Kian Riyana 1
Kian Riyana 1
saya menyatakan bahwa karya ilmiah akhir ners dengan judul Analisis Praktik
Klinik Keperawatan Pada Pasien Stroke Non Hemoragik dengan Pemberian
Latihan Pemasangan Puzzle Jigsaw terhadap Peningkatan Kekuatan Otot
Ekstermitas Atas RSUD PROF. DR. H. ALOEI SABOE KOTA GORONTALO
adalah karya saya dibawah arahan dari komisi pembimbing. Kian ini belum pernah
diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun dan bebas dari
unsur plagiat. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya oleh penulis
lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka dengan
jelas sesuai dengan norma, kaidah dan etika penulisan buku pedoman penulisan
karya imiah Universitas Muhammadiyah Gorontalo. Apabila dikemudian hari
ditemukan unsur-unsur plagiat. Pada karya ilmiah ini maka saya bersedia menerima
sanksi hukum dan akademik sesuai ketentuan perundang-undangan yang berlaku.
A. Latar Belakang
Berdasarkan data yang diambil dari RSUD Prof. Dr. H. Aloei Saboe
Kota gorontalo didapatkan pasien stroke pada tahun 2019 berjumlah 67 Jiwa
pada tahun 2020 berjumlah 20 jiwa, pasien yang dengan Stroke Non
Hemoragik pada tahun 2019 berjumlah 470 jiwa, pada tahun 2020 berjumlah
331 jiwa, dan pada tahun 2021 berjumlah 353 jiwa. Sedangkan pasien yang
dengan stroke Hemoragik pada tahun 2019 berjumlah 172 jiwa, pada tahun
2020 berjumlah 20 jiwa, dan pada tahun 2021 berjumlah 99 jiwa.
Banyak faktor yang menyebabkan pasien stroke menjadi tergantung
dengan orang lain dan menjadi tidak mandiri dalam memenuhi kebutuhannya
dan dalam melakukan aktifitas sehari-hari, diantaranya adalah adanya
keterbatasan fungsional anggota gerak atas (AGA) yang mengalami
kelemahan akibat stroke. Stroke menyebabkan berbagai defisit neurologis
salah satunya terjadi pada defisit motorik. Disfungsi motorik paling umum
adalah paralisis pada salah satu sisi atau hemiplegia karena lesi pada sisi
otak yang berlawanan. Diawal tahapan stroke, gambaran klinis yang muncul
adalah paralisis dan hilang atau menurunnya refleks tendon dalam atau
penurunan kekuatan otot untuk melakukan pergerakkan, apabila refleks
tendon dalam ini muncul kembali biasanya dalam waktu 48 jam, peningkatan
tonus disertai dengan spastisitas atau peningkatan tonus otot abnormal pada
ekstremitas yang terkena dapat dilihat. Sehingga dibutuhkan beberapa
penanganan untuk mengatasi masalah jika pasien sudah mengalami
kelemahan otot.(Afandy, I., & Wiriatarina, 2018)
Stroke dapat menimbulkan berbagai tingkat gangguan, seperti
penurunan tonus otot, hilangnya sensibilitasi pada sebagian anggota
tubuh,menurunnya kemampuan untuk menggerakan anggota tubuh yang
sakit dan ketidakmampuan dalam hal melakukan aktivitas tertentu. Pasien
stroke yang mengalami kelemahan pada satu sisi anggota tubuh disebabkan
oleh karena penurunan tonus otot, sehingga tidak mampu menggerakan
tubuhnya (imobilisasi). Imobilisasi yang tidak mendapatkan penanganan
yang tepat, akan menimbulkan komplikasi berupa abnormalitas tonus,
orthostatic hypotension, deep vein thrombosis dan kontraktur(YAYUK
HANDAYANI, 2019)
Cara untuk meminimalkan kecacatan setelah serangan stroke adalah
dengan rehabilitasi. Rehabilitasi penderita stroke salah satunya adalah
dengan terapi latihan. Peningkatan intensitas latihan sebanding dengan
perbaikan kualitas hidup. Terapi latihan adalah salah satu cara untuk
mempercepat pemulihan pasien dari cedera dan penyakit yang dalam
pentalaksanannya menggunakan gerakan aktif maupun pasif. Gerakan pasif
adalah gerak yang digerakkan oleh orang lain dan gerak aktif adalah gerak
yang dihasilkan oleh kontraksi otot sendiri(YAYUK HANDAYANI, 2019)
Terdapat beberapa latihan nonfarmakologi yang telah diterapkan ke
penderita stroke baik dari stroke hemoragik dan stroke non hemoragik yang
mengalami kelemahan otot dalam upaya meningkatkan kekuatan atau
stabilitas dari otot penderita yang mengalami kelemahan. Salah satu tehnik
atau terapi yang dapat dilakukan kepada penderita stroke dengan kelemahan
otot adalah dengan pelatihan pemasangan puzzle jigsaw. Fungsi dari
pemasangan puzzle ini adalah untuk melatih konsentrasi dan kemampuan
kontrol tangan dan jari penderita yang mengalami kelemahan dan kekakuan
sehingga diharapkan kelemahan otot dan kekakuan sendi yang dialami tidak
menjadi berat dan mampu menunjukan peningkatan kekuatan tangan dan
jari pada penderita stroke. Permainan puzzle jigsaw adalah permainan
puzzle yang terdiri dari menggenggam, memegang, dan memanipulasi objek
menggunakan konsentrasi dan koordinasi antara dan tangan.(Kusnanto et
al., 2017)
Berdasarkan uraian diatas penulis tertarik untuk melakukan penelitian
tentang “Analisis praktik klinik keperawatan pada pasien stroke non
hemoragik dengan pemberian latihan pemasangan puzzle jigsaw terhadap
peningkatan kekuatan otot ekstermitas atas di RSUD Aloei Saboe Kota
Gorontalo”
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka penulis tertarik untuk
mengaplikasikan hasil riset tentang pemberian latihan terapi pemasangan
puzzle jigsaw dalam pengelolaan kasus yang dituangkan dalam Karya Tulis
Ilmiah Akhir Ners (KIAN) dengan Judul ”Analisis praktek klinik keperawatan
pada pasien stroke non hemoragik dengan pemberian latihan pemasangan
puzzle jigsaw terhadap peningkatan kekuatan otot ekstermitas atas”
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Penulisan Karya Ilmiah Akhir Ners ini bertujuan untuk melakukan analisa
terhadap kasus kelolaan dengan klien Stroke Non Hemoragik dengan
pemberian latihan pemasangan puzzle jigsaw terhadap peningkatan
kekuatan otot ekstermitas atas.
