PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Infeksi Saluran Kemih (ISK) adalah istilah umum yang dipakai untuk
menyatakan adanya invasi mikroorganisme pada saluran kemih. Prevalensi
ISK di masyarakat makin meningkat seiring dengan meningkatnya usia. Pada
usia 40 – 60 tahun mempunyai angka prevalensi 3,2 %. Sedangkan pada usia
sama atau diatas 65 tahun kira-kira mempunyai angka prevalensi ISK sebesar
20%. Infeksi saluran kemih dapat mengenai baik laki-laki maupun wanita dari
semua umur baik anak-anak, remaja, dewasa maupun lanjut usia. Akan tetapi
dari kedua jenis kelamin, ternyata wanita lebih sering dari pria dengan angka
populasi umum kurang lebih 5-15%.
Untuk menyatakan adanya ISK harus ditemukan adanya bakteri dalam
urin. Bakteriuria yang disertai dengan gejala saluran kemih disebut
bakteriuria simptomatis. Sedangkan yang tanpa gejala disebut bakteriuria
asimptomatis. Dikatakan bakteriuria positif pada pasien asimptomatis bila
terdapat lebih dari 105 koloni bakteri dalam sampel urin midstream,
sedangkan pada pasien simptomatis bisa terdapat jumlah koloni lebih rendah.
Prevalensi ISK yang tinggi pada usia lanjut antara lain disebabkan karena sisa
urin dalam kandung kemih meningkat akibat pengosongan kandung kemih
kurang efektif, mobilitas menurun, pada usia lanjut nutrisi sering kurang baik,
sistem imunitas menurun. