Oleh:
Dwika Zalsha A.Sabrin, S.ked
K1A1 13 082
Pembimbing :
dr. I Putu Sudayasa, M.Kes
1
HALAMAN PENGESAHAN
Mengetahui,
Pembimbing
2
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena
atas berkat rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan Refarat Analisis 10
penyakit terbanyak di puskesmas Lepo Lepo periode januari-desember2018. ini sebagai
tugas kepaniteraan klinik bagian Ilmu Kedokteran Keluarga dan Komunitas Fakultas
Kedokteran Universitas Halu Oleo.
Penulis menyadari bahwa pada proses pembuatan laporan ini masih banyak
kekurangan. Oleh karena itu, segala bentuk kritik dan saran dari semua pihak yang
sifatnya membangun demi penyempurnaan penulisan berikutnya sangat penulis
harapkan. Penulis mengucapkan terima kasih kepada dr. I Putu Sudayasa, M.Kes atas
bimbingan dan arahannya sehingga berbagai masalah dan kendala dalam proses
penyusunan laporan ini dapat teratasi dan terselesaikan dengan baik.
Penulis berharap semoga refarat Analisis 10 penyakit terbanyak di puskesmas
Lepo Lepo periode januari-agustus 2018.ini dapat bermanfaat bagi penulis pada
khususnya dan para pembaca pada umunya serta dapat dipergunakan sebagaimana
mestinya. Atas segala bantuan dan perhatian baik berupa tenaga, pikiran dan materi
pada semua pihak yang terlibat dalam menyelesaikan laporan ini penulis mengucapkan
terima kasih.
Penulis
3
DAFTAR ISI
4
No Tabel Judul Tabel Halaman
Tabel 1 Jumlah dan keadaan penduduk per kelurahan
tahun 2018 11
Tabel 2 Sarana Tempat Ibadah di Wilayah Puskesmas 12
Lepo-Lepo Tahun 2018
Tabel 3 Sumber Daya Manusia Puskesmas Lepo-Lepo 23
Tabel 4 Analisis Masalah 10 penyakit terbanyak di 25
Puskesmas Lepo-lepo periode Januari –
Agustus 2018
Tabel 5 Besar masalah terhadap pencapaian 28
program
Tabel 6 Tiga Faktor Tingkat Kegawatan 29
Tabel 7 Kriteria Kemudahan Penanggulangan 31
Tabel 8 Kemudahan Penanggulangan 31
Tabel 9 PEARL Factor 32
Tabel 10 Nilai Prioritas Masalah 33
Tabel 11 Urutan Prioritas Masalah 34
Tabel 12 Analisis Kemungkinan Penyebab Masalah 35
DAFTAR GAMBAR
5
(Fishbone)
BAB I
PENDAHULUAN
6
pelayanan medik sebagai upaya penyembuhan/ pemulihan dan tindakan
ringan yang memenuhi standar kualitas.(kemenkes, 2016)
Pelayanan kesehatan yang dikenal murah seharusnya menjadikan
puskesmas sebagai tempat pelayanan kesehatan utama bagi masyarakat,
namun pada kenyataannya banyak masyarakat yang lebih memilih
pelayanan kesehatan pada dokter praktek atau petugas kesehatan praktek
lainnya. (Permenkes, 2014)
Untuk terselengaranya upaya kesehatan bermutu bagi masyarakat di
wilayah kerjanya, maka Tim Manajemen Puskesmas harus mampu bekerja
dengan baik dan profesional, dibawah koordinasi dan supervisi kepala
Puskesmas yang menjalankan fungsi kepemimpinannya yang baik dan tepat
sesuai situasi dan kondisi. Upaya kesehatan yang diberikan harus selalu
memperhatikan kepentingan, kebutuhan dan harapan masyarakat sebagai
konsumen eksternal, kepentingan dan kepuasan dari seluruh staf
Puskesmas sebagai konsumen internal, serta pemerintah daerah
kabupaten/kota sebagai pemilik/owner.( Kemenkes, 2016)
7
b. Untuk mengetahui penyebab-penyebab 10 penyakit terbanyak yang
berada di wilayah puskesmas Lepo Lepo
c. Untuk menyusun rencana usulan kegiatan (Plan of Action) dalam
menangani penyebab masalah Upaya KesehatanProgram
Pencegahan Penyakit yang masuk dalam 10 kasus terbanyak di
puskesmas Lepo Lepo
1.4 Manfaat
1.Untuk mahasiswa
Sebagai tambahan ilmu dan literatur dalam mengidentifikasi 10
penyakit terbanyak yang ada di wilayah kerja puskesmas Lepo-lepo dan
cara pemecahan masalah tersebut.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
8
Pada tahun 2018, Puskesmas Lepo Lepo menemukan 10 penyakit
terbanyak yang ditangani di sepanjang tahun 2018. Dari 10 penyakit tersebut,
diurutkan dengan kasus yang pertama yaitu ISPA . Penyakit ISPA pada
umumnya berada pada urutan pertama pada daftar sepuluh penyakit terbanyak
dan menjadi salah satu penyebab kematian pada kelompok bayi dan balita.
