ASUHAN KEPERAWATAN
TRAUMA KEPALA
Disusun oleh:
Windy Silegar Maelani
Dosen Pembimbing:
Lailatul Purwasih Putri S.Kep,Ns.
I. Definisi
Cedera kepala merupakan proses dimana proses terjadi trauma langsung terhadap
kepala yang menyebabkan kerusakan tengkorak dan otak (Grace & Borly, 2007).
Trauma atau cedera kepala yang dikenal sebagai cedera otak adalah gangguan
fungsi normal otak karena trauma baik trauma tumpul maupun tajam. Defisit neurologis
karena robeknya subtansia iskemi dan pengaruh massa karena hemoragik serta edema
serebal disekitar jaringan otak (Barticaca Fransisco, 2008).
Klasifikasi cedera kepala yang terjadi melalui dua cara yaitu efek langsung
trauma pada fungsi otak (cedera kepala primer) dan efek lanjutan dari sel-sel yang
bereaksi terhadap trauma (cedera kepala sekunder).
a. Cedera primer : cedera ini terjadi pada waktu benturan, mungkin karena
memar pada permukaan otak, cedera robekan atau hemoragik.
b. Cedera sekunder : cedera ini dapat terjadi sebagai kemampuan
autoregulasi serebal dikurangi atau tidak ada pada cedera.
Konsekuensinya meliputi hyperemia pada peningkatan vasodilatasi
arterial, semua menimbulkan peningkatan isi intrakranial dan
peningkatan tekanan intrakranial. Beberapa kondisi dapat menyebabkan
cedera otak sekunder meliputi hipoksia, hiperkarbia, dan hipotensi.
IV. Patofisiologi
Otak dapat berfungsi dengan baik bila kebutuhan oksigen dan glukosa dapat terpenuhi.
Energi yang dihasilkan didalam sel-sel saraf hampir seluruhnya melalui proses oksidasi. Otak
tidak mempunyai cadangan oksigen, jadi kekurangan aliran darah ke otak walaupun sebentar
akan menyebabkan gangguan fungsi. Demikian pula dengan kebutuhan oksigen sebagai bahan
bakar metabolisme otak tidak boleh kurang dari 20 mg %, karena akan menimbulkan koma.
Kebutuhan glukosa sebanyak 25 % dari seluruh kebutuhan glukosa tubuh, sehingga bila kadar
glukosa plasma turun sampai 70 % akan terjadi gejala-gejala permulaan disfungsi cerebral.
Pada saat otak mengalami hipoksia, tubuh berusaha memenuhi kebutuhan oksigen
melalui proses metabolik anaerob yang dapat menyebabkan dilatasi pembuluh darah. Pada
kontusio berat, hipoksia atau kerusakan otak akan terjadi penimbunan asam laktat akibat
metabolisme anaerob. Hal ini akan menyebabkan asidosis metabolik.
Dalam keadaan normal cerebral blood flow (CBF) adalah 50 - 60 ml / menit / 100 gr.
jaringan otak, yang merupakan 15 % dari cardiac output.
V. Pathaway
Gejala-gejala yang ditimbulkan tergantung pada besarnya dan distribusi cedera otak.
3. Imunisasi:
(√) BCG (√) Hepatitis
(√) Polio (√) Campak
(√) DPT ( ) .................
4. Kebiasaan:
Jenis Frekuensi Jumlah Lamanya
5. Obat-obatan yg digunakan:
Tidak ada
E. Riwayat Keluarga
Keluarga Pasien memiliki riwayat penyakit vertigo tetapi disangkal.
