Anda di halaman 1dari 10

ALIRAN PRAGMATISME DALAM PANDANGAN FILSAFAT

PENDIDIKAN ISLAM

Galuh Nashrullah Kartika Mayangsari R


Fakultas Studi Islam Universitas Islam Muhammad Arsyad Al Banjary
Jalan Adhyaksa No. 2 Kayu Tangi Banjarmasin 7

Abstrak: Pragmatisme adalah ajaran yang memandang bahwa kriteria kebenaran ajaran
adalah “guna” atau “manfaat”. Suatu teori atau hipotesis dianggap oleh Pragmatisme
benar apabila membawa suatu hasil, tokohnya Charles Sanders Peierce (1839-1914),
William James (1842-1910) dan John Dewey (1859-1952). Pragmatisme dalam pendidikan
lebih menekankan pada pertimbangan psikologis dan sosiologis yang diterjemahkan dalam
bentuk kurikulum. Selanjutnya agar proses pembelajaran bisa berjalan efektif dalam artian
sesuai dengan maksud pragmatis yang akan dicapai, metode problem solving dan belajar
dengan berbuat sangat dikedepankan. Pragmatisme menimbulkan relativitas dan kenisbian
kebenaran sesuai dengan perubahan subjek penilai ide baik individu, kelompok, dan
masyarakat dan perubahan konteks waktu dan tempat. Sementara Islam memandang bahwa
standar perbuatan sudah dijelaskan melalui petunjuk Allah dalam al Qur’an dan sunnah
Rasulullah SAW. Bukan hanya pada kemanfaatan atau kegunaan riil untuk memenuhi
kebutuhan manusia yang semata dihasilkan oleh sebuah ide, ajaran, teori, atau hipotesis
tertentu. Sebagaimana Allah SWT berfirman dalam QS Al Maidah: 48-49. Adapun tujuan
pendidikan Islam sejalan dengan tujuan penciptaan manusia itu sendiri seperti dalam surat
Adz-Dzariyat:56, yaitu untuk beribadah pada-Nya, serta dalam al-Baqarah: 30, yaitu
sebagai khalifatullah di bumi. Pendidikan Islam selayaknya merupakan suatu proses untuk
memanusiakan manusia sesuai dengan tujuan penciptaan beserta fitrahnya. Memanusiakan
manusia dalam perspektif pendidikan Islam yaitu menjalankan tugasnya di muka bumi, baik
sebagai abdullah maupun khalifatulah (dalam individu, keluarga, masyarakat, alam).
Keywords: Pragmatisma, Filsafat Pendidikan Islam.

PENDAHULUAN memadukan kebenaran dan value dalam action.


Akhir abad XIX atau memasuki abad XX di Paduan kebenaran dan value dalam action
Amerika berkembang sebuah aliran filsafat yang menampilkan teori kebenaran yang praktis, yang
begitu besar dampaknya bagi perkembangan negara fungsional, dan yang berguna praktis. Dalam
tersebut sehingga mengubah cara pandang rakyat perkembangannya, pragmatisme berjalan dalam tiga
Amerika salah satunya di bidang pendidikan. jurusan yang berbeda, artinya: sekalipun semuanya
Adalah aliran Pragmatisme, suatu pemikiran yang berpangkal pada satu gagasan asal, namun bemuara
memandang bahwa benar tidaknya ucapan, dalil, dalam kesimpulan-kesimpulan yang berbeda.
atau teori, semata-mata bergantung kepada Fakta yang ditata kemudian distrukturkan
berfaedah atau tidaknya ucapan, dalil, atau teori lewat cara berfikir reflektif atau lewat
tersebut bagi manusia dalam kehidupannya. eksperimentasi akan menjadi kebenaran bila telah
Pragmatisme mengajarkan bahwa yang benar ialah diuji dengan pembuktian adanya korespondensi
apa yang membuktikan dirinya sebagai benar fakta dengan ide dan telah diuji dalam praktik. Ide
dengan perantaraan akibat-akibat yang bermanfaat ini merupakan budaya dan tradisi berpikir, yang
secara praktis. Pegangan pragmatisme adalah logika lahir sebagai sebuah upaya intelektual untuk
pengamatan. Pengalaman-pengalaman pribadi dapat menjawab problem-problem yang terjadi. Sebagai
diterima jika hal tersebut bermanfaat. gambaran awal, Pragmatisme mulai dirintis di
Rasionalitas dalam pragmatisme telah Amerika oleh Charles S. Peirce (1839-1942), yang
diubah menjadi yang berguna, yang bermanfaat, kemudian dikembangkan oleh William James
atau yang berfungsi. Ada dua ide utama dalam (1842-1910) dan John Dewey (1859-1952).
pragmatisme, pertama manusia adalah makhluk Pragmatisme tak dapat dilepaskan dari
aktif-kreatif membentuk dunianya, kedua manusia keberadaan dan perkembangan ide-ide sebelumnya