2. Tujuan Khusus
a. Menganalisis kasus kelolaan dengan pasien diagnosa medis Stroke
Non Hemoragik
b. Menganalisis intervensi pemberian latihan pemasangan puzzle jigsaw
dalam upaya peningkatan kekuatan otot ekstermitas atas.
D. Manfaat
1. Manfaat Teoritis
a. Karya ilmiah ini menjadi dasar dalam mengembangkan pelayanan
asuhan keperawatan yang berfokus terhadap terapi alternatif/non
farmakologi sebagai peningkatan kualitas pelayanan asuhan
keperawatan
b. Karya ilmiah ini diharpakan mampu menjadikan acuan pembelajaran
mengenai respon fisiologis pasien terhadap latihan untuk
meningkatakan kemandiriannya sehingga dapat diberikan tindakan
keperawatan secara tepat dan efisien
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Rumah sakit
Memberikan masukan dalam pelatihan tambahan pada
penderita stroke dengan kelemahan otot untuk melakukan pelatihan
pemasangan puzzle jigsaw sebagai upaya pelatihan konsentrasi dan
kontrol tangan jari yang bisa dilakukan secara mandiri oleh pasien
b. Bagi pendidikan
Menjadi bahan referensi mengenai pengaruh pemberian
latihan pemasangan puzzle terhadap peningkatan kekuatan otot pada
ekstermitas atas, sebagai penambahan pengetahuan terhadap
beberapa latihan untuk penderita stroke yang mengalami kelemahan
otot dan meningkatkan kualitas pendidikan di institusi
c. Bagi profesi
Hasil penulisan ini diharapkan menjadi inovasi perawat dalam
memberikan asuhan keperawatn pada pasien stroke non hemoragik
yang mengalami kelemahan otot ekstermitas atas salah satunya
dengan latihn pemasangan puzzle sebagai upaya pengobatan secara
non farmakologis atau tindakan mandiri menjadi dasar perawat untuk
menemukan inovasi keperawatan lain yang dapat diterapkan sebagai
asuhan keperawatan.
d. Bagi Penulis
Meningkatkan kemampuan penulis dalam melakukan
keperawatn inovasi dengan pemberian latihan pemasangan puzzle
jigsaw terhadap peningkatan kekuatan otot ekstermitas atas pada
pasien stroke dengan adanya defisit neurologis yang mengakibatkan
kelemahan pada sistem motorik.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. TINJAUAN TEORITIS
1. KONSEP PENYAKIT
a. Konsep Penyakit Stroke Non Hemoragik
1) Definisi
2) Etiologi
Menurut (Afandy, I., & Wiriatarina, 2018) penyebab stroke yaitu :
a) Trombosis Celebral
Trombosis ini terjadi pada pembuluh darah yang mengalami
okulasi sehingga menyebabkan iskemi jaringan otak yang dapat
menimbulkan edema dan kongesti disekitarnya.
b) Hemoragik
Perdarahan intrakranial atau intraselebral termasuk perdarahan
dalam ruang subarchoid atau kedalam jaringan otak sendiri,
perdarahan ini dapat terjadi karena atherosklerosis dan
hipertensi
c) Hipoksia umum
Beberapa penyebab yang dengan hipoksia umum adalah
Hipertensi yang parah, Cardiac Pulmonary Arrest, Cardiac
Output turun akibat aritmia.
d) Hipoksia Setempat
Beberapa penyebab yang berhubungan dengan hipoksia
setempat adalah Spasme arteri serebral yang disertai
perdarahan subarachnoid, vasokontriksi arteri otak disertai sakit
kepala migraine.
3) Patofisiologi
Infark serebral merupakan keadaan ketidakadekuatan suplai
darah ke pembuluh darah di otak dan tersumbatnya pembuluh darah
sehingga suplai darah ke otak dapat berubah (lambat atau cepat) bisa
terjadi karena gangguan 9arth (thrombus, emboli, perdarahan dan
spasme vaskuler) atau terjadi karena gangguan umum (hipoksia
karena gangguan paru dan jantung).
Atherosklerotik adalah masalah yang paling sering terjadi pada
pembuluh darah. Thrombus terjadi karena terdapat flak
arterosklerotik, atau terdapat pembekuan darah pada daerah yang
mengalami penyempitan/ stenosis, hal ini menyebabkan aliran darah
menjadi lambat atau disebut turbulensi. Keadaan seperti ini
menyebabkan thrombus pecah dari dinding pembuluh darah dan
terbawa sebagai emboli dalam aliran darah.
Thrombus pada pembuluh darah menyebabkan iskemia pada
jaringan yang berada di otak, hal ini mengganggu suplai darah dan
menyebabkan edema bahkan kongesti disekitar area jaringan. Area
yang mengalami edema akan mengalami disfungsi yang lebih besar
dibandingkan area infark. Namun kondisi jaringan yang mengalami
edema dapat berkurang dalam beberapa jam atau berkurang dalam
beberapa hari perawatan. Tanda penurunan edema merupakan bukti
objektif bahwa terdapat adanya pemulihan.