GENOGRAM
F. Riwayat Lingkungan
Jenis Rumah Pekerjaan
G. Pola Aktifitas-Latihan
Rumah Rumah Sakit
Makan/minum 0 3
Mandi 0 3
Berpakaian/berdandan 0 3
Toileting 0 3
Mobilitas di tempat tidur 0 3
Berpindah 0 3
Berjalan 0 3
Naik tangga 0 3
Pemberian Skor: 0 = mandiri, 1 = alat bantu, 2 = dibantu orang lain, 3 = dibantu orang lain, 4 = tidak
mampu
I. Pola Eliminasi
Rumah Rumah Sakit
BAB:
- Frekuensi/pola tidak terkaji tidak terkaji karena belum BAB
- Konsistensi tidak terkaji tidak terkaji karena belum BAB
- Warna & bau tidak terkaji tidak terkaji karena belum BAB
- Kesulitan tidak ada tidak terkaji karena belum BAB
- Upaya mengatasi tidak ada tidak terkaji karena belum BAB
BAK:
- Frekuensi/pola
- Konsistensi Cair Cair
- Warna & bau Kuning khas Kuning khas
- Kesulitan tidak ada tidak ada
- Upaya mengatasi tidak ada dibantu istri
J. Pola Tidur-Istirahat
Rumah Rumah Sakit
Tidur siang:Lamanya
- Jam …s/d…
Kenyamanan stlh. tidur tidak terkaji tidak terkaji
Tidur malam: Lamanya tidak terkaji tidak terkaji
jam
- Jam …s/d… tidak terkaji tidak tekaji
- Kenyamanan stlh. tidur tidak terkaji tidak terkaji
- Kebiasaan sblm. tidur tidak rerkaji tidak terkaji
- Kesulitan tidak ada tidak ada
- Upaya mengatasi tidak ada tidak ada
M. Konsep Diri
1. Gambaran diri: Pasien memiliki motivasi tinggi untuk sembuh
2. Ideal diri: Pasien tetap ingin kembali bekerja sebagai kepala keluarga setelah sembuh
nanti
3. Harga diri: Pasien bertanggung jawab sebagai kepala keluarga untuk bekerja
4. Peran: Pasien berfungsi sebagai kepala keluarga, dan bekerja untuk pemasukan
keluarga
5. Identitas diri : Pasien tetap berhubungan dengan orang-orang di daerahnya
O. Pola Komunikasi
1. Bicara: (√ ) Normal (√ )Bahasa utama: Indonesia
(x ) Tidak jelas (√ ) Bahasa daerah:
P. Pola Seksualitas
1. Masalah dalam hubungan seksual selama sakit: (√) tidak ada ( ) ada
2. Upaya yang dilakukan pasangan:
(√ ) perhatian (√) sentuhan (x) lain-lain, seperti,
R. Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan Umum: keluar darah di hidung dan telinga
Kesadaran : Compos mentis, GCS 4 5 6
Tanda-tanda vital: tidak terkaji
Tinggi badan : tidak terkaji Berat Badan : tidak terkaji
b. Mata:
Simetris,ada lebab
c. Hidung:
Keluar darah, simetris
e. Telinga:
Simetris, ada lesi, dan ada darah
f. Leher:
Trakea simetris, tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, tidak ada bendungan vena
jugularis, tidak ada pembesaran kelenjar limfe
- -
- -
6. Abdomen
Inspeksi: warna kulit lebih terang daripada ekstremitas
Palpasi: nyeri tekan tidak ada, tidak ada massa, tidak ada asites
Perkusi: timpani
Auskultasi: Bising usus normal 20x/ menit
7. Genetalia & Anus
Inspeksi: tidak terkaji karena Pasien tidak bersedia
Palpasi: tidak terkaji karena Pasien tidak bersedia
8. Ekstermitas
Tidak terkaji
9. Sistem Neorologi
GCS 4 5 6, Nervus II normal, Nervus III normal, nervus IV normal, nervus V normal,
nervus VII normal, nervus IX normal, nervus XI normal, nervus XII normal.