9
10 HARATI, Volume 07 Nomor 13 Januari-Juni 2016

di Eropa, sebagaimana tak bisa diingkari pula ketentuan praktik, tetapi apa yang memenuhi
adanya pengaruh dan imbas baliknya terhadap ide- kepentingan-kepentingan subyektif (Bagus, 2000).
ide yang dikembangkan lebih lanjut di Eropa. Acuan pragmatisme adalah logika pengamatan.
William James mengatakan bahwa Pragmatisme Aliran ini bersedia menerima segala sesuatu asal
yang diajarkannya, merupakan “nama baru bagi bermanfaat bahkan kebenaran mistis dipandang
sejumlah cara berpikir lama”. Dia sendiri pun berlaku jika kebenaran mistis itu membawa akibat
menganggap pemikirannya sebagai kelanjutan dari praktis yang bermanfaat (Hadiwijono, 1988).
Empirisme Inggris, seperti yang dirintis oleh Bagi kaum pragmatis, untuk mengambil
Francis Bacon (1561-1626), yang kemudian tindakan tertentu, ada dua hal penting. Pertama, ide
dikembangkan oleh Thomas Hobbes (1558-1679) atau keyakinan yang mendasari keputusan yang
dan John Locke (1632-1704). Pragmatisme, tak harus diambil untuk melakukan tindakan tertentu.
diingkari telah menjadi semacam ruh dalam Kedua, tujuan dari tindakan itu sendiri. Keduanya
ideologi Kapitalisme, yang telah disebarkan Barat tidak dapat dipisahkan. Keduanya merupakan suatu
ke seluruh dunia melalui penjajahan dengan gaya paket tunggal dari metode bertindak yang
lama maupun baru. Dalam konteks inilah, pragmatis. Pertama-tama manusia memiliki ide atau
Pragmatisme dapat dipandang berbahaya karena keyakinan yang ingin direalisasikan. Untuk
telah mengajarkan dua sisi kekeliruan sekaligus merealisasikan ide atau keyakinan tersebut,
kepada dunia, yakni standar kebenaran pemikiran manusia mengambil keputusan yang berisi tindakan
dan standar perbuatan manusia. tertentu sebagai realisasi ide atau keyakinan tadi.
Selanjutnya tulisan ini bertujuan untuk Dalam hal ini, sebagaimana diketahui oleh Peirce,
membahas mengenai; Aliran Pragmatisme di Dunia tindakan tersebut tidak dapat diambil lepas dari
Barat, Tokoh dan Pemikiran Pragmatisme, serta tujuan tertentu. Tujuan tidak lain adalah hasil yang
Pandangan Filsafat Pendidikan Islam terhadap akan diperoleh dari tindakan itu sendiri, atau
Pragmatisme. konsekuensi praktis dari adanya tindakan.
Setelah melalui Abad Pertengahan (abad V-
PEMBAHASAN
XV M) dengan ajaran gereja yang dominan, Barat
Aliran Pragmatisme di Dunia Barat. mulai dengan Renaissance antara tahun 1400-1600
Pragmatisme berasal dari dua kata yaitu M, untuk menghidupkan kembali kebudayaan
“pragma” dan “isme”. Pragma berasal dari bahasa klasik Yunani dan Romawi. Berbeda dengan tradisi
Yunani yang berarti perbuatan atau tindakan Abad Pertengahan yang hanya mencurahkan
(action) (Bagus, 2000). Sedangkan isme merupakan perhatian pada masalah metafisik yang abstrak,
cara berpikir atau suatu aliran berpikir (Maksum, seperti masalah Tuhan, manusia, kosmos, dan etika,
Pengantar Filsafat dari Masa Klasik Hingga Post Renaissance telah membuka jalan ke arah aliran
Modernisme, 2008). Dengan demikian filsafat Empirisme. William Ockham (1285-1249) dengan
pragmatisme adalah filsafat yang beranggapan filsafat Gulielmus-nya yang mendasarkan pada
bahwa pikiran seseorang mengikuti tindakannya. pengenalan inderawi, telah mulai menggeser
Aliran ini pertama kali tumbuh di Amerika sekitar dominasi filsafat Thomisme, ajaran Thomas
abad 19 hingga awal 20. Aquinas yang menonjol di Abad Pertengahan, yang
Sebagian penganut pragmatisme yang lain mendasarkan diri pada filsafat Aristoteles. Ide
mengatakan bahwa, suatu ide atau tanggapan Ockham ini dianggap sebagai benih awal bagi
dianggap benar, jika ide atau tanggapan tersebut lahirnya Renaissance. Semangat Renaissance ini,
menghasilkan sesuatu, yakni jalan yang dapat sesungguhnya terletak pada upaya pembebasan akal
membawa manusia ke arah penyelesaian masalah dari kekangan dan belenggu gereja dan menjadikan
secara tepat (berhasil). Seseorang yang ingin fakta empirik sebagai sumber pengetahuan, tidak
membuat hari depan, ia harus membuat kebenaran, terletak pada filsafat Yunani itu sendiri (Maksum,
karena masa depan bukanlah sesuatu yang Pengantar Filsafat dari Masa Klasik Hingga Post
sepenuhnya ditentukan oleh masa lalu. Masa lalu Modernisme, 2008).
dan masa depan adalah sesuatu yang telah dan Dalam hal ini Barat hanya mengambil
belum terjadi. Sementara itu, masa sekarang adalah karakter utama pada filsafat dan seni Yunani, yakni
fakta, maka kenyataan sudah semestinya dihadapi, keterlepasannya dari agama, atau dengan kata lain,
sekarang dengan penuh perjuangan (Kattsoff, adanya kebebasan kepada akal untuk berkreasi. Ini
2004). terbukti antara lain dari ide beberapa tokoh
Pragmatisme merupakan inti filsafat Renaissance, seperti Nicolaus Copernicus (1473-
pragmatik dan menemukan nilai pengetahuan 1543) dengan pandangan heliosentriknya, yang
berdasarkan kegunaan praktisnya. Kegunaan praktis didukung oleh Johanes Kepler (1571-1630) dan
bukan pengakuan kebenaran objektif dengan Galileo Galilei (1564-1643), juga Francis Bacon
HARATI, Volume 07 Nomor 13 Januari-Juni 2016 11