Sehingga thrombosis yang terjadi pada beberapa kasus biasanya
tidak fatal namun hal ini terjadi jika tidak terdapat perdarahan masif.
Oklusi di dalam pembuluh darah serebral karena embolus
mengakibatkan edema dan nekrosis diikuti thrombosis. Jika terdapat
septik infeksi mengakibatkan meluasnya abses atau ensefalitis pada
dinding pembuluh darah, atau bila terdapat sisa infeksi pada
pembuluh darah yang mengalami penyumbatan akan menyebabkan
dilatasi aneurisma di pembuluh darah. Hal ini akan memicu terjadinya
perdarahan cerebral jika aneurisma pecah atau terjadi ruptur.
Perdarahan otak lebih sering disebabkan oleh ruptur arteriosklerotik
ataupun hipertensi.
Perdarahan yang terjadi pada intraserebral dengan skala luas
akan menyebabkan kematian dibandingkan daripada keseluruhan
penyakit semacam cerebro vaskuler, karena perdarahan dengan
skala luas menyebabkan destruksi massa otak, lalu tekanan yang
meningkat pada intra cranial dapat menyebabkan herniasi pada otak.
Sehingga kompresi pada batang otak, hemisfer di otak, dan
perdarahan yang terjadi pada batang otak sekunder ataupun ekstensi
perdarahan mengarah pada batang otak menyebabkan kematian.
Pada keadaan ini darah dapat merembes keventrikel otak, keadaan
ini sering terjadi pada sepertiga kasus perdarahan pada otak di
nucleus kaudatus, talamus dan pons. Jika terjadi hambatan pada
sirkulasi serebral, dapat menyebabkan berkembangnya anoksia
cerebral
Perubahan ireversibel bila terjadi anoksia bisa terjadi lebih dari 10
menit. Anoksia serebral terjadi akibat berbagai macam penyebab,
salah satunya adalah henti jantung. Selain terjadi kerusakan pada
parenkim otak, akibat volume perdarahan yang banyak menyebabkan
terjadinya peningkatan tekanan intrakranial dan menyebabkan
penurunan tekanan pada perfusi otak serta gangguan pada drainase
otak.
Stroke merupakan penyakit gangguan pada sistem saraf dan otot
sehingga penderita stroke umumnya mengalami gejala pada
gangguan saraf seperti hemiparesis, fenomena yang terjadi pasien
dengan gejala seperti ini mengalami gangguan dalam melakukan
pergerakkan sehingga hampir semua aktivitas sehari-hari perlu
dibantu oleh orang lain karena keterbatasan yang dialami. Hal ini juga
merupakan upaya dalam mengurangi angka risiko jatuh pada pasien
stroke sehingga pada pasien stroke mengalami penurunan
kemandirian.(AFINA AGMA FAZALINA S.Kep., 2022)
4) Manifestasi Klinis
Gejala dan tanda yang sering dijumpai pada penderita dengan
stroke non hemoragik dapat muncul sementara atau menetap, hal ini
karena disfungsi aliran darah menuju otak. Gejala pada penderita
stroke bermacam-macam sesuai dengan bagian pembuluh darah
yang dibagi menjadi 2 yaitu:
a. Gangguan pada pembuluh darah karotis, sumbatan pada pembuluh
darah ini dibagi menjadi 3 percabangan, yaitu :
1) Sumbatan pada aliran darah menuju otak bagian tengah (arteri
selebri media) dapat menimbulkan gejala sebagai berikut
a) Gangguan rasa atau sensasi pada wajah disebagian sisi atau
gangguan sensasi pada lengan kanan atau kiri.
b) Gangguan gerak, tidak dapat digerakan atau terasa kaku pada
ekstermitas (Hemiparesis)
c) Gangguan bicara, tidak dapat mengeluarkan kalimat (Afasia)
d) Gangguan pengluhatan, dapat berupa kabur (Hemianopsia)
e) Mata selalu melihat ke satu sisi saja (Devalation Conjuage).
f) Penurunan kesadaran
g) Daya ingat menurun (Propagnosia)
h) Mulut menjadi mencong atau bicara pelo (Disatri)
i) Separuh badan terasa mati rasa atau tidak dapat merasakan
sensasi sentuhan
2) Sumbatan pada aliran darah menuju ke otak bagian depan (Arteri
celebri anterior) dapat menimbulkan gejala sebagai berikut :
a) Gangguan gerak atau kelumpuhan salah satu tungkai dan
sensasi perabaan hilang
b) Tidak dapat menahan air kencing dan tidak sadar bila telah
buang air kecil
c) Pingsan secara mendadak
d) Sulit untuk mengungkapkan perasaan
3) Sumbatan pada aliran darah menuju otak bagian belakang (arteri
selebri posterior) dapat menimbulkan gejala sebagai berikut :
a) Sulit memahami yang dilihat
b) Tidak dapat mengenal warna
c) Kebutaan pada mata atau lapang pandang menyempit
d) Terasa nyeri yang spontan
b. Gangguan pada pembuluh darah verterobasilaris dapat menimbulkan
berbagai gejala sebagai berikut :
1) Gangguan gerak bola mata
2) Kedua kaki melemah dan tidak dapat berdiri
3) Serangan vertigo
4) Nistamus
5) Nausea, muntah dan gangguan menelan
6) Bicara sulit dimengerti