Pengendalian penyakit ISPA lebih difokuskan pada penanganan dini terhadap
penderita pneumonia balita yang ditemukan melalui Manajemen Terpadu Balita
Sakit (MTBS). Angka prevalensi ISPA pada tahun 2018 yang berada wilayah
Puskesmas Lepo Lepo sebanyak 2656 dari total keseluruhan kasus baru
maupun kasus lama. (Dinkes, 2017)
Puskesmas juga mempunyai tugas melaksanakan kebijakan kesehatan
untuk mencapat tujuan pembangunan kesehatan di wilayah kerjanya dalam
rangka medukung terwujudnya kecamatan sehat, dengan melaksanakan
perancanaan berdasarkan analisis masalah kesehatan masyarakat dan analisis
kebutuhan pelayanan yang diperlukan dalam untuk mencegah terjadinya
beberapa timbulnya penyakit dalam wilayah kerja puskesmas tersebut.
(Permenkes, 2014)
Di Wilayah Puskesmas Lepo Lepo penyakit Ispa merupakan penyakit
yang paling banyak diderita masyarakat dan menempati nomor 1 dari 10 besar
penyakit terbanyak. Banyaknya kasus Ispa tersebut dimungkinkan karena faktor
cuaca, banyaknya debu, tertular dari penderita Ispa yang lain, juga dapat
disebabkan karena kondisi rumah yang kurang sehat seperti rumah lembab,
kurang cahaya matahari karena jendela terlalu kecil/sinar matahari terkadang
untuk masuk ke dalam rumah.
Infeksi saluran nafas termasuk pneumonia, masih menjadi masalah
kesehatan di negara berkembang maupun negara maju. Angka kejadian
Pneumonia di Indonesia pada balita diperkirakan antara 10 % - 20% per tahun.
Berdasarkan data rekapitulasi laporan bulanan program P2 ISPA puskesmas di
wilayah Dinas Kesehatan Kota Yogyakarta, didapatkan total penderita
pneumonia pada balita sebesar 1048 (22,99%) atau 241 kasus. puskesmas
Lepo Lepo pada tahun 2018, menduduki peringkat kedua penyakit terbanyak
yang berada dalam wilayah tersebut.( Rusianto, 2012)
9
Pneumonia adalah infeksi akut yang mengenai jaringan paru (alveoli).
Infeksi dapat disebabkan oleh bakteri, virus maupun jamur. Pneumonia juga
dapat terjadi akibat kecelakaan karena menghirup cairan atau bahan kimia.
Populasi yang rentan terserang pneumonia adalah anak-anak usia kurang dari
2 tahun, usia lanjut lebih dari 65 tahun, atau orang yang memiliki masalah
kesehatan (malnutrisi, gangguan imunologi). Jumlah penderita pneumonia
balita yang ditemukan dan ditangani Tahun 2018 adalah sebanyak 66% dan ini
mengalami peningkatan di banding tahun 2016 yang hanya 34 %. (Rusianto,
2012)
10
Indonesia sebagai salah satu negara berkembang masih mempunyai
berbagai macam masalah kesehatan dalam masyarakat, salah satunya adalah
hipertensi. Kejadian prevalensi hipertensi di Indonesia mencapai 31,7% dari
total penduduk dewasa yang dilakukan pemeriksaan tekanan darah, dengan
jumlah mencapai 6,8% menyumbang proporsi penyebab kematian pada semua
umur di Indonesia.
Jumlah Penderita Hipertensi yang dilaporkan di Puskesmas Lepo-lepo
pada tahun 2018 sebanyak 1613 Orang dan penyakit ini masuk dalam 6 dari
10 penyakit terbanyak. Banyaknya kasus Hipertensi tersebut disebabkan
karena pola hidup yang tidak sehat seperti kurang berolah raga, makan
makanan cepat saji, serta stress, selain itu juga ada penderita Hipertensi
bawaan. (Profil Puskesmas, 2018)
Tingkat kesadaran masyarakat Indonesia masih sangat rendah
mengenai pentingnya menjaga kesehatan lambung, padahal gastritis atau sakit
maag akan sangat mengganggu aktivitas sehari-hari, baik bagi remaja maupun
orang dewasa. Gastritis atau dikenal dengan sakit maag merupakan
peradangan (pembengkakan) dari mukosa lambung yang disebabkan oleh
faktor iritasi dan infeksi. Bahaya penyakit gastritis jika dibiarkan terus menerus
akan merusak fungsi lambung dan dapat meningkatkan risiko untuk terkena
kanker lambung hingga menyebabkan kematian.(Murjayanah, 2010)
11
kesehatan baik di puskesmas maupun rumah sakit mengalami keluhan yang
berhubungan dengan nyeri ulu hati .(Fitri dkk, 2013)
BAB III
METODE PENGUMPULAN DATA
12
1 Ispa < 5 tahun 100% 100% 0
2 Ispa > 5 Tahun 100% 100% 0
3 Pneumonia 100% 97% 3
4 Penyakit Kulit Alergi 100% 100% 0
5 Diare 90% 90% 0
6 Hipertensi 90%% 84% 6
7 Diabetes Melitus 100% 100% 0
8 Gastritis 85% 100% 0
9 Penyakit pada sistem 100% 100% 0
otot
10 Rheumatik 75% 85% 0
13
BAB IV
A. Visi
“Menjadi puskesmas andalan bagi masyarakat menuju Kota
Kendari Sehat 2020”.
B. Misi
1. Menyelenggarakan pelayanan kesehatan berkualitas yang
terjangkau oleh seluruh lapisan masyarakat khusunya dalam
wilayah Kecamatan Baruga dan Kota Kendari pada umumnya.
2. Menggerakan masyarakat untuk berpartisipasi dalam
pembangunan kesehatan.
3. Memperdayakan potensi keluarga dan masyarakat untuk mampu
berperan aktif dalam upaya mewujudkan keluarga sehat mandiri.
4. Memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan dengan
memperdayakan individu, keluaga, dan masyarakat melalui
program kelurahan siaga.
5. Menggalang kemtitraan dengan seluruh potensi masyarakat
dalam wilayah kerja puskesmas yakni Kecamatan Baruga dalam
rangka mendukung Kota Kendari Sehat tahun 2020.
6. Menerapkan transparansi dan akuntabilitas internal organisasi
Puskesmas dan eksternal denan organisasi lainnya baik secara
14
vertikal maupun horizontal. pihak yang terkait dalam pelayanan
kesehatan masyarakat.
C. Motto
Puskesmas Lepo-lepo mempunyai motto ”CEMPAKA” yang
merupakan akronim dari
C : Cepat
E : Empati
M : Mutu
P : Peduli
A : Aman
K : Keterbukaan
A : Akuntabilitas
4.2 Data sekunder hasil pencatatan dan pelaporan Puskesmas
42.1Sosio-Demografis
1. Keadaan Penduduk
Jumlah penduduk di Wilayah kerja Puskesmas Lepo-Lepo
pada tahun 2018 sebanyak 23.211 Ha yang tersebar di 4 kelurahan
(Lepo-Lepo, Wundudopi, Baruga, Watubangga). Distribusi penduduk
per Kelurahan dapat dilihat pada tabel 1.
Tabel 1. Jumlah dan keadaan penduduk per kelurahan tahun 2018
No Nama Kelurahan Jumlah Jumlah Jiwa
KK
15
2. Keadaan Sosial Ekonomi
a. Pendidikan
Pendidikan merupakan salah satu sarana untuk meningkatkan
sumber daya manusia. Di Wilayah Puskesmas Lepo-lepo jumlah
sarana pendidikan terbagi: Taman Kanak-kanak (TK) berjumlah 18
sekolah, Sekolah Dasar (SD) berjumlah 12 sekolah, SLB 1 sekolah,
SMP berjumlah 7 sekolah dan SMA berjumlah 7 sekolah. Sedangkan
perguruan tinggi ada 2 yaitu, STAIN dan UNSULTRA.
b. Agama
Perkembangan pembangunan dibidang spiritual dapat dilihat
dari banyanyaknya sarana peribadatan masing-masing agama.
Menurut data statistik tahun 2018 Penduduk Kecamatan Baruga
sebagian besar menganut agama Islam. Jumlah sarana ibadah dapat
dilihat pada tabel 2
Tabel 2. Sarana Tempat Ibadah di Wilayah Puskesmas Lepo-Lepo
Tahun 2018
Jenis Sarana
Masjid Gereja
N Kelurahan
o
1. Lepo-lepo 8 1
2. Wundudopi 9 1
3. Baruga 14 2
4. Watubangga 10 0
Jumlah 41 4
16
Saat ini berkembang berbagai cara pembiayaan kesehatan
antara lain Jamkesda, Kartu Indonesia Sehat, BPJS Ketenagakerjaan
yang merupakan transformasi dari program Jamsostek serta BPJS
Kesehatan yang merupakan peleburan dari Askes dan Jamkesmas.
Pada tahun 2018 jumlah peserta BPJS (mandiri, PNS,
ketenagakerjaan, Jamkesda, KIS) adalah sebanyak 22929 peserta.
Jumlah peserta BPJS tersebut bukan hanya berasal dari wilayah
Puskesmas Lepo-lepo saja tapi juga berasal dari wilayah Puskesmas
lain tetapi mereka lebih memilih Puskesmas Lepo-lepo karena alasan
lebih mudah dijangkau dan dekat dengan jalan raya.
17
mereka kurang menyadari bahwa kebiasaan tersebut dapat
menyebabkan sakit seperti tidak mencuci tangan sebelum makan.
A. Sosio-Geografis
1. Keadaan dan Kondisi Geografis
a. Wilayah kerja terdiri dari 4 kelurahan:
- Lepo-Lepo,
- Wundudopi,
- Baruga,
- Watubangga
yang merupakan wilayah administratif Kecamatan Baruga
b. Luas wilayah kerja : 13.130 Ha
c. Batas-batas wilayah:
1) Sebelah utara : Kecamatan Wua-Wua dan Kecamatan
Kadia
2) Sebelah timur : Kecamatan Poasia
3) Sebelah selatan : Kecamatan Konda (Kabupaten Konawe
Selatan)
4) Sebelah barat : Kecamatan Ranomeeto (Kab Konawe
Selatan) dan Kecamatan Mandonga Kota Kendari
d. Keadaan Alam : 80% daratan dan 20% perbukitan
e. Prasarana Transportasi : 85% jalan aspal dan 15% jalan berbatu dan
tanah.
18
Gambar 1. Peta Wilayah Kerja Puskesmas Lepo-Lepo
(Profil PuskesmasLepo-Lepo tahun 2018)
2. Keadaan Lingkungan
a. Rumah Sehat
Rumah sehat adalah bangunan tempat berlindung dan
beristirahat serta sebagai sarana pembinaan keluarga yang
menumbuhkan kehidupan sehat secara fisik, mental dan social
sehingga seluruh anggota keluarga dapat bekerja secara produktif.
Syarat-syarat rumah sehat antara lain : memiliki sarana air
bersih, memiliki jamban yang sehat, memiki tempat pembuangan
sampah yang tertutup, ada sarana pembuangan air limbah yang
sehat, ventilasi dan jendela yang cukup, atap lantai dan dinding
kedap air serta kepadatan hunian rumah sesuai dengan luas rumah.
