Anda di halaman 1dari 31

MAKALAH DASAR ILMU KEPENDUDUKAN

“STATISTIKA PELAYANAN KESEHATAN”

Dosen Pengampu:
Dr. Masrizal Dt. Mangguang, SKM, M.Biomed

Nama Kelompok:
Nike Ramadayani 2011211005
MIiftahul Rizqia 2011211009
Siti Nurhaliza Lubis 2011211019
Arlan Febrian 2011211023
Juani Safitri 1811211049
Rizki Rahmadi 2011212007
Putri Aulia Azzahra 2011212027
Fritiara 2011212043

ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS ANDALAS
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan kemudahan bagi
kami dalam menyelesaikan makalah yang berjudul Statistika Pelayanan Kesehatan dengan tepat
waktu.

Kami mengucapkan terima kasih kepada Bapak Dr. Masrizal Dt. Mangguang, SKM,
M.Biomed selaku dosen pengampu mata kuliah Dasar Kependudukan yang telah memberikan
tugas kepada kami sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan terkait statistika
pelayanan kesehatan.

Dalam penulisan makalah ini kami menemui beberapa kendala akan tetapi, kendala
tersebut dapat diatasi dengan kerja sama kelompok yang baik. Kami menyadari bahwa makalah
ini belumlah sempurna. Oleh karena itu, kami menerima segala bentuk kritik dan saran demi
penyempurnaan makalah ini.

Akhirnya, dengan segala kerendahan hati kami berharap makalah ini ada manfaatnya.
Aamiin.

Padang, 19 September 2020

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................................................................. 2


DAFTAR ISI…………………………………………………………………………………………………………………………………………2

1.1 Latar Belakang .............................................................................................................................. 4


1.2 Rumusan Masalah ......................................................................................................................... 4
1.3 Tujuan............................................................................................................................................ 5
BAB II........................................................................................................................................................... 6
PEMBAHASAN ........................................................................................................................................... 6
2.1 Pengertian Statistika dan Pelayanan Kesehatan ............................................................................ 6
2.2 Rasio Penduduk terhadap Sarana Kesehatan ................................................................................ 6
2.3 Rasio Jumlah Penduduk dan Petugas Kesehatan .......................................................................... 9
2.4 Rate Kunjungan dan Frekuensi Kunjungan ................................................................................ 11
2.5 Proporsi Penduduk Yang Tidak Menggunakan Sarana Pelayanan Kesehatan............................ 12
2.6. Persentase imunisasi ................................................................................................................... 14
2.7. Persentase ibu hamil yang melakukan pemeriksaan antenatal .................................................... 17
2.8 Presentase akseptor KKB terhadap PUS ..................................................................................... 20
2.9 Presentase pertolongan persalinan oleh tenaga terlatih ............................................................... 22
BAB III ....................................................................................................................................................... 24
PENUTUP .................................................................................................................................................. 24
3.1 Kesimpulan ....................................................................................................................................... 24
3.2 Saran ................................................................................................................................................. 24
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................................. 25

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Statistik secara umum dapat diartikan sebagai ilmu pengetahuan tentang
pengembagan dan aplikasi metode pengumpulan, pengolahan, penyajian,
analisa/intrepretasi data numeric, sehingga kesalahan dalam pengambilan keputusan dapat
diperhitungkan secara numeric.
Statistik erat kaitannya dengan Pemerintahan, industri, Rumah Sakit, Perusahaan Swasta
dan lain sebagainya, sebagai perencanaan dan penyusunan program-program yang didasari
atas fakta di lapangan, dengan kata lain harus berdasarkan data real. Dari data tersebut
kemudian diolah sehingga menghasilkan informasi yang dijadikan dasar untuk mengambil
keputusan. Data tersebut berbentuk angka, yang biasanya digunakan untuk penelitian
terhadap sifat atau karakteristik yang diteliti. misalnya jumlah karyawan BKKBN, jumlah
akseptor KB, Jumlah peserta KB aktif di desa atau kelurahan, jumlah kelompok
penimbangan yang melapor pada bulan tertentu, dan lain sebagainya.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apakah yang dimaksud dengan statistika pelayanan kesehatan?


2. Bagaiamanakah Rasio Penduduk terhadap Sarana Kesehatan ?
3. Bagaimanakah cara menghitung Rasio Jumlah Penduduk dan Petugas Kesehatan ?
4. Bagaimanakah cara menghitung Rate Kunjungan dan Frekuensi Kunjungan ?
5. Bagaimanakah Proporsi Penduduk yang Tidak Menggunakan Sarana Pelayanan
Kesehatan ?
6. Bagaimanakah cara menghitung Persentase Imunisasi ?
7. Bagaimanakah cara menghitung Persentase Wanita Hamil yang Melakukan Pemeriksaan
Antenatal ?
8. Bagaimanakah cara menghitung Persentase Akseptor KBB terhadap PUS ?
9. Bagaimanakah cara menghitung Persentase Pertolongan Persalinan oleh Tenaga Terlatih?

4
1.3 Tujuan
1. Mengetahui apa yang dimaksud dengan statistka pelayanan kesehatan
2. Mengetahui Rasio Penduduk terhadap Sarana Kesehatan
3. Mengetahui Rasio Jumlah Penduduk dan Petugas Kesehatan
4. Mengetahui Rate Kunjungan dan Frekuensi Kunjungan
5. Mengetahui Proporsi Penduduk yang Tidak Menggunakan Sarana Pelayanan Kesehatan
6. Mengetahui cara menghitung Persentase Imunisasi
7. Mengetahui cara menghitung Persentase Wanita Hamil yang Melakukan Pemeriksaan
Antenatal
8. Mengetahui cara menghitung Persentase Akseptor KBB terhadap PUS
9. Mengetahui cara menghitung Persentase Pertolongan Persalinan oleh Tenaga Terlatih

5
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Statistika dan Pelayanan Kesehatan


