikian, case fatality rate pasien dewasa dengan hepatitis A lebih tinggi bila
dibandingkan dengan usia yang lebih muda.3
17
darah atau prosedur medis. Virus hepatitis A terdapat pada feses selama 3-6
minggu selama masa inkubasi, dapat memanjang pada fase awal kerusakan
hepatoseluler pada pasien yang simptomatik maupun yang asimptomatik.
Penempelan virus paling maksimal terjadi pada saat terjadinya kerusakan
hepatoseluler, selama periode dimana individu yang terinfeksi berada dalam fase
yang paling infeksius.3
Virus hepatitis A dapat bertahan hidup pada feses, tanah, makanan, dan air
yang terkontaminasi. HAV juga resisten terhadap deterjen, dan pH yang rendah
selama transisi menuju lambung. Selama dicerna di saluran cerna, HAV
berpenetrasi ke dalam mukosa lambung dan mulai bereplikasi di kripti sel epitel
intestine dan mencapai hati melalui pembuluh darah portal. Setelah masuk ke
dalam sitoplasma hepatosit, virus akan bereplikasi di hati dan menempel pada
feses melalui kanalikuli bilier dan dalam aliran darah dalam jumlah yang sedikit.
Infeksi virus hepatitis A berkaitan dengan respon imun seluler yang berperan
dalam imunopatogenesis HAV dan induksi kerusakan hepatosit. Kerusakan
hepatosit terjadi melalui aktivasi sel T sitolitik spesifik terhadap HAV. Terdapat
sel T CD8+ yang secara spesifik dapat melisiskan HAV.2,6
Pemeriksaan Penunjang
18
Tes serologi
Pada hepatitis A, IgM anti HAV pada fase akut dan 3-6 bulan setelahnya
positif. Infeksi sebelumnya dapat diketahui dengan adanya anti HAV positif, IgM
anti HAV negative. Sedangkan keberadaan anti HAV yang persisten
menunjukkan pasien dengan hepatitis autoimun.4
Berdasarkan hasil laboratorium yang telah dilakukan terhadap anti HAV Igm os
didapatkan hasil positif. Pada pemeriksaan fisik yang telah dilakukan didapatkan
keadaan pasien tampak malaise , anoreksia, demam hilang timbul dan rasa tidak
nyaman pada daerah kuadran kanan atas abdomen dan disertai urine yang
berwarna seperti teh pekat, sclera dan tubuh os tampak ikterik. Terdapat juga
peningkatan SGOT 962* U/L , SGPT 1503* U/L. Namun kelainan sclera dan
tubuh yang ikterik ini masih memungkinkan penyakit penyerta lainnya seperti
hepatitis virus B , hepatitis virus C atau koledokolitiasis (batu CBD) yang pada
pemeriksaan fisik dan laboratorium didapatkan icterus , urine berwarna gelap, dan
peningkatan kadar SGOT dan SGPT.
Rencana edukasi :
19
- Hindari makanan yang tidak bersih
- Hindari minuman beralkohol
- Istirahat total, dan hindari aktifitas fisik berat
2. Diabetes militus
Pemeriksaan glukosa plasma puasa ≥126 mg/dl. Puasa adalah kondisi tidak ada
asupan kalori minimal 8 jam.
20
(B) Atau Pemeriksaan glukosa plasma ≥200 mg/dl 2-jam setelah Tes Toleransi
Glukosa Oral (TTGO) dengan beban glukosa 75 gram.
(B) Atau Pemeriksaan glukosa plasma sewaktu ≥200 mg/dl dengan keluhan
klasik. Atau Pemeriksaan HbA1c ≥6,5% dengan menggunakan metode yang
terstandarisasi oleh National Glycohaemoglobin Standarization Program (NGSP).
6
21
Berdasarkan hasil pemeriksaan gula darah sewaktu os didapatkan kadar glukosa
sebesar GDS 224 mg/dl . dan dari anamnesis os mengaku sudah hampir 5 tahun
mengkonsumsi obat diabetes untuk riwayat penyakit gula tersebut. Didapatkan
pasien mengalami diabetes militus tipe 2.6
Rencana diagnostic : gula darah puasa, HbA1c (untuk penentuan terapi)
Tahap 1 : HbA1c 7-8% GHS + monoterapi
Tahap 2 : HbA1c 8-9 % GHS + kombinasi 2 OHO
Tahap 3 : HbA1c >9% GHS + kombinasi 2 OHO + basal insulin
Rencana pengobatan :
- Metformin tab 500 mg 3x1
Alasan IMT pasien = berat badan (kg) : (tinggi badan (m)x tinggi badan (m))
62:2,25 = 27,5 (obesitas) sumber : p2ptm.kemkes.go.id
Pemilihan metformin cocok untuk pasien obesitas.
Rencana edukasi :
- Konsultasi ahli gizi
- Minum obat secara teratur untuk mencegah komplikasi
3. Hypokalemia
Hipokalemia adalah keadaan konsentrasi kalium darah di bawah 3,5 mEq/L yang
disebabkan oleh berkurangnya jumlah kalium total tubuh atau adanya gangguan
perpindahan ion kalium ke dalam sel.