Dari data yang terkumpul menunjukkan bahwa jumlah rumah
yang diperiksa sebanyak 5140 dan rumah yang sehat sebanyak 4861
(94,5%).
Dari data tersebut dapat diketahui bahwa sebagian besar
rumah yang ada di wilayah Puskesmas Lepo-lepo kondisinya sudah
cukup memenuhi syarat-syarat kesehatan/mempunyai fasilitas
sanitasi kesehatan sesuai kriteria rumah sehat.
b. Akses Terhadap Air Bersih
Air merupakan sumber dari kehidupan manusia. Air yang tidak
sehat dapat menjadi perantara penyakit, oleh karena itu air harus
memenuhi syarat-syarat kesehatan agar tidak mengganggu
kesehatan manusia.
19
Indikator air bersih antara lain tidak berbau, tidak berasa dan
tidak berwarna, selain itu air juga tidak terkontaminasi oleh bakteri
pathogen serta tidak mengandung zat-zat kimia yang berbahaya
dalam jumlah yang melebihi ambang batas yang ditentukan.Untuk
memenuhi kebutuhan akan air bersih, masyarakat di wilayah
Puskesmas Lepo-lepo mengakses air dari berbagai sumber yaitu
yang menggunakan sumur gali dengan pompa sebanyak 1566 jiwa,
sumur bor sebanyak 1477 jiwa, dan yang menggunakan depot air
minum sebanyak 20.168 jiwa.
Berdasarkan data tersebut dapat diketahui bahwa sebagian
besar masyarakat untuk memenuhi kebutuhan akan air terutama air
minum yaitu menggunakan depot air minum. Banyaknya masyarakat
memakai depot air minum dikarenakan lebih praktis, tidak repot serta
harganya terjangkau. Banyaknya masyarakat yang menggunakan
depot air minum maka diperlukan pemeriksaan kualitas air maupun
kondisi sanitasi depot tersebut agar tidak merugikan dan
membahayakan pengguna depot.
c. Ketersediaan Jamban
Jamban keluarga yang sehat harus memenuhi syarat antara
lain : tidak mencemari sumber air minum, tertutup (leher angsa) tidak
berbau, mudah dibersihkan, aman digunakan, ada pelindung yang
kedap air, penerangan dan ventilasi cukup, bebas serangga dan tikus
serta tersedia air bersih.
Pada tahun 2018 jumlah KK yang mempunyai jamban yang
sehat di wilayah kerja Puskesmas Lepo-lepo sebanyak 5429 (98,2%).
Ada beberapa KK yang belum mempunyai jamban sehat hal ini
disebabkan karena mereka menganggap jamban belum merupakan
suatu kebutuhan, selain itu juga masih luas pekarangan rumah dan
kebun mereka sehingga mereka memanfaatkan kebun untuk
membuang kotoran (buang air besar)
20
B. Struktur Organisasi
Adapun struktur organisasi yang dimiliki puskesmas Lepo-lepo adalah
sebagai berikut:
KEPALA
PUSKESMAS
dr. Hasmirah
SEKRETARIS
Ahli
KEUANGAN SP2TP
F. Winarsih, A. Irawati B., S.
MG Farm
Biwa, S. KM Teguh
Nudzul Adhiyaksa
Asmawiyah, S. Lutfi
Kep
22
C. Sumber Daya Kesehatan
1. Puskesmas dan Jaringannya
Sarana Kesehatan yang berada di wilayah kerja Kecamatan Baruga
meliputi:
a. Sarana Kesehatan Pemerintah
1) Puskesmas
Puskesmas Lepo-lepo merupakan Puskesmas induk yang
membawahi 2 Puskesmas Pembantu yaitu Pustu Nanga-nanga
dan Pustu Allo Jaya serta mempunyai wilayah yang cukup luas
sehingga memerlukan sarana transportasi baik kendaraan roda 2
maupun roda 4 untuk kegiatan luar gedung maupun merujuk
pasien. Sarana transportasi (kendaraan dinas) yang digunakan
diPuskesmas lepo-lepo adalah kendaraan roda 4 berjumlah 2 unit
dan kendaraan roda 2 berjumlah 13 unit.
2) Rumah Sakit
Rumah Sakit yang ada di wilayah Kecamatan Baruga adalah
Rumah Sakit Propinsi Kendari yang merupakan rumah sakit
negeri kelas B. Rumah Sakit ini mampu memberikan pelayanan
kedokteran spesialis dan subspesialis terbatas.Rumah sakit ini
juga menampung pelayanan rujukan dari Rumah Sakit
Kota/Kabupaten.Rumah Sakit Propinsi terletak di Kelurahan
Watubangga Kecamatan Baruga.
b. Sarana Kesehatan Swasta
1) Rumah Sakit Umum: ada 2 yaitu Rumah Sakit Hati Mulia yang
terletak di Kelurahan Wundudopi dan Rumah Sakit Dewi Sartika
yang terletak di Kelurahan Watubangga.
2) Rumah Bersalin: 2 Unit, yang berlokasi di Kelurahan Lepo-lepo
dan KelurahanBaruga.
3) Praktek dokter berkelompok: 1 Unit, berlokasi di Kelurahan Lepo-
lepo.
23
4) Praktek dokter perorangan : 5 unit.