A. Pengertian Statistika
Penggunaan istilah statistika pada awalnya berasal dan bahasa latin statisticum
collegiums yang berarti dewan negara, sedangkan dari bahasa italia statista berarti
negarawan atau politikus. Sejarah tentang istilah statistika untuk pertama kalinya dalarn
bahasa Jerman digunakan oleh Gottfried Archenwall pada tahun 1749 sebagai nama
kegiatan analisis data kenegaraan, dengan mengartikan state sebagai ilmu tentang
negara. Jadi, pada awalnya, statistika hanya diartikan sebagai kegiatan analisis data pada
lembaga-lembaga administratif dan pemerintahan.
Menurut Anderson dan Bancrof (1952), statistika adalah ilmu dan seni
pengembangan dan penerapan metode yang paling efektif sehingga kemungkinan
kesalahan dalam kesimpulan dan estimasi dapat diperkirakan dengan menggunakan
penalaran induktif berdasarkan matematika probabilitas.
B. Pengertian Pelayanan Kesehatan
Statistika pelayanan kesehatan adalah suatu metode yang digunakan untuk
mengumpulkan, mengolah, menganalisis, menginterpretasikan dan membuat kesimpulan
dari data yang ada di fasilitas pelayanan kesehatan. Statistik pelayanan kesehatan adalah
semua catatan yang disusun secara sistematis dan terus menerus tentang hal-hal yang
berhubungan dengan pelayanan kesehatan pada masyarakat.

2.2 Rasio Penduduk terhadap Sarana Kesehatan


Derajat kesehatan masyarakat suatu negara salah satunya dipengaruhi oleh
keberadaan sarana kesehatan. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan
menyatakan bahwa fasilitas pelayanan kesehatan adalah suatu alat dan/atau tempat
yang digunakan untuk menyelenggarakan upaya pelayanan kesehatan, baik promotif,
preventif, kuratif, maupun rehabilitatif yang dilakukan oleh pemerintah, pemerintah daerah,
dan/atau masyarakat.

6
Sarana kesehatan terdiri dari fasilitas pelayanan kesehatan , sarana kefarmasian dan
alat kesehatan, dan institusi pendidikan kesehatan milik pemerintah yang menghasilkan
tenaga kesehatan.

Untuk menggambarkan ketersediaan sarana kesehatan dapat diperhatikan dari rasio


terhadap jumlah penduduk dengan rumusan sebagai berikut.

Perhitungan rasio dapat membantu dalam mengetahui banyaknya penduduk yang


dilayani oleh sarana kesehatan. Angka yang dihasilkan merupakan indikator untuk menilai
kecukupan penyediaan sarana kesehatan.

A. Fasilitas Pelayanan Kesehatan


1) Pusat Kesehatan Masyarakat
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 75 Tahun 2014 tentang Puskesmas
menyebutkan bahwa Puskesmas adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang
menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan perseorangan
tingkat pertama, dengan lebih mengutamakan upaya promotif dan preventif, untuk
mencapai derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya di wilayah kerjanya.
2) Klinik
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 9 Tahun 2014 tentang Klinik,
mendefinisikan klinik sebagai fasilitas pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan
pelayanan kesehatan perorangan yang menyediakan pelayanan medik dan/ atau
spesialistik. Pada tahun 2019 di Indonesia terdapat 9.205 klinik yang terdiri atas 8.281
klinik pratama dan 924 klinik utama.
3) Rumah Sakit
Sebagai upaya dalam meningkatkan derajat kesehatan masyarakat selain
dilakukan upaya promotif dan preventif, diperlukan juga upaya kuratif dan
rehabilitatif. Upaya kesehatan yang bersifat kuratif dan rehabilitatif dapat diperoleh
melalui rumah sakit yang juga berfungsi sebagai penyedia pelayanan kesehatan
rujukan

7
4) Laboraturium Kesehatan
Laboratorium kesehatan merupakan salah satu sarana penunjang dalam
pelaksanaan upaya pelayanan kesahatan. Laboratorium kesehatan diperlukan untuk
memeriksa, menganalisa, menguraikan, dan mengidentifikasi bahan dalam penentuan
jenis penyakit, penyebab penyakit, dan kondisi kesehatan tertentu.
5) Upaya Kesehatan Bersumber Daya Masyarakat (UKBM)
Posyandu (Pos Pelayanan Terpadu) merupakan salah satu bentuk Upaya
Kesehatan Bersumber daya Masyarakat (UKBM) yang dilaksanakan oleh, dari, dan
bersama masyarakat, untuk memberdayakan dan memberikan kemudahan kepada
masyarakat guna memperoleh pelayanan kesehatan bagi ibu, bayi, dan anak balita.
B. Sarana Kefarmasian dan Alat Kesehatan
1) Sarana Produksi dan Distribusi Bidang Kefarmasian dan Alat Kesehatan
Cakupan sarana produksi bidang kefarmasian dan alat kesehatan
menggambarkan tingkat ketersediaan sarana pelayanan kesehatan yang melakukan upaya
produksi di bidang kefarmasian dan alat kesehatan. Sarana produksi di bidang
kefarmasian dan alat kesehatan antara lain Industri Farmasi, Industri Obat Tradisional
(IOT), Usaha Kecil Obat Tradisional/Usaha Mikro Obat Tradisional (UKOT/UMOT),
Produksi Alat Kesehatan (Alkes) dan Produksi Perbekalan Kesehatan Rumah Tangga
(PKRT), dan Industri Kosmetika.

2) Instalasi Farmasi Kabupaten/Kota yang Melakukan Manajemen Pengelolaan Obat dan


Vaksin sesuai Standar
Tahun 2019 di Indonesia terdapat 92,02% instalasi farmasi kabupaten/kota
yang telah melakukan manajemen pengelolaan obat dan vaksin sesuai standar.
Persentase tersebut telah memenuhi target Renstra tahun 2019 yaitu sebesar 75%. Pada
Gambar 2.25 dapat diketahui bahwa sebagian besar provinsi telah memenuhi target
75% yaitu 31 provinsi. Terdapat 3 provinsi yang belum mencapai target Renstra
2019 dan terdapat 17 provinsi yang telah mencapai target 100%. Khusus Provinsi
DKI Jakarta dari 6 instalasi farmasi kabupaten/kota tidak langsung melakukan
pengelolaan obat dan vaksin sesuai standar namun pengelolaan dan pendistribusian
dilakukan langsung pada Instalasi Farmasi Kecamatan melalui dana APBD.

