Pasal 170 pada Omnibus Law Rancangan Undang - Undang Cipta Kerja yang
menyatakan Pemerintah dapat mengubah ketentuan dalam undang - undang
melalui peraturan pemerintah (PP). ketentuan Pasal 170 Ayat (2) Omnibus Law
Cipta Kerja, yang menyatakan perubahan ketentuan tersebut diatur melalui PP,
bertentangan dengan logika hukum dan ilmu perundang-undangan. PP yang
secara hierarki perundang-undangan berada di bawah undang-undang semestinya
mengikuti undang-undang, bukan justru mengatur perubahan ketentuan dalam
undang-undang. Jadi mengubah UU itu tidak masuk akal dalam ilmu hukum tata
negara dan tidak sesuai dengan konstitusi UU No. 12 tahun 2011 junto UU No.
15 tahun 2019 tentang pembentukkan peraturan – perundang – undangan
sekalipun hal ini disebutkan merupakan “salah ketik” kalau luput dan sampai
tidak di kritisi tentu berbahaya dan merusak tatanan demokrasi negara.
Selanjutnya Undang – undang N0. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan
terdapat banyak poin yang di hapus serta tidak memberikan keadilan terhadap
buruh. Diantaranya persoalan kesejahateraan yang berkaitan dengan pengupahan
yang di atur dalam UU N0. 13 tahun 2003, pasal 95 tentang pengupahan,
mekanismenya di ubah dalam RUU Omnibuslaw pasal 95 yang cenderung tanpa
penekanan kepada perusahaan dalam pembayaran upah kepada buruh atau
pekerja
Ketentuan Pengupahan Pasal 95 UU N0.13 Tahun 2003 mengatakan :
(1). Pelanggaran yang dilakukan oleh pekerja/buruh karena kesengajaan
atau kelalaiannya dapat di kenakan denda
(2). Pengusaha karena kesengajaan atau kelalaiannya mengakibatkan
keterlambatan pembayaran upah, dikenakan denda sesuai dengan
presentase tertentu.
DEWAN PIMPINAN PUSAT
IKATAN MAHASISWA MUHAMMADIYAH
Muhammadiyah Students Association – Central Board
Jalan Menteng Raya No. 62 Jakarta-10340, Telp. 082198775075/085852666648
www.dppimm.or.id dppimm1820@gmail.com
saja bisa di buang tanpa ada imbalan sumbangsih yang selama ini di lakukan
terhadap perusahaan, hal tersebut tentu tidak sejalan dengan prinsip keadilan.
Selanjutnya yang berkaitan dengan kontrak kerja Pasal 59 Undang – Undang No.
13/2003 di hapus dalam RUU Omnibus Law menyebabkan aturan tentang syarat
kerja kontrak, padahl aturan ini kemudian melindungi buruh dari eksploitasi kerja
secara berlebihan dan mengatur batasan waktu agar buruh tidak mudah di PHK.
Kemudian masalah perizinan pendirian korporasi yang berdampak pada
lingkungan Dalam draf omnibus law RUU Cipta Kerja dalam rangka
memudahkan pelaku usaha memperoleh persetujuan lingkungan.
Izin lingkungan yang diatur dalam Pasal 40 ayat 1 Undang - undang Nomor 32
Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup dihapus
dalam draf RUU Cipta kerja. Hal ini dapat menyebabkan keleluasaan bagi
korporasi mendirikan perusahaan tanpa memperhatikan unsur lingkungan dan
sosial yang paling berbahaya adalah korporasi seolah memilihi hak impunitas
ketika melakukan ekploitasi terhadap lingkungan demi keuntungan sebesar –
besarnnya. Selannutnya soal sanksi administrasi kepada perusahaan yang
melakukan pembakaran ataupun penegrusakan lahan dan hutan diserahkan ke
pemerintah. Hal ini kemudian berisiko ketika pemberian hukuman dilakukan oleh
lembaga eksekutif. Karena dia bergantung pada sanksi administratif, kalau sanksi
administratif belum terpenuhi oleh perusahaan. Berkaitan dengan lingkungan ini
tentu menjadi hal yang sangat penting untuk di konsentrasikan bersama oleh
eksekutif sebab ini menyangkut dengan hidup orang banyak terutama masyarakat
lokal.
Masalah – maslah diatas tentu sebagian dari banyaknya masalah yang akan kita
dapati dari ketika membaca draft RUU Omnibus Law Cipta Kerja. Tentu secara
DEWAN PIMPINAN PUSAT
IKATAN MAHASISWA MUHAMMADIYAH
Muhammadiyah Students Association – Central Board
Jalan Menteng Raya No. 62 Jakarta-10340, Telp. 082198775075/085852666648
www.dppimm.or.id dppimm1820@gmail.com
PIMPINAN