(1561-1626) dengan teknik berpikir induktifnya, dapat mengenal esensi sebenarnya (hakikat) dari
yang berbeda dengan teknik deduktif Aristoteles fenomena material dan spiritual, Berkeley
(dengan logika silogismenya) yang diajarkan pada menganggap bahwa substansi substansi material itu
Abad Pertengahan. tidak ada, yang ada adalah ciri-ciri yang diamati.
Barat tidak mengambil filsafat Yunani apa Pandangan Locke dan Berkeley dikembangkan
adanya, sebab justru filsafat Yunani itulah yang lebih lanjut oleh David Hume (1711-1776), dengan
menjadi dasar filsafat Kristen pada Abad dua ide pokoknya; yakni tentang skeptisisme
Pertengahan, baik periode Patristik (400-1000 M) (keragu-raguan) ekstrim bahwa filsuf itu mampu
dengan filsafat Emanasi Neoplatonisme yang menemukan kebenaran tentang apa saja, dan
dikembangkan oleh Augustinus (354-430), maupun keyakinan bahwa pengetahuan tentang manusia
periode Scholastik (1000-1400 M) dengan filsafat akan dapat menjelaskan hakikat pengetahuan yang
Thomisme yang bersandar pada Aristoteles. Semua dimiliki manusia. Selain George Berkeley dan
filsafat Yunani ini membahas metafisika, tidak David Hume, Immanuel Kant (1724-1804) juga
membahas fakta empiric sebagaimana yang dituntut dianggap salah seorang tokoh Masa Pencerahan.
oleh Renaissance. Semangat Renaissance itu tidak Filsafat Kant disebut Kritisisme, yakni aliran yang
bersumber pada filsafat Yunani itu sendiri, tetapi mencoba mensintesiskan secara kritis Empirisme
pada karakternya yang terlepas dari agama. yang dikembangkan Locke yang bermuara pada
Renaissance juga diperkuat dengan adanya Empirisme Hume, dengan Rasionalisme dari
Reformasi, sebuah upaya pemberontakan terhadap Descartes. Kant mulai menelaah batas-batas
dominasi gereja Katholik yang dirintis oleh Marthin kemampuan rasio, berbeda dengan dengan para
Luther di Jerman (1517). Meskipun Reformasi tidak pemikir Rasionalisme yang mempercayai
secara langsung ikut memperjuangkan apa yang kemampuan rasio bulat-bulat. Namun demikian,
disebut pembebasan akal, tetapi gerakan ini secara Kant juga mempercayai Empirisme. Kant
tak sadar telah memperkuat Renasissance dengan berpandangan bahwa semua pengetahuan mulai dari
mempelopori kebebasan beragama (Protestan) dan pengalaman, namun tidak berarti semua dari
telah memperlemah posisi Gereja dengan memecah pengalaman. Obyek luar ditangkap oleh indera,
kekuatan Gereja menjadi dua aliran; Katholik dan tetapi rasio mengorganisasikan bahan-bahan yang
Protestan. Pada abad XVII, perkembangan diperoleh dari pengalaman tersebut.
Renaissance telah melahirkan dua aliran pemikiran Pada abad XIX, filsafat Kant tersebut
yang berbeda, aliran Rasionalisme dengan tokoh- dikembangkan lebih lanjut di Jerman oleh J. Fichte
tokohnya seperti Rene Descartes (1596-1650), (1762-1814), F.Schelling (1775-1854) dan Hegel
Baruch Spinoza (1632-1677), dan Pascal (1623- (1770-1831). Namun yang mereka kembangkan
1662), dan aliran Empirisme dengan tokoh- tidaklah filsafat Kant seutuhnya, tetapi lebih
tokohnya Thomas Hobbes (1558-1679), John Locke memprioritaskan ide-ide, yakni tidak memfokuskan
(1632-1704). pada pembahasan fakta empirik. Oleh sebab itu,
Rasionalisme memandang bahwa sumber aliran mereka disebut dengan Idealisme. Hegel
pengetahuan yang dapat dipercaya adalah rasio merupakan tokoh yang menonjol, karena banyak
(akal), sedang Empirisme beranggapan bahwa pemikir pada abad ke-19 dan ke-20 yang
sumber pengetahuan adalah empirik, atau merupakan murid-muridnya, baik langsung maupun
pengalaman manusia dengan menggunakan panca tidak. Mereka terbagi dalam dua pandangan, yaitu
inderanya. Kemudian datanglah Masa Pencerahan pengikut Hegel aliran kanan yang membela agama
(Aufklarung) pada abad XVIII yang dirintis oleh Kristen seperti John Dewey (1859-1952), salah
Isaac Newton (1642-1727), sebagai perkembangan seorang peletak dasar Pragmatisme dan pengikut
lebih jauh dari Rasionalisme dan Empirisme dari Hegel aliran kiri yang memusuhi agama, seperti
abad sebelumnya. Fokus pembahasannya adalah Feuerbach, Karl Marx, dan Engels dengan ide
pemberian interpretasi baru terhadap dunia, Materialisme yang merupakan dasar ideology
manusia, dan Tuhan. Sedang pada Masa Komunisme di Rusia.
Aufklarung, pembahasannya lebih meluas Empirisme itu sendiri pada abad XIX dan
mencakup segala aspek kehidupan manusia, seperti XX berkembang lebih jauh menjadi beberapa aliran
aspek pemerintahan dan kenegaraan, agama, yang berbeda, yaitu Positivisme, Materialisme, dan
ekonomi, hukum, pendidikan dan sebagainya. Pragmatisme. Pragmatisme dianggap juga salah
Bertolak dari prinsip-prinsip Empirisme satu aliran yang berpangkal pada Empirisme,
John Locke, George Berkeley (1685-1753) kendatipun ada pula pengaruh Idealisme Jerman
mengembangkan immaterialisme, sebuah (Hegel) pada John Dewey, seorang tokoh
pandangan yang lebih ekstrim daripada pandangan Pragmatisme yang dianggap pemikir paling
John Locke. Jika Locke berpandangan bahwa kita berpengaruh pada zamannya. Selain John Dewey,
12 HARATI, Volume 07 Nomor 13 Januari-Juni 2016

tokoh Pragmatisme lainnya adalah Charles Pierce apapun selalu mempunyai hubungan dengan
dan William James. pengalaman lain. Proses penjelasan tentang realitas
Pragmatisme mulai dirintis di Amerika oleh adalah suatu proses yang tidak pernah berhenti dan
Charles S. Peirce (1839-1942), yang kemudian setiap pengetahuan hanya bersifat sementara dan
dikembangkan oleh William James (1842-1910) kondisional (Minderop, 2005).
(Kattsoff L. , 2004) dan John Dewey (1859-1952) Pragmatisme sebagai suatu interpretasi baru
(Pierce, 1951). Pragmatisme tak dapat dilepaskan terhadap teori kebenaran oleh Pierce digagas
dari keberadaan dan perkembangan ide-ide sebagai teori arti. According to the pragmatic
sebelumnya di Eropa, sebagaimana tak bisa theory of truth, a proposition is true in so far as it
diingkari pula adanya pengaruh dan imbas baliknya works or satisfies, working or satisfying being
terhadap ide-ide yang dikembangkan berikutnya di described variously by different exponent on the
Eropa. William James mengatakan bahwa view. Menurut teori pragmatis tentang kebenaran,
Pragmatisme yang diajarkannya, merupakan nama suatu proposisi dapat disebut benar sepanjang
baru bagi sejumlah cara berpikir lama. Ia pun proposisi itu berlaku “works” atau memuaskan
menganggap pemikirannya sebagai kelanjutan dari “satisfies”, berlaku dan memuaskannya itu
Empirisme Inggris, seperti yang dirintis oleh diuraikan dengan berbagai ragam oleh para
Francis Bacon (1561-1626), yang kemudian pengamat teori tersebut (Ozmon & Craver, 1990).
dikembangkan oleh Thomas Hobbes (1558-1679) Dalam memahami kemajemukan kebenaran
dan John Locke (1632-1704) (Ozmon & Craver, (pernyataan), Peirce membagi kebenaran menjadi
1990). dua. Pertama adalah Trancendental Truth, yaitu
kebenaran yang bermukim pada benda itu sendiri.
Tokoh dan Pemikiran Pragmatisme
Kedua, Complex Truth, yaitu kebenaran dalam
Lahirnya pragmatisme tidak terlepas dari
pernyataan. Kebenaran jenis ini dibagi lagi menjadi
adanya pertentangan antara empirisme (Ozmon &
kebenaran etis atau psikologis, yaitu keselarasan
Craver, 1990) dan rasionalisme. Aliran pragmatisme
pernyataan dengan apa yang diimani si pembicara,
meyakini bahwa akal budi tidak memunculkan
dan kebenaran logis atau literal, yaitu keselarasan
objek (sebagaimana pandangan idealisme). Serta
pernyataan dengan realitas yang didefinisikan.
tidak pula mampu memantulkan kembali (seperti
Semua kebenaran pernyataan ini, harus diuji dengan
anggapan kaum realis). Pragmatisme memandang
konsekuensi praktisnya melalui pengalaman
daya pengetahuan sebagai sarana bagi tindakan
(Fadliyanur, 2008). Hal ini berarti bahwa
manusia untuk menentukan apa manfaat suatu
pragmatisme Peirce berusaha mengemukakan arti
tindakan bagi hidup kita. Dalam hal ini,
sesuatu, yang mana sesuatu itu praktis jika bisa
pragmatisme dapat dikatakan mempertanyakan apa
diuji dengan pengalaman, dan berusaha
fungsi filsafat bagi kehidupan kita. Walaupun
mengungkapkan sesuatu dengan penjelasan arti
banyak yang berpendapat bahwa pragmatisme
(bahasa) dan matematika.
bukan suatu filsafat melainkan suatu metode atau
instrumen karena senantiasa berorientasi pada William James (1842-1910)
manfaat (Minderop, 2005). William James lahir di New York pada
1842. Sejak 1872 hingga 1907, ia menuntut ilmu di
Charles S. Peirce (1839-1914)
Harvard. Pada mulanya James mempelajari
Peirce adalah anak seorang ahli
fisiologi, kemudian beralih ke psikologi, dan
matematika, logika dan filsafat. Peirce terkenal
terakhir filsafat. Pragmatisme William James
dalam filsafat klasik dan sangat memahami sejarah
memiliki pengaruh yang cukup dominan dalam
ilmu pengetahuan, termasuk penemuan Darwin.
filsafat pragmatisme Amerika. Karya-karya
Peirce menyimpulkan bahwa salah satu kunci
William James antara lain Pragmatism, The Will to
dalam usaha adalah bukti, data, persepsi, dan
Believe, The Varietes of Religion Experience, The
peluang yang tersedia bagi para peneliti. Peirce
Meaning of Truth, dan beberapa karya lainnya.
menolak teori realitas yang telah ada sebelumnya
Pemikiran filsafat James lahir karena dalam
(Kattsoff L. O., 2004). Menurut Peirce, yang
memahami ilmu pengetahuan cenderung
penting adalah pengaruh apa yang dimiliki suatu ide
dipengaruhi pandangan normatif. Ia beranggapan
dalam suatu rencana tindakan dan bukan hakikat
bahwa masalah kebenaran, tentang asal/tujuan dan
suatu ide. Dalam konsep Peirce salah satu gagasan
hakikat bagi orang Amerika terlalu teoritis.
yang paling adalah gagasan dalam bentuk aksi, ide
Kebenaran ialah hasil-hasil yang kongkrit. Dengan
tidak begitu penting karena dikatakan tetapi karena
demikian untuk mengetahui kebenaran dari idea
dilaksanakan. Ditemukan sejumlah ide dan prinsip
atau konsep haruslah diselidiki konsekuensi-
Pragmatisme yang dihasilkan dari ajaran Peirce
konsekuensi praktisnya (Achmadi, 1995).
termasuk diantaranya bahwa prinsip pengalaman
HARATI, Volume 07 Nomor 13 Januari-Juni 2016 13