2. Sarana Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat
a. Posyandu
Dalam rangka meningkatkan cakupan pelayanan kesehatan
kepada masyarakat berbagai upaya dilakukan dengan memanfaatkan
potensi dan sumber daya yang ada di masyarakat. Posyandu
merupakan UKBMyang paling dikenal oleh masyarakat. Posyandu
menyelenggarakan minimal 5 program prioritas yang dikenal dengan
istilah sistem 5 meja. Posyandu dikelompokkan menjadi 4 strata yaitu
Pratama, Madya, Purnama dan Mandiri.
Jumlah Posyandu yang ada di wilayah Puskesmas Lepo-lepo
adalah sebanyak 18 Posyandu Balita. Dari 18 Posyandu tersebut
yang masuk dalam kriteria madya berjumlah 1 Posyandu, Purnama 6
Posyandu dan Mandiri sebanyak 11 Posyandu. Berdasarkan data
tersebut dapat diketahui bahwa hampir semua Posyandu di wilayah
Puskesmas Lepo-lepo sudah masuk strata yang diharapkan yaitu
Purnama dan Mandiri(17Posyandu).
24
Grafik 1. Jumlah Posyandu Balita
10
0
madya purnama mandari
25
Grafik 2. Polindes yang berada di Puskesmas Lepo-Lepo
polindes
1.2
1
0.8
0.6
0.4
0.2
0
Lepo- lepo Wundudopi Baruga Watubangga
c. Desa Siaga
Desa siaga merupakan suatu konsep peran serta dan
pemberdayaan masyarakat di tingkat Desa/Kelurahan, disertai
dengan pengembangan kesiagaan dan kesiapan masyarakat untuk
memelihara kesehatannya secara mandiri. Tujuan desa siaga adalah
terwujudnya masyarakat desa yang sehat, peduli dan tanggap
terhadap permasalahan kesehatan di wilayahnya.Semua Kelurahan
di wilayah Puskesmas Lepo-lepo (4 Kelurahan) sudah masuk
Kelurahan siaga. Di setiap Kelurahan masing-masing ada 2 bidan
kelurahan yang siap membantu masyarakat terutama ibu hamil dan
melahirkan serta pelayanan KB.
3. Sumber Daya Manusia Kesehatan
Upaya peningkatan mutu dan jangkauan pelayanan kesehatan,
maka tenaga kesehatan yang ada harus memadai jumlahnya. Di
Puskesmas Lepo-lepo setiap tahun hampir selalu ada penambahan
jumlah pegawai baik pegawai titipan maupun pegawai tetap. Selain itu
26
tenaga sukarela juga semakin bertambah banyak setiap
tahunnya.Jumlah tenaga kesehatan yang bertugas di Puskesmas Lepo-
lepo pada tahun 2018 sebanyak 97 orang dengan uraian:
Tabel 3. Sumber Daya Manusia Puskesmas Lepo-Lepo
No Jenis Tenaga Status Jumlah
1. Dokter Umum 3 - - 3
2. 1 - - 1
3. Dokter Gigi 9 - 11 20
4. Sarjana Keperawatan 17 - 1 18
5. Sarjana Kesehatan 3 - - 3
6. Masyarakat 1 - - 1
7. Sarjana Kebidanan 2 - - 2
8. Sarjana Kesehatan 16 - 18 34
9. Lingkungan 17 - 12 29
10. Apoteker 3 - 2 5
11. Ahli Madya Keperawatan 1 - 1 2
12. Ahli Madya Kebidanan 1 1 1 3
13. Ahli Madya Gizi 9 - - 9
14. Ahli Kesehatan Lingkungan 2 - - 2
15. Ahli Madya Analis Kesehatan 4 - - 4
16. Perawat 1 - - 1
17. Perawat gigi 2 - - 2
18. Bidan 1 - - 1
19. SPAG 3 2 - 5
20. SPPH 1 - - 1
21. SMF - 2 - 2
22. Tenaga Administrasi - 1 -
Sopir 1
23 Petugas Kebersihan - - -
Tukang Masak dan Tukang
cuci
SMU
Jumlah 97 6 46 149
27
Berdasarkan tabel di atas, terlihat bahwa pegawai yang berstatus
sebagai Pegawai Negeri Sipil (PNS) sebanyak 97 orang, tenaga honorer
sebanyak 6 orang, dan tenaga sukarela sebanyak 46 orang. Menurut
jumlah kebutuhan dokter umum yang ada per jumlah penduduk (20981)
maka kebutuhan dokter umum seharusnya berjumlah 4, sedangkan yang
ada hanya 3 dokter umum berarti masih kurang 1 dokter umum.
D. Realisasi Pembiayaan
Pembiayaan kesehatan adalah besarnya dana yang harus disediakan
oleh pemerintah maupun masyarakat untuk menyediakan dan
memanfaatkan berbagai upaya kesehatan yang diperlukan perseorangan,
keluarga, kelompok maupun masyarakat. Sumber pembiayaan upaya
pelayanan kesehatan antara lain sebagai berikut.
28
Dana yang disediakan oleh pemerintah dibedakan atas dua macam,
yakni dana anggaran pembangunan yang mencakup dana pembangunan
gedung, pengadaan peralatan serta pengadaan obat, dan dana anggaran
rutin yang mencakup gaji karyawan, pemeliharaan gedung dan peralatan,
pembelian barang habis pakai serta biaya operasional.
Anggaran tersebut disusun oleh Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota untuk
diajukan dalam Daftar Usulan Kegiatan (DUK) ke Pemerintah
Kabupaten/Kota untuk seterusnya dibahas bersama DPRD Kabupaten/Kota.
