NARAPIDANA
DISUSUN OLEH
Kelompok 4 (kelas C) :
1. PERCI TAMANI
2. PUTRI GOBEL
3. RAHMAWATI A. USMAN
4. RAMLAWATY NAI
5. RIANTI UMANI
6. RIVALDI AHMAD (tidak aktif)
7. RIZQA PURNAMA IDRUS
8. ANITA SUPU
2. Penggolongan Narapidana
Pasal 12 Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan
menentukan bahwa dalam rangka pembinaan terhadap narapidana di Lembaga
Pemasyarakatan dilakukan penggolongan atas dasar:
a. Umur
b. jenis kelamin
c. lama pidana yang dijatuhkan
d. jenis kejahatan.
e. kriteria lainnya sesuai dengan kebutuhan atau perkembangan pembinaan.
f. Pembinaan Narapidana Wanita di LAPAS dilaksanakan di LAPAS Wanita.
Dalam standar registrasi dan klasifikasi narapidana dan tahanan yang ditetapkan
berdasarkan Keputusan Direktur Jenderal Pemasyarakatan Kementerian Hukum dan Hak
Asasi Manusia Nomor: Pas- 170.Pk.01.01.02 Tahun 2015 tentang Standar Registrasi dan
Klasifikasi Narapidana dan Tahanan.
Penggolongan narapidana berdasarkan umur terdiri atas:
a. Anak (12 s.d. 18 tahun)
b. Dewasa (diatas 18 tahun)
Penggolongan narapidana berdasarkan jenis kelamin, terdiri atas:
a. Laki –laki
b. Wanita
Penggolongan narapidana berdasarkan lama pidana, terdiri atas:
a. Pidana 1 hari sd 3 bulan ( Register B.II b )
b. Pidana 3 bulan sd 12 bulan 5 hari (1 tahun) (Register B.II a)
c. Pidana 12 bulan 5 hari (1 tahun keatas ) (Register B.I)
d. Pidana Seumur Hidup (Register Seumur Hidup)
e. Pidana Mati (Register Mati)
Penggolongan narapidana berdasarkan jenis kejahatan, terdiri atas:
a. Jenis kejahatan umum
b. Jenis kejahatan khusus
b. Etiologi
Harga diri rendah sering disebabkan karena adanya koping individu yang tidak
efektif akibat adanya kurang umpan balik positif, kurangnya system pendukung
kemunduran perkembangan ego, pengulangan umpan balik yang negatif, difungsi
system keluarga serta terfiksasi pada tahap perkembangan awal (Townsend, M.C.
1998 : 366).
Menurut Carpenito, L.J (1998 : 82) koping individu tidak efektif adalah keadaan
dimana seorang individu mengalami atau beresiko mengalami suatu
ketidakmampuan dalam mengalami stessor internal atau lingkungan dengan adekuat
karena ketidakkuatan sumber-sumber (fisik, psikologi, perilaku atau kognitif).
Sedangkan menurut Townsend, M.C (1998 : 312) koping individu tidak efektif
merupakan kelainan perilaku adaptif dan kemampuan memecahkan masalah
seseorang dalam memenuhi tuntutan kehidupan dan peran. Adapun Penyebab
Gangguan Konsep Diri Harga Diri Rendah, yaitu :
a. Faktor Presdisposisi
Faktor predisposisi terjadinya harga diri rendah adalah penolakan orangtua,
penolakan orangtua yang tidak realistis, kegagalan yang berulang kali, kurang
mempunyai tanggung jawab personal, ketergantungan pada orang lain, ideal diri
yang tidak realistis.
b. Faktor Presipitasi
Faktor Presipitasi Terjadinya harga diri rendah biasanya adalah kehillangan
bagian tubuh, perubahan penampilan/bentuk tubuh, kegagalan atau produktifitas
yang menurun.
