Anda di halaman 1dari 146

Revitalisasi

i
Editor: Haidir Muhari
Desain Sampul : Haidir Muhari

ii
Antologi Tulisan Alumni DAM
Kota Gorontalo 2019

Revitalisasi

Rendiansyah Taha, Aljupri Hanapi, Fitriani B Djanan,


Syahril Razak, Fitri Wifyastari, Adrian Pianus,
Rahmawati J. Intilo, Mohamad Dimas Adhitya Pakaya,
Buang Muhamad Misilu, Hana Z. Matantu,
Mohammad Rivaldi Anwar, Surdin

iii
iv
KATA PENGANTAR

Segala-gala puji hanya milik Allah Subhanahu Wa Ta’ala


yang masih melimpahkan rahmat, sehingga penyusunan
Antologi Tulisan Alumni Darul Arqam Madya Nasional
Angkatan II yang diselenggarakan oleh Pimpinan
Cabang Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah Kota Palu
dapat dituntaskan. Buku ini seperti namanya bersumber
dari makalah yang dikumpulkan Peserta sebagai
prasyarat untuk mengikuti DAM Kora Gorontalo Tahun
2019 yang diselenggarakan pada 24—30 Desember 2019.

Buku ini adalah antologi tulisan terpilih dari karya tulis


yang dibuat oleh Peserta DAM Angkatan I PC IMM Kota
Gorontalo. Semuanya terdiri dari 12 tulisan, dimulai dari
Kepribadian Kader Melaui 6 Penegasan IMM sampai
Tantangan IMM dalam Bernegara. Dengan demikian,
maka buku ini diberi judul Revitalisasi Gerakan Kader
Ikatan Menyambut Tantangan Zaman.

Dewasa ini kaum Muda Muhammadiyah khususnya


adalah Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah haruslah
menjadi agen penggerak dalam kehidupan berbangsa.
Terutama tentang memperjuangkan rakyat sebagai
bentuk pengamalan teologi humanitas, termasuk
mempengaruhi kebijakan-kebijakan pemerintah agar
memberpihaki rakyat, bukan membela kaum pemodal
dan segelintir elit. Kader IMM mesti turut
memperjuangkan keadilan sosial sebagai bentuk
pengamalan sila ke lima Pancasila sebagai visi
perjuangan nasional.
v
Karakteristik idealisme nasional dan karakter
kebangsaan harus ditanamkan kepada kader IMM agar
tidak menjelma menjadi politikus atau akademisi yang
mudah dipengaruhi kaum kapitalis seperti saat ini.
Kader IMM mesti merevitalisi kepribadian dan
gerakannnya sebagai negarawan sejati.

Kami menyadari bahwa tulisan ini masih jauh dari tata


cara penulisan karya ilmiah, kutipan referensi yang
kadang tidak dicantumkan, narasi yang tak berkembang,
analisis yang masih kurang tajam, akan ditemui juga alur
pikir yang tidak berkesinambungan. Namun, terlepas
dari semua itu sebagai upaya untuk pembelajaran, karya
tulis ini dirasa penting untuk disusun kembali agar
terdokumentasi, dengan harapan suatu saat semoga
dapat diperbaiki menjadi lebih baik atau menjadi
motivasi untuk menuliskan karya yang lebih dapat
dipertanggungjawabkan.

Editor: Haidir Muhari

vi
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ............................................................................... v


Daftar Isi ......................................................................................... vii

Kepribadian Kader Melalui 6 Penegasan IMM ............ 1


Rendiansyah Taha|PC IMM Kab. Gorontalo

Intelektual Profetik IMM .............................................. 13


Aljupri Hanapi | PC IMM Kab. Pohuwato

Kepemimpinan dalam Islam ......................................... 23


Fitriani B. Djanan | PC IMM Kab. Buol

Interanalisasi Kepemimpinan dalam Jiwa Kader ......... 35


Syahril Razak | PC IMM Kota Gorontalo

Pemimpin Militan Untuk IMM Berkemajuan ............. 41


Fitri Widyastari | PC IMM Kota Gorontalo

IMM dan Transformasi Kader ...................................... 62


Adrian Pianus | PC IMM Kota Gorontalo

Tauhid Sosial ................................................................. 75


Rahmawati J. Intilo | PC IMM Kab. Buol

Dinamika Ijtihad .......................................................... 87


Mohamad Dimas A.P.|PC IMM Kota Gorontalo

Merawat Nalar Kaum Merah untuk Kemanusiaan ....... 97


Buang Muhamad Misilu | PC IMM Kab. Gorontalo
vii
Revitalisasi Arah Gerak Ikatan Berkemajuan ............... 113
Hana Z. Matantu | PC IMM Kota Gorontalo

IMM di Era Revolusi 4.0 .............................................. 121


Mohammad Rivaldi Anwar|PC IMM Kota Gorontalo

Tantangan IMM dalam Bernegara ............................... 128


Surdin | PC IMM Kab. Pohuwato

Daftar Pustaka ............................................................... 134

viii
Kepribadian Kader Melalui 6 Penegasan IMM
Oleh: Rendiansyah Taha
PC IMM Kabupaten Gorontalo

A. Pendahuluan
Kader merupakan generasi pelajar pelanjut dalam sebuah
organisasi. Tanpa seorang kader maka sebuah organisasi akan
hampa dan akan mati jika tak mempunyai kader. Kader yang
militansinya tunggi sangat diperlukan dalam berlangsung
organisasi yang dianutnya, Apalagi jika kader itu mempunyai
kesadaran kritis yang tajam dan mendalam sebuah manifestas-
manifestasi gerakan islam demi mewujudkan kader yang
mempunyai dedikasi yang tinggi.
Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah adalah salah satu
organisasi otonom Muhammadiyah yang arah geraknya memiliki
siri khas yang khusus dibandingkan dengan organisasi lain dan
tentu saja Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah adalah salah satu
wadah bagi Mahasiswa yang ingin mengembangkan bakat dan
minatnya terutama di banding kepemimpinan
Jika menelusuri jejak Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah
kita akan menemukan bahwa Ikatan Mahasiswa Muahammadiyah
sejak dibentuknya hingga berdiri sampai saat ini kita akan
mengetahui bahwa ortom Muhammadiyah ini telah menampilkan
pemimpin-pemimpin yang memiliki kesadaran kritis dan tentu
saja dengan analisa-analisa yang tinggi untuk tetap
mempertahankan ideologi-ideologi yang dimiliki ortom
Muhammadiyah ini.
Kader yang dimiliki Ikatan Mahasiswa Muhamamdiyah tak
terbilang lagi jumlahnya sehingga Ikatan Mahasiswa
Muhammadiyah yang pastinya kewalahan dalam melakukan peng-
filter-an untuk merekrut mereka yang betul-betul ingin menjadi
seorang pemimpin yang memiliki potensi tertentu. Menurut data
dari Republika Online, Muhammadiyah memiliki perguruan tinggi
sebanyak 177 PTm yang tersebar di seluruh indonesia. Dan tentu
saja setiap perguruan tinggi memiliki ortom Muhammadiyah

1
harus mampu mempunyai ciri khas dalam melalukan kekaderan
dari organisasi lain, dan kapan tidak memiliki sesuatau yang khas.
Dan ini tak bisa dipungkiri jika Ikatan Muhammadiyah statis
dalam melalukan kekaderan seseorang pemimpin yang militasi
dan loyalitas yang tinggi di Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah
harus menjadi kader agen of cange atau pembawa perubahan dan
juga harus mampu menjadi lokomotif of cange atau penggerak
perubahan.

B. IMM Sebagai Gerakan Mahasiswa Islam


Pergerakan Mahasiswa telah lama terbangun sejak masa
penjajahan sampai masa kemerdekaan dan sekarang. Tentunya
cita-cita kondisi perjuangan mahasiswa berbeda setiap zamannya.
Pada masa pra kemerdekaan tujuan dan kondisi perjuangan
mahasiswa inodensia adalah merebut dan memeprjuangkan
kemerdekaan indonesia dari perjuangan Belanda. Lain halnya
ketika masa-masa post kemerdekan perjuangan mahasiswa beralih
menjadi gerakan penyeimbangan dan pengontrol kinerja
pemerinta. Dalam film Soe Hok Gie digambarkan bahwa pada
tahun 1965 mahasiswa berbondong-bondong dalam aksi menolak
pemerintahan order baru yaitu Presiden Soeharto. Akan tetapi
ternyata polemic. Negara kita tidak pernah selesai maka dengan
demikian tugas mahasiswa sebagai agen perubahan, agen contro,
dan intelektual takan pernah selesai.
Era Reformasi sampai dengan sekarang telah mengalami
banyak perunahan dalam pergerakan mahasiswa. Banyak
kepentingan elit politi menunggangi setiap gerakan mahasiswa.
Sehingga idealisma mahasiswa semakin bias. Lantas apa yang kita
harus lakukan sebagai mahasiswa? Upaya untuk menggerogoti
idelisme mahasiswa tidak direspon positif oleh masyarakat karena
mengingat mahasiswa sudah luntur idealismenya dan sudah di
tanggapi kepntingan elit polit tertentu.
Di sini kita perlu konsepsi dimana kedepan IMM akan lebih
proggresif sdalam gerakannya. Tidak hanya dalam gerakan dkawa
dan social akan tetapi IMM harus turun serta dalam mengawal

2
Bangsa Indenesia untuk lebih baik. Turun serta di sini bukan
berarti IMM secara terbuka ikut berpilitik praksis akan tetapi
IMM harus menjadi stabilitas kehidupan social, Bangsa dan
Negara IMM sebagai gerakan dakwa amar ma‘ruf nahi munkar,
yang berlandasan atas Al_Quran dan As-Sunnah Al-Quran ini
sebagai pedoman hidup umat manusia, sehingga gerakan dakwa
IMM merupakan gerakan dakwa tajdid seperti MUhammadiyah
ayahanda IMM.
Selanjtunya IMM mengenal trilogy yang menjadi
kebanggaan para kadernya yaitu intelektual, humanis, dan religius
ketiga trilogy tersebut merupakan interprestasi dari tugas
mahasiswa secara umum yaitu sebagai agent of change, agent of
social conttrol dan agent intelectual Berdasarkan hal tersebut,
kader IMM harus mempunayi intelektual yang tinggi dan mapan,
peduli dengan keadaan social dan takwa terhadap Alloh swt.
Dalam gerakannya IMM berupaya menciptakan kader intelektual
religius dan kader social religius ini dapat dilihat dari event-event
yang dilakukan.
Dalam memahami subtansi gerakan, kita perlu mengambil
garis besar, antara konsep yang kita bawa dengan realitas yang kita
hadapi, ini harus bersifat konkomitan (sejalan atau seiring). harus
juga kita ketahui bersama bahwa seluru gerakan-gerakan yang
dilakukan dalam IMM sendiri merupakansatu kesatuan dari
kepribadian MUhammadiyah yang bersifat islami sesuai Qur‘an
dan Sunnah
Di antara konsep gerakan harus memiliki goal atau
pencapaian baik itu bersifat internal maupun eksternal selain itu,
memahami realitas objektif terhadap kondisi ekternal organisasi
juga menjadi hal penting sebab, dalam melakukan gerakan kita
akan selalu dihadapi dengan dunia di luar peroalan internal
organisasi. Yang bisa memerlukan penalaran yang kritis dan
pemikiran yang solutif dari kita.
Dengan demimian, dalam menjalankan agenda pergerakan
(dakwah dan perkaderan) tidak cacat, baik secara subtansial
maupun administratif. Pun memiliki ancangan menuju suatu

3
pencapaian yang baik secara administratif dan substantif,. sebagai
organisasi yang tidak hanya menjalankan agneda seremonial, tapi
agenda-agenda refleksi yang memiliki manfaat.

C. Kepribadian Muhammadiyah Landasan Perjuangan


IMM
Muhammadiyah adalah persyarikatan yang merupakan
Gerakan islam Maksud gerakan ialah Dakwa islam dan Amar
Ma‘ruf nahi Munkar yang diunjukan kepada dua bidang:
persorangan dan masyarakat. Dakwah dan Amar Ma‘ruf nahi
Munkar pada bidang pertama terbagi kepada dua golongan:
kepada yang telah islam bersifat pembaharuan (tajdid), yaitu
mengembalikan kepada ajaran islam yang asli dan murni: dan
yang kedua kepada yang belum islam, bersifat seruan dan ajakan
untuk memeluk agama islam. Adapun da‘wah islam bersifat
kebaikan dan bimbingan serta peringatn. Kesemuanya itu
dilaksanakan dengan dasar taqwa dan mengrap keridhaan Allah
semata-mata dengan melaksanakan dakwa islam dan amar ma;ruf
nahi munkar dengan cara masing-masing yang sesuai,
Muhammadiyah menggerakan masyarakat menuju tujuannya,
ialah ―Terwujudnya masyarkat islam yang sebenar-benarnya‖
Dalam menjalankan roda organisasi, penting tentunya kita
untuk memahami secara mendalam ihwan dasr-dasar
berorganisasi. Baik itu berkaitan dengan pakem organisasi
maupun dengan ruh gerakan yang menjadi denyut nadi organisasi
artinya, eksistensi organisasi dapat tercipta dengan adanya gerakan
kahdiran IMM disetiap ini kehidupan tentu menjadi tolok unru
pencapaian gerakan IMM. Kehadiran IMM juga tidak lepas dari
tujuan besar dari Muhammadiyah itu sendiri, Pencapaian itu
bukan hanya dalam kehidupan berpolitik, tapi yang penting
adalah dalam kehidupan bermasyarakat perlu menjadi kemurnian
nilai-nilainya sebagai dasar gerakan
IMM perlu mengeksplorasi nalar berpikir, yaitu tentunya
lebih kratif lebih dinamis, dan lebih solutif dalam menhgadapi
pelbagai persoalan dan tantangan. Hal ini menjdi modal bagi

4
IMM untuk menghadapi tantangan di depan, yang pastinya akan
berbada dari hari-hari sebelumnya. Artinya, penulis pikir
membenahi diri harus selalu menjadi agenda rutin‖, Bukan pula
berarti IMM hanya mengurusi urusan internal saja, tantangan
demi tantangan tenga menunggu untuk dihadapi, prestasi yang
membanggakan menanti Immawan dan Immawati di
pengujungan jalan, maka slogan ini sangat relevan dengan jargon
fatabiqul Khairaat. Hingga IMM kemudian tampil sebagai
pototipe gerakan, role model, panutan, dan bersifat subtansif
Meskipun tidak bisa dimungkiri, penyimbolan identitas juga perlu
sebagai wujud ekstistensi.
Sebagai organisasi gerakan dakwa bercorak sosio-religius,
gerakan kemasyarakatan menjadi identitas tersendiri bagi IMM.
Hal ini juga menjadi wrna pembeda gerakan IMM dengan gerakan
mahasiswa lainnya. Gerakan IMM merupakan refleksi dari
realitas. Merspon dengan kritis clan solutif setiap danamika yang
terjadi di masyarakat, merupakan tntutan wajib bagi IMM. Sebab,
dengan demikianlah kita bisa menunaikan amanah sebagai sayap
dakw Muhamaadiyah.

D. Fungsi IMM sebagai Eksponen Mahasiswa dalam


Muhammadiyah (Sebagai Stabilisator dan Dinamisator)
Sejak lahirnya 14 Maret 1964 (29 Syawal 1384), IMM sudah
mengambil 3 wialayh gerakan, yakni memfokuskan pada
keagamaan, kemahasiswaan, dan kemasyarakatan. Gagasan untuk
mengambil peran kemasyarakat itulah yang membedakan IMM
dengan organisasi mahasiswa lainnya. Ketika itu sebagian besar
gerakan mahasiswa hanya concern di bidang kemahasiswaan dan
keagamaan saja. Bahkan sebagian ada yang mengambil peran
kengasaan atau politik, yang itu kemudian berunjung pada
kematian oerganisasi dan pembusukan gerakan dakwa.
Secara umum IMM memiliki iga bentuk pergerakan; 1)
IMM sebagai gerakan Mhasiswa; 2) IMM sebagai gerakan dakwa;
dan 3) IMM sebagai organisasi kader. Pada bagian ini kita akan
fokuskan pada pembahasan mengenai IMM adalah gerakan

5
mahasiswa sebagaimana dikatakan bahwa fungsi IMM adalah
eksponen mahasiswa, yang artinya pergerakan dalam gerakan
mahasiswa. IMM sebagai Gerakan Mahasiswa (GM) bergerakan
secara kritis, menjadi opsisi penguasa, membela rakyat mustad‟afin.
Dalam Muhammadiyah eksponen IMM harus mendukung
gerakan muhmmadiyah itu sendiri,. menjadi stabilisator dan
dinamisator dalam lingkup muhammadiyah melalui runga-ruang
kampus yang ada IMM harus mampu menguasai lingkup kampus
dalam artian menjalankan misi yang ada dalam gerakan IMM yang
tak lain merupakan tujuan dari Muhammadiyah itu sendiri.
Dalam AD/ART sudah ditegaskan bahwa tujuan IMM
adalah mengusahakan terbentuknya akademisi islam yang
berakhlak mulia salam rangka mencapai tujuan Muhammadiyah
kalau. Muhammadiyah dalam muktamar di malang yang lalu
mengusung visi pencerahan peradaban, maka tugas IMM adalah
membentuk akademis islam yang berakhlak mulai untuk
pencerahn peradaban. Yang diinginkan dari akademi islam yang
berakhal mulai adalah dekontruksi seperti egoisme beragama. Kita
hidup bukan untuk mencari surga, namun siduruh berbuat baik
danmencegah kemungkaran. Tidak ada satupun ayat dalam
Qur‘an yang memerintahkan kita hidup di dunia untuk mengejar
surga. Yang ada tegakan sholat, keadilan, tersebut yang ma‘ruf
dan mencegah kemungkaran. Adapun surga dan neraka hanya
merupakan ganjaran, dan bukan tujuan.

E. Ilmu adalah Amaliah dan Amal adalah Ilmiah IMM


―Ilmu amaliah, amal ilmiah‘, walaupun terdengar rada jadul,
bagi saya kalimat tersebut memiliki makna yang sangat dalam.
Ilmu amaliah berarti ilmu apapun yang sudah kita pelajari
bendaknya kita amalkan, ajdi tidak hanya ‗ndakik-ndakik‘ dalam
berilmu, tapi juga dipraktekan. Apabilah arti sebuah ilmu jika
tidak diamalkan. Amal ilmiah berarti segala amal yang kita
kerjakan harus didasrkan dengan ilmu, Menyampaikan hal-hal
yang salah bukankah akan membuat keadaan jauh lebih
parah?itulah pentingnya berilmu.

6
Semangat teologi al ma‘un yang mendasari gerakan awal
IMM berdiri adalahmembangun kesdaran diri untuk menumpuk
semnagt keperpihakan terhadap merekan yang bertindas. Eratnya
persaudaraan sesama kader di awal berdirinya IMM, menjadi
modal utama dalam membantuk cendikiawan berpribadi yang
mampu menjadi pemimpin di masa yang akan datang. Pemimpin
yang mampu menghilhami semangat teologi al ma‘un. Sehingga
pemahaman agama di maknai sebagai bentuk tindakan
menyelesaikan problematika kehidupan masyarakat dengan
universalitas sumber agama, ras, suku dan segala atrubyt lainnya
untuk membantu, mendorong terciptanya kebaikan dan
kepedulian antara sesama umat manusia, senantiasa akan di
imbangi dengan adanya perubahan sosial dalam masyarakat secara
masif. Hal ini dai karenakan ajaran agama di buktikan dengan
tindakan, bukan saja sekedar keyakinan individulistik.
Oleh sebab itu, islam sejak awal erat kaitannya dengan
pro-orang miski, tetapi dalam waktu yang bersamaan bersifat anti
kemiskinan. Sehingga teologi, al ma‘un kiai Ahmad Dahlan harus
senantiasa diartikulasikan secara terus menerus, tidak saja secara
teori melainkan secara praksis, sehingga bisa di rasakan oleh
masyarakat. Teologi al ma‘un perlu di rumuskan dalam bentuk
teori yang sistematis dan radikal berdasrkan pemahaman yang
benar terhadap al-quran yang di benarkan secara iman dan ilmu
yang dapat di pertanggung jawabkan.
Mahasiswa Muhammadiyah dituntu untuk lebih peduli
terhadap permasalahan yang ada di lingkup internal maupun
eksternal (indonesia), baik itu permasalahan soail, ekonomi, politi,
hukum, dan lainnya. Terdapat tiga kompetensi dasar yang
diharpakan terdapat dalam tubuh kader IMM yaitu
Muhammadiyah adalah kurangnya melharikan karya-karya
kelembagaan. Tidak heran jika gerakan intelektual banyak yang
berhenti pada tataran konseptual. Kalaupun bergerak dalam
tataran praktis hanya bergerak tanpa terencana, tanpa terukur, dan
tanpa ada evaluasi dan monitoring terhadap kerja gerakan.

7
Kelembagaan adalah kerangka acuan atau hak-hak yang
dimiliki oleh individu-individu untuk berperan dalam prantara
kehidupan. Kembagaan itu dapat diartikan sebagai perangkat
aturan main atau tata cara untuk kelangsungan suatu kepentingan
perumusan gerakan aksi kelembagaan tidak akan mungkin
berjalan dengan baik jika tidak diawali dengan perumusan
kerangka filosfis, seperti yang dilakukan oleh Muhammad Yunus
di Banglades sebelum memasuki wilayah kembagaan, dia mampu
merumuskan kerangka filosofinya dalam menangkap fenomena
masyarakat yang dilihatnya diatas kertas, tetapi dia juga mampu
mengimplemtasikan apa yang telah dirumuskan.
Dengan realitas bahwa para pemuda sekanrang banyak
yang lebih suka mencurahkan isi pikiran melalui sosia media tanpa
ada manfaat yang timbulkan dibandingkan dengan menambah
wawasan kebangsaan dengan orang-orang yang expert di
bandingnya. Itu menjadi tugas besar para pemuda yang masih
mempunyai keinginana supaya bangsa indoensia kedepannya
menjadi bangsa yang lebih baik dari sebelumnya. Tugas bagi para
calon kader bangsa dari generasi muda islam seperti IMM yang
lain adalah perlunya membangun karekter agar tidak kehilangan
identitas ke islaminya dan mulai pandai mengkonsumsiakn ide-ide
dan mau berkejrsama untuk saling memperbaki.

F. IMM Organisasi yang mengindahkan segala hukum


undang-undang, peraturan dan falsafah negara yang
berlaku
IMM resmi berdiri pada tanggal 29 syawal 1383 H/ 14
Maret 1964 yang diresmikan oleh PP Muhammadiyah ketika itu
diketuai oleh KH. Ahmad Badawi dan disakdikan oleh H.
Tanhawi (selaku badan pembantu Harian pemerintah DIY)
Peresmian berdirinya IMM ditandai dengan ditandatamganinya
―enam penegasan IMM‖ oleh Ahmad Badawi. Adapun bentuk
enam penegasan IMM tersebut dan salah satu penegasan ‗imm
adalah organisasi yang mengindahkan dan falsafiah segara yang
berlaku‘, sehingga sudah menjadi kewajiban dan komitmen

8
bersama bahwa imm akan selalu mengindahkansegala aturan
perundanga-undangan yang berlaku di indonesia apalagi imm
sudah menegaskan keberadaannya sebagai sebuah gerakan
perubahan yang orintasinya mensejahtareakan rakyat dan di etnag
masyarakat imm selalu berdsarkan nialai-nilai kemanusiaan yang
terkandung di dalam falsafat negara.
Bagi IMM kehidupan berbangsa, bernegara, dan
bermasyarakat seyogiannya menjadi wujud pengalaman nilai-nilai
kemanusiaa, keislaman, dan keindonesiaan. Nilai-nilai itu
semestinya tersemat dalam diri setiap kader menjadi kepribadian,
karakter, dan perilaku yang mampu merepsentasikan nialai-nilai
islam yang hanif dan rahmat. Sehingga, kehadiran IMM sebagai
organisasi mahasiswa yang bercita-cita melahirkan akademisi
islami berakhir mulai.
Karakter cendekia yang dicita-citakan para pendiri IMM,
seharusnya mampu memberikan kontribusi positif terhadap
kepribadiann dan perilaku kader. Kader IMM harus mau terlibat
dalam baebagi bidang kehidupan dan bergumul dengan
masyarakat. Karena itulah sejatinya wujud gerakan intelektual
yang membumi dan autentik, yakni berdiri sendiri dan
berdasarkan pada kemurnian, keikhlasan, dan selalu
mengindahkan segala peraturan yang telah di tetapkan sebagai
komitmen yang terkadung di dalam enan penegasan.

G. Amal IMM dilakukan dan dibaktifkan untuk


Kepentingan Agama, Nusa, dan Bangsa
IMM yang memiliki rumusan ideologis yakni salah satunya
gerakan kepada kemasyarakatan. Kemudian ikut andil dalam
mengentas persoalan mkemanusiaan dengan arif, menampilkan
paradigma ramah, menggembirakan dakwahnya dengan fastabiqul
Khairat. Terlebih ditengah arus global dan hadirnya era disrupsi
inovasi (Disruption Innovation Era) yang semua dituntut serba
cepat, efeltif, solutif, IMM harus hadir di tengah era yang sangat
maju dan berkembang dalam segala bidang sosial-ekonomi,
hukum, industri ini, membuat persaingan naisonal global yang

9
sangat kompretif. Maka, peran IMM harus menjadi gardas
terdapat dalam merespons dan memaksimalkan perannya untuk
menjawab berbagai polenik, isu, dampak modernisasi, serta
menjawab tetang era.
Membumikan sprit Teologi Al Maum . Al Maum yang
terdapat di dalam Al Qur‘an yang menurut K.H Ahmad Dahlan
menyangkut tanggung jawab sosial. Yang kemudian berujung
pada gerakan sosial kemsayarakat yang memiliki peranan penting
dalam sejarah bangsa inodensia. Di sisi lain, bentuk kontrek dari
gerakan Al Maun ini adalah sikap Altrisma yang astinya sikap
perhatian kepedulian terhadap sesama manusia dilingkungan
sekitar kita, tidak acuh tak acuh. Sehingga menjadikan manusia
yang bermnfaat bagi manusia yang lain. Sikap ikhlas untuk umat
dan menenggelamkan sikap egoistik Nalar yang digunakan dan
dirawat Mbah Dahlan dan Generasi Muhammadiyah al awalun
adalah nalar altruisme. (Tanjung dkk, 2015-239)
Aspek yang bersifat pengorbanan ini sangatlah cocok dan
bagus jka diterapkan dalam individu hingga koleratif. Artinya,
disini sebagai kader IMM mesti menggelorakan gerkan dakwah
amar ma‘ruf nahi munkar (Q.s Ali Imran:104) , yaitu gerakan yang
menyeru kepada kebaikan, dan mencegh hal-hal yang mungkar,
seperti pada gerakan Filantropi (sikap kedermawanan kepada
sesama). selain itu, membumikan spirit untuk kader IMM untuk
berproses sebagai cendikiawan berpribadi. Cendikiawan
berpribadi menjadi corak khas IMM. Cendikiawan IMM harus
ditampilkan dengan baik oleh kader. Melalui apa? Seperti
menjalani jihad akademik sebagai langkah konkret seorang
cendikiawan, jihad konstitusi, diskusi/kajian mengenai
perkembangan ilmu pengetahuan, serta mampu mengikuti
kegiatan-kegiatan pemberdayaan masyarakat baik di tataran
daerah, nasioanl, hingga globa. Hal diatas sebagai memaksimalkan
peran IMM yang memiliki arah gerak (keagamaan, mahasiswaan,
kemasyarakatan) untuk berproses dalam rangka mewujudkan
masyarakat ilmu, dan msayrakat berkemajuan.

10
Teringkat ucapan Haedar Nashir (dalam Amirullah,
dkk,2018:225), beliau mengungkapnya bahwa , ideologi
Muhammadiyah selaku ayah kandung IMM yaitu lebih memilih
perjuangan dkawah pembinaan masyarakat dari pada konteks
gerakan sosial keumatan dan kemasyarakatan ialah ideologi islam
pembebasan.
Maka dari itu, muhammadiyah memilih dan mengesakan
perjuangan dakwah non politik yang menekankan pad gerakan
sosial yang berbasis pembinaan masyarakat. Tentu ini sebagai
anak Muhammadiyah, begitupula IMM juga harus sigap dan siap
juga dalam dakwah sosial kemanusiaan. Garis perjuangan dakwah
IMM dalam hal ini, menjadi komitmen dan konsisten dalam
pelaksanaannya. IMM bergerak dalam ranah kemsyarakatan
sebagai respons persoalan kamanusiaan yang hadir hingga kini.
Persoalan di tahun 2019 ini semakin kompleks, dan sebagai kader
IMM seyogianya berupaya untuk kemudian merespon persoalan
dengan arif.

H. Kesimpulan
IMM dituntut umtuk lebih peduli terhadap permasalahan
yang ada di lingkup internal maupaun eksternal (indonesia), baik
permasalahan sosial, ekonomi, politik, hukum, dan lainnya.
Terdapat tigas kompetensi dasar yang diharapkan terdapat dalam
tubuh kader IMM yaitu religius, intelektual dan humanitas. Dalam
pengalaman harus bersinergi diantara ketiganya, agar tercipta
sebuah kesimbangan. Religiustitas dan humanitas bila tidak
diberangi dengan intelektualitas maka kader IMM maka akan
bekerja dengan tidak terarah. Intelektualitas dan humanitas bila
tidak dibarengi dengan religiusitas maka akan menjadi hampa.
Bagi IMM, kehidupan berbangsa, bernegara, dan
bermsayrakat menjadi wujud pengalaman nikai-nilai kemanusiaan,
seislaman, dan keindoensiaan. Nilai-nilai itu semestinya tersemat
dalam diri setiap kader menjadi kepribadian karejter, dan perilaku
yang mampu merepsentasikan nilai-nilai islam yang hanif fan
rahmat sehingga, kehadiran IMM mampu menjad bagian inti dari

11
masyarakat (masyarakat utama), tentu, dalam kehidupan
berbangsa dan bernegara IMM berpegang teguh kepada nilai-nilai
moeral dan undang-undang yang menjadi ukuran bagi masyarakat
indonesia jelas sekali bahwa IMM sebagai organisasi mahasiswa
yang bercita-cita melahrikan akademi islam berakhlak mulia.
Maka dari itu, Muhmmadiyah memilih dan menegsakan
perjuangan dakwah non politik yang menekankan pada gerakan
sosial yang berbasis pembinaan masyarakat. Tentu ini sebagai
anak Muhammadiyah. Begitupula IMM juga harus sigap dan siap
juga dalam dakwah sosial kemanusiann. Garis perjuangan dakwah
IMM dalam hal ini, menjadi komitmen dan konsisten dalam
pelaksanaanya. Sebagaimana tertuang dalam Triologi IMM, salah
satunya kemasyarakatan. IMM bergerak dalam ranah
kemasyarakatan sebagai respons persoalan kamunusiaan yang
akan hadir hingga kini. Persoalan di tahun 2019 inisemakin
komplek, dan sebagai kader IMM seyongiannya berupaya untuk
kemudian merespons persoalan dengan arif.

12
Intelektual Profetik IMM
Oleh: Aljupri Hanapi
PC IMM Kabupaten Pohuwato

A. Pendahuluan
Pada umumnya, gerakan mahasiswa dari dulu hingga
sekarang telah mengalami pasang surut dalam menyikapi realitas-
realitas social yang terjadi di masyarakat, akibat perubahan dari
zaman ke zaman yang tidak dapat diindahkan. Dan hal yang sama
pun terjadi pada semua organisasi-organisasi kemahasiswaan dan
terkhusus di kalangan IMM itu sendiri. Untuk mengawal
perubahan-perubahan yang terjadi di kalangan IMM dan
masyarakat, tentunya membutuhkan daya nalar dan kritis dari
para kader IMM.
Dalam rentang waktu yang mendekati 47 tahun, IMM telah
menjadi bagian dari perjalanan bangsa ini, dan telah banyak
mengukir prestasi besar dalam kehidupan berbangsa dan
bernegara dimana IMM menjadi salah satu saksi dan pelaku
sejarah. Dulu ketika masih seumur jagung dengan jumlah anggota
yang tidak banyak, IMM sudah tampil di garda terdepan bersama
elemen bangsa yang lain melakukan perlawanan terhadap aksi
perorongrongan Negara ala PKI, melawan berbagi praktek
kebijakan pemerintah yang tidak pro terhadap rakyat serta
menggiatkan diri mengasah kemampuan untuk mempersiapkan
kepemimpinan bangsa ke depan.
Kini di usianya yang sudah matang dan dengan jumlah kader
yang semakin banyak dan tersebar di seluruh penjuru negeri,
IMM tetap tampil di garda terdepan untuk menjadi inspirasi
pembebasan, pencerahan,serta perlawanan atas tatanan bangsa ini
yang sedang jumud. Yang ragamnya merentang dari korupsi yang
membudaya, kolusi yang menggurita, rasa malu yang sirna, hutang
yang menumpuk, pengangguran yang semakin melonjak, angka
kemiskinan yang semakin meningkat.
Jika melihat konteks sejarahnya, semestinya IMM (Ikatan
Mahasiswa Muhammadiyah mampu melahirkan banyak

13
intelektual di zamannya, kaum intelektual yang selalu bergerak
dengan agenda perubahan pembaharuannya. Individu-individu
yang progresif dan produktif dengan konsep, model, pola, strategi
maupun taktik perjuangan akan perubahan zamannya. Tetapi
mengapa kesan tersebut seakan lenyap, dan hanya sebatas
kenangan saja. Kelahiran IMM yang di dorong oleh karakteristik
historisnya, merupakan modal untuk membangun dan
memperkokoh identitasnya sebagai gerakan mahasiswa islam yang
memiliki peran sebagai garda depan untuk melakukan liberasi atas
ketertindasan dan kemiskinan umat, melakukan humanisasi untuk
pencerdasan bangsa serta melakukan upaya-upaya transendensi
sebagai penegakan nilai-nilai ketuhanan(nilai-nilai islam) dimuka
bumi ini. Apalagi dalam ruangan yang tanpa batas ini, identitas
baik kelompok maupun individu semakin kabur dan tidak jelas,
termasuk di dalamnya gerakan mahasiswa.
Dalam kapasitas inilah, IMM perlu memperkuat kembali
identitasnya sebagai khalifatullah dengan menginternalisasikan
nilai-nilai sejarah yang telah diukirnya dalam mewujudkan misi
kekhalifahan tersebut, sebagaimana paradigma awal berdirinya
IMM.

B. Paradigma Gerakan Intelektual IMM Masa Kini dan


Mendatang
Saat ini tidak dapat dipungkiri bahwa gerakan mahasiswa
mengalami masa dipersimpang jalan.Banyak pihak beropini
bahwa terjadi kemunduran ―kualitas‖ gerakan mahasiswa, bila
dibandingkan angkatan gerakan mahasiswa yang sekarang jadi
pejabat negeri ini. Dalam hal ini tentunya secara umum tidak
terkecuali menimpa Ikatan, namun dengan beberapa kekhususan
akar masalah.
Kalau kita rujuk sejumlah dokumen yang dihasilkan IMM
dari muktamar ke muktamar, banyak keputusan-keputusan yang
cukup strategi.Tetapi bagaimana melaksanakan keputusan-
keputusan yang dimaksud tentu tidak mudah. Untuk
merealisasikan keputusan-keputusan organisasi tersebut masih

14
diperlukan upaya pencarian strategi-strategi baru yang aplikabel,
masih diperlukan upaya pembaruan strategi yang dinilai usang
agar menjadi segar, efektif, canggih, tajam, mendasar dan penuh
dengan nuansa-nuansa kemajuan yang mampu memenuhi
harapan-harapan umat masa kini dan masa mendatang.
Manakalah pola-pola strategis gagal diupayakan, tidak perlu
ditangisi jika pada kurun-kurun waktu mendatang IMM tidak saja
semakin loyo dan lamban bergerak, tetapi lebih dari itu IMM akan
ditinggalkan anggotanya atau para kadernya, ditinggalkan Umat
dan mata rantai sejarahpun akan menjau, berpaling dari
keberadaan IMM..
Untuk menghindari tragedi yang tidak mustahil akan terjadi
itu, perlu adanya strategi yaitu, pertama, IMM harus mampu
menampilkan paradigma yang tepat tentang dirinya serta mampu
memahami paradigma tersebut secara tepat, yang kemudian di
terjemahkan secara proporsional dalam realitas objektif di
tengah-tengah komunitas sosialnya. Kedua, IMM harus mampu
menorobos sekat-sekat eksklusivisme yang telah semakin kokoh
menjeratnya
Tinjauan paradigma tentang eksistensi IMM, secara literal,
sudah terkonsepsikan dalam identitasnya yang terdiri dalam enam
poin yakni: 1) sebagai kader yang di dukung kualitas,2)
memadukan akidah dan intektualitas,3) tertib ibadah, 4) tekun
belajar,5) ilmu amaliah dan amal ilmiah, dan 6) untuk kepentingan
masyarakat.
Pada dasarnya dapat dikemukakan bahwa IMM adalah
organisasi mahasiswa yang mendasarkan diri pada tiga ranah
penting, kemahasiswaan (basis intelektualitas), kemasyarakatan
(basis humanitas), dan keagamaan (basis religiusitas, yang
ketiganya memiliki keterkaitan yang satu dengan yang lainnya
dalam menciptakan paradigma gerakan intelektual ikatan. Ketika
paradigama ini kurang mampu untuk dipahami secara
proporsional, maka akan memberikan peluang bagi kegagalan
untuk menerjemahkannya di pentas sejarah..dan IMM akan terus
merangkak tertatih-tatih.