7) Kehilangan pendengaran mendadak.(AFINA AGMA FAZALINA
S.Kep., 2022)
5) Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan yang dapat dilakukan pada pasien stroke non
hemoragik menurut Santoso, L.E (2018) dalam Dellima D R, (2019)
sebagai berikut :
a) Angiografi selebral
b) Elektro encefalograhpy
c) Sinar-X tengkorak
d) Ultrasonography Doppler
e) CT-Scan dan MRI
f) Pemeriksaan foto thorax
g) Pemeriksaan Laboratorium
6) Penatalaksaan
Menurut Wijaya dan Putri (2019) penatalaksanaan stroke sebagai
berikut :
a) Penatalaksanaan Umum
1. Posisi kepala dan badan atas 20-30 derajat, posisi lateral
dekubitus bila disertai muntah. Boleh dimulai mobilisasi
bertahap bila hemodinamika stabil
2. Bebaskan jalan nafas dan usahakan ventilasi adekuat bila
perlu berikan oksigenasi 1-2 liter/menit bila ada hasil AGD
3. Kosongkan kandung kemih dengan kateter bila penuh
4. Kontrol tekanan darah dipertahankan normal
5. Suhu tubuh harus dipertahankan, apabila demam kompres
dan berikan antripiretik sesuai indikasi
6. Nutrisi peroral hanya boleh diberikan setelah tes fungsi
menelan baik bila terdapat gangguan menelan atau pasien
yang keasadaran menurun dianjurkan pasang NGT
Mobilitas dan rehabilitas dini jika tidak ada kontra indikasi
b) Penatalaksaan Medis
1. Trombolitik
2. Antiplatelet atau antibolitik
3. Antikoagulan (Heparin)
4. Hemorhagea
5. Antagonis serotinin
6. Antigonis Calcium
c) Penatalaksaan Khusus/Komplikasi
1. Atasi Kejang
2. Atasi TIK yang meninggi, gliserol, firosemid, intubasi, stroid
dll)
3. Atasi dekompresi (Kraniotomi)
d) Penatalaksaan Faktor Risiko
1. Atasi Hipertensi
2. Atasi hiperglikemia
3. Atasi hiperurisemia
1) Identitas Klien
Identitas klien mencakup nama, usia, (pada masalah disfungsi
nuerologis kebanyakan terjadi pada usia tua), jenis kelamin, pendidikan,
alamat, pekerjaan, agama, suku bangsa, tanggal dan jam masuk rumah
sakit (MRS), nomor register dan diagnosisi medis.
2) Keluhan utama
Keluhan utama pada klien gangguan sistem persyarafan akan terlihat
bila sudah terjadi disfungsi neurologis. Keluhan yang sering didapatkan
meliputi kelemahan anggota gerak sebelah badan
3) Riwayat Penyakit
Pengkajian dengan melakukan anamesis atau wawancara untuk
menggali maslah keperawatan lainnya yang dilaksanakan perawat
adalah mengkaji riwayat kesehatan klien, perawat memperoleh data
subjektif dari klien dan bagaimana penanganan yang sudah dilakukan.
a) Riwayat Penyakit sekarang
Disini perlu keahlian, pengetahuan, dan pengalaman dari
perawat dalam menyusun setiap pertanyaan yang sistematis
agar dapat mendukung bagaimana keluahan utama menjadi
muncul
b) Riwayat penyakit dahulu
Pengkajian riwayat penyakit dahulu dalam mengenali
permasalahan yang mendukung masalah saat ini pada klien
dengan defisit neurologi adalah sangat penting. Pertanyaan
sebaiknya diarahkan pada penyakit-penyakit yang dialami
sebelumnya yang kemungkinan mempunyai hubungan
dengan masalah yang dialami klien sekarang.
c) Riwayat Penyakit Keluarga
Anamesis akan adanya riwayat keluarga menderita
hipertensi yang memberikan hubungan dengan beberapa
masalah disfungsi neurologis seperti masalah stroke
hemoragik.
4) Pengkajian Fokus
a. Aktivitas / Istrahat
Klien akan mengalami kesulitan aktivitas akibat kelemahan,
hilangnya rasa, paralisis, hemiplegi, mudah lelah dan susah tidur.
b. Sirkulasi
Adanya riwayat penyakit jantung, katup jantung, disritmia, CHF,
polisitemia dan hipertensi.
c. Integritas Ego
Emosi labil, respon yang tak dapat, mudah marah, kesulitan untuk
mengekspresikan diri.
d. Eliminasi
Perubahan kebiasaan BAB dan BAK. Misalnya inkontimentia urine,
auria, distensi kandung kemih, distensi abdomen, suara usus
menghilang.
e. Makan / cairan
Nausea, wouting, daya sensori hilang di liah, pipi, tenggorokan,
disfagia.
f. Neuoro Sensori
Pusing, sinkope, sakit kepala, perdarahan sub arachoid dan
intraktial. Kelemahan dengan berbagai tingkatan, gangguan
penglihatan, dispalopia, lapang pandang menyempit. Hilangnya daya
sensori pada bagian yang berlawanan dibagian ekstermitas dan
kadang-kadang pada sisi yang sama dimuka
g. Nyaman / Nyeri
Sakit kepala, perubahan aktivitas, kelemahan.
h. Respirasi
Ketidakmampuan menelan, batuk
i. Keamanan
Sensori motorik menerun atau hilang, mudah terjadi injury.
Perubahan persepsi dan orientasi. Tidak mampu menelan dan tidak
mampu mengambil keputusan
j. Interaksi sosial
Ketidakmampuan dalam bicara dan berkomunikasi.