Selain itu terdapat pula beberapa motif terjadinya bunuh diri, motif bunuh
diri ada banyak macamnya, yaitu:
1. Dilanda keputusasaan dan depresi.
2. Cobaan hidup dan tekanan lingkungan.
3. Gangguan kejiwaan/tidak waras (gila).
4. Himpitan Ekonomi atau Kemiskinan (Harta/Iman/Ilmu).
5. Penderitaan karena penyakit yang berkepanjangan.
c. Psikopatologi
Semua prilaku bunuh diri adalah serius apapun tujuannya. Orang yang siap
membunuh diri adalah orang yang merencanakan kematian dengan tindak kekerasan,
mempunyai rencana spesifik dan mempunyai niat untuk melakukannya. Perilaku
bunuh diri biasanya dibagi menjadi 4 kategori:
1. Isyarat Bunuh Diri
Isyarat bunuh diri ditunjukkan dengan berprilaku secara tidak langsung ingin
bunuh diri, misalnya dengan mengatakan:”tolong jaga anak-anak karena saya
akan pergi jauh!” atau” segala sesuatu akan lebih baik tanpa saya.”Pada kondisi
ini pasien mungkin sudah memiliki ide untuk mengakhiri hidupnya, namun
tidak disertai dengan ancaman dan percobaan bunuh diri. Pasien umumnya
mengungkapkan perasaan seperti rasa bersalah/sedih/marah/putus asa/tidak
berdaya. Pasien juga mengungkapkan hal-hal negative tentang diri sendiri yang
menggambarkan harga diri rendah.
2. Ancaman bunuh diri
Peningkatan verbal/nonverbal bahwa orang tersebut mempertimbangkan
untuk bunuh diri. Ancaman menunjukkan ambivalensi seseorang tentang
kematian, kurangnya respon positif dapat ditafsirkan seseorang sebagai
dukungan untuk melakukan tindakan bunuh diri.Ancaman bunuh diri pada
umumnya diucapkan oleh pasien, berisi keinginan untuk mati, disertai dengan
rencana untuk mengakhiri kehidupan dan persiapan alat untuk melaksanakan
rencana tersebut. Secara aktif pasien telah memikirkan rencana bunuh diri,
namun tidak disertai dengan percobaan bunuh diri.
3. Upaya bunuh diri
Semua tindakan yang diarahkan pada diri yang dilakukan oleh individu yang
dapat mengarah pada kematian jika tidak dicegah. Pada kondisi ini pasien aktif
mencoba bunuh diri dengan cara gantung diri, minum racun, memotong urat
nadi, atau menjatuhkan diri dari tempat yang tinggi. Percobaan bunuh diri
terlebih dahulu individu tersebut mengalami depresi yang berat akibat suatu
masalah yang menjatuhkan harga dirinya.
d. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis yang biasanya muncul yaitu:
a. Mempunyai ide untuk bunuh diri.
b. Mengungkapkan keinginan untuk mati.
c. Mengungkapkan rasa bersalah dan keputusasaan.
d. Impulsif.
e. Menunjukkan perilaku yang mencurigakan (biasanya menjadi sangat patuh).
f. Memiliki riwayat percobaan bunuh diri.
g. Verbal terselubung (berbicara tentang kematian, menanyakan tentang obat dosis
mematikan).
h. Status emosional (harapan, penolakan, cemas meningkat, panic, marah dan
mengasingkan diri).
i. Kesehatan mental (secara klinis, klien terlihat sebagai orang yang depresi,
psikosis dan menyalahgunakan alcohol).
2. Pelayanan Konsumsi
Konsumsi adalah sutu kebutuhan makanan dan minuman yang dibutuhkan oleh
seseorang pada setiap harinya untuk menjaga kesehatan tubuh seseorang maka harus
mendapatkan atau mengkonsumsi makanan ataupun minuman yang sehat agar
terhindar dari segala penyakit yang bisa menyerang tubuh seseorang. Pelayanan
konsumsi adalah bentuk pelayanan yang sangat penting dan sangat di butuhkan oleh
narapidana yang sedang menjalani hukuman. Berikut adalah hasil wawancara peneliti
dengan kepala rutan tentang apa saja bentuk pelayanan konsumsi dari rumah tahanan
untuk narapidana dan kepala rutan menjawab seagai berikut: Dari kutipan diatas dapat
dilihat bentuk pelayanan konsumsi oleh pihan rutan dapat berupa peralatan dapur, dan
nada juga terdapat 1 kantin untuk narapidana membeli kebutuhan mereka, narapidana
tidak bisa bebas kapanpun mereka mau ke kantin, tetapi ada waktuwaktu tertentu jika
narapidana ingin kekantin. Pelayanan konsumsi sangat dibutuhkan oleh narapidana
yang sedang menjalani hukuman di dalam rumah tahanan meskipun narapidana
sedang dalam menjalani hukuman tetapi mereka berhak untuk mendapatkan
pelayanan konsumsi daripihak rumah tahanan agar narapidana hidup sehat.