William James mengatakan bahwa secara disertasi tentang filsafat Kant. Dewey juga
ringkas pragmatisme adalah realitas sebagaimana mengajar di University of Michigan, University of
yang kita ketahui. Untuk mengukur kebenaran suatu Minnesota, University of Chichago, Columbia
konsep seseorang harus mempertimbangkan apa University, dan berbagai perguruan tinggi di dunia
konsekuensi logis penerapan konsep tersebut. (Sholeh, 2007).
James adalah tokoh yang bertanggung jawab yang Pada tahun 1899, Dewey menulis buku The
membuat pragmatisme menjadi terkenal di seluruh School and Society, yang memformulasikan metode
dunia. Mengenai kebenaran, ada satu kalimat dari dan kurikulum sekolah yang membahas tentang
William James yang cukup padat dalam pertumbuhan anak. Dewey banyak menulis
menggambarkannya, yaitu “truth happens to an masalah-masalah sosial dan mengkritik konfrontasi
idea.” Berbeda dengan konsepsi tradisional demokrasi Amerika, ikut serta dalam aktifitas
mengenai kebenaran yang memandang kebenaran organisasi sosial dan membantu mendirikan sekolah
sebagai sesuatu yang pasti dan tetap, James baru bagi Social Reseach tahun 1919 di New York.
meyakini bahwa kebenaran itu terjadi pada suatu Sebagian besar kehidupan Dewey
gagasan. Dalam hal ini, kebenaran dipahami dihabiskan dalam dunia pendidikan. Lembaga-
sebagai sesuatu yang dinamis. Maka kebenaran lembaga pendidikan yang disinggahi Dewey adalah
suatu gagasan tidaklah dikatakan sebagai “benar”, University of Michigan, University of Colombia
melainkan “menjadi benar”. Hal ini ditakar dari dan University of Chicago. Tahun 1894 Dewey
efek-efek praktis dan tindakan yang mengikuti memperoleh gelar Professor of Philosophy dari
gagasan tersebut. Sebuah gagasan dinilai benar, jika Chicago University. Dewey akhirnya meninggal
mengarahkan manusia pada suksesnya suatu dunia tanggal 1 Juni 1952 di New York dengan
tindakan. Dengan kata lain, jika gagasan itu meninggalkan tidak kurang dari 700 artikel dan 42
mengarahkan kita pada tindakan yang membawa buku dalam bidang filsafat, pendidikan, seni, sains,
manfaat. Bagi James, benar dan bermanfaat politik dan pembaharuan sosial.
merupakan satu hal yang sama (James, 1959). Di antara karya-karya Dewey yang
James menominalisasikan pragmatisme dianggap penting adalah Freedom and Cultural, Art
sebagai teori cash value. James kemudian and Experience, The Quest of Certainty Human
menyatakan, "True ideas are those that we can Nature and Conduct (1922), Experience and Nature
assimilate, validate, corrobrate, and verify. False (1925), dan yang paling fenomenal Democracy and
ideas are those that we can not.” Dalam bukunya Education (1916).
The Meaning of The Truth, James mengemukakan Gagasan filosofis Dewey yang utama
tidak ada kebenaran mutlak, yang berlaku umum, adalah pemecahan problem pendidikan yang
yang bersifat tetap, yang berdiri sendiri dan terlepas kongkrit, baik yang bersifat teoritis maupun praktis.
dari segala akal yang mengenal, melainkan yang Reputasinya terletak pada sumbangan pemikirannya
ada hanya kebenaran-kebenaran ‘plural’. Yang dalam filsafat pendidikan progresif di Amerika.
dimaksud kebenaran-kebenaran plural adalah apa Pengaruh Dewey di kalangan ahli filsafat
yang benar dalam pengalaman-pengalaman khusus pendidikan dan filsafat umumnya tentu sangat
yang setiap kali dapat diubah oleh pengalaman besar.
berikutnya. Menurut James, ada dua hal kebenaran Jika Peirce bisa diidentikan dengan teori
yang pokok dalam filsafat yaitu Tough Minded dan artinya dan James dengan teori pragmatisme dalam
Tender Minded. Tough Minded dalam mencari sisi pengujian kebenarannya maka Dewey bisa
kebenaran hanya lewat pendekatan empiris dan dikaitkan dalam aplikasi pragmatismenya dalam
tergantung pada fakta-fakta yang dapat ditangkap berbagai bidang terutama bidang pendidikan.
indera. Sementara, Tender Minded hanya mengakui Dewey dikenal sebagai teoritikus pendidikan karena
kebenaran yang sifatnya berada dalam ide dan yang kontribusinya terhadap dunia pendidikan telah
bersifat rasional (Halton, 2004). memberikan pengaruh yang sangat besar di
Amerika dan bahkan di belahan dunia Eropa.
John Dewey (1859-1952)
Dewey, sebagaimana yang diungkapkan Samuel
Tokoh yang sangat berpengaruh bagi
Smith, mampu menguraikan berbagai filsafat
perkembangan filsafat pragmatisme adalah John
pragmatisme yang dibuktikan dengan teori-teori
Dewey. John Dewey lahir di Burlinghton, Vermont
pendidikannya. Ia menekankan sistem belajar
20 Oktober 1859 dan wafat di New York 1 Januari
melalui kegiatan dan pengajaran anak secara
1952. Dewey juga belajar logika kepada Charles S.
mendalam. Hal inilah yang membuat Dewey
Pierce dan C.S. Hall, salah seorang psikolog
dianggap oleh tokoh-tokoh pendidikan sebagai
eksperimental Amerika. Selanjutnya, Dewey
pelopor dan pembaharu pendidikan progresif yang
melanjutkan studinya dan meraih gelar doktor dari
sangat berpengaruh di Amerika dan negara-negara
John Hopkins University tahun 1884 dengan
14 HARATI, Volume 07 Nomor 13 Januari-Juni 2016