5) Pemeriksaan Fisik dan observasi Head to toe
a. Kepala
Tujuan : untuk mengetahui turgor kulit dan tekstur kulit dan
mengetahui adanya lesi atau bekas luka
b. Rambut
Tujuan : untuk mengetahui warna, tekstur, dan percabangan, pada
rambut dan untuk mengetahui mudah rontok dan kotor.
c. Kuku
Tujuan : untuk mengetahui keadaan kuku, warna dan panjang dan
untuk mengetahui kapiler refil
d. Kepala/wajah
Tujuan : untuk mengetahui bentuk dan fungsi kepala dan untuk
mengetahui luka dan kelainan pada kepala
e. Mata
Tujuan : untuk mengetahui bentuk dan fungsi mata ( medan
penglihatan visus dan otot-otot mata), dan juga untuk mengetahui
adanya kelainan atau peradangan pada mata.
f. Hidung
Tujuan : untuk mengetahui bentuk dan fungsi hidung dan
mengetahui adanya inflamasi dan sinusitis.
g. Telinga
Tujuan : untuk mengetahui kedalaman telinga luar, saluran telinga,
gendang telinga.
h. Mulut dan faring
Tujuan : untuk mengetahui bentuk dan kelainan pada mulut, dan
untuk mengetahui kebersihan mulut.
i. Leher
Tujuan : untuk menentukan struktur integritas leher, untuk
mengetahui bentuk dan orgn yang berkaitan dan untuk memeriksa
sistemik limfatik
j. Dada
Tujuan : untuk mengetahui bentuk kesimetrisan, frekuensi, irama
pernafasan, adanya nyeri tekan, dan untuk mendengarkan bunyi
paru.
k. Abdomen
Tujuan : untuk mengetahui bentuk dan gerakan perut,
mendengarkan bunyi peristaltik usus, dan mengetahui respon nyeri
tekan pada organ dalam abdomen.
l. Muskuloskeletal
Tujuan : untuk mengetahui mobilitas kekuatan otot dan gangguan-
gangguan pada daerah tertentu.
b. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan merupakan suatu penilaian klinis mengenai
respons klien terhadap masalah kesehatan atau proses kehidupan yang
dialaminya baik yang berlangsung aktual maupaun potensial. Diagnosis
keperawatan bertujuan untuk mengidentifikasi respons klien individu,
keluarga dan komunitas terhadap situasi yang berkaitan dengan kesehatan
(PPNI, 2017).
Diagnosa yang akan muncul pada kasus stroke non hemoragik
dengan menggunakan Standar Diagnosis Keperawatan indonesia dalam
Tim Pokja SDKI DPP PPNI (2017) yaitu :
a. Risiko perpusi selebral tidak efektif dibuktikan dengan embolisme
b. Gangguan integritas kulit/jaringan b.d Penurunan mobilitas
c. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan gangguan
neuromuskular.
d. Resiko jatuh berhubungan dengan gangguan penglihatan.
e. Gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan penurunan
sirkulasi selebral
c. Intervensi Keperawatan
rumah
3. TINJAUAN ISLAMI
Ayat Al-Qur’an untuk terapi pengobatan penyakit stroke adalah QS. Al-Hasyr
[59] ayat 22-24 yang berbunyi:
س ُ ِي ََلٓ ا ِٰلهَ ا ََِّل ُه َو َۚ ا َ ْل َم ِلكُ ا ْلقُد ُّْو ْ ّٰللاُ الَّذ
ه َُو ه٢٢ الرحِ ْي ُم َّ ُالرحْ مٰ ن َّ شهَا َد َۚ ِة ه َُو
َّ ب َوال ِ ِي ََلٓ ا ِٰله َ ا ََِّل ه َۚ َُو عَا ِل ُم الْغَ ْيْ ّٰللاُ الَّذ
ه َُو ه
س َم ۤا ُء
ْ َ ئ ا ْل ُمص َِو ُر لَه ُ ْاَل ُ ق ا ْلبَ ِار ُ ّٰللاُ ا ْل َخا ِل
ه َُو ه٢٣ ع َّما يُش ِْرك ُْو َن ِ سب ْٰحنَ ه
َ ّٰللا ُ ار ا ْل ُمتَكَبِ ُۗ ُرُ َّس ٰل ُم ا ْل ُمؤْ مِ ُن ا ْل ُم َهيْمِ نُ ا ْلعَ ِز ْي ُز ا ْل َجب
َّ ال
٢٤ ࣖ ض َوه َُو ا ْلعَ ِزي ُْز ا ْل َح ِك ْي ُم َۚ ِ ت َو ْاَل َ ْر ِ سمٰ ٰو َ ُا ْل ُحس ْٰن ُۗى ي
َّ سبِ ُح لَ ٗه َما فِى ال
“Dialah Allah tidak ada tuhan selain Dia. Yang Mengetahui yang gaib dan yang
nyata, Dialah Yang Maha Pengasih, Maha Penyayang. Dialah Allah tidak ada tuhan
selain Dia. Maharaja, Yang Mahasuci, Yang Mahasejahtera, Yang Menjaga
Keamanan, Pemelihara Keselamatan, Yang Mahaperkasa, Yang Mahakuasa, Yang
Memiliki Segala Keagungan, Mahasuci Allah dari apa yang mereka persekutukan.
Dialah Allah Yang Menciptakan, Yang Mengadakan, Yang Membentuk Rupa, Dia
memiliki nama-nama yang indah. Apa yang di langit dan di bumi bertasbih kepada-
Nya. Dan Dialah Yang Mahaperkasa, Mahabijaksana.”
Lalu baca QS. al-Isra’ [17] ayat 82:
٨٢ ارا
ً سَ شفَ ۤا ٌء َّو َرحْ َمة ٌ ِل ْل ُمؤْ مِ ِن ْي َۙنَ َو ََل يَ ِز ْي ُد الظهلِمِ ْينَ ا ََِّل َخ
ِ َونُنَ ِز ُل مِ نَ ا ْلقُ ْر ٰا ِن َما ه َُو
“Dan Kami turunkan dari Al-Qur’an (sesuatu) yang menjadi penawar dan
rahmat bagi orang yang beriman, sedangkan bagi orang yang zalim (Al-Qur’an itu)
hanya akan menambah kerugian.”