Puskesmas diberikan kesempatan mengajukan kebutuhan untuk kedua
anggaran tersebut melalui Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.Anggaran
yang telah disetujui tercantum dalam dokumen keuangan diturunkan secara
bertahap ke Puskesmas melalui Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.Untuk
beberapa mata anggaran tertentu, misalkan pengadaan obat dan
pembangunan gedung serta pengadaan alat, anggaran tersebut dikelola
langsung oleh Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota atau oleh Pemerintah
Kabupaten/Kota.
Untuk beberapa mata anggaran tertentu, misalkan pengadaan obat dan
pembangunan gedung serta pengadaan alat, anggaran tersebut dikelola
langsung oleh Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota atau oleh Pemerintah
Kabupaten/Kota.
Penanggungjawab penggunaan anggaran yang diterima Puskesmas
adalah Kepala Puskesmas sedangkan administrasi keuangan dilakukan
oleh pemegang keuangan Puskesmas yakni staf yang ditetapkan oleh Dinas
Kesehatan Kabupaten/Kota atas usulan Kepala Puskesmas. Penggunaan
dana sesuai dengan usulan kegiatan yang telah disetujui dengan
memperhatikan berbagai ketentuan peraturan perundang-undangan yang
berlaku.
Pada tahun 2018 jumlah peserta BPJS (mandiri, PNS, ketenagakerjaan,
Jamkesda, KIS ) adalah sebanyak 17810 peserta. Jumlah peserta BPJS
tersebut bukan hanya berasal dari wilayah Puskesmas Lepo-lepo saja tapi
29
juga berasal dari wilayah Puskesmas lain tetapi mereka lebih memilih
Puskesmas Lepo-lepo karena alasan lebih mudah dijangkau dan dekat
dengan jalan raya.
30
BAB V
MASALAH KESEHATAN
N
1 Ispa < 5 tahun 100% 100% 0
2 Ispa > 5 Tahun 100% 100% 0
3 Pneumonia 100% 97% 2
4 Penyakit Kulit Alergi 100% 100% 0
5 Diare 90% 90% 0
6 Hipertensi 90% 84 % 6
7 Diabetes Melitus 100% 100% 0
8 Gastritis 85% 100% 0
9 Penyakit pada sistem 100% 100% 0
otot
10 Rheumatik 75% 100% 0
Sumber : Data Primer 2018
31
a. Besar masalah (Kriteria A)
Penilaian besar masalah dengan interval menggunakan rumus
sebagai berikut :
1) Kelas N = 1 + 3,3 log n
= 1 + 3,3 log 10
= 1 + 3,3 (1)
= 1 + 3,3
= 4.3
=4
(Nilai Tertinggi−Nilai Terendah)
2) Interval =
Jumlah Kelas
(6−0)
=
4
6
=
4
= 1,5
32
Nilai
2,5 5 7,5 10
10 PENYAKIT TERBANYAK
1. Ispa < 5 tahun X 2,5
2. Ispa > 5 Tahun X 2,5
3. Pneumonia x 5
4. Penyakit Kulit Alergi X 2,5
5. Diare X 2,5
6. Hipertensi X 10
7. Diabetes Melitus X 2,5
8. Gastritis
X 2,5
33
3 Cukup 3 Cukup Murah 3 Cukup
Berpengaruh Mendesak
2 Kurang Ganas 2 Mahal 2 Kurang
Mendesak
1 Tidak Ganas 1 Sangat Mahal 1 Tidak
Mendesak
No Kegawatan Masalah
Indikator
. Keganasan Biaya Urgensi Nilai
10 PENYAKIT TERBANYAK
1. Ispa < 5 tahun 3 4 3 10
2. Ispa > 5 Tahun 3 4 3 11
3. Pneumonia 4 3 3 10
4 Penyakit Kulit Alergi 3 3 2 8
5 Diare 3 3 3 9
6 Hipertensi 4 2 4 10
7 Diabetes Melitus 4 2 4 10
Gastritis
8 3 3 3 9
Kriteria Nilai
Sangat Mudah 1
Mudah 2
Cukup Mudah 3
Agak Mudah 4
Tidak Mudah 5
34
Ispa < 5 tahun
1. 4
Ispa > 5 Tahun
2. 4
3. Pneumonia 5
4 Penyakit Kulit Alergi 3
5 Diare 3
6 Hipertensi 4
7 Diabetes Melitus 4
8 Gastritis 4
9 Penyakit pada sistem otot 3
10 Rheumatik 3
35
1. Ispa < 5 tahun 1 1 1 1 1 1
3. Pneumonia 1 1 1 1 1 1
4. Penyakit Kulit Alergi 1 1 1 1 1 1
5. Diare 1 1 1 1 1 1
6. Hipertensi 1 1 1 1 1 1
7. Diabetes Melitus 1 1 1 1 1 1
8. Demam yang tidak diketahui 1 1 1 1 1 1
penyebabnya
9. Penyakit pada sistem otot 1 1 1 1 1 1
10. Rheumatik 1 1 1 1 1 1
36
9 Penyakit pada sistem otot 2,5 9 3 1 29,5 29,5
10 Rheumatik 2,5 9 3 1 29,5 29,5
37
berobat saat timbulnya gejala
5. Banyak pasien Hipertensi yang memilih
berobat menggunakan obat-obat herbal
Money Tidak ada masalah
38
b. Kurangnya penyuluhan tentang faktor resiko dan komplikasi pada
pasien Hipertensi.
c. Banyak pasien Hipertensi yang memilih berobat herbal.