lain selama dekade ke empat, dan ke lima abad dua Hakikat pendidikan menurut pragmatisme
puluh (Smith, 1986). adalah menyiapkan anak didik dengan membekali
Dampak dari kiprah atas kontribusi dari seperangkat keahlian dan keterampilan teknis agar
Dewey bisa kita lihat dari perubahan dan format mampu hidup di dunia yang selalu berubah. Konsep
pendidikan di Amerika dan negara-negara Eropa pendidikan Dewey yang berlandaskan pragmatisme,
yang selalu ideal karena pendidikan selalu dikaitkan menilai suatu pengetahuan berdasarkan guna
dengan zaman dan keadaan lingkungan. pengetahuan dalam masyarakat. Yang diajarkan
Sebagaimana yang disampaikan Dewey bahwa all adalah pengetahuan yang segera dapat dipakai
is in the making. Bahwa segala sesuatu termasuk dalam penghidupan masyarakat sehari-hari. Seperti
dunia masih dalam proses pembangunan. Begitu yang diketetahui bahwa pragmatisme merupakan
pun pendidikan yang terus akan mengalami paham yang memberlakukan hal secara praktis
pembangunan dan perubahan yang tentunya ke (Salim, 2002).
arah yang lebih baik (Sutrisno & Muji, 1997). Pragmatisme memandang bahwa
Untuk membedakan dengan dua pendidikan yang diselenggarakan berpusat pada
pendahulunya tersebut, Dewey menamakan peserta didik dan diupayakan agar sesuai dengan
pragmatisme sebagai instrumentalisme. minat serta kebutuhan-kebutuhannya agar mampu
Instrumentalisme sebenarnya sebutan lain dari mengatasi persoalan hidup secara praktis (Maksum
filsafat pragmatisme, selain eksperimentalisme. & Ruhendi, Paradigma Pendidikan Universal di Era
Pierce memaksudkan pragmatisme untuk membuat Modern dan Post-Modern Mencari Visi Baru Atas
pikiran biasa menjadi ilmiah, tetapi James Realitas Baru Pendidikan Kita, 2004).
memandangnya sebagai sebuah filsafat yang dapat
Tujuan Pendidikan
memecahkan masalah-masalah metafisik dan
Tujuan pendidikan dalam pandangan
agama. Bahkan lebih jauh, James menganggapnya
pragmatisme mengacu pada konsep filosofis
sebagai theory of meaning dan theory of truth.
pragmatis yang diambil dari masyarakat di mana si
Dewey merumuskan esensi
anak hidup, di mana pendidikan berlangsung,
instrumentalisme pragmatis sebagai to conceive of
karena pendidikan berlangsung dalam kehidupan.
both knowledge and practice as means of making
Tujuan pendidikan tidak berada di luar kehidupan,
good excellencies of all kind secure in experienced
melainkan di dalam kehidupan sendiri. Sesuai
existence. Demikianlah, Dewey memberikan istilah
dengan prinsip pragmatisme bahwa tidak ada
pragmatisme dengan instrumentalism,
kebenaran mutlak dan esensi realitas adalah
operationalism, functionalism, dan
perubahan, maka dalam hal pendidikan ini tidak ada
experimentalism. Disebut demikian karena
tujuan umum yang berlaku universal dan pasti.
menurut aliran ini bahwa ide, gagasan, pikiran, dan
Tujuan pendidikan merupakan refleksi dari situasi
inteligent merupakan alat atau instrumen untuk
kehidupan di sekeliling anak dan pendidik
mengatasi kesulitan atau persoalan yang dihadapi
(Sadulloh, 2007).
manusia (Ozmon & Craver, 1990).
Hal ini berarti, tujuan pendidikan dalam
Ketiga tokoh-tokoh tersebut (Charles S.
persfektif pragmatisme adalah untuk menyiapkan
Peirce, William James dan John Dewey) adalah
peserta didik menghadapi kehidupan dalam
sosok yang sangat berpengaruh terhadap rumusan
masyarakatnya yang bersifat praktis. Setiap satuan
dari filsafat pragmatisme. Dalam dunia faktual
sosial yang menjalani pendidikan bisa saja memiliki
terutama di era informasi dan teknologi
tujuan khusus yang berbeda berdasarkan
pragmatisme sudah menjadi hal yang wajar. Ketika
karakteristik dan kebutuhan masyarakat yang
orang mengatakan pragmatis berarti hal yang
bersifat lokal.
menjurus kearah itu adalah kegunaan, kemudahan,
siap pakai dan lainnya. Kecenderungan berfikir Kurikulum dan Proses Pendidikan
pragmatis berarti berfikir secara tepat guna, siap saji Pengembangan kurikulum dalam
dan mudah untuk dimengerti. Pragmatisme sering pragmatisme tentunya sejalan dengan hakikat dan
diidentikan dengan dunia kemudahan. Mudah tujuan pendidikan. Dewey memandang bahwa tipe
dalam akses informasi, mudah dalam komunikasi pragmatisnya diasumsikan sebagai sesuatu yang
dan segala kemudahan yang lain. Wajar jika mempunyai jangkauan aplikatif dalam masyarakat.
kemudian orang menyebut bahwa dunia di era ini Pendidikan dipandang sebagai wahana yang
merupakan dunia pragmatis bukan dunia filosofis strategis dan sentral dalam upaya kelangsungan
atau lebih kepada generasi pragmatis. hidup di masa depan (Maksum & Ruhendi,
Paradigma Pendidikan Universal di Era Modern
Pragmatisme Dalam Dunia Pendidikan
dan Post-Modern Mencari Visi Baru Atas Realitas
Hakikat Pendidikan Baru Pendidikan Kita, 2004).
HARATI, Volume 07 Nomor 13 Januari-Juni 2016 15