Hematologi
Hemoglobin 13.5 g/dl 13.2 – 17.3 g/dl
Leukosit 17.3 ribu 3.8 – 10.6 ribu
Eritrosit 4.86 juta 4.4 – 5.9 juta
Hematokrit 40 % 40 – 52
Trombosit 237 ribu 150 – 400 ribu
Kimia Klinik
SGOT 18 U/L 0 – 50 U/L
SGPT 11 U/L 0 – 50 IU/L
Ureum 39 mg/dl 10 – 50 mg/dl
Kreatinin 0.75 mg/dl 0.62 – 1.1 mg/dl
Serologi
HBsAg Non Reaktif
T. Hasil CT-Scan
Kesan:
U. Terapi
Tidak terkaji
W.Perencanaan Pulang
Tujuan pulang : rumah Pasien
Transportasi pulang : belom tau
Dukungan keluarga : baik. Istri, keluarga kandung, keluarga se-marga ikut
mendampingi Pasien
Antisipasi bantuan biaya setelah pulang : tidak ada
Antisipasi masalah perawatan diri setelah pulang : Pasien telah diberi edukasi oleh
mahasiswa agar tidak bersepeda dulu dan istirahat yang cukup
Pengobatan : Pasien dan istri menyatakan secara verbal keinginan untuk kontrol
Hal-hal yang perlu diperhatikan dirumah : tidak melakukan pekerjaan yang berat
ANALISA DATA
Masalah
No. Data Etiologi
keperawatan
1. Data subyektif : Motor tuan H melaju dengan Gangguan
- Pasien membawa rumput berat perfusi jaringan
mengalami kecelakaan serebral
motor pada tanggal 24 Juli
2017 Kepala mennghantam ke
- Pasien terjatuh jalan
dengan kepala
menghantam ke jalan
- Istri mengatakan
bahwa pasien muntah 7 kali Perdarahan
- Hidung dan
telinga terlihat
mengeluarkan darah Kompensasi tubuh
vasodilatasi dan brakikardi
Data obyektif :
- Terdapat balutan
luka dibagian temporal
Ailran darah ke otak turun
dekat mata
- Muntah darah 7
kali
- Tampak keluar Hipoksi jaringan
darah dari hidung dan
telinga
- Lupa ingatan Tindakan operasi
- GCS 4,5,6
- Composmentis
- Adanya cedera Gangguan perfusi jaringan
frontal dan perdarahan
serebral
intraserebral difrontal,
dextra, dan sinistra
- Hb: meningkat
17,3 ribu
Normal 3,8-10,6 ribu
ANALISA DATA
Masalah
No. Data Etiologi
keperawatan
2. Data subyektif :
- Pasien
mengalami kecelakaan Motor tuan H melaju dengan Nyeri akut
motor pada tanggal 24 Juli membawa rumput berat
2017
- Pasien terjatuh
dengan kepala terhantam Terjatuh dengan kepala
ke jalan terhantam ke jalan
- Pasien mengeluh
muntah 7 kali
- Hidung dan Fraktur tulang tengkorak
telinga tampak
mengelurkan darah
- Pasien
mengatakan pusing Terputusnya kontinuitas
perputar-putar tulang
- Pasien
menyangkal adanya
keluhan nyeri dibagian Mediator nyeri aktif
kepala dan mata
Gangguan perfusi jaringan serebal b.d gangguan aliran arteri dan vena.
Tujuan : setelah diberi asuhan keperawatan selama 2 x 24 jam, muntah mulai berkurang
Kriteria Hasil :
- Sakit kepala
- Muntah
No Indikator 1 2 3 4 5
.
1. Sakit kepala ● √
2. Muntah ● √
Keterangan : ● = kondisi Pasien, √ = outcome yang diharapkan
Intervensi NIC :
1. Memonitor TTV
2. Memonitor tonus otot
3. Memonitor level kebingungan
4. Mencatat perubahan pasien dalam merespon stimulus
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
Tujuan : setelah diberi asuhan keperawatan selama 2 x 24 jam, nyeri mulai berkurang
Kriteria Hasil :
No Indikator 1 2 3 4 5
.
1. Mengenal penyebab nyeri ●
1. berat 1. Skala 10
1. Tentukan lokasi nyeri, karakteristik, kualitas, dan berat nyeri sebelum memberikan
Pengobata
2. Cek catatan medis untuk jenis obat, dosis, dan frekuensi pemberian analgesik
3. Mengkaji adanya alergi obat
4. Mengajarkan tentang fungsi obat terhadap penurunan nyeri
IMPLEMENTASI
Nama Pasien : Tn. H
Tanggal Pengkajian : 24 Juli 2017
Diagnosa Medis : cedera kepala berat
Hari/ No
Tanda
Tanggal/ Dx Evaluasi
Tangan
Jam Kep
Rabu/ 26- 1 S: pasien mengatakan secara verbal tidak muntah
07-2017/
Pasien mengatakan masih ada pusing
11.00
O:
- pasien belom diperbolehkan pulang oleh dokter masih
menunggu hasil CT-Scan kedua
-
A: Masalah sudah teratasi/belum teratasi
P: Intervensi dihentikan/ dilanjutkan dan didelegasikan
kepada perawat dinas siang:
1. NIC : perfusi jaringan serebral
2. NOC: no. 1
Rabu/ 26- 2 S:
07-2017/
- Pasien melakukan terapi relaksasi
17.00
- Pasien mengatakan masih ada pusing
O:
2. NOC: no. 2