8
2.3 Rasio Jumlah Penduduk dan Petugas Kesehatan
Tenaga kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan diri dalam bidang kesehatan
serta memiliki pengetahuan dan/atau keterampilan melalui pendidikan di bidang
kesehatan yang untuk jenis tertentu memerlukan kewenangan untuk melakukan upaya
kesehatan (Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2014 tentang Tenaga Kesehatan). Undang-
Undang mengelompokkan tenaga kesehatan menjadi beberapa rumpun dan sub rumpun
yaitu tenaga medis, tenaga psikologi klinis, tenaga keperawatan, tenaga kebidanan,
tenaga kefarmasian, tenaga kesehatan masyarakat, tenaga kesehatan lingkungan, tenaga
gizi, tenaga keterapian fisik, tenaga keteknisian medis, tenaga teknik biomedika, tenaga
kesehatan tradisional, dan tenaga kesehatan lain.

Badan Pengembangan dan Pemberdayaan Sumber Daya Manusia Kesehatan


(BPPSDMK) setiap tahunnya menggunakan pendekatan tugas dan fungsi SDMK dalam
pengelolaan data SDMK. Jumlah SDMK di Indonesia pada tahun 2019 sebanyak
1.182.024 orang yang terdiri dari 864.410 orang tenaga kesehatan (73,13 %) dan
317.614 orang tenaga penunjang kesehatan (26,87%). Proporsi tenaga kesehatan
terbanyak yaitu tenaga keperawatan sebanyak 29,23 % dari total tenaga kesehatan,
sedangkan proporsi tenaga kesehatan yang paling sedikit yaitu tenaga kesehatan
tradisional 0,06% dari total tenaga kesehatan.

Untuk membandingkan jumlah antara petugas kesehatan dengan jumlah penduduk


dapat menggunakan rasio yang dirumuskan sebagai berikut.

Rasio ini dihitung untuk setiap jenis petugas kesehatan, misalnya rasio antara jumlah
penduduk dan dokter, antara jumlah penduduk dan dokter gigi, antara jumlah penduduk dan
bidan, antara penduduk dan perawat, antara penduduk dan kader kesehatan dan lain-lain.

Besarnya rasio ini selain dipengaruhi oleh jumlah penduduk, dipengaruhi pula oleh
jenis pelayanan kesehatan. Misalnya, besarnya rasio antara jumlah penduduk dan dokter
akan berbeda dengan rasio antara penduduk dan bidan, karena sebagai penyebut untuk rasio
penduduk dan penduduk meliputi seluruh penduduk.

9
1) Dokter Umum dan Dokter Spesialis
Jumlah Dokter Umum di provinsi Sumatera Barat berdasarkan data dan informasi
profil kesehatan Indonesia 2019 ada 1.241 orang, dengan besar rasio terhadap jumlah
penduduk 1:2.199.
Sementara itu jumlah Dokter spesialis di provinsi Sumatera Barat dari semua
bidang spesialis ada sebanyak 755 orang, sehingga besar rasio terhadap jumlah
penduduk 1:3.615.
2) Dokter Gigi dan Dokter Gigi Spesialis
Jumlah Dokter Gigi di provinsi Sumatera Barat berdasarkan data dan informasi
profil kesehatan Indonesia 2019 ada 442 orang, dengan besar rasio terhadap jumlah
penduduk 1:6.468.
Sementara itu jumlah Dokter Gigi spesialis di provinsi Sumatera Barat dari semua
bidang spesialis ada sebanyak 18 orang, sehingga besar rasio terhadap jumlah
penduduk 1:151.634.
3) Bidan
Jumlah Bidan di provinsi Sumatera Barat berdasarkan data dan informasi profil
kesehatan Indonesia 2019 ada 5.930 orang, dengan besar rasio terhadap jumlah
penduduk 1:460.
4) Perawat
Jumlah Perawat di provinsi Sumatera Barat berdasarkan data dan informasi profil
kesehatan Indonesia 2019 ada 8.071 orang, dengan besar rasio terhadap jumlah
penduduk 1:338.

5) Kesehatan Masyarakat
Jumlah tenaga kesehatan masyarakat di provinsi Sumatera Barat berdasarkan data
dan informasi profil kesehatan Indonesia 2019 ada 607 orang, dengan besar rasio
terhadap jumlah penduduk 1:4.497.
6) Kesehatan Lingkungan
Jumlah tenaga kesehatan lingkungan di provinsi Sumatera Barat berdasarkan data
dan informasi profil kesehatan Indonesia 2019 ada 487 orang, dengan besar rasio
terhadap jumlah penduduk 1:5.605.

10
7) Gizi
Jumlah tenaga gizi di provinsi Sumatera Barat berdasarkan data dan informasi
profil kesehatan Indonesia 2019 ada 847 orang, dengan besar rasio terhadap jumlah
penduduk 1:3.222
8) Ahli Laboratorium Medik Tenaga Teknik Biomedika, Keterapian Fisik, Dan
Keteknisan Medik
Jumlah ahli laboratorium medik, tenaga teknik biomedika, keterapian fisik, dan
keteknisan medik di provinsi Sumatera Barat berdasarkan data dan informasi profil
kesehatan Indonesia 2019 ada 2.846 orang dengan rincian ahli laboratorium biomedik
952 orang, tenaga teknik biomedik 374 orang , keterapian fisik 192 orang, dan
keteknisan medik 1.328 orang. Dengan besar rasio terhadap jumlah penduduk 1:959.
9) Tenaga Kefarmasian
Jumlah tenaga kefarmasian di provinsi Sumatera Barat berdasarkan data dan
informasi profil kesehatan Indonesia 2019 ada 1.525 orang, dengan rincian apoteker
393 orang, dan tenaga kefarmasian lainnya 1.132 orang. Sehingga besar rasio terhadap
jumlah penduduk 1: 1.789.

2.4 Rate Kunjungan dan Frekuensi Kunjungan


A. Rate Kunjungan
Rate menyatakan jumlah kunjungan yang dicatat selama satu periode per 1000
penduduk yang menggunakan sarana pelayanan kesehatan.
Rumus :

Rate kunjungan = Jumlah kunjungan yang di catat selama satu periode X 1000
Jumlah penduduk yang menggunakan pelayanan kesehatan

Rate dapat digunakan untuk mengetahui gambaran umum tentang penggunaan


sarana pelayanan kesehatan masyarakat. Rate juga dapat digunakan untuk
merencanakan jumlah dan jenis obat- obatan yang dibutuhkan. Bila Rate cukup tinggi
dapat menggambarkan tingkat morbiditas wilayah tersebut

11
B. Frekuensi Kunjungan
Rata-rata frekuensi kunjungan adalah rasio antara jumlah pengunjung atau
kunjungan baru ditambah dengan jumlah jumlah kunjungan atau kunjungan lama
dengan jumlah pengunjung dalam satu periode tertentu.
Rumus :

Jumlah kunjungan baru + kunjungan lama yang dicatat selama satu periode tertentu
Jumlah kunjungan baru dalam periode yang sama

Rasio frekuensi kunjungan bervariasi tergantung dari jenis pelayanan, jenis


penyakit, rate morbiditas, dan kualitas pelayanan. Rata-rata kunjungan yang tertinggi
dapat disebabkan karena banyaknya penyakit kronis atau kualitas pelayanan yang
rendah hingga seseorang harus berkali kali melakukan kunjungan.