Materi pelajaran tidak ada yang bersifat janganlah kamu mengikuti hawa nafsu
universal dalam sistem dan metode pelajaran yang mereka dengan meninggalkan kebenaran
selalu tepat untuk semua jenjang sekolah. Sebab, yang Telah datang kepadamu. untuk tiap-tiap
seperti pengalaman, kebutuhan serta minat individu umat diantara kamu, kami berikan aturan
atau masyarakat berbeda menurut tempat dan dan jalan yang terang. sekiranya Allah
zaman. Dalam hal ini, kurikulum juga harus bersifat menghendaki, niscaya kamu dijadikan-Nya
elastis dan fleksibel sesuai dengan tuntutan dan satu umat (saja), tetapi Allah hendak menguji
kebutuhan masyarakat. Kemudian, muatan kamu terhadap pemberian-Nya kepadamu,
kurikulum harus meliputi perkembangan minat, Maka berlomba-lombalah berbuat kebajikan.
pikir, dan kemampuan praktis. Kurikulum kiranya Hanya kepada Allah-lah kembali kamu
perlu dibangun atas dasar unit-unit yang alamiah semuanya, lalu diberitahukan-Nya kepadamu
(wajar) yang tidak menimbulkan persoalan dan apa yang Telah kamu perselisihkan itu,
pengalaman yang menekan para subjek didik 49. Dan hendaklah kamu memutuskan
(Maksum & Ruhendi, Paradigma Pendidikan perkara di antara mereka menurut apa yang
Universal di Era Modern dan Post-Modern Mencari diturunkan Allah, dan janganlah kamu
Visi Baru Atas Realitas Baru Pendidikan Kita, mengikuti hawa nafsu mereka. dan berhati-
2004). hatilah kamu terhadap mereka, supaya
Pengembangan kurikulum dalam mereka tidak memalingkan kamu dari
pragmatisme lebih ditekankan pada pendekatan sebahagian apa yang Telah diturunkan Allah
psikologis (peserta didik) dan sosiologis kepadamu. jika mereka berpaling (dari
(masyarakat). Serta, kurikulum dibangun sebagai hukum yang Telah diturunkan Allah), Maka
rencana praktis sebagai alat pencapaian tujuan Ketahuilah bahwa Sesungguhnya Allah
pendidikan yang tidak terpaku pada materi-materi menghendaki akan menimpakan mushibah
yang kaku. Dewey juga menawarkan metode kepada mereka disebabkan sebahagian dosa-
pendidikan yang tepat, yaitu belajar sambil berbuat dosa mereka. dan Sesungguhnya kebanyakan
(learnin by doing) dan problem solving (Idi & manusia adalah orang-orang yang fasik.
Jalaludin, 2007). Pendidikan dalam pragmatisme Melalui ayat di atas, dapat disimpulkan
yang lebih menekankan pada pertimbangan bahwa pragmatisme klasik yang hanya
psikologis dan sosiologis diterjemahkan dalam mempertimbangkan pada hasil praktis dari suatu
kurikulum yang dibangun. Selanjutnya agar proses perbuatan/ide (consequences) semata tidak sejalan
pembelajaran bisa berjalan efektif dalam artian dengan Islam. Sebab ukuran perbuatan dalam Islam
sesuai dengan maksud pragmatis yang akan dicapai, adalah petunjuk Allah SWT, bukan manfaat riil
metode problem solving dan belajar dengan berbuat suatu ide untuk memenuhi kebutuhan manusia
sangat dikedepankan. semata. Namun demikian, bukan berarti Islam tidak
memperhatikan kemanfaatan. Islam terbukti
Filsafat Pendidikan Islam dan Aliran
memperhatikan aspek kemanfaatan, misalna
Pragmatisme
terdapat pada sabda Rasulullah SAW: apabila anak
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan
Adam meninggal dunia, maka terputuslah amalna
dalam memahami ide Pragmatisme. Pertama,
kecuali tiga perkara; shadaqah jariah; amal shalih
Pragmatisme yang berdasarkan pada pengalaman
dan anak ang mendoakan kedua orang tuana. (HR
praktis sebagai standar ide dan perbuatan, kurang
Muslim). Islam menganjurkan kemanfaatan yang
sejalan dengan Islam. Sebab Islam memandang
telah dibenarkan oleh syara’, bukan kemanfaatan
bahwa standar perbuatan sudah dijelaskan melalui
secara mutlak. Jika dibandingkan dengan pemikiran
petunjuk Allah dalam al Qur’an dan sunnah
William James berikut;
Rasulullah SAW. Bukan hanya pada kemanfaatan
The second great pragmatist was William
atau kegunaan riil untuk memenuhi kebutuhan
James, who seized upon Peirce’s pragmatic
manusia yang semata dihasilkan oleh sebuah ide,
principle to understand the religious life.
ajaran, teori, atau hipotesis tertentu. Allah SWT
James argued that it could be entirely
berfirman dalam QS Al Maidah: 48-49 sebagai
reasonable to live a religious life even though
berikut:
one did not know with any certainty about the
48. Dan kami Telah turunkan kepadamu Al
truth of religion. If the choice is real,
Quran dengan membawa kebenaran,
important and unavoidable, one’s full
membenarkan apa yang sebelumnya, yaitu
decision and commitment to live a fully and
kitab-kitab (yang diturunkan sebelumnya)
deeply religious life can be as rational,
dan batu ujian terhadap kitab-kitab yang lain
coherent and defensible as any decision we
itu; Maka putuskanlah perkara mereka
make in the presence of uncertainty. And all
menurut apa yang Allah turunkan dan
16 HARATI, Volume 07 Nomor 13 Januari-Juni 2016