d. Banyak pasien Hipertensi yang berobat hanya pada saat munculnya
keluhan.
e. Tidak ada masalah pada biaya/dana secara keseluruhan, terhadap
pengobatan Hipertensi, akan tetapi pola pikir masyarakat yang lebih
memilih untuk berobat secara herbal daripada memilih ke fasilitas
kesehatan seperti Puskesmas.
f. Kurangnya penyuluhan dan sosialisasi mengenai penyakit hipertensi,
faktor risiko, dan komplikasinya bila tidak terkontrol.
g. Kurangnya media promosi kesehatan yang dapat menarik perhatian
yang beredar di masyarakat mengenai hipertensi.
h. Masih minimnya tingkat kesadaran dan pengetahuan masyarakat
bahayaHipertensi, pengendaliannya, dan Pencegahannya.
i. Masih banyaknyapasien yang memilih berobat secara herbal
daripada ke fasilitas kesehatan sehingga menyulitkan petugas untuk
mendata, memantau, mengawasi dan mengontrol pasien hipertensi.
39
Banyak pasien Hipertensi yang berobat
hanya pada saat munculnya keluhan
untuk mendata pasien Hipertensi
Kasus Hipertensi
Lingkungan Proses
BAB VI
PEMECAHAN MASALAH
40
Berdasarkan analisis prioritas penyebab masalah, maka dibawah ini
ditampilkan tabel paired comparison dan tabel kumulatif untuk
menyelesaikan suatu masalah berupa penemuan kasus Hipertensi.
Tabel 14. Analisis Prioritas Penyebab Masalah Dengan Menggunakan
Tabel Paired Comparison
A B C D E F G H I
Total
A B C D E F G H I 0
B B B B F B B B 6
C C E F G H I 1
D E F G H I 0
E F G E I 2
F F F F 3
G H G 1
H I 0
I 0
Total Vertikal 1 1 1 3 5 4 4 5
Total Horizontal 0 6 1 0 2 3 1 0 0
Total 0 7 2 1 5 8 5 4 5 37
41
B 7 7/37 18,91 40,53
E 5 5/37 13,51 54,04
G 5 5/37 13,51 67,55
I 5 5/37 13,51 81,06
H 4 4/37 10,81 91,87
C 2 2/37 5,40 97,27
D 1 1/37 2,70 99,97
A 0 0/37 0 99,97
Jumlah 37 100
42
dengan media masyarakat umum, baik tenaga
informasi menarik untuk ruang tunggu PROMKES
seperti baliho, mengambil pasien, pintu ataupun
poster, maupun waktu sejenak depan tenaga ahli
pamflet mudah memperhatika puskesmas, yang mau
dibuat, ekonomis, n media atau di membuat
dan mudah infrormasi fasilitas umum desain
dijangkau, dibaca, tersebut yang manapun menarik
dan dipahami kurang, apalagi dapat dengan untuk setiap
dalam waktu jika poster, mudah media
singkat oleh baliho, ataupun dimanfaatkan infromasi
masyarakat umum. pamflet kurang menjadi lokasi tersebut, dan
menarik dan strategis bila dominan
kurang dapat pemasangan masyarakat
dipahami. media tidak mampu
informasi. membaca
dan
memahami.
1.
2. Upaya promosi Membutuhkan Di berbagai Tidak ada
kesehatan melalui banyak SDM lokasi fasilitas pelatihan
peningkatan untuk kesehatan SDM untuk
kesadaran dan melakukan KIE dapat kegiatan KIE,
pengetahuan ini, juga dijadikan dan
masyarakat membutuhkan tempat yang masyarakat
mengenai penyakit waktu yang strategis untuk yang tidak
hipertensi melalui lama untuk dilakukannya kooperatif.
KIE (Komunikasi, melakukan KIE. Kegiatan
Interaksi, Edukasi) KIE, serta KIE juga
sangat dapat butuh pelatihan dapat
43
membuat semua untuk semua diselipkan
masyarakat SDM dalam setiap
memahami Puskesmas unsur
Hipertensi dengan agar dapat kegiatan
baik, juga dapat melakukan KIE pelayanan
mengikat dengan baik. kesehatan.
masyarakat secara
psikologis dan
sosial sehingga
akan lebih mudah
membuat
masyarakat
mengikuti semua
program
kesehatan lainnya.
3. Penyuluhan Kurangnya Efektif dan Warga
tentang penyakit minat ekonomis bila masyrakat
Hipertensi, faktor masayarakat ada SDM yang hadir
risiko dan menghadiri yang dengan sedikit, dan
komplikasinya pertemuan menarik waktu yang
apabila tidak masyarakat melakukan diberikan
terkontrol kepada dan bisa saja penyuluhan. sangat
masyarakat pada tidak semua sedikit untuk
saat pertemuan elemen penyuluhan
musyawarah masyrakat sehingga
masyarakat hadir. informasi
desasangat efektif tidak
karena tersampaikan
menghemat waktu sepenuhnya.
dan banyak
44
masyarakat yang
hadir.
45
3. C = Melakukan promosi kesehatan kepada masyarakat melalui
sarana informasi yang dapat menarik perhatian seperti poster, pamflet
dan baliho
4. D = Melakukan screening dan kunjungan rumah(Home Care) secara
rutin terutama pada pasien Lansia dan pasien-pasien yang memiliki
faktor risiko penyakit hipertensi.