2.5 Proporsi Penduduk Yang Tidak Menggunakan Sarana Pelayanan Kesehatan


Proporsi ini adalah persentasi tidak diigunakannya sarana pelayanan kesehatan yang
tersedia oleh penduduk yang seharusnya menggunakannya.
Rumus :

Jumlah penduduk yang tidak menggunakan sarana pelayanan kesehatan

Jumlah penduduk yang seharusnya menggunakan sarana tersebut

Jumlah penduduk yang tidak menggunakan sarana pelayanan kesehatan dapat


dipperoleh dari survai penduduk. Dalam survai ini dapat diketahui pula sebab-sebab tidak
menggunakan. Data ini dapat digunakan untuk menyusun rencana dalam mengatasi sebab
tidak menggunakan. Jumlah penduduk yang tidak menggunakan dapat juga diperoleh secara
tidak langsung dari persentasi pengunjung, tetapi dengan cara ini tidak dapat diperoleh
inforasi tentang sebab-sebab tidak menggunakan. Proporsi ini berlaku untuk semua jenis
pelayanan kesehatan yang tersedia.

12
Menurut Anderson (1974) yang dikutip Notoadmojo (2012), menjelaskan bahwa ada
beberapa model kepercayaan kesehatan dimana ketika setiap individu memanfaatkan
pelayanan kesehatan tergantung tiga kategori utama diantaranya :

A. Karateristik Presdisposisi (Presdiposing characteristics)

Karateristik ini digunakan untuk menggambarkan fakta bahwa tiap individu mempunyai
kecenderungan untuk menggunakan pelayanan kesehatan yang berbeda – beda. Hal ini
disebabkan karena adanya ciri-ciri individu, yang digolongkan kedalam tiga kelompok.

1) Ciri – ciri demografi, seperti jenis kelamin dan umur.

2) Struktur sosial seperti tingkat pendidikan, pekerjaan, kesukuuan atau ras dan sebagainya.

3) Manfaat – manfaat kesehatan seperti keyakinan bahwa pelayanan kesehatan dapat


menolong proses penyembuhan penyakit. Selanjutnya Anderson percaya bahwa :

- Setiap individu atau orang mempunyai perbedaan karateristik, mempunyai perbedaan


tipe dan frekuensi penyakit dan mempunyai perbedaan polapenggunaan pelayanan
kesehatan.

- Setiap individu mempunyai perbedaan struktur social, mempunyai perbedaan gaya


hidup, dan akhirnya mempunyai perbedaan pola penggunaan pelayanan kesehatan.

- Individu percaya adanya kemanjuran dalam penggunaan pelayanan kesehatan.

B. Karateristik Pendukung (enabling characteristics)

Karateristik ini mencerminkan bahwa meskipun mempunyai predisposisi untuk


menggunakan pelayanan kesehatan, ia tidak akan bertindak untuk menggunakannya,
kecuali bila ia mampu menggunakannya. Penggunanan pelayanan kesehatan yang ada
tergantung pada keampuan konsumen untuk membayar.

C. Karateristik Kebutuhan (need characteristics)

Faktor predisposisi dan faktor yang memungkinkan untuk mencari pengobatan


dapat terwujud di dalam tindakan apabila itu dirasakan sebagai kebutuhan. Dengan kata
lain kebutuhan merupakan dasar dan stimulus langsung untuk menggunakan pelayanan

13
kesehatan, bilamana tingkat predisposisi dan enabling itu ada. Kebutuhan (need) dibagi
dalam dua kategori yaitu perceived need dan evaluated need.

2.6. Persentase imunisasi


Imunisasi merupakan salah satu upaya meningkatkan kekebalan seseorang secara
aktif terhadap suatu penyakit. Undang -Undang Kesehatan Nomor 36 Tahun 2009
menyatakan bahwa setiap anak berhak memperoleh imunisasi dasar sesuai dengan
ketentuan. Pemerintah wajib memberikan imunisasi lengkap kepada setiap bayi dan anak.
Penyelenggaraan imunisasi ini tertuang dalam Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 12
Tahun 2017 yang diundangkan tanggal 11 April 2017.Beberapa penyakit menular yang
termasuk ke dalam Penyakit yang Dapat Dicegah dengan Imunisasi (PD3I) antara lain TBC,
difteri, tetanus, hepatitis B, pertusis, campak, rubella, polio,radang selaput otak, dan radang
paru-paru. Anak yang telah diberi imunisasi akan terlindungi dari berbagai penyakit
berbahaya tersebut, yang dapat menimbulkan kecacatan atau kematian.

Imunisasi dikelompokkan menjadi :

1. Imunisasi program, Imunisasi program adalah imunisasi yang diwajibkan kepada seseorang
sebagai bagian dari masyarakat dalam rangka melindungi yang bersangkutan dan
masyarakat sekitarnya dari penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi.
Imunisasi program ini terdiri atas:

- Imunisasi rutin,terdiri atas imunisasi dasar dan imunisasi lanjutan. Imunisasi dasar diberikan
pada bayi sebelum berusia satu tahun, sedangkan imunisasi lanjutan diberikan pada anak usia
bawah dua tahun (baduta), anak usia sekolah dasar dan wanita usia subur (WUS).
- Imunisasi tambahan, merupakan jenis Imunisasi tertentu yang diberikan pada kelompok
umur tertentu yang paling berisiko terkena penyakit sesuai dengan kajian epidemiologis pada
periode waktu tertentu.
- Imunisasi khusus, dilaksanakan untuk melindungi seseorang dan masyarakat terhadap
penyakit tertentu pada situasi tertentu seperti persiapan keberangkatan calon jemaah
haji/umroh, persiapan perjalanan menuju atau dari negara endemis penyakit tertentu, dan
kondisi kejadian luar biasa/wabah penyakit tertentu

