Anda di halaman 1dari 65

ANALISIS PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN PADA PASIEN STROKE

NON HEMORAGIK DENGAN PEMBERIAN LATIHAN PEMASANGAN


PUZZLE JIGSAW TERHADAP PENINGKATAN KEKUATAN OTOT
EKSTERMITAS ATAS RSUD PROF. DR. H. ALOEI SABOE
KOTA GORONTALO

KARYA ILMIAH AKHIR NERS

RIYANA NUR RIDWAN ADAM, S.KEP


NIM. C03121090

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH GORONTALO
2022
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH

saya menyatakan bahwa karya ilmiah akhir ners dengan judul Analisis Praktik
Klinik Keperawatan Pada Pasien Stroke Non Hemoragik dengan Pemberian
Latihan Pemasangan Puzzle Jigsaw terhadap Peningkatan Kekuatan Otot
Ekstermitas Atas RSUD PROF. DR. H. ALOEI SABOE KOTA GORONTALO
adalah karya saya dibawah arahan dari komisi pembimbing. Kian ini belum pernah
diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun dan bebas dari
unsur plagiat. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya oleh penulis
lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka dengan
jelas sesuai dengan norma, kaidah dan etika penulisan buku pedoman penulisan
karya imiah Universitas Muhammadiyah Gorontalo. Apabila dikemudian hari
ditemukan unsur-unsur plagiat. Pada karya ilmiah ini maka saya bersedia menerima
sanksi hukum dan akademik sesuai ketentuan perundang-undangan yang berlaku.

Gorontalo, Januari 2023

Riyana Nur Ridwan Adam, S.Kep


Nim. C03121090
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT,serta rahmat Shalawat


dan salam untuk junjungan besar Nabi Muhammad SAW. Penulis dapat
menyelesaikan Karya Ilmiah Akhir Ners yang berjudul : Analisis Praktik Klinik
Keperawatan Pada Pasien Stroke Non Hemoragik dengan Pemberian Latihan
Pemasangan Puzzle Jigsaw terhadap Peningkatan Kekuatan Otot Ekstermitas Atas
Di RSUD Prof. Dr. H. Aloei Saboe Selama penelitian dan penyelesaian penyusunan
Karya Ilmiah Akhir Ners ini, penulis banyak mendapat bantuan dari berbagai pihak.
Oleh karena itu, melalui kesempatan ini, saya ingin mengucapkan terima kasih
kepada :

1. Dr. H. Abd Kadim Masaong, M.Pd., selaku Rektor Universitas Muhammadiyah


Gorontalo (UMGo).
2. Prof. Dr. Hj. Moon Hidayati Otoluwa, M.Hum., selaku Wakil Rektor I Bidang
Akademik Universitas Muhammadiyah Gorontalo.
3. Dr. Salahudin Pakaya, M. H., selaku Wakil Rektor II Bidang Administrasi
Umum dan Keuangan Universitas Muhammadiyah Gorontalo.
4. Apris Tilome, S. Ag, M.Si., Selaku Wakil Rektor III Bidang Riset,
Pengembangan dan Kerja Sama Universitas Muhammadiyah Gorontalo.
5. Dr. Zuriati Muhamad, SKM.,M.Kes., selaku Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan
yang telah banyak memberikan arahan dan bantuan selama penyelesaian
penyusunan Karya Ilmiah Akhir Ners.
6. Ns. Andi Akifa Sudirman,S.Kep., M.Kep., selaku Kepala Program Studi Profesi
Ners yang telah membantu memberikan arahan selama perkuliahan dan
dalam penyusunan Karya Ilmiah Akhir Ners.
7. Ns. Harismayanti, S.Kep., M.Kep., selaku Ketua Program studi Ilmu
Keperawatan yang telah banyak memberikan arahan selama perkuliahan.
8. Ns. Fadli Syamsuddin S.Kep., M.Kep.,Sp. Kep. MB selaku Pembimbing yang
telah memberikan bimbingan dan arahan tentang isi dan permasalahan dalam
penelitian serta memberikan arahan tentang metode dalam penyusunan Karya
Ilmiah Akhir Ners
9. Ns. Nurliah, S.Kep., M.Kep Selaku Penguji I yang memberikan bimbingan dan
masukan tentang metode dan penyusunan Karya Ilmiah Akhir Ners.
10. DR. dr. Muh. Isman Jusuf, Sp.S Selaku Penguji II yang memberikan bimbingan
dan masukan tentang metode dan penyusunan Karya Ilmiah Akhir Ners.
11. Dosen/Staf Universitas Muhammadiyah Gorontalo yang telah membantu
dalam memberikan arahan penyusunan Karya Ilmiah Akhir Ners.
12. Orang tua tercinta Mama, Alm.Papa, dan Saudara-saudara yang telah banyak
memberikan dukungan baik secara emosional maupun materil selama sejak
awal proses perkuliahan sampai dengan tahap akhir pembuatan Karya Ilmiah
Akhir Ners.
13. Rekan-rekan seperjuangan Profesi Ners Reguler Angkatan XIV yang saling
memberikan dukungan dan semangat.
Penulis memahami bahwa masih banyak kekurangan yang disebabkan oleh
terbatasnya informasi, pengetahuan, dan kapasitas pencipta. Oleh karena itu,
penulis sangat menyukai kontribusi untuk pengembangan dalam Karya Ilmiah Akhir
Ners ini. Semoga artikel ini berharga untuk peneliti, pembaca, tenaga pendidik dan
tenaga kesehatan.

Gorontalo, Januari 2023

Riyana Nur Ridwan Adam, S.Kep


Nim. C03121090
DAFTAR ISI
PERSETUJUAN PEMBIMBING ...................................................................
PENGESAHAN PEMBIMBING ....................................................................
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH AKHIR NERS ........................
KATA PENGATAR.......................................................................................
DAFTAR ISI .................................................................................................
DAFTAR TABEL ..........................................................................................
DAFTAR GAMBAR ......................................................................................
SKEMA ........................................................................................................
DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................
BAB I PENDAHULUAN ..............................................................................
A. Latar Belakang ..................................................................................
B. Rumusan Masalah ............................................................................
C. Tujuan ..............................................................................................
1. Tujuan Umum .............................................................................
2. Tujuan Khusus ...........................................................................
D. Manfaat ............................................................................................
1. Manfaat Teoritis ..........................................................................
2. Manfaat Praktis ...........................................................................
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ......................................................................
A. Tinjauan Teoritis ...............................................................................
1. Konsep Penyakit .........................................................................
1) Konsep Dasar Stroke Non Hemoragik ..................................
2) Konsep Dasar Teori Peningkatan Otot Ekstermitas Atas .......
3) Konsep Dasar Pemasangan Puzzle Jigsaw...........................
2. Konsep Asuhan Keperawatan Stroke Non Hemoragik ………..
3. Tinjauan Islami………………………………………………………
B. Metode Penelitian ............................................................................
1. Desain Penelitian .......................................................................
2. Objek Penelitian .........................................................................
3. Teknik Pengumpulan Data .........................................................
4. Teknik Analisa Data ...................................................................
BAB III GAMBARAN KASUS .....................................................................
A. Data Kasus Kelolaan ........................................................................
BAB IV PELAKSANAAN INTERVENSI KEPERAWATAN ..........................
BAB V PEMBAHASAN ................................................................................
A. Analisis dan Diskusi Hasil .................................................................
B. Keterbatasan Penelitian ...................................................................
BAB VI PENUTUP ......................................................................................
A. Kesimpulan ......................................................................................
B. Saran ...............................................................................................
BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Stroke adalah gangguan fungsi saraf akut yang disebabkan oleh


gangguan peredaran darah otak. Gangguan fungsi saraf tersebut timbul
secara mendadak (dalam beberapa detik) atau secara cepat (dalam beberapa
jam) dengan gejala dan tanda yang sesuai daerah fokal otak yang terganggu.
Oleh karena itu manifestasi klinis stroke dapat berupa hemiparesis, hemiplegi,
kebutaan mendadak pada satu mata, afasia atau gejala lain sesuai daerah
otak yang terganggu.(Henri, 2018)

Stroke merupakan salah satu masalah keseahatan yang penting dan


perlu diperhatikan. Selain jumlah kasus yang semakin meningkat, stroke
dapat menyebabkan penurunan kualitas hidup penderitanya. Data American
Heart Association (AHA) pada tahun 2018 menunjukan bahwa stroke
merupakan penyebab disabilitas pertama di dunia dan penyebab demnsia
kedua setelah Alzheimer’s Disease. Selain sebagai penyebab disabiliti dan
demensia, stroke juga merupakan penyebab kematian nomor 2 pada orang
berusia lebih dari 60 tahun, dan penyebab kematian nomor 5 pada orang
berusia 15-59 tahun. Setiap 6 detik stroke menyebabkan kematian pada
beberapa kematian pada beberapa orang.

Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (Riskesda, 2018) bahwa


prevalensi stroke di indonesia bersadarkan diagnosis dokter pada penduduk
umur lebih dari 15 tahun sebesar 10,9% dengan 10,6-11,3 CI % Prevalensi
stroke di jawa tengah sebesar 11,4%. Berdasarkan terdiagnosis Dokter dan
gejala tertinggi terdapat di Kalimantan Timur (14,7%). Di Yogyakarta (14,6)
Sulawesi Utama (14,2). (Reskesdas, 2018).

Stroke adalah kerusakan pada otak yang muncul mendadak, progresif,


dan cepat akibat gangguan peredaran darah otak non traumatik. Gangguan
tersebut secara mendadak menimbulkan gejala antara lain kelumpuhan sesisi
wajah atau anggota badan, bicara tidak lancar, bicara tidak jelas (pelo),
perubahan kesadaran, gangguan penglihatan, dan lain-lain.(Gorontalo, n.d.)