15
Untuk memperteguh beberapa rumusan gerakan
intelektual tersebut, paling tidak bahwa gerakan yang intelektual
yang dapt di kembangkan oleh IMM adalah sebagai berikut;
Pertama, meneguhkan prinsip kesadaran tauhid.Peradaban
dunia yang di bangun Umat manusia dewasa ini telah kehilangan
nilai ketuhanannya (teosentrisme) bahkan mengarah kepada
orientasi kemanusiaannya (antroposentrisme). Akibatnya, nasib
kemanusiaan terancam oleh proses dehumanisasi sebagai akibat
dari antroposentrisme. Sehingga, teoantroposentrisme menjadi
sebuah keniscayaan orientasi hidup seseorang. Islam dijadikan
cara pandang, spirit, dan motivasi. Dengan kesadaran akhirat, kiai
Dahlan memperlajari surat Al-Ma‘un tentang pentingnya
pemihakan terhadap kaum mustad‘afin. Alquran dijadikan cara
pandang terhadap realitas, sebab dalam Al Qur‘an pada
hakekatnya menyimpan prinsip-prinsip kehidupan yang wajib
untuk di pegang.
Kedua, menggunakan daya nalar intelektualnya untuk
berfikir bebas.Sebab, seorang intelektual memilki karakter untuk
dapat berfikir bebas tanpa adanya tekanan dari sistem, orang lain,
maupun dorongan kelompok tertentu.Inilah intelektual murni,
berdiri sendiri, tidak memilki afiliasi dengan kepentingan politik
duniawi yang kotor.
Ketiga, mengusung pijar-pijar kebenaran.Pijar kebenaran
adalah tanggung jawab moral kaum intelektual dari kalangan
Mahasiswa.Muhammad Hatta memandang bahwa kaum
intelektual memiliki tanggung jawab moral yang sangat besar
terhadap krisis yang terjadi di bangsa ini.Sepanjang pergolakan
sejarah bangsa, mahasiswa senantiasa melakukan peran intelektual
yang sangat mulia dengan menjadi penentu nasib bangsa ini.
Keempat, memperdalam nalar intektualitas. Menurut Robert
Nisbet, seorang intelektual memiliki kelebihan bila di bandingkan
dengan filsuf dan sarjana. Seorang filsuf memiliki pikiran-pikiran
yang mendalam (profundity,seorang sarjan memiliki pikiran-
pikairan yang tajam dan total(depth and trhougness), sedangkan
seorang intelektual memiliki pikiran-pikiran yang berabakat

16
(briliaance). Seorang intelektual yang dapat menggunakan dan
memanfaatkan daya bakatnya (brilliance),dengan baik maka dia
dapat memiliki sifat-sifat yang dimiliki oleh sarjana ataupun filauf.
Untuk memperdalam nalar intelektual ini, IMM dapat
memperluas dan menyediakan ruang-ruang pengembangan basis
nalar intelektual.Ruang baca di buka lebar, ruang pikiran di
semarakkan, dan ruang tulis dibudayakan sebagai bentuk
aktualisasi nalar keilmuan tersebut.Tidak ada yang tidak mungkin
untuk dilakukan, sebab bila ada kemauan yang tinggi untuk
memnbangun IMM, dengan daya bakat yang dimilkinya, ruang-
ruang pengembangan basis tersebut dapat dilakukan dengan
baik.Pengembangan ruang basis nalar intelektual tersebut,
menjadi sangat penting.Ruang baca membuat kader IMM peka
terhadap realitas dunia, ruang piker mempertajam nalar
intelektual, sedangkan tulis meneguhkan gerkan intelektual.
IMM memerlukam gerakan intelektual sebagai basis
khusus dalam mengemban visi ama ma‟ruf nahi mungkar. Namun
demikian, upaya ini harus disokong dengan sistem kaderisasi yang
mengarah kepada basis tersebut.Seba kaderisasi merupakan kunci
utama dalam membentuk kader ikatan. Eksternalisasi tetap
dilakukan dengan menjadi bagian terhadap penentu nasib bangsa
ini dengan bekal nalar intelektual yang dimiliki, namun
internalisasi dengan penanaman ideology terhadap kader sesuai
paradigma awal tetap harus diteguhkan.( Sketsa Gerakan
Intelektual IMM.

C. IMM dan Peradaban Profetik


Dalam narasi gerakan mahasiswa, Ikatan Mahasiswa
Muhammadiyah telah mengisi ruang sejarah tersebut dengan
corak yang khas, sebagai gerakan mahasiswa Islam yang berwatak
tajdid-progresif. Namun, arah gerak perubahan tersebut,
sepertinya masih berkutat pada watak gerakan yang belum
mampu mentrasnformasi nilai-nilai yang fundamental yang
bersumber dari penafsiran nilai-nilai Islam yang kritis-iberatif.

17
Sejatinya, nilai sejarah pergerakan mahasiswa dikonstruksi
berdasarkan pilar linkage-nya dengan ruang sejarah yang dilaluinya.
Sehingga, ia lahir sebagai kreator bagi sebuah rekayasa peradaban
dan tidak hanya mampu menorehkan sejarah tanpa orientasi
(sekadar reaktif). Dalam hal ini, seharusnya ia mampu menjadi
identitas yang bersinergi sekaligus menjadi pewarna bagi entitas
lain dalam raung sejarah tersebut.
Dalam konstruksi peradaban tersebut, setidaknya kita
memiliki sebuah postulat pemahaman mengenai arah peradaban
yang dicita-citakan.Sebagai salah satu rujukan monumental,
Rasulullah Saw.telah mewariskan sebuah konstruksi peradaban
yang berbasis nilai Islam. Hal ini digambarkan oleh Robert N.
Bellah dalam Beyond Belief, bahwa konstruksi peradaban yang
dibangun oleh Rasulullah dalam model masyarakat madani di
Madinah al-Munawwarah, merupakan model peradaban yang
secara nilai dan praksis telah memanifestasikan nilai-nilai
keadilan, toleransi, terbuka, dan menjunjung tinggi nilai-nilai
humanis. Hanya saja, konstruksi peradaban ini begitu maju
melampaui batas sejarah, sehingga pasca Rasulullah, tidak tersedia
sebuah modal sejarah yang mampu menopang arah rekayasa
peradaban tersebut.
Sisi lain, juga terdapat beberapa gambaran alternatif
menganai konstruksi peradaban. Konsep civil society, merupakan
sebuah model masyarakat yang berdaulat, dengan kesadaran akan
hak-hak dan kewajibannya. Peradaban (civilization) menurut
Raymond Williams adalah suatu kondisi sosial-masyarakat
organik, yang berbeda dengan model masyarakat yang mekanik
(Samuel P. Huntington,The Clash Of Civilization, 1996). Peradaban
ini, memiliki konsentrasi pada : Pertama, eksistensi tunggal dan
plural yang menyatu dan saling menyapa dalam bingkai
harmoni. Kedua, Kultur, yang selalu menorehkan spirit
kemanusiaan yang terimplementasi dalam kebudayaan yang
terbuka dan penuh toleransi. Gambaran ini sejalan dengan
konsep Masyarakat Madani yang dipopulerkan oleh mantan Wakil
Perdana Menteri Malaysia DR. Anwar Ibrahim.

18
Gambaran arah konstruksi peradaban tersebut, umumnya
mengandung nilai-nilai yang ideal, serta meniscayakan suatu
perubahan yang terus menerus secara progresif (transformasi).
Hanya saja, dalam rekaman sejarah model-model perubahan itu,
selalau menampakan wajah yang pro-establishment, kontra-
establishment, konstruksi dan dekonstruksi. Huntington,
memaparkan model-model perubahan dalam transisi demokrasi
menuju demokrasi di Amerika Latin dalam model transplacement,
replacement, dan transformation (The Waves Of
Democratization). Atau dalam kajian ilmu sosial perubahan itu
memiliki paradigma: evolusi, revolusi dan transformasi.
Tahapan-tahapan perubahan tersebut, hendaknya
medapatkan kajian yang kritis dan mendalam terutama dalam
memandang dunia Islam. Dalam Islam, perubahan itu,
sesungguhnya sangat dipengaruhi oleh pandangan teologis. Hal
ini tergambar dalam fakta empiris masyarakat Islam, yang
mengalami pasang-surut sejarah.
Kuntowijoyo, dalam tesis monumentalnya, mengurai teori
Tiga Tahap Augus Comte dalam tahapan kesadaran keagamaan
umat Islam, yaitu Mitos, Ideologi, dan Ilmu.Elaborasi gagasan ini
sangat tepat dalam menggambarkan terhadap model perubahan
masyarakat Islam, terutama dalam konteks masyarakat
Indonesia.Gagasan ini hendaknya merefleksi umat Islam dalam
menangkap pesan sejarah perubahan, sehingga kita tidak hanya
mampu mengisi sejarah, namun mampu memainkan dan
membuat sejarah dengan penuh kesadaran.Fase ini, merupakan
kunci utama dalam tahapan konstruksi peradaban Islam, yang
menurut Kuntowijoyo sebagai Peradaban Profetik, dimana
agama telah menyatu dalam kehidupan manusia.
Dalam gagasan perubahan ini, yang menjadi kunci utama
adalah lahirnya aktor, sebagai agentperubahan.Salah satu aktor
penting dalam sejarah perubahan adalah generasi muda sebagai
tulang punggung perubahan.Mahasiswa sebagai bagian dari
generasi muda tersebut, hendaknya tidak kehilangan spirit
perubahan dalam memandang sejarah yang dialektis-historis.

19
IMM sebagai organisasi mahasiswa Islam, memiliki tanggung
jawab sosial yang besar dalam memainkan arah rekayasa
perubahan, menuju bangunanan peradaban progresif. Diusianya
yang ke-41 tahun, IMM memiliki tanggungjawab sejarah yang
besar dalam melahirkan aktor-aktor kritis-progresif, ditengah
keterpurukan bangsa Indonesia yang mengalami krisis multi-
dimensional.
Lahirnya kader-kader progresif tersebut, merupakan
keniscayaan dalam membangun peradaban baru bagi bangsa
Indoneisa, sebab bukan hanya akan menghadapai tantangan dari
luar, berupa neo-liberalisme yang merupakan bagian dari neo-
imferialisme, tetapi juga para penguasa yang dhalim, yang tidak
berpihak pada rakyat kecil. Michael Porter (Ekonom AS)
mengatakan bahwa bangkitnya suatu bangsa membutuhkan
modal sosial, berupa kesadaran masyarakat dalam membangun
bangsanya.
Membangun kesadaran masyarakat, khususnya dalam
konteks ke-Indonesiaan bukanlah sebuah pekerjaan
mudah.Masyarakat Indonesia adalah masyarakat dengan penyakit
amnesia politik, warga bangsa ini sangat mudah melupakan
peristiwa masa lalu ataupun dosa masa lalu sehingga kesalahan
dalam memilih pemimpin ataupun untuk menciptakan sebuah
tata sosial kehidupan yang beradab tidak terwujud hingga saat ini.
Maka peranan organisasi sosial yang berbasis kaum intelektual
seperti IMM sangatlah penting untuk mengkonstruk masa depan
umat dan bangsa tercinta.
Trilogi gerakan, intelektualitas, humanitas, dan spiritualitas
IMM merupakan penegasan identitas gerakannya sebagai
lokomotif dakwah yang modernis. IMM tidak saja lahir sebagai
jawaban gerakan mahasiswa yang reaktif bahkan pragmatis, juga
sebagai gerakan dakwah amar ma‘ruf nahi munkar Persyarikatan
Muhammadiyah bagi kalangan akademisi.
Berangkat dari culture gerakan intelektual sebagai fondasi
gerakan mahasiswa baik sebagai gerakan pemikiran maupun aksi
sosial, maka IMM mengusung ide pencerahan intelektual sebagai

20
langkah awal untuk pencerahan peradaban. Ide pencerahan
peradaban lahir sebagai jawaban akan keresahan masyarakat dunia
terhadap hegemoni peradaban barat yang kapitalistik-materialistik
yang secara nyata menjerumuskan manusia-manusia modern hari
ini menjadi teraleniasi dari nilai-nilai sejatinya sebagai manusia.
Masyarakat menjadi pragmatis dan melupakan eksistensinya
sebagai Khalifatun Fill Arr, untuk memakmurkan bumi dan
seluruh penghuninya.Upaya membangun culture intelektual telah
dilakukan oleh IMM sejak awal kelahirannya 14 tahun yang silam,
yang sendirinya mempertegas identitas gerakan IMM sebagai
gerakan intelektual dan spiritual.
Culture intelektual yang dibangun oleh IMM dalam berbagai
dimensi, menjadi upaya untuk membentuk insan-insan akademisi
yang tidak hanya memiliki kecerdasan intelektual an sich tetapi juga
bangunan aqidah yang kokoh sehingga gerakan yang dibangun,
baik itu gerakan pemikiran maupun aksi sosial tidak akan
tercerabut dari aqidah Islam sebagai ideologi gerakannya. Aktivis
Islam modern hari ini, harus kembali mengkaji lebih dalam dan
mengelaborasi khazanah intelektual pemikir-pemikir Islam masa
lalu yang telah lama ditinggalkan oleh umat Islam, sambil
melakukan kajian etis-kritis terhadap pemikiran-pemikiran yang
dikembangkan oleh para intelektual barat sebagai bagian untuk
membangun culture intelektual.
Kultur intelektual diarahkan pada upaya menumbuhkan nilai-
nilai intelektual mahasiswa dan kader, melahirkan metode gerakan
yang lebih sistematis, terencana, dan sustainable sebagai gerakan
perubahan sosial ditengah-tengah masyarakat. Selain itu culture
intelektual akan melahirkan sebuah ciri khas gerakan mahasiswa
khususnya IMM sebagai gerakan intelektual-spiritual atau
intelektual profetik yang senantiasa dinamis untuk menjawab
berbagai persoalan, baik itu ditingkat lokal, nasional bahkan
internasional.
Aktivis yang memiliki intelektualitas dan spiritualitas
sekaligus tentu adalah prototipe aktivis IMM yang sesungguhnya,
yakni aktivis yang memiliki wawasan intelektual dan ketajaman

21
analisis yangdibangun diatas fondasi aqidah Islam yang kokoh
menjadikan IMM sebagai gerakan mahasiswa yang hampir
sempurna untuk meneruskan perjuangan rasulullah yang telah
berhasil menciptakan rumah peradaban yang menetramkan tidak
saja bagi umat Islam tetapi bagi seluruh masyarakat yang ada pada
masanya.
Maka intelektualitas tidak hanya menjadi simbol gerakan
tetapi ia harus menjadi kebiasaan, bagian dari hidup keseharian
para aktivitis IMM khususnya, ia harus terinternalisasi dan
terkristalisasi serta menjadi identitas gerakan yang senantiasa terus
digelindingkan untuk menjawab berbagai persoalan kebangsaan.
Ketika intelektualitas telah menjadi gerakan itu sendiri maka
itulah saat yang tepat dimana gerakan IMM hadir sebagai gerakan
yang mencerahkan peradaban dan seluruh penghuni bumi
termasuk didalamnya aktivis IMM dan Muhammadiyah sebagai
payung pencerahan itu sendiri. Generasi IMM masa awal telah
memulai, maka mari kita generasi IMM hari ini untuk secara
bersama-sama mengambil peran untuk mencerahkan diri dan
masyarakat untuk lahirnya peradaban yang membawa
kesejahteraan bagi seluruh umat manusia yang diatas muka bumi.

G. Kesimpulan
Dapat ditelaah melalui pembahasan tersebut bahwa di dalam
pengembangan peradaban Intelektual Profetik karena sangat
disadari tak pernah terlepas dari gerakan IMM yang sangat
mengutamakan spiritual sehingga peradaban intelektual profetik
bisa dicapai melalui pencerahan aktivitas pemikiran yang mampu
untuk menghadirkan wajah perubahan yang bisa menjadi acuan
bahwa peran IMM sebagai Organisasi dakwah ini bisa bersaing
dalam melakukan perubahan yang mampu merubah kehidupan
Umat dan bangsa.

22
Kepemimpinan dalam Islam
Oleh : Fitriani B. Djanan
PC IMM Kabupaten Buol

A. Pendahuluan
Manusia adalah makhluk sosial yang tidak dapat hidup
sendiri. Dalam hidup, manusia selalu berinteraksi dengan sesama
serta dengan lingkungan. Manusia hidup berkelompok baik dalam
kelompok besar maupun dalam kelompok kecil. Hidup dalam
kelompok tentulah tidak mudah. Untuk menciptakan kondisi
kehidupan yang harmonis anggota kelompok haruslah saling
menghormati dan menghargai. Keteraturan hidup ini perlu saling
dijaga. Hidup yang teratur adalah impian setiap insane.
Menciptakan dan menjaga kehidupan yang harmonis adalah tugas
manusia.
Manusia adalah makhluk Allah SWT. yang paling tinggi
dibanding makhluk Allah SWT. yang lainnya. Manusia di
anugerahi kemampuan untuk berpikir, kemampuan untuk
memilah dan memilih mana yang baik dan mana yang buruk.
Dengan kelebihan itulah manusia seharusnya mampu mengelola
lingkungan dengan baik. Allah SWT menjadikan manusia sebagai
khalifah dimuka bumu hanya untuk menyembah dan beribadah
kepada-Nya. Mengerjakan segala perintah-Nya, mulai dari shalat,
puasa, zakat, dan segala hal yang mendatangkan kemaslahatan
bagi diri manusia itu sendiri dan menjauhi larangan-Nya agar
dapat mencegah kerusakan dimuka bumi.
Tidak hanya lingkungan yang perlu dikelola dengan baik,
kehidupan sosial manusia pun perlu dikelola dengan baik. Untuk
itulah dibutuhkan sumber daya manusia yang berkualitas. Sumber
daya yang berjiwa pemimpin, paling tidak untuk memimpin
dirinya sendiri. Dengan berjiwa pemimpin, manusia akan dapat
mengelola diri, kelompok dan lingkungan dengan baik.
Khususnya dalam penanggulangan masalah yang relative pelik
dan sulit. Disinilah dituntut kearifan seseorang pemimpin dalam

23
mengambil keputusan agar masalah dapat terselesaikan dengan
baik.

B. Pengertian Kepemimpinan Menurut Islam


Kata modern “to lead” jelas diambil dari ekspresi Viking.
Pada masa sekarang ini kita menggambarkan beberapa organisasi
yang berisi kumpulan dan aliran ―pengetahuan‖ dan ―informasi‖
serta dijalankan oleh ―pekerja pengetahuan‖. Ada banyak definisi
tentang kepemimpinan. Tetapi bagi kita, secara mendasar
leadership berarti mempengaruhi orang. Ini merupakan definisi
yang luas dan termasuk didalamnya bermacam-macam perilaku
yang diperlukan untuk mempengaruhi orang lain. Sebagian besar
prespektif leadership memandang pemimpin sebagai sumber
pengaruh. Pemimpin dalam memimpin pada dasarnya
mempengaruhi dan para pengikutnya mengikuti.
Pemimpin untuk abad millennium adalah pemimpin
sebagaimana dalam firman Allah SWT. Dalam surat An-Nur (24)
ayat 55, yang artinya: “Dan Allah telah berjanji kepada orang-orang
yang beriaman diantara kamu dan mengerjakan amal-amal yang saleh
bahwa dia sungguh-sungguh akan menjadikan mereka berkuasa dibumi,
sebagaimana Dia telah orang-orang sebelum mereka berkuasa, dan sungguh
Dia akan meneguhkan bagi mereka agama yang telah diridhai-Nya untuk
mereka, dan Dia benar-benar akan menukar (keadaan) mereka, sesudah
mereka berada dalam ketakutan menjadi aman sentosa. Mereka tetap
menyembah-Ku dengan tiada mempersekutukan sesuatu apapun dengan
Aku. Dan barangsiapa yang (tetap) kafir sesudah (janji) itu, maka mereka
itulah orang-orang yang fasik. (An-Nur (24):55). (Veithzal Rivai,
2004).
Kepemimpinan adalah pengaruh yang efektif.
Kepemimpinan adalah meyakinkan orang lain untuk memperbaiki
minta-minta mereka sendiri dan dia mau menerima tujuan-tujuan
dari satu kelompok seperti miliknya sendiri. (Dachel Kamars,
2005)
Imam Ali bin Abi Thalib mendefinisikan keadilan sebagai
menempatkan sesuatu pada tempatnya yang layak. Keadilan bak

24
hukum umum yang dapat ditetapkan kepada manajemen dari
urusan masyarakat. Keuntungannya bersifat universal dan serba
mencakup. Ia sautu jalan raya yang melayani semua orang setiap
orang.
Jelaslah kata leadership sendiri merupakan muatan nilai.
Kita biasanya memikirkan kata tersebut dengan positif, yaitu
seseorang yang mempunyai kapasitas khusus. Sebagian besar dari
kita akan menjadi seorang pemimpin dari pada seorang manejer,
atau seorang pemimpin daripada seorang politikus. Sering kata
leadership mengacu pada peran daripada perilaku.
Menurut Murtadha Muttahari, umat manusia berbeda
dalam hal keimanan dan kesadaran mereka akan akibat dari
perbuatan dosa. Semakin kuat iman dan kesadaran mereka untuk
berbuat dosa. Jika derajat keimanan telah mencapai intuitif
(pengetahuan yang didapat tanpa melalui proses penalaran) dan
pandangan batin, sehingga manusia mampu menghayati
persamaan antara orang melakukan dosa dengan melemparkan
diri dari puncak gunung atau meminum racun, maka
kemungkinan melakukan dosa pada diri yang bersangkutan akan
menjadi nol. (Murtadha Muttahari, 2002)
Pada dasarnya kepemimpinan mengacu pada suatu proses
untuk menggerakkan sekelompok orang menuju kesuatu tujuan
yang telah ditetapkan atau disepakati bersama dengan mendorong
atau memotivasi mereka untuk bertindak secara yang tidak
memaksa. Dengan kemampuannya seorang pemimpin yang baik
mampu menggerakkan orang-orang menuju tujuan jangka
panjang dan betul-betul merupakan upaya memenuhi kepentingan
mereka yang terbaik. Tujuan tersebut bisa bersifat umum, seperti
menyebarkan ilmu yang bermanfaat keseluruh dunia, atau khusus
seperti mengadakan konferensi mengenai isu tersebut. Apapun
cara yang dilakukan pemimpin hasilnya haruslah memenuhi
kepentingan terbaik orang-orang yang terlibat dalam tujuan
jangka panjang yang nyata.
Dengan demikian kepemimpinan dapat dikatakan sebagai
peranan dan juga suatu proses untuk mempengaruhi orang lain.

25
Pemimpin adalah anggota dari suatu perkumpulan yang diberi
kedudukan tertentu dan diharapkan dapat bertindak sesuai
dengan kedudukannya. Seorang pemimpin adalah juga seesorang
dalam suatu perkumpulan yang diharapkan dapat menggunakan
pengaruhnya untuk mewujudkan dan mencapai tujuan kelompok.
Sehingga dapatlah dikatakan bahwa seorang pemimpin yang jujur
ialah seorang yang memimpin dan bukan seorang yang
menggunakan kedudukan untuk memimpin. (Veithzal Rivai,
2004)
Selain itu kepemimpinan juga adalah kemampuan untuk
menjalankan pekerjaan melalui orang lain dengan mendapatkan
kepercayaan dan kerja sama. Hampir semua aspek pekerjaan
dipengaruhi dan tergantung pada kepemimpinan. Terdapat
sejumlah faktor yang mempengaruhi efektivitas kepemimpinan
yang meliputi latarbelakang pemimpin tersebut, pengalaman,
harapan terhadap kebijakan dan prosedur organisasi,
kecenderungan umum industry dan norma-norma sosial.

C. Pemimpin Efektif
Pada dasarnya pemimpin yang efektif itu lahir dari suatu
proses sejak meciptakan wawasan, mengembangkan strategi,
membangun kerja sama dan mampu bertindak, sehingga indikator
pemimpin yang efektif adalah:
1. Mereka yang mampu menciptakan wawasan dan wacana untuk
masa depan dengan mempertimbangkan kepentingan jangka
panjang kelompok yang terlihat.
2. Mereka yang mampu mengembangkan strategi yang rasional
untuk menuju kearah tercapainya wawasan tersebut.
3. Mereka yang mampu memperoleh dukungan dari pusat
kekuatan dalam hal kerja sama, persetujuan, kerelaan atau
kelompok kerjanya dibutuhkan untuk menghasilkan
pergerakan itu.
4. Mereka yang mampu memberi motivasi yang kuat pada
kelompok inti yang tindakannya merupakan penentu untuk
melaksanakan strategi.

26
Tidak ada formula yang tepat bagaimana menjadi pemimpin
efektif, tetapi beberapa penelitian menyeroti beberapa poin yang
berguna, yaitu:
1. Pelatihan. Atasi kekurangan-kekurangan melalui pelatihan-
pelatihan yang sesuai. Pelatihan dalam bidang public speaking,
pengambilan keputusan, pemecahan masalah, meningkatkan
keyakinan diri dan sejenisnya telah tersedia secara luas.
2. Gaya. Buatlah gaya yang sesuai dengan kombinasi situasi, tugas
dan keterlibatan manusianya. Mempertahankan fleksibilitas
yang memungkinkan anda untuk menyesuaikan gaya anda
dengan situasi.
3. Bawahan. Mereka ingin diperlakukan sebagai individu yang
cakap. Ciptakan suasana yang mendukung pencapaian
pekerjaan mereka dan kebutuhan pribadinya.
4. Sifat dasar pekerjaan. Sesuaikan diri dengan hakikat pekerjaan.
Kepemimpinan anda harus menyesuaikan diri dengan tugas.
Berkaitan dengan uraian diatas bagaimana caranya agar
kepemimpinan seseorang menjadi lebih efektif, menurut Chris
Chittenden dari Gaia Consulting Group Pty Ltd bahwa
kepemimpinan efektif adalah mampu menempatkan orang-orang
sehingga mereka tidak bekerja menurut kehendaknya masing-
masing. Terdapat banyak segi terhadap kepemimpinan yang besar
dan mengkalim bahwa mereka itu semua adalah didasari adanya
hubungan jaringan antar pemimpin. Landasan dari hubungan
efektif adalah kepercayaan yang diletakkan diatas segala-galanya.
Untuk menjadi pemimpin yang efektif maka harus dapat
dipercaya dan mampu membangun kepercayaan antara yang satu
dengan yang lain. (Veithzal Rivai, 2004)
Seorang pemimpin yang efektif melihat organisasi sebagai
sebuah jaringan hubungan dan memiliki keterampilan
konvensioanal untuk membangun jaringan tersebut. Mereka
mengerti bahwa pembicaraan yang tepat pada waktu yang tepat
dalam suasana yang mendukung akan membangun hubungan.
Mereka juga mengerti bahwa pembicaraan yang salah akan
merusak mereka.

27
Pemimpin yang efektif memahami bahwa untuk mengelola
apa yang seahrusnya ada, mereka harus menginterupsi jadwal yang
padat dalam rangka memperoleh kemungkinan-kemungkinan.
Mereka perlu keluar dari tekanan yang muncul dari tekanan yang
muncul setiap hari untuk melihat hutan dedaunan. Mereka juga
menyadari bahwa rincian akan menghasilkan kesempatan bahwa
makin detail rinciannya maka makin besar potensinya untuk
belajar dan mentransformasi.
Oleh karena itu mereka tidak menghukum atas kesalahan,
tetapi melihatnya sebagai peluang untuk belajar dan tumbuh.
Pemimpin yang efektif mampu mengantisipasi atau menciptakan
perubahan paradigm dimana organisasinya dijalankan. Pemimpin
yang efektif memiliki karyawan yang mempersonifikasi misi dan
nilai-nilai perusahaan, karyawan yang memiliki komitmen
terhadap keinginan yang harus dicapai perusahaan.

D. Ciri-ciri Pemimpin Menurut Islam


Rasulullah SAW. dalam sabdanya menyatakan bahwa
pemimpin suatu kelompok adalah pelayan pada kelompok
tersebut. Sehingga sebagai seorang pemimpin hendaklah dapat
dan mampu melayani serta menolak orang lain untuk maju
dengan ikhlas. Beberapa ciri penting yang menggambarkan
kepemimpinan islam adalah sebagai berikut:
1. Setia. Pemimpin dan orang yang dipimpin terikat kesetiaan
kepada Allah SWT.
2. Terikat pada tujuan. Seorang pemimpin ketika diberi amanah
sebagai pemimpin dalam melihat tujuan organisasi bukan saja
berdasarkan kepentingan kelompok, tetapi juga dalam ruang
lingkup tujuan islam yang lebih luas.
3. Menjunjung tinggi Syariah dan Akhlak Islam. Seorang
pemimpin yang baik bilamana ia merasa terikat dengan
peraturan islam, dan boleh menjadi pemimpin selama ia tidak
menyimpang dari syariah. Waktu ia melaksanakan tugasnya ia
harus patuh kepada adab-adab islam, khususnya ketika

28
berhadapan dengan golongan oposisi atau orang-orang yang
tidak sepaham.
4. Memegang Teguh Amanah. Seorang pemimpin ketika
menerima kekuasaan menganggap sebagai amanah dari Allah
SWT. yang disertai oleh tanggung jawab. Al-Quran
memerintahkan pemimpin melaksanakan tugasnya untuk Allah
SWT dan selalu menunjukkan sikap baik kepada orang yang
dipimpinnya.
5. Tidak sombong. Menyadari bahwa diri kita ini adalah kecil,
karena yang besar dan Maha Besar hanya Allah SWT. sehingga
hanya Allah-lah yang boleh sombong. Sehingga kerendahan
hati dalam memimpin merupakan salah satu ciri
kepemimpinan yang patut dikembangkan.
6. Dispilin, konsisten dan konsekuen. Merupakan ciri
kepemimpinan dalam islam dalam segala tindakan, perbuatan
seorang pemimpin. Sebagai perwujudan seorang pemimpin
yang professional akan memegang teguh terhadap janji, ucapan
dan perbuatan yang dilakukan, karena ia menyadari bahwa
Allah SWT. mengetahui semua yang ia lakukan bagaimana pun
ia berusaha untuk menyembunyikannya. (Veithzal Rivai, 2004)

E. Prinsip Kepemimpinan
Kepemimpinan menurut islam ialah sebagai berikut
(Veithzal Rivai, 2004):
a. Musyawarah.
Mengutamakan musyawarah sebagai prinsip yang harus
diutamakan dalam kepemimpinan islam. Al-Quran dengan
jelas menyatakan bahwa seorang yang menyebut dirinya
sebagai pemimpin wajib melakukan musyawarah dengan orang
yang berpengetahuan atau orang yang berpandangan baik.
Melalui musyawarah memungkinkan seluruh komunitas islam
akan turut serta berpartisipasi dalam proses pembuatan
keputusan, dan sementara itu pada saat yang sama musyawarah
dapat berfungsi sebagai tempat untuk mengawasi tingkah laku
para pemimpin jika menyimpang dari tujuan semula.

29
b. Adil
Pemimpin sepatutnya mampu memerlakukan semua orang
secara adil, tidak berat sebelah dan tidak memihak. Selain
memegang teguh prinsip keadilan sebagai dasar tegaknya
masyarakat islam, pemimpin organisasi islam juga sepatutnya
mendirikan badan peradilan internal atau lembaga hukum
untuk menyelesaikan berbagai perbedaan atau sengketa dalam
kelompok itu.
c. Kebebasan Berpikir
Akibat manusia tidak mengindahkan peringatan Allah SWT.
maka Allah SWT. berfirman dalam sratu Al khafi (18) ayat 54
yang artinya: ― dan sesungguhnya kami telah mengulang-ulangi
bagi manusia dalam Al-Quran ini bermacam-macam
perumpamaan. Dan manusia adalah makhluk yang paling
banyak membantah. (Al-Khafi (18):54). Pemimpin yang baik
adalah mereka yang mampu memberikan ruang dan
mengundang anggota kelompok untuk mampu
mengemukakan kritiknya secara konstruktif.

F. Gaya Kepemimpinan dalam Islam


Dalam islam gaya kepemimpinan ialah sebagai berikut
(Veithzal Rivai, 2004):
1. Pencari kegembiraan.
Mereka adalah orang-orang pengambil resiko ketika marah
menjadi agresif atau pasif, adalah pendiri atau pencipta,
memiliki artikulasi verbal dan banyak bicara, antusias,
termotivasi dan lain sebagainya.
2. Pencari rinci atau detail.
Mereka menanyakan bagaimana, akan menanyakan detail
secara spesifik, mengukur kompetensi anda dengan seberapa
banyak waktu yang anda gunakan dalam proyek, sensitive dan
akurat, perfeksionis, berkonsentrasi pada detail,pengambil
keputusan yang hati-hati.
3. Pencari hasil

30
Mereka bertanya tentang apa dan kapan, membuat pernyataan,
memberitahukan orang lain tentang apa yang harus dilakukan,
tidak mentolelir kesalahan, tidak memiliki perasaan pada orang
lain, menyepelekan saran dari orang lain, berani menghadapi
resiko.
4. Pencari Keharmonisan
Mereka bertanya mengapa, mempertahankan hubungan, tipe
pembimbing atau tipe keibuan, memiliki masalah-masalah
dunia, konsentrasi pada tugas, pendengar yang baik, tak suka
konflik interpersonal takut akan ketidakamanan dan takut
salah.
Berkaitan dengan gaya kepemimpinan diatas tentu yang
terbaik bilaman kita dapat mengikuti sunatullah, sebagaimana
firman Allah SWT. surat Al-Baqarah (2) ayat 119, yang artinya:
―sesungguhnya kami telah mengutusmu (Muhammad) dengan
kebenaran, sebagai pembawa berita gembira dan pemberi
peringatan, dan kamu tidak akan diminta (pertanggung jawaban)
tentang penghuni-penghuni neraka. (Al-Baqarah (2): 119).

G. Sifat Pemimpin Islam


Pendapat adalah jasad yang diam tidak bergerak dan tidak
memiliki kehidupan selama tidak ditiupkan ruh islam. Pendapat
adalah gua yang gelap gulita tidak bercahaya hingga islam
memberikan cahayanya. Pendapat adalah angkasa yang berkabut,
sedangkan islam adalah bintang yang bersinar. Pendapat
menciptakan kesusahan dan membuat rintangan, mendengarkan
khayalan-khayalan jasad, menimbulkan syuhbat dan
memunculkan keraguan, sedangkan islam menundukkan bahaya,
mengguncangkan gunung, mengubah manusia dan hal itu tidak
akan terjadi kecuali dengan mencetak pemimpi. Sifat pemimpin
islam ialah (Thariq Muhammad as-Suwaidan, 2005) a) Iman dan
Tauhid, b) Ketaatan, c) Kebersihan Hati, d) Penunjukan sebagai
khalifah dimuka bumi.
Pada dasarnya seorang pemimpin haruslah memiliki bobot
kepemimpinan dengan sifat-sifat positif dan kelebihan-kelebihan

31
tertentu. A) beriman dan bertakwa (Q.S. 25 Al-Furqan: 72-74), b)
Kelebihan Jasmani (Q.S. 2 Al-Baqarah 247), c) Terampil dan
berpengetahuan (H.R. Bukhari), d) Kelenihan Batin (Q.S. 3 Ali
Imran 159.), e) Keberanian (Q.S. 3 Ali Imran 173), f) Adil dan
Jujur (Q.S 4 An-nisa 53), g) Bijaksana (Q.S. An-Nahl 38), h)
Demokratis (Q.S. 42 Asy Syura 38), i) Penyantun (Q.S. 15 Al Hijr
88), j) Paham Keadaan umat (H.R. Bukhari dan Muslim), k)
Ikhlas dan rela berkorban, l) Qanaah (kesederhanaan), m)
Istiqomah (Q.S. 46 Al Ahqaf: 13), n) Aqhlaqul karimah (sifat-sifat
mulia) (Permadi, 1996)

H. Kepemimpinan Menurut Al-Quran


Dalam islam, pemegang fungsi kepemimpinan biasa
disebut ―imam‖ dan kepemimpinan itu sendiri disebut ―imamah‖.
Pemimpin negara, dalam sejarah kebudayaan Islam biasa
digunakan khalifah, amir, dan sultan. Istilah lain yaitu
―idarah‖atau management. Pengertian khalifah sebagai penguasa,
banyak ragam dan jenis kekuasaan tersebut, baik secara
operasional maupun konsepsional. Khalifah juga mengandung
arti yang universal tergantung dimana kita menempatkan
penguasaan tersebut didalam pembahasan. (Permadi, 1996)
Allah menjanjikan anugerah kepemimpinan bagi orang-
orang yang beriman, justru karena merekalah yang seharusnya
memimpin yang dapat mengurus umat dengan sebaik-baiknya.
Orang-orang yang beriman berhak menjadi pemimpin karena
mereka memiliki dasar moral (akhlak yang dapat memelihara
amanah kepengurusan umat). Dengan dasar takwa kepada Allah
mereka dapat memutar roda pemerintahan dan memegang
kendali kepengurusan dengan baik dan bertanggung jawab.
Seorang ulama bernama Syekh Abu Zahra dari kelompok
sunni menyamakan arti khilafah dan imamah. Ia berkata
―Imamah itu disebut juga sebagai Khilafah. Sebab orang yang
menjadi Khilafah adalah penguasa tertinggi bagi umat islam yang
menggantikan Rasul SAW. Khalifah itu juga disebut sebagai imam
(pemimpin) yang wajib di taati. Manusia berjalan dibelakangnnya,

32
sebagaimana manusia shalat dibelakang imam. (Ali As-Salus,
1997).