E. METODE PENELITIAN
1. Desain Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah quasi
eksperimen dengan desain pre and post test. Jenis penelitian ini adalah
suatu rancangan penelitian yang digunakan untuk mencari hubungan
sebab-akibat dengan adanya keterlibatan penelitian. (Nursalam, 2018)
2. Objek penelitian
Objek penelitian adalah objek yang ditujukan diteliti oleh penulisan objek
yang menjadi pusat perhatian atau sasaran peneliti, untuk kelompok
eksperimen adalah semua pasien Stroke Non Hemoragik yang ada di
RSUD Prof. Dr. Aloei Saboe Kota Gorontalo dengan kriteria
1) Kriteria Inkluasi
a. Pasien yang bersedia menajdi responden
b. Pasien yang memiliki penyakit Stroke Non hemoragik yang di rawat
di RSUD Prof. Dr. Aloei Saboe Kota Gorontalo
c. Pasien dengan kesadaran composmentis
2) Kriteria Eksklusi
a. Pasien yang tidak sadar
3. Teknik pengumpulan data
a. Wawancara
Wawancara adalah metode penggumpulan data yang paling sering
digunakan pada banyak penelitian. Wawancara ditujukan untuk
mendapatkan informasi dari individu yang diwawancarai, oleh karena itu
hubungan asimetris harus tampakan cara pewawancara dengan individu
yang diwawancara. Peneliti melakukan wawancara mengekspresikan
perasaan, persepsi, dan pemikiran dari partisipan.
b. Observasi
Metode observasi adalah metode pengumpulan data tentang perilaku
manusia. Perilaku yang diobservasi mungkin klien atau orang-orang
yang mendapatkan intervensi atau pelayanan atau implementai dari
sebuah kebijakan. Metode observasi ini sering digunakan dalam
penelitian tentang pelayanan kesehatan.
c. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik adalah sebuah proses dari seorang ahli medis
memeriksa tubuh pasien untuk menemukan tanda klinis penyakit.
Pemeriksaan fisik dilakukan secara sistematis, dimulai dari bagian
kepada sampai pada bagian anggota gerak. Pemeriksaan sistematis
disebut Head To Toe.
d. Dokumentasi
Penulis menggunakan pengumpulan data dengan metode studi
dokument karena dokumen dapat memberi informasi tentang situasi
yang tidak dapat diperoleh langsung melalui observasi langsung atau
wawancara.
4. Teknik Analisis Data
Untuk melakukan identifikasi data dilakukan dengan sistem komputer
yang terdiri dari analisis univariat dan analisis bivariat
1) Analisis Univariate
Sebelum dilakukan analisis maka terlebih dahulu dilakukan uji
normalitas, untuk melihat jenis uji statistik yang digunakan, apabila data
terdistribusi normal maka uji statistik yang digunakan parametric, jika
data tidak terdistribusi normal maka uji statistik yang digunakan non
parametric.
Analisis Univarite bertujuan untuk menjelaskan atau mendeskripsikan
univariate dari intervensi Terapi Pemberian Latihan Pemasangan Puzzle
Jigsawa dalam Mneingkatkan Kekuatan otot Ekstermitas Atas di RSUD
Prof. Dr. H. Aloei Saboe Kota Gorontalo
2) Analisis Bivariat
Model analisa data yang dilakukan adalah membandingkan antara
sebelum dan sesudah diberikan intervensi. Data yang telah diperoleh
kemudian dideskripsikan dan diinterpretasikan baik dalam sisi yang
sempit atau sisi yang lebih luas. Sisi yang sempit, hanya dibahas pada
masalah penelitian yang akan dijawab melalui data yang diperoleh
tersebut, sedang sisi yang lebih luas, interpretasinya tidak hanya
menjelaskan hasil dari penelitian, tetapi juga melakukan inferensi atau
generalisasi dari data yang diperoleh melalui penelitian tersebut.
Penelitian Relevan
Metode
No Penulis dan Judul Tujuan Hasil
Penelitian
1. (Kusnanto et al., untuk Quasi Responden
2017) mengidentifikasi Eksperimental berdasarkan
Judul : pengaruh frekuensi
Jigsaw Puzzle bermain puzzle serangan
Improve Fine Motor jigsaw terhadap menunjukan
Abilities of Upper kekuatan otot, bahwa antara
Extremities in Post- gerak ekstensif, kelompok
Stroke Ischemic dan keterampilan intervensi dan
Clients motorik halus kontrol frekuensi
ekstermitas atas. yang sama.
Terlihat dari hasil
uji statistik dengan
p-value 0,366
bahwa tidak
terdapat
perbedaan yang
signifikan antara
kelompok
responden
berdasarkan
frekuensi
serangan.
2. (Akhlish Dzikrullah Bertujuan untuk Metode yang Tn. I 56 tahun
Ahmad & Agung Studi kasus pada digunakan datang ke IGD
Ikhssani, 2021) pasien stroke adalah Rumah Sakit
Judul : non hemoragik menggunakan Umum Daerah
Case Report : Mr. I studi kasus Abdoel Moeloek
56 years old with (RSAM)
Stroke Non merupakan
Hemoragic rujukan RS tipe C
dengan keluhan
kebas di tubuh
sebelah kiri sejak
5 hari SMRS.
Pada 5 hari
sebelum masuk
rumah sakit
setelah
mengalami kebas
pasien berobat
dan di
dapatkan tensi
220/100, dan
pada sore harinya
pasien langsung
dirujuk ke IGD
RSAM. Di
IGD pasien
mendapatkan
tatalaksana
berupa citicolin
250 mg/12 jam,
ranitidin injeksi/ 12
jam
3. (Nursyiham et al., Tujuan penelitian Desain Hasil penelitian
2019) ini adalah penelitian menunjukkan
Judul : memberikan adalah studi kedua pasien
Asuhan gambaran kasus berupa mengalami
keperawatan asuhan pendekatan kelemahan
pemenuhan keperawatan asuhan ekstremitas kanan
kebutuhan pemenuhan keperawatan yang
mobilisasi pada kebutuhan pada dua menyebabkan
pasien stroke non mobilitas fisik orang pasien gangguan
hemoragik di RSKD pada pasien stroke non mobilitas fisik dan
Dadi Makasar stroke di RSKD hemoragik defisit perawatan
Dadi Makassar diri total.