14
2. Imunisasi pilihan, imunisasi pilihan adalah imunisasi yang dapat diberikan kepada seseorang
sesuai dengan kebutuhannya dalam rangka melindungi yang bersangkutan dari penyakit
tertentu.

a) Imunisasi dasar pada bayi


Di Indonesia, setiap bayi (usia 0-11 bulan) diwajibkan mendapatkan imunisasi dasar
lengkap yang terdiri dari:

- 1 dosis Hepatitis B diberikan pada bayi usia 0-7 hari


- 1 dosis BCG diberikan pada bayi usia 0-11 bulan
- 3 dosis DPT-HB-HiB diberikan pada bayi usia 0-11 bulan dengan interval minimal 1
bulan
- 4 dosis polio tetes, diberikan pada bayi usia 2-11 bulan dengan interval minimal 1
- bulan
- 1 dosis campak/MR diberikan pada bayi usia 9-11 bulan
Penentuan jenis imunisasi didasarkan atas kajian ahli dan analisis epidemiologi atas
penyakit-penyakit yang timbul.

Untuk menggambarkan bayi yang mendapatkan imunisasi dasar lengkap diperhatikan


dari perhitungan sebagai berikut

jumlah balita mendapat imunisasi lengkap


Rasio = X 100
Jumlah balita

b) Imunisasi lanjutan anak baduta ( bawah dua tahun)


Imunisasi lanjutan pada anak baduta diperlukan untuk mempertahankan tingkat
kekebalan agar tetap tinggi sehingga dapat memberikan perlindungan dengan
optimal.Pemberian imunisasi pada anak perlu ditambah dengan dosis lanjutan
(booster)untuk meningkatkan kekebalannya yang diberikan pada usia 18 bulan.
Perlindungan optimal dari pemberian imunisasi lanjutan ini hanya didapat apabila anak

15
tersebut telah mendapat imunisasi dasar secara lengkap. Karena itu, sejak tahun 2014,
secara nasional program imunisasi lanjutan masuk ke dalam program imunisasi rutin
dengan memberikan1 dosis DPT-HB-HiB(4) dan campak/MR(2) kepada anak usia 18-
24 bulan.

c) Imunisasi anak sekolah


Pada kegiatan Bulan Imunisasi Anak Sekolah (BIAS), imunisasi lanjutan diberikan
pada anak usia sekolah dasardandiberikan secara terintegrasi dengan kegiatan Usaha
Kesehatan Sekolah (UKS). Imunisasi yang diberikan adalah imunisasi campak, tetanus
dan difteri. BerdasarkanPeraturan Menteri Kesehatan Nomor 12 Tahun 2017 tentang
Penyelenggaraan Imunisasi, pemberian imunisasi pada BIAS yang sebelumnya diberikan
pada anak kelas 1, 2 dan 3 SD berubah menjadi diberikan pada kelas 1(campak dan DT),
2 (Td) dan 5 SD (Td).

d) Imunisasi Tetanus Toksoid Difteri bagi Wanita Usia Subur dan Ibu Hamil
Infeksi tetanus merupakan salah satu penyebab kematian ibu dan kematian
bayi.Kematian karena infeksi tetanus ini merupakan akibat dari proses persalinan yang
tidak aman/steril atau berasal dari luka yang diperoleh ibu hamil sebelum melahirkan.
Sebagai upaya mengendalikan infeksi tetanus yang merupakan salah satu faktor risiko
kematian ibu dan kematian bayi, maka dilaksanakan program imunisasi Tetanus Toksoid
Difteri (Td) bagi Wanita Usia Subur (WUS) dan ibu hamil. Peraturan Menteri Kesehatan
Nomor 12 Tahun 2017 tentang Penyelenggaraan Imunisasi mengamanatkan bahwa
wanita usia subur dan ibu hamil merupakan salah satu kelompok populasi yang menjadi
sasaran imunisasi lanjutan. Imunisasi lanjutan merupakan ulangan imunisasi dasar untuk
mempertahankan tingkat kekebalan dan untuk memperpanjang usia perlindungan.Wanita
usia subur yang menjadi sasaran imunisasi Td berada pada kelompok usia 15-39 tahun
yang terdiri dari WUS hamil (ibu hamil) dan tidak hamil. Imunisasi lanjutan pada WUS
salah satunya dilaksanakan pada waktu melakukan pelayanan antenatal. munisasi Td
pada WUS diberikan sebanyak 5 dosis.

16
Untuk menggambarkan wanita usia subur dan wanita hamil yang mendapatkan
imunisasi Tetanus Toksoid Difteri diperhatikan dari perhitungan sebagai berikut

Jumlah WUS mendapat imunisasi


Rasio = x 100
Jumlah Wus usia 15-19 tahun

e) Faktor yang mempengaruhi cakupan imunisasi


- Pemahaman masyarakat akan pentingnya imunisasi
- Sosial ekomomi penduduk
- Pelayanan dan penyediaan vaksin
- Akses jarak dan waktu.

2.7. Persentase ibu hamil yang melakukan pemeriksaan antenatal


Antenatal Care(ANC) merupakan suatu pelayanan yang diberikan oleh perawat
kepada wanita selama hamil, misalnya dengan pemantauan kesehatan secara fisik,
psikologis, termasuk pertumbuhan dan perkembangan janin serta mempersiapkan proses
persalinan dan kelahiran supaya ibu siap mengahadapi peran baru sebagai orangtua (Wagiyo
& Putrono, 2016).

Menurut Depkes RI mendefinisikan bahwa pemeriksaan kehamilan merupakan


pemeriksaan kesehatan yang dilakukan untuk memeriksa keadaan ibu dan janin secara
berkala yang diikuti dengan upaya koreksi terhadap penyimpangan yang ditemukan.

Pada hakikatnya pemeriksaan kehamilan bersifat preventif care dan bertujuan


mencegah hal-hal yang yang tidak diinginkan bagi ibu dan janin (Purwaningsih &
Fatmawati, 2010)

Tujuan pemeriksaan kehamilan menurut Kementrian Kesehatan RI (2010) adalah :

- Tujuan Umum Untuk memenuhi hak setiap ibu hamil memperoleh pelayanan antenatal yang
berkualitas sehingga mampu menjalani kehamilan dengan sehat, bersalin dengan selamat,
dan melahirkan bayi yang sehat.