I. Kepemimpinan Nabi Muhammad SAW dan Sahabat


Nabi
1. Kepemimpinan Nabi Muhammad SAW.
Rasul Muhammad sebagai suri teladan yang harus diikuti
kaum muslimin, memiliki akhlak yang agung dan luhur.
Dengan keluhuran akhlak itulah beliau berdakwah, mengajak
manusia menuju jalan yang di Ridhoi Allah. Diantara akhlak
Nabi yang terpuji, ialah sikap pemaaf dan kasih terhadap
sesamanya, meskipun beliau sering dihina, difitnah dan disakiti
orang lain.
Selain bersikap pemaaf, Nabi SAW, bersikap kasih
terhadap sesamanya, kasih terhadap fakir miskin dan anak-
anak yatim. Dalam berbagai kegiatan dakwahnya beliau selalu
memulai kebaikan dari dirinya sendiri dan keluarganya. Ia
senantiasa mengusahakan kebaikan dan memelihara umatnya
dari kehancuran dan kenistaan.
Jadi selain Nabi dan Rasul Allah, Muhammad SAW,
adalah seorang kepala negara dan kepala pemerintahan. Dalam
kenyataannya beliau telah mendirikan negara bersama orang-
orang pribumi (Anshar) dan masyarakatnya pendatang
(Muhajirin). Beliau membuat konstitusi tertulis (undang-undang
dasar) untuk berbagai suku termasuk yahudi, memberi
perlindungan (proteksi) kepada umat non islam, beliau
mengirim dan menerima duta serta membuat ikrar kebulatan
tekad aqabah. Inilah negara yang jujur tetapi bukan negara
teokrasi karena beliau tidak menganggap dirinya anaka Tuhan.
Beliau hamba Allah, pesuruh-Nya dalam menyampaikan
rahmat bagi seluruh alam (rahmat lil alamin). (Inu Kencana
Syafiie, 2010)
Sesungguhnya yang dimaksud Nabi adalah bahwa Nabi
akan meninggalkan dua otioritas yang menjadi tempat bertanya
yentang semua masalah keagamaan dan sosial. Dalam bagian

33
akhir hadis ini Nabi bersabda ―Selama kalian berpegang pada
keduanya, kalian tidak akan sesat,‖ Jadi persoalannya adalah
persoalan mengikuti (berpegang). Nabi SAW. mendeklarasikan
bahwa keturunannya sama dengna Al-Quran. Nabi sendiri
mengatakan bahwa Al-Quran adalah tsaqal besar, sedang
keturunannya adalah tsaqal kecil. (Murtadha Muthahari, 2002)
2. Kepemimpinan Umar Ibnu Khaththab
Bagi umar, memang jabatan buka suatu kebanggaan,
pemerintah adalah pelayan rakyat merupakan ungkapan yang
pernah di ucapkan Umar. Karena itu tidak jarang ia turun
kebawah. Kalau menemukan hal-ha yang memerlukan
bantuan, tidak segan-segan ia melakukan fungsi pelayanan
secara pribadi, ia lakukan sendiri.
Dalam Al-Quran surat Al A‘ral ayat 199 disebutkan ada
tiga macam sikap dan budi pekerti luhur, yaitu pemaaf Nabi
terhadap musuh-musuh nya yang pada awal mulanya menyakiti
beliau apabila mereka bertobat dari perbuatan aniaya itu.
(Permadi, 1996)

J. Kesimpulan
Pemimpin adalah orang yang mendapat amanah serta
memiliki sifat, sikap, dan gaya yang baik untuk mengurus atau
mengatur orang lain. Kepemimpinan adalah kemampuan
seseorang mempengaruhi dan memotivasi orang lain untuk
melakukan sesuatu sesuai tujuan bersama.
Menyatakan bahwa dalam menjadi pemimpin dimuka bumi
maka manusia harus bisa menjalankan apa yang telah
diamanatkan oleh Allah dan disetiap langkah sebagai seorang
pemimpin, Allah akan memberikan peringatan bagi kaum
Muslimin agar selalu berhati-hati tentang apa yang akan dilakukan
sebagai khalifah Allah SWT.

34
Internalisasi Kepemimpinan dalam Jiwa Kader
Oleh: Syahril Razak
PC IMM Kota Gorontalo

A. Pendahuluan
Muhammadiyah adalah gerakan dakwah amar maruf nahi
mungkar yang mengajak orang untuk ber-islam secara paripurna
sehinga mencapai masyarakat islam yang sebenar-benarnya.
muhammadiyah lahir dengan ciri khas islam yang berkemajuan,
menuntut perserikatan untuk bisa beradaptasi dan sekaligus
mengakomodasi gerakan milenia agar mereka tidak menjauh
dari gerakan dakwah ini. Dengan begini pesan-pesan islam
berkemajuan akan sampai pada mereka yang berada di amal
usaha, organisasi otonom sekaligus menjangkau umat dakwah
dan umat ijabah di tengah masyarakat yang lebih luas.
IMM sebagai gerakan mahasiswa, selayaknya menjadi
garda terdepan dalam membela atau menyuarakan kepentingan
rakyat. IMM harus senan tiasa kritis terhadap kebijakan
pemerintah yang tidak pro terhadap kesejahteraan rakyat, yang
mengakibatkan semakin sengsaranya rakyat miskin. Banyak
pengamat sosial memberikan analisanya, bahwa kemiskinan
yang terjadi di Indonesia bukan hanya di sebabkan rakyat malas
dan mempunyai karakter yang kurang bekerja keras dengan
―produktifitas rendah.
IMM telah melewati usia setengah abad pada 14 Maret
tahun ini. Dan selama itu IMM sudah melalui beberapa
periodesasi zaman pemerintahan yang berbeda-beda, dari
zaman orde lama, orde baru, hingga era reformasi sekarang ini.
Banyak hal yang harus senang tiasa direfleksikan oleh IMM,
terutama memastikan peran IMM baik terhadap persyarikatan
muhammadiyah, umat, dan bangsa.
Kader IMM harus memiliki karakter yang kuat, yaitu:
integritas, kejujuran, bertanggung jawab, dan kompetisi yang
unggul secara konsisten. Kebutuhan bangsa dewasa ini adalah
memiliki pemimpin ―berbagai level maupun posisi yang tidak

35
hanya smart atau cerdas, tetapi pemimpin yang berkarakter kuat
dan memiliki integritas yang tinggi terhadap amanah yang di
pimpinnya. Kembali memetik seruan buya Syafi‗i Maarif,
bahwa persoalan moral begitu maha penting untuk menolong
kondisi saat sekarang ini. Moralitas seorang pemimpin banyak
yang di sangsikan dan di pertanyakan sikap dan perilakunya.
Fenomena nyata mengenai pemimpin korup merajalela hingga
di wilayah propinsi dan daerah kabupaten/Kota.
Inilah realitas sosial hari ini, jabatan suda bukan di
jadikan sebagai amanah yang sakral, justru di salah gunakan
untuk kepentingan pribadi abuse apower. Disisi lain rakyat
menderita dan sengsara, hanya bias menunggu kapan bangsa
ini bisa makmur dan sejahtera bagi seluruh rakyat. Tidak hanya
segelintir nyawa orang.kader IMM sejatinyya bisa berperan dan
hal paling kecil di lingkungannya, bahkan dari membentuk
karakter diri yang kuat. Apabila setiap kader suda memiliki
tanggung jawab yang kuat terhadap apapun amanah yang di
berikan, Insyaa Allah dimanapun kader-kader IMM berada
mampu mewarnai kebaikan-kebaikan ditempatnya.

B. Pengertian Kepemimpinan
Secara etimologi, kepemimpinan berasal dari kata dasar
pemimpin. Dalam bahasa inggris di sebut, leadership yang berarti
kepemimpinan, dari kata dasar leader berarti pemimpin, akar
katanya to lead yang mengandung beberapa arti yang saling
berhubungan erat dengan: bergerak lebih awal, berjalan di awal,
mengambil langkah awal, berbuat paling dulu, memelopori,
mengarahkan pikiran, pendapat orang lain, membimbing,
menuntun dan menggerakan orang lain melalui pengaruhnya.
Dalam bahasa Indonesia istilah kepemimpinan, berasal dari
kata―pimpin. Kata pimpin yang diawali dengan ―ke dan di
akhiri dengan ―an adalah menunjukan arti perihal memimpin.
Wasty Soemanto menjelaskan ―pemimpin adalah orang
yang membuat rencana, berpikir dan mengambil tanggung
jawab untuk kelompok juga memberikaan arahan kepada orang

36
lain. Sementara Abu Ahmadi. Menyebutkan ―kepemimpinan
bisa di definisikan sebagai suatu proses pengarah dan
pemberian pengaruh pada kegiatan-kegiatan dari kelompok
anggota yang saling berhubungan dengan tugasnya.
Dengan demikian, maka inti dari pengertian
kepemimpinan tersebut di atas bisa di simpulkan bahwa
kepemimpinan adalah kemampuan dalam proses
mempengaruhi, mengkoordinasi, menggerakan segala
komponen dalam satu organinasi dalam upaya efektivitas dan
efisiensi untuk pencapaian suatuorganisasi.
Sedangkan dalam khazana Islam kepemimpinan sejatinya
suda di sebutkan sejak manusia berada di muka bumi
dengan istilah Khalifah fial-Ardh, disebabkan karena islam
memandang manusia sebagai pemimpin yakni wakil Allah SWT
di muka bumi, memiliki dasar-dasar yang sangat kuat dan
kukuh, di bangun dengan nilai-nilai ilahiyah (qauliyah) yang di
kembangkan dan di praktekan berabad-abad yang lalu oleh
Nabi Muhammad SAW, Khulafa„ al-Rosydin dan tab‗in. lafaz
Khalifah mengandung pengetian terhadap kepemimpinan secara
universal, baik manusia memimpin dirinya sendiri secara
individu maupun secara menyeluruh (kompherensif). Sedangkan
menurut Ibnu Khaldu, kekhalifahan adalah memerintakan
rakyat sesuai dengan petunjuk agama baik soal akhirat dan
dunia sebab dalam pandangan pembuat undang-undang,
semua soal dunia harus di hukumi dari kepentingan hidup
akhirat.

C. Kepemimpinan Profetik
Kepemimpinan profetik sudah jauh-jauh hari di singgung
oleh Alqurandan Hadits Nabi Saw, serta pada dasarnya sudah
di contohkan oleh para Nabiyullah wa Rasulullah yang di sebut
kepemimpinan profetik. Kepemimpinan itu merupakan tugas
suci terhadap pembangunan manusia seutuhnya baik dari aspek
fisik maupun aspek psikisnya, tugas ini merupakan bentuk
manifestasi manusia sebagai Khalifa fi al„Ardh (wakil Allah di

37
muka bumi).
Al Farabi (1324), menyebutkan dan mendefinisikan
bahwasanya kepemimpinan profetik merupakan sumber
aktivitas, sumber peraturan dan keselarasan hidup dalam
masyarakat, oleh karena itu ia harus memiliki sifat- sifat
tertentu seperti: tubuh sehat, pemberani, cerdas, kuat, pecinta
keadilan dan ilmu pengetahuan, serta memiliki akal yang sehat.
Sedangkan menurut al- Mawardi (1960), kepemimpinan
profetik adalah wakil Tuhan di muka bumi sebagai
penyampaian seluruh ajaran Alquran di bentuk untuk
menggantikan fungsi kenabian guna memelihara agama dan
mengaturdunia.
Dari beberapa devinisi di atas dapat di simpulkan bahwa
kepemimpinan profetik adalah suatu ilmu dan seni kharismatik
dalam proses interaksi antara pemimpin dan yang di pimpin
dalam sebuah kelompok atau organisasi yang mana pemimpin
mampu menjadi panutan, mengispirasi, mengubah persepsi.
Struktur situasi, pemikiran dan mampu mewujudkan harapan
anggotanya sebagai kepemimpinan para Nabi dan Rasul
(prophetic).

D. Menumbuhkan Jiwa Kepemimpinan Profetik dalam


Diri Kader
Seperti yang telah kita ketahui Persoalan bangsa ini
dalam mewujudkan tatanan masyarakat ideal mengalami
banyak kendala, di samping arus deras globalisasi memaksakan
masyarakat meningkatkan produktivitas dengan teknologi
modern. Dampak lain yaitu krisis kepemimpinan nasional,
tidak sedikit pemimpin tergoda dalam―syahwat politik,
memperkaya diri sendiri, membuat kebijakan yang merugikan
masyarakat kecil, dan ada pula yang mengganggu kerukunan
beragama. Melihat konflik-konflik yang ada di berbagai daerah
saat ini, dimanakah pemimpin itu hadir dalam mencari solusi
untuk kebaikan bersama, bukan keinginan di liput oleh media
tulis ataupun TV. Alangkah indahnya negeri ini jika seorang

38
pemimpin hadir dengan hati yang bersih untuk membela
humanis ‗tanpa memandang suatu golongan atau suatu
kelompok.
Mengutip falsafah kepala ikan busuk ―bila kepala ikan
membusuk, pengaruhnya akan menjalar ke seluruh tubuhnya‖.
Menurut KH Amir Ma‗sum, bahwa pemimpin adalah jiwa dari
kelompok yang di pimpinnya, berarti jika jiwa itu hidup, sehat
dan baik maka seperti itulah tubuhnya. Sebaliknya, bila sang
jiwa itu mati, sakit dan rusak, tentu sang tubuh akan menderita
hal yang sama. Begitulah hubungan antara si pemimpin dan
yang di pimpin dalam suatu kelompok kepemimpinan‗.
Agar terciptanya jiwa kepemimpinan profetik dalam diri
maka kita kembali lagi menengok masa kepemimpinan Nabi
Muhammad Saw. Yaitu dengan cara meneladani sifat-sifat
kepempinannya. Pertama shidiq (benar). Pemimpin yang
konsistem pada kebenaran, baikdalam ucapan, sikap maupun
perlaku. Kedua amanah (terpercaya). Pemimpin yang berlaku
jujur,z memiliki moral yang baik, komitmen pada tugas dan
kewajiban. Ketiga fathanah (cerdas/bijaksana). Pemimpin yang
memliki penalaran yang baik, kearifan, bijak dalam
keputusan,kemampuan mengambil berbagai realitas (hikmah)
dari fenomena yang di hadapi. Keempat tabligh
(menyampaikan). Pemimpin dalam menyampaikan kebijakan
secara terbuka, melibatkan orang lain dalam pengambilan
keputusan dan mempunyai sifat terbukaa(transparan).
Demikian halnya proses kelompok pada organisasi yang
mempunyai aspek religius sebagai identitasnya, dalam
pembentukan karakteristik kepemimpinan. Kemudian lahirlah
gaya kepemimpinan profetik. Istilah profetik inilah di kenalkan
oleh Kuntowijoyo, yang mengejewantahkan nilai- nilai agama
dalam reaksisosial seperti halnya di lakukan para Nabi-nabi,
khususnya Rasulullah SAW. Dengan menekan dimensi hati
(keimanan), jiwa (pencerahan) dan visi spiritual dalam proses
pembentukan sebuah tatanan dan sistem kehidupan yang adil.

39
E. Kesimpulan
Dari beberapa devinisi di atas dapat di simpulkan bahwa
kepemimpinan profetik adalah suatu ilmu dan seni kharismatik
dalam proses interaksi antara pemimpin dan yang di pimpin
dalam sebuah kelompok atau organisasi yang mana pemimpin
mampu menjadi panutan, mengispirasi, mengubah persepsi.
Struktur situasi, pemikiran dan mampu mewujudkan harapan
anggotanya sebagai kepemimpinan para Nabi dan Rasul
(Prophetic). Agar terciptanya jiwa kepemimpinan profetik dalam
diri maka kita kembali lagi menengok masa kepemimpinan
Nabi Muhammad Saw. Yaitu dengan cara meneladani sifat-
sifat kepempinannya yaitu, sidiq, amanah, fatannah dan tabligh.

40
Pemimpin Militan Untuk IMM Berkemajuan
Oleh: Fitri Widyastari
PC IMM Kota Gorontalo

A. Latar Belakang
Salah satu masalah yang paling populer dewasa ini adalah
masalah kepemimpinan. Pentingnya manajemen merupakan salah
satu alat dalam kehidupan suatu organisasi, terutama dalam
bidang kehidupan manusia selalu mendapat perhatian khusus.
Dalam hal ini selalu dititik beratkan kepada pimpinan.
Pimpinanlah yang merupakan motor penggerak dari sesuatu
usaha atau kegiatan. Pimpinan tersebut harus mampu
melaksanakan fungsi-fungsi manajemen, terutama dalam
pengambilan keputusan dan kebijaksanaan yang dapat
mempermudah pencapaian tujuan dari organisasi itu secara efektif
dan efisien.
Bertitik tolak dari hal-hal tersebut, maka berhasil tidaknya
suatu usaha pencapaian tujuan yang telah ditentukan itu sebagian
besar akan ditentukan oleh kemampuan pimpinan yang
memegang peranan penting dalam rangka menggerakkan orang-
orang bawahannya, Keterampilan kepemimpinan (Leadership Skill)
yang baik dan efektif sangat penting untuk membangun,
mendorong dan mempromosikan budaya dalam perusahaan yang
kuat dan akhirnya mencapai kesuksesan. Dengan demikian,
keterampilan kepemimpinan diperlukan untuk memaksimalkan
efisiensi dan mencapai tujuan organisasi.
Sebuah organisasi hanya akan berkembang dan maju
apabila cepat tanggap terhadap perubahan yang pasti akan terjadi.
Pemimpin masa kini dan masa depan dituntut untuk tidak sekedar
bersikap luwes dan beradaptasi dengan lingkungan yang bergerak
sangat dinamis, akan tetapi juga mampu mengantisipasi berbagai
bentuk perubahan dan secara proaktif menyusun berbagai
program perubahan yang diperlukan.

41
B. Hakikat Kepemimpinan
Dalam kehidupan sehari-hari, baik di lingkungan keluarga,
organisasi, perusahaan sampai dengan pemerintahan sering kita
dengar sebutan pemimpin, kepemimpinan serta kekuasaan.
Ketiga kata tersebut memang memiliki hubungan yang berkaitan
satu dengan lainnya.
1. Beberapa ahli berpendapat tentang Pemimpin, beberapa
diantaranya :
a) Menurut Drs. H. Malayu S.P. Hasibuan, Pemimpin adalah
seseorang dengan wewenang kepemimpinannya
mengarahkan bawahannya untuk mengerjakan sebagian dari
pekerjaannya dalam mencapai tujuan.
b) Menurut Robert Tanembaum, Pemimpin adalah mereka
yang menggunakan wewenang formal untuk
mengorganisasikan, mengarahkan, mengontrol para
bawahan yang bertanggung jawab, supaya semua bagian
pekerjaan dikoordinasi demi mencapai tujuan perusahaan.
c) Menurut Prof. Maccoby, Pemimpin pertama-tama harus
seorang yang mampu menumbuhkan dan mengembangkan
segala yang terbaik dalam diri para bawahannya. Pemimpin
yang baik untuk masa kini adalah orang yang religius, dalam
artian menerima kepercayaan etnis dan moral dari berbagai
agama secara kumulatif, kendatipun ia sendiri mungkin
menolak ketentuan gaib dan ide ketuhanan yang berlainan.
d) Menurut Lao Tzu, Pemimpin yang baik adalah seorang
yang membantu mengembangkan orang lain, sehingga
akhirnya mereka tidak lagi memerlukan pemimpinnya itu.
e) Menurut Davis and Filley, Pemimpin adalah seseorang yang
menduduki suatu posisi manajemen atau seseorang yang
melakukan suatu pekerjaan memimpin.
2. Sedangakn menurut Pancasila, Pemimpin harus bersikap
sebagai pengasuh yang mendorong, menuntun, dan
membimbing asuhannya. Dengan kata lain, beberapa asas
utama dari kepemimpinan Pancasila adalah:

42
a. Ing Ngarsa Sung Tuladha: Pemimpin harus mampu dengan
sifat dan perbuatannya menjadikan dirinya pola anutan dan
ikutan bagi orang-orang yang dipimpinnya.
b. Ing Madya Mangun Karsa: Pemimpin harus mampu
membangkitkan semangat berswakarsa dan berkreasi pada
orang-orang yang dibimbingnya.
c. Tut Wuri Handayani: Pemimpin harus mampu mendorong
orang-orang yang diasuhnya berani berjalan di depan dan
sanggup bertanggung jawab.
Seorang pemimpin boleh berprestasi tinggi untuk dirinya
sendiri, tetapi itu tidak memadai apabila ia tidak berhasil
menumbuhkan dan mengembangkan segala yang terbaik dalam
diri para bawahannya. Dari begitu banyak definisi mengenai
pemimpin, dapat penulis simpulkan bahwa : Pemimpin adalah
orang yang mendapat amanah serta memiliki sifat, sikap, dan gaya
yang baik untuk mengurus atau mengatur orang lain.
Kepemimpinan adalah kemampuan seseorang
mempengaruhi dan memotivasi orang lain untuk melakukan
sesuatu sesuai tujuan bersama. Kepemimpinan meliputi proses
mempengaruhi dalam menentukan tujuan organisasi, memotivasi
perilaku pengikut untuk mencapai tujuan, mempengaruhi untuk
memperbaiki kelompok dan budayanya. Sedangkan kekuasaan
adalah kemampuan untuk mempengaruhi orang lain untuk mau
melakukan pap yang diinginkan pihak lainnya.
“The art of influencing and directing mean in such away to abatain
their willin go bedience, confidence, respect, and loyal cooperation in order to
accomplish the mission”. Kepemimpinan adalah seni untuk
mempengaruhidan menggerakkan orang-orang sedemikian rupa
untuk memperoleh kepatuhan, kepercayaan, respek, dan
kerjasama secara royal untuk menyelesaikan tugas-(Field Manual).
Kekuasaan adalah kemampuan untuk mempengaruhi orang
lain untuk mau melakukan apa yang diinginkan pihak lainnya.
Ketiga kata yaitu pemimpin, kepemimpinan serta kekuasaan yang
dijelaskan sebelumnya tersebut memiliki keterikatan yang tak
dapat dipisahkan. Karena untuk menjadi pemimpin bukan hanya

43
berdasarkan suka satu sama lainnya, tetapi banyak faktor.
Pemimpin yang berhasil hendaknya memiliki beberapa kriteria
yang tergantung pada sudut pandang atau pendekatan yang
digunakan, apakah itu kepribadiannya, keterampilan, bakat, sifat-
sifatnya, atau kewenangannya yang dimiliki yang mana nantinya
sangat berpengaruh terhadap teori maupun gaya kepemimpinan
yang akan diterapkan.
Fungsi pemimpin dalam suatu organisasi tidak dapat
dibantah merupakan sesuatu fungsi yang sangat penting bagi
keberadaan dan kemajuan organisasi yang bersangkutan. Pada
dasarnya fungsi kepemimpinan memiliki 2 aspek yaitu :
a) Fungsi administrasi, yakni mengadakan formulasi
kebijaksanakan administrasi dan menyediakan fasilitasnya.
b) Fungsi sebagai Top Mnajemen, yakni mengadakan planning,
organizing, staffing, directing, commanding, controling, dan
sebagainya.

C. Teori Kepemimpinan
Memahami teori-teori kepemimpinan sangat besar artinya
untuk mengkaji sejauh mana kepemimpinan dalam suatu
organisasi telah dapat dilaksanakan secara efektif serta menunjang
kepada produktifitas organisasi secara keseluruhan. Dalam karya
tulis ini akan dibahas tentang teori dan gaya kepemimpinan.
Seorang pemimpin harus mengerti tentang teori kepemimpinan
agar nantinya mempunyai referensi dalam menjalankan sebuah
organisasi. Beberapa teori tentang kepemimpinan antara lain:
a. Teori Kepemimpinan Sifat (Trait Theory)
Analisis ilmiah tentang kepemimpinan berangkat dari
pemusatan perhatian pemimpin itu sendiri. Teori sifat
berkembang pertama kali di Yunani Kuno dan Romawi yang
beranggapan bahwa pemimpin itu dilahirkan, bukan diciptakan
yang kemudian teori ini dikenal dengan ―The Greatma
Theory‖. Dalam perkembanganya, teori ini mendapat
pengaruh dari aliran perilaku pemikir psikologi yang
berpandangan bahwa sifat-sifat kepemimpinan tidak

44
seluruhnya dilahirkan akan tetapi juga dapat dicapai melalui
pendidikan dan pengalaman. Sifat-sifat itu antara lain: sifat
fisik, mental, dan kepribadian.
Keith Devis merumuskan 4 sifat umum yang berpengaruh
terhadap keberhasilan kepemimpinan organisasi, antara lain:
1) Kecerdasan
Berdasarkan hasil penelitian, pemimpin yang mempunyai
kecerdasan yang tinggi di atas kecerdasan rata-rata dari
pengikutnya akan mempunyai kesempatan berhasil yang
lebih tinggi pula. Karena pemimpin pada umumnya
memiliki tingkat kecerdasan yang lebih tinggi dibandingkan
dengan pengikutnya.
2) Kedewasaan dan Keluasan Hubungan Sosial
Umumnya di dalam melakukan interaksi sosial dengan
lingkungan internal maupun eksternal, seorang pemimpin
yang berhasil mempunyai emosi yang matang dan stabil.
Hal ini membuat pemimpin tidak mudah panik dan goyah
dalam mempertahankan pendirian yang diyakini
kebenarannya.
3) Motivasi Diri dan Dorongan Berprestasi
Seorang pemimpin yang berhasil umumnya memiliki
motivasi diri yang tinggi serta dorongan untuk berprestasi.
Dorongan yang kuat ini kemudian tercermin pada kinerja
yang optimal, efektif dan efisien.
4) Sikap Hubungan Kemanusiaan
Adanya pengakuan terhadap harga diri dan kehormatan
sehingga para pengikutnya mampu berpihak kepadanya.
b. Teori Kepemimpinan Perilaku dan Situasi
Berdasarkan penelitian, perilaku seorang pemimpin yang
mendasarkan teori ini memiliki kecendrungankearah 2 hal.
2) Pertama yang disebut dengan Konsiderasi yaitu
kecendrungan seorang pemimpin yang menggambarkan
hubungan akrab dengan bawahan. Contoh gejala yang ada
dalam hal ini seperti : membela bawahan, memberi

45
masukan kepada bawahan dan bersedia berkonsultasi
dengan bawahan.
3) Kedua disebut Struktur Inisiasi yaitu Kecendrungan
seorang pemimpin yang memberikan batasan kepada
bawahan. Contoh yang dapat dilihat , bawahan mendapat
instruksi dalam pelaksanaan tugas, kapan, bagaimana
pekerjaan dilakukan, dan hasil yang akan dicapai.
Jadi, berdasarkan teori ini, seorang pemimpin yang baik
adalah bagaimana seorang pemimpin yang memiliki perhatian
yang tinggi kepada bawahan dan terhadap hasil yang tinggi
pula.
c. Teori Kewibawaan Pemimpin
Kewibawaan merupakan faktor penting dalam kehidupan
kepemimpinan, sebab dengan faktor itu seorang pemimpin
akan dapat mempengaruhi perilaku orang lain baik secara
perorangan maupun kelompok sehingga orang tersebut
bersedia untuk melakukan apa yang dikehendaki oleh
pemimpin.
d. Teori Kepemimpinan Situasi
Seorang pemimpin harus merupakan seorang pendiagnosa
yang baik dan harus bersifat fleksibel, sesuai dengan
perkembangan dan tingkat kedewasaan bawahan.
e. Teori Kelompok
Agar tujuan kelompok (organisasi) dapat tercapai, harus
ada pertukaran yang positif antara pemimpin dengan
pengikutnya.
Dari adanya berbagai teori kepemimpinan di atas, dapat
diketahui bahwa teori kepemimpinan tertentu akan sangat
mempengaruhi gaya kepemimpinan (Leadership Style), yakni
pemimpin yang menjalankan fungsi kepemimpinannya dengan
segenap filsafat, keterampilan dan sikapnya. Gaya kepemimpinan
adalah cara seorang pemimpan bersikap, berkomunikasi, dan
berinteraksi dengan orang lain dalam mempengaruhi orang untuk
melakukan sesuatu. Gaya tersebut bisa berbeda-beda atas dasar
motivasi , kuasa ataupun orientasi terhadap tugas atau orang

46
tertentu. Diantara beberapa gaya kepemimpinan, terdapat
pemimpin yang positif dan negatif, dimana perbedaan itu
didasarkan pada cara dan upaya mereka memotivasi karyawan.
Apabila pendekatan dalam pemberian motivasi ditekankan
pada imbalan atau reward (baik ekonomis maupun nonekonomis)
berartitelah digunakan gaya kepemimpinan yang positif.
Sebaliknya jika pendekatannya menekankan pada hukuman atau
punishment, berarti dia menerapkan gaya kepemimpinan negatif.
Pendekatan kedua ini dapat menghasilakan prestasi yang diterima
dalam banyak situasi, tetapi menimbulkan kerugian manusiawi.
Selain gaya kepemimpinan di atas masih terdapat gaya
lainnya.
a. Otokratis
Kepemimpinan seperti ini menggunakan metode
pendekatan kekuasaan dalam mencapai keputusan dan
pengembangan strukturnya. Kekuasaan sangat dominan
digunakan. Memusatkan kekuasaan dan pengambilan
keputusan bagi dirinya sendiri, dan menata situasi kerja yang
rumit bagi pegawai sehingga mau melakukan apa saja yang
diperintahkan. Kepemimpinan ini pada umumnya negatif,
yang berdasarkan atas ancaman dan hukuman. Meskipun
demikian, ada juga beberapa manfaatnya antaranya
memungkinkan pengambilan keputusan dengan cepat serta
memungkinkan pendayagunaan pegawai yang kurang
kompeten.
b. Partisipasif
Lebih banyak mendesentrelisasikan wewenang yang
dimilikinya sehingga keputusan yang diambil tidak bersifat
sepihak.
c. Demokrasi
Ditandai adanya suatu struktur yang pengembangannya
menggunakan pendekatan pengambilan keputusan yang
kooperatif. Di bawah kepemimpinan pemimpin yang
demokrasis cenderung bermoral tinggi dapat bekerjasama,

47
mengutamakan mutu kerja dan dapat mengarahkan diri
sendiri.
d. Kendali Bebas
Pemimpin memberikan kekuasaan penuh terhadap
bawahan, struktur organisasi bersifat longgar dan pemimpin
bersifat pasif. Yaitu Pemimpin menghindari kuasa dan
tanggung-jawab, kemudian menggantungkannya kepada
kelompok baik dalam menetapkan tujuan dan menanggulangi
masalahnya sendiri.
Dilihat dari orientasi si pemimpin, terdapat dua gaya
kepemimpinan yang diterapkan, yaitu gaya konsideral dan
struktur, atau dikenal juga sebagai orientasi pegawai dan orientasi
tugas. Beberapa hasil penelitian para ahli menunjukkan bahwa
prestasi dan kepuasan kerja pegawai dapat ditingkatkan apabila
konsiderasi merupakan gaya kepemimpinan yang dominan.
Sebaliknya, para pemimpin yang berorientasi tugas yang
terstruktur, percaya bahwa mereka memperoleh hasil dengan
tetap membuat orang-orang sibuk dan mendesak mereka untuk
berproduksi.
Pemimpin yang positif, partisipatif dan berorientasi
konsiderasi, tidak selamanya merupakan pemimpin yang terbaik.
Fiedler telah mengembakan suatu model pengecualian dari ketiga
gaya kepemimpinan di atas, yakni model kepemimpinan
kontigennis. Model ini nyatakan bahwa gaya kepemimpinan yang
paling sesuai bergantung pada situasi dimana pemimpin
bekerja.dengan teorinya ini Fiedler ingin menunjukkan bahwa
keefektifan ditunjukkan oleh interaksi antara orientasi pegawai
dengan 3 variabel yang berkaitan dengan pengikut, tugas dan
organisasi. Ketiga variabel itu adalah hubungan antara pemimpin
dengan anngota (leader-member relations), struktur tugas (task
structure), dan kuasa posisi pemimpin (leader position power). Variabel
pertama ditentukan oleh pengakuan atau penerimaan
(akseptabilitas) pemimpin oleh pengikut, variabel kedua
mencerminkan kadar diperlukannya cara spesifik untuk

48
melakukan pekerjaan, variabel ketiga menggambarkan kuasa
organisasi yang melekat pada posisi pemimpin.
Model kontingensi Fieldler ini serupa dengan gaya
kepemimpinan situasional dari Hersey dan Blanchard. Konsepsi
kepemimpinan situasional ini melengkapi pemimpin dengan
pemahaman dari hubungan antara gaya kepemimpinan yang
efektif dengan tingkat kematangan (muturity) pengikutnya.
Perilaku pengikut atau bawahan ini amat penting untuk
mengetahui kepemimpinan situasional, karena bukan saja
pengikut sebagai individu bisa menerima atau menolak
pemimpinnya, akan tetapi sebagai kelompok , pengikut dapat
menemukan kekuatan pribadi apapun yang dimiliki pemimpin.
Menurut Hersey dan Blanchard (dalam Ludlow dan
Panton, 1996: 18 dst), masing-masing gaya kepemimpinan ini
hanya memadai dalm situasi yang tepat meskipun disadari bahwa
setiap orang memiliki gaya yang disukainya sendiri dan sering
merasa sulit untuk mengubahnya meskipun perlu.
Banyak studi yang sudah dilakukan untuk melihat gaya
kepemimpinan seseorang. Salah satunya yang terkenal adalah yang
dikemukakan oleh Blanchard, yang mengemukakan 4 gaya dari
sebuah kepemimpinan. Gaya kepemimpinan ini dipengaruhi oleh
bagaimana cara seorang pemimpin memberikan perintah, dan sisi
lain adalah cara mereka membantu bawahannya. Keempat gaya
tersebut adalah :
1. Directing
Gaya tepat apabila kita dihadapkan dengan tugas yang rumit
dan staf kita belum memiliki pengalaman dan motivasi untuk
mengerjakan tugas tersebut. Atau apabila anda berada di
bawah tekanan waktu penyelesaian. Kita menjelaskan apa yang
perlu dan apa yang harus dikerjakan. Dalam situasi demikian,
biasanya terjadi over-communicating (penjelasan berlebihan yang
dapat menimbulkan kebingungan dan pembuangan waktu).
Dalam proses pengambilan keputusan, pemimpin
memberikan aturan –aturan dan proses yang detil kepada

49
bawahan. Pelaksanaan di lapangan harus menyesuaikan dengan
detil yang sudah dikerjakan.
2. Coaching
Pemimpin tidak hanya memberikan detil proses dan aturan
kepada bawahan tapi juga menjelaskan mengapa sebuah
keputusan itu diambil, mendukung proses perkembangannya,
dan juga menerima barbagai masukan dari bawahan. Gaya
yang tepat apabila staf kita telah lebih termotivasi dan
berpengalaman dalam menghadapi suatu tugas. Disini kita
perlu memberikan kesempatan kepada mereka untuk mengerti
tentang tugasnya, dengan meluangkan waktu membangun
hubungan dan komunikasi yang baik dengan mereka.
3. Supporting
Sebuah gaya dimana pemimpin memfasiliasi dan membantu
upaya bawahannya dalam melakukan tugas. Dalam hal ini,
pemimpin tidak memberikan arahan secara detail, tetapi
tanggung jawab dan proses pengambilan keputusan dibagi
bersama dengan bawahan. Gaya ini akan berhasil apabila
karyawan telah mengenal teknik-teknik yang dituntut dan telah
mengembangkan hubungan yang lebih dekat dengan anda.
Dalam hal ini kita perlumeluangkan waktu untuk berbincang-
bincang, untuk lebih melibatkan mereka dalam penganbilan
keputusan kerja, serta mendengarkan saran-saran mereka
mengenai peningkatan kinerja.
4. Delegating
Sebuah gaya dimana seorang pemimpin mendelegasikan
seluruh wewenang dan tanggung jawabnya kepada bawahan.
Gaya Delegating akan berjalan baik apabila staf kita
sepenuhnya telah paham dan efisien dalm pekerjaan, sehingga
kita dapat melepas mereka menjalankan tugas atau pekerjaan
itu atas kemampuan dan inisiatifnya sendiri.
Keempat gaya ini tentu saja mempunyai kelemahan dan
kelebihan, serta sangat tergantung dari lingkungan di mana
seorang pemimpin berada, dan juga kesiapan dari bawahannya.
Maka kemudian timbul apa yang disebut sebagai ―situational

50
leadership‖. Situationalleadership mengindikasikan bagaimana
seorang pemimpin harus menyesuaikan keadaan dari orang-orang
yang dipimpinnya.
Ditengah-tengah dinamika organisasi (yang antara lain
diindikasikan oleh adanya perilaku staf individu yang berbeda-
beda), maka untuk mencapai efektivitas organisasi, penerapan
keempat gaya kepemimpinan diatas perlu disesuaikan dengan
tuntutan keadaan. Inilah yang dimaksud dengan situasional
leadership, sebagaimana telah disinggung di atas. Yang perlu
diperhatikan adalah bahwa untuk dapat mengembangkan gaya
kepemimpinan situasional ini, seseorang perlu memiliki tiga
kemampuan khusus yakni :
a. Kemampuan analitis (analytical skills) yakni kemampuan untuk
menilai tingkat pengalaman dan motivasi bawahan dalam
melaksanakan tugas.
b. Kemampuan untuk fleksibel (flexibility atau adaptability skills)
yaitu kemampuan untuk menerapkan gaya kepemimpinan yang
paling tepat berdasarkan analisa terhadap situasi.
c. Kemampuan berkomunikasi (communication skills) yakni
kemampuan untuk menjelaskan kepada bawahan tentang
perubahan gaya kepemimpinan yang kita terapkan.
Ketiga kemampuan di atas sangat dibutuhkan bagi seorang
pemimpin, sebab seorang pemimpin harus dapat melaksanakan
tiga peran utamanya yakni peran interpersonal, peran pengolah
informasi (information processing), serta peran pengambilan
keputusan (decision making) (Gordon, 1996: 314-315).
1. Peran pertama meliputi :
a. Peran Figurehead Sebagai simbol dari organisasi
b. Leader Berinteraksi dengan bawahan, memotivasi dan
mengembangkannya
c. Liaison Menjalin suatu hubungan kerja dan menangkap
informasi untuk kepentingan organisasi.
2. Sedangkan peran kedua terdiri dari 3 peran juga yakni :

51
a. Monitior Memimpin rapat dengan bawahan, mengawasi
publikasi perusahaan, atau berpartisipasi dalam suatu
kepanitiaan.
b. Disseminator Menyampaikan informasi, nilai-nilai baru dan
fakta kepada bawahan. Spokeman Juru bicara atau
memberikan informasi kepada orang-orang di luar
organisasinya.
3. Peran ketiga terdiri dari 4 peran yaitu :
a. Enterpreneur Mendesain perubahan dan pengembangan
dalam organisasi.
b. Disturbance Handler Mampu mengatasi masalah terutama
ketika organisasi sedang dalam keadaan menurun.
c. Resources Allocator Mengawasi alokasi sumber daya manusia,
materi, uang dan waktu dengan melakukan penjadwalan,
memprogram tugas-tugas bawahan, dan mengesahkan
setiap keputusan.
d. Negotiator Melakukan perundingan dan tawar-menawar.
Dalam perspektif yang lebih sederhana, Morgan (1996: 156)
mengemukakan 3 macam peran pemimpin yang disebut dengan
3A, yakni :
a. Alighting Menyalakan semangat pekerja dengan tujuan
individunya.
b. Aligning Menggabungkan tujuan individu dengan tujuan
organisasi sehingga setiap orang menuju ke arah yang sama.
c. Allowing Memberikan keleluasaan kepada pekerja untuk
menantang dan mengubah cara kerja mereka.
Jika saja Indonesia memiliki pemimpin yang sangat tangguh
tentu akan menjadi luar biasa. Karena jatuh bangun kita
tergantung pada pemimpin. Pemimpin memimpin, pengikut
mengikuti. Jika pemimpin sudah tidak bisa memimpin dengan
baik, cirinya adalah pengikut tidak mau lagi mengikuti. Oleh
karena itu kualitas kita tergantung kualitas pemimpin kita. Makin
kuat yang memimpin maka makin kuat pula yang dipimpin.
Rahasia utama kepemimpinan adalah kekuatan terbesar
seorang pemimpin bukan dari kekuasaanya, bukan kecerdasannya,

52
tapi dari kekuatan pribadinya. Maka jika ingin menjadi pemimpin
yang baik jangan pikirkan orang lain, pikirkanlah diri sendiri dulu.
Tidak akan bisa mengubah orang lain dengan efektif sebelum
merubah diri sendiri. Bangunan akan bagus, kokoh, megah,
karena ada pondasinya. Maka sibuk memikirkan membangun
umat, membangun masyarakat, merubah dunia akan menjadi
omong kosong jika tidak diawali dengan diri sendiri. Merubah
orang lain tanpa merubah diri sendiri adalah mimpi
mengendalikan orang lain tanpa mengendalikan diri.