Berdasarkan data yang diambil dari RSUD Prof. Dr. H. Aloei Saboe
Kota gorontalo didapatkan pasien stroke pada tahun 2019 berjumlah 67 Jiwa
pada tahun 2020 berjumlah 20 jiwa, pasien yang dengan Stroke Non
Hemoragik pada tahun 2019 berjumlah 470 jiwa, pada tahun 2020 berjumlah
331 jiwa, dan pada tahun 2021 berjumlah 353 jiwa. Sedangkan pasien yang
dengan stroke Hemoragik pada tahun 2019 berjumlah 172 jiwa, pada tahun
2020 berjumlah 20 jiwa, dan pada tahun 2021 berjumlah 99 jiwa.
Banyak faktor yang menyebabkan pasien stroke menjadi tergantung
dengan orang lain dan menjadi tidak mandiri dalam memenuhi kebutuhannya
dan dalam melakukan aktifitas sehari-hari, diantaranya adalah adanya
keterbatasan fungsional anggota gerak atas (AGA) yang mengalami
kelemahan akibat stroke. Stroke menyebabkan berbagai defisit neurologis
salah satunya terjadi pada defisit motorik. Disfungsi motorik paling umum
adalah paralisis pada salah satu sisi atau hemiplegia karena lesi pada sisi
otak yang berlawanan. Diawal tahapan stroke, gambaran klinis yang muncul
adalah paralisis dan hilang atau menurunnya refleks tendon dalam atau
penurunan kekuatan otot untuk melakukan pergerakkan, apabila refleks
tendon dalam ini muncul kembali biasanya dalam waktu 48 jam, peningkatan
tonus disertai dengan spastisitas atau peningkatan tonus otot abnormal pada
ekstremitas yang terkena dapat dilihat. Sehingga dibutuhkan beberapa
penanganan untuk mengatasi masalah jika pasien sudah mengalami
kelemahan otot.(Afandy, I., & Wiriatarina, 2018)
Stroke dapat menimbulkan berbagai tingkat gangguan, seperti
penurunan tonus otot, hilangnya sensibilitasi pada sebagian anggota
tubuh,menurunnya kemampuan untuk menggerakan anggota tubuh yang
sakit dan ketidakmampuan dalam hal melakukan aktivitas tertentu. Pasien
stroke yang mengalami kelemahan pada satu sisi anggota tubuh disebabkan
oleh karena penurunan tonus otot, sehingga tidak mampu menggerakan
tubuhnya (imobilisasi). Imobilisasi yang tidak mendapatkan penanganan
yang tepat, akan menimbulkan komplikasi berupa abnormalitas tonus,
orthostatic hypotension, deep vein thrombosis dan kontraktur(YAYUK
HANDAYANI, 2019)
Cara untuk meminimalkan kecacatan setelah serangan stroke adalah
dengan rehabilitasi. Rehabilitasi penderita stroke salah satunya adalah
dengan terapi latihan. Peningkatan intensitas latihan sebanding dengan
perbaikan kualitas hidup. Terapi latihan adalah salah satu cara untuk
mempercepat pemulihan pasien dari cedera dan penyakit yang dalam
pentalaksanannya menggunakan gerakan aktif maupun pasif. Gerakan pasif
adalah gerak yang digerakkan oleh orang lain dan gerak aktif adalah gerak
yang dihasilkan oleh kontraksi otot sendiri(YAYUK HANDAYANI, 2019)
Terdapat beberapa latihan nonfarmakologi yang telah diterapkan ke
penderita stroke baik dari stroke hemoragik dan stroke non hemoragik yang
mengalami kelemahan otot dalam upaya meningkatkan kekuatan atau
stabilitas dari otot penderita yang mengalami kelemahan. Salah satu tehnik
atau terapi yang dapat dilakukan kepada penderita stroke dengan kelemahan
otot adalah dengan pelatihan pemasangan puzzle jigsaw. Fungsi dari
pemasangan puzzle ini adalah untuk melatih konsentrasi dan kemampuan
kontrol tangan dan jari penderita yang mengalami kelemahan dan kekakuan
sehingga diharapkan kelemahan otot dan kekakuan sendi yang dialami tidak
menjadi berat dan mampu menunjukan peningkatan kekuatan tangan dan
jari pada penderita stroke. Permainan puzzle jigsaw adalah permainan
puzzle yang terdiri dari menggenggam, memegang, dan memanipulasi objek
menggunakan konsentrasi dan koordinasi antara dan tangan.(Kusnanto et
al., 2017)
Berdasarkan uraian diatas penulis tertarik untuk melakukan penelitian
tentang “Analisis praktik klinik keperawatan pada pasien stroke non
hemoragik dengan pemberian latihan pemasangan puzzle jigsaw terhadap
peningkatan kekuatan otot ekstermitas atas di RSUD Aloei Saboe Kota
Gorontalo”
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka penulis tertarik untuk
mengaplikasikan hasil riset tentang pemberian latihan terapi pemasangan
puzzle jigsaw dalam pengelolaan kasus yang dituangkan dalam Karya Tulis
Ilmiah Akhir Ners (KIAN) dengan Judul ”Analisis praktek klinik keperawatan
pada pasien stroke non hemoragik dengan pemberian latihan pemasangan
puzzle jigsaw terhadap peningkatan kekuatan otot ekstermitas atas”
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Penulisan Karya Ilmiah Akhir Ners ini bertujuan untuk melakukan analisa
terhadap kasus kelolaan dengan klien Stroke Non Hemoragik dengan
pemberian latihan pemasangan puzzle jigsaw terhadap peningkatan
kekuatan otot ekstermitas atas.
2. Tujuan Khusus
a. Menganalisis kasus kelolaan dengan pasien diagnosa medis Stroke
Non Hemoragik
b. Menganalisis intervensi pemberian latihan pemasangan puzzle jigsaw
dalam upaya peningkatan kekuatan otot ekstermitas atas.
D. Manfaat
1. Manfaat Teoritis
a. Karya ilmiah ini menjadi dasar dalam mengembangkan pelayanan
asuhan keperawatan yang berfokus terhadap terapi alternatif/non
farmakologi sebagai peningkatan kualitas pelayanan asuhan
keperawatan
b. Karya ilmiah ini diharpakan mampu menjadikan acuan pembelajaran
mengenai respon fisiologis pasien terhadap latihan untuk
meningkatakan kemandiriannya sehingga dapat diberikan tindakan
keperawatan secara tepat dan efisien
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Rumah sakit
Memberikan masukan dalam pelatihan tambahan pada
penderita stroke dengan kelemahan otot untuk melakukan pelatihan
pemasangan puzzle jigsaw sebagai upaya pelatihan konsentrasi dan
kontrol tangan jari yang bisa dilakukan secara mandiri oleh pasien
b. Bagi pendidikan
Menjadi bahan referensi mengenai pengaruh pemberian
latihan pemasangan puzzle terhadap peningkatan kekuatan otot pada
ekstermitas atas, sebagai penambahan pengetahuan terhadap
beberapa latihan untuk penderita stroke yang mengalami kelemahan
otot dan meningkatkan kualitas pendidikan di institusi
c. Bagi profesi
Hasil penulisan ini diharapkan menjadi inovasi perawat dalam
memberikan asuhan keperawatn pada pasien stroke non hemoragik
yang mengalami kelemahan otot ekstermitas atas salah satunya
dengan latihn pemasangan puzzle sebagai upaya pengobatan secara
non farmakologis atau tindakan mandiri menjadi dasar perawat untuk
menemukan inovasi keperawatan lain yang dapat diterapkan sebagai
asuhan keperawatan.
d. Bagi Penulis
Meningkatkan kemampuan penulis dalam melakukan
keperawatn inovasi dengan pemberian latihan pemasangan puzzle
jigsaw terhadap peningkatan kekuatan otot ekstermitas atas pada
pasien stroke dengan adanya defisit neurologis yang mengakibatkan
kelemahan pada sistem motorik.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. TINJAUAN TEORITIS
1. KONSEP PENYAKIT
a. Konsep Penyakit Stroke Non Hemoragik
1) Definisi

Stroke merupakan penyabab kematian kedua dan penyabab


utama kecacatan diseluruh dunia. Insidennya meningkat karena populasi
menua. Selain itu, banyak orang muda yang terkena stroke dinegara-
negara berpenghasilan rendah dan menengah. Data diindonesia
memperlihatka stroke sebagai penyabab kematian terbanyak ketiga
disusul diabetes militus dan hipertensi dengan angka kematian sebanyak
138.268 jiwa atau 9,7% dari total kematian. Indonesia mempunyai beban
ganda dalam penanggulangan masalah kesehatan. (Akhlish Dzikrullah
Ahmad & Agung Ikhssani, 2021)

Stroke merupakan kerusakan jaringan otak yang disebabkan oleh


berkurangnya atau terhentinya suplai oksigen dalam darah secara tiba-
tiba. Jaringan otak yang mengalami penurunan suplai oksigen dalam
darah akan mengalami kematian dan tidak berfungsi lagi. Penyakit stroke
merupakan gejala klinis yang diakibatkan oleh pembuluh darah ke otak
mengalami penurunan suplai darah seperti penyakit jantung(Nursyiham et
al., 2019)

Stroke termasuk penyakit serebrovaskuler yang terjadi karena


berkurangnya aliran darah dan oksigen ke otak, yang disebabkan karena
terjadinya sumbatan atau penyempitan pembuluh darah atau bisa juga
terjadi karena pecahnya pembuluh darah. Perubahan pola hidup seperti
makan tidak teratur, kurang olahraga, jam kerja yang berlebihan serta
konsumsi makan yang cepat saji menjadi kebiasaan yang berpotensi
memicu serangan stroke.(Suwaryo et al., 2021)
Stroke non hemoragik yaitu stroke yang terjadi hampir 80% dari
jenis stroke yang ada. Stroke yang terlambat ditangani dkan
mengakibatkan kelumpuhan luas dan gangguan kognitif dengan demikian
penanganan harus diberikan secepat mungkin untuk menurunkan angka
cacat fisik akibat stroke. Pada pasien stroke 70-80% mengalami
hemaparesis (kelemahan otot pada salah satu bagian sisi tubuh) dengan
20% mengalami peningkatan fungsi motorik/kelemahan otot pada anggota
ekstermitas bila tidak mendapatkan pilhan terapi yang baik dalam
intervensi keperawatan. (Suwaryo et al., 2021)

Individu yang terkena stroke akan mengalami beberapa


perubahan psikologis seperti depresi, kecemasan, serta hilangnya
semangat untuk hidup. Perubahan psikologis yang terjadi pada penderita
stroke juga dapat mempengaruhi keluarga yang merawat, atau yang
disebut caregiver. Tantangan yang dihadapi oleh caregiver dalam
merawat penderita stroke membutuhkan proses adaptasi (Alifudin &
Ediati, 2019). Kurangnya informasi dan tidak tersedianya komunitas
pasien stroke menyebabkan rendahnya pengetahuan keluarga dalam
merawat pasien stroke dirumah ditandai dengan, bertambah rusaknya
kemampuan motorik, dan verbal yang menurunkan kualitas hidup pasien
stroke(Pratiwi et al., 2022)

Stroke Non Hemoragik menurut pendapat saya merupakan


keadaan darurat medis. Gejala stroke yaitu sulit berjalan, berbicara, dan
memahami, serta kelumpuhan atau mati rasa pada wajah, lengan, atau
tungkai.

2) Etiologi
Menurut (Afandy, I., & Wiriatarina, 2018) penyebab stroke yaitu :
a) Trombosis Celebral
Trombosis ini terjadi pada pembuluh darah yang mengalami
okulasi sehingga menyebabkan iskemi jaringan otak yang dapat
menimbulkan edema dan kongesti disekitarnya.
b) Hemoragik
Perdarahan intrakranial atau intraselebral termasuk perdarahan
dalam ruang subarchoid atau kedalam jaringan otak sendiri,
perdarahan ini dapat terjadi karena atherosklerosis dan
hipertensi
c) Hipoksia umum
Beberapa penyebab yang dengan hipoksia umum adalah
Hipertensi yang parah, Cardiac Pulmonary Arrest, Cardiac
Output turun akibat aritmia.
d) Hipoksia Setempat
Beberapa penyebab yang berhubungan dengan hipoksia
setempat adalah Spasme arteri serebral yang disertai
perdarahan subarachnoid, vasokontriksi arteri otak disertai sakit
kepala migraine.