17
- Tujuan Khusus ANC adalah menyediakan pelayanan antenatal yang terpadu, komprehensif,
serta berkualitas, memberikan konseling kesehatan dan gizi ibu hamil, konseling KB dan
pemberian ASI; mendeteksi secara dini adanya kelainan atau penyakit yang diderita ibu
hamil ; dapat melakukan intervensi yang tepat tehadap kelainan atau penyakit sedini
mungkin pada ibu hamil ; dapat melakukan rujukan kasus ke fasilitas pelayanan kesehatan
sesuai dengan sistem rujukan yang sudah ada. Selain itu pemeriksaan kehamilan atau
antenatal care juga dapat dijadikan sebagai ajang promosi kesehatan dan pendidikan tentang
kehamilan, persalinan, dan persiapan menjadi orang tua (Simpson &Creehan, 2008 dalam
Novita, 2011.
Manfaat Pemeriksaan Kehamilan (ANC/Antenatal Care)Menurut Purwaningsih &
Fatmawati (2010) menjelaskan bahwa pemeriksaan antenatal juga memberikan manfaat
terhadap ibu dan janinnya, antara lain :
1) Bagi Ibu
- Mengurangi dan menegakkan secara dini komplikasi kehamilan dan mengurangi
penyulit masa antepartum;
- Mempertahankan dan meningkatkan kesehatan jasmani dan rohani ibu hamil dalam
menghadapi proses persalinan;
- Dapat meningkatkan kesehatan ibu pasca persalinan dan untuk dapat memberikan ASI;
- Dapat melakukan proses persalinan secara aman.
2) Bagi Janin Sedangkan manfaat untuk janin adalah dapat memelihara kesehatan ibu
sehingga mengurangi kejadian prematuritas, kelahiran mati dan berat bayi lahir rendah.
Jadwal Pemeriksaan Kehamilan/ANCPemeriksaan kehamilan/ANC (Antenatal Care)
sangatlah dibutuhkan guna memantau kondisi kesahatan ibu dan janinnya. Sehingga
diperlukan pemeriksaan kehamilan secara rutin. Menurut Saifudin pemeriksaan kehamilan
sebaiknya dilakukan dengan ketentuan sebagai berikut :

1. Minimal 1 kali pada trimester ke-1 (kehamilan < 14 minggu);


2. minimal 1 kali pada trimester ke-2 (kehamilan 14 –28 minggu);
3. minimal 2 kali pada trimester ke-3 ( >28 minggu sampai kelahiran).

18
Proporsi ibu hamil yang melakukan minimal 4x pemeriksaan antenatal terhadap
perkiraan jumlah persalinan atau jumah ibu hamil yang ada sebagai berikut :

Jumlah ibu hamil yang memeriksa kehamilan

X 100

jumlah ibu hamil

Ibu hamil sebaiknya melakukan kunjungan Antenatal minimal sebanyak 4 kali,


yaitu sebagai berikut :

1) Kunjungan 1/K1 (Trimester 1)


K1/ kunjungan baru ibu hamil yaitu ibu hamil yang pertama kali pada masa kehamilan.
Pemeriksaan pertama kali yang ideal adalah sedini mungkin ketika ibu hamil mengalami
terlambat datang bulan.
Adapun tujuan pemeriksaan pertama pada antenatal careadalah sebagai berikut :

- Mendiagnosis dan menghitung umur kehamilan;


- Mengenali dan menangani penyulit-penyulit yang mungkin terjadi pada masa kehamilan,
persalinan dan nifas;
- Mengenali dan mengobati penyakit-penyakit yang mungkin diderita sedini mungkin;
- Menurunkan angka morbiditas dan mortalitas ibu dan anak;
- Memberikan nasehat-nasehat tentang cara hidup sehari-hari, keluarga berencana,
kehamilan, persalinan, nifas serta laktasi.
2) Kunjungan 2/K2 (Trimester 2)
Pada periode ini, ibu hamil dianjurkan untuk melakukan pemeriksaan kehamilan 1 bulan
sekali sampai umur kehamilan 28 minggu. Adapun tujuan pemeriksaan kehamilan di
trimester II antara lain :
- Pengenalan komplikasi akibat kehamilan dan pengobatannya;
- Penapisan infeksi alat reproduksidan saluran perkemihan;
- Mengulang perencanaan persalinan.

19
3) Kunjungan 3 dan 4/ K3 dan K4 (Trimester 3)
Pada periode ini sebaiknya ibu hamil melakukan pemeriksaan kehamilan dilakukan setiap
2 minggu jika tidak mengalami keluhan yang membahayakan dirinya atau kandungannya.
Tujuan kunjungan pemeriksaan kehamilan trimester III yaitu
- Mengenali adanya kelainan letak janin;
- Memantapkan rencana persalinan;
- Mengenali tanda-tanda persalinan.

2.8 Presentase akseptor KKB terhadap PUS

Pengertian dan definisi dari setiap istilah merupakan suatu hal yang sangat penting,

disamping untuk diketahui, juga diperlukan untuk adanya kesatuan bahasa bagi setiap

penganalisis data maupun bagi setiap pemakai data. Beberapa istilah yang sering dipakai

dalam kegiataan Keluarga Berencana ( KB) adalah :

1. Akseptor KB ( Peserta Keluarga Berencana )

Pasangan Usia subur dimana salah seorang dari padanya menggunakan salah satu

cara/alat kontrasepsi untuk tujuan pencegahan kehamilan, baik melalui program maupun

non-progam.

2. Akseptor Baru

Pasangan usia subur yang baru pertama kali mengggunakan salah satu cara/alat

kontrasepsi dan/atau pasangan usia subur yang menggunakan kembali salah satu

cara/alat kontrasepsi setelah masa berakhir masa kehamilannya (baik kehamilan yang

berakhir dengan keguguran, lahir mati maupun yang menghasilkan lahir hidup).

- Pasangan Usia Subur ( PUS)

20
Pasangan suami/istri yang pada saat ini hidup bersama baik bertempat tinggal resmi

dalam satu rumah maupun tidak , dimana umur istrinya sebagai 15 tahun sampai 44

tahun.