D. Kepemimpinan yang Melayani


Merenungkan kembali arti makna kepemimpinan, sering
diartikan kepemimpinan adalah jabatan formal, yang menuntut
untuk mendapat fasilitas dan pelayanan dari konstituen yang
seharusnya dilayani. Meskipun banyak di antara pemimpin yang
ketika dilantik mengatakan bahwa jabatan adalah sebuah amanah,
namun dalam kenyataannya sedikit sekali atau bisa dikatakan
hampir tidak ada pemimpin yang sungguh-sungguh menerapkan
kepemimpinan dari hati, yaitu kepemimpinan yang melayani.
1. Karakter Kepemimpinan (Hati yang Melayani)
Kepemimpianan yang melayani dimulai dari dalam diri
kita. Kepemimpinan menuntut suatu transformasi dari dalam
hati dan perubahan karakter. Kepemimpinan yang melayani
dimulai dari dalam dan kemudian bergerak keluar untuk
melayani mereka yang dipimpinnya. Disinilah pentingnya
karakter dan integritas seorang pemimpin untuk menjadi
pemimpin yang diterima oleh rakyat yang dipimpinnya.
Kembali kita saksikan betapa banyak pemimpin yang mengaku
wakil rakyat ataupun pejabat publik, justru tidak memiliki
integritas sama sekali, karena apa yang diucapkan dan
dijanjikan ketika kampanye dalam pemilu tidak sama dengan
yang dilakukan ketika sudah duduk nyaman di kursinya.
Paling tidak menurut Ken Blanchard dan kawan-kawan,
ada sejumlah cirri-ciri dan nilai yang muncul dari seorang
pemimpin yang memiliki hati yang melayani,yaitu tujuan utama

53
seorang pemimpin adalah melayani kepentingan mereka yang
dipimpinnya. Orientasinya adalah bukan untuk kepentingan
diri pribadi maupun golongan tapi justru kepentingan publik
yang dipimpinnya.
Seorang pemimpin memiliki kerinduan untuk
membangun dan mengembangkan mereka yang dipimpinnya
sehingga tumbuh banyak pemimpin dalam kelomponya. Hal
ini sejalan dengan buku yang ditulis oleh John Maxwell
berjudul Developing the Leaders Around You. Keberhasilan
seorang pemimpin sangat tergantung dari kemampuannya
untuk membangun orang-orang di sekitarnya, karena
keberhasilan sebuah organisasi sangat tergantung pada potensi
sumber daya manusia dalam organisasi tersebut. Jika sebuah
organisasi atau masyarakat mempunyai banyak anggota dengan
kualitas pemimpin, organisasi atau bangsa tersebut akan
berkembang dan menjadi kuat.
Pemimpin yang melayani memiliki kasih dan perhatian
kepada mereka yang dipimpinnya. Kasih itu mewujud dalam
bentuk kepedulian akan kebutuhan, kepentingan, impian da
harapan dari mereka yang dipimpinnya.
Seorang pemimpin yang memiliki hati yang melayani
adalah akuntabilitas (accountable). Istilah akuntabilitas adalah
berarti penuh tanggung jawab dan dapat diandalkan. Artinya
seluruh perkataan, pikiran dan tindakannya dapat
dipertanggungjawabkan kepada publik atau kepada setiap
anggota organisasinya.
Pemimpin yang melayani adalah pemimpin yang mau
mendengar. Mau mendengar setiap kebutuhan, impian, dan
harapan dari mereka yang dipimpin. Pemimpin yang melayani
adalah pemimpin yang dapat mengendalikam ego dan
kepentingan pribadinya melebihi kepentingan public atau
mereka yang dipimpinnya. Mengendalikan ego berarti dapat
mengendalikan diri ketika tekanan maupun tantangan yang
dihadapi menjadi begitu berat,selalu dalam keadaan tenang,
penuh pengendalian diri, dan tidak mudah emosi.

54
2. Metode Kepemimpinan (Kepala yang Melayani)
Seorang pemimpin tidak cukup hanya memiliki hati atau
karakter semata, tapi juga harus memiliki serangkaian metode
kepemimpinan agar dapat menjadi pemimpin yang efektif.
Banyak sekali pemimpin memiliki kualitas sari aspek yang
pertama yaitu karakter dan integritas seorang pemimpin, tetapi
ketika menjadi pimpinan formal, justru tidak efektif sama
sekali karena tidak memiliki metode kepemimpinan yang baik.
Contoh adalah para pemimpin yang diperlukan untuk
mengelola mereka yang dipimpinnya.
Tidak banyak pemimpin yang memiliki metode
kepemimpinan ini. Karena hal ini tidak pernah diajarkan di
sekolah-sekolah formal. Keterampilan seperti ini disebut
dengan Softskill atau Personal skill. Dalam salah satu artikel di
economist.com ada sebuah ulasan berjudul Can Leadership Be
Taught, dibahas bahwa kepemimpinan (dalam hal ini metode
kepemimpinan) dapat diajarkan sehingga melengkapi mereka
yang memiliki karakter kepemimpinan. Ada 3 hal penting
dalam metode kepemimpinan, yaitu :
Kepemimpinan yang efektif dimulai dengan visi yang jelas.
Visi ini merupakan sebuah daya atau kekuatan untuk
melakukan perubahan, yang mendorong terjadinya proses
ledakan kreatifitas yang dahsyat melalui integrasi maupun
sinergi berbagai keahlian dari orang-orang yang ada dalam
organisasi tersebut. Bahkan dikatakan bahwa nothing motivates
change more power fully than a clearvision. Visi yang jelas dapat
secara dahsyat mendorong terjadinya perubahan dalam
organisasi.
Seorang pemimpin adalah inspirator perubahan dan
visioner yaitu memiliki visi yang jelas kemana organisasinya
akan menuju. Kepemimpinan secara sederhana adalah proses
untuk membawa orang-orang atau organisasi yang dipimpin
menuju suatu tujuan yang jelas. Tanpa visi, kepemimpinan
tidak ada artinya sama sekali. Visi inilah yang mendorong
sebuah organisasi untuk senantiasa tumbuh dan belajar serta

55
berkembang dalam mempertahankan survivalnya sehingga bias
bertahan sampai beberapa generasi.
Ada 2 aspek mengenai visi, yaitu visionary role dan
implementation role. Artinya seorang pemimpin tidak hanya dapat
membangun atau menciptakan visi bagi organisasinya tapi
memiliki kemampuan untuk mengimplementasikan visi
tersebut ke dalam suatu rangkaian tindakan atau kegiatan yang
diperlukan untuk mencapai visi itu.
a. Seorang pemimpin yang efektif adalah seorang yang
responsif. Artinya dia selalu tanggap terhadap setiap
persoalan, kebutuhan, harapan, dan impian dari mereka
yang dipimpin. Selain itu selalu aktif dan proaktif dalam
mencari solusi dari setiap permasalahan ataupun tantangan
yang dihadapi.
b. Seorang pemimpin yang efektif adalah seorang pelatih atau
pendamping bagi orang-orang yang dipimpinnya
(performance coach). Artinya dia memiliki kemempuan untuk
menginspirasi, mendorong dan memampukan anak
buahnya dalam menyusun perencanaan (termasuk rencana
kegiatan, target atau sasaran, rencana kebutuhan sumber
daya, dan sebagainya), melakukan kegiatan sehari-hari
seperti monitoring dan pengendalian, serta mengevaluasi
kinerja dari anak buahnya.
3. Perilaku Kepemimpinan (Tangan yang Melayani)
Pemimpin yang melayani bukan sekedar memperlihatkan
karakter dan integritas, serta memiliki kemampuan metode
kepemimpinan, tapi dia harus menunjukkan perilaku maupun
kebiasaan seorang pemimpin. Dalam buku Ken Blanchard
disebutkan perilaku seorang pemimpin, yaitu :
b. Pemimpin tidak hanya sekedar memuaskan mereka yang
dipimpin, tapi sungguh-sungguh memiliki kerinduan
senantiasa untuk memuaskan Tuhan. Artinya dia hidup
dalam perilaku yang sejalan dengan firman Tuhan. Dia
memiliki misi untuk senantiasa memuliakan Tuhan dalam
setiap apa yang dipikirkan, dikatakan, dan diperbuatnya.

56
c. Pemimpin fokus pada hal-hal spiritual dibandingkan
dengan sekedar kesuksesan duniawi. Baginya kekayaan dan
kemakmuran adalah untuk dapat memberi dan beramal
lebih banyak. Apapun yang dilakukan bukan untuk
mendapat penghargaan, tapi melayani sesamanya. Dan dia
lebih mengutamakan hubungan atau relasi yang penuh
kasih dan penghargaan, dibandingkan dengan status dan
kekuasaan semata.
d. Pemimpin sejati senantiasa mau belajar dan bertumbuh
dalam berbagai aspek, baik pengetahuan, kesehatan,
keuangan, relasi, dan sebagainya. Setiap harinya senantiasa
menyelaraskan (recalibrating) dirinya terhadap komitmen
untuk melayani Tuhan dan sesame. Melalui solitude
(keheningan), prayer (doa), dan scripture (membaca Firman
Tuhan ).
Demikian kepemimpinan yang melayani menurut Ken
Blanchard yang sangat relevan dengan situasi krisis
kepemimpinan yang dialami oleh bangsa Indonesia. Bahkan
menurut Danah Zohar, penulis buku Spiritual Intelligence: SQ the
Ultimate Intelligence, salah satu tolak ukur kecerdasan spiritual
adalah kepemimpinan yang melayani (servant leadership). Bahkan
dalam suatu penelitian yang dilakukan oleh Gay Hendrick dan
Kate Luderman, menunjukkan pemimpin-pemimpin yang
berhasil membawa perusahaannya ke puncak kesuksesan biasanya
adalah pemimpin yang memiliki SQ yang tinggi. Mereka biasanya
adalah orang –orang yang memiliki integritas, terbuka, mampu
menerima kritik, rendah hati, mampu memahami spiritualitas
yang tinggi, dan selalu mengupayakan yang terbaik bagi diri
mereka sendiri maupun bagi orang lain.

E. Kepemimpinan Sejati
Kepemimpinan adalah sebuah keputusan dan lebih
merupakan hasil dari proses perubahan karakter atau tranformasi
internal dalam diri seseorang. Kepemimpinan bukanlah jabatan
atau gelar, melainkan sebuah kelahiran dari proses panjang

57
perubahan dalam diri seseorang. Ketika seseorang menemukan
visi dan misi hidupnya, ketika terjadi kedamaian dalam diri
(innerpeace) dan membentuk bangunan karakter yang kokoh, ketika
setiap ucapan dan tindakannya mulai memberikan pengaruh
kepada lingkungannya, dan ketika keberadaannya mendorong
perubahan dalam organisasinya, pada saat itulah seseorang lahir
menjadi pemimpin sejati. Jadi pemimpin bukan sekedar gelar atau
jabatan yang diberikan dari luar melainkan sesuatu yang tumbuh
dan berkembang dari dalam diri seseorang. Kepemimpinan lahir
dari proses internal (leadership from the inside out).
Kepemimpinan sesungguhnya tidak ditentukan oleh
pangkat atau jabatan seseorang. Kepemimpinan adalah sesuatu
yang muncul dari dalam dan merupakan buah dari keputusan
seseorang untuk mau menjadi pemimpin, baik bagi dirinya
sendiri, bagi keluarga, bagi lingkungan pekerjaan, maupun bagi
lingkungan sosial dan bahkan bagi negerinya. ―I don‟t think you have
to be waering stars on your shoulders or a title to be leader. Any body who
want to raise his handcanbe a leaderany time‖, dikatakan dengan lugas
oleh General Ronal Fogleman, Jenderal Angkatan Udara Amerika
Serikat yang artinya Saya tidak berpikir anda menggunakan
bintang di bahu anda atau sebuah gelar pemimpin. Orang lainnya
yang ingin mengangkat tangan dapat menjadi pemimpin di lain
waktu.
Sering kali seorang pemimpin sejati tidak diketahui
keberadaannya oleh mereka yang dipimpinnya. Bahkan ketika
misi atau tugas terselesaikan, maka seluruh anggota tim akan
mengatakan bahwa merekalah yang melakukannya sendiri.
Pemimpin sejati adalah seorang pemberi semangat (encourager),
motivator, inspirator, dam maximizer.
Konsep pemikiran seperti ini adalah sesuatu yang baru dan
mungkin tidak bisa diterima oleh para pemimpin konvensional
yang justru mengharapkan penghormatan dan pujian (honor and
praise) dari mereka yang dipimpinnya. Semakin dipuji bahkan
dikultuskan, semakin tinggi hati dan lupa dirilah seorang

58
pemimpin. Justru kepemimpinan sejati adalah kepemimpinan
yang didasarkan pada kerendahan hati (humble).
Pelajaran mengenai kerendahan hati dan kepemimpinan
sejati dapat kita peroleh dari kisah hidup Nelson Mandela.
Seorang pemimpin besar Afrika Selatan, yang membawa
bangsanya dari negara yang rasialis menjadi negara yang
demokratis dan merdeka.Selama penderitaan 27 tahun penjara
pemerintah Apartheid, justru melahirkan perubahan dalam diri
Beliau. Sehingga Beliau menjadi manusia yang rendah hati dan
mau memaafkan mereka yang telah membuatnya menderita selam
bertahun-tahun.
Seperti yang dikatakan oleh penulis buku terkenal, Kenneth
Blanchard, bahwa kepemimpinan dimulai dari dalam hati dan
keluar untuk melayani mereka yang dipimpinnya. Perubahan
karakter adalah segala-galanya bagi seorang pemimpin sejati.
Tanpa perubahan dari dalam, tanpa kedamaian diri, tanpa
kerendahan hati, tanpa adanya integritas yang kokoh, daya tahan
menghadapi kesulitan dan tantangan, dan visi serta misi yang
jelas, seseorang tidak akan pernah menjadi pemimpin sejati.
Sebuah jenis kepemimpinan yaitu Q Leader memiliki 4
makna terkait dengan kepemimpinan sejati, yaitu :
1. Q berarti kecerdasan atau intelligence. Seperti dalam IQ berarti
kecerdasan intelektual, EQ berarti kecerdasan emosional, dan
SQ berarti kecerdasan spiritual. Q leader berarti seorang
pemimpin yang memiliki kecerdasan IQ, EQ, SQ yang cukup
tinggi.
2. Q leader berarti kepemimpinan yang memiliki kualitas(quality),
baik dari aspek visioner maupun aspek manajerial.
3. Q leader berarti seorang pemimpin yang memiliki qi (dibaca ‗chi‟
dalam bahasa Mandarin yang berarti kehidupan).
4. Q keempat adalah qalbu atau innerself. Seorang pemimpin sejati
adalah seseorang yang sungguh-sungguh mengenali dirinya
(qalbu-nya) dan dapat mengelola dan mengendalikannya (self
management atau qalbu management).

59
Menjadi seorang pemimpin Q berarti menjadi seorang
pemimpin yang selalu belajar dan bertumbuh senantiasa untuk
mencapai tingkat atau kadar Q (intelligence-quality-qi-qolbu) yang
lebih tinggi dalam upaya pencapaian misi dan tujuan organisasi
maupun pencapaian makna kehidupan setiap pribadi seorang
pemimpin.Rangkuman kepemimpinan Q dalam 3 aspek penting
yang disingkat menajadi 3C, yaitu :
a) Perubahan karakter dari dalam diri (character chage).
b) Visi yang jelas (clearvision).
c) Kemampuan atau kompetensi yang tinggi (competence).
Ketiga hal tersebut dilandasi oleh suatu sikap disiplin yang
tinggi untuk senantiasa bertumbuh, belajar dan berkembang baik
secara internal (pengembangan kemampuan intrapersonal,
kemampuan teknis, pengatahuan, dan lain-lain) maupun dalam
hubungannya dengan orang lain (pengembangan kemampuan
interpersonal dan metode kepemimpinan). Seperti yang dikatakan
oleh John Maxwell, ―The only way that I can keep leading is to keep
growing. The theday I stop growing, some body else takes the leadership
baton. That is way ital way sit.‖ Satu-satunya cara agar saya tetap
menjadi pemimpin adalah saya harus senantiasa bertumbuh.
Ketika saya berhenti bertumbuh, orang lain akan mengambil alih
kepemimpinan tersebut.

F. Kepemimpinan dan Kearifan Lokal


Kearifan local yaitu spirit local genius yang disepadankan
maknanya dengan pengetahuan, kecerdikan,kepandaian,
keberilmuan, dan kebijaksanaan dalam pengambilan keputusan
dan berkenaan dengan penyelesaian masalah yang relative pelik
dan rumit. Dalam suatu local (daerah) tentunya selalu diharapkan
kehidupan yang selaras, serasi dan seimbang (harmonis).
Kehidupan yang penuh kedamaian dan suka cita. Kehidupan yang
dipimpin oleh pimpinan yang dihormati bawahannya. Kehidupan
yang teratur dan terarah yang dipimpin oleh pimpinan yang
mampu menciptakan suasana kondusif. Kehidupan manusia tidak
lepas dari masalah. Serangkaian masalah tidaklah boleh

60
didiamkan. Setiap masalah yang muncul haruslah diselesaikan.
Dengan memiliki jiwa kepemimpinan, seseorang akan mampu
menaggulangi setiap masalah yang muncul.
Manusia di besarkan masalah. Dalam kehidupan local
masyarakat, setiap masalah yang muncul dapat ditanggulangi
dengan kearifan local masyarakat setempat. Contohnya adalah
masalah banjir yang di alami masyarakat di berbagai tempat.
Khususnya di Bali, seringkali terjadi banjir di wilayah Kuta.
Sebagai tempat tujuan wisata dunia tentu hal ini sangat tidak
menguntungkan. Masalah ini haruslah segera ditangani. Dalam hal
pembuatan drainase dan infrastruktur lainnya, diperlukan
kematangan rencana agar pembangunan yang dilaksanakan tidak
berdampak buruk. Terbukti, penanggulangan yang cepat dengan
membuat gorong-gorong bisa menurunkan debit air yang
meluber ke jalan.

G. Kesimpulan
Kata pemimpin, kepemimpinan serta kekuasaan memiliki
keterikatan yang tak dapat dipisahkan. Karena untuk menjadi
pemimpin bukan hanya berdasarkan suka satu sama lainnya,
tetapi banyak faktor. Pemimpin yang berhasil hendaknya memiliki
beberapa kriteria yang tergantung pada sudut pandang atau
pendekatan yang digunakan, apakah itu kepribadiannya,
keterampilan, bakat, sifat-sifatnya, atau kewenangannya yang
dimiliki yang mana nantinya sangat berpengaruh terhadap teori
maupun gaya kepemimpinan yang akan diterapkan. Rahasia
utama kepemimpinan adalah kekuatan terbesar seorang
pemimpin bukan dari kekuasaanya, bukan kecerdasannya, tapi
dari kekuatan pribadinya. Seorang pemimpin sejati selalu bekerja
keras memperbaiki dirinya sebelum sibuk memperbaiki orang
lain. Pemimpin bukan sekedar gelar atau jabatan yang diberikan
dari luar melainkan sesuatu yang tumbuh dan berkembang dari
dalam diri seseorang. Kepemimpinan lahir dari proses internal
(leadership from the inside out).

61
IMM dan Transformasi Kader
Oleh: Adrian Pianus
PC IMM Kota Gorontalo

A. Pendahuluan
Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) merupakan
organisasi kemahasiswaan Islam yang lahir di Yogyakarta 14
maret 1964. Kelahiran IMM merupakan keharusan sejarah yang
tak terbendung lagi. Sebagai anak (ORTOM) Muhammadiyah,
IMM—merupakan perpanjangan tangan dari ORMAS
Muhammadiyah—dalam mendakwahkan Islam di kampus-
kampus di Indonesia. Sebagai organisasi kader, IMM
memposisikan perkaderan sebagai hal yang paling mendasar.
Perkaderan akan meregenerasi personal dalam mewujudkan
tujuan organisasi dan melanjutkan estafet kepemimpinan.
Perkaderan IMM memiliki tanggung jawab dalam ranah
keagamaan, kemahasiswaan, dan kemasyarakatan.
Ranah perkaderan IMM ini yang disebut dengan istilah Tri
Kompetensi Dasar (Religiusitas, Intelektualias dan Humanitas).
Sesuai dengan ruang lingkup mahasiswa, perkaderan IMM lebih
diarahkan pada menciptakan sumber daya manusia yang memiliki
kapasitas mumpuni di bidang akademik. IMM memiliki tujuan
untuk membentuk akademisi Islam yang berakhlak mulia dalam
rangka mencapai tujuan Muhammadiyah. Berdasarkan tujuan
IMM tersebut selain menjadi organisasi kader, IMM juga sebagai
organisasi Islam dan organisasi pergerakan. IMM sebagai
organisasi Islam mengemban amanah dakwah Islam dalam
lingkup mahasiswa dan masyarakat luas.
IMM sebagai organisasi pergerakan, memiliki tugas dalam
pemberdayaan masyarakat dan mencerdaskan masyarakat. Sebagai
akademisi, pemberdayaan masyarakat ditekankan pada ranah
keilmuan. Pencerdasan masyarakat melalui pendidikan Islam
dalam IMM termanifesto dalam perkaderan intelektual.
Pendidikan islam merupakan wahana penting dalam penanaman
ilmu pengetahuan yang memiliki kegunaan pragmatis dalam

62
kehidupan bermasyarakat. Sesuai dengan falsafah IMM yaitu
mengembangkan nilai nilai uswah, paedagogi-kritis dan hikmah
untuk mewujudkan gerakan IMM sebagai gerakan intelektual.
Intelektual merupakan bagian dari ilmu pengeteahuan yang
diajarkan dalam Pendidikan Islam. Hal ini sesuai dengan pendapat
Al Attas tentang pengklasifikasian ilmu pengetahuan yang
diajarkan dalam pendidikan agama islam. Perkaderan intelektual
dibutuhkan dalam proses penanaman intelektual pada diri
seseorang untuk lebih mengembangkan akal dan pikiran
seseorang. Berdasarkan penjelasan tersebut perkaderan intelektual
penting adanya dalam menunjang Pendidikan Agama Islam baik
dalam materi yang diajarkan maupun proses penanaman ilmu.

B. Transformasi Kader IMM


Diera yang serba kapitalistik-materialistik ini, manusia
mengalami kemorosotan ahlak/ perilaku yang menjerumuskan—
pada sifat-sifat individualistik. Gerak peradaban yang semakin
maju, justru—menjadikan manusia termasuk mahasiswa terjebak
dalam praktik dehumanisasi. IMM sebagai organisasi mahasiswa
yang bergerak dalam bidang keagamaan, memiliki peran yang
besar dalam mengubah ketatanan ini. Perkembangan teknologi
yang kian pesat sudah tak terelakan lagi. Digitalisasi yang sudah
mulai merambah kesegala sektor, ternyata mempengaruhi pola
hidup masyarakat dalam aspek sosial maupun ekonomi. Masifnya
penggunaan jejaring internet yang merupakan hasil revolusi
industrusi, akan menjadikan dua mata pisau yang tajam untuk
digunakan sebagai alat yang memecah masalah baru.
IMM adalah organisasi kader yang bergerak di bidang
keagamaan, kemasyarakatan dan kemahasiswaan dalam rangka
mencapai tujuan Muhammadiyah. Keberadaan identitas IMM
tidak bisa dilepaskan dengan tubuh besar yang menaunginya yakni
Muhammadiyah. Segala hal yang ada dalam Muhammadiyah
haruslah benar-benar dimengaerti, dipahami dan digerakan oleh
IMM. Sebab disinilah embrio identitas IMM tersebut besumber
dan bermuara. Gejolak pemikiran di kalangan kader IMM secara

63
umum terfragmentasi kedalam dinamika pemikiran kaum muda
Muhammadiyah ataupun pemikiran Islam secara umum. Sehingga
berakibat pada corak pemikiran yang beragam dan plural. Entah,
hal tersebut berhaluan liberal, konservatif ataupun dekonstruktif.
Hal ini terjadi karena dinamika pemikiran dan gerakan
dikalanngan mahasiswa cenderung dialektis. Maka, tidak menutup
kemungkinan terjadinya persentuhan pemikiran kader IMM
dalam dinamika pemikiran yang sedang begejolak dengan
beragam derivasinya tersebut. Akibat beragamnya pemikiran
kadder IMM, tentu saja berpengaruh kepada karakter dan corak
gerakannya bisa berdampak positif satu sisi dan negatif disisi yang
lain.
Gerakan IMM sebagai gerakan mahasiswa islam dan
otonom Muhammadiyah, memiliki gerakan mendasar dari
gerakan mahasiswa lainnya. Gerakan IMM yang dibangun pelaku
pergerakan harus berlandaskan paham dengan ajaran
Muhammadiyah. Sebab IMM pada hakikatnya sebagai ortom,
tentu saja untuk mendukung pergerakan Muhammadiyah. Adanya
bentuk Ijtihad gerakan IMM menjadi sangat penting untuk
membaca kelentukan zaman dan mampu berkonstribusi solutif
terhadap problematika yang dihadapi. Yang bisa menjadi benang
merah dan barang kali bisa dilakukan oleh IMM sebagai bagian
dari kultur intelektual masyarakat kampus yakni, adanya integrasi
nilai gerakan dengan disiplin ilmu.
Arah wacana dan gerakan keislaman IMM adalah tauhid
sosial, yang outputnya dapat kritis terhadap hegemoni dan
kebijkan negara serta tetap menjaga profesionalitas profesi yang
masing-masing kader sehingga antara kompetensi dan profesi
kader dapat disejajarkan dengan nilai, identas dan gerakan IMM.
Sekaligus menjadi tonggak bahwa kader IMM tidak
mementingkan aspek jati dirinya sendiri secara egois sebagai
mahasiswa yang memiliki wawasan akademik semat, tetapi harus
juga mengedepankan aspek Religiulitas dan Humanitas,
Intelektuaitas, dan humanitas bentuk keberpihakan aplikatif. Di
samping tetap mengarahkan kader dalam menafsirkan,

64
memahami dan menggerakan identitas enam penegasan sebagai
identitas kader IMM. Enam penegasan inilah yang menjadi
fondasi IMM baik secara filisofis dan gerakan sejak dideklarasikan
kelahirannya. Sebab dari enam penagasan inilah terlahir intisari
konsepsi ―trilogi, yakni: religiusitas, intelektualitas, dan humanitas
yang terintegral satu sama lain tanpa dipisahkan satu sama lain.

C. Peran IMM Pada Revolusi Industri 4.0


Dalam Pemberdayaan Ekonomi Perubahan nalar pikir
hingga pola hidup masyarakat merupakan konsekuaensi logis dari
adanya perubahan dan perkembangan zaman. Tentunya
perubahan memiliki dua konsekuensi yakni perubahan yang
membawa kepada dampak positif dan negatif. Suatu hal yang
paling menarik adalah, perubahan pola hidup masyarakat
khususnya anak-anak, remaja, dan dewasa di zaman ini. Dengan
permasalahan yang sudah nampak dihadapan kita ini muncul
sebuah pertanyaan, bagaimana peran kita IMM kedepan dalam
menghadapi tantangan revolusi industri 4.0. untuk menuju kepada
revolusi industri 4.0 kita harus kembali lagi kepada sejarah
lahirnya IMM sebagai landasan kita bagaimana harus sampai lahir
gerakan melalui lembaga IMM.
Dengan adanya arus informasi dan perkembangan teknologi
yang semakin pesat, menghantarkan kita pada satu era yang
dinamakan Revolusi Industri 4.0. Yakni sebuah abad industri
dimana jaringan internet mengambil alih segalanya dengan lini
produksi di dunia industri. Revolusi generasi keempat ini ditandai
dengan kemunculan super komputer, robot pintar, kendaraan
tanpa pengemudi, rekayasa genetik dan perkembangan
neuroteknologi yang memungkinkan manusia untuk lebih
memaksimalkan fungsi otak. Pembaruan ini berdampak pada
terciptanya jabatan dan ketrampilan kerja baru serta hilangnya
beberapa jabatan lama.
Pada perjalanannya, Revolusi Industri 4.0 melahirkan sebuah
inovasi yang mendobrak kebiasaan masyarakat saat ini. Gebrakan
itu bernama ecommerce. Ecommerce adalah aktivitas bisnis yang

65
baik dari pemasaran hingga proses transaksi dilakukan melalui
internet. Kehadiran e-commerce diyakini telah memudahkan
konsumen dan produsen dalam melakukan transaksi serta dapat
meningkatkan efisiensi biaya yang menggantikan peran perantara
dalam rantai distribusi.
Hal tersebut lantas membuat e-commerce sebagai aspek yang
dianggap penting pada abad ke-21. Dengan masifnya
perkembangan e-commerce saat ini, e-commerce telah
dimanfaatkan masyarakat pada berbagai sektor. Salah satu sektor
tersebut ialah sektor agraria dan secara spesifik di bidang
pertanian. Pertanian merupakan sektor yang mempunyai andil
yang cukup vital bagi Indonesia. Hal tersebut dikarenakan
pertanian berkontribusi untuk menghasilkan devisa negara dan
sebagai ketahanan serta kedaulatan pangan. Lebih jauh lagi, sektor
pertanian telah berhasil menyumbangkan 13,6% atau sekitar US$
136 miliar pada Produk Domestik Bruto Indonesia.
E-commerce menjadi jembatan yang produktif dalam
menghubungkan penawaran dan permintaan akan pangan.
Pastinya, produktivitas ini harus didukung dengan kemampuan
mengakses internet yang memadai oleh masyarakat itu sendiri.
Penggunaan e-commerce sudah tidak asing lagi bagi masyarakat
yang mulai didominasi oleh para generasi milenial yang umumnya
sudah sangat familiar dan menguasai penggunaan internet.
Penggunaan e-commerce juga meningkat seiring dengan
penggunaan internet di Indonesia. Data di atas memperlihatkan
bahwa tingkat penggunaan internet di masyarakat tumbuh secara
konsisten dari tahun ke tahun, bahkan diproyeksikan lebih dari
setengah total produk Indonesia telah menggunakan internet di
tahun 2020.
Kehadiran teknologi mampu memberikan manfaat seperti
peningkatan pendapatan petani dalam penjualan hasil komoditas.
Adanya e-commerce merupakan salah satu contoh dari kehadiran
teknologi. Rantai distribusi yang dilalui oleh produk hasil
pertanian tidak hanya melibatkan produsen dan konsumen saja.
Pada kenyataannya, rantai distribusi tersebut merupakan proses

66
yang panjang dan melewati banyak ―tangan. ―Tangan yang
dimaksud adalah para tengkulak-tengkulak yang selama proses
pertanian mengambilan keuntungan banyak dari penyaluran
produk Praktik yang sering terjadi adalah tengkulak tersebut
membeli produk dari petani dengan harga yang sangat murah dan
menjualnya kepada konsumen dengan harga yang sangat tinggi.
Bahkan, harga yang dijual kepada konsumen bisa mencapai
dua kali lipat dari harga aslinya. Hal ini menyebabkan
ketidaksejahteraan petani karena produsen surplus yang harusnya
didapatkan oleh petani telah diambil oleh tengkulak itu sendiri.
Disinilah peran ecommerce hadir untuk meggeser para tengkulak.
Ecommerce berperan layaknya jembatan yang menghubungkan
petani langsung dengan para konsumen. Tentu saja dengan e-
commerce ini transaksi menjadi jauh lebih efisien. Apalagi,
harganya bisa jauh lebih murah dan konsumen mendapatkan
transparansi harga.
IMM sebagai organisasi otonom Muhammadiyah yang
memiliki basis gerakan dalam bidang kemasyarakatan sudah
seharusnya melakukan pemberdayaan masyarakat untuk
mengantisipasi dan memetakan kehadiran Revolusi Industri 4.0.
Apabila selama ini IMM melakukan pemerdayaan hanya pada
fakir miskin, maka sudah saatnya IMM melebarkan sasaran
pemberdayaan pada usaha kecil mikro yang dikolaborasikan
dengan revolusi industri 4.0 yang akan berujung pada lahirnya era
disrupsi.
Penggunaan e-commerce sebagai peluang peningkatan
perekonomian di Indonesia belum cukup maksimal, hal ini akan
membahayakan apabila masyarakat tidak diberdayakan untuk
mengasah kreatvitas, menjadi wirausaha dengan memanfaatkan
jejaring online. Dengan itu, IMM seharusnya tampil lebih
responsif dan solutif untuk berperan dalam era Revolusi Industri
4.0 ini. Mempersiapkan diri, memberdayakan masyarakat untuk
menyongsong Revolusi Industri 4.0, dengan begitu maka era ini
tidak akan menjadi era yang membuat umat manusia semakin
teralineasi dari zaman.

67
Dalam sektor agraria terkhusus pertanian, IMM sebagai
pengawal kebijakan pemerintah mendorong peningkatan
infrastruktur aksesibilitas internet agar penyebaran jaringan
internet merata di wilayah Indonesia. Pemberdayaan yang dapat
dilakukan IMM oleh petani desa juga dapat dilakukan dengan
memberikan pembelajaran mengenai literasi teknologi dan
penggunaan jejaring internet secara lebih masif untuk menunjang
perekonomian dan peningkatan pendapatan petani. IMM sudah
seyogyanya melakukan hal tersebut, mentransformasikan ilmu
yang dimiliki yang berlandaskan dengan misi religiusitas sesuai
apa yang disandang oleh kader IMM sebagai ―cendekiawan
berpribadi.
Humanisme adalah tataran aksiologis yang merupakan hasil
akumulasi dari religiusitas dan intelektualitas. Maka tidak serta
merta humanisme diartikan dengan sederhana sebagai bentuk
keberpihakan yang diwujudkan menjadi bakti sosial. Namun aksi
yang dilakukan IMM sudah melalui tataran diskusi dan
konsolidasi, sehingga IMM betul-betul menjadi gerakan yang
solutif dan mencerahkan.

