Anda di halaman 1dari 3

Cedera Kepala

1. Cedera Kepala
Cedera kepala atau trauma kapitisadalah suatu gangguan trauma dari otak disertai/tanpa
perdarahan intestinal dalam substansi otak, tanpa diikuti terputusnya kontinuitas dari otak.
Cedera kepala adalah suatu trauma yang mengenai daerah kulit kepala, tulang tengkorak atau
otak yang terjadi akibat injury baik secara langsung maupun tidak langsung pada kepala.
2. Etiologi
Penyebab dari cedera kepala adalah adanya trauma pada kepala meliputi trauma oleh benda/
serpihan tulang yang menembus jaringan otak, efek dari kekuatan/energi yang diteruskan ke
otak dan efek percepatan dan perlambatan (akselerasi-deselerasi) pada otak, selain itu dapat
disebabkan oleh Kecelakaan, Jatuh, Trauma akibat persalinan.
3. Manifestasi Klinis
a. Cedera kepala ringan ( CKR ) Jika GCS antara 13-15, dapat terjadi kehilangan kesadaran
kurang dari 30 menit, tetapi ada yang menyebut kurang dari 2 jam, jika ada penyerta
seperti fraktur tengkorak, kontusio atau temotom (sekitar 55% ).
b. Cedera kepala kepala sedang (CKS) jika GCS antara 9-12, hilang kesadaran atau amnesia
antara 30 menit -24 jam, dapat mengalami fraktur tengkorak, disorientasi ringan
( bingung ).
c. Cedera kepala berat ( CKB ) jika GCS 3-8, hilang kesadaran lebih dari 24 jam, juga
meliputi contusio cerebral, laserasi atau adanya hematoina atau edema.
4. Patofisiologi
Patofisiologi cedera kepala dapat terbagi atas dua proses yaitu cedera kepala primer dan cedera
kepala sekunder, cedera kepala primer merupakan suatu proses biomekanik yang terjadi secara
langsung saat kepala terbentur dan dapat memberi dampak kerusakan jaringan otak. Pada
cedera kepala sekunder terjadi akibat dari cedera kepala primer, misalnya akibat dari
hipoksemia, iskemia dan perdarahan.
5. Pemeriksaan Diagnostik
a. Foto polos kepala : indikasi meliputi jejas lebih dari 5 cm , luka tembus (peluru/tajam),
deformasi kepala (dari inspeksi dan palpasi), nyeri kepala yang menetap, gejala fokal
neurologis, dan gangguan kesadaran.
b. CT – Scan
c. MRI : Magnetic Resonance Imaging
d. EEG : Membantu dalam diagnosis status epileptikus non konfulsif dan gelombang yang
patologis.
e. X – Ray : Mendeteksi perubahan struktur tulang (fraktur)
6. Komlikasi
a. Kejang pasca trauma
b. Hidrosefalus
c. Spastisitas
d. Agitasi
e. Sindroma post kontusio
7. Penatalaksanaan
a. Salep antibiotik topikal dan perban.
b. Jahitan di kulit kepala yang luka.
c. Operasi atau pembedahan untuk memperbaiki tulang yang patah, menghilangkan
gumpalan darah, menghentikan perdarahan, atau mengurangi tekanan dari tengkorak.
d. Obat-obatan, seperti obat antikejang, diuretik, dan sebagainya.
DEFINISI ETIOLOGI PATOFISIOLOGI

Cedera kepala atau trauma kapitisadalah Penyebab dari cedera kepala adalah Patofisiologi cedera kepala dapat terbagi
suatu gangguan trauma dari otak adanya trauma pada kepala meliputi atas dua proses yaitu cedera kepala primer
disertai/tanpa perdarahan intestinal trauma oleh benda/ serpihan tulang dan cedera kepala sekunder, cedera kepala
dalam substansi otak, tanpa diikuti yang menembus jaringan otak, efek dari primer merupakan suatu proses
terputusnya kontinuitas dari otak. Cedera kekuatan/energi yang diteruskan ke biomekanik yang terjadi secara langsung
kepala adalah suatu trauma yang otak dan efek percepatan dan saat kepala terbentur dan dapat memberi
mengenai daerah kulit kepala, tulang perlambatan (akselerasi-deselerasi) dampak kerusakan jaringan otak. Pada
tengkorak atau otak yang terjadi akibat pada otak, selain itu dapat disebabkan cedera kepala sekunder terjadi akibat dari
injury baik secara langsung maupun oleh Kecelakaan, Jatuh, Trauma akibat cedera kepala primer, misalnya akibat dari
tidak langsung pada kepala. persalinan. hipoksemia, iskemia dan perdarahan.

MANIFESTASI KLINIS PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK


a. Cedera kepala ringan ( CKR ) Jika a. Foto polos kepala : indikasi meliputi
GCS antara 13-15, dapat terjadi jejas lebih dari 5 cm , luka tembus
kehilangan kesadaran kurang dari 30 (peluru/tajam), deformasi kepala (dari
menit, tetapi ada yang menyebut inspeksi dan palpasi), nyeri kepala
kurang dari 2 jam, jika ada penyerta yang menetap, gejala fokal neurologis,
seperti fraktur tengkorak, kontusio dan gangguan kesadaran.
atau temotom (sekitar 55% ). b. CT – Scan
b. Cedera kepala kepala sedang (CKS) c. MRI : Magnetic Resonance Imaging
jika GCS antara 9-12, hilang d. EEG : Membantu dalam diagnosis
kesadaran atau amnesia antara 30 status epileptikus non konfulsif dan
menit -24 jam, dapat mengalami gelombang yang patologis.
fraktur tengkorak, disorientasi ringan Cedera Kepala e. X – Ray : Mendeteksi perubahan
( bingung ). struktur tulang (fraktur)
c. Cedera kepala berat ( CKB ) jika
GCS 3-8, hilang kesadaran lebih dari
24 jam, juga meliputi contusio
cerebral, laserasi atau adanya
hematoina atau edema.
PENATALAKSANAAN

KOMPLIKASI a. Salep antibiotik topikal dan perban.


a. Kejang pasca trauma b. Jahitan di kulit kepala yang luka.
b. Hidrosefalus c. Operasi atau pembedahan untuk
c. Spastisitas memperbaiki tulang yang patah,
menghilangkan gumpalan darah,
d. Agitasi menghentikan perdarahan, atau
e. Sindroma post kontusio mengurangi tekanan dari tengkorak.
d. Obat-obatan, seperti obat antikejang,
diuretik, dan sebagainya.

DIAGNOSA LUARAN INTERVENSI

a. Penurunan Kapasitas Adaptif a. Penurunan Kapasitas Adaptif a. Penurunan Kapasitas Adaptif


Intracranial Intracranial Intracranial
b. Gangguan Mobilitas Fisik - Kapasitas Adaptif Intracarnial - Manajemen Peningkatan Tekanan
c. Risiko Perfusi Serebral Meningkat Intracarnial
b. Gangguan Mobilitas Fisik b. Gangguan Mobilitas Fisik
- Mobilitas Fisik Meningkat - Dukungan Ambulasi
c. Risiko Perfusi Serebral c. Risiko Perfusi Serebral
- Status Neurologi Membaik - Pemantauan Neurologis

Anda mungkin juga menyukai