3) Patofisiologi
Infark serebral merupakan keadaan ketidakadekuatan suplai
darah ke pembuluh darah di otak dan tersumbatnya pembuluh darah
sehingga suplai darah ke otak dapat berubah (lambat atau cepat) bisa
terjadi karena gangguan 9arth (thrombus, emboli, perdarahan dan
spasme vaskuler) atau terjadi karena gangguan umum (hipoksia
karena gangguan paru dan jantung).
Atherosklerotik adalah masalah yang paling sering terjadi pada
pembuluh darah. Thrombus terjadi karena terdapat flak
arterosklerotik, atau terdapat pembekuan darah pada daerah yang
mengalami penyempitan/ stenosis, hal ini menyebabkan aliran darah
menjadi lambat atau disebut turbulensi. Keadaan seperti ini
menyebabkan thrombus pecah dari dinding pembuluh darah dan
terbawa sebagai emboli dalam aliran darah.
Thrombus pada pembuluh darah menyebabkan iskemia pada
jaringan yang berada di otak, hal ini mengganggu suplai darah dan
menyebabkan edema bahkan kongesti disekitar area jaringan. Area
yang mengalami edema akan mengalami disfungsi yang lebih besar
dibandingkan area infark. Namun kondisi jaringan yang mengalami
edema dapat berkurang dalam beberapa jam atau berkurang dalam
beberapa hari perawatan. Tanda penurunan edema merupakan bukti
objektif bahwa terdapat adanya pemulihan.
Sehingga thrombosis yang terjadi pada beberapa kasus biasanya
tidak fatal namun hal ini terjadi jika tidak terdapat perdarahan masif.
Oklusi di dalam pembuluh darah serebral karena embolus
mengakibatkan edema dan nekrosis diikuti thrombosis. Jika terdapat
septik infeksi mengakibatkan meluasnya abses atau ensefalitis pada
dinding pembuluh darah, atau bila terdapat sisa infeksi pada
pembuluh darah yang mengalami penyumbatan akan menyebabkan
dilatasi aneurisma di pembuluh darah. Hal ini akan memicu terjadinya
perdarahan cerebral jika aneurisma pecah atau terjadi ruptur.
Perdarahan otak lebih sering disebabkan oleh ruptur arteriosklerotik
ataupun hipertensi.
Perdarahan yang terjadi pada intraserebral dengan skala luas
akan menyebabkan kematian dibandingkan daripada keseluruhan
penyakit semacam cerebro vaskuler, karena perdarahan dengan
skala luas menyebabkan destruksi massa otak, lalu tekanan yang
meningkat pada intra cranial dapat menyebabkan herniasi pada otak.
Sehingga kompresi pada batang otak, hemisfer di otak, dan
perdarahan yang terjadi pada batang otak sekunder ataupun ekstensi
perdarahan mengarah pada batang otak menyebabkan kematian.
Pada keadaan ini darah dapat merembes keventrikel otak, keadaan
ini sering terjadi pada sepertiga kasus perdarahan pada otak di
nucleus kaudatus, talamus dan pons. Jika terjadi hambatan pada
sirkulasi serebral, dapat menyebabkan berkembangnya anoksia
cerebral
Perubahan ireversibel bila terjadi anoksia bisa terjadi lebih dari 10
menit. Anoksia serebral terjadi akibat berbagai macam penyebab,
salah satunya adalah henti jantung. Selain terjadi kerusakan pada
parenkim otak, akibat volume perdarahan yang banyak menyebabkan
terjadinya peningkatan tekanan intrakranial dan menyebabkan
penurunan tekanan pada perfusi otak serta gangguan pada drainase
otak.
Stroke merupakan penyakit gangguan pada sistem saraf dan otot
sehingga penderita stroke umumnya mengalami gejala pada
gangguan saraf seperti hemiparesis, fenomena yang terjadi pasien
dengan gejala seperti ini mengalami gangguan dalam melakukan
pergerakkan sehingga hampir semua aktivitas sehari-hari perlu
dibantu oleh orang lain karena keterbatasan yang dialami. Hal ini juga
merupakan upaya dalam mengurangi angka risiko jatuh pada pasien
stroke sehingga pada pasien stroke mengalami penurunan
kemandirian.(AFINA AGMA FAZALINA S.Kep., 2022)
4) Manifestasi Klinis
Gejala dan tanda yang sering dijumpai pada penderita dengan
stroke non hemoragik dapat muncul sementara atau menetap, hal ini
karena disfungsi aliran darah menuju otak. Gejala pada penderita
stroke bermacam-macam sesuai dengan bagian pembuluh darah
yang dibagi menjadi 2 yaitu:
a. Gangguan pada pembuluh darah karotis, sumbatan pada pembuluh
darah ini dibagi menjadi 3 percabangan, yaitu :
1) Sumbatan pada aliran darah menuju otak bagian tengah (arteri
selebri media) dapat menimbulkan gejala sebagai berikut
a) Gangguan rasa atau sensasi pada wajah disebagian sisi atau
gangguan sensasi pada lengan kanan atau kiri.
b) Gangguan gerak, tidak dapat digerakan atau terasa kaku pada
ekstermitas (Hemiparesis)
c) Gangguan bicara, tidak dapat mengeluarkan kalimat (Afasia)
d) Gangguan pengluhatan, dapat berupa kabur (Hemianopsia)
e) Mata selalu melihat ke satu sisi saja (Devalation Conjuage).
f) Penurunan kesadaran
g) Daya ingat menurun (Propagnosia)
h) Mulut menjadi mencong atau bicara pelo (Disatri)
i) Separuh badan terasa mati rasa atau tidak dapat merasakan
sensasi sentuhan
2) Sumbatan pada aliran darah menuju ke otak bagian depan (Arteri
celebri anterior) dapat menimbulkan gejala sebagai berikut :
a) Gangguan gerak atau kelumpuhan salah satu tungkai dan
sensasi perabaan hilang
b) Tidak dapat menahan air kencing dan tidak sadar bila telah
buang air kecil
c) Pingsan secara mendadak
d) Sulit untuk mengungkapkan perasaan
3) Sumbatan pada aliran darah menuju otak bagian belakang (arteri
selebri posterior) dapat menimbulkan gejala sebagai berikut :
a) Sulit memahami yang dilihat
b) Tidak dapat mengenal warna
c) Kebutaan pada mata atau lapang pandang menyempit
d) Terasa nyeri yang spontan
b. Gangguan pada pembuluh darah verterobasilaris dapat menimbulkan
berbagai gejala sebagai berikut :
1) Gangguan gerak bola mata
2) Kedua kaki melemah dan tidak dapat berdiri
3) Serangan vertigo
4) Nistamus
5) Nausea, muntah dan gangguan menelan
6) Bicara sulit dimengerti
7) Kehilangan pendengaran mendadak.(AFINA AGMA FAZALINA
S.Kep., 2022)
5) Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan yang dapat dilakukan pada pasien stroke non
hemoragik menurut Santoso, L.E (2018) dalam Dellima D R, (2019)
sebagai berikut :
a) Angiografi selebral
b) Elektro encefalograhpy
c) Sinar-X tengkorak
d) Ultrasonography Doppler
e) CT-Scan dan MRI
f) Pemeriksaan foto thorax
g) Pemeriksaan Laboratorium
6) Penatalaksaan
Menurut Wijaya dan Putri (2019) penatalaksanaan stroke sebagai
berikut :
a) Penatalaksanaan Umum
1. Posisi kepala dan badan atas 20-30 derajat, posisi lateral
dekubitus bila disertai muntah. Boleh dimulai mobilisasi
bertahap bila hemodinamika stabil
2. Bebaskan jalan nafas dan usahakan ventilasi adekuat bila
perlu berikan oksigenasi 1-2 liter/menit bila ada hasil AGD
3. Kosongkan kandung kemih dengan kateter bila penuh
4. Kontrol tekanan darah dipertahankan normal
5. Suhu tubuh harus dipertahankan, apabila demam kompres
dan berikan antripiretik sesuai indikasi
6. Nutrisi peroral hanya boleh diberikan setelah tes fungsi
menelan baik bila terdapat gangguan menelan atau pasien
yang keasadaran menurun dianjurkan pasang NGT
Mobilitas dan rehabilitas dini jika tidak ada kontra indikasi
b) Penatalaksaan Medis
1. Trombolitik
2. Antiplatelet atau antibolitik
3. Antikoagulan (Heparin)
4. Hemorhagea
5. Antagonis serotinin
6. Antigonis Calcium
c) Penatalaksaan Khusus/Komplikasi
1. Atasi Kejang
2. Atasi TIK yang meninggi, gliserol, firosemid, intubasi, stroid
dll)
3. Atasi dekompresi (Kraniotomi)
d) Penatalaksaan Faktor Risiko
1. Atasi Hipertensi
2. Atasi hiperglikemia
3. Atasi hiperurisemia

Penatalaksanaan stroke dapat dibagi menjadi dua yaitu :


a) Pase akut :
1. Pertahankan fungsi vital seperti : jalan nafas, pernafasan,
ogsigenasi dan sirkulasi
2. Reperfusi dengan trombolityk atau vasodilation : Nimotop.
Pemberian diharapkan mencegah peristiwa
trombolitik/embolitik
3. Pencegahan peningakatan TIK dengan meninggikan kepala
15-30 menghindari flexi dan rotasi kepala yang berlebihan,
pemberian dexamethason.
4. Mengurangi edema celebral dengan diuretic
5. Pasien ditempatkan pada posisi lateral atau sem telungkup
dengan kepala tempat tidur agak ditinggikan sampai
tekanan vena celebral berkurang.
b) Pase post akut :
1. Pencegahan spatik paralisis dengan antispasmodic
2. Program fisiolotherapi
3. Penangan masalah psikososial
7) Komplikasi
Komplikasi berdasarkan waktu terjadinya stroke menurut Dellima D R,
(2019) sebagai berikut :
a) Berhubungan dengan imbolisasi
b) Infeksi pernafasan
c) Nyeri berhubungan dengan daerah yang tertekan
d) Konstipasi
e) Tromboflebitis
f) Berhubungan dengan mobilisasi
g) Nyeri daerah pungung
h) Dislokasi sendi\
i) Berhubungan dengan kerusakan otak
j) Epilepsi
k) Sakit kepala
b. Konsep Dasar Teori Kekuatan Ekstermitas Atas
1) Definisi Kekuatan Otot
Kekuatan otot merupakan kemampuan otot untuk menghasilkan
tegangan dan tenaga selama usaha maksimal baik secara dinamis
maupun statis atau dengan kata lain kekuatan otot merupakan
kemampuan maksimal otot untuk berkontraksi (Afandy, I., &
Wiriatarina, 2018)
Kekuatan otot adalah kemampuan otot menahan beban baik
berupa beban eksternal maupun beban internal. Kekuatan otot sangat
berhubungan dengan sistem neuromuskuler yaitu seberapa
besarkemampuan sistem saraf mengaktifasi otot untuk melakukan
kontraksi(Skripsi%20Rosiani, n.d.)
Pemulihan motoris anggota gerak dapat terjadi oleh karena
pemberian latihan latihan seperti mobilisasi. Mobilisasi adalah suatu
pergerakan yang dihasilkan dari perubahan posisi tubuh atau
perpindahan lokasi. Mobilisasi yang digunakan dibantu dengan
masase, stretching, gerakan pasif sendi, dan gerakan aktif dibantu
yang mana mobilisisai ini dapat mengurangi dampak stroke pada
aspek fisik seperti adanya kelemahan atau kekakuan dan
kelumpuhan pada kaki dan tangan. Kekuatan otot menjadi berkurang
dan ekstremitas cenderung jatuh ke satu sisi, tangan dan kaki terasa
berat sehingga pasien tidak mampu untuk menjaga keseimbangan
atau mekanisme perlindungan diri diharapkan, dengan mobilisasi
diharapkan dapat mengurangi dampak strok pada aspek
fsik(Wahyuni, 2017)
2) Pengukuran Kekuatan otot
Peniliaan kekuatan otot mempunyai skla ukur yang umumnya
dipakai untuk memeriksa penderita yang mengalami kelumpuhan
selain mendiagnosa status kelumpuhan juga dipakai untuk melihat
apakah ada kemajuan yang diperoleh selama menjalani perawatan
atau sebaliknya apakah terjadi oerburukan pada penderita. Peniliaan
tersebut meliputi (Afandy, I., & Wiriatarina, 2018) :
a. Nilai 0 : paralisis total atau tidak ditemukan kontraksi pada
otot
b. Nilai 1 : kontraksi otot yang terjadi hanya berupa perubahan
dari tonus otot, dapat diketahui dengan palpasi dan tidak
dapat menggerakan sendi
c. Nilai 2 : otot hanya mampu menggerakan persendian tetapi
kekuatannya tidak dapat melawan pengaruh gravitasi
d. Nilai 3 : dapat menggerakan sendi, otot juga dapat melawan
pengaruh gravitasi tetapi tidak kuat terhadap tahanan yang
di berikan pemeriksa
e. Nilai 4 : kekuatan otot seperti pada derajat 3 disertai dengan
kemampuan terhadap tahanan yang ringan
f. Nilai 5 : kekuatan otot normal
3) Alat ukur kekuatan otot dan sendi
a. Goniometer merupakan alat diagnostik / pemeriksaan fisioterapi yang
digunakan untuk mengukur Lingkup Gerak Sendi (LGS) atau ROM
b. Dynamome : Mengkaji atau mengukur kekuatan otot tangan, lengan
bawah kaki.
c. Motor Assesment Scale For Stroke (MMAS)
Aktivitas tangan lanjutan dengan hasil dan skor :
1) Angkat bagian atas pulpen dan letakan kembali (Pasien meraih
kedepan sepanjang lengan, angkat bagian atas pulpen, lepaskan
kembal ke bagian meja yang dekat dengan tubuh pasien)
2) Angkat satu jellybean dari sebuah gelas dan letakan jellybean
tersebut digelas lain. (Cangkir the berisikan 8jellybean. Jarak kedua
cangkir sepanjang lengan. Tangan kiri mengambil jellybean dari
cangkir sebelah kanan dan melepaskannya pada cangkir sebelah
kiri).
3) Gambar garis-garis horizontal berhenti pada sebuah garis ertikal,
sebanyak 10 kali. Selama 20 detik (setidaknya 5 garis harus
menyentuh dan berhenti pada garis ventikal. Panjang garis
berkurang lebih 10cm)
4) Pegang pulpen, buatlah titik-titik yang berurutan secara tepat pada
selembar kertas. (Pasien harus membuat setidaknya 2 titik dalam
setiap detik, selama 5 detik. Pasien mengambil pulpen dan
memposisikannya tanpa asistensi. Pulpen dipegang seperti untu
menulis. Yang dibuat oleh pasien harus titik bukan garis)
5) Ambil satu sendok berisi cairan ke mulut. (Kepala tidak boleh
direndahkan kearah sendok. Cairan tidak boleh tumpah).
6) Genggam sebuah sisir atau sisir rambut dibelakang kepala. Bahu
harus dalam posisi rotasi eksternal, dan abduksi setidaknya 90
derajat, kepala harus tegak lurus.
c. Konsep Dasar Teori Puzzle Jigsaw
1) Definisi Puzzle Jigsaw
Menurunnya fungsi otot dan gangguan transmisi impuls pada
neuron motorik menyebabkan ketidaktepatan dan gangguan
koordinasi jari dalammengintegrasikan fungsi otot, tulang, dan saraf.
Gangguan koordinasi jari-jari disebut gangguan motorik halus.
Stimulasi yang tepat diberikan melalui rehabilitas dengan terapi
gerakan berulang. Latihan berulang dapat dilakukan dengan
menggunakan permainan Puzzle Jigsaw. Permainan puzzle jigsaw
adalah permaian puzzle yang terdiri dari mencengkeran, memegang
dan memanipulasi objek menggunakan konsentrasi dan koordinasi
antara mata dan tangan.(Kusnanto et al., 2017)
Puzzle Jigsaw adalah alat permainan edukatif yang dapat
merangsang kemampuan anak, yang dimainkan dengan cara
membongkar pasang kepingan Puzzle berdasarkan
pesangannya.(Devi, 2020)
2) Manfaat Latihan Pemasangan Puzzle Jigsaw
Manfaat penelitian puzzle antara lain : mengasah otak, melatih
koordinasi mata dan tangan, melatih membaca, melatih nalar, melatih
kesabaran dan memberikan pengetahuan.(Afandy, I., & Wiriatarina,
2018)
3) Pelaksanaan Penyusunan Puzzle Jigsaw
Latihan ini merupakan latihan yang sangat sederhana dalam
proses penatalaksanaanya. Kegiatan yan aktif, menyenangkan juga
meningkatkan aktifitas sel otak dan juga merupakan masuka-
masukan pengatamatan atau ingatan. Permainan ini berupa kegiatan
bongkar dan menyusun kembali kepingan puzzle menjadi bentuk
utuh. Latihan Puzzle Jigsaw ini membutuhkan gerakan tangan dan
jari sehingga dengan digeraknnya tangan dan jari yang mengalami
kelemahan diharapkan mengalami peningkatan kekuatan otot, jarak
rentang gerak, dan gerakan motorik halus. Punyusunan Puzzle
Jigsaw ini membuat tangan dan jari bergerak secara berulang-ulang
sehingga dapat menciptakan kontraksi disetiap otot yang bergerak.
(Devi, 2020)

2. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN


a. Pengkajian

Pengkajian keperawatan merupakan catatan tentang hasil


pengkajian yang dilakukan untuk mengumpulkan informasi dari pasien,
membuat data dasar tentang pasien, dan membuat catatan tentang respons
kesehatan pasien. (Leniwita & Anggraini, 2019)

1) Identitas Klien
Identitas klien mencakup nama, usia, (pada masalah disfungsi
nuerologis kebanyakan terjadi pada usia tua), jenis kelamin, pendidikan,
alamat, pekerjaan, agama, suku bangsa, tanggal dan jam masuk rumah
sakit (MRS), nomor register dan diagnosisi medis.
2) Keluhan utama
Keluhan utama pada klien gangguan sistem persyarafan akan terlihat
bila sudah terjadi disfungsi neurologis. Keluhan yang sering didapatkan
meliputi kelemahan anggota gerak sebelah badan
3) Riwayat Penyakit
Pengkajian dengan melakukan anamesis atau wawancara untuk
menggali maslah keperawatan lainnya yang dilaksanakan perawat
adalah mengkaji riwayat kesehatan klien, perawat memperoleh data
subjektif dari klien dan bagaimana penanganan yang sudah dilakukan.
a) Riwayat Penyakit sekarang
Disini perlu keahlian, pengetahuan, dan pengalaman dari
perawat dalam menyusun setiap pertanyaan yang sistematis
agar dapat mendukung bagaimana keluahan utama menjadi
muncul
b) Riwayat penyakit dahulu
Pengkajian riwayat penyakit dahulu dalam mengenali
permasalahan yang mendukung masalah saat ini pada klien
dengan defisit neurologi adalah sangat penting. Pertanyaan
sebaiknya diarahkan pada penyakit-penyakit yang dialami
sebelumnya yang kemungkinan mempunyai hubungan
dengan masalah yang dialami klien sekarang.
c) Riwayat Penyakit Keluarga
Anamesis akan adanya riwayat keluarga menderita
hipertensi yang memberikan hubungan dengan beberapa
masalah disfungsi neurologis seperti masalah stroke
hemoragik.
4) Pengkajian Fokus
a. Aktivitas / Istrahat
Klien akan mengalami kesulitan aktivitas akibat kelemahan,
hilangnya rasa, paralisis, hemiplegi, mudah lelah dan susah tidur.
b. Sirkulasi
Adanya riwayat penyakit jantung, katup jantung, disritmia, CHF,
polisitemia dan hipertensi.
c. Integritas Ego
Emosi labil, respon yang tak dapat, mudah marah, kesulitan untuk
mengekspresikan diri.
d. Eliminasi
Perubahan kebiasaan BAB dan BAK. Misalnya inkontimentia urine,
auria, distensi kandung kemih, distensi abdomen, suara usus
menghilang.
e. Makan / cairan
Nausea, wouting, daya sensori hilang di liah, pipi, tenggorokan,
disfagia.
f. Neuoro Sensori
Pusing, sinkope, sakit kepala, perdarahan sub arachoid dan
intraktial. Kelemahan dengan berbagai tingkatan, gangguan
penglihatan, dispalopia, lapang pandang menyempit. Hilangnya daya
sensori pada bagian yang berlawanan dibagian ekstermitas dan
kadang-kadang pada sisi yang sama dimuka
g. Nyaman / Nyeri
Sakit kepala, perubahan aktivitas, kelemahan.
h. Respirasi
Ketidakmampuan menelan, batuk
i. Keamanan
Sensori motorik menerun atau hilang, mudah terjadi injury.
Perubahan persepsi dan orientasi. Tidak mampu menelan dan tidak
mampu mengambil keputusan
j. Interaksi sosial
Ketidakmampuan dalam bicara dan berkomunikasi.
5) Pemeriksaan Fisik dan observasi Head to toe
a. Kepala
Tujuan : untuk mengetahui turgor kulit dan tekstur kulit dan
mengetahui adanya lesi atau bekas luka
b. Rambut
Tujuan : untuk mengetahui warna, tekstur, dan percabangan, pada
rambut dan untuk mengetahui mudah rontok dan kotor.
c. Kuku
Tujuan : untuk mengetahui keadaan kuku, warna dan panjang dan
untuk mengetahui kapiler refil
d. Kepala/wajah
Tujuan : untuk mengetahui bentuk dan fungsi kepala dan untuk
mengetahui luka dan kelainan pada kepala
e. Mata
Tujuan : untuk mengetahui bentuk dan fungsi mata ( medan
penglihatan visus dan otot-otot mata), dan juga untuk mengetahui
adanya kelainan atau peradangan pada mata.
f. Hidung
Tujuan : untuk mengetahui bentuk dan fungsi hidung dan
mengetahui adanya inflamasi dan sinusitis.
g. Telinga
Tujuan : untuk mengetahui kedalaman telinga luar, saluran telinga,
gendang telinga.
h. Mulut dan faring
Tujuan : untuk mengetahui bentuk dan kelainan pada mulut, dan
untuk mengetahui kebersihan mulut.
i. Leher
Tujuan : untuk menentukan struktur integritas leher, untuk
mengetahui bentuk dan orgn yang berkaitan dan untuk memeriksa
sistemik limfatik
j. Dada
Tujuan : untuk mengetahui bentuk kesimetrisan, frekuensi, irama
pernafasan, adanya nyeri tekan, dan untuk mendengarkan bunyi
paru.
k. Abdomen
Tujuan : untuk mengetahui bentuk dan gerakan perut,
mendengarkan bunyi peristaltik usus, dan mengetahui respon nyeri
tekan pada organ dalam abdomen.
l. Muskuloskeletal
Tujuan : untuk mengetahui mobilitas kekuatan otot dan gangguan-
gangguan pada daerah tertentu.
b. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan merupakan suatu penilaian klinis mengenai
respons klien terhadap masalah kesehatan atau proses kehidupan yang
dialaminya baik yang berlangsung aktual maupaun potensial. Diagnosis
keperawatan bertujuan untuk mengidentifikasi respons klien individu,
keluarga dan komunitas terhadap situasi yang berkaitan dengan kesehatan
(PPNI, 2017).
Diagnosa yang akan muncul pada kasus stroke non hemoragik
dengan menggunakan Standar Diagnosis Keperawatan indonesia dalam
Tim Pokja SDKI DPP PPNI (2017) yaitu :
a. Risiko perpusi selebral tidak efektif dibuktikan dengan embolisme
b. Gangguan integritas kulit/jaringan b.d Penurunan mobilitas
c. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan gangguan
neuromuskular.
d. Resiko jatuh berhubungan dengan gangguan penglihatan.
e. Gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan penurunan
sirkulasi selebral
c. Intervensi Keperawatan

No Diagnosa Keperawatan Luaran Keperawatan Intervensi Keperawatan


1. Risiko perpusi selebral tidak Setalah dilakukan
tindakan Pemantauan Tekanan Intrakranial
Observasi
efektif dibuktikan dengan keperawatan 3x24 jam diharapkan
embolisme tidak terjadirisiko perfusi serebral 1. Identifikasi peningkantan
tidak efektif. tekanan intrakranial
1. Tekanan Intrakranial, 2. Monitor peningkatan TD
menurun 3. Monitor penurunan tingkat
2. Sakit kepala, menurun kesadaran.
3. Gelisah, menurun Terapeutik
4. Kecemasan, menurun 4. Pertahankan posisi kepala dan
leher netral.
5. Berikan periode istirahat antara
tindakan perawatan dan batasi
lamanya prosedur
Edukasi
6. Jelaskan tujuan dan prosedur
pemantauan
7. Informasikan hasil Pemantauan
2. Gangguan integritas kulit/jaringan Setelah dilakukan tindakan Perawatan Integritas Kulit/Jaringan
b.d Penurunan mobilitas keperawatan 3x24 jam, Observasi
diharapkan integritas kulit dan 1. identifikasi penyebab gangguan
jaringan meningkat integritas kulit (misalnya perubahan
1. Elastisitas, meningkat sirkulasi, perubahan status nutrisi,
2. Hidrasi, menurun penurunan kelembaban, suhu
3. Kerusakan lapisan kulit, lingkungan eksterm, penurunan
menurun mobilitas
Terapeutik
1. Ubah posisi setiap 2 jam jika tirah
baring
2. Gunakan produk berbahan
petrolium atau minyak pada kulit
kering
3. Gunakan produk berbahan
ringan/alami dan hipoalergik pada
kulit sensitif
Edukasi

4. Anjurkan menggunakan pelembab


(mis. Lotin, serum)

5. Anjurkan minum air yang cukup

6. Anjurkan menggunakan tabir surya

SPF minimal 30 saat berada diluar

rumah

3. Gangguan mobilitas fisik setelah dilakukan tindakan Dukungan Mobilisasi


berhubungan dengan gangguan keperawatan 3x24 jam, maka Obsevasi:
neuromuskular diharapkan mobilitas fisik 1. Identifikasi adanya nyeri atau
meningkat ditandai dengan kriteria keluhan fisik lainnya
hasil : 2. Identifikasi toleransi fisik
1. Pergerakan ekstermitas, melakukan pergerakan
meningkat 3. Monitor frekuensi jantung dan
2. Kekuatan otot, meningkat tekanan darah sebelum memulai
3. Kaku sendi, menurun mobilisasi
Terapeutik
4. Fasilitasi aktivitas mobiltas
dengan alat bantu
5. Fasilitasi melakukan pergerakan
6. Libatkan keluarga untuk
membantu pasien dalam
meningkatkan pergerakkan
melakukan mobilisasi dini
Edukasi
7. Jelaskan tujuan dan prosedur
ROM Pasif kepada pasien
8. Anjurkan mengubah posisi tiap 2
jam
9. Ajarkan ROM Pasif
Resiko jatuh berhubungan dengan Setelah dilakukan tindakan Pencegahan Jatuh
gangguan penglihatan keperawatan 3x24 jam, keparahan Observasi
dan cedera yang diamati atau 1. Identifikasi faktor risiko jatuh
dilaporkan menurun ditandai (misal usia > 65 tahun, penurunan
dengan kriteria hasil : tingkat kesadaran, defisit kognitif,
1. Kejadian cedera, menurun hipotensi ortostatik, gangguan
2. Luka/lecet menurun keseimbangan, gangguan
3. Perdarahan menurun penglihatan, neuropati).
4. Fraktur, menurun 1. Identifikasi risiko jatuh
setidaknya sekali setiap shift
atau sesuai dengan kebijakan
institusi.
2. Identifikasi faktor lingkungan
yang meningkatkan risiko jatuh
3. Hitung risiko jatuh dengan
menggunakan skala (misal: Fall
Morse Scale, Humpty Dumpty
Scale), jika perlu.
Terapeutik
4. Pastikan roda tempat tidur dan
kursi roda selalu dalam kondisi
terkunci.
5. Pasang handrail tempat tidur.
Edukasi