3. Pelayanan Penjagaan
Pelayanan penjagaan narapidana adalah bentuk kegiatan dalam
melindungi,menjaga serta memperhatikan narapidana di rumah tahanan agar terhindar
dari kekerasan ataupun kerusuhan antar sesama narapidana.
4. Pelayanan Kunjungan
Pelayanan kunjungan narapidana adalah suatu bentuk pelayanan dari pihak
keluarga maupun kerabat untuk dapat mengunjungi narapidana yang sedang menjalani
hukuman di rumah tahanan.berikut adalah hasil wawancara peneliti dengan kepala
rutan yang mana meneliti menanyakan bentuk pelayanan ataupun waktu kunjungan
yang di berikan oleh pihak rutan dan kepala rutan menjawab sebagai berikut: “bentuk
pelayanan kungjungan dari kami yaitu mengizinkan keluarga ataupun kerabar
narapidana untuk menjenguk narapidana dengan waktu setiap hari dari jam 09.00-
10.00 dan 15.30-16.30,setiap hari kecuali tanggal merah.kami mengizinkan keluarga
untuk membawakan makanan ataupun minuman kepada napi.
B. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a. Identitas klien meliputi Nama, umur, jenis kelamin, tanggal dirawat, tanggal
pengkajian, nomor rekam medis.
b. Faktor predisposisi merupakan faktor pendukung yang meliputi faktor biologis, faktor
psikologis, sosial budaya, dan faktor genetic.
c. Faktor presipitasi merupakan faktor pencetus yang meliputi sikap persepsi merasa
tidak mampu, putus asa, tidak percaya diri, merasa gagal, merasa malang, kehilangan,
rendah diri, perilaku agresif, kekerasan, ketidak adekuatan pengobatan dan
penanganan gejala stress pencetus pada umunya mencakup kejadian kehidupan yang
penuh dengan stress seperti kehilangan yang mempengaruhi kemampuan individu
untuk berhubungan dengan orang lain dan menyebabkan ansietas.
d. Psikososial yang terdiri dari genogram, konsep diri, hubungan social dan spiritual.
e. Status mental yang terdiri dari penampilan, pembicaraan, aktifitas motorik, alam
perasaan, afek pasien, interaksi selama wawancara, persepsi, proses pikir, isi pikir,
tingkat kesadaran, memori, tingkat kosentrasi dan berhitung, kemampuan penilaian,
dan daya tilik diri.
f. Mekanisme koping: koping yang dimiliki klien baik adaptif maupun maladaptive.
g. Aspek medik yang terdiri dari diagnosa medis dan terapi medis.
Pada proses pengkajian, data penting yang perlu diketahui saudara dapatkan
adalah:
2. Diagnosa Keperawatan
Berdasarkan data diatas, yang didapat melalui observasi, wawancara atau
pemeriksaan fisik bahkan melalui sumber sekunder, maka perawat dapat menegakkan
diagnosa keperawatan pada pasien sebagai berikut:
a. Harga Diri Rendah
b. Isolasi Sosial
c. Defisit Perawatan Diri
3. Intervensi Keperawatan
Intervensi keperawatan berdasarkan jenis masalah jiwa pada narapidana yaitu harga
diri rendah dan risiko bunuh diri, sebagai berikut:
https://www.hukumonline.com/klinik/detail/ulasan/lt598d737413c6a/penggolongan-
penempatan-narapidana-dalam-satu-sel-lapas/ dikutip pada 16 Oktober 2019