D. Peran IMM dalam Perguruan Tinggi


IMM sebagai organisasi kader yang khusus dibentuk oleh
Muhammadiyah, untuk melangsungkan dan mewujudkan cita-cita
Muhammadiyah dikalangan Mahasiswa. Mahasiswa sebagai
masyarakat intelektual sangat dibutuhkan oleh Muhammadiyah
untuk menopang dan memproduksi kader-kader dengan pikiran
cerdas, diri penuh dengan keimanan kepada Allah dan berjiwa
sosial kemasyarakatan. Hubungan Muhammadiyah dengan IMM
adalah hubungan seperti orang tua dengan anaknya.
Amal Usaha Muhammadiyah merupakan alat dakwah
Muhammadiyah terdiri dari amal usaha bidang ekonomi, sosial,
pendidikan dan lain-lain. PTM masuk sebagai amal usaha yang
bergerak dalam dunia pendidikan dan biasa dikenal sebagai PTM.
Ada hubungan segitiga yang tidak bisa dipisahkan antara
Muhammadiyah, sebagai organisasi Induk, kemudian PTM

68
sebagai Alat dakwah Muhammadiyah dan IMM sebagai generasi
penerus Muhammadiyah. Maka siapapun PTM wajib untuk
mematuhi aturan Muhammadiyah dan membina, mendidik
penerus Muhammadiyah, kader Muhammadiyah yang terwadahi
dalam organisasi IMM.
IMM memiliki peran sentral di perguruan tinggi
Muhammadiyah yaitu organisasi kader Muhammadiyah yang ada
di PTM. IMM harus mampu menjadi penggerak, dan mampu
menyiapkan para pemimpin organisasi kemahasiswaan yang ada.
Harapannya adalah apabila pemimpin organisasi kemahasiswaan
adalah dari IMM maka seluruh organisasi kemahasiswaan bisa
menjadi wadah persemaian kader Muhammadiyah.
Peran-peran Intelektual pada bidang akademik, IMM juga
harus ambil bagian. Terutama prestasi dalam dunia akademik
seperti karya tulis ilmiah, pekan karya ilmiah, penelitian
mahasiswa, mapun karya-karya yang lain. IMM juga harus
membina hubungan baik dengan pimpinan Perguruan Tinggi
Muhammadiyah layaknya seorang anak kepada bapaknya tetapi
tetap menjaga sikap korektif yang konstruktif, kritis selaku kader
yang menjaga Amal Usaha Muhammadiyah tetap berada dalam
jalur kaidah dan cita-cita Muhammadiyah.

E. Implementasi Politik Kebangsaan


Sebagai anak kandung Muhammadiyah, IMM juga
merupakan gerakan da‗wah di kalangan mahasiswa. Politik juga
merupakan gerakan da‗wah. Hanya saja Murray Bookchin (1984)
membedakan politik menjadi dua yaitu politik kerakyatan dengan
politik partai. Politik kerakyatan lebih dekat dan aman dalam
melakukan da‗wah. Melalui politik kerakyatan atau politik
kebangsaan IMM bisa mempertahankan idealisme organisasi
untuk senantiasa berpihak kepada rakyat dan kebenaran, misalnya
dengan mengkritisi kebijakan pemerintah yang sewenang-wenang
(tentu saja dengan cara yang santun dan ilmiah, misalnya dengan
dengar pendapat dan memberikan solusi persoalan). Inilah bentuk
amar ma‗ruf nahi munkar IMM dalam upaya membangun

69
keadilan dan kesejahteraan. IMM perlu melakukan perjuangan
moral (high politic) misalnya dengan melakukan pembinaan
terhadap masyarakat dan mengontrol tindakan pemerintah dan
masyarakt yang keluar dari nilai kebenaran dan keadilan. Ada
banyak persoalan di negeri ini, seperti kejahatan internasional
yang terorganisir (misalnya melalui MNC), korupsi, kejahatan,
pencucian uang, perdagangan narkoba, cyber pornografi,
perdagangan perempuan dan anakanak, kerusakan lingkungan
hidup, kemiskinan akut, hilangnya kemerdekaan para petani dan
buruh, serta berbagai isu lainnya, baik nasional maupun regional
dan lokal. Dengan cara inilah IMM menjadi media yang akan
melahirkan para negarawan. Upaya di atas tentu tidak mudah.
Organisasi perlu melakukan konsolidasi gerakan, kristalisasi isu
bersama, menjalin netwoking, dan mereformasi model
perkaderan. Artinya, IMM berpandangan jauh ke depan, tidak
hanya memikirkan politik kepartaian yang mementingkan urusan
jangka pendek. IMM perlu belajar keikhlasan dan perjuangan dari
pendiri Muhammadiyah, KH. Ahmad Dahlan. Beliau pernah
berujar, "Hidup di dunia ini hanya sekali untuk bertaruh, bahagiakan
atau sengsarakah kelak kita di akhirat. Mereka yang selamat adalah
orang-orang yang ikhlas. Sungguh semua manusia mati (perasaannya)
kecuali para ulama dan cendikiawan, mereka para ulama dan cendikiawan
masih dalam kebingungan kecuali yang beramal dan bekerja, dan orang-
orang ini pun tidak beruntung kecuali karena Ikhlas!”. IMM juga perlu
memahami kembali prinsip-prinsip kebijakan organisasi, yang
meliputi:
1. Prinsip Tujuan dan pengkadern: program senantiasa sesuai
dengan tujuan IMM untuk membentuk akademisi Islam yang
berakhlak mulia dengan lahirnya kader-kader yang berkualitas.
2. Prinsip Dakwah: bahwa IMM senantiasa istiqomah dengan
da‗wah Islam amar ma‗ruf nahi mungkar.
3. Prinsip Kebersamaan dan keseimbangan: kegiatan merupakan
kesepakatan bersama yang seimbang dalam pengembangan
masalah keagamaan, keilmuan dan kemasyarakatan.

70
4. Prinsip Kemajuan atau Progresifitas: semua kegiatan harus
membuat IMM menjadi lebih baik, lebih progresif dan
mencerahkan bagi persyarikatan, umat dan bangsa.

F. Bidang Pergerakan IMM


Bidang pergerakan IMM hal yang sangat prinsip dan vital, hal
tersebut dikarenakan bidang prgerakan IMM lahir pada konsep
Trilogi IMM. Sebab melalui trilogi basis perjuangan gerakan
Ikatan menemukan nilai dan aktualisasinya. Bisa dibilang tanpa
adanya trilogi ruh ikatan memudar dan tidak menemukan arah.
Oleh sebab itu, menjadi kewajiban semua kader untuk bisa
memahami, menerjemah dan menggerakan trilogi tidak hanya
dalam tingkat wacana dan nlai, melainkan dapat dijadikan dalam
melakukan praksis gerakan. Interpretasi trilogi IMM membuat
keagamaan menjadi religiusitas (transendensi), kemahasiswaan
menjadi intelektualitas dan masyarakat menjadi liberatif dan
humanitas. Jadi ketiga unsur ini menjadikan IMM di mata kader-
kadernya dan pergerakan lain memiliki ciri khas tersendiri. Berikut
ini merupakan penjelasan mengapa IMM menggunakan trilogi
sebagai landasan pergerakan, yaitu:
1. Keagamaan
Interpretasi dari keagamaan dalam ikatan bermakna
religiusitas (transendenden) agama agar mencapai makna
tersebut dilakasanakan dan difahami dengan cara yang
sungguh-sungguh mendalam, dan istikomah. Salah satu cara
pemahaman atau pemaknaan agama di kemukakan oleh
Hasan Hanafi dalam melakukan tugas pembangunan
peradaban, maka seorang kader menguasai tiga tradisi. Ketiga
tradisi tersebut adalah:
Pertama, tradisi klasik yang digunakan agama sebagai
semangat pembebasan dan praksis sosial. Penguasaan
terhadap tradisi klasik diharapkan agar menangkap esensi
agama yang bersifat mencerahkan dan membebaskan. Agama
yang bersifat mecerahkan dikarenakan sebagai penyelesaian

71
terhadap persoalan-persoalan kemanusiaan dengan cara yang
humanitas dan mencerdaskan.
Kedua adalah tradisi sekarang yang dikenal dengan
oksidentalism. Tradisi sekarang ini menjadikan mat islam
melihat peradaban barat yang sangat maju dan kita belajar
pada mereka dengan melengkapinya sehingga memiliki
kedudukan yang sama antara barat dan islam dalam mengaji
pengetahuan, hal ini menurut Hasan Hanafi sebagai
kesajajaran ego barat dan islam.
Ketiga, tradisi masa depan yakni tradisi yang menjadikan
islam bersentuhan dengan tradisi sekarang dan meramal islam
dan merekonstruksi peradaban. Umat islam juga berhak
menilai dirinya sendiri dan dapat menilai dengan melakukan
pengkajian terhadap peradaban barat dari sini maka terjadinya
kesesejajaran ego barat dan islam Pelaksanaan transformasi
proferik ini menjadikan Islam sebagai rahmat untuk alam,
manusia dan menjadikan ajaran Islam melampaui zaman dan
waktunya ketika itu. Bahkan semangat agama sebagai
pembebasan atau keberpihakan, sudah diterapkan oleh
pendiri Muhammadiyah dengan berdirinya sekolah, pantai
asuhan, rumah sakit dan lembaga sosial yang lain.
Semangat yang dibawa oleh Kyai Ahmad Dahlan adalah
semangat profetis agama dalam melakukan transformasi
sosial. Pemahaman keagamaan ikatan dapat digali dari
pemikiran tokoh- tokoh keagamaan dan beberapa ilmuan
sosial yang menjadikan ilmunya untuk kemanusia- an bukan
kepentingan penguasa dan pemodal.
Islam disini menjadi sumber dan inspirasi dalam
mengatasi problem sosial kemanusian dan problem lain.
Problem yang lain tersebut, seperti terekploitasinya
kepentingan modal dan tak memberikan manfaat bagi
manusia serta terjadinya kerusakan alam yang berdampak bagi
generasi sekarang dan akan datang bahkan yang masih
populer sekarang adalah Kemahasiswaan.

72
2. Kemahasiswaan
Menjadi intelektualitas, Mahasiswa merupakan salah satu
generasi yang memiliki sensitifitas sosial, kepeduliaan
terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, dan bagaimana
menyikapi. Kalangan maha-siswa juga dikatakan sebagai
generasi akademis yang memiliki sifat terbuka, siap menerima
kritikan dan menghargai kebenaran bersifat plural sebagai
corak berfikir futuristik. Hal tersebut merupakan bagian dari
cita-cita Kuntowijoyo yakni, tercipta masyarakat ilmu sebagai
ciri khas mahasiswa.
Gerakan keilmuan ikatan sebagai pengejawantahan dari
beraklak mulia. Akamemisi merupakan cerminan haus
terhadap ilmu sehingga menjadikan kader sebagai masyarakat
pembelajar. Masyarakat pembelajar akan dapat melahirkan
kaum intelektual. Intelektual tersebut tercermin dari karakter
kader akademisi Islam sebagaimana dalam mars ikatan
"cendekiawan berpribadi susila, cakap, takwa kepada Tuhan".
3. Kemasyarakatan
Dengan interpretasi humanitas dan liberatif. Humanitas
yang dilakukan oleh IMM merupakan tuntutan realitas yang
mengalami dehumanisasi disebabkan konsep kesadaran
manusia yang berdasarkan antroposentris. Kesadaran ini
pertama digulirkan oleh seorang filsuf Rene Descartes
seorang filsuf dari Prancis dengan jargonnya "saya berfikir
maka saya ada" (cogito ergo sum). Kesadaran yang dibangun
oleh Descartes menjadikan manusia bersifat otonom dan
menentukan nasibnya serndiri dalam menaklukkan alam.
Dalam perkembangannya melahirkan tradisi kebudayaan
barat, dan pada masyarakatnya terjadi kemajuan teknologi
yang ditandai pada awal abad ke-19. Penemuan metode
ilmiah deduksi, induksi, ekperimen oleh Francis Bacon turut
berperan penting mendorong kemajuan ilmu pengetahuan
dan teknologi.
Kebudayaan barat yang mengalami hambatan spiritual
telah memunculkan patologi kebudayaan. Hal tersebut

73
dilontarkan oleh Doni Grahal Adrian yang kemudian yang
kemudian memunculkan istilahistilah Pragmatisme,
anarkhisme, utilitarisme dalam rangka mengobati
pemberdayaan barat tersebut.
Dalam masyarakat post-industrial tujuan teknologi dan
sistem kapitalis adalah untuk mempermudah manusia, tetapi
kenyataannya memprsulit manusia. Hal inilah yang di katakan
Weber dengan sangkar besi rasionalisme. Sistem kapitalisme
dan perkembangan teknologi telah berjalan tanpa ada yang
mengendalikan sehingga menjadi alat bagi para pemodal dan
menyebabkan dehumanisasi dan kerusakan teknologi.
IMM sebagai organisasi yang mengetahui dan sadar
dengan realitas tersebut memberikan banyak pilihan dan
memberi banyak tawaran terhadap persoalan yang tidak ada
akhir. Melihat problem yang terjadi sekarang, maka di era
postmodernisme yang coba mengintegrasikan antara agama
dengan ilmu pengetahuan atau penyapaan bahasa langit
dengan bumi. Pengintegrasian ini mencoba memberikan
tawaran terhadap problem dehumanisasi dengan
menggunakan istilah Ali Syariati dikutip oleh Kuntowijoyo,
humanisme teo-antroprosentris yang di dasarkan pada nilai
ajang agama dalam melihat manusia, bukan pada manusia itu
sendiri.

G. Kesimpulan
IMM sebagai ortom Muhammadiyah yang ikut serta
memperjuangkan tujuan Muhammadiyah yang di mana dengan
memunculkan berbagai macam upayah yang dilaksanakan pejuang
ikatan. Upaya-upaya tersebut dituang melalui transformasi kader
yang sangat penting diera revolsi industri 4.0. transformasi kader
melahirkan konsep peran IMM dalam menjalankan amanahnya,
adapun peran tersebut adalah Peran IMM Pada Revolusi Industri
4.0 dalam Pemberdayaan Ekonomi, peran IMM dalam Perguruan
tinggi, dan peran IMM di politik kebangsaan.

74
Tauhid Sosial
Oleh: Rahmawati J. Intilo
PC IMM Kabupaten Buol

A. Pendahuluan
Interpretasi dari makna tauhid itu sendiri adalah bagaimana
hubungan manusia dengan Allah dan hubungan manusia dengan
manusia tidak terjadi ketimpangan, artinya manusia harus bisa
menempatkan dirinya sebagai hamba Allah yang selalu
menundukan dirinya dengan melakukan ibadah mahdhoh.Dan
dalam pembahasan mengenai tauhid ini, tauhid merupakan
sesuatu hal yang paling penting dalam agama islam,dimana tauhid
mengambil peran penting dalam membentuk pribadi-pribadi yang
tangguh,selain itu tauhid juga merupakan inti atau akar daripada
―aqidah islamiyah‖.
Namun rupanya saat ini pembahasan masalah antara aqidah
dengan tauhid menjadi sesuatu yang terkesampingkan dalam
kehidupan, cenderungnya masyarakat yang hedonis dengan
persaingan hidup yang begitu ketat, sehingga urusan duniawi
menjadi suatu hal yang menyita perhatian manusia dengan hal
lainnya.maka dari itu kita sebagai manusia harus memperkuat
hubungan manusia dengan Allah. Selain itu juga harus mampu
memahami gejala-gejala sosial yang terjadi pada masyarakat.
Sehingga tidak akan terjadi ketimpangan antara hubungan
manusia dengan Allah dan hubungan manusia dengan manusia.
Maka dari itu diharapkan penulisan makalah ini, selain
pengetahuan yang luas tentang tauhid sebagai intisari peradaban,
harus diimbangi dengan ilmu sosial kemasyarakatan sehingga
menghantarkan umat islam menuju kejayaan yang tidak pernah
tertandingi.

B. Pengertian Tauhid Menurut Islam


Tauhid adalah bahasa arab yang diambil dari kata
―Wahada-Yuwahidu-Tauhiddan”( ‫ توحيدا‬-‫ يوحد‬-‫ ) وحد‬yang secara
sederhana dapat diartikan mengesahkan.Tauhid merupakan satu

75
suku kata wahid (‫ )واحد‬dan kata ahad. Wahid berarti satu dan ahad
yang berarti esa.
Tauhid didalam ajaran islam berarti sebuah keyakinan
akan keesaan Allah. Inilah inti dan dasar dari seluruh tata nilai dan
norma islam. Karena itu islam dikenal sebagai agama tauhid yaitu
agama yang mengesakan Tuhan. Selanjutnya, dalam
perkembangan sejarah kaum muslimin, tauhid telah berkembang
menjadi nama salah satu cabang ilmu Islam, yaitu ilmu Tauhid
yakni ilmu yang membahas segala kepercayaan-kepercayaan yang
diambil dari dalil - dalil keyakinan dan hukum-hukum di dalam
Islam termasuk hukum mempercayakan Allah itu Esa.

C. Tauhid sebagai Cabang Islam


Tauhid didalam kajiannya sebagai salah satu cabang ilmu
telah diklasifikasikan menjadi beberapa bagian yaitu :
a. Tauhid dalam Rububiyyah
Dalam Islam, hakikat manusia beragama adalah meyakini
adanya tuhan. Bentuk dari keyakinan itu adalah mengabdikan
diri kepada-Nya dengan segenap anggota tubuh (jawahir).
Dalam tataran tauhid rububiyah pada dasarnya manusia berada
pada posisi yang sama, yaitu meyakini suatu realitas wujud
yang maha sempurna. Beriman bahwa hanya Allah satu-
satunya Rabb yang memiliki, merencanakan, menciptakan,
mengatur, memelihara serta menjaga seluruh alam semesta.
Sebagaimana terdapat dalam firman Allah surat Az-Zumar ayat
62 yang berbunyi: ―Allah pencipta segala sesuatu dan dia yang
memelihara segala sesuatu itu”
b. Tauhid dalam Uluhiyyah
Tauhid Ulluhiyah merupakan suatu penegasan bahwa tuhan
adalah Allah dan Muhammad adalah utusan-Nya. Beriman
bahwa hanya Allah semata yang berhak disembah, tidak ada
sekutu bagiNya. Beriman terhadap ulluhiyah Allah merupakan
konsekuensi dari keimanan terhadap rububiyah-
Nya.Sebagaimana telah disebutkan dalam Firman Allah surat
Al Imran ayat 18 yang berbunyi : ―Allah menyatakan bahwa tidak

76
ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia yang menegakkan
keadilan. Para malaikat dan orang - orang yang berilmu (juga
menyatakan demikian). Tidak ada Tuhan (yang berhak disembah)
selain Dia yang Maha perkasa lagi Maha Bijaksana”.
c. Tauhid dalam Asma wa sifah
Beriman bahwa Allah memiliki nama dan sifat yang baik
(asma‟ul husna) yang sesuai dengan keagungan Nya. Umat Islam
mengenal 99 asma‘ul husna yang merupakan nama sekaligus
sifat Allah. Sebagaimana telah disebutkan dalam firman Allah
SWT yang berbunyi :“Hanya milik Allah Asma-ul husna maka
bermohonlah kepada-Nya dengan menyebut asma-ul husna itu dan
tinggalkanlah orang-orang yang menyimpang dari kebenaran dalam
menyebut nama-nama Nya. Nanti mereka akan mendapatkan balasan
terhadap apa yang telah mereka kerjakan”.

D. Tauhid sebagai Dimensi Metodologi


Sebagai intisari peradaban islam, tauhid memiliki dua segi
atau dimensi: segi metodologis dan konseptual. Yang pertama
menentukan bentuk penerapan dan implementasi prinsip pertama
peradaban. Yang kedua menentukan prinsip pertama itu sendiri.
Dimensi metodologis meliputi tiga perinsip yaitu : kesatuan,
rasionalisme dan toleransi. Ketiganya ini merupakan bentuk
peradaban islam.
1. Kesatuan
Tak ada peradaban tanpa kesatuan. Jika unsur-unsur
peradaban tidak bersatu dan selaras satu dengan yang lainnya,
maka unsur-unsur itu bukan membentuk peradaban,
melainkan himpunan campur aduk. Prinsip menyatatukan
berbagai unsur dan memasukan unsur-unsur itu didalam
kerangkanya sangat penting. Prinsip seperti ini akan mengubah
campuran hubungan unsur-unsur satu dengan lainnya menjadi
bangunan rapi dimana tingkat prioritas atau derjat kepentingan
dapat dirasakan. Perdaban islam menempatkan unsur-unsur
dalam bangunan rapi dan mengatur eksistensi dan
hubungannya berdasarkan pola yang seragam. Unsur-unsur itu

77
sendiri ada yang asli dan ada yang berasal dari luar. Tidak ada
peradaban yang tidak mengambil unsur dari luar. Yang penting
adalah bahwa peradaban mencerna unsur it, yaitu mempola
kembali bentuk dan hubungannya sehingga menyatu ke dalam
sistemnya sendiri. Secara organis, unsur-unsur itu bukan
bagian dari peradaban itu. Namun jika peradaban ini telah
berhasil mengubah mereka dan mengintgrasikannya ke dalam
sistemnya, maka proses integrasi menjadi indeks vitalitas,
dinamisme dan kreativitasnya dalam setiap peradaban integral,
dan tentu saja daam islam, unsur-unsur pembetuknya, baik
unsur material,struktural atau relasional, semuanya diikat oleh
prinsip utama. Dalam peradaban islam, perinsip utama ini
adalah ―Tauhid‖. Inilah tongkat pengukur utama orang islam,
pembimbing dan pencarinya dalam berhadapan dengan agama
dan peradaban lain, dengan fakta atau situasi baru.
2. Rasionalisme:
Rasionalisme membentuk intisari peradaban islam.
Rasionalisme terdiri atas tiga aturan yaitu: pertama menolak
semua yang tidak berkaitan dengan realitas, kedua menafikan
hal-hal yang sangat bertentangan, ketiga terbuka terhadap
bukti baru.Rasionalisme mempelajari tesis-tesis yang
bertentangan berulang-ulang, dengan anggapan bahwa pasti
ada segi pemikiran yang terlewat yang jika dipertimbangkan
akan mengungkapkan hubungan yang bertentangan.
3. Toleransi:
Toleransi adalah penerimaan terhadap yang tampak sampai
kepalsuannya tersingkap. Dengan demikian toleransi relevan
dengan epistemologi. Ia juga relevan dengan etika sebagai
prinsip menerima apa yang dikehendaki sampai ke tidak
layakannya tersingkap. Yang pertama disebut sa‘ah; yang kedua
yusr. Keduanya melindungi seorang muslim dari menutup diri
terhadap dunia dari konservatisme. Keduanya mendesaknya
untuk menegaskan dan mengatakannya terhadap kehidupan,
dan terhadap pengalaman baru. Keduanya mendorongnya
untuk menyampaikan data baru dengan pikirannya yang tajam,

78
usaha konstruktifnya. Dan dengan demikian memperkaya
pengalaman dan kehidupannya, dan selalau memajukan budaya
dan peradabannya. Sebagai prinsip metodologis di dalam
intisari peradaban Islam, toleransi adalah keyakinan bahwa
Tuhan tidak membiarkan umat-Nya tanpa mengutus rasul dari
mereka sendiri. Rasul yang akan mengajarkan bahwa tak ada
Tuhan kecuali Allah, dan bahwa mereka patut menyembah dan
mengabdi kepada-Nya, untuk memperingatkan mereka bahaya
kejahatan dan penyebabnya. Dalam hubungan ini, toleransi
adalah kepastian bahwa semua manusia dikaruniai sensus
komunis, yang membuat manusia dapat mengetahui agama
yang benar, mengetahui kehendak dan perintah Tuhannya.
Toleransi adalah keyakinan bahwa keanekaragaman agama
terjadi karena sejarah dengan semua faktor yang
mempengaruhinya, kondisi ruang dan waktunya yang berbeda,
prasangka, keinginan, dan kepentingannya. Di balik
keanekaragaman agama berdiri al-din al-hanif, agama fitrah
Allah, yang mana manusia lahir bersamanya sebelum akulturasi
membuat manusia menganut agama ini atau itu.

E. Manifestasi Tauhid dalam Kehidupan


Tidak dipungkiri lagi tauhid merupakan basis seluruh
keimanan, norma dan nilai. Tauhid mengandung muatan doktrin
yang sentral dan asasi dalam islam yaitu: mengesakan Allah yang
berasal dari kalimat “La ilaha illallah” bahwa tidak ada tuhan selain
Allah. Dalam pandangan empiris secara umum, tauhid seolah
hanya sebuah konsep yang membuat orang hanya mampu
berkutat pada doktrin itu semata. Kesan yang timbul adalah
tauhid hanyalah untuk diyakini dan diucapkan, tidak lebih.
Padahal praktek tauhid yang dicontohkan oleh Rasulullah tidaklah
seperti itu. Tauhid tidak berhenti hanya sebatas doktrin, tapi
harus ditunjukkan dengan sikap dalam kehidupan. Dengan itu
akan lahirlah rasa kebahagiaan dan kedamaian dalam setiap
dimensi kehidupan.

79
1. Refleksi Makna Tauhid
Kalimah syahadah adalah doktrin yang bersifat fundamental
dan menyeluruh berupa kesaksian imani tentang keyakinan
akan keesaan Allah yang bersifat mutlak yng didalamnya
terkandung keyakinan imani tentang Allah yang maha segala-
galanya dalam totalitas kedaulatan Tuhan atas kehidupan, jagad
raya dan isinya. Tauhid sebagai sentral dan dasar keyakinan
dalam Islam ini menjadi sumber totalitas sikap dan pandangan
hidup umat dalam keseluruhan dimensi kehidupan. Pandangan
Tauhid yang bersifat menyeluruh ini selain melahirkan
keyakinan akan ke-esan Allah (unity of Good head) juga
melahirkan konsepsi ketauhidan yang lainnya dalam wujud
keyakinan akan kesatuan penciptaan (unity of creation), kesatuan
kemanusiaan (unity of mankind), kesatuan pedoman hidup (unity
of guidance), dan kesatuan tujuan hidup (unity of tbe purpose of life)
umat manusia. Sejalan dengan itu, ulama besar dan mufassir Al
Qur‘an Thabathaba‘i mengatakan “tauhid, bila diuraikan akan
menjadi keseluruhan Islam, dan bila Islam dirangkum akan diperoleh
tauhid”. Tauhid bagaikan khazanah yang disatukan. Pada
permukaannya akan kelihatan prinsip akidah yang sederhana,
tapi apabila direntangkan ia akan meliputi seluruh alam.
Artinya, keseluruhan Islam adalah suatu tubuh yang terbentuk
dari berbagai anggota dan bagian, sedangkan jiwanya adalah
tauhid. Ketika tauhid (sebagi ruh) terpisah dari anggota dan
bagian itu (dalam bentuk amaliyah dan sikap), maka yang akan
terbentuk hanyalah sebuah bangkai yang tak bernyawa atau
mati.
2. Peranan Tauhid bagi Kemanusiaan
Tauhid, dengan serangkaian nilai yang dikandungnya, hari ini
mendapatkan tantangan yang cukup besar. Dimana konsep
tauhid tidak cukup hanya dipahami sebagai doktrin semata
yang ternyata tidak mampu menjawab persoalan zaman hari
ini. Sebagai muslim, tidaklah cukup kalimat tauhid tersebut
hanya dinyatakan dalam bentuk ucapan (lisan) dan diyakini
dalam hati, tetapi harus dilanjutkan dalam bentuk perbuatan.

80
Sebagai konsekuensi pemikiran ini, berarti semua ibadah murni
(mahdhah) seperti shalat, puasa, haji, dan seterusnya memiliki
dimensi sosial. Kualitas ibadah seseorang sangat tergantung
pada sejauh mana ibadah tersebut mempengaruhi perilaku
sosialnya. Tauhid membentuk manusia dapat menempatkan
manusia lain pada posisi kemanusiaanya. Manusia tidak
dihargai lebih rendah dari kemanusiaanya sehingga diposisikan
bagai binatang, atau lebih tinggi bagai tuhan. Ketika itu, maka
berbagai kerusuhan berjubah agama yang selalu muncul silih
berganti di berbagai belahan bumi ini tak perlu terjadi. Seperti
contoh, sejarah perang salib yang merupakan potret
pertentangan panjang antar pemeluk Islam-Kristen. Dalam
wilayah kepentingan hidup umat manusia, konsepsi tauhid
sesungguhnya mempunyai banyak dimensi aktual, salah
satunya adalah dimensi pemerdekaan atau pembebasan dari
segala macam perbudakan, (tahrirun nas min „ibadatil „ibad ila
„ibadatillah.). Diharuskannya manusia bertauhid dan dilarangnya
menyekutukan Allah yang disebut syirik, bukanlah untuk
kepentingan status-quo Tuhan yang memang maha merdeka
dari interes-interes semacam itu, tetapi untuk kepentingan
manusia itu sendiri. Dengan demikian terjadi proses
emansipasi teologis yang sejalan dengan fitrah kekhalifahan
manusia di muka bumi. Manusia bukanlah sekadar abdi Allah,
tetapi juga khalifah Allah di muka bumi ini. Karenanya,
manusia harus dibebaskan dari penjara-penjara thaghut dalam
segala macam konsepsi dan perwujudannya, yang membuat
manusia menjadi tidak berdaya sebagai khalifah-Nya. Sehingga
dengan keyakinan tauhid itu, manusia menjadi tidak akan
terjebak pada kecongkakan karena di atas kelebihan dirinya
dibandingkan dengan makhluk Tuhan lainnya masih ada
kekuasaan Allah Yang Maha segala-galanya. Selain itu, manusia
diberi kesadaran yang tinggi akan kekhalifahan dirinya untuk
memakmurkan bumi ini yang tidak dapat ditunaikan oleh
makhluk Tuhan lainnya sehingga dirinya haruslah bebas atau
merdeka dari berbagai penjara kehidupan yang dilambangkan

81
thaghut. Dengan ketundukan kepada Allah sebagai wujud sikap
bertauhid dan bebasnya manusia dari penjara thaghut maka hal
itu berarti bahwa manusia sungguh menjadi makhluk merdeka
di muka bumi, sebuah kemerdekaan yang bertanggungjawab
selaku khalifahNya. Karenanya, secara rasional dapat
dijelaskan bahwa keyakinan kepada Allah yang Maha esa
sebagaimana doktrin tauhid mematoknya demikian, selain
memperbesar ketundukan manusia dalam beribadah selaku
hamba-Nya, sekaligus memperbesar dan mengarahkan potensi
kemampuan manusia selaku khalifah-Nya di atas jagad raya ini.
Dengan demikian, selain pada aras individual, tauhid memiliki
dimensi aktualisasi bermakna pembebasan atau pemerdekaan
pada aras kehidupan kolektif dan sistem sosial.
3. Tauhid dalam menjawab permasalahan pluralitas
Kini, secara kebetulan umat Islam di Indonesia adalah
penduduk terbesar, karenanya implementasi sikap hidup
tauhid sangatlah dituntut dari setiap muslim dalam
menyehatkan sistem dan memberdayakan rakyat di berbagai
aspek kehidupan baik di bidang politik, ekonomi, budaya, dan
aspek-aspek kehidupan penting lainnya. Lebih-lebih ketika
para muslim itu memiliki posisi dan otoritas formal yang
penting serta menentukan kepentingan atau hajat hidup orang
banyak. Umat Islam secara kolektif dan orang-orang Islam
secara individual dituntut untuk menjadi teladan yang terbaik
dalam mempraktekkan kehidupan dan membentuk bangunan
sosial yang bagus, sebagai pancaran sikap hidup tauhid. Inilah
yang dikehendaki dalam wacana dan perspektif tauhid sosial.
Dalam aktualisasi konkretnya, tuntutan untuk
mengaktualisasikan tauhid dalam kehidupan sosial
sebagaimana komitmen dari tauhid sosial, tentu saja tidaklah
bersifat sederhana dan bahkan terbilang merupakan tantangan
berat karena akan bersinggungan dengan beragam kepentingan
yang melekat dalam diri manusia selaku aktor sosial dan pada
struktur atau sistem sosial. Tidak jarang terjadi kecenderungan,
secara formal seseorang itu bertauhid dalam artian tidak

82
menjadi musyrik, tetapi dalam kehidupan sosialnya
mempraktekkan hal-hal yang bertentangan dengan esensi dan
makna tauhid. Kecenderungan ini terjadi, sebab besar
kemungkinan bahwa apa yang dinamakan thaghut sebagai
perlambang tuhan selain Allah, ketika bersarang dalam diri
manusia mungkin lebih bersifat satu wajah yang bernama hawa
nafsu atau pikiran-pikiran sesat yang bersifat individual, tetapi
ketika masuk ke dalam struktur sosial akan banyak sekali wajah
dan perwujudannya dalam bentuk jahiliyah sistem sebagai
akumulasi dari pertemuan seribu satu hawa nafsu dan pikiran-
pikiran sesat yang bersifat kolektif. Karenanya sebagai
perwujudan atau aktualisasi bertauhid, boleh jadi ada orang
salih secara individual, tetapi tidak salih secara sosial. Sebab
pengalaman empirik menunjukkan, menciptakan sistem sosial
yang salih bukan pekerjaan gampang. Hal yang paling buruk
ialah, banyak orang yang secara individual tidak salih hidup di
tengah sistem sosial yang munkar.

F. Paradigma Al Qur’an dalam Perumusan Teori Sosial


Dalam hal ini teori sosial yang didasarkan kepada Al
Qur‘an, pertama-tama adalah bahwa kita perlu memahami Al
Qur‘an sebagai paradigma. Dan maksud dari paradigma ini adalah
seperti yang dipahami oleh Thomas Kuhn bahwa pada dasarnya
realitas sosial itu dikontruksi oleh mode of thought atau mode of inquiry
tertentu, yang pada gilirannya akan menghasilkan mode of knowing
tertentu pula. Dalam pengertian ini, paradigma Al Qur‘an berarti
suatu konstruksi pengetahuan yang memungkinkan kita
memahami realitas sebagaimana Al Qur‘an memahaminya.
Konstuksi pengetahuan itu dibangun oleh Al Qur‘an pertama-
tama dengan tujuan agar kita memiliki hikmah yang atas dasar itu
dapat dibentuk perilaku yang sejalan dengan nilai-nilai normatif
Al Qur‘an, baik pada level moral maupun sosial. Tetapi rupanya,
konstruksi pengetahuan itu juga memungkinkan kita merumuskan
desain besar mengenai sistem islam, termasuk dalam hal sistem
ilmu pengetahuannya. Kita sebagai orang muslim yang beriman

83
kepada Allah dan iman kepada kitab-kitabnya selain mengenal Al
Qur‘an, kita harus tahu bagaimana cara memahami Al Qur‘annya
dengan baik. Salah satu pendekatan yang bisa memperkenalkan
dalam rangka mendapatkan pemahaman yang komprehensif
terhadap Al Qur‘an yaitu pendekatan sintetik-analitik. Pendekatan
ini menganggap bahwa pada dasarnya kandungan Al Qur‘an itu
terbagi menjadi dua bagian. Bagian pertama yang berisi tentang
konsep-konsep, bagian kedua berisi kisah-kisah sejarah dan
amsal-amsal.

G. Paradigma Islam tentang Transformasi Nilai-Nilai


Sosial
Salah satu kepentingan terbesar islam sebagai sebuah
ideologi sosial adalah bagaimana mengubah masyarakat sesuai
dengan cita-cita dan visinya mengenai transformasi sosial. Semua
ideologi atau filsafat sosial menghadapi suatu pertanyaan pokok
tentang bagaimana mengubah masyarakat dari kondisinya yang
sekarang menuju kepada keadaan yang lebih dekat dengan tatanan
idealnya.
Elaborasi terhadap pertanyaan tersebut biasanya dapat
menghasilkan teori-teori sosial yang berfungsi untuk menjelaskan
kondisi masyarakat yang empiris pada masa kini, dan sekaligus
memberikan ―insight‖ mengenai perubahan dan transformasinya.
Sebagai sebuah ideologi sosial, islam juga menderviasi teori-teori
sosialnya sesuai dengan paradigmanya untuk transformasi sosial
menuju tatanan masyarakat yang sesuai dengan cita-citanya. Oleh
karena itu menjadi sangat jelas bahwa islam sangat
berkepentingan pada realitas sosial, bukan hanya untuk dipahami,
tapi juga diubah dan dikendalikan. Tidaklah islami jika, kaum
muslim bersikap acuh tak acuh terhadap kondisi struktural
masyarakatnya, sementara tahu bahwa kondisi tersebut bersifat
munkar. Sikap etis seperti ini mungkin akan menghasilkan bias
dalam paradigma teori sosial islam.
Islam memiliki dinamika dalam untuk timbulnya desakan
pada adanya transformasi sosial secara terus-mnerus, ternyata

84
berakar juga pada misi ideologisnya yaitu cita-cita untuk
menegakkan amar ma’ruf dan nahi mungkar dalam masyarakat
didalam kerangka keimanan kepada Allah. Sementara amar
ma’ruf berarti humanisasi dan emansipasi, nahi mungkar
merupakan upaya untuk liberasi. Dan karena kedua tugas itu
berada dalam keranngka keimanan, maka humanisasi dan liberasi
merupakan dua sisi yang tidak dapat dipisahkan dari transendensi.
Di setiap masyarakat, dengan struktural dan sistem apa pun, dan
dalam tahap historis yang manapun, cita-cita untuk himanisasi,
emansipasi, liberasi dan transendensi akan selalu memotivasikan
gerakan transformasi islam.