- Cara Konstrasepsi Modern

Cara/alat kontrasepsi yang digunakan untuk mencegah atau menjarangkan kehamilan.

Yang termasuk kedalam cara/alat kontrasepsi ini adalah : IUD, pil, suntikan, kondom,

diafragma, vagina tablet/jely/foam, maupun sterilisasi , baik untuk wanita ( Medis

Operatif Wanita - MOW ), maupun untuk pria ( Medis Operatif Pria – MOP ). Cara-

cara ini disebut juga effective methode.

- Current User – CU ( Peserta KB aktif )

Pasangan usia subur yang pada saat ini masih menggunakan salah satu cara/alat

kontrasepsi

a. Ever user

Pasangan usia subur yang pernah menggunakan salah satu cara/alat kontrasepsi, baik

sekarang masih menggunakan salah satu cara ataupun tidak menggunakan lagi.

b. Akseptor aktif kembali

Pasangan usia subur yang telah berhenti menggunakan selama 3 bulan atau lebih yang

tidak diseringi oleh suatu kehamilan dabn kembali menggunakan cara kontrasepsi,

baik dengan cara yang sama maupun bergantian cara setelah berhenti atau istirahat

paling kurang 3 bulan berturut-turut dan bukan karena hamil.

c. Kelahiran tercegah ( Birth prevented )

Banyaknya kelahiran yang dapat dicegah karena pasangan-pasangan usia subur

menggunakan salah satu cara atau alat kontrasepsi.

21
Rumus untuk mencari penilaian current user :

2.9 Presentase pertolongan persalinan oleh tenaga terlatih


A. Konsep Definisi

Perbandingan antara persalinan yang ditolong oleh tenaga kesehatan terlatih,

seperti dokter, bidan, perawat, dan tenaga medis lainnya dengan jumlah persalinan

seluruhnya, dan dinyatakan dalam persentase.

Rumusan:

- Kegunaan

Mengukur kematian ibu secara akurat adalah sulit, kecuali tersedia data registrasi

yang sempurna tentang kematian dan penyebab kematian. Oleh karena itu sebagai

proksi indikator yang digunakan adalah proporsi pertolongan kelahiran oleh tenaga

kesehatan terlatih.

22
- Keterangan Tambahan

Jumlah sasaran ibu hamil di satu wilayah kerja dalam kurun waktu tertentu dapat

diperkirakan dengan formula: 1,1 x CBR kabupaten/kota x jumlah penduduk di

wilayah kerja.

- Interpretasi

Semakin banyak persalinan yang ditolong dengan tenaga kesehatan yang memiliki

kompetensi kebidanan diharapkan dapat mengurangi angka kematian ibu melahirkan.

23
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Dari berbagai ulasan diatas, dapat kami simpulkan bahwa statistik pelayanan
kesehatan erat kaitannya dengan permasalahan kesahatan saat mengalami kegagalan atau
keberhasilan program guna untuk menganalisa kecenderungannya. Analisa perbandingan
tersebut dapat dilihat antar waktu dan tempat, mempunyai tujuan dalam menjawab
masalah yang ada dalam masyarakat dengan membuktikan suatu dugaan yang belum
terjadi dengan penelitian. Statistik kesehatan merupakan suatu wadah untuk dapat
memonitoring suatu kemajuan status kesehatan di suatu wilayah tertentu, mengevaluasi
program kesehatan masyarakat, serta dapat menentukan prioritas masalah kesehatan
masyarakat.

3.2 Saran
Kami sebagai penulis sadar bahwa makalah ini masih jauh dari kata
sempurna, kedepannya kami akan lebih dalam memberi contoh studi kasus dan lebih
detail dalam menjelaskan tentang statistik pelayanan kesehatan dengan sumber-sumber
yang lebih banyak lagi.

24
Kumpulan Soal dan Jawaban Statistika Pelayanan Kesehatan

1. statistika adalah ilmu dan seni pengembangan dan penerapan metode yang paling efektif
sehingga kemungkinan kesalahan dalam kesimpulan dan estimasi dapat diperkirakan
dengan menggunakan penalaran induktif berdasarkan matematika probabilitas. Adalah
definisi Statistika menurut...
A. Sudjana
B. Supranto
C. Abdul Rozak
D. Anderson dan Bancrof
E. Benyarnin Lumenta
JAWABAN: D

2. Dari rumus berikut ini, manakah rumus Rasio Penduduk terhadap Sarana
Pelayanan Kesehatan yang benar...

A.

B. Jumlah pengunjung yang dicatat selama periode tertentu


x 100
Jumlah penduduk

C.

D. Jumlah kunjungan yang dicatat selama 1 periode


Jumlah penduduk yang menggunakan sarana pelayanan kesehatan periode
yang sama

E.
JAWABAN: A

25
3. Salah satu faktor yang mempengaruhi proporsi perbandingan Jumlah Pengunjung sarana
Kesehatan dengan Jumlah Penduduk adalah.....
A. Sosial ekonomi
B. Jumlah sarana kesehatan
C. Kepercayaan
D. Tingkat pendidikan tenaga kesehatan
E. Jumlah pelayan kesehatan
JAWABAN: A

4. Untuk imunisasi penuh minimal dibutuhkan berapa kali kontak dengan petugas imunisasi
atau sarana pelayanan kesehatan untuk bayi dan anak...
A. 1 kali
B. 2 kali
C. 3 kali
D. 4 kali
E. 5 kali
JAWABAN: C

5. Semua catatan yang disusun secara sistematis dan terus menerus tentang hal-hal
berhubungan dengan pelayanan kesehatan masyarakat disebut ...
A. Rasio
B. Statistika
C. Rasio sosial kesehatan
D. Statistika Pelayanan Kesehatan
E. Nota kesehatan publik
JAWABAN: D
6. suatu pelayanan yang diberikan oleh perawat kepada wanita selama hamil, misalnya
dengan pemantauan kesehatan secara fisik, psikologis, termasuk pertumbuhan dan
perkembangan janin serta mempersiapkan proses persalinan dan kelahiran supaya ibu
siap mengahadapi peran baru sebagai orangtua. Disebut dengan...