6. Ajarkan cara menggunakan bel


pemanggil untuk memanggil
perawat
Gangguan komunikasi verbal Setelah dilakukan tindakan Promosi Komunikasi: Defisit Bicara
berhubungan dengan penurunan keperawatan 3x24 jam, maka Observasi
sirkulasi selebral diharapkan komunikasi verbal 1. Monitor kecepatan, tekanan,
meningkat ditandai dengan kriteria kuantitas dan volume
hasil : 2. Monitor proses kognitif,
1. Afesia , menurun anatomis, dan fisiologis yang
2. Disfasia menurun berkaitan dengan bicara (misal :
3. Apraksia, menurun memori, pendengaran, dan
bahasa)
Terapeutik
3. Gunakan komunikasi alternatif
4. Berikan terapi vokal AIUEO
5. Ajarkan bicara perlahan
6. Berikan dukungan
Edukasi
7. Ajarkan pasien dan keluarga
proses kognitif, anatomis, dan
fisiologis yang berhubungan
dengan kemampuan bicara
d. Implementasi Keperawatan
Implementasi keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang
dilakukan oleh perawat untuk membantu pasien dari masalah status
kesehatan yang dihadapi kestatus kesehatan yang baik yang
menggambarkan kriteria hasil yang diharapkan. Proses pelaksanaan
implementasi harus berpusat kepada kebutuhan klien, faktor-faktor lain yang
mempengaruhi kebutuhan keperawatan, strategi implementasi
keperawatan, dan kegiatan komunikasi.(Leniwita & Anggraini, 2019)
e. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi keperawatan adalah perbandingan yang sistematis dan
terencana tentang kesehatan klien dengan tujuan yang telah ditetapkan,
dilakukan dengan cara berkesinambungan dengan melibatkan klien,
keluarga dan tenaga kesehatan lainnya. (ULISTIYAWATI, 2020).

3. TINJAUAN ISLAMI

Salah satu penyakit yang menghantui manusia modern adalah


penyakit stroke. Ia menjadi penyebab kematian tertinggi dan penyebab
kecacatan ketiga di dunia. Sedangkan di Indonesia, stroke tercatat menjadi
penyakit penyebab tertinggi pada kategori penyakit tidak menular dengan
angka 21,1 persen. Hal ini membuat Indonesia menjadi negara dengan
penderita stroke terbanyak di Asia.

Penyakit stroke biasanya terjadi akibat adanya gangguan atau


kerusakan pembuluh otak secara mendadak. Ini bisa terjadi karena adanya
penyumbatan pembuluh darah oleh plak maupun lemak darah. Penyebab
lainnya adalah akibat tekanan darah yang terlalu tinggi. Faktor-faktor tersebut
biasanya dipengaruhi oleh gaya hidup yang tidak sehat, seperti
mengkonsumsi makanan berkolestrol, minuman beralkohol, pola makan tidak
teratur, stress dan lain-lain.
Selama ini, penyakit stroke dipercaya masyarakat tidak bisa
disembuhkan dan dicegah. Padahal menurut mayoritas dokter, penyakit ini
dapat dicegah dan disembuhkan. Hanya saja, lebih mudah untuk mencegah
daripada menyembuhkannya, karena hal itu terkait seberapa parah kondisi
pasien yang mengalami stroke. Pencegahan tersebut dapat dilakukan
melalui gaya hidup sehat.

Sebenarnya, selain pencegahan melalui pola hidup sehat dan


pengobatan medis, penyakit stroke juga dapat diatasi dengan pengobatan
alternatif, yaitu rukyah atau bacaan Al-Quran. Imam al-Ghazali menyebutkan
dalam kitab adz-Dzahabul Ibris bahwa ayat Al-Quran dapat digunakan untuk
sarana pengobatan setengah anggota tubuh yang mati atau dalam dunia
kedokteran biasa disebut hemiparesis.

Ayat Al-Qur’an untuk terapi pengobatan penyakit stroke adalah QS. Al-Hasyr
[59] ayat 22-24 yang berbunyi:

‫س‬ ُ ‫ِي ََلٓ ا ِٰلهَ ا ََِّل ُه َو َۚ ا َ ْل َم ِلكُ ا ْلقُد ُّْو‬ ْ ‫ّٰللاُ الَّذ‬
‫ ه َُو ه‬٢٢ ‫الرحِ ْي ُم‬ َّ ُ‫الرحْ مٰ ن‬ َّ ‫شهَا َد َۚ ِة ه َُو‬
َّ ‫ب َوال‬ ِ ‫ِي ََلٓ ا ِٰله َ ا ََِّل ه َۚ َُو عَا ِل ُم الْغَ ْي‬ْ ‫ّٰللاُ الَّذ‬
‫ه َُو ه‬
‫س َم ۤا ُء‬
ْ َ ‫ئ ا ْل ُمص َِو ُر لَه ُ ْاَل‬ ُ ‫ق ا ْلبَ ِار‬ ُ ‫ّٰللاُ ا ْل َخا ِل‬
‫ ه َُو ه‬٢٣ ‫ع َّما يُش ِْرك ُْو َن‬ ِ ‫سب ْٰحنَ ه‬
َ ‫ّٰللا‬ ُ ‫ار ا ْل ُمتَكَبِ ُۗ ُر‬ُ َّ‫س ٰل ُم ا ْل ُمؤْ مِ ُن ا ْل ُم َهيْمِ نُ ا ْلعَ ِز ْي ُز ا ْل َجب‬
َّ ‫ال‬
٢٤ ࣖ ‫ض َوه َُو ا ْلعَ ِزي ُْز ا ْل َح ِك ْي ُم‬ َۚ ِ ‫ت َو ْاَل َ ْر‬ ِ ‫سمٰ ٰو‬ َ ُ‫ا ْل ُحس ْٰن ُۗى ي‬
َّ ‫سبِ ُح لَ ٗه َما فِى ال‬

“Dialah Allah tidak ada tuhan selain Dia. Yang Mengetahui yang gaib dan yang
nyata, Dialah Yang Maha Pengasih, Maha Penyayang. Dialah Allah tidak ada tuhan
selain Dia. Maharaja, Yang Mahasuci, Yang Mahasejahtera, Yang Menjaga
Keamanan, Pemelihara Keselamatan, Yang Mahaperkasa, Yang Mahakuasa, Yang
Memiliki Segala Keagungan, Mahasuci Allah dari apa yang mereka persekutukan.
Dialah Allah Yang Menciptakan, Yang Mengadakan, Yang Membentuk Rupa, Dia
memiliki nama-nama yang indah. Apa yang di langit dan di bumi bertasbih kepada-
Nya. Dan Dialah Yang Mahaperkasa, Mahabijaksana.”
Lalu baca QS. al-Isra’ [17] ayat 82:

٨٢ ‫ارا‬
ً ‫س‬َ ‫شفَ ۤا ٌء َّو َرحْ َمة ٌ ِل ْل ُمؤْ مِ ِن ْي َۙنَ َو ََل يَ ِز ْي ُد الظهلِمِ ْينَ ا ََِّل َخ‬
ِ ‫َونُنَ ِز ُل مِ نَ ا ْلقُ ْر ٰا ِن َما ه َُو‬

“Dan Kami turunkan dari Al-Qur’an (sesuatu) yang menjadi penawar dan
rahmat bagi orang yang beriman, sedangkan bagi orang yang zalim (Al-Qur’an itu)
hanya akan menambah kerugian.”

Amaliyah ini didapatkan al-Ghazali dari Syekh Ibnu Qutaibah. Beliau


bercerita: “Suatu ketika aku berangkat haji dengan sekelompok orang. Di antara
orang-orang itu, ada seseorang yang sedang mengalami mati separuh anggota
badannya. Ketika melaksanakan tawaf, aku melihat ia sudah sembuh dari
penyakitnya tersebut.”

Kemudian aku bertanya kepadanya karena penasaran, “Semoga Allah Swt


merahmatimu, bagaimana caranya penyakitmu bisa hilang? Bagaimana bisa engkau
terbebas dari mati separuh itu?” Pada saat itu, Ibnu Qutaibah sangat penasaran
bagaimana orang tersebut bisa terlepas dari penyakit hemiparesis yang terkenal
hampir mustahil untuk disembuhkan.

Ia menjawab, “Aku mendatangi sumur zamzam, aku mengambil air darinya


dan aku masukan ke dalam sebuah wadah yang telah aku sediakan. Kemudian aku
menulis dalam sebuah lembaran firman Allah Swt QS. Al-Hasyr [59] ayat 22-24 dan
QS. al-Isra’ [17] ayat 82. Setelah itu, aku lantas berdoa dengan sungguh-sungguh
kepada Allah Swt.”

Aku berdoa, Duhai Allah, sungguh Nabi-Mu Muhammad shalalllahu ‘alaihi


wasallam telah bersabda: “Air zamzam tergantung dari niat orang yang
meminumnya,” dan Al-Qur’an adalah kalam Engkau, sembuhkanlah aku dengan
afiat-Mu. Tulisan ayat Al-Qur’an lalu aku lebur dalam air zamzam, kemudian aku
meminumnya. Tak seberapa lama, dari tangan dan kakiku keluar keringat
bercucuran, lalu penyakit mati separuhku pun sembuh.
Berdasarkan cerita tersebut, Imam al-Ghazali berkesimpulan bahwa QS. Al-
Hasyr [59] ayat 22-24 dan QS. al-Isra’ [17] ayat 82 dapat digunakan sebagai sarana
pengobatan penyakit mati sebelah atau yang lebih dikenal di masa modern sebagai
penyakit stroke (hemiparesis). Amaliyah ini haruslah dilandasi dengan keimanan dan
keyakinan yang kuat kepada Allah Swt.