H. Pemikiran Islam tentang Transformatif Masyarakat


Saat ini teologi islam mendapat rintangan yang sangat
besar. Dimana teologi tidak cukup hanya dipahami sebagai ilmu
tentang ketuhanan. Namun lebih dari itu dituntut untuk
menterjemahkan apa yang disebut sebagai ―kebenaran agama‖
dalam kontek realitas kehidupan manusia. Dengan begitu teologi
bukan sekedar sebuah wacana ilmu ketuhanan yang cenderung
hanya begerak pada wilayah ide, melainkan juga dapat
menumbuhkan ―kesadaran teologis‖ yang bersifat praktis bagai
kalangan beragama dalam rangka memecahkan problem-problem
sosial yang menghimpit kehidupan umat manusia.
Untuk itu, agama membutuhkan sebuah agenda baru
berupa teologi (Islam) yang bervisi transformatif. Yakni suatu
rumusan normatif tentang bagaimanakah seharusnya agama dapat
terlibat dalam masalah-masalah sosial sekaligus memberikan
jawaban dan komitmen atas masalah itu, yang tentunya sesuai
perkembangan zaman. Sehingga agama (Islam) tetap menjadi
spirit perjuangan memperoleh keadilan sosial yang menyeluruh.
Teologi transformatif merupakan sebuah penyatuan teologi
dan analisis sosial untuk dimanfaatkan dalam kehidupan sosial-
keagamaan hari ini. Kalangan teologi transformatif, dalam
masalah ekonomi misalnya, beranggapan bahwa pemerataan
ekonomi dalam rangka membasmi kemiskinan harus melalui

85
perombakan kelembagaan atau struktur sosial yang ada tujuannya
adalah mentranpormasikan alokasi sumber daya sehingga dapat
dimanfaatkan sepenuhnya untuk kepentingan rakyat banyak.

I. Kesimpulan
Dari yang telah teruraikan diatas, dapat disimpulkan
bahwa tauhid merupakan inti pokok agama islam sebagai
pengakuan umat islam terhadap pencipta yang mutlak dan tidak
ada yang patut disembah kecuali Allah SWT. Sebagaimana yang
telah di firmankan oleh Allah dan sabda Nabi Muhammad SAW
“Orang-orang yang beriman dan tidak mencampuradukkan iman mereka
dengan kezaliman(syirik), mereka itulah oarng yang mendapat keamanan.
Mereka itu adalah orang-orang yang mendapat petunjuk.” (QS. Al-An-
nam:82)
Dan Rasulullah bersabda “Allah ta‟ala berfirman, „Wahai anak
Adam, seandainya enkau datang kepada-Ku dengan membawa dosa
sepenuh jagad, lantas engkau menemuiku dalam keadaan tidak
menyekutukan-Ku dengan suatu apa pun, maka Aku akan memberimu
ampunan sepenuh jagad itu pula‟” (HR.Tirmidzi 3540)
Selain itu juga kita harus bisa bersosialisasi dengan semua
masyarakat sehingga dari kita memiliki ketauhidan kepada sang
kholiq pada diri kita kita juga bisa menjalin hubungan yang baik
dengan masyarakat sehingga bisa meningkatkan nilai-nilai islam
dalam membangun masyarakat berperadaban.

86
Dinamika Ijtihad
Oleh : Mohamad Dimas Adhitya Pakaya
PC IMM Kota Gorontalo

A. Pendahuluan
Islam adalah agama yang fleksibel. Namun, meski demikian
tak ada persoalan yang tak bisa dipecahkan oleh Islam.Seiring
perkembangan zaman, semakin banyak problematika yang
bermunculan. Beberapa diantaranya adalah persoalan yang pernah
terjadi di masa Rasulullah. Terkait untuk menggali suatu hukum
yang sudah ada di zaman Rasulullah, maka dikenal suatu metode
yang disebut dengan Ijtihad. Ijtihad merupakan suatu keharusan
untuk menanggapi tantangan kehidupan yang semakin kompleks
dan beragam.
Pada era sekarang, banyak ditemui perbedaan-perbedaan
dalam beberapa Mazhab terkait ijtihad itu sendiri. Beberapa
Mazhab yang terkenal diantaranya; Mazhab imam Syafi‟i, Hambali,
Hanafi, Maliki. Ke empat imama Mazhab tersebut memiliki
karakteristik dan cara berijtihad yang berbeda sehingga tidak
jarang ditemukan perbedaan hukum antara imam Mazhab yang
satu dengan imam Mazhab lainnya.
Terlepas dari semua perbedaan itu, masing-masing mujtahid
berupaya untuk menemukan hukum yang terbaik. Justru dengan
ijtihad islam menjadi lebih luwes, fleksibel, cocok dalam segala
segi waktu, tempat, dan dalam kondisi apapun.

B. Pengertian Ijtihad
Ijtihad seperti yang didefinisikan oleh para ahli ushul fiqh
adalah mengerahkan segala potensi dan kemampuan yang dimiliki
oleh seseorang yang memiliki kualifikasi secara keilmuan,
pemahaman dan keyakinan teologis, untuk menetapkan hukum-
hukum praktis syariat Islam disertai dengan dalil-dalil yang diulas
secara detail dan argumentatif. (Abdul Karim Al-Khatib: 2005)
Ditinjau dari etimologi, kata ijtihad berasal dari kata jahada.
Ada dua bentuk mashdar yang dapat terbentuk dari kata jahada,

87
yaitu: pertama, kata jahd, yang mengandung arti kesungguhan.
Kedua, kata juhd dengan arti adanya kemampuan yang didalamnya
terkandung makna sulit, berat, dan susah. (Abd. Rahman Dahlan,
2014).
Perubahan kata dari jahada menjadi ijtihada mengandung
beberapa arti, diantaranya ialah; li al-mubalaghah, yaitu menunjuk
penekanan arti. Dengan demikian, dari kedua bentuk kata
mashdar diatas terdapat kandungan makna kesungguhan atau
kemampuan yang maksimum. Adapun kata ijtihad secara
terminologi, terdapat beberapa definisi yang dikemukakan ulama,
yang pada umumnya menunjukkan pengertian yang hampir sama,
dan antara satu definisi dengan definisi lainnya bersifat saling
melengkapi.Dalam ijtihad ada yang dikenal dengan sebutan
mujtahid. Yang di maksud dengan mujtahid ialah orang yang
mengerahkan kemampuan nalarnya secara maksimum untuk
menemukan hukum-hukum syara‘ dari dalil-dalil syara‘, melalui
metode penggalian hukum tertentu yang berkaitan dengan
masalah-masalah amaliyyah. Dengan kata lain, fungsi mujtahid
bukanlah menciptakan atau menetapkan hukum diluar hukum
syara‘ (mutsbit li al-hukm), yang pada hakikatnya memang telah ada
tetapi masih tersembunyi. (Abd. Rahman Dahlan, 2014).

C. Karakteristik Imam Mazhab


1. Mazhab Hanafi
Mazhab Hanafi merupakan Mazhab yang paling tua
diantara empat Mazhab Ahli Sunnah wal Jamaah yang populer.
Mazhab ini dinisbahkan kepada imam besar Abu HanifahAn-
Nu‘man bin Tsabit bin Zuthah at-Tamimiy, lahir di Kuffah
tahun 80 H dan wafat di Bagdad pada tahun 150 H. (Rasyad
Hasan Khalil, 2015)
Imam Abu Hanifah berguru dengan seorang ulama
terkemuka pada zamannya, yaitu Hammad bin Sulaiman yang
merupakan guru paling senior bagi imam Abu Hanifah dan
banyak memberikan pengaruh dalam membangun Mazhab
fiqhinya. Setelah Hammad bin Sulaiman meninggal pada tahun

88
120 H, beliau duduk menggantikan sang guru dalam majlis
kajiannya. Gaya pengajaran imam adalah dengan cara dialog
dan tidak hanya bersifat penyampaian, namun terkadang beliau
memberikan beberapa pertanyaan seputar fiqh kepada murid-
muridnya, kemudian beliau menyebutkan beberapa dasar
untuk menjawab masalah tersebut, lalu mereka berdialog.
Metodologi yang digunakan oleh imam Abu Hanifah, sama
seperti yang diterapkan dalam sistem pendidikan dikampus-
kampus sekarang ini, seperti metode analisis, observasi illat,
dan menelaah dalil. (Rasyad Hasan Khalil, 2015)
Mazhab Hanafi tersebar di banyak negeri, bahkan menjadi
Mazhab resmi negara Irak, terutama disekitar sungai Eufrat
walaupun tidak begitu dominan dalam hal ibadah. Mazhab
Hanafi mulai tersebar di Kuffah, kemudian ke Baghdad, Mesir,
Syam, Persia, Romawi, Yaman, India, Cina, Bukhara,
Kaukasus, Afghanistan, dan Turkistan.
2. Mazhab Maliki
Mazhab Maliki didirikan oleh Imam Malik bin Annas bin
‗Amir Al-Ashbahi, lahir di Madinah pada tahun 93 H. dari
kedua orangtua keturunan Arab.
Imam Malik sangat rajin dan tekun dalam mencari ilmu
apa pun, padahal beliau bukan termasuk orang kaya. Akan
tetapi semua yang dimilikinya digunakan untuk mencari ilmu
sampai beliau pernah menjual atap rumahnya hanya untuk
bekal mencari ilmu. Beliau sangat penyabar terhadap sikap
keras daripada gurunya, mendatangi mereka disaat terik
matahari dan sejuknya udara. Beliau pernah bercerita, ―Saya
pernah mendatangi Imam Nafi‘ siang hari, tidak ada
pepohonan yang dapat melindungiku dari panas matahari, saya
menanti menunggu beliau keluar dari rumahnya dan jika Ia
keluar saya menunggu satu jam, saya berpura-pura tidak
melihatnya, kemudian saya mendatanginya sambil
mengucapkan salam. Kemudian saya meninggalkan beliau, dan
ketika ia mau masuk kerumah saya bertanya kepadanya, ―apa

89
pendapat Ibnu Umar dalam masalah ini dan itu, lalu Ia
menjawabku dan beliau agak sedikit kasar sikapnya‖.
Setelah mendapat ilmu yang banyak di Madinah dan tahu
kekuatan ilmunya, beliau kemudian meminta pendapat kepada
para ulama untuk duduk dikursi fatwa. Imam Malik berkata
―Saya tidak duduk dikursi fatwa ini, kecuali setelah mendapat
izin dari 70 syekh yang ahli ilmu bahwa saya memang layak
untuk itu.‖
Beliau memiliki dua majelis taklim; Pertama, majlis hadis
dan yang kedua, majelis fatwa. Beliau membuat jadwal khusus
untuk fatwa dan hadis, selain ada yang datang langsung kepada
beliau dan sang Imam kemudian menuliskan jawabannya
untuk siapapun yang mau.
Imam Malik sangat komitmen menjaga kekhusyu‘an
majelis pengajiannya dan jauh dari gurauan kata jika ia ingin
mengajar hadis beliau mandi dam memakai wangi-wangian,
memakai pakaian baru, dan disiapkan kursi untuknya, lalu sang
Imam keluar dari rumahnya menemui murid-murid yang sudah
menunggu dengan tawadhu‟, diasapi degan dupa cendana
sampai beliau selesai menyampaikan pelajarannya.
3. Mazhab Syafi‘i
Mazhab Syafi‘i dibangun oleh Imam Abu Abdillah
Muhammad bin Idris bin Al-Abbas bin Syafi‘i, dari suku
Quraisy, bertemu nasabnya dengan Rasulullah pada Abdul
Manaf. Beliau lahir di Gaza pada tahun 150 H dan wafat di
Mesir 204 H. Mazhab Syafi‘i lebih banyak digunakan di
Indonesia.
Imam Syafi‘i sudah hafal Al Qur‘an dalam usia yang sangat
dini ketika masih di Gaza dan ketika beliau berada di Mekah
sang Imam mulai belajar hadis dari beberapa guru Hadis.
Imam Syafi‘i juga sangat rajin menghafal dan menulis sunnah
Rasulullah, kemudian beliau pergi ke pelosok desa untuk
mengasah ketajaman bahasa dari Kabilah Huddail, menghafal
syair dan cerita Kabilah, dan mendalami bahasa Arab. Imam
Syafi‘i juga belajar ilmu memanah dan sangat mahir, bahkan

90
jika ia melepaskan sepuluh anak panah maka semuanya akan
mengenai sasaran, dan dengan ini maka sempurnalah baginya
proses pendidikan yang agung dan tinggi. (Rasyad Hasan
Khalil, 2015)
Sambil belajar dengan imam Malik, beliau juga
menyempatkan diri untuk pergi ke perkampungan untuk
bertemu dengan penduduk kampung selain beliau juga pergi
ke Mekah untuk bertemu ibunya meminta nasihat dirinya.
Setelah itu beliau pergi ke yaman untuk bekerja mencari
nafkah. Disana beliau bertemu dengan umar bin abi salama,
seorang ahli fiqh murid imam Al-auza‘i dan dengan begitu
imam syafi‘I secra tidak langsung sudah menggambil fiqhnya.
Selain itu, beliau bertemu dengan yahya bin hassan, sahabat
Al-laits bin sa‘d, seorang ahli fiqh dari mesir dan belajar
kepadanya.
Pada tahun 184 H, imam syafi‘I dibawa ke baghdad
dengan tuduhan menantang dinasti abasiyah. Akan tetapi,
tuduhan ini akhirnya tidak terbukti dan ternyata
kedatangannyaa ke baghdad ini menjadi berkah tersendiri,
karena disana beliau bertemu dengan para fukaha yang ada
disana, seperti Muhammad bin Al-hassan asyaibani, sahabat
imam Abu hanifah. Imam syafi‘I pun belajar ilmu fiqh darinya
sehinggah beliau dapat menggabung fiqh hijaz dan irak.
Setelah itu beliau datang kembali ke mekah membawa ilmu
fiqh orang-orang irak untuk mengajar dan memberi fatwa,
membandingkan antara berbagai pendapat yang berbeda-beda
kemudian memilih yang salah satunya. Oleh karena itu, beliau
tinggal lebih lama di mekah, sekitar sembilan tahun sehingga
beliau sudah dapat lepas dari gaya ikut-ikutan, dan dapat
menghadapi semua masalah dengan ijtihad mandiri dengan
bimbingan Al Qur‘an dan sunnah Rasulullah. Pada akhirnya
beliau dapat melahirkan kaidah baru dalam meng-istinbat
hukum yang kemudian diberi nama ilmu ushul fiqih.

91
Mazhab Syafi‘i tersebar di negeri Irak, karena di sanalah
mazhab ini pertama kali muncul, demikian pula di Mesir
karena ia permah tinggal di sana hingga akhir hayatnya.
Mazhab ini juga dipeluk oleh para penduduk muslim di
kawasan khurasan dan sekitar Sungai Eufrat, Palestina,
Hadramaut, Persia, bahkan menjadi mazhab yang dominan di
Pakistan, Srilanka, India, Indonesia dan Australia. (Rasyad
Hasan Khalil, 2015) Penyebaran dan eksistensi mazhab Syafi‘i
tidak bisa lepas dari usaha gigih para pengikutnya dalam
menyampaikan dakwah Islam yang berkesinambungan. Para
ulama yang menyampaikan pemikiran mazhab sangat antusias
dalam menyebarkan kitab-kitab mazhab yang asli di negeri-
negeri bersangkutan.
4. Mazhab Hanbali
Imam Abu Abdillah Ahmad bin Muhammad bin Hanbal
bin Asad Asy-Syaibani lahir di Baghdad pada tahun 164 H dan
meninggal di tempat yang sama pada tahun 241 H.
Beliau adalah keturunan arab asli dari garis ayah dan
ibunya, bernasab pada kabilah Syaiban. Kakeknya adalah
seorang walikota wilayah Sarkhas, sebuah wilayah yag berada
di negeri Khurasan. Sedangkan ayahnya adalah seorang
panglima perang pasukan kaum muslimin dan meninggal
ketika Imam Ahmad masih di bawah umur, ia pun diasuh oleh
ibu dan pamannya.
Imam Ahmad sudah mulai belajar Al Qur‘an sejak masa
kecil, belajar bahasa arab dan hadits, riwayat para sahabat dan
tabi‟in dan sudah terlihat tanda kecerdasan sejak usianya masih
kanak-kanak, selain ia tekun juga dalam belajar. Pada awalnya
beliau bercita-cita ingin menjadi seorang ahli hadits yang bisa
meriwayatkan dan menulisnya, baru setelah itu beliau mulai
mempelajari ilmu fiqih dengan menggabungkan antara sistem
riwayah dan dirayah.
Beliau belajar hadits dari para ulama yang ada di Baghdad,
kemudian merantau untuk mencari ilmu ke Bashrah, Hijaz,
Kufah, dan Yaman bahkan merantau sebanyak lima kali ke

92
Bashrah dan Hijaz. Di Mekah ia bertemu dengan Imam
Syafi‘idan selama dalam rantauannya beliau banyak
mendapatkan ujian dan kesulitan. Terkadang ia harus berjalan
kaki, bekal habis dalam perjalanan, bahkan beliau pernah
menggadaikan dirinya untuk menjadi kuli para pedagang
dengan upah ia bisa sampai ke Yaman.
Dalam mazhab Hanbali, Imam Ahmad mendirikan
mazhabnya di atas lima dasar yaitu: Nash Al Qur‘an dan
sunnah; fatwa sahabat yang tidak ada penentangnya; jika para
sahabat berbeda pendapat maka beliau akan memilih salah
satunya; menggunakan hadits mursal dan hadits dhaif jika tidak
ada dalil lain yang menguatkannya; qiyas. (Rasyad Hasan
Khalil, 2015)
Dalam penulisan mazhab Hanbali, Imam Ahmad sendiri
tidak menuliskan mazhabnya, bahkan beliau tidak suka jika ada
yang menulis pendapatnya dan fatwanya. Salah seorang
muridnya yang bernama Ishaq Al-Kusaj pernah menulis
pendapatnya kemudian menyebarkannya di Khurasan. Oleh
karena itu kalangan yang berjasa menuliskan mazhab Imam
Ahmad adalah murid-muridnya. Merekalah yang
mengumpulkan pendapat dan fatwa sang Imam lalu diurutkan
sesuai bab fiqh.
Adapun seorang yang pertama kali menyebarkan mazhab
Hanbali adalah putranya sendiri, Shalih bin Ahmad bin Hanbal
(Rasyad Hasan Khalil, 2015) dengan cara mengirim surat
kepada orang yang bertanya dengan jawaban yang pernah
disampaikan oleh ayahnya, beliau pernah menjabat sebagai
hakim, menukil pendapat ayahnya dan diterapkan langsung.
Mazhab Hanbali tersebar di berbagai negeri Islam, antara
lain; Irak, Mesir, Semenanjung Arab dan Syam. Selanjutnya
dengan kemunculam Imam Muhammad bin Abdul Wahab
pendiri dakwah salafiyah, mazhab Hanbali menjadi mazhab
resmi Kerajaan Saudi Arabia sampai sekarang sehingga ia
semakin kuat dan terus berkembang.

93
D. Sumber Hukum yang Menjadi Rujukan Imam Mazhab
Setiap Imam Mazhab memiliki pandangan yang berbeda
dan mengambil rujukan dari seumber yang berbeda. Namun,
meski demikian hukum yang dihasilkan dari ijtihadnya para ulama
itu sangat detail dan mampu menyelesaikan persoalan umat.
Perbedaan hukum dalam Imam mazhab tidak berarti bahwa
adanya perpecahan dalam beragama sebab apapun mazhabnya
tetap tujuannya adalah sama-sama untuk meyelesaikan masalah
atau problematika yang ada, hanya saja menggunakan cara yang
berbeda.
Di bawah ini yang menjadi rujukan sumber hukum Imam
mazhab (Amirudin, 2016) adalah:
1. Mazhab Abu Hanifah
Dasar mazhab Imam Abu Hanifah adalah: Al Qur‘an, As-
Sunnah, Ijma‟, Qiyas, dan Istihsan.
2. Mazhab Malik bin Anas
Dasar mazhab Imam Malik adalah: Al Qur‘an, As-Sunnah
(dengan lima rincian dari masing-masing Al Qur‘an dan As-
Sunnah; tektualitas, pemahaman dlahir, lafazh umum, mafhum
mukhalah, mafhum muwafakah, tanbih alal illah), Ijma‟, Qiyas, Amal
ahlul madinah (perbuatan penduduk Madinah), perkataan
sahabat, Istihsan, Sadduzarai‟, muraatul khilaf, Istishab, maslahah
mursalah, dan syar‟un man qablana.
3. Mazhab Syafi‘i
Dasar mazhab Imam Syafi‘I adalah: Al-Qur,an, As-Sunnah,
IJma‟, dan Qiyas. Beliau tidak mengambil perkataan sahabat
karena dianggap sebagai ijtihad yang bisa salah. Beliau juga
tidak mengambil Istihsan sebagai dasar mazhabnya, menolak
maslahah mursalah, perbuatan penduduk Madinah.
4. Mazhab Hanbali
Dasar mazhab Hanbali adalah: Al Qur‘an, As-Sunnah, fatwa
sahabat, Ijma‟, Qiyas, Istishab, Maslahah mursalah, dan Sadduzara‟i.

94
E. Contoh Istinbat Hukum Pada Masa Imam Mazhab
1. ContohPendapatAbuHanifah:
a. Benda wakaf masih tetap milik wakif. Kedudukan wakaf
dipandang sama dengan ‟ariyah (pinjam meminjam). Karena
masih tetap milik wakif, maka benda wakaf dapat dijual,
diwariskan dan dihibahkan oleh wakif kepada yang lain,
kecuali wakaf untuk mesjid, wakaf yang ditetapkan
berdasarkan keputusan hakim, wakaf wasiat, dan wakaf
yang diikrarkan secara tegas bahwa wakaf itu terus
dilanjutkan meskipun wakif telah meninggal dunia. (Istihsan)
b. Perempuan boleh menjadi hakim di pengadilan yang
tugasnya khusus menangani perkara perdata, bukan perkata
pidana. Alasannya, karena perempuan tidak dibolehkan
menjadi saksi pidana, perempuan hanya dibenarkan menjadi
sanski perkara perdata. Karena itu menurutnya perempuan
hanya boleh jadi hakim yang menangani perkara perdata.
Dengan demikian, metode ijtihad yang digunakannya
adalah qiyas dengan menjadikan kesaksian sebagai ashl dan
menjadikan hakim sebagai far‟.
2. Contoh pendapat Imam Malik
Ulama sepakat bahwa adzan shalat dilakukan dua kali-dua kali,
tetapi mereka berbeda pendapat tentang jumlah jumlah qamat
shalat. Menurut Imam Malik, qamat shalat dilakukan satu kali-
satu kali. Ketika ditanya tentang adzan dan qamat yang
dilakukan dua kali-dua kali, imam malik menjawab, “Tidak
sampai kepadaku dalil tentang adzan dan qamat salat, aku hanya
mendapatkannya dari amal manusia … qamat shalat dilakukan satu
kali-satu kali. Itulah yang senantiasa dilakukan oleh ulama di negeri
kami.” (Ijma‟ Ulama Madinah)
3. Contoh Pendapat Imam Syafi‘i
a. Tertib dalam wudhu Orang yang wudunya tidak tertib
karena lupa adalah sah Orang yang wudunyatidak tertib
meskipun karena lupa adalah tidak sa
b. Menyentuh dubur Menyentuh dubur tidak membatalkan
wudhu Menyentuh dubur tidak membatalkan wudhu.

95
c. Keutamaan shalat isya Shalat isya lebih utama dilaksanakan
dengan segera (ta‟jil) Shalat isya lebih utama dilaksanakan
dengan diakhirkan (ta‟khir).
4. Metode Ijtihad Imam Ahmad bin Hanbal
Ibnu Qayyim al-Jauziyah menjelaskan bahwa pendapat-
pendapat Ahmad bin Hanbal di bangun atas lima dasar, yaitu
sebagai berikut:
a. al-Nushush dari Al Qur‘an dan al-Sunnah. Apabila telah ada
ketentuan dari keduanya,ia berpendapat sesuai dengan
makna tersurat (manthuq), sementara makna tersiratnya
(mafhum) ia abaikan.
b. Apabila tidak ditemukan dalam Al Qur‘an dan al-Sunnah, ia
menukil fatwa sahabat dan memilih pendapat sahabat yang
disepakati sahabat lainnya.
c. Apabila fatwa sahabat berbeda-beda, ia memilih salah satu
pendapat yang lebih dekat kepada Al Qur‘an dan Sunnah.
d. Menggunakan hadits mursal dan dha‟if, apabila tidak ada
atsar, qaul sahabat, atau ijma yang menyalahinya.
e. Apabila hadits mursal dan dha‟if sebagaimana disyaratkan di
atas tidak didapatkan, ia menganalogikan (meng-qiyas-kan).
Dalam pandangannya qiyas adalah dalil yang dipakai dalam
keadaan terpaksa.
f. Langkah terakhir adalah menggunakan Sadz al-dzara‟i.

F. Kesimpulan
Berdasarkan apa yang sudah di jelaskan di atas, pemakalah
menyimpulkan bahwa pada pembahasannya terkait dinamika
ijtihad pada masa Mazhab, memang terjadi beberapa perbedaan.
Perbedaan ini tak lain terjadi sebab adanya karakteristik imam-
imam Mazhab itu sendiri yang memang berbeda-beda, juga
sumber-sumber yang menjadi rujukan mashib melatar belakangi
perbedaan dalam berijtihad.

96
Merawat Nalar Kaum Merah untuk Kemanusiaan
Oleh: Buang Muhamad Misilu
PC IMM Kabupaten Gorontalo

A. Latar Belakang
Kemanusiaan merupakan sifat manusia yang perlu dijaga,
karena kembali lagi pada hakikatnya manusia adalah makhluk
yang berbudi pekerti, memiliki perangai yang baik, dan itulah
sifat manusia yang disebut dengan kemanusiaan. Kemanusiaan
tidak hanya sebatas memiliki akal budi, akan tetapi manusia
adalah ikut memanusiakan manusia yang lain. Dan apabila dia
ditempatkan di posisi atau keadaan yang tidak nyaman maka dia
akan merasa resah dan dia tidak mungkin membuat manusia
yang merasakan hal yang ia rasakan.
Nilai-nilai kemanusian selalu menjadi isu yang menarik
untuk dibicarakan, keberadaan nilai-nilai yang agung ini tidak
hanya mampu mempengaruhi kelangsungan hidup umat
manusia. Namun, nilai-nilai ini juga mampu melahirkan sesuatu
yang selalu hidup dalam setiap pemikiran, kajian, dan tindakan
praktis dari masa ke masa. Nilai-nilai kemanusiaan selalu
diidamkan oleh setiap umat manusia dalam menciptakan sebuah
tatanan teratur, dinamis dan progresif.Sebuah tatanan yang pada
dasarnya menekankan pada pesan-pesan perdamaian, keadilan,
ketertiban, kebebasan, dan pesan-pesan kemanusiaanlainnya.
Dalam kondisi idealnya, setiap umat manusia selalu
berharap agar keberadaan nilai-nilai kemanusiaan ini tidak hanya
mampu menggambarkan kondisi kemanusiaan yang seharusnya.
Tetapi juga dapat diwujudkan ke dalam bentuknya yang lebih
nyata dalam setiap aspek kehidupan umat manusia. Sehingga
pada akhirnya, nilai-nilai ini mampu menjadi landasan dalam
mengatur dan menjaga kelangsungan hidup umat manusia,
sekaligus memulihkan berbagai masalah kemanusiaan yang
ada.Namun dalam kenyataannya, kondisi ideal yang dicita-
citakan tersebut masih jauh dari harapan. Nilai-nilai
kemanusiaan yang diidamkam itu, seakan menjadi sesuatu yang

97
lebih mudah untuk diwacanakan, namun terkesan begitu sulit
diwujudkan. Manusia dan nilai-nilai kemanusiaan seperti dua
bagian yang saling bersebrangan atau berjauhan. Bahkan, hak-
hak asasi manusia yang sifatnya sangat mendasar, dalam
kenyataannya tidak dapat begitu saja dinikmati oleh sebagian
besar umat manusia.
Masalah kemanusiaan inilah yang mendorong penulis
untuk melihat serta mengkaji keberadaan gerakan kaum merah
ditengah-tengah derita kemanusiaan hari ini, tidak hanya melalui
retorika atau ungkapan filosofis semata. Namun harus mampu
menjawab dengan gerakan dan pemikiran.

B. Derita Kemanusiaan
Manusia adalah makhluk yang berakal budi dan itulah
hakikat manusia, tak sekedar pandai tapi memiliki budi yang
berarti kepandaiannya untuk menimbang mana baik dan buruk.
Oleh karena itulah manusia disandingkan dengan perkataan
kemanusiaan.
Persoalan sosial kemanusiaan dalm sejarah kehidupan
manusia tidak kunjung berakhir dan barangkali tidak akan pernah
mengenal kata final. Hingga saat ini, apa yang disebut sebagai
Kearifan, Kebaikan, HAM, dan klaim peradaban itu selalu saja
diiringi dengan keserakahan, kebengisan, dan penindasan oleh
yang kuat terhadap yang lemah, oleh yang kuasa terhadap yang
jelata, oleh yang dzolim (penindas) terhadap mustad‘afin
(tertindas), oleh para capital terhadap proletar. Saling
menghegemoni, menggusur, memonopoli, dan mengumpulkan
materi sebanyak-banyaknya dan pada saat bersamaan membiarkan
kelaparan, kemiskinan, dan penderitaan kaum lemah di mana-
mana mengiringi perjalanan peradaban umat manusia saat
ini.Genderang perang bergejolak di berbagai belahan
dunia.Akibatnya, krisis kemanusiaan melanda berbagai belahan
dunia Timur dan juga Barat (Eropa).Kemenangan nalar
(Rasoinalisme-empirisme) yang dirayakan secara arogan dalam
perjalanan sejarah Barat yang seberanya sejak masa pencerahan

98
tidaklah membawa kemenangan nalar yang sejati, melainkan
menyebabkan serangkaian tragedy kemanusiaan pada skala yang
sangat besar: proletarianisasi seluruh wilayah, buruh anak-anak,
perbudakan, dan apartheid, dua perang dunia yang keji,
penggunaan senjata kimia dan nuklir, dan penghancuran
sistematis kaum petani dan yahudi, Roma dan Sinti, homoseksual
dan orang yang catat mental, dengan menggunakan metode
pemusnahan industry di bawah kekuasaan Nazi. Selain itu, ada
terorisme negara dan seterusnya menyertai perjalanan sejarah
renaissance-pencerahan yang di klaim berperadaban dan
maju.Hingga saat ini, nestapa kemanusiaan seolah menjadi
sinetron yang disuguhkan kepada kita.
Kita menyaksikan pembunuhan massal manusia atas nama
kebenaran dan tidah Tuhan serta atas nama keserakahan politik.
Penyiksaan dan pembunuhan manusia dengan secara kejam yang
menimpa umat muslim rohingyah di Myanmar, dikabarkan
menewaskan ribuan orang, tidak kurang dari 5000 ribu rumah
rusak dan terbakar, 17 Masjid rusak dan dibakar, 53.000 manusia
mengungsi dan terombang ambing di daratan dan di lautan,
hilangnya nyawa, hilangnya masa depan, dan diperkosanya hak-
hak kemanusiaan mereka telah kita saksikan dihadapan mata kita
semua.Kita menyaksikan perang antar bangsa dan perang saudara
yang terus menerus berlangsung saling menghancurkan dan saling
meluluhlantahkan kehidupan ini. Negara-negara di Timur tengah
atas nama perbedaan agama, mazhab, ideology, paham, bengisnya
politik, dan saling merasa diri benar dan kuat menghancurkan
satu sama lain. Akibatnya, hilang ribuan nyawa, hancurnya
gedung-gedung pendidikan, perkantoran, rumah, gedung ibadah
(Masjid, Gereja, Kuil,dan lain-lain), dimasa depan anak bangsa
yang suram, dan derita ekonomi yang tak menentu akibat perang
yang terus berlangsung.Beberapa negara di Timur Tengah
diambang kepunahan akibat hilangnya kearifan kemanusiaan. DI
depan mata kita juga, kita menyaksikan konflik di Palestina pada
tahun 2014, terhitung korban tewas akibat serangan udara israil ke
jalur Gaza sebanyak 187 orang, dan korban luka-luka sebanyak

99
1.280 orang. Meledaknya perang saudara di Suriah telah
menewaskan ribuan jiwa umat manusia. Berdasarkan hasil
pengamatan yang dilakukan PBB, jumlah korban tewas pada
perang Suriah mencapai lebih dari 93 ribu jiwa. Dari jumlah itu,
6.500 diantaranya adalah anak-anak. Konflik berkepanjangan ini
telah membawa Suriah pada krisis kemanusiaan yang amat parah,
bahkan bukan tidak mungkin Negara Suriah yang kaya akan
minyak itu segera tergusur dan gulung tikar karena hingga awal
tahun 2016, konflik Suriah tak sedikitpun terlihat ada tanda-tanda
penyelesainnya, justru semakin parah ditambah dengan intervensi
berbagai negara berkepentingan.
Kita juga menyaksikan gejolak besar yang terjadi di Mesir
tahun 2013.Setidaknya, 235 orang sudah meregang nyawa dan
2.001 lainnya terluka. Kita tengok lagi konflik yang terjadi di
Yaman tahun 2015, berdasarkan laporan Organisasi Kesehatan
Duna (WHO) mengungkapkan sebanyak 944 orang tewas dan
3.487 orang terluka sejak Yaman berkecamuk akhir Maret 2015.
Bahkan, dikatakan kemungkinan jumlahnya lebih besar lagi dari
data ini.PBB juga melaporkan konflik Yaman setidaknya telah
menewaskan sekitar 115 anak-anak.Sungguh sangat
menyedihkan.Dunia Arab betul-betul hancur berantakan.
Beberapa kota yang bersejarah sudah menjadi kota mati akibat
kekejaman perang. Hingga saat ini, konflik di Timur Tengah tidak
ada tanda-tanda akan usai, sehingga dunia Arab diambang
kepunahan. Inilah yang disebut Buya Ahmad Syafii Ma‘rif bahwa
dunia Arab betul-betul hancur berantakan dan butuh waktu 50
tahun ungtuk membangunnya kembali jikapun itu bisa
dilakukan.Selain konflik di Timur Tengah, kita juga menyaksikan
konflik dan perang di daratan Eropa.Akhir-akhir ini (tahun 2014
hingga 2015) yang meluluntahkan tatanan kehidupan di Ukrania,
khususnya Ukraina bagian Timur. Dalam laporan Organisasi
Kesehatan Dunia (WHO) bahwa bentrokan bersenjata selama 14
bulan antara prajurit pemerintah dan gerilyawan pro-kemerdekaan
di Ukrania Timur telah menewaskan lebih dari 6.400 orang dan
membuat sebanyak 1,3 juta orang lagi kehilangan tempat tinggal.