real human decisions are made in the kelompok, dan masyarakat dan perubahan konteks
presence of extensive uncertainty. James waktu dan tempat.
maintained that the practical needs of Kelima, tujuan pendidikan Islam tentulah
humans in this world might justify beliefs and sejalan dengan tujuan penciptaan manusia itu
practices that cannot otherwise be proven sendiri seperti dalam surat Adz-Dzariyat: 56, yaitu
true. The faith of our fathers and mothers untuk beribadah pada-Nya, serta dalam al-Baqarah:
might be reasonable not because it is true, 30, yaitu sebagai khalifatullah di bumi. Pendidikan
but because it is practical (Goodman, 2005). Islam selayaknya merupakan suatu proses untuk
James menganggap bahwa norma diakui memanusiakan manusia sesuai dengan tujuan
bukan karena kebenarannya, akan tetapi karena “ia” penciptaan beserta fitrahnya. Memanusiakan
sudah “terbukti”. Hal tersebut berarti Pragmatisme manusia dalam perspektif pendidikan Islam dapat
memisahkan agama dari urusan dunia (sekular), diterjemahkan sebagai: 1) usaha memberi
bahkan tidak mengakui agama sebagai standar kesempatan kepada peserta didik untuk
norma. Hal ini nampak dari perkembangan historis mengembangkan alat-alat potensial dan berbagai
kemunculan pragmatisme, yang merupakan potensi dasar atau fitrahnya seoptimal mungkin
perkembangan lebih lanjut dari Empirisme. untuk dapat difungsikan sebagai sarana bagi
Sementara dalam filsafat pendidikan Islam, sumber pemecahan masalah-masalah hidup dan kehidupan,
pemikiran pendidikan Islam adalah kitab Allah (al- pengembangan iptek serta budaya manusia, dan
Qur’an), sunnah, perkataan sahabat, kemaslahatan pengembangan sikap iman dan takwa kepada Allah
sosial, serta pemikir-pemikir Islam Adapun norma SWT.; 2) menumbuhkembangkan potensi/fitrah itu
dapat diakui jika mampu memberikan dampak yang secara terpadu dan diaktualkan dalam kehidupan
signifikan, sehingga dampak tersebutlah yang sehari-hari; 3) membimbing dan mengarahkan
kemudian dijadikan sebagai tolok ukur, diterima manusia agar mampu mengemban amanah dari
atau tidaknya norma tersebut. Sebagaimana Allah, yaitu menjalankan tugasnya di muka bumi,
dikatakan oleh Rossella Fabbrichesi bahwa, baik sebagi abdullah maupun khalifatulah (dalam
“…truth as independent from the practices enacted individu, keluarga, masyarakat, alam). Di sisi lain,
to achieve truth, and from beliefs which sustain it. dapat diakui bahwa tujuan pendidikan adalah
In other words: in Pragmatism the focus of the efisiensi sosial dengan cara memberikan
philosophical question is not truth itself, but the kemampuan untuk berpartisipasi dalam kegiatan-
effects of truth; the results deriving from kegiatan demi pemenuhan kepentingan dan
considering true a concept, and so efficacy, or kesejahteraan bersama secara bebas dan maksimal.
transformative power of specific human Tata susunan masyarakat yang dapat menampung
behaviours.” (Fabbriches, 2008). individu yang memiliki efisiensi di atas adalah
Kedua, Metode dalam pragmatisme sistem demokrasi yang didasarkan atas kebebasan,
merupakan metode yang benar untuk objek-objek asas saling menghormati kepentingan bersama, dan
yang bersifat materi/fisik seperti halnya dalam sains asas ini merupakan sarana kontrol sosial. Dalam
dan teknologi. Akan tetapi menjadikan metode proses belajar siswa harus diberikan kebebasan
empirik sebagai landasan berpikir untuk semua mengeluarkan pendapat. Siswa harus aktif dan tidak
bidang pemikiran nampaknya kurang tepat, sebab hanya menerima pengetahuan yang diberikan oleh
ada hal-hal lain yang tidak „terjangkau“ jika hanya guru. Begitu pula, guru harus menciptakan suasana
menggunakan metode empirik (Suharto, 2007). agar siswa senantiasa merasa haus akan
Ketiga, pandangan pragmatisme perlu pengetahuan.
dicermati lebih dalam, mengingat dalam pandangan Pendidikan Islam dimaksudkan untuk
tersebut tidak ada hukum moral umum, semua memanusiakan manusia (menurut hakikat
kebenaran belum final. Akhirnya, berakibat pada penciptaan dan firahnya). Fitrah di sini bisa berupa
subjektivisme dan individualisme, kedua hal ini sifat-sifat manusiawi/makhluk yang tentunya
sudah cukup mengguncang kehidupan kemanusiaan dibekali nafsu dan akal. Hal ini berarti, manusia
(Tafsir, 2003). Pragmatisme berarti telah menafikan seharusnya mampu menjalani perannya dalam: 1)
aktivitas intelektual dan menggantinya dengan memanfaatkan, menjaga, dan memakmurkan bumi
identifikasi instinktif. Atau dengan kata lain, (hubungan dengan alam); 2) menjaga hubungan
Pragmatisme telah menundukkan keputusan akal baik dengan makhluk lainnya (hubungan sesama
kepada kesimpulan yang dihasilkan dari identifikasi manusia), dan; 3) untuk mengontrol dua aspek
instinktif. kehidupan tersebut, maka perlu dijiwai esensi
Keempat, pragmatisme menimbulkan spiritual (hubungan dengan Khaliq). Sementara,
relativitas dan kenisbian kebenaran sesuai dengan pragmatisme hanya terfokus pada wilayah praktis
perubahan subjek penilai ide baik individu, saja, dan kurang menyentuh wilayah yang spiritual
HARATI, Volume 07 Nomor 13 Januari-Juni 2016 17