Terakhir (sebagai catatan bagi pembaca), ayat Al-Qur’an tersebut hanya


berfungsi sebagai washilah kesembuhan, sedangkan yang memberi kesembuhan itu
sendiri adalah Allah Swt. Oleh karena itu, berdoalah dan mengharap kepada-Nya
secara sungguh-sungguh tanpa keraguan. Adapun jikalau penyakit tidak sembuh
pasca berdoa, maka bersabarlah dan terus berusaha, baik secara lahiriyah maupun
batiniyah. Yakinlah bahwa Allah Maha Tahu dengan takdirmu. Wallahu a’lam

E. METODE PENELITIAN
1. Desain Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah quasi
eksperimen dengan desain pre and post test. Jenis penelitian ini adalah
suatu rancangan penelitian yang digunakan untuk mencari hubungan
sebab-akibat dengan adanya keterlibatan penelitian. (Nursalam, 2018)
2. Objek penelitian
Objek penelitian adalah objek yang ditujukan diteliti oleh penulisan objek
yang menjadi pusat perhatian atau sasaran peneliti, untuk kelompok
eksperimen adalah semua pasien Stroke Non Hemoragik yang ada di
RSUD Prof. Dr. Aloei Saboe Kota Gorontalo dengan kriteria
1) Kriteria Inkluasi
a. Pasien yang bersedia menajdi responden
b. Pasien yang memiliki penyakit Stroke Non hemoragik yang di rawat
di RSUD Prof. Dr. Aloei Saboe Kota Gorontalo
c. Pasien dengan kesadaran composmentis
2) Kriteria Eksklusi
a. Pasien yang tidak sadar
3. Teknik pengumpulan data
a. Wawancara
Wawancara adalah metode penggumpulan data yang paling sering
digunakan pada banyak penelitian. Wawancara ditujukan untuk
mendapatkan informasi dari individu yang diwawancarai, oleh karena itu
hubungan asimetris harus tampakan cara pewawancara dengan individu
yang diwawancara. Peneliti melakukan wawancara mengekspresikan
perasaan, persepsi, dan pemikiran dari partisipan.
b. Observasi
Metode observasi adalah metode pengumpulan data tentang perilaku
manusia. Perilaku yang diobservasi mungkin klien atau orang-orang
yang mendapatkan intervensi atau pelayanan atau implementai dari
sebuah kebijakan. Metode observasi ini sering digunakan dalam
penelitian tentang pelayanan kesehatan.
c. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik adalah sebuah proses dari seorang ahli medis
memeriksa tubuh pasien untuk menemukan tanda klinis penyakit.
Pemeriksaan fisik dilakukan secara sistematis, dimulai dari bagian
kepada sampai pada bagian anggota gerak. Pemeriksaan sistematis
disebut Head To Toe.
d. Dokumentasi
Penulis menggunakan pengumpulan data dengan metode studi
dokument karena dokumen dapat memberi informasi tentang situasi
yang tidak dapat diperoleh langsung melalui observasi langsung atau
wawancara.
4. Teknik Analisis Data
Untuk melakukan identifikasi data dilakukan dengan sistem komputer
yang terdiri dari analisis univariat dan analisis bivariat
1) Analisis Univariate
Sebelum dilakukan analisis maka terlebih dahulu dilakukan uji
normalitas, untuk melihat jenis uji statistik yang digunakan, apabila data
terdistribusi normal maka uji statistik yang digunakan parametric, jika
data tidak terdistribusi normal maka uji statistik yang digunakan non
parametric.
Analisis Univarite bertujuan untuk menjelaskan atau mendeskripsikan
univariate dari intervensi Terapi Pemberian Latihan Pemasangan Puzzle
Jigsawa dalam Mneingkatkan Kekuatan otot Ekstermitas Atas di RSUD
Prof. Dr. H. Aloei Saboe Kota Gorontalo
2) Analisis Bivariat
Model analisa data yang dilakukan adalah membandingkan antara
sebelum dan sesudah diberikan intervensi. Data yang telah diperoleh
kemudian dideskripsikan dan diinterpretasikan baik dalam sisi yang
sempit atau sisi yang lebih luas. Sisi yang sempit, hanya dibahas pada
masalah penelitian yang akan dijawab melalui data yang diperoleh
tersebut, sedang sisi yang lebih luas, interpretasinya tidak hanya
menjelaskan hasil dari penelitian, tetapi juga melakukan inferensi atau
generalisasi dari data yang diperoleh melalui penelitian tersebut.
Penelitian Relevan

Metode
No Penulis dan Judul Tujuan Hasil
Penelitian
1. (Kusnanto et al., untuk Quasi Responden
2017) mengidentifikasi Eksperimental berdasarkan
Judul : pengaruh frekuensi
Jigsaw Puzzle bermain puzzle serangan
Improve Fine Motor jigsaw terhadap menunjukan
Abilities of Upper kekuatan otot, bahwa antara
Extremities in Post- gerak ekstensif, kelompok
Stroke Ischemic dan keterampilan intervensi dan
Clients motorik halus kontrol frekuensi
ekstermitas atas. yang sama.
Terlihat dari hasil
uji statistik dengan
p-value 0,366
bahwa tidak
terdapat
perbedaan yang
signifikan antara
kelompok
responden
berdasarkan
frekuensi
serangan.
2. (Akhlish Dzikrullah Bertujuan untuk Metode yang Tn. I 56 tahun
Ahmad & Agung Studi kasus pada digunakan datang ke IGD
Ikhssani, 2021) pasien stroke adalah Rumah Sakit
Judul : non hemoragik menggunakan Umum Daerah
Case Report : Mr. I studi kasus Abdoel Moeloek
56 years old with (RSAM)
Stroke Non merupakan
Hemoragic rujukan RS tipe C
dengan keluhan
kebas di tubuh
sebelah kiri sejak
5 hari SMRS.
Pada 5 hari
sebelum masuk
rumah sakit
setelah
mengalami kebas
pasien berobat
dan di
dapatkan tensi
220/100, dan
pada sore harinya
pasien langsung
dirujuk ke IGD
RSAM. Di
IGD pasien
mendapatkan
tatalaksana
berupa citicolin
250 mg/12 jam,
ranitidin injeksi/ 12
jam
3. (Nursyiham et al., Tujuan penelitian Desain Hasil penelitian
2019) ini adalah penelitian menunjukkan
Judul : memberikan adalah studi kedua pasien
Asuhan gambaran kasus berupa mengalami
keperawatan asuhan pendekatan kelemahan
pemenuhan keperawatan asuhan ekstremitas kanan
kebutuhan pemenuhan keperawatan yang
mobilisasi pada kebutuhan pada dua menyebabkan
pasien stroke non mobilitas fisik orang pasien gangguan
hemoragik di RSKD pada pasien stroke non mobilitas fisik dan
Dadi Makasar stroke di RSKD hemoragik defisit perawatan
Dadi Makassar diri total.
Intervensi
keperawatan pada
pasien meliputi
dukungan
ambulasi,
dukungan
mobilisasi, latihan
rentang gerak dan
bantuan
perawatan dir
4. (Suwaryo et al., Penelitian ini Hasil pengkajian
2021) menggunakan kepada tiga
Judul : rancangan pasien
Penerapan Terapi studi kasus didapatkan data
Cermin Untuk kepada 3 meliputi
Meningkatkan pasien stroke pengkajian yang
Kekuatan Otot non dilakukan dengan
Pada Pasien Stroke hemoragik. anamnesa
Non Hemoragik langsung kepada
pasien. Pasien
pertama,
perempuan
didapatkan
keluhan lemah
pada ekstremitas
kiri dengan
kekuatan otot 3,
tekanan darah
160/76 mmHg,
nadi 103 x/menit,
suhu 36.7oC, dan
pernapasan 22
x/menit. Pasien
memiliki Riwayat
penyakit
hipertensi, dan
sudah menderita
stroke selama 1,5
tahun. Pada
pasien kedua
yaitu laki-laki juga
didapatkan ada
kelemahan pada
anggota gerak
atas sebelah kiri
dengan kekuatan
otot 2, tekanan
darah 150/90
mmHg, nadi 115
x/menit, suhu
36,7oC dan
pernapasan 20
x/menit.
5. (Pratiwi et al., tujuan Metode yang Hasil yang
2022) dilakukannya digunakan diperoleh dalam
Judul : kegiatan ini dalam kegiatan ini,
Metode Position untuk melatih kegiatan ini peserta mampu
Intruction, Puzzle para caregiver adalah memahami dan
(PIP) sebagai dalam merawat pelatihan melakukan latihan
upaya anggota terpimpin perawatan stroke
peningkatakan keluarga dengan selama 3 menggunakan
kualitas hidup stroke di rumah. minggu metode PIP dalam
pasien stroke dengan perawatan pasien
melibatkan stroke.
mitra
komunitas
bebas stroke
yang berada
pada wilayah
kerja
kelurahan
Umbansari.
Hasil
BAB III
GAMBARAN KASUS

A. DATA KASUS KELOLAAN

Tabel 1.1 Data Klien

No Kasus 1 Kasus 2 Kasus 4 Kasus 5 Kasus 6


Nama Tn. M.U Tn. I.T Tn. R.P Ny. R.M Ny. M.S
Diagnosa Stroke Non Hemipegi ec Storke Stroke Non Hemoragik Hemiparase Susp Stroke Non
Medis Hemoragik Non Hemoragik dd Stroke Hemoragik SNH dd SH Hemoragik
Diagnosa Afarisia Sensorik +
Susp Pneumonia Hipertensi Hipertensi Hipertensi
Sekunder Hipertensi
Keluarga klien Keluarga klien
Keluarga klien
mengatakan klien mengatakan memiliki Klien memiliki riwayat
Riwayat mengatakan klien Klien memiliki riwayat
memiliki riwayat riwayat penyakit penyakit hipertensi
Kesehatan memiliki riwayat penyakit hipertensi
penyakit Hipertensi dan hipertensi dan diabetes yang tidak terkontrol
penyakit Hipertensi
Diabetes Militus militus
Kekuatan 5 3 5 4 4 5 4 5 5 4
Otot 5 3 5 4 3 5 4 5 5 4
1. Hasil 1. Hasil Laboratoium 1. Hasil 1. Hasil 1. Hasil
Laboratorium Hematologi Laboratorium Laboratorim Laboratorium
Hematologi - HB : 9,0 g/dl Hematologi Hematologi Hematologi
Pemeriksaan
Penunjang
- HB : 16,0 g/dl, - Eritrosit : 2,96 - Hemoglobin : 8,0 - Hemoglobin : 16,4 - Hemoglobin : 12,0
- Eritrosit : 5,54 Juta/Ul g/dl g/dl g/dl
juta/uL - Hematokrit : 26,0% - Eritrosit : 3,62 - Eritrosit : 4,89 - Eritrosit : 4,86
- Hematokrit : - Leukosit : 10,2 Juta/dl juta/dl Juta/ul
49,0%, ribu/Ul - Hematokrit : 25% - Hematokrit : 47% - Hematokrit :
- Leukosit : 9,8 - Trombosit : 243 - Leukosit : 8,5ribu/dl - Leukosit 9,1 38,2%
ribu/uL ribu/Ul - Trombosit : 262 ribu/dl - Leukosit :
- Trombosit : ribu/dl - Trombosit : 268 9,3ribu/dl
Kimia Darah
150ribu/uL ribu/dl - Trombosit : 361
Kolestrol Total : Kimia Darah
ribu/dl
Kimia Darah 140 mg/Dl Ureum : 48 mg/dl Kimia Darah
Ureum : 59 mg/dl HDL : 40 mg/dl Kreatinin : 2,3 mg/d Lemak Darah Kimia Darah
Kreatinin : 1,4 LDL : 73 mg/dl - Kolestrol Total :
Glukosa Darah - Fungsi Ginjal
mg/dl Trigliserida : 137 229 mg/dl
Glukosa Sewaktu : Ureum : 14 mg/dl
mg/dl - HDL : 55 mg/dl
Glukosa Darah 180 mg/dl Kreatinin : 0,7
- LDL : 152 mg/dl
Glukosa Sewaktu Fungsi Ginjal mg/dl
Elektrolit - Trigliserida : 110
: 194 mg/dL Ureum : 101 mg/dl - Glukosa Darah
Na : 145 mmol/l mg/dl
Kreatinin : 1,9 Glukosa Sewaktu :
K : 2,5 mmol/l Funsi Ginjal
2. Hasil ST-Scan mg/dl 78 mg/dl
Cl : 103 mmol/l - Ureum : 39 mg/dl
- Higroma Subdural Glukosa Darah - Kreatinin : 0,9 Elektrolit
bilateral 2. Hasil ST-Scan
Glukosa Sewaktu : MG/DL
- Infark celebri - Na : 141 mmol/l
130 mg/dl - Multiple infark
sinistra Glukosa Darah - K : 3,9 mmol/l
lacunar celebri
- Brain swelling - Glukosa Sewaktu : - Cl : 104 mmol/l
2. Hasil ST-Scan bilateral
120 mg/dl
- Infark embolic - Celebral atrophy
3. Hasil Rotgen
celebri dextra Elektrolit 2. Hasil ST-Scan
- Pneumonia dextra 1. Hasil Rotgen
- Chronic infark - Na : 142 mmol/l - Infark lacunar
celebri dextra - Tidak Ada - K : 4,4 mmol celeberi bilateral
- Brain atrofi celebri - Cl : 105 mmol/l dominan dextra
sinistra dengan
hydrocephalus ex 2.Hasil ST-Scan 3. Hasil Rotgen
vacuo - Multiple Infark - Tidak Ada
lacunar celebri
3. Hasil Rotgen bilateral
- Broncopneumonia
Dextra 3. Hasil Rotgen
- Tidak ada
- Citicoline - RL + Farbion 20 - Nacl 0,9% 20 - RL + Nacl 0,9% - RL 20 tpm
2X500MG tpm tpm 20 tpm - Piracetam
- CPG 1X1/Iv - Omeprazole - Ranitidine 2x1 - Citicoline 2x500 2x30gr/IV
- Poristin 2x3gr 1x40mg - Citicoline mg - Citicoline
- Manitol 3x1/8 - Citicoline 2x500mg - Amlodiphin 2x500mg/IV
Jam 2x500mg - Sincobal 1x5mg - Kalnex 1x1
- Betahistine 3x1 - Cefriaxone 2x500mg - Sincobal : aml/IV
Obat-obatan 2x1mg 2x500mg - Aspilet Tab
- Paracetamol 3x1 - Piracetam 1x8mg/P.O
tablet 2x30gr/IV - Flunarizin tab
- Aspilet Tab 2x10mg/P.O
1x8mg - Ranitidine 2x1
- Methylprednisol
on 3x4mg
- CPG 1x1/IV
Hari Rawat
5 3 3 5 7
Ke
BAB IV
PELAKSANAAN INTERVENSI KEPERAWATAN