26
A. KB (Keluarga Berencana)
B. Survei kesehatan Ibu dan Anak
C. Antenatal Care
D. uji TORCH (Toksoplasma Rubella Cytomegalovirus Herpesimpleks)
E. imunisasi dan vaksinisasi Ibu dan Anak
JAWABAN: C

7. Berikut yang merupakan tiga kategori utama yang menjelaskan bahwa ada beberapa
model kepercayaan kesehatan dimana ketika setiap individu memanfaatkan pelayanan
kesehatan adalah...
A. Karateristik Presdisposisi, Pendukung, Kebutuhan
B. Presdisposisi, Antenatal Care, Kebutuhan
C. Pendukung, Keinginan, Presdisposisi
D. Presdisposisi, Pendukung, Keinginan
E. Kebutuhan, Presdisposisi, Jumlah Sarana Kesehatan
JAWABAN: A

8. Tujuan khusus dari Antenatal Care adalah....


A. Mendeteksi secara dini adanya kelainan atau penyakit yang diderita ibu hamil
B. Memenuhi hak setiap ibu hamil memperoleh pelayanan antenatal yang berkualitas
sehingga mampu menjalani kehamilan dengan sehat
C. Menciptakan keluarga yang sehat
D. Mengontrol setiap aktifitas ibu hamil
E. Mengenali karakteristrik kehamilan ibu dan anak
JAWABAN: A

9. Bagaimana cara mengukur kematian ibu secara tepat...


A. Data kependudukan
B. Riwayat penyakit
C. Data kehamilan dan kelahiran
D. Data registrasi kematian

27
E. Data sarana kesehatan
JAWABAN: D

10. Berikut adalah istilah yang sering dipakai dalam kegiatan keluarga berencana, kecuali...
A. PUS
B. CBR
C. Akesptor KB
D. Akseptor Baru
E. Current User
JAWABAN: B

11. gambaran umum tentang penggunaan sarana pelayanan kesehatan masyarakat, dapat
diketahui melalui ....
A. IUD
B. Survei sarana kesehatan
C. Nota pelayanan kesehatan
D. Statistika kunjungan
E. Rate Kunjungan
JAWABAN: E

12. Sarana produksi di bidang kefarmasian dan alat kesehatan antara lain sebagai
berikut, kecuali...
A. Produksi Perbekalan Kesehatan Rumah Tangga (PKRT),
B. KIMIA FARMA
C. Usaha Kecil Obat Tradisional/Usaha Mikro Obat Tradisional (UKOT/UMOT),
D. Industri Farmasi
E. Industri Obat Tradisional (IOT)
JAWABAN: B

13. Pasangan usia subur yang pernah menggunakan salah satu cara/alat kontrasepsi , baik
sekarang masih menggunakan salah satu cara ataupun tidak menggunakan lagi disebut..

28
A. Ever user
B. Current user
C. PUS
D. Akseptor baru
E. Akseptor KB
JAWABAN: A
14. Pada kegiatan Bulan Imunisasi Anak Sekolah (BIAS), imunisasi lanjutan diberikan pada
anak usia sekolah dasar dan diberikan secara terintegrasi dengan kegiatan Usaha
Kesehatan Sekolah (UKS). Pada anak kelas berapakah imunisasi ini dilakukan...
A. Kelas 2(campak dan DT), 4 (Td) dan 5 SD (Td)
B. Kelas 2(campak dan DT),3(Td) dan 5 SD (Td)
C. Kelas 1(campak dan DT),3(Td) dan 6 SD (Td)
D. Kelas 1(campak dan DT), 2 (Td) dan 5 SD (Td)
E. Kelas 1(campak dan DT),2(Td) dan 3 SD (Td)
JAWABAN: D

15. Imunisasi Tetanus Toksoid Difteri Merupakan imunisasi yang berikan kepada...
A. Anak kelas 5 SD
B. Bayi (0-11 bulan)
C. Wanita lanjut usia
D. Anak Baduta (Bawah Dua Tahun)
E. Wanita Usia Subur dan Ibu Hamil

JAWABAN: E

29
DAFTAR PUSTAKA

Wahyudi, Setyo Tri. 2017. Statistika Ekonomi Konsep, Teori, dan Penerapan. Malang:UB Press.

Riyadi, Reizky. 2015. Mutu Pelayanan Kesehatan Peserta Jaminan Kesehatan Nasional di
Puskesmas Kecamatan Kembangan Jakarta Barat. Skripsi. Fakultas Ilmu Dakwah dan
Ilmu Komunikasi. Kesejahteraan Sosial. Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah.
Jakarta

Hosizah, dkk. 2018. Sistem Informasi Kesehatan II Statistik Pelayanan Kesehatan. Jakarta:
Kementerian Kesehatan Indonesia.

Primadi, Oscar, dkk. 2020. Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2019. Jakarta: Kementerian
Kesehatan Indonesia.

Primadi, Oscar, dkk. 2020. Data dan Informasi Profil Kesehatan Indonesia 2019. Jakarta:
Kementerian Kesehatan Indonesia.

Budiarto, Eko. 1985. Pengantar Statistika Kesehatan. Bandung: Alumni

Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Barat. 2007. Profil Kesehatan Tahun 2006. Padang: Dinas
Kesehatan Provinsi Sumatera Barat

Andersen dan Newman. 1973. Societal and individual determinants of medical care utilization in
the United States. (Online) www.milbank.org/uploads/documents/, diakses pada tanggal
12 April 2013

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2019. Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2018.
Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.

Wijono, Djoko. Manajemen Mutu Pelayanan Kesehatan, Strategi dan Aplikasi. Vol. 1.
Surabaya: Airlangga University Press

30
Sondakh, Jenny J.S dkk. 2013. Mutu Pelayanan Kesehatan dan Kebidanan. Jakarta: Salemba
Medika

Depkes RI. 2007. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal.
Jakarta:YBP-SP

Wijono, Djoko. 2008. Manajemen Puskesmas, Kebijakan dan Strategi. Surabaya: Duta Prima
Airlangga

A.F Al-Assaf (Ed). 2009. Mutu Pelayanan Kesehatan: Perspektif Internasional. Jakarta: EGC

Kementerian Kesehatan. 2015. Profil Kesehatan 2015. (online)


https://pusdatin.kemkes.go.id/resources/download/lain/Definisi-Operasional-Profil-Kes-
2015.pdf, diakses pada 11 september 2020

M. Nur Wahyuni. 2017. Pemeriksaan Kehamilan .(online)


http://repository.unimus.ac.id/910/3/BAB%202.pdf diakses pada 11 September 2020

31

Anda mungkin juga menyukai