Intervensi
keperawatan pada
pasien meliputi
dukungan
ambulasi,
dukungan
mobilisasi, latihan
rentang gerak dan
bantuan
perawatan dir
4. (Suwaryo et al., Penelitian ini Hasil pengkajian
2021) menggunakan kepada tiga
Judul : rancangan pasien
Penerapan Terapi studi kasus didapatkan data
Cermin Untuk kepada 3 meliputi
Meningkatkan pasien stroke pengkajian yang
Kekuatan Otot non dilakukan dengan
Pada Pasien Stroke hemoragik. anamnesa
Non Hemoragik langsung kepada
pasien. Pasien
pertama,
perempuan
didapatkan
keluhan lemah
pada ekstremitas
kiri dengan
kekuatan otot 3,
tekanan darah
160/76 mmHg,
nadi 103 x/menit,
suhu 36.7oC, dan
pernapasan 22
x/menit. Pasien
memiliki Riwayat
penyakit
hipertensi, dan
sudah menderita
stroke selama 1,5
tahun. Pada
pasien kedua
yaitu laki-laki juga
didapatkan ada
kelemahan pada
anggota gerak
atas sebelah kiri
dengan kekuatan
otot 2, tekanan
darah 150/90
mmHg, nadi 115
x/menit, suhu
36,7oC dan
pernapasan 20
x/menit.
5. (Pratiwi et al., tujuan Metode yang Hasil yang
2022) dilakukannya digunakan diperoleh dalam
Judul : kegiatan ini dalam kegiatan ini,
Metode Position untuk melatih kegiatan ini peserta mampu
Intruction, Puzzle para caregiver adalah memahami dan
(PIP) sebagai dalam merawat pelatihan melakukan latihan
upaya anggota terpimpin perawatan stroke
peningkatakan keluarga dengan selama 3 menggunakan
kualitas hidup stroke di rumah. minggu metode PIP dalam
pasien stroke dengan perawatan pasien
melibatkan stroke.
mitra
komunitas
bebas stroke
yang berada
pada wilayah
kerja
kelurahan
Umbansari.
Hasil
BAB III
GAMBARAN KASUS
1. Diagnosa Keperawatan :
Gangguan Mobilitas Fisik
2. Intervensi Inovasi
Pasien yang mengalami keterbatasan fisik akibat hemiplegi atau
hemiparese, tidak mampu memenuhi kebutuhan aktivitas perlu diberi
latihan rentang gerak sesuai kondisi guna memperbaiki kemampuan otot
untuk berkonstraksi ataupun relaksasi. Dengan memberikan latihan yang
ditingkatkan diharapkan bisa mendapat hasil yang lebih baik. Proses
kontraksi otot terjadi akibat dari interaksi antara actin dan myson,
sehingga otot mampu berkontraksi. Otot bekerja dengan cara berkontrasi
sehingga otot akan memendek, mengeras dan baian tengahnya
menggelembung (membesar) karena memendek maka tulang yang
dilekati oleh oto tersebut akan tertarik atau terangkat. Keadaan ini dikenal
dengan kekuatan otot. Strenght otot lengan atau kekuatan oto lengan
merupakan sumber dasar dalam melakukan semua kegiatan aktivitas
kehidupan pasien.
Terkait hal tersebut maka diperlukan perawatan yang tepat untuk
meningkatkan kekuatan otot ekstermitas atas pada pasien stroke berupa
latihan-latihan otot seperti melakukan pemasangan Puzzle Jigsaw.
Berikut hasil intervensi pada pasien Tn. M.U, Tn. I.T, da, Tn. R.P,
Ny. R.M, Ny. M.S selama 3 hari implementasi.
Tabel 1.4
Evaluasi Hasil Intervensi pasien Kelolaan
Hasil Terapi
No. Nama Pasien Kekuatan Otot
Sebelum Sesudah
Hari Pertama 5 3 5 3
5 3 5 3
1. Tn. M.U Hari Kedua 5 3 5 3
5 3 5 3
Hari Ketiga 5 3 5 3
5 3 5 3
Hari Pertama 5 4 5 4
5 4 5 4
Hari Ketiga 5 4 5 5
5 4 5 4
Hari Pertama 4 5 4 5
3 5 3 5
Hari Ketiga 4 5 4 5
3 5 3 5
Hari Pertama 4 5 4 5
4 5 4 5
4. Ny. R.M Hari Kedua 4 5 4 5
4 5 4 5
Hari Ketiga 4 5 4 5
4 5 4 5
Hari Pertama 5 4 5 4
5 4 5 4
5. Ny. M.S Hari Kedua 5 4 5 4
5 4 5 4
Hari Ketiga 5 4 5 4
5 4 5 4
Tabel 1.5
Implementasi Pada Pasien Kelolaan
B. KETERBATASAN PENELITIAN
Penyusunan Karya Ilmiah Akhir Ners (KIAN) baru pertama kali dilakukan
oleh peneliti sehingga hasil dari Karya Ilmiah Akhir Ners ini memiliki beberapa
keterbatasan :
1. Subjek yang diteliti yaitu lansia, lansia yang memiliki penyakit Stroke
Non Hemoragik sehingga saat peneliti melakukan melakukan
penelitian harus benar-benar teliti dan membutuhkan waktu yang
lama untuk mendapatkan hasil yang maksimal
2. Kurangnya waktu dalam penelitian dan penyusunan laporan Karya
Ilmiah Akhir Ners (KIAN)
3. Selain itu Stroke Non Hemoragik dengan Gangguan Mobilitas Fisik
merupakan penyakit yang sulit sehingga pembanding kasus peneliti
hanya mengambil 5 pasien kelolaan.