Intervensi inovasi yang dilakukan pada pasien adalah latihan


pemasangan Puzzle Jigsaw terhadap peningkatan ekstermitas atas di RSUD
Prof. Dr. H. Aloei Saboe. Intervensi ini dilakukan selama 3 hari. Adapun Konsep
Intervensi inovasi sebagai berikut :

1. Diagnosa Keperawatan :
Gangguan Mobilitas Fisik
2. Intervensi Inovasi
Pasien yang mengalami keterbatasan fisik akibat hemiplegi atau
hemiparese, tidak mampu memenuhi kebutuhan aktivitas perlu diberi
latihan rentang gerak sesuai kondisi guna memperbaiki kemampuan otot
untuk berkonstraksi ataupun relaksasi. Dengan memberikan latihan yang
ditingkatkan diharapkan bisa mendapat hasil yang lebih baik. Proses
kontraksi otot terjadi akibat dari interaksi antara actin dan myson,
sehingga otot mampu berkontraksi. Otot bekerja dengan cara berkontrasi
sehingga otot akan memendek, mengeras dan baian tengahnya
menggelembung (membesar) karena memendek maka tulang yang
dilekati oleh oto tersebut akan tertarik atau terangkat. Keadaan ini dikenal
dengan kekuatan otot. Strenght otot lengan atau kekuatan oto lengan
merupakan sumber dasar dalam melakukan semua kegiatan aktivitas
kehidupan pasien.
Terkait hal tersebut maka diperlukan perawatan yang tepat untuk
meningkatkan kekuatan otot ekstermitas atas pada pasien stroke berupa
latihan-latihan otot seperti melakukan pemasangan Puzzle Jigsaw.

Berikut hasil intervensi pada pasien Tn. M.U, Tn. I.T, da, Tn. R.P,
Ny. R.M, Ny. M.S selama 3 hari implementasi.
Tabel 1.4
Evaluasi Hasil Intervensi pasien Kelolaan

Hasil Terapi
No. Nama Pasien Kekuatan Otot
Sebelum Sesudah

Hari Pertama 5 3 5 3
5 3 5 3
1. Tn. M.U Hari Kedua 5 3 5 3
5 3 5 3
Hari Ketiga 5 3 5 3
5 3 5 3
Hari Pertama 5 4 5 4
5 4 5 4

2. Tn. I.T Hari Kedua 5 4 5 4


5 4 5 4

Hari Ketiga 5 4 5 5
5 4 5 4

Hari Pertama 4 5 4 5
3 5 3 5

3. Tn. R.P Hari Kedua 4 5 4 5


3 5 3 5

Hari Ketiga 4 5 4 5
3 5 3 5
Hari Pertama 4 5 4 5
4 5 4 5
4. Ny. R.M Hari Kedua 4 5 4 5
4 5 4 5
Hari Ketiga 4 5 4 5
4 5 4 5

Hari Pertama 5 4 5 4
5 4 5 4
5. Ny. M.S Hari Kedua 5 4 5 4
5 4 5 4
Hari Ketiga 5 4 5 4
5 4 5 4
Tabel 1.5
Implementasi Pada Pasien Kelolaan

No. Tanggal / Jam Implementasi Evaluasi


Kasus 28 Desember Terapi Pemasangan Puzzle Jigsaw S : - Keluarga klien mengatakan klien masih
1 2022 1. Mengecek tanda-tanda vital mengeluh lemah di area tangan dan kaki sebelah
Hasil : kanan
Tekanan Darah : 130/90 mmHg
Frekuensi Nadi : 98x/menit O : - Keadaan umum klien baik
Frekuensi Nafas : 20x/menit - Klien mengalami kelemahan di bagian
Suhu Tubuh : 36,0 tangan dan kaki kanan
2. Menjelaskan tujuan dan prosedur pelaksanaan
terapi puzzle jigsaw A : - Masalah Gangguan mobilitas fisik belum
Hasil : teratasi
Klien dan keluarga mengerti dengan penjelasan
pemasangan puzzle jigsaw P : Lanjutkan Intervensi
3. Memonitor kekuatan otot sebelum dilakukan
terapi pemasangan puzzle jigsaw
Hasil :
Kekuatan otot :
5 3
5 3
4. Memonitor kekuatan otot setelah dilakukan
terapi pemasangan puzzle jigsaw
Hasil : 5 3
Kekuatan otot : 5 3
2. 04 Januari Terapi Pemasangan Puzzle Jigsaw S : - Keluarga klien mengatakan klien masih
2023 mengeluh lemah di area tangan dan kaki sebelah
1. Mengecek tanda-tanda vital kanan
Hasil :
Tekanan Darah : 150/90 mmHg O : - Keadaan umum klien baik
Frekuensi Nadi : 95x/menit - Klien mengalami kelemahan di bagian
Frekuensi Nafas : 20x/menit tangan dan kaki kanan
Suhu Tubuh : 36,3
2. Menjelaskan tujuan dan prosedur pelaksanaan A : - Masalah Gangguan mobilitas fisik belum
terapi puzzle jigsaw teratasi
Hasil :
Klien dan keluarga mengerti dengan penjelasan P : Lanjutkan Intervensi
pemasangan puzzle jigsaw
3. Memonitor kekuatan otot sebelum dilakukan
terapi pemasangan puzzle jigsaw
Hasil :
Kekuatan otot :
5 4
5 4

4. Memonitor kekuatan otot setelah dilakukan


terapi pemasangan puzzle jigsaw
Hasil :
Kekuatan otot :
5 4
5 4
3. 04 Januari Terapi Pemasangan Puzzle Jigsaw S : - Keluarga klien mengatakan klien masih
2023 1. Mengecek tanda-tanda vital mengeluh lemah di area tangan dan kaki sebelah
Hasil : kanan
Tekanan Darah : 140/80 mmHg
Frekuensi Nadi : 97x/menit O : - Keadaan umum klien baik
Frekuensi Nafas : 20x/menit - Klien mengalami kelemahan di bagian
Suhu Tubuh : 36,5 tangan dan kaki kiri
2. Menjelaskan tujuan dan prosedur pelaksanaan
terapi puzzle jigsaw A : - Masalah Gangguan mobilitas fisik belum
Hasil : teratasi
Klien dan keluarga mengerti dengan penjelasan
pemasangan puzzle jigsaw P : Lanjutkan Intervensi
3. Memonitor kekuatan otot sebelum dilakukan
terapi pemasangan puzzle jigsaw
Hasil :
Kekuatan otot :
4 5
3 5

4. Memonitor kekuatan otot setelah dilakukan


terapi pemasangan puzzle jigsaw
Hasil :
Kekuatan otot :
4 5
3 5
4. 16 Januari Terapi Pemasangan Puzzle Jigsaw S : - Keluarga klien mengatakan klien masih
2023 1. Mengecek tanda-tanda vital mengeluh lemah di area tangan dan kaki sebelah
Hasil : kanan
Tekanan Darah : 150/90 mmHg
Frekuensi Nadi : 98x/menit O : - Keadaan umum klien baik
Frekuensi Nafas : 20x/menit - Klien mengalami kelemahan di bagian
Suhu Tubuh : 36,0 tangan dan kaki kiri
2. Menjelaskan tujuan dan prosedur pelaksanaan
terapi puzzle jigsaw A : - Masalah Gangguan mobilitas fisik belum
Hasil : teratasi
Klien dan keluarga mengerti dengan penjelasan
pemasangan puzzle jigsaw P : Lanjutkan Intervensi
3. Memonitor kekuatan otot sebelum dilakukan
terapi pemasangan puzzle jigsaw
Hasil :
Kekuatan otot :
4 5
4 5
4. Memonitor kekuatan otot setelah dilakukan
terapi pemasangan puzzle jigsaw
4 5
4 5
5 16 Januari Terapi Pemasangan Puzzle Jigsaw S : - Keluarga klien mengatakan klien masih
2023 1. Mengecek tanda-tanda vital mengeluh lemah di area tangan dan kaki sebelah
Hasil : kanan
Tekanan Darah : 130/80 mmHg
Frekuensi Nadi : 89x/menit O : - Keadaan umum klien baik
Frekuensi Nafas : 20x/menit - Klien mengalami kelemahan di bagian
Suhu Tubuh : 36,7 tangan dan kaki kanan
2. Menjelaskan tujuan dan prosedur pelaksanaan
terapi puzzle jigsaw A : - Masalah Gangguan mobilitas fisik belum
Hasil : teratasi
Klien dan keluarga mengerti dengan penjelasan
pemasangan puzzle jigsaw P : Lanjutkan Intervensi
3. Memonitor kekuatan otot sebelum dilakukan
terapi pemasangan puzzle jigsaw
Hasil :
Kekuatan otot :
5 4
5 4

4. Memonitor kekuatan otot setelah dilakukan


terapi pemasangan puzzle jigsaw
Hasil :
Kekuatan Otot :
5 4
5 4
BAB V
PEMBAHASAN

A. ANALISIS DAN DISKUSI HASIL

Pelaksanaan intervensi yang dilakukan pada pasien dengan masalah


Gangguan Mobilitas Fisik adalah dengan terapi pemasangan Puzzle Jigsaw yang
dilakukan selama 3 hari berturut-turut pada Kasus 1 Tn. M.U yang dimulai dari
tanggal 28-desember-2022 sampai tanggal 31 Desember 2022 di Ruang HCU
Noni Laki-laki, pada kasus 2 Tn. I.T yang dimulai dari tanggal 04 Januari 2023
sampai tanggal 07 Januari 2023 Diruang HCU Infeksi laki-laki, pada kasus 3 Tn.
R.P dimulai pada tanggal 04 Januari 2023 sampai 07 Januari 2023 di Ruang
HCU Noni laki-laki, pada kasus 4 Ny. R.M dimulai pada tanggal 16 Januari 2023
sampai pada tanggal 19 Januari 2023 di Ruang Neuro, pada kasus 5 Ny. M.S
dimulai pada tanggal 16 januari 2023 sampai pada tanggal 19 januari 2023.

Dari hasil intervensi inovasi pemasangan Puzzle Jigsaw didapatkan hasil


terjadi perubahan pada kekuatan otot hanya ada pada Tn. I.T didapatkan
peningkatan pada evaluasi hari ketiga intervensi dimana terjadi peningkatan
kekuatan otot menjadi 5/4 yang artinya ada peningkatan dengan Menggunakan
MMAS (Modified Muscle Assessment Scale) didapatkan hasil klien hanya
mampu mengangkat bagian atas puzzle dan letakkan kembali. (Pasien meraih ke
depan sepanjang lengan, angkat bagian atas puzzle, lepaskan kembali ke bagian
meja yang dekat dengan tubuh pasien).

Berdasarkan hasil ukur yang telah dilakukan setelah latihan pemasangan


Puzzle Jigsaw didapatkan adanya perubahan jarak rentang gerak pada jari klien
sedangkan untuk kekuatan otot dan gerakan motorik halus klien belum ada
perubahan.