Derajat Hipokalemia
„ Hipokalemia ringan: kadar serum 3-3,5 mEq/L.
„ Hipokalemia sedang: kadar serum 2,5-3 mEq/L.
„ Hipokalemia berat: kadar serum < 2,5 mEq/L. Hipokalemia
22
Cara Pemberian Kalium
„ Oral. Penggantian kalium secara oral paling aman tetapi kurang ditoleransi
karena iritasi lambung. Pada hipokalemia ringan (kalium 3—3,5 mEq/L) dapat
diberikan KCl oral 20 mEq 3 – 4 kali sehari5 dan edukasi diet kaya kalium.
Makanan mengandung cukup kalium dan menyediakan 60 mmol kalium.14
Kalium fosfat dapat diberikan pada pasien hipokalemia gabungan dan
hipofosfatemia. Kalium bikarbonat atau kalium sitrat harus dipertimbangkan pada
pasien dengan penyulit asidosis metabolik. Pada hipokalemia dengan
hipomagnesemia, koreksi defisiensi Mg2+ perlu dilakukan bersamaan. Mengingat
distribusi kalium ke dalam kompartemen intraseluler tidak langsung, defisit harus
dikoreksi bertahap selama 24-48 jam dengan pemantauan konsentrasi plasma K+
rutin untuk menghindari overrepletion sementara dan hiperkalemia transien
Jalur intravena harus dibatasi hanya pada pasien yang tidak dapat menggunakan
jalur enteral atau dalam komplikasi berat (contohnya paralisis dan aritmia).
Koreksi dilakukan menurut kadar kalium:
1.kalium 2,5-3,5 mEq /L berikan peroral 75 meq/kgbb dibagi menjadi 3 dosis
2.kalium < 2,5 mEq/L ada 2 cara berikan secara drip intravena dngan dosis :
a). [(3,5- kadar kalium terukur)x BB(kg) x 0,4] + 2 mEq /kgbb/24 jam dalam 4
jam pertama
[(3,5- kadar kalium terukur)x BB(kg) x 0,4] + (1/6 x 2 mEq/kgbb/24 jam , dalam
20 jam berikutnya.
Keluhan os mual dan muntah , letih ,lemas dan berdasarkan hasil laboratorium
yang didapatkan menunjukkan hasil bahwa kadar kalium os sebesar Kalium 3,34
mEq/L* terdapat penurunan kadar kalium pada os .
23
Rencana diagnostic : kadar elektrolit , EKG
Rencana pengobatan :
- KSR tab 500 mg 2x1 (jika belum terkoreksi oleh pemberian cairan IVFD)
- KCL Infus
Perempuan 49 tahun dengan hepatitis virus A , dengan riwayat penyakit DM tipe 2. Mual
dan muntah yang dirasakan os menyebabkan hypokalemia ringan.
Prognosis :
- Ad vitam :dubia ad bonam
- Ad functionam : dubia ad bonam
- Ad sanationam : dubia ad bonam
CATATAN PERKEMBANGAN
Tanggal 13/02/2020 jam 13.00
24
S : Keluhan demam sudah tidak dirasakan, mual dan muntah sudah
berkurang . icterus sudah berkurang.
O : Nyeri tekan kuadran kanan atas abdomen sudah tidak dirasakan, hasil
laboratorium SGOT : 112 U/L dan SGPT : 301 U/L
A : Sesuai dengan keluhan icterus pasien, ini disebabkan oleh virus hepatitis
A yang menginfeksi os. Namun icterus akan tetap ada dalam beberapa
waktu kedepan sampai hasil laboratorium kembali kenilai normal.
P : Sementara terapi dilanjutkan sesuai dengan keluhan yang masih
dirasakan os.
2. Masalah DMT2
S :-
O :-
A :-
P : terapi dilanjutkan
3.Masalah hypokalemia
S :-
O :-
A :-
P : Periksa ulang kadar elektrolit
25
Daftar Pustaka
1.Pharmaceutical Care Untuk Penyakit Hati. Departemen kesehatan RI. Jakarta. 2007
2. Sievert, William, Melvyn G, Bolin T. Segala sesuatu tentang hepatitis. Jakarta:
Arcan; 2010.h.20-24.
3. Soedarto. Penyakit Menular di Indonesia. Jakarta: CV Sagung Seto, 2009.
4. Setiati S, Alwi I, Sudoyo AW, Setiyohai B, Syam AF, editors. Buku ajar ilmu
penyakit dalam. Edisi 6. Jilid 2. Jakarta: InternaPublishing; 2015.h.1947-79.
5. World Health Organization 2013. World Health Organization. [Diakses tanggal 8
Maret 2020].Tersedia di http:// www.who.int/mediacentre/factsheets/fs328/en/
6. Konsensus Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes Melitus tipe 2 Di Indonesia. PB
PERKENI. 2015
7.IDAI. Standart Pelayan Medis Kesehatan Anak. Edisi I . Badan Penerbit IDAI.
Jakarta . 2004.
26
27