karena dianggap tidak konkret dan tidak bernilai meninggalkan bangku sekolah, dan tidak ada alasan
guna yang secara langsung bisa dirasakan dalam mengapa pendidikan harus berhenti sebelum
kehidupan. Akan tetapi, aspek itu sangat mampu kematian menjemput.
dimaksimalkan pragmatisme dengan luar biasa Pro dan kontra terhadap pragmatisme
sehingga tercapainya kemajuan ilmu pengetahuan merupakan hal yang wajar. Bisa dilihat bahwa ide
(sains) dan teknologi yang sangat cepat. Itulah pragmatisme telah membawa kemajuan dan
sebab lahirnya kehidupan yang sekuler dan manfaat. Oleh karena itu, upaya pengadopsian
cenderung ’bebas nilai’. secara kritis dengan nilai-nilai normatif merupakan
Dengan demikian, langkah tepat yang harus langkah yang menyempurnakan. Islam memandang
dilakukan adalah dengan mengadopsi sebagian bahwa standar perbuatan sudah dijelaskan melalui
pemikiran pragmatisme secara kritis dan hati-hati. petunjuk Allah dalam al Qur’an dan sunnah
Bagaimanapun, ide pragmatisme sedikit banyak Rasulullah SAW. Bukan hanya pada kemanfaatan
memiliki peran dalam menciptakan cakrawala baru atau kegunaan riil untuk memenuhi kebutuhan
demi perkembangan ilmu bagi manusia, akan tetapi, manusia yang semata dihasilkan oleh sebuah ide,
perlu disempurnakan. Penyempurna yang ajaran, teori, atau hipotesis tertentu. Sebagaimana
mengarahkan pada jalan yang lebih tepat bagi Allah SWT berfirman dalam QS Al Maidah: 48-49.
kemakmuran, kesejahteraan, dan ketentraman Kedua, Metode dalam pragmatisme merupakan
manusia pada umumnya. metode yang benar untuk objek-objek yang bersifat
materi/fisik seperti halnya dalam sains dan
KESIMPULAN
teknologi. Akan tetapi menjadikan metode empirik
Pragmatisme membahas hal-hal yang
sebagai landasan berpikir untuk semua bidang
bersifat riil, nyata, konkrit, praktis, dan langsung
pemikiran nampaknya kurang tepat, sebab ada hal-
dapat dirasakan hasilnya atau kegunaannya. Dengan
hal lain yang tidak „terjangkau“ jika hanya
tokohnya Charles Sanders Peierce (1839-1914),
menggunakan metode empirik.
yang dianggap sebagai perintis, dan William James
Ketiga, pandangan pragmatisme perlu
(1842-1910) sebagai tokoh resmi pendirinya serta
dicermati lebih dalam, mengingat dalam pandangan
berkat John Dewey (1859-1952) pragmatisme
tersebut tidak ada hukum moral umum, semua
semakin popular. Pragmatisme berarti ajaran yang
kebenaran belum final. Pragmatisme semata
menekankan bahwa pemikiran menuruti tindakan.
menggunakan keputusan akal kepada kesimpulan
Pragmatisme memandang bahwa kriteria kebenaran
yang dihasilkan dari identifikasi instinktif.
ajaran adalah “guna” atau “manfaat”. Suatu teori
Keempat, pragmatisme menimbulkan relativitas dan
atau hipotesis dianggap oleh Pragmatisme benar
kenisbian kebenaran sesuai dengan perubahan
apabila membawa suatu hasil.
subjek penilai ide baik individu, kelompok, dan
Pendidikan dalam pragmatisme yang lebih
masyarakat dan perubahan konteks waktu dan
menekankan pada pertimbangan psikologis dan
tempat.
sosiologis yang diterjemahkan dalam bentuk
Kelima, tujuan pendidikan Islam sejalan
kurikulum. Selanjutnya agar proses pembelajaran
dengan tujuan penciptaan manusia itu sendiri
bisa berjalan efektif dalam artian sesuai dengan
seperti dalam surat Adz-Dzariyat: 56, yaitu untuk
maksud pragmatis yang akan dicapai, metode
beribadah pada-Nya, serta dalam al-Baqarah: 30,
problem solving dan belajar dengan berbuat sangat
yaitu sebagai khalifatullah di bumi. Pendidikan
dikedepankan. Pendidikan pragmatisme menolak
Islam selayaknya merupakan suatu proses untuk
segala bentuk formalisme yang berlebihan dan akan
memanusiakan manusia sesuai dengan tujuan
membosankan seperti dalam pendidikan sekolah
penciptaan beserta fitrahnya. Memanusiakan
yang tradisional. Siswa harus diberikan kebebasan
manusia dalam perspektif pendidikan Islam yaitu
mengeluarkan pendapat tidak hanya menerima
menjalankan tugasnya di muka bumi, baik sebagai
pengetahuan dari guru saja, melainkan guru
abdullah maupun khalifatulah (dalam individu,
menciptakan suasana agar siswa selalu haus akan
keluarga, masyarakat, alam).
pengetahuan. Dalam masyarakat industri, sekolah
harus merupakan miniatur lokakarya dan miniatur DAFTAR PUSTAKA
komunitas. Belajar haruslah dititiktekankan pada Abdullah, Muhammad Najib, 20014. Pragmatisme:
praktek dan ‘trial and error’. Akhirnya, pendidikan Sebuah Tinjauan Sejarah Intelektual
harus disusun kembali bukan hanya sebagai Amerika,
persiapan menuju kedewasaan, tetapi pendidikan http://library.usu.ac.id/download/fs/sejarah-
sebagai kelanjutan pertumbuhan pikiran dan mohammad.pdf, diakses pada 24 April 2014.
kelanjutan penerang hidup. Sekolah hanya dapat Achmadi, Asmoro A. 1995. Filsafat Umum,
memberikan alat pertumbuhan mental, sedangkan Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
pendidikan yang sebenarnya adalah saat kita telah
18 HARATI, Volume 07 Nomor 13 Januari-Juni 2016

Bagus, Lorens, 2000. Kamus Filsafat, Jakarta: PT. Madrasah, dan Perguruan Tinggi, Jakarta:
Gramedia Pustaka Utama. Rajawali Pers.
Fadliyanur, 2008. Aliran Pragmatisme, Popkin, Richard H. and Avrum Stroll, 1975.
http://fadliyanur.blogspot.com/2008/05/aliran Philosophy Made Simple, London: W. H.
-pragmatisme.html, diakses pada 18 April Allen.
2014. Sadulloh, Uyoh, 2007. Pengantar Filsafat
Fabbrichesi, Rossella, 2008. The Greek Roots of Pendidikan, Bandung: Alfabeta.
Pragmatism:A New Name for an Old Way of Salam, Burhanuddin, 1997. Logika Materil:
Thinking dalam Cognitio, São Paulo, v. 9, n. Filsafat Ilmu Pengetahuan, Jakarta: Rineka
2, Jul./Des. Cipta.
Hadiwijono, Harun, 1998. Sari Sejarah Filsafat Salim, Peter, 2002. The Contemporary English-
Barat II, Yogyakarta: Kanisius. Indonesian Dictionary, Jakarta: Modern
Jalaluddin dan Abdullah Idi, 2007. Filsafat English.
Pendidikan (Manusia, Filsafat dan Soemargono, Soejono, 1989. Pengantar Filsafat.
Pendidikan), Yogyakarta: Ar-ruzz Media. Yogyakarta.
James, William, 1959. Pragmatism: and Four Suharto, Toto, 2007. Filsafat Pendidikan Islam,
Essays from The Meaning of Truth, New Palembang, IAIN Raden Fatah Press.
York: Meridian Books. Surajiyo, 2007. Ilmu Filsafat Suatu Pengantar,
Kattsoff, Louis O. 1992. Pengantar Filsafat, Jakarta: Bumi Aksara.
Yogyakarta: Tiara Wacana. Tafsir, Ahmad, 2003. Filsafat Umum Akal dan Hati
Knight, George R. 2007. Filsafat Pendidikan, terj. Sejak Thales Sampai Capra, Bandung:
Mahmud Arif, Yogyakarta: Gama Media. Remaja Rosdakarya.
Ritzer, George, ed., 2004. Pragmatism dalam, Tafsir, Ahmad, 1994. Filsafat Umum, Bandug: PT.
Encyclopedia of Social Theory, Thousand Remaja Rosdakarya.
Oaks: Sage Publications, 2004
Maksum, Ali dan Luluk Yunan Ruhendi, 2004.
Paradigma Pendidikan Universal di Era
Modern dan Post Modern: Mencari “Visi
Baru” atas “Realitas Baru” Pendidikan
Kita, Yogyakarta: Ircisod.
Minderop, Albertine. 2005. Pragmatisme Amerika,
Jakarta: OBOR (Anggota IKAPI).
Muhaimin, 2005. Pengembangan Kurikulum
Pendidikan Agama Islam di Sekolah,

Anda mungkin juga menyukai