Serangan Stroke dapat menimbulkan cacat fisik yang permanen. Cacat


fisik dapat mengakibatkan seseorang kurang produktif. Oleh karena itu pasien
stroke memerlukan rehabilitasi untuk meminimalkan cacat fisik agar dapat
menjalani aktivitasnya secara normal. Rehabilitas harus dimulai sedini mungkin
secara cepat dan tepat sehingga dapat membantu pemulihan fisik yang lebih
cepat dan optimal, serta menghindari kelemahan otot dan gangguan lain.
Gangguan sensoris dan motorik post stroke mengakibatkan gangguan
keseimbangan termasuk kelemahan otot, tonus otot, dan gangguan fungsi
motorik. Fungsi yang hilang akibat gangguan kontrol motorik pasien stroke
mengakibatkan hilangnya koordinasi, hilangnya kemampuan keseimbangan
tubuh dan postur (kemampuan untuk mempertahankan posisi tertentu).(Wahyuni,
2017)

B. KETERBATASAN PENELITIAN

Penyusunan Karya Ilmiah Akhir Ners (KIAN) baru pertama kali dilakukan
oleh peneliti sehingga hasil dari Karya Ilmiah Akhir Ners ini memiliki beberapa
keterbatasan :

1. Subjek yang diteliti yaitu lansia, lansia yang memiliki penyakit Stroke
Non Hemoragik sehingga saat peneliti melakukan melakukan
penelitian harus benar-benar teliti dan membutuhkan waktu yang
lama untuk mendapatkan hasil yang maksimal
2. Kurangnya waktu dalam penelitian dan penyusunan laporan Karya
Ilmiah Akhir Ners (KIAN)
3. Selain itu Stroke Non Hemoragik dengan Gangguan Mobilitas Fisik
merupakan penyakit yang sulit sehingga pembanding kasus peneliti
hanya mengambil 5 pasien kelolaan.
BAB VI
PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Berdasarkan analisis kasus pasien kelolaan pada klien dengan
diagnosa medis Stroke Non Hemoragik penulis dapat menarik
kesimpulan sebagai berikut :
Perubahan pada kekuatan otot hanya ada pada Tn. I.T
didapatkan peningkatan pada evaluasi hari ketiga implementasi
dimana terjadi peningkatan kekuatan otot menjadi 5/4 yang
artinya ada peningkatan dengan Menggunakan MMAS (Modified
Muscle Assessment Scale) didapatkan hasil klien hanya mampu
mengangkat bagian atas puzzle dan letakkan kembali. (Pasien
meraih ke depan sepanjang lengan, angkat bagian atas puzzle,
lepaskan kembali ke bagian meja yang dekat dengan tubuh
pasien).
2. Diagnosa Keperawatan yang didapatkan dari ke-5 pasien kelolaan
Stroke Non Hemoragik adalah Gangguan Mobilitas Fisik.
3. Pada hasil analisis intervensi pemberian terapi latihan pemasangan
Puzzle Jigsaw pada pasien kelolaan stroke non hemoragik ada
salah satu pasien yang mengalami peningkatan yang cukup baik
meskipun hanya teratasi sebagian.
B. Saran
Dalam analisis ini ada beberapa saran yang disampaikan yang
kiranya bermanfaat dalam pelayanan keperawatan khususnya
penatalaksanaan latiha pemasangan Puzzle Jigsaw pada pasien dengan
stroke non hemoragik yang mengalami kelemahan otot sebagaia berikut :
1) Bagi Rumah Sakit
Diharapkan RSUD Prof. Dr. H. Aloei Saboe Kota Gorontalo
khususnya di ruang HCU dan di Ruang Neuro dapat mampu
memberikan inovasi-inovasi keperawatan dalam memberikan
pelayanan kesehatan secara non farmakologi seperti yang telah
dilakukan dalam pemeberian pemasangan Puzzle Jigsaw pada klien
dengan kelemahan otot ekstermitas aras yang bisa bermanfaat untuk
melatih koordinasi, konsentrasi, dan kontraksi otot pada ekstermitas
atas yang mengalami kelemahan.
2) Bagi Institusi
Memperbanyak belajar mengenai inovasi untuk keperawatan mandiri
yang dapat diberikan kepada pasien sesuai dengan masalah
keperawatan yang dialami sehingga tidak hanya berfokus pada
pembelajaran keperawatan secara farmakologi.
3) Bagi Perawat
Perawat hendaknya inovatif dengan meningkatkan kapasitas dirinya
dengan berinovasi pada terapi modalitas dan tidak terpaku pada
tindakan advis medis saja.
4) Bagi Pasien
Diharapkan pasien dan keluarga memiliki pengetahuan mengenai
kesehatan sehingga dapat mengetahui apa yang perlu dilakukan
dalam upaya untuk meningkatkan kualitas kesehatan didalam
keluarga, seperti menngatur pola makan, olahraga, tidur dan istirahat,
sering melakukan pengecekkan kesehatan, dan sering melatih
anggota gerak yang mengalami kelemahan.
DAFTAR PUSTAKA

Afandy, I., & Wiriatarina, J. (2018). Analisis Praktik Klinik Keperawatan Tn. B
dengan Diagnosa Stroke Non Hemoragik (SNH) dengan Pemberian
Pelatihan Pemasangan Puzzle Jigsaw terhadap Peningkatan Kekuatan Otot
Ekstremitas Atas di Ruang Stroke Center RSUD Abdul Wahab Sjahranie
Samarinda Tahun.

AFINA AGMA FAZALINA S.Kep. (2022). ANALISIS PRAKTIK KLINIK


KEPERAWATAN PADA PASIEN STROKE NON HEMORAGIK DENGAN
INTERVENSI TERAPI GERAK DENGAN METODE BOBATH TERHADAP
TINGKAT KEMANDIRIAN DI KOTA SAMARINDA. ‫הארץ‬, 8.5.2017, 2003–
2005.

Akhlish Dzikrullah Ahmad, & Agung Ikhssani. (2021). Case Report : Mr. I 56
years old with Stroke Non Hemoragic. Jurnal Teknologi Kesehatan Borneo,
2(2), 84–90. https://doi.org/10.30602/jtkb.v2i2.39

Devi, A. B. C. (2020). Pengaruh Media Jigsaw Puzzle Terhadap Kemampuan


Menghafal Huruf Hijaiyah Anak Usia 5-6 Tahun Di TK Angkasa Pekanbaru.
1–85.

Gorontalo, 2018. (n.d.). LAPORAN PROVINSI GORONTALO RISKESDAS 2018.

Henri. (2018). Stroke Non Hemoragik. Angewandte Chemie International Edition,


6(11), 951–952., 7–27.

Kusnanto, K., Prajayanti, E. D., & Harmayetty, H. (2017). Jigsaw Puzzle Improve
Fine Motor Abilities of Upper Extremities in Post-Stroke Ischemic Clients.
Jurnal Ners, 12(1), 142–150. https://doi.org/10.20473/jn.v12i1.2790

Leniwita, H., & Anggraini, Y. (2019). Modul dokumentasi keperawatan. Fakultas


Vokasi Universitas Kristen Indonesia, 1–182.
http://eprints.ukh.ac.id/id/eprint/694/1/MODUL AJAR DOKUMENTASI
KEPERAWATAN.pdf

Nursalam. (2018). 75 Konsep dan penerapan metodologi.pdf. In Konsep dan


Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan.
Nursyiham, Ardi, M., & Basri, M. (2019). Asuhan keperawatan Pemennuhan
Kebutuhan Mobilitas Fisik pada Pasien Stroke Non Hemoragik di RSKD
DADI Makssar. Jurnal Media Keperawatan, 10(01), 59–66.
http://journal.poltekkes-
mks.ac.id/ojs2/index.php/mediakeperawatan/article/download/1555/pdf

Pratiwi, P. I., Malfasari, E., Lestari, A., Febryanti, A., & Yunita, A. E. (2022).
METODE POSITION , INSTRUCTION , PUZZLE ( PIP ) SEBAGAI UPAYA.
5(2), 333–339.

Skripsi%20Rosiani. (n.d.).

Suwaryo, P. A. W., Levia, L., & Waladani, B. (2021). Penerapan Terapi Cermin
Untuk Meningkatkan Kekuatan Otot Pada Pasien Stroke Non Hemoragik.
Journal of Borneo Holistic Health, 4(2), 127–135.
https://doi.org/10.35334/borticalth.v4i2.2263

ULISTIYAWATI. (2020). ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN


STROKE NON HEMORAGIK YANG DI RAWAT DI RUMAH SAKIT. In Kaos
GL Dergisi (Vol. 8, Issue 75). https://doi.org/10.1016/j.jnc.2020.125798

Wahyuni, H. (2017). Analisis praktik klinik Keperawatan Pada Pasin Stroke Non
Hemoragik Dengan Intervensi Inovasi Mobilisasi Dini Terhadap Tonus Otot,
Kekuatan Otot, dan Kemampuan MotorikFungsional di Ruang Stroke Center
Afi RSUD Abdul Wahab Sjahranie Samarinda. Ilmu Kesehatan
Muhammadiyah Samarinda.

YAYUK HANDAYANI, . S.KEP. (2019). ANALISIS PRAKTIK KLINIK


KEPERAWATAN PADA PASIEN STROKE NON HEMORAGIK DENGAN
INTERVENSI INOVASI LATIHAN OTOT INSTRINSIK DAN EKSTRINSIK
EKSTREMITAS ATAS UNTUK MENINGKATKAN KEKUATAN OTOT
TANGAN DI RUANG STROKE CENTER RSUD A. WAHAB SJAHRANIE
SAMARINDA. Carbohydrate Polymers, 6(1), 5–10.
Lampiran 1

STANDAR OPERASIONAL PROSEDURAL

SOP TERAPI PEMASANGAN PUZZLE JIGSAW


Puzzle merupakan permainan mencocokan dan
material lain untuk mengajarkan seperti mengenal
Pengertian
bentuk, ukuran, jumlah, warna , kesamaan perbedaan,
berhitung, mengurutkan dan megelompokan.
1) Untuk Melatih kesabaran
2) Untuk melatih ketangkasan mata dan tangan
Tujuan 3) Untuk merangsang sirkulasi darah
4) Untuk mencegah kelainan bentuk
5) Untuk memelihara dan meningkatkan kekuatan otot
1) Menyapa dan memberi salam
2) Memperkenalkan diri
3) Mengidentifikasi identitas klien
4) Memberi petunjuk kepada klien untuk bermain
Persiapan
5) Menjelaskan tentang prosedur tindakan yang akan
dilakukan, berikan kesempatan kepada keluarga
untuk bertanya
6) Mengatur posisi klien senyaman mungkin
1) Memberi tahu kepada keluarga klien bahwa
prosedur akan dimulai
2) Mempersiapkan klien untuk melakukan permainan
sendiri atau dibantu
3) Siapkan peralatan yang diperlukan
4) Cuci tangan 6 langkah
Cara Kerja
5) Memposisikan pasien untuk duduk atau semi fowler
jika memungkinkan
6) Kaji kekuatan otot tangan pasien sebelum dilakukan
intervensi pada ekstermitas atas
7) Menanyakan perasaan klien setelah bermain
8) Menanyakan perasaan dan pendapat keluarga
tentang permainan
Lampiran 2

LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:


Nama :
Alamat :
Umur :
Saya telah diminta memberikan persetujuan untuk berperan serta dalam
penelitian “Analisis Praktik Klinik Keperawatan Pada Pasien Stroke Non Hemoragik
Dengan Pemberian Latihan Pemasangan Puzzle Jigsaw Terhadap Peningkatan
Kekuatan Otot Ekstermitas Atas RSUD Prof. Dr. H. Aloei Saboe Kota Gorontalo”
yang dilakukan oleh Riyana Nur Ridwan Adam, S.Kep. Oleh peneliti, saya
diminta menjadi responden dan saya mengerti bahwa catatan atau data
mengenai penelitian ini akan dirahasiakan. Kerahasian ini akan dijamin selegal
mungkin, semua berkas yang dicantumkan identitas subjek penelitian akan
digunakan dalam data. Saya mengerti bahwa saya berhak menolak untuk
berperan serta dalam penelitian ini atau mengundurkan diri dari penelitian setiap
saat tanpa adanya sanksi atau kehilangan hak-hak saya. Demikian secara
sukarela dan tidak ada unsur paksaan dari siapapun, saya bersedia berperan
serta dalam penelitian ini.

Gorontalo, Desember 2022

Responden

(……………..)
Lampiran 3

DOKUEMNTASI

RESPONDEN 1 RESPONDEN 2

RESPONDEN 3 RESPONDEN 4

RESPONDEN 5

Anda mungkin juga menyukai