BAB VI
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Berdasarkan analisis kasus pasien kelolaan pada klien dengan
diagnosa medis Stroke Non Hemoragik penulis dapat menarik
kesimpulan sebagai berikut :
Perubahan pada kekuatan otot hanya ada pada Tn. I.T
didapatkan peningkatan pada evaluasi hari ketiga implementasi
dimana terjadi peningkatan kekuatan otot menjadi 5/4 yang
artinya ada peningkatan dengan Menggunakan MMAS (Modified
Muscle Assessment Scale) didapatkan hasil klien hanya mampu
mengangkat bagian atas puzzle dan letakkan kembali. (Pasien
meraih ke depan sepanjang lengan, angkat bagian atas puzzle,
lepaskan kembali ke bagian meja yang dekat dengan tubuh
pasien).
2. Diagnosa Keperawatan yang didapatkan dari ke-5 pasien kelolaan
Stroke Non Hemoragik adalah Gangguan Mobilitas Fisik.
3. Pada hasil analisis intervensi pemberian terapi latihan pemasangan
Puzzle Jigsaw pada pasien kelolaan stroke non hemoragik ada
salah satu pasien yang mengalami peningkatan yang cukup baik
meskipun hanya teratasi sebagian.
B. Saran
Dalam analisis ini ada beberapa saran yang disampaikan yang
kiranya bermanfaat dalam pelayanan keperawatan khususnya
penatalaksanaan latiha pemasangan Puzzle Jigsaw pada pasien dengan
stroke non hemoragik yang mengalami kelemahan otot sebagaia berikut :
1) Bagi Rumah Sakit
Diharapkan RSUD Prof. Dr. H. Aloei Saboe Kota Gorontalo
khususnya di ruang HCU dan di Ruang Neuro dapat mampu
memberikan inovasi-inovasi keperawatan dalam memberikan
pelayanan kesehatan secara non farmakologi seperti yang telah
dilakukan dalam pemeberian pemasangan Puzzle Jigsaw pada klien
dengan kelemahan otot ekstermitas aras yang bisa bermanfaat untuk
melatih koordinasi, konsentrasi, dan kontraksi otot pada ekstermitas
atas yang mengalami kelemahan.
2) Bagi Institusi
Memperbanyak belajar mengenai inovasi untuk keperawatan mandiri
yang dapat diberikan kepada pasien sesuai dengan masalah
keperawatan yang dialami sehingga tidak hanya berfokus pada
pembelajaran keperawatan secara farmakologi.
3) Bagi Perawat
Perawat hendaknya inovatif dengan meningkatkan kapasitas dirinya
dengan berinovasi pada terapi modalitas dan tidak terpaku pada
tindakan advis medis saja.
4) Bagi Pasien
Diharapkan pasien dan keluarga memiliki pengetahuan mengenai
kesehatan sehingga dapat mengetahui apa yang perlu dilakukan
dalam upaya untuk meningkatkan kualitas kesehatan didalam
keluarga, seperti menngatur pola makan, olahraga, tidur dan istirahat,
sering melakukan pengecekkan kesehatan, dan sering melatih
anggota gerak yang mengalami kelemahan.
DAFTAR PUSTAKA
Afandy, I., & Wiriatarina, J. (2018). Analisis Praktik Klinik Keperawatan Tn. B
dengan Diagnosa Stroke Non Hemoragik (SNH) dengan Pemberian
Pelatihan Pemasangan Puzzle Jigsaw terhadap Peningkatan Kekuatan Otot
Ekstremitas Atas di Ruang Stroke Center RSUD Abdul Wahab Sjahranie
Samarinda Tahun.
Akhlish Dzikrullah Ahmad, & Agung Ikhssani. (2021). Case Report : Mr. I 56
years old with Stroke Non Hemoragic. Jurnal Teknologi Kesehatan Borneo,
2(2), 84–90. https://doi.org/10.30602/jtkb.v2i2.39
Kusnanto, K., Prajayanti, E. D., & Harmayetty, H. (2017). Jigsaw Puzzle Improve
Fine Motor Abilities of Upper Extremities in Post-Stroke Ischemic Clients.
Jurnal Ners, 12(1), 142–150. https://doi.org/10.20473/jn.v12i1.2790
Pratiwi, P. I., Malfasari, E., Lestari, A., Febryanti, A., & Yunita, A. E. (2022).
METODE POSITION , INSTRUCTION , PUZZLE ( PIP ) SEBAGAI UPAYA.
5(2), 333–339.
Skripsi%20Rosiani. (n.d.).
Suwaryo, P. A. W., Levia, L., & Waladani, B. (2021). Penerapan Terapi Cermin
Untuk Meningkatkan Kekuatan Otot Pada Pasien Stroke Non Hemoragik.
Journal of Borneo Holistic Health, 4(2), 127–135.
https://doi.org/10.35334/borticalth.v4i2.2263
Wahyuni, H. (2017). Analisis praktik klinik Keperawatan Pada Pasin Stroke Non
Hemoragik Dengan Intervensi Inovasi Mobilisasi Dini Terhadap Tonus Otot,
Kekuatan Otot, dan Kemampuan MotorikFungsional di Ruang Stroke Center
Afi RSUD Abdul Wahab Sjahranie Samarinda. Ilmu Kesehatan
Muhammadiyah Samarinda.
Responden
(……………..)
Lampiran 3
DOKUEMNTASI
RESPONDEN 1 RESPONDEN 2
RESPONDEN 3 RESPONDEN 4
RESPONDEN 5