100
Tidak kurang dari 100 ribu warga Ukraina telah menyelematkan
diri ke Belarusia.
Memang peradaban kita saat ini tengah dihantui perang
yang begitu menakutkan, yakni perang ―iblis‖ perang yang
melibatkan kekuatan senjata nuklir yang bisa-bisa membuat dunia
segera kiamat. Ketegangan di lau China selatan, ketegangan antara
Korea Utara dan Selatan, Arab dan Iran, dan saling sikut-
menyikut negara-negara kuat di Eropa yang ingin terus
mendominasi dan menghegemoni kekuatan dunia, menjadi hantu
yang sangat menakutkan bagi kelangsungan peradaban manusia
saat ini.Selanjutnya, kita kembali dikejutkan oleh aksi-aksi terror
yang melabeli dirinya dengan gerakan suci atas nama Tuhan.
Gerakan brutal dan barbarian atas nama agama memang sulit
dipercaya dan sungguh di luar dari nalar agama apapun itu, apalagi
islam. Munculnya gerakan kelompok yang mengklaim dirinya
kelompok Islam seperti ISIS yang meresahkan manusia seantero
bumi dan membuat negara-negara kewalahan menyikapinya,
menjadi menarik untuk dipertanyakan ?Sungguhpun telah
mengundang banyak perdebatan dikalangan masyarakat
dunia.Ada yang berabelkan Islam, yang ingin mendirikan negara
Islam dan pandangan-pandangan lainnya.Dunia dikejutkan oleh
pemberitaan media yang begiitu hebob mengenai aksi terror Paris
13 November 2015, dikabarkan terjadi terror di Paris itu telah
menewaskan kurang lebih 153 orang berdasarkan laporan
CNN.Salah satu korban terbesar berada di gedung pergelaran
konser di Baraclan. Di sana sekitar 112 orang tewas saat seorang
bersenjata senapan otomatis memberondong penonton yang
sedang menyaksikan aksi panggung band Amerika. Pelaku juga
menyandera 100 orang. Sekitar lima mil dari lokasi tersebut, dua
pelaku meledakan diri di luar stadion Stade de France saat
berlangsungnya pertandingan Jerman dan Prancis. Penembakan
juga terjadi di dalam restoran di Rue Bichat dan menewaskan 11
orang.Yang menarik adalah tidak lama tragedy ini terjadi tiba-tiba
muncul sebuah kelompok yang mengklaim dirinya sebagai pelaku
dari aksi tersebut, disertai dengan rasa gembira dan

101
menyampaikan kepada dunia prestasinya setelah sekejap
merengut ratusan nyawa manusia. Kelompok itu menyebut
dirinya sebagai kelompok gerakan Islamic State In Iraq And
Suriah (ISIS) ?.Aksi terror seperti ini terus menyerang
kenyamanan dan keamanan dunia, tidak hanya di Timur Tengah,
tapi juga terjadi secara berurut di langit Eropa Seperti di prancis,
Turki, Amerika, dan lain-lain.
Sungguh luar biasa sebuah drama barbarian dan anti-
kemanusiaan diperegakan dalam sekejap tiba-tiba merengut
nyawa ratusan manusia yang tak bersalah.Bisa dibayangkan di
tengah keramaian tiba-tiba muncul sekelompok orang dengan
senjata AK47 kemudian tanpa merasa berdosa menembaki secara
membabi buta.Sebuah perilaku yang diluar nalar agama apapun,
tenu saja kita masih percaya tidak ada satu jenis iman apapun yang
membenarkan tindakan semacam ini.Kecuali ajakan keserakahan,
ajaran konspirasi yang serakah, mati rasa, dan anti
kemanusiaan.Siapapun pelaku dari tragegi ini, yang pasti adalah
hal ini menggambarkan kondisi dunia sedang sakit, konspiratif
dan anti kemanusiaan.Lebih sakit lagi, pasca peristiwa ini terjadi
muncul gerakan diskriminatid yang dimaksud adalah munculnya
sikap diskriminatif terhadap salah satu agama tertentu, katakankal
Islam, menjadu sy=ulit dinalarkan bagi manusia yang masih sehat
akalnya. Beberapa di antara orang-orang Eropa bahkan negaranya
menuding Islam sebagai ajaran teroris. Sehingga gerak-gerik umat
muslim patut dicurigai sebagai sesuatu yang membahayakan.
Dalam konteks ini, umat muslim telah diperkosa hak-hak
kemanusiaannya untuk mendapatkan rasa aman, tenang dan
bebas dari segala hal yang tidak nyaman dalam beragama yang
pada dasarnya telah dijamin oleh Universal Declaration of Human
Right yang katanya dijunjung tinggi oleh PBB itu.Pengawasan
hingga rencana penutupan masjid-masjid di Prancis oleh Perdana
Menti Prancis Manuel Calls pasca terror paris memberikan lika
psikologis bagi umat muslim, pelarangan pakai cadar dan
pembatasan menggunakan jilbab serta intimidasi-intimidasi
terhadap umat muslim di prancis merupakan terror psikologis

102
yang patut disayangkan. Di Amerika juga terjadi hal yang sama,
posisi umat muslim berada dalam tekanan dan terror-teror
psikologis yang menghantui setiap saat. Hingga muncul
pernyataan tokoh Amerika Donald Trump, bakal calon presiden
dari Partai Politik Republik waktu itu, yang memperlihatkan sikap
Islamfobianya. Ide-ide gila Donald Trump untuk memassifkan
pengawasan masjid dan menutup beberapa masjid di Amerika,
menyuarakan pembedaan antara muslim dengan yang bukan
muslim di Amerika (membuat identitas khusus untuk muslim
Amerika) dan melarang muslim masuk masuk Amerika dengan
tujuan diskriminatif, tentu saja hal ini telah melukai nilai-nilai
kemanusiaan yang dicita-citakan bersama.
Sulit untuk dinalarkan, sepertinya dunia tengah berada
dalam kebingungan yang dibuatnya sendiri.Di satu sisi kita sedang
gencar-gencarnya menaikkan bendera perlawanan terhadap segala
perilaku anti kemanusiaa.Katakanlah seperti aksi-aksi terror yang
acapkali terjadi, dan semua agama dan iman apapun bersama-
sama menyatakan perlawanan terhadapnya.Namun, pada saat
bersamaan ada pihak-pihak yang menghardik agama tertentu
dengan cap teroris dan semacamnya.Sikap diskriminatif,
ketidakadilan, ketidakdewasaan dan keringnya rasa humanitas
seperti ini bukannya membawa dunia dalam kedamaian tapi justru
kegaduhan berkepanjangan.Inilah kenyataan yang terjadi di
hadapan kita semua saat ini.Zaman yang diklaim beradab rasanya
nyawa manusia dan nilai-nilai kemanusiaan begitu murah untuk
dikorbankan.Drama anti kemanusiaan layaknya sinetron yang
setiap hari ditayangkan menemani sarapan pagi dan makan malam
kita. Tepat untuk dikatakan bahwa, kita saat ini betul-betul
mengalami krisis kemanusiaan yang amat parah dan ke depannya
masa depan manusia terus dibayang-bayangi oleh saling
menggususr dan menindas baik dalam bentuk perang maupun
dalam bentuk ketidakadilan, kekerasan, kemiskinan, dan
pengangguran akibat konsentrasi capital yang pada akhirnya
memunculkan gejolak social (konflik social) yang menghantui
masa depan peradaban manusia.Sesungguhnya kita tidak hanya

103
sedang menyaksikan konflik fisik baik dalam bentuk perang
maupun model kekerasan fisik lainnya, tapi juga kita sedang
menyaksikan kejahatan kemanusiaan dalam bentuk kekeraan
politik, kekerasan ekonomi, kekerasan kebijakan, dan kekerasan
moral yang berimplikasi pada terdzoliminya hak-hak kemanusiaan
yang seharusnya mencapai cita-citanya yang adil dan beradab.
Makanya Rafsanjani mengatakan tidak ada tujuan
kemanusiaan apapun kecuali untuk menyembunyikan wajah
mereka yang mengerikan di balik topeng.Atau mungkin saja ada
seorang pejabat yang manusiawi dan melakukan beberapa
kebaikan berkat kesadarannya, namun kolonialisme tidak
menghendaki hal seperti itu.Hal inilah harus segera menyadarkan
kita untuk menyuarakan gerakan kemanusiaan yang tulus tanpa
kemunafikan demi peradaban bersama. Jika dilihat dalam
sejarahnya, diskursus mengenai kemanusiaan sesungguhnya telah
disadari oleh tokoh-tokoh IMM sebelumnya, dalam beberapa
pokok pikirannya seperti yang ditulis Farid Fathoni ;
“Masalah krisis kemanusiaan memang bukan lagi masalah baru
dimuka bumi ini.Derajat kmesuman krisis kemanusiaan kini belum tentu
lebih dari pada kemesuman manusia di zaman Arab jahiliyah, atau pada
zaman Roma dan Persia kuno. Tapi krisis kemanusiaan ditengah
kepadatan penduduk, kemajuan ilmu dan teknologi, jelas akan
mempercepat proses kehancuran diri sendiri, kehilangan sama sekali
kebahagiaan insanyah yang hakiki.”
Dalam bait-bait lainnya juga mengatakan; “Harus diakui
bahwa krisis utama di bumi ini bukanlah krisis penduduk, energy, moneter,
dan lain-lain. Tetapi pada dasarnya adalah krisis kemanusiaan, dimana
sang manusia tidak mampu memanusiakan dirinya, dalam arti menjadikan
dirinya manusia budaya yang berhasil membudayakan alam anugerah
Tuhan ini.”
Artinya, bahwa kejahatan kemanusiaan akan selalu
menyertai perjalanan sejarah kehidupan umat mannusia dari sejak
zaman Nabi Adam dulu dan mungkin hingga satu detik sebelum
kiamatpun kejahatan itu akan selalu tetap ada. Namun jangan lupa
juga bahwa, harapan untuk membangun kehidupan di muka bumi

104
yang damai, sejahtera, atau dalam bahasa Islamnya Baldatun
Toybatun Warrabungaffur bisa dilakukan sepanjang nilai-nilai
kemanusiaan-transendental ditegakkan.

C. Spiritualitas untuk Cinta Kemanusiaan


Fetullah Gulen tentang panorama kehidupan masa kini
dengan syairnya mengatakan :
“Rasa malu telah terkelupas di dalam jiwa manusia, kehinaan
membanjiri pelosok sahara dan desa, berapa banyak wajah jelek dibalik
tabir kasa, tak ada kejujuran.Janji jadi bualan.Amanat dianggap
mainan.Dusta dianggap biasa.Penghianatan merebek dimana-mana.
Tuhan, betapa menakutkan perubahan ini! Agama hilang.Iman
melayang.Agama jatuh.Iman pun runtuh.”
Syair di atas setidaknya menggambarkan kondisi manusia
saat ini yang tengah di landa penyakit spiritual. Dimana kejujuran
merupakan barang langkah yang susah dicari, janji jadi bualan,
amanat dianggap mainan, penghianatan menjadi hal yang biasa,
sehingga hanya menjadi topeng kesholehan. Padahal Iman telah
melayang, agama telah jatuh tersungkur tak berdaya disebabkan
iman telah runtuh dan hancur berantakan.Karena kita
menampilkan diri kita yang palsu.Kebohongan, tipu muslihat,
mental hipokrit, korupsi, kolusi, nepotisme, kekejaman,
kediktatoran, dan krisis kemanusiaan lainnya, yang di tutupi
dengan topeng-topeng kepalsuan dalam hidup ini.
Pada saat itulah manusia telang mengalami derita spiritual
yang justru menghukumi dirinya, karena pada akhirnya erosi
spiritual dan moral yang terjadi di dalam diri sebuah masyarakat,
pasti akan menyebabkan terputusnya anugerah ilahi. Seperti yang
dikatakan Carl Gustav Jung seorang psikolog terkemuka
menyebut krsisi spiritual sebagai penyaki seksistensial (eksistensial
illness).Inilah yang disebut Jung sebagai jiwa yang menderita (a
suffering soul)yang belum menemukan maknanya.Atau dalam
istilahnya Stanislav Grof menyebutnya sebagai spiritual emergency.
Pada saat itu pula manusia mulai merindukan jalan hidup
yang bermakna. Dan memang manusia seharusnya

105
mengkonstruksi kembali hubungannya dengan Tuhan maupun
hubungannya dengan dirinya sendiri.Kita memang semestinya
hidup dengan semangat ilahiah, di mana kehidupan yang di jalani
semata-mata berpusat pada kesadaran ke-Tuhanan, bukan
sebaliknya berpusat pada manusia sebagaimana humanism sekuler
atau juga humanism modern yang meracuni kehidupan manusia
di abad ini.Manusia bahkan di tempatkan sebgai Tuhan yang
mengemndalikan dan sepenuhnya berkuasa menentukan
kehidupan di bumi.
Tiada jalan lain, kecuali kita memperbaiki kembali paradigm
kehidupan kita yang sekularistik, materialistic, liberlistik, dan
antroposentristik menuju paradigm yang utuh dan tidak terpecah-
pecah. Di mana dimensi spritualitas harus dihadirkan dalam nafas
kehidupan kita, harus hadir ditengah kehidupan praksis kita, harus
menjadi pondasi disetiap aktifitas politik, ekonomi, dan social
kita.Sebab dunia dengan pernak-pernik peradabannya sdang
tercancam saat ini hanya bisa diselamatkan dengan landasa
kehidupan yang spritualitas-kemanusiaan. Inilah yang terus
disuarakan ―Merawat Spritualitas, Merawat Kemanusiaan‖ sebagai
bentuk upaya menyelamatkan peradaban kita saat ini dan di masa
depan‖.
Merawat spritualitas adalah upaya menumbuhkan kembali
hidup dengan semangat dan nilai-nilai ke-Tuhanan.Pusisi rumi ini
menggambarkan bagaimana Tuhan memanggil hambanya dengan
penuh kasih saying dan kepedulian. Jalaludin Rumi dalam syairnya
mengatakan :
“Air berkata kepada benda bernoda, „kemerilah!” benda bernoda itu
menjawab, “tapi saya malu sekali. “Air berkata,“bagaimana kamu bisa
bersih tanpaku.”( Rumi Matsnawi, ii, 1366-67 )
Syair rumi yang sarat akan makna ini menggambarkan
bagaimana kasih saying Tuhan kepada makhl;uknya begitulah
besar, Tuhan tidak sedikitpun menutup pintu kasih sayangnya
bagi manusia, hanya saja manusialah yang terkadang merasa
dirinya malu, lalu pesimis dengan kehidupan, pesimis dengan
masa depan hubungan denganNya. Padahal, manusia hanya perlu

106
membuka pintu hatinya, karena sesungguhnya membangun
spritualitas adalah membuka pintu hati untuk mengizinkan Tuhan
masuk kedalamnya.
Jalan untuk menyelamatkan peradaban dan dunia kita saat
ini danke depan takada jalan lain, dunia kita saat ini dan ke depan
tak ada jalan lain, kecuali manusia harus kembali pada fitrahnya.
Merawat spritualitas tidak berarti meninggalkan dunia,
menghardik materi dan membencinya, bukan itu.Tapi merawat
spritualitas adalah membangun kemajuan dengan tetap berdiri
pada akar-akar nilai Ilahiah yang transcendental, yang selama ini
dihinakan oleh ilmu pengetahuan dan teknologi kita.
Merawat spritualitas berarti membangun tahta kehidupan
yang beradab, bermoral, berkemajuan dan berkemanusiaan.Tentu
ini merupakan tugas besar sejarah yang harus diemban oleh
generasi baru abad ini.Mencerahkan kembali perjalanan
peradaban kita yang terancam punah.Tugas sejarah ini harus
diambil atau diperankan oleh pemuda yang masih yakin dan
berpegang pada diemnsi regiusitas-spritualitas. Tugas besar ini
harus diemban oleh para pemuda muslim, lebih tugas besar
sejarah ini harus di perankan oleh kader-kader Ikatan Mahasiswa
Muhammadiyah ( IMM ). Sebagai kekuatan gerakan Mahasiswa
Islam moderat di negara mayoritas muslim di Dunia, yang
membingkai pondasi perjuangannya dengan tradisi
intelektualisme, cita-cita humanism religious, dan kekuatan jati
diri yang berbasis pada regiusitas-spritualitas.

D. IMM dan Dakwah Kemanusiaan


Konsep gerak amar ma‟ruf nahi mungkar secara implisit
merupakan doktrin gerakan kemanusiaan Islam. Namun, secara
eksplisit konsep amar ma‟ruf nahi mungkar sangat dekat sekali
dengan Muhammadiyah bahkan menjadi symbol dan doktrin
gerakan Muhammadiyah dan Ortom.
Dalam ensiklopedi Muhammadiyah, secara etimologi
definisi ―amar‖ berarti perintah, ―ma‟ruf‖ berarti dianggap baik,
―nahi‖ berasal dari kata ―nahyu‖ yang artinya larangan, ―mungkar‖

107
berarti suau perbuatan, ucapan atau sikap yang dianggap buruk
atau salah. Kemudian ―amar ma‟ruf‖ berarti menyuruh atau
mendorong manusia untuk berbuat baik, semnentara ―nahi
mungkar‖ artinya melarang manusia baik individu maupun
masyarakat melakukan perbuatan buruk atau salah.
Lebih lanjut disebutkan bahwa “amar ma‟ruf” dipahami
sebagai satu usaha agar seseorang atau kelompok orang atau
masyarakat melakukan kebaikan sesuai dengan apa yang
diperintahkan oleh agama Islam. ―nahi mungkar‖ merupakan satu
usaha agar seseorang atau kelompok orang atau masyarakat
meninggalkan dan menjauhi segala perbuatan buruk atau salah
berdasarkan ajaran islam, terutama perbuatan buruk atau salah
yang dapat merusak agama (akidah, ibadah, dan muamalah), diri
manusia (jasmaniah, rohaniah, dan akal), harta benda (mulai dari
cara mendapatkannya sampai kepada penggunaannya), keturunan
(kejelasan nasab, hak pendidikan dan pewarisannya).
Istilah amar ma‘ruf nahi mungkar kemudian menjadi salah
satu identitas perjuangan Muhammadiyah. Sebagaimana yang di
sebutkan misalnya dalam anggaran dasar Muhammadiyah sebagai
gerakan islam dan dakwah amar ma‘ruf nahi mungkar, berakidah
islam dan bersumber pada Al Qur‘an dan hadits.
Muhammadiyah sebagai gerakan Dakwah mendasarkan
pikirannya pada beberapa doktrin Al Qur‘an diantaranya adalah :
Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang
menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma‘ruf dan
mencegah dari yang mungkar, merekalah orang-orang
beruntung.(QS. Ali Imran/3:103)
Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk
manusia, menyuruh kepada yang ma‘ruf, dan mencegah dari yang
mungkar, dan beriman kepada Allah.sekiranya ahli Kita beriman,
tentulah itu lebih baik bagi mereka, di antara mereka ada yang
beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik.
(QS. Ali Imran:110)
Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah
dan plajaran yang baik dan bantahah mereka dengan cara yang

108
baik. Sesungguhnya Tuhanmu dialah yang lebih mengetahui
tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan dialah yang lebih
mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.(Qs.Al-Nahl :
125).
Dalam literature-literatur Kemuhammadiyaan, sering
disebutkan bahwa sasaran dakwah Muhammadiyah ditujukan
kepada perseorangan dan masyarakat. Lebih lanjut disebutkan
dakwah untuk perseorangan ditujukan kepada yang telah
beragama islam (bersifat pemurnian) dan yang belum beragama
Islam (bersifat seruan dan ajakan untuk memeluk agama Islam).
Sedangkan dakwah untuk masyarakat dilakukan dalam rangka
perbaikan hidup, bimbingan serta peringatan untuk selalu
melakukan yang ma‘ruf dan menjauhi yang mungkar.
Amar ma;ruf nahi mungkar menurut Dawam Rahardjo
dimaknai sangat berkait erat dengan dakwah atau semangat
perjuangan. Dawam memberikan contoh bagaimana istilah amar
ma‟ruf nahi mungkar kadang-kadang digunakan dalam gerakan
perjuangan-perjuangan tertentu misalnya gerakan ketika orang
menentang lottere, yang bernama Hwa Hwe, di orde baru,
kemudian porkas dan terakhir SDAN SEBAGAINYA,
perjuangan melawan korupsi dan pelacuran juga menurutnya bisa
berada di bawah bendera amar ma”ruf nahi mungkar.
Lebih lanjut disebutkan bahwa istilah amar ma‟ruf nahi
mungkar mengandung konotasi ―berjuang‖ ―menentang‖
―membasmi‖ atau ― memberantas‖, konotasinya adalah bentuk
negative dari suatu perjuangan. Tekanan makna penyebutan
istilah tersebut lebih erat kepada aspek nahi
mungkarnya.Sedangkan penggunaan amar ma‟ruf lebih tepat
digunakan dalam rangka menegakkan kedisiplinan nasional.
Yang menarik dari interpretasi Dawam Rahardjo adalah
menafsirkan amar ma‟ruf nahi mungkar dalam spirit gerakan
perjuangan.Amar ma‟ruf nahi mungkar dilihat sebagai doktrin
perjuangan untuk menegakan masyarakat yang berkeadaban.Lebih
jauh menurut penulis amar ma‟ruf nahi mungkar disamping doktrin
untuk melawan segala perilaku destruktif seperti korupsi,

109
ketidakadilan ekonomi, ketidakadilan social, patologi social dan
lain-lain.Amar ma‟ruf nahi mungkar juga menjadi doktrin untuk
membangun kehidupan yang ma‟ruf (civil society) menurut kaum
believer untuk menjadi kreatif, produktif, inovatif, pribadi teladan
(pribadi kenabian).
Sementara dalam pandangan Din Syamsuddin, dakwah
adalah keseluruhan aktivitas untuk mengajak orang kepada Islam.
Bagi Din Syamsuddin, dakwah dapat mengambil bentuk lisan
(da‟wah bil-lisan atau billisanil maqal, bisa juga disebut tabligh), dan
bentuk pengembangan masyarakat (dakwahbilhalatau billisanil
hal).Yang menarik dari pandangan Din Syamsuddin mengenai
model dakwah, menurutnya, dakwah mengandung arti Social
control(amar ma‟ruf nahi mungkar).Lebih lanjut Din Syamsuddin
menyebutkan bahwa aktivitas dakwah merupakan aktivitas yang
integral, maka dakwah dapat dilakukan lewat berbagai jalur
kehiduan, seperti social, ekonomi, ilmu dan teknologi, pendidikan
serta kesenian.
Pelaku-pelaku sejarah agent of control sesungguhnya mereka
sedang menjalankan misi dakwah amar ma‟ruf nahi mungkar.
Mereka yang memainkan peran social controlnya terhadap kekejian
politik, control terhadap ketidakadilan social, kesewenang-
wenangan penguasa dan juga control terhadap persoalan
penegakan hukum serta dominasi ekonomi dari kaum capital yang
bisa menyengsarakan masyarakat lemah, menurut penulis juga
mereka adalah pendakwah profetik yang tidak hanya bereforia
dengan suasana ceramah di masjid tapi secara langsung
berhadapan dengan realitas social yang menghimpit kehidupan
masyarakat lemah.
Dalam konteks Muhammadiyah, secara normative dan
historis, landasan gerakan Muhammadiyah lahir dan bertumpu
pada pemikiran yang merupakan dasar fundamental gerakan
Muhammadiyah seperti yang disebutkan di atas. Meski demikian,
dasar pemikiran di atas bukanlah sesuatu yang sifatnya stagnan,
pasif dan dianggap sacred bebas dari pengembangan-
pengembangan yang bersifat factual dan kontekstual.Amar ma‟ruf

110
nahi mungkar bersifat dinamis, terbuka untuk diinterpretasikan
dalam konteks kekinian, dan juga bersifat merespon kehidupan
ke-depan. Dalam istilah Muhammadiyah sangat popular dengan
pemaknaan Íslam Berkemajuan‖.Islam puritan, sekaligus Islam
yang menyatu dengan zaman.
Maka dalam tulisan ini, menegaskan bahwa konsep gerakan
amar ma‟ruf nahi mungkar dalam spektrum gerakan yang luas
(menyentu semua rana kehidupan manusia, beragama, berbangsa
dan lain-lain).Walaupun penegasan ini sesungguhnya bukanlah hal
yang baru bagi Muhammadiyah. Sekarang ini Muhammadiyah
telah mengembangkan interpretasi amar ma‟rud nahi mungkar pada
dimensi yang universal atau apa yang disebut sebagai dakwah
universal. Gambaran arah dakwah Muhammadiyah penting untuk
dilihat secara analitis-kritis Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah
(IMM), karena arah Muhammadiyah ke depan akan banyak
dinahkodai oleh kaum muda Muhammadiyah masa sekarang.
Disisi lain, keberadaan IMM sebagai organisasi Otonomnya
Muhammadiyah yang menegaskan dirinya bahwa kepribadian
Muhammadiyah adalah landasan perjuangan IMM yang berarti
kader IMM tidak mungkin untuk memisahkan dirinya yang
Khittah perjuangan Muhammadiyah, ada semboyan mengatakan
―IMM Oke, Muhammadiyah Yes‖ bukan sebaliknya ÍMM Yes,
Muhammadiyah No‖. Jadi arah dakwah Muhammadiyah diatas
memberi gambaran kepada kita untuk dilihat secara analitis-kritis
dinamis-progresif dalam membangun gerakan dakwah IMM yang
lebih kontekstual menyentuh aspek universalitas-kemanusiaan.
Kutipan : ―Abdikanlah ilmu untuk Kemanusiaan‖, kutipan
tulisan Bung Karno tersebut sangat cocok untuk memaknai
kiprah perjuangan dan baktinya Ikatan Mahasiswa
Muhammadiyah (IMM), tidak saja bagi kemaslahatan rakyat dan
bangsa Indonesia tetapi juga untuk kemajuan umat manusia pada
umumnya.

111
E. Kesimpulan
Dari apa yang telah ditulisakan, maka saya mengambil
kesimpulan bahwa Kita memerlukan gerakan kemanusiaan tanpa
kemunafikan dan kebohongan atas nama kemanusiaan. Gerakan
social kemanusiaan yang tentu saja tidak terpenjara dan tidak
terkotak-kotak oleh agama, ras, suku, kelompok atau komunitas
tertentu harus dilakukan atas nama hak-hak kemanusiaan yang
sama, namun harus dilandasi dengan ketulusan, kejujuran dan
jauh dari kebohongan. Kita harus bergandengan tangan saling
berpeluk-pelukan diatas kasih saying kemanusiaan, dalam
menengarai derita kemanusiaan bertopengkan klaim peradaban
dan hak asasi manusia yang penuh kamuflase.
Kesadaran menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan ini
memerlukan kesadaran dan peran serta kelompok muda dari
berbagai komunitas tanpa harus terpenjara oleh perbedaan-
perbedaan suku, ras, budaya ataupun agama. Khususnya
kelompok gerakan pelajar, mahasiswa, pemuda dan ormas-ormas
yang berbasiskan Islam-Agama.

112
Revitalisasi Arah Gerak Ikatan Berkemajuan
Oleh: Hana Z. Matantu
PC IMM Kota Gorontalo

A. Latar Belakang
Muhammadiyah memiliki Organisasi otonom seperti
Nasyiatul `Aisyiyah (NA) yang didirikan pada tanggal 16 Mei 1931
atau 28 Dzulhijjah 1349 H, Pemuda Muhammadiyah yang
dibentuk pada tanggal 2 Mei 1932 atau 25 Dzulhijjah 1350 H, dan
Ikatan Pelajar Muhammadiyah (IPM)—yang namanya diganti
menjadi Ikatan Remaja Muhammadiyah [IRM]) yang kemudian
didirikan pada tanggal 18 Juli 1961 atau 5 Shaffar 1381 H dan
baru pada 29 Syawal 1384 H, bertepatan dengan tanggal 14 Maret
1964 M di dirikanlah Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM).
Anggaran Dasar Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah dalam
Muqaddimah menjelaskan bahwa, IMM didirikan sebagai salah
satu organisasi otonom Muhammadiyah yang merupakan wadah
berhimpun dan perjuangan untuk menggerakan dan membina
potensi mahasiswa Islam, guna meningkatkan peran dan tanggung
jawabnya sebagai kader perserikatan, kader umat dan kader
bangsa sehingga tumbuh kader-kader yang memiliki kerangka
berpikir ilmiah, amaliyah dan amal ilmiyah sesuai dengan
kepribadian Muhammadiyah. Semua itu dilakukan secara bersama
dengan menjungjung tinggi musyawarah atas dasar iman dan
taqwa serta hanya berharap ridha Allah SWT.
Selanjutnya, secara tegas Asas, Gerakan, Tujuan dan Usaha
Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah pada Anggaran Dasar BAB II
Pasal 4 Asas Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah berasaskan Islam,
pada Pasal 5, Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah adalah gerakan
Mahasiswa Islam yang bergerak di bidang keagamaan,
kemasyarakatan dan kemahasiswaan. Pada BAB III pasal 7,
Tujuan IMM adalah mengusahakan terbentuknya akademisi Islam
yang berakhlak mulia dalam rangka mencapai tujuan
Muhammadiyah.

113
Disamping itu pula, ada terdapat 5 poin Usaha dalam Pasal
8 Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah, yakni:
1. Membina para anggotanya menjadi kader perserikatan
Muhammadiyah, kader umat dan kader bangsa yang senantiasa
setia terhadap keyakinan dan cita-citanya.
2. Membina para anggotanya untuk selalu tertib dalam ibadah,
tekun dalam studi dan mengamalkan ilmu pengetahuannya
untuk melaksanakan ketaqwaan dan pengabdiannya kepada
Allah SWT.
3. Membantu para anggota khususnya dan mahasiswa pada
umumnya dalam menyelsaikan kepentingannya.
4. Mempergiat, mengefektikan dan mengoptimalkan Dakwah
amar ma‘ruf nahi munkar kepada masyarakat, teristimewa
masyarakat mahasiswa.
5. Segala usaha yang tidak menyalai asas, gerakan dan tujuan
organisasi dengan mengindahkan segala hukum yang berlaku
dalam negara Republik Indonesia.

B. Gerakan dalam Bidang Keagamaan


“Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru
kepada kebajikan, menyuruh kepada yang makruf dan mencegah dari yang
munkar; merekalah orang-orang yang beruntung” (QS. Al-Imran : 104)
Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah yang berkemajuan
berada dalam gerakan mutakhir terjadi dinamika baru dalam
gerakan-gerakan keagamaan yang memiliki beragam orentasi
ideiologis. Selain itu IMM dalam arus perkembangan paham
keagamaan dengan segala kecenderungan yang niscaya, Gerakan
keagamaan beragam orentasi dan paham pemikiran dalam bingkai
Islam yang satu. IMM berada dalam pusaran paham dan dinamika
keagamaan yang majemuk.
Dalam Tafsir Ibnu Katsir, Allah SWT berfirman
bahwasanya, hendaklah ada dari kalian sejumlah orang yang
bertugas untuk menegakkan perintah Allah, yaitu dengan
menyeru orang-orang untuk berbuat kebajikan dan melarang

114
perbuatan yang mungkar, mereka adalah golongan yang
beruntung.
Adh Dhahhak mengatakan, ―mereka adalah para sahabat
yang terpilih, para mujahidin yang terpilih, dan para ulama‖.
Sebagai kader Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah yang
berkemajuan, dalam dinamika gerak mutakhir terdapat bergai
pemikiran keagamaan. Dalam wikipedia gerak islam, pada
dasarnya gerakan Islam bertujuan kepada tegaknya agama Islam di
muka bumi agar kedamaian dan kesejahteraan bagi umat Islam
terwujud.
Dalam Tujuan IMM adalah mengusahakan terbentuknya
akademisi Islam yang berakhlak mulia dalam rangka mencapai
tujuan Muahammadiyah, dalam Anggaran Dasar BAB III Pasal 6,
Maksud dan Tujuan Muhammadiyah ialah menegakkan dan
menjunjung tinggi Agama Islam sehingga terwujud masyarakat
Islam yang sebenar-benarnya. Banyak ideologi atau paham yang
melandasi gerakan keagamaan. Ada yang bersifat fillah dan
sabilillah. Fillah adalah gerakan Islam yang berangkat dengan
dakwah yang didasari oleh ilmu. Gerakan keagamaan IMM jelas
merujuk pada Identitas Muhammadiyah sebagai gerkan Islam,
Da‘wah Amar ma‘ruf nahi mungkar dan tajdid, bersumber pada
al-Quran dan as-Sunnah. Sedangkan sabilillah adalah gerakan
dengan sifat kearah peperangan. Gerakan keagamaan sabiilllah
jelas jauh dari Identitas Muhammadiyah. Walaupun Semua
gerakan ini bertujuan sama akan tetapi gerakan ini harus melihat
kapan waktu yang tepat untuk menggunakan cara fillah dan
sabilillah.
Abu Ja‘far Al-Baqir meriwayatkan bahwa Rasulullah SAW.
membacakan firman-Nya : ―Dan hendaklah ada diantara kalian
segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan‖ (Ali Imran
104). Kemudian beliau SAW. bersabda : ―Yang dimaksud dengan
kebajikan ini ialah mengikuti Al Qur‘an dan Sunnah-ku.‖ Hadits
diriwayatkan oleh Ibnu Murdawaih. Sejalan dengan hadits Nabi
Saw. Anggaran Dasar pada BAB I Pasal 1 Nama Ikatan
Mahasiswa Muhammadiyah disingkat IMM adalah gerakan

115
Mahasiswa Islam yang beraqidah Islam bersumber Al Qur‘an dan
as-Sunnah.
Makna yang dimaksud dari ayat ini ialah hendaklah ada
segolongan kader IMM yang bertugas untuk mengemban urusan
Persyarikatan, Umat, dan Bangsa. Sekalipun urusan tersebut
memang diwajibkan pula atas setiap individu IMMawan maupun
IMMawati umat seribu jaman yang menjunjung cita-cita luhur.
Sebagaimana yang disebutkan di dalam kitab Shahih
Muslim dalam sebuah hadits dari Abu Hurairah. Disebutkan
bahwa Rasulullah SAW. pernah bersabda dan nyata adanya bahwa
“Barang siapa di antara kalian melihat suatu kemungkaran, hendaklah ia
mencegahnya dengan tangannya. Dan jika ia tidak mampu, maka dengan
lisannya. Dan jika masih tidak mampu juga, maka dengan hatinya, yang
demikian itu adalah selemah-lemah iman.” Adapun dalam riwayat lain
disebutkan : “Dan tiadalah dibelakang itu (selain dari itu) iman barang
seberat biji sawi pun.”
Dalam kaitan hadits diatas sebagai kader IMM dalam gerak
keagamaan harus mempergiat, mengefektifkan dan
mengoptimalkan dakwah amar ma‘ruf nahi mungkar kepada
masyarakat, teristimewa masyarakat mahasiswa.
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami
Sulaiman Al-Hasyimi, telah menceritakan kepada kami Ismail
Ibnu Ja‘far, telah menceritakan kepadaku Amr Ibnu Amu Amr,
dari Jarullah Ibnu Abdur Rahman Al-Asyhal, dari Hudzhaifah
Ibnu Yaman, bahwa Nabi SAW. pernah bersabda : “Demi Tuhan
yang jiwaku berada di dalam genggaman kekuasaan-Nya, kalian benar-
benar harus memerintahkan kepada kebajikan dan melarang perbuatan
mungkar, atau hampir-hampir Allah akan mengirimkan kepada kalian
siksa dari sisi-Nya, kemudian kalian benar-benar berdoa (meminta
pertolongan kepada-Nya), tetapi doa kalian tidak diperkenankan.” Imam
Tirmidzi dan Imam Ibnu Majah meriwayatkan melalui hadits Amr
ibnu Abu Amr dengan lafaz yang sama. Imam Tirmidzi
mengatakan bahwa hadits ini hasan. Tidak bisa dipungkiri lagi
untuk kader-kader IMM dalam melaksanakan sistem yang telah
ada dalam bidang keagamaan ini.

116
Dalam Tafsir dari Departemen Agama Pemerintah
Indonesia. Untuk mencapai maksud tersebut perlu adanya
segolongan umat Islam yang bergerak dalam bidang dakwah yang
selalu memberi peringatan, bilamana nampak gejala-gejala
perpecahan dan penyelewengan. Karena itu pada ayat ini
diperintahkan agar supaya di antara umat Islam ada segolongan
umat yang terlatih di bidang dakwah yang dengan tegas
menyerukan kepada kebaikan, menyuruh kepada yang makruf
(baik) dan mencegah dari yang mungkar (keji).
Dengan demikian segala usaha yang tidak menyalahi asas
umat Islam akan terpelihara daripada perpecahan dan infiltrasi
pihak manapun. Menganjurkan berbuat kebaikan saja tidaklah
cukup tetapi harus dibarengi dengan menghilangkan sifat-sifat
yang buruk. Untuk itu camkan “Siapa saja yang ingin mencapai
kemenangan. maka ia terlebih dahulu harus mengetahui persyaratan dan
taktik perjuangan untuk mencapainya, yaitu: kemenangan tidak akan
tercapai melainkan dengan kekuatan, dan kekuatan tidak akan terwujud
melainkan dengan persatuan. Persatuan yang kokoh dan kuat tidak akan
tercapai kecuali dengan sifat-sifat keutamaan.” Tidak terpelihara
keutamaan itu melainkan dengan terpeliharanya gerakan
keagamaan dan akhirnya tidak mungkin gerakan keagamaan
terpelihara melainkan dengan adanya dakwah Amar ma‘ruf nahi
mungkar.
Maka kewajiban pertama kader Ikatan Mahasiswa
Muhammadiyah itu ialah mempergiat dakwah Amar ma‘ruf nahi
mungkar agar gerakan keagamaan dapat berkembang baik dan
berkemajuan. Dengan dorongan gerakan keagamaan akan
tercapailah bermacam-macam kebaikan sehingga terwujud
persatuan yang kokoh dan masyarakat yang sebenar-benarnya.
Dari persatuan yang kokoh tersebut akan timbullah kemampuan
yang besar untuk mencapai IMM yang berkemajuan. Mereka yang
memenuhi syarat-syarat perjuangan itulah orang-orang yang
sukses dan beruntung.