46
2. Meningkatkan kesadaran dan pengetahuan masyarakat mengenai
penyakit hipertensi melalui KIE (Komunikasi, Interaksi, Edukasi)
3. Memberikan penyuluhan tentang penyakit Hipertensi, faktor risiko dan
komplikasinya apabila tidak terkontrol kepada masyarakat pada saat
pertemuan musyawarah masyarakat desa
4. Melakukan screening dan kunjungan rumah (Home Care)secara rutin
terutama pada pasien Lansia dan pasien-pasien yang memiliki faktor
risiko penyakit hipertensi
47
1. Rencana Kerja (Plan of Action)
Tabel 17.Plan of Action
No Tujuan Kegiatan Sasaran Target Lokasi Waktu Personi
49
BAB VII
PENUTUP
7.1 Simpulan
Setelah melakukan analisis masalah 10 penyakit terbanyak di
puskesmas lepo lepo yang menjadi prioritas masalah kesehatan di wilayah
kerja Puskesmas Lepo-lepo adalah Kasus Pasien hipertensi dengan
prioritas penyebab masalah sebagai berikut :
1. Masih minimnya tingkat kesadaran dan pengetahuan masyarakat
bahaya Hipertensi, pengendaliannya, dan Pencegahannya
2. Kurangnya media promosi kesehatan yang dapat menarik perhatian
yang beredar di masyarakat mengenai hipertensi
3. Kurangnya penyuluhan dan sosialisasi mengenai penyakit hipertensi,
faktor risiko, dan komplikasinya bila tidak terkontrol
4. Kurangnya sosialisasi tentang risiko dan komplikasi pada pasien
Hipertensi
5. Kurangnya Perhatian terhadaap pembinaan jasmani pada penderita
hipertensi untuk mengurangi faktor risiko dan komplikasi
Adapun alternatif penyelesaian masalah yang penulis berikan adalah
sebagai berikut:
1. Meningkatkan kesadaran dan pengetahuan masyarakat mengenai
penyakit hipertensi melalui komunikasi, interaksi dan edukasi)
2. Menggencarkan promosi kesehatan kepada masyarakat melalui sarana
informasi seperti papan informasi, poster, pamflet, dan baliho
3. Melakukan screening dan kunjungan rumah secara rutin terutama pada
pasien Lansia dan pasien-pasien yang memiliki faktor risiko penyakit
hipertensi
50
4. Memberikan penyuluhan tentang penyakit Hipertensi, faktor risiko, dan
komplikasinya apabila tidak terkontrol kepada masyarakat pada saat
pertemuan musyawarah masyarakat desa.
7.2 Saran
Adapun saran yang dapat diberikan kepada pihak puskesmas
diharapkan RUK (Rancangan Upaya Kesehatan) yang telah dibuat dapat
dipertimbangkan dalam menyelesaikan masalah kesehatan di wilayah kerja
Puskesmas Lepo-lepo terutama mengenai Penyakit Hipertensi.
51
DAFTAR PUSTAKA
Fitri, dkk. 2013. Deskripsi Pola Makan Penderita Maag pada Mahasiswa
Jurusan Kesejahteraan Keluarga Fakultas Teknik Universitas Negeri
Padang. Jurnal Universitas Negeri Padang Vol. 2 No. 1. (Online)
ejournal.unp.ac.id Diakses 22 April 2019
52
Permenkes. 2014. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 75
Tahun 2014 Tentang Pusat Kesehatan Masyarakat. Kementerian
Kesehatan RI. Jakarta.
53
LAMPIRAN 1
1. kasus Diare
120
100
Target per Tahun
80
60
40
20
0
Lepo-Lepo Wundudopi Baruga Watubangga Puskesmas
2. kasus ISPA
54
PWS Kasus Ispa < 5 Tahun di Puskesmas Lepo Lepo
Tahun 2018
120
100
Target Per Tahun
80
60
40
20
0
Lepo-Lepo Wundudopi Baruga Watubangga Puskesmas
120
100
Target Per Tahun
80
60
40
20
0
Lepo-Lepo Wundudopi Baruga Watubangga Puskesmas
55
4. Kasus Penyakit Kulit Alergi
100
90
80
Target Pertahun
70
60
50
40
30
20
10
0
Lepo-Lepo Wundudopi Baruga Watubangga Puskesmas
5. Kasus Hipertensi
56
PWS Kasus Hipertensi di Puskesmas Lepo Lepo Tahun
2018
100
90
80
Target Pertahun
70
60
50
40
30
20
10
0
Lepo-Lepo Wundudopi Baruga Watubangga Puskesmas
6. Kasus DM
120
100
Target Pertahun
80
60
40
20
0
Lepo-Lepo Wundudopi Baruga Watubangga Puskesmas
57
7. PwsKasus Pneumonia
120
100
Target Per Tahun
80
60
40
20
0
Lepo-Lepo Wundudopi Baruga Watubangga Puskesmas
8. Kasus Gastritis
58
PWS Kasus Gastritis Puskesmas Lepo Lepo Tahun 2018
120
100
Target Per Tahun
80
60
40
20
0
Lepo-Lepo Wundudopi Baruga Watubangga Puskesmas
120
100
Target Per Tahun
80
60
40
20
0
Lepo-Lepo Wundudopi Baruga Watubangga Puskesmas
59
10. Pws kasus Rheumatik
80
70
60
Target Per Tahun
50
40
30
20
10
0
Lepo-Lepo Wundudopi Baruga Watubangga Puskesmas
LAMPIRAN 2
60
(Pembagian Tablet Fe )
61
(Mengikuti Posyandu Lansia)
62
(Mengikuti Pemeriksaan ANC)
63