117
C. Gerakan dalam Bidang Sosial
Gerakan sosial (bahasa Inggris: social movement) adalah
aktivitas sosial berupa gerakan sejenis tindakan sekelompok yang
merupakan kelompok informal yang berbentuk organisasi,
berjumlah besar atau individu yang secara spesifik berfokus pada
suatu isu-isu sosial atau politik dengan melaksanakan, menolak,
atau mengkampanyekan sebuah perubahan sosial.
Sebagai kader IMM diharapkan mampu meneruskan
perjuangan Kyai Haji Ahmad Dahlan atau Muhammad Darwis
(lahir di Yogyakarta, 1 Agustus 1868 – meninggal di Yogyakarta,
23 Februari 1923 pada umur 54 tahun) adalah seorang Pahlawan
Nasional Indonesia. Ia adalah putera keempat dari tujuh
bersaudara dari keluarga K.H. Abu Bakar. KH Abu Bakar adalah
seorang ulama dan khatib terkemuka di Masjid Besar Kasultanan
Yogyakarta pada masa itu, dan ibu dari K.H. Ahmad Dahlan
adalah puteri dari H. Ibrahim yang juga menjabat penghulu
Kesultanan Ngayogyakarta Hadiningrat pada masa itu.
(Wikipedia) yang senantiasa melakukan gerakan tajdid dalam
bidang sosial.
Tajdid adalah Kata yang diambil dari bahasa Arab yang
berkata dasar "Jaddada-Yujaddidu-Tajdiidan" yang artinya
memperbarui. Kata ini kemudian dijadikan jargon dalam gerakan
pembaruan Islam agar terlepas dari Bid'ah, Takhayyul dan
Khurafat.
K. H. A. Badawi, ketua PP Muhammadiyah 1962 – 1968
menulis dalam suara muhammadiyah JUli 1967 tentang Tajdid
dan Muhammadiya. Muhammadiyah pada dasarnya adalah
gerakan Islam yang bermaksud dakwah, mengajak kepada Islam.
Bagi yang telah Islam, ajakan itu bersifat tajdid, yaitu kembali
kepada ajaran Islam yang asli murni, seperti yang telah
disampaikan oleh Nabi Muhhamad SAW (hadits yang sahih) serta
yang dikerjakan oleh sahabat dan ulama salaf yang sesuai dengan
ajaran Al Qur‘an dan Hadits, dengan mempergunakan akal,
pikiran dan dengan penyelidikan yang cermat, tidak bertaklid.

118
Seperti gagasan Low Comunity 2010 UMK. Posisi
Muhammadiyah dalam dinamika dan permasalahan kehidupan
nasional, global, dan dunia Islam dibingkai dan ditandai dengan
lima peran yang secara umum menggambarkan misi
Persyarikatan. Kelima peran tersebut adalah sebagai berikut:
Pertama, Muhammadiyah sebagai gerakan tajdid terus
mendorong tumbuhnya gerakan pemurnian ajaran Islam dalam
masalah yang baku (al-tsawabit) dan pengembangan pemikiran
dalam masalah-masalah ijtihadiyah yang menitikberatkan
aktivitasnya pada dakwah amar ma‘kruf nahi munkar.
Kedua, Muhammadiyah sebagai gerakan Islam dengan
semangat tajdid yang dimilikinya terus mendorong tumbuhnya
pemikiran Islam secara sehat dalam berbagai bidang kehidupan.
Pengembangan pemikiran Islam yang berwatak tajdid tersebut
sebagai realisasi dari ikhtiar mewujudkan risalah Islam sebagai
rahmatan lil-alamin yang berguna dan fungsional bagi pemecahan
permasalahan umat, bangsa, negara, dan kemanusiaan dalam
tataran peradaban global.
Ketiga, sebagai salah satu komponen bangsa,
Muhammadiyah bertanggung jawab atas berbagai upaya untuk
tercapainya cita-cita bangsa dan Negara Indonesia, sebagaimana
dituangkan dalam Pembukaan Konstitusi Negara.
Keempat, sebagai warga Dunia Islam, Muhammadiyah
bertanggung jawab atas terwujudnya kemajuan umat Islam di
segala bidang kehidupan, bebas dari ketertinggalan, keterasingan,
dan keteraniayaan dalam percaturan dan peradaban global.
Kelima, sebagai warga dunia, Muhammadiyah senantiasa
bertanggungjawab atas terciptanya tatanan dunia yang adil,
sejahtera, dan berperadaban tinggi sesuai dengan misi membawa
pesan Islam sebagai rahmatan lil-alamin.
Berdasarkan lima peran dalam Persyarikatan. Dari lima poin
diatas sebagai Kader IMM yang berkemajuan turut serta
bertanggungjawab sebagai tuntutan memainkan peran senantiasa
berupaya mewujudkan IMM Berkemajuan.

119
D. Kesimpulan
IMM sebagai gerakan mahasiswa Islam dalam menjalankan
peran fungsinya sebagai organisasi dakwah Intelektual dengan tida
model gerakan yang padu, yakni:
Gerakan sepiritual, IMM menjadikan nilai-nilai keimanan
dan moralitas sebagai nilai luhur yang senantiasa menjadi ruh dan
spirit gerakan.
Gerakan Intelektual, IMM menjadikan garakan intelektual
exercise bagi mahasiswa dann menjadikan intelektualitas sebagai
identitas gerakan.
Gerakan Humanitas, IMM senantiasa, responsif tanggap
dan memiliki sensitivitas sosial yang tinggi sebagai bentuk diirinya
melawan penindasan.
Ketiga model gerakan ini menjadi identitas gerakan IMM
dan senantiasa terinternalisasi dalam diri kader IMM yang
berkemajuan dalam membumikan setiap gagasan dan
mempertanggung jawabkan setiap gerakannya dalam menjalankan
peran dan tanggung jawab sosial.

120
IMM di Era Revolusi 4.0
Oleh : Mohammad Rivaldi Anwar
PC IMM Kota Gorontalo

A. Pendahuluan
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, revolusi
industri berarti sebuah perubahan radikal dalam usaha
mencapai produksi dengan menggunakan mesin-mesin, baik
untuk tenaga penggerak maupun untuk tenaga pemroses.
Faktor utama terjadinya utama revolusi industru di sebabkan
karena manusia ingin menghasilkan suatu produksi dengan
cepat tanpa menguras tenaga lebih banyak dari manusia, dan
lebih efisien.dalam artian manusia dapat memproduksi volume
barang lebih banyak dengan sumber daya yang lebih sedikit
dengan bantuan teknologi yang ada.
Revolusi Industri 1.0 berlangsung periode antara tahun
1750-1850 dan ditandai dengan tenaga manusia digantikan oleh
kehadiran mesin. Pada era ini ditemukan mesin uap untuk
menggantikan tenaga otot, air, dan angin yang digunakan untuk
menggerakkan apapun.
Revolusi Industri 2.0 berlangsung pada akhir abad ke-19
sampai awal abad ke-20. Tenaga uap sudah mulai digantikan
oleh tenaga listrik. Pada era ini terjadi perkembangan pesat
pada industrialisasi dan ilmu pengetahuan, pembagian kerja,
produksi massal. Revolusi Industri 3.0 berlangsung pada akhir
abad 20 dan ditandai dengan kemunculan internet dan
teknologi digital yang dikenal sebagai Revolusi Digital.
Pada saat itu teknologi membuat pabrik-pabrik dan
industri-industri lebih memilih mesin daripada manusia.
Terlebih lagi mesin canggih memiliki kemampuan dalam
berproduksi lebih berlipat. Revolusi Industri 4.0 berlangsung
pada awal abad ke-21 sampai sekarang. Revolusi ini ditandai
dengan adanya internet of things, big data, artificial intelligence, human
machine interface, robotic and sensor technology, 3d printing technology.
Internasional atau beroprasi dalam skala internasional yang

121
didukungoleh kemajuan dalam transportasi dan telekomunikasi),
tanpa batas (setiap orang dapat memberikan ide dan memantau
apa yang terjadi secara realtime kapanpun dan dimanapun
mereka berada), kompetisi internasional (setiap perusahaan akan
berlomba lomba untuk memenuhi kebutuhan pasardengan
merancang proses produksi yang efisien dan cepat, dan
automatisasi (tenaga kerja manusia akan tergantikan dengan
adanya mesin dan robot yangdibekali kemampuan untuk
memproses data berupa Artificial Intelligence). Masalah-masalah
utama yang mungkin muncul akibat adanya revolusi industri 4.0
yaitu pengangguran dan kerusakan alam akibat eksploitasi
industri.
Revolusi industri keempat yang merupakan masa adanya
campur tangansistem cerdas (AI) dan automatisasi dalam industri
yang bekerja melalui datadengan teknologi machine learning.
Perkembangan revolusi industri 4.0 diIndonesia cukup didukung
oleh pemerintah, terutama Kementrian Perindustrian. Beberapa
sektor industri seperti industri makanan danminuman, semen,
petrokimia, otomotif dsb dinilai telah siap menyongsongindustri
4.0.

B. Pengertian Revolusi Industri 4.0


Klaus Schwab, Ekonom terkenal dunia asal Jerman,
Pendiridan Ketua Eksekutif WorldEconomicForum (WEF)
yang mengenalkan konsep Revolusi Industri 4.0. Dalam
bukunya yang berjudul ―The Fourth Industrial Revolution, Prof
Schawab (2017) menjelaskan revolusi industri 4.0 telah
mengubah hidup dan kerja manusia secara fundamental.
Berbeda dengan revolusi industri sebelumnya, revolusi industri
generasi ke-4 ini memiliki skala, ruang lingkup dan
kompleksitas yang lebihluas.
Kemajuan teknologi baru yang mengintegrasikan
dunia fisik, digital dan biologis telah mempengaruhi semua
disiplin ilmu, ekonomi, industri dan pemerintah. Bidang-bidang
yang mengalami terobosoan berkat kemajuan teknologi baru

122
diantaranya (1) robot kecerdasan buatan (artificial intelligence
robotic), (2) teknologi nano, (3) bioteknologi, dan (4) teknologi
komputer kuantum, (5) blockchain (seperti bitcoin), (6) teknologi
berbasis internet, dan (7) printer 3D. Revolusi industri 4.0
merupakan fase keempat dari perjalanan sejarah revolusi
industri yang dimulai pada abad ke-18. Menurut Schwab,
dunia mengalami empat revolusiindustri.
Revolusi industri 1.0 ditandai dengan penemuan mesin
uap untuk mendukung mesin produksi, kereta api dan
kapal layar. Berbagai peralatan kerja yang semula bergantung
pada tenaga manusia dan hewan kemudian digantikan dengan
tenaga mesin uap. Dampaknya, produksi dapat
dilipatgandakan dan didistribusikan ke berbagai wilayah secara
lebih masif. Namun demikian, revolusi industri ini juga
menimbulkan dampak negatif dalam bentuk pengangguran
masal.
Ditemukannya energi listrik dan konsep pembagian
tenaga kerja untuk menghasilkan produksi dalam jumlah besar
pada awal abad 19 telah menandai lahirnya revolusi industri
2.0. Energi listrik mendorong para ilmuwan untuk menemukan
berbagai teknologi lainnya seperti lampu, mesin telegraf, dan
teknologi ban berjalan. Puncaknya, diperoleh efesiensi
produksi hingga 300 persen. Perkembangan ilmu pengetahuan
dan teknologi yang semakin pesat pada awal abad 20 telah
melahirkan teknologi informasi dan proses produksi yang
dikendalikan secara otomatis.
Mesin industri tidak lagi dikendalikan oleh tenaga
manusia tetapi menggunakan Programmable Logic Controller (PLC)
atau sistem otomatisasi berbasis komputer. Dampaknya, biaya
produksi menjadi semakin murah. Teknologi informasi juga
semakin maju diantaranya teknologi kamera yang terintegrasi
dengan mobile phone dan semakin berkembangnya industri
kreatif di dunia musik dengan ditemukannya musik digital.
Revolusi industri mengalami puncaknya saat ini dengan
lahirnya teknologi digital yang berdampak masif terhadap

123
hidup manusia di seluruh dunia. Revolusi industri terkini atau
generasi keempat mendorong sistem otomatisasi di dalam
semua proses aktivitas.
Teknologi internet yang semakin masif tidak hanya
menghubungkan jutaan manusia di seluruh dunia tetapi juga
telah menjadi basis bagi transaksi perdagangan dan transportasi
secara online. Munculnya bisnis transportasi online seperti Gojek,
Uber dan Grab menunjukkan integrasi aktivitas manusia
dengan teknologi informasi dan ekonomi menjadi semakin
meningkat. Berkembangnya teknologi autonomous vehicle (mobil
tanpa supir), drone, aplikasi media sosial, bioteknologi dan
nanoteknologi semakin menegaskan bahwa dunia dan
kehidupan manusia telah berubah secara fundamental.

C. Prinsip Perancangan Industri 4.0


Seperti yang saya kutip dari Wikipedia, revolusi industri 4.0
ini mempunyai empat prinsip yang memungkinkan perusahaan-
perusahaan yang ada untuk mengidentifikasi serta
mengimplementasikan berbagai skenario industri 4.0, diantaranya
adalah sebagai berikut:
1. Bantuan Teknis: pertama, system bantuan yang dapat
membantu manusia untuk mengumpulkan data serta membuat
visualisasi supaya bisa membuat keputusan yang benar. Kedua,
kemampuan untuk membantu manusia melaksanakan berbagai
tugas berat, tidak aman bagi, dan tidak menyenangkan bagi
manusia.
2. Interoperabilitas (kesesuaian); kemampuan perangkat seperti
mesin, sensor serta manusia untuk bisa saling terhubung serta
berkomunikasi saling berkomunikasi lewat internet untuk
segalanya atau internet untuk khalayak.
3. Transparasi Informasi; kemampuan system informasi untuk
bisa menciptakan sebuah Salinan dunia fisik secara virtual
dengan cara memperkaya model pabrik digital dengan batuan
data sensor.

124
4. Keputusan Mandiri; kemampuan untuk membuat sebuah
keputusan sendiri dan melakukan tugas secara mandiri

D. Kesiapan Indonesia
Adanya revolusi industry 4.0 ini akan membawa banyak
sekali perubahan , industri di Indonesia akan semakin kompak
dan efisien. Namun industri 4.0 in juga memiliki resiko, yaitu
berkurangnya sumber daya manusia yang diperlukan karena sudah
digantikan dengan robot dan mesin. Sekarang ini memang
revolusi industri 4.0 sedang dicermati dengan baik. Memang
terdapat berjuta-juta peluang dalam revolusi ini, namun disitu
terdapat juga berjuta-juta tantangan yang harus kita hadapi.
Profesor Klaus Martin Schwab, yaitu seorang teknisi serta
ekonom dari Jerman sekaligus pendiri dan Executive Chairman
World Economic Forum memperkenalkan dalam bukunya yang
berjudul ―The Fourth Industrial Revolution‖ ia menyatakan
bahwa sekarang ini kita sedang berada pada awal dari sebuah
revolusi yang secara fundamental akan mengubah cara hidup,
berhubungan dan bekerja satu dengan yang lainnya.

E. Dampak Revolusi Industri 4.0


1. Dampak Sosial
Hal yang paling menonjol dari revolusi industri 4.0 adalah
penggunaan teknologi dan mesin yang dapat
menggantikan peran manusia dalam proses industri.
Kegiatan ini dapat menyebabkan berkurangnya peranan
atau campur tangan manusia dalam proses produksi.
Hasilnya adalah berkurangnya lapangan pekerjaan dalam
industri manufaktur. Tidak hanya itu hal ini juga dapat
menyebabkan sistem pendidikan sebelumnya tidak lagi
menjadi relevan dalam dunia kerja.
2. Dampak Ekonomi
Ketiga adalah dampak ekonomi yang tejadi seperti
perubahan terhadap bebrapa model bisnis sebelumnya,
tingginya biaya yang diperlukan untuk sebuah perusahaan

125
dalam mengimplementasikan industri 4.0. Selain itu
penanaman modal berlebihan terhadap teknologi akan
menghasilkan keuntungan ekonomi untuk perusahaan
tersebut. Faktor seperti teknologi baru atau mesin baru
dapat menyebabkan kerugian dari investasi teknologi
sebelumnya.

F. Peran IMM
Para mahasiswa dituntut untuk siap dalam menghadapi
era revolusi industri 4.0. Di mana, mahasiswa ideal adalah yang
kritis dan menguasai teknologi informasi. Sebabnya kalau
hanya belajar saja tanpa meningkatkan kemampuan di bidang
teknologi maka jangan harap bisa beradaptasi dengan
perkembangan dunia.
Revolusi Industri 4.0 berciri kreativitas, leadership
(kepemimpinan), dan enterpreneurship (kewirausahaan) yang
mendobrak mindset cara bekerja revolusi industri sebelumnya.
Dengan berciri efisiensi dalam komunikasi dan transportasi
serta mengarahkan masyarakat untuk memecahkan masalah
dengan sistem ―one stop shopping atau ―one stop solution
diperlukan ekosistem dunia usaha yang lepas dari lilitan dan
hambatan birokrasi dan itu tidak hanya soal cara bekerja tapi
juga mentalitas pegawai dan tenaga kerjanya. Dan pada
gilirannya luaran revolusi ini banyak mendatangkan keuntungan
dan kesejahteraan seperti harga barang murah, serta kesehatan
terjamin bukan malah menambah beban ekonomi masyarakat
dan memperbanyak pengangguran.
IMM seharusnya berada di tengah antara manfaat dan
dampak negative yang di berikan oleh revolusi industri 4.0 di
karenakan kader imm sebagai agent of control dalam artian
imm dengan landasan triloginya mampu meminimalisir dampak
negatif industri 4.0 untuk itu imm di perlukan bangsa ini untuk
bagaimana tidak terlalu termakan dengan zaman yang banyak
misteri ini.melalu aksi atau gerakan imm masyarakat bisa
tercerahkan untuk menghadapi revolusi industri 4.0 ini Namun

126
aksi yang dilakukan IMM sudah melalui tataran diskusi dan
konsolidasi, sehingga IMM betul-betul menjadi gerakan yang
solutif danmencerahkan.

G. Kesimpulan
Perkembangan pada bidang iptek tidak terelekan lagi,
terjadinya Revolusi Industri 4.0 merupakam peluang sekaligus
ancaman bagi masyarakat dalam berbagai lapisannya. Sehingga
masyarakat umumnya dan mahasiswa khususnya secara
otomatis dituntut dan wajib mengikuti perkembangan yang
terjadi. Kini era digitalisasi telah masuk dari hulu hingga ke-
hilir, maka pada kesempatan ini, penulis berkesimpulan . bahwa
kita harus optimis dan siap berkompetisi dengan melakukan
manuver-manuver yang positif dan paling penting tetap
mengedepankan pertsatuan dan keutuhan tanpa adanya sekat.

127
Tantangan IMM dalam Bernegara
Oleh: Surdin
PC IMM Kabupaten Pohuwato
A. Pendahuluan
Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah adalah salah satu
organisasi otonom Muhammadiyah yang arah gerakannya
memiliki ciri khas yang khusus dibandingkan dengan organisasi
lain dan tentu saja Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah adalah salah
satu wadah bagi Mahasiswa yang ingin mengembangkan bakat
dan minatnya terutama di bidang kepemimpinan.
Kader merupakan generasi pelanjut dalam sebuah
organisasi. Tanpa seorang kader maka sebuah organisasi akan
hampa dan akan mati jika tak mempunyai kader. Kader yang
militansinya tinggi sangat diperlukan dalam berlangsung
organisasi yang dianutnya.Apalagi jika kader itu mempunyai
kesadaran kritis yang tajam dan mendalam dalam sebuah
manifestasi-manifestasi gerakan Islam demi mewujudkan kader
yang mempunyai dedikasi yang tinggi.
Maka disinilah pemuda Indonesia khususnya bagi kader
IMM memiliki tantangan yang luar biasa, lawan/pesaing kita saat
ini tidak hanya dengan organisasi dalam sendiri. Akan tetapi
pesaing kita saat ini adalah pemuda-pemuda luar negeri , yang
dimana mereka nantinya akan membangun perusahaan-
perusahaan di wilayah negara kita, mereka akan menguasai segala
sektor-sektor dinegara kita. Apakah kita mau hanya menjadi
pengekor , penonton bahkan budak bagi mereka. Maka dari itu
kita harus muli tingkatkan suber daya manusia negara ini supaya
mampu memanfaatkan sumber daya alam yang sangat melimpah
dan sampai saat ini sumbrdaya alam tersebut masih dikuasai oleh
asing, itu karena pemerintahan dulu yang tidak mampu
mengelolahnya. Oleh sebab itu mari para kader-kader IMM kita
rebut apa yang semestinya menjadi milik kita agar semua
masyarakat Indonesia menikmatinya.

128
B. Tantangan IMM dalam Bernegara
IMM ialah organisasi mahasiswa Islam di Indonesia yang
memiliki hubungan struktural dengan organisasi Muhammadiyah
dengan kedudukan sebagai organisasi otonom. Memiliki tujuan
terbentuknya akademisi Islam yang berakhlak mulia dalam rangka
mencapai tujuan Muhammadiyah.Kelahiran IMM dan
keberadaannya hingga sekarang cukup sarat dengan sejarah yang
melatarbelakangi, mewarnai, dan sekaligus dijalaninya. Dalam
konteks kehidupan umat dan bangsa, dinamika gerakan
Muhammadiyah dan organisasi otonomnya, serta kehidupan
organisasi-organisasi mahasiswa yang sudah ada,
IMM memiliki sejarahnya sendiri yang unik.Hal ini karena
sejarah kelahiran IMM tidak luput dari beragam penilaian dan
pengakuan yang berbeda dan tidak jarang ada yang
menyudutkannya dari pihak-pihak tertentu.Sementara itu dalam
kehidupan berbangsa dan bernegara tengah terancam oleh
pengaruh ideology komunis (PKI), keterbelakangan, kemiskinan,
kebodohan dan konflik kekuasaan antar golongan dan partai
politik..
Tujuan politik Indonesia yang telah tertuang dalam
Pancasila terutama sila ke lima ―Keadilan sosial bagi seluruh
rakyat Indonesia‖ yang seperti dikatakan Buya Syafii bahwa sila ke
lima tersebut yang seperti ―anak yatim‖ oleh para penguasa elit
politik pemimpin bangsa. Penguasa Negara justru mengabaikan
hak hak warga negaranya untuk mendapatkan kehidupan yang
sejahtera dan keadilan di negerinya sendiri.Negara yang
seharusnya demokrasi malah menjadi tempat rakusnya pejabat
Negara.
Sementara itu,kaum muda yang diharapkan dan digadang
dapat memperbaiki nasib bangsa dan peradaban dunia saat ini
juga mengalami penyimpangan dalam arah geraknya. Mahasiswa
yang dalam persepsi adalah sebagai penggerak atau motoric juga
terjebak dalam nikmatnya arus milenial dengan kemajuan
teknologi seperti saat ini.Mahasiswa sangatlah berpotensi
melakukan trasformasi atau perubahan karena keyakinan dan jiwa

129
terhadap ketidakadilan yang tinggi yang dimiliki terhadap
peradaban saat ini, sudah selakyanya dewasa ini kader IMM bukan
hanya menilik acara dalam kampus namun ikut mengawal
kehidupan berbangsa saat ini.
Hal lain yang dirasakan didalam kehidupan kampus
terlebih lagi kelas dimana kelas hanyalah perayaan gaya hidup
semata, mereka lebih senang menampilkan hal hal yang
menyenangkan layaknya gadged, gay pakaian, gaya kendaraan
hingga gaya tongkrongan ketimbang mereka mengejar
pengetahuan dipihak lain atau luar kampus dan lebih tenggelam
dalam mengejar tugas, IPK hingga kelulusan dan tidak memiliki
waktu untuk bersosialisasi dalam kehidupan nyata layaknya social,
politik maupun masyarakat. Hal tersebutlah yang harus dipupuk
ke dalam kader kader IMM untuk menciptakan suasana baru
didalam kampus untuk menciptakan perubahan social.
Kader IMM memang selalu menjadi gerakan alternative
dalam organisasi otonom Muhammadiyah ketika bangsa
mengalami berbagai bentuk penyimpangan dan krisis. Namun
sebagaimana telah dikemukakan diatas masalah masalah
kehidupan saat ini sangatlah kompleks dan mendasar dalam
ideology, terlebih dalam modernisasi dan gaya hidup yang tidak
mencerminkan budaya kaum timur. Hal ini jelas menjadi
tantangan kepada kader IMM yang memiliki kesadaran kritis
untuk memberikan angina yang berbeda terhadap kehidupan
berbangsa saat ini untuk menciptakan Indonesia yang ber
―keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia‖ di semua sector
kehidupan.
Dalam hal berbangsa ini terlebih menghadapi persoalan
modernitas dengan memanfaatkan melimpahnya ruang
berkomunikasi, kaum muda Muhammadiyah terkhusus disini
adalah IMM dalam memecahkan persoalan bangsa saat ini dengan
dasar tauhid tanpa mengesampingkan posisi kita sebagai kaum
intelektual sebagai orang yang berkesadaran kritis. Penempatan
kader IMM dalam ruang lingkup politik memang sedikit riskan
karena kehidupan kekuasaan politik menjanjikan kemewahan dan

130
kemapanan, sehingga seorang kader IMM haruslah memiliki
karakter idelis.
Hal inilah yang perlu dan harus disadari kader IMM sebagai
pilar Muhammadiyah dan pilar kebangsaan, karena kaum muda
yang progresif merupakan senjata awal untuk mencapai
perubahan dalam peradaban saat ini. Seorang yang berintelektual
seharusnya adalah penerus tradisi para nabi yang membela
golongan lemah dan tertindas di negeri sendiri dan seorang
intelektual adalah mereka yang menembus border dirinya sendiri
dan menempatkannya dalam dunia kehidupan berbangsa dan
bernegara.

C. Tantangan IMM dalam Politik Negara


55 tahun Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah memancarkan
cahaya landasan filosofisnya (Tujuan Muhammadiyah) di tengah
masyrakat Indonesia. Besar kiranya harapan kita sebagai kader
agar cahaya itu tidak meredup meskipun sekarang IMM secara
lansung sedang berhadapan dengan pergeseran nilai spiritualitas,
moralitas, dan dinamika politik yang begitu berkecamuk.
Politik adalah seni dan ilmu untuk meraih kekuasaan secara
konstitusional maupun non-konstitusional. Disamping itu politik
juga dapat dilihat dari sudut pandang berbeda, yaitu antara lain:
politik adalah usaha yang ditempuh warga negara untuk
mewujudkan kebaikan bersama (teori klasik Aristoteles). Maka
dari itu setiap orang memiliki peran yang berbeda dalam politik.
Mahasiswa sebagai agent of changed dan agent control
memiliki tugas untuk selalu mengawasi pemerintahan. Untuk itu
mengamati politik adalah salah satu cara yang harus di lakukan
mahasiswa. Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah adalah organisasi
yang sudah matang dalam mengamati politik di umurnya yang
sudah lima puluh empat tahun. Tahun 2019 adalah pestanya
demokrasi di era milenial dimana ikatan mahasiswa
muhammadiyah harus mengambil peran penting di tahun ini.
Sebagai organisasi kemahasiswaan islam dan di usianya yang
sudah lima puluh lima tahun,sama halnya seperti muhammadiyah

131
ikatan mahasiswa muhammadiyah juga dilarang untuk berpolitik
praktis.
Pada saat ini gerakan mahasiswa masih dipercayai oleh
masyarakat yang mampu membawa perubahan dalam hal ini
dikarenakan suatu pergerkana mahasiswa masih diisi oleh nilai-
nilai kaum muda yang sangat identik dengan gerakan moral yang
bertumpuh pada empati dan simpati masyarakat, terhadap
lingkungan, masyarakatnya, bangsanya, menumbuhkan semangat
keberpihakan kepada rakyat serta menjadi jembatan bagi dunia
akademik dan masyarakat. Gerakan mahasiswa merupakan
gerakan murni yang berbentuk kepedulian yang penuh dengan
analisis intelektual dengan penuh perubahan.
Maka dari itu, Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah harus
mengambil kesempatan ini dalam politik di era milineal dengan
cara memberi pendidikan politik kepada masyarakat. Agar
tersedia potensi ataupun membangun potensi kepemipinan
dengan cara berpikir lebih analisitis untuk mendorong warga
kampus untuk menilai keadaan sekitarnya. Generasi milineal yang
saaat ini menjadi sangat sering mengkases media sosial di berbagai
tempat dan waktu.Sementara itu, terdapat banyak sekali konten di
medai sosial mengandung berita bohong atau Hoax terkait isu
politik.
Peran ikatan mahasiswa muhammadiyah untuk
mengingatkan pada seluruh mahasiswa agara bisa memilih dan
memilah informasi yang tersebar di media sosial.Agar tidak
menyebarluaskan hoax.
Sebagai anak kandung Muhammadiyah, IMM juga
merupakan gerakan da'wah di kalangan mahasiswa.Politik juga
merupakan gerakan da'wah.Hanya saja Murray Bookchin (1984)
membedakan politik menjadi dua yaitu politik kerakyatan dengan
politik partai.Politik kerakyatan lebih dekat dan aman dalam
melakukan da'wah. Melalui politik kerakyatan atau politik
kebangsaan IMM bisa mempertahankan idealisme organisasi
untuk senantiasa berpihak kepada rakyat dan kebenaran, misalnya
dengan mengkritisi kebijakan pemerintah yang sewenang-wenang

132
(tentu saja dengan cara yang santun dan ilmiah, misalnya dengan
dengar pendapat dan memberikan solusi persoalan).
Inilah bentuk amar ma'ruf nahi munkar IMM dalam upaya
membangun keadilan dan kesejahteraan.IMM perlu melakukan
perjuangan moral (high politic) misalnya dengan melakukan
pembinaan terhadap masyarakat dan mengontrol tindakan
pemerintah dan masyarakat yang keluar dari nilai kebenaran dan
keadilan.

D. Kesimpulan
Dewasa ini kaum muda muhammadiyah khususnya adalah
IMM haruslah menjadi agen penggerak dalam kehidupan
berbangsa. Terutama bagaimana perjuangan dengan rakyat
sebagai bentuk pengamalan teologi humanitas untuk
mempengaruhi kebijakan kebijakan pemerintah agar kebijakan
nya menguntungkan rakyat bukan membela kaum bermodal kaya.
Memperjuangkan ekonomi sebagai bentuk pengamalan sila ke
lima Pancasila. Karakteristik idealisme nasional dan karakter
kebangsaan harus ditanamkan kepada kader IMM agar tidak
menjelma menjadi politikus yang mudah dipengaruhi kaum
bermodal seperti saat ini.

133
DAFTAR PUSTAKA

Abdul Karim Al-Khatib. 2005. Ijtihad. Jakarta: Gaya Media


Pratama.
Abdul Munir Mukhlan. 2010. Jejak pembaruan social dan kemanusiaan
Kiai Ahmad Dahlan. Jakarta: PT Kompas Media Nusantara,
Abdul Rahman Dahlan. 2014. Ushul Fiqh. Jakarta: AMZAH.
Ahmad Sholeh, 2017, IMM Autentik. Surabaya: Pustaka Saga
Ahmad Syafii Ma‘arif. 2009. Islam Dalam Bingkai Keindonesiaan dan
Kemanusiaan. Bandung: Mizan
Ali As-Salus. 1997. Imamah dan Khalifah dalam tinjauan Syar‟i.
Jakarta: Gema Insani Press.
Alim Roswantoro. 2016 Studi Islam: Konsepsi, Kemunculan-
Kemunculan Polemik Ideologi dan Filsafat Ilmu Pengembangannya.
Jurnal ilmu-ilmu ushuludi.
Alwi Shihab. 1998. Membendung Arus: Respons Gerakan
Muhammadiyah terhadap Misi Kristenisasi di Indonesia. Bandung:
Mizan.
Amalia Nor. 2019. Spiritualitas di Era Modern
Amirudin. 2016. Pengantar Ilmu Fiqh. Bandung: Reflika
ADITAMA.
Amirullah. 2016. IMM Untuk Kemanusian dari Nalar Ke Aksi.
Jakarta: CV Mediatama Indonesia.
Anhar Anshori. 2010. Penguatan Kepemimpinan dan Pengaderan
Muhammadiyah Memasuki Abad ke Dua. Yogyakarta: LPSI
UAD
Ari Susanto. 2017. Membumikan Gerakan Sosial Islam Progresif:
Yogyakarta: Semesta Ilmu
Asymuni Abdurrahman. 2016. Pedoman Hidup Islami Warga
Muhammadiyah. Yogyakarta: Suara Muhammadiyah.
Badeni. 2013. Kepemimpinan dan Perilaku Organisasi. Bandung:
Alfabeta
Dachel Kamars. 2005. Administrasi Pendidikan. Padang:cUniversity
Putra Indonesia Press.

134
Dewan Pimpinan Pusat IMM. 2011. Sistem Perkaderan IMM.
Jakarta: Dewan Pimpinan Pusat IMM.
Faisal Muhammad as-Suwaidan Thariq, 2005. Melahirkan Pemimpin
Masa Depan. Jakarta: Gema Insani Press.
Farid Fathoni. 1990. Kelahiran Yang Dipersoalkan; Dua Puluh Tahun
Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) 1964-1990.
Surabaya: PT Bina Ilmu,
Hadari Hanawai. 2001. Kepemimpinan Menurut Islam. Yogyakarta.
Gajah Mada university Press.
Haedar Nashir. 2000. Dinamika Politik Muhammadiyah. Yogyakarta:
BIGRAF
Haedar Nashir. 2010. Muhammadiyah Gerakan Pembaharuan.
Yogyakarta: Suara Muhammadiyah.
Hasan Hanafi. 2013. Dari Akidah Ke Revolusi. Jakarta: Paramadina
Ibrahim Amini. 2005. Para Pemimpin Teladan. Jakarta: Al-Huda.
Inu Kencana Syafiie. 2010. Ilmu Politik. Jakarta: Rineka Cipta.
Kartini Kartono. 2006. Pemimpin dan Kepemimpinan, Apakah
Kepemimpinan Abnormal Itu? Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada
Khaerul Umam. 2012. Manajemen Organisasi. Bandung: Pustaka
Setia.
Kuntowijoyo. 1991. Paradigma.Islam Interpretasi Untuk Aksi.
Bandung: Mizan.
M. Jindar Tamimi. 1990. Dalam Tim Penulis UMM, eds.,
Muhammadiyah, Sejarah, Pemikiran dan Amal Usaha. Malang:
UMM Press.
M. Mas‘ud Said. 2010. Kepemimpinan: Pengembangan Organisasi
Team Buildingdan Perilaku Inovatif. Malang: UIN-Maliki
Press.
M. Sjoeja‘. 1995. K.H. Ahmad Dahlan dan Muhammadiyah Versi
Baru, eds. Saifullah dan Musta‘in (Manuskrip).
Makhrus Ahmadi dan Aminudin Anwar 2014. Genealogi Kaum
Merah, Yogyakarta: Rangkang Education dan MIM
Indegenous School.

135
Masduki. 2014. Humanisme Spritual: Paradigma Pengembangan
Masyarakat Islam dalm Filsafat Sosial Hossen Nasr. Jakarta:
Referensi Gaung Press Group.
Muhammad Ali. 2016. Membedahkan Tujuan Pendidikan
Muhammadiyah. Profetika, Jurnal Studi Islam.
Murtadha Muthahhari 1996. Islam dan Tantangan Zaman. Jakarta:
Penerbit Pustaka Hidayah.
Murtadha Muttahari. 2002. Manusia dan Alam Semesta. Jakarta:
Lentera.
Permadi, K. 1996. Pemimpin dan Kepemimpinan dalam Manajemen.
Jakarta: Rineka Cipta.
Pimpinan Pusat Muhammadiyah. 2009. Pedoman Hidup Islami
Warga Muhammadiyah. Yogyakarta: Suara Muhammadiyah.
Rafsanjani. 2001. Keadilan Sosial. Bandung: Penerbit Nuansa.
Rasyad Hasan Khalil. 2011.Tarikh Tasyri‟. Jakarta: AMZAH.
Robbins P. Stephen. 2002. Perilaku Organisasi . Jakarta:
Erlangga.
Robert W Hefner. 2001. Civil Slam; Islam dan Demokratisitasi di
Indonesia. Yogyakarta: ISAI.
Syaifullah. 1997. Gerak Politik Muhammadiyah dalam
Masyumi. Jakarta: Gramedia.
Tim Pimpinan Pusat Muhammadiyah, 2005. Ensiklopedi
Muhammadiyah. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Veithzal Rivai. 2004. Kiat Memimpin dalam Abad ke-21. Jakarta:
Raja Grafindo Persada.
Zakiyuddin Baidhawy. 2001. Studi Kemuhammadiyahan Kajian
Historis, Ideologi, dan Organisasi. Surakarta: LSI.

Internet
http://abuyoesoef13.blogspot.com/2012/07/rausyan-fikr-
pemikir-tercerahkan.html
http://geontimes.co.id/opini/tantangan-era-afirmasi-gerakan-
imm/. diakses tanggal 26 Maret 2019 pukul 20.00 WIB
http://id.wikipedia.org/wiki/Ikatan_Mahasiswa_Muhammadiyah
http://id.wikipedia.org/wiki/Tauhid

136
http://immqw-palopo.blogspot.com/2011/04/paradigma-
gerakan-intelektual-imm-masa.html
http://immushuludinuin.blogspot.com/2015/06/membumikan-
gerakan-amal-ilmiah-para. diakses pada tanggal 26 maret
2019 pukul 19.10 WIB
http://orgawam.wordpress.com
http://pcimmklaten.blogspot.com/2010/06/multikulturalisme-
gerakan-intelektual.html
http://qahar.wordpress.com/2008/04/18/arah-gerakan-kita-
derap-langkah-dan-kibar-panji/
http://suara tauhid.com/search/pengertian-tauhid-dalam-islam
http://www.Blogger Kejora /Tugas Dan Fungsi
Kepemimpinan.html
http://www.imm.or.id/index.php/profil-imm/gerakan
https://fardiansyah7fold.wordpress.com/k-e-p-e-m-i-m-p-i-n-a-
n/
Kompasiana.Com-Peran-Imm-Dalam-Politik

137

Anda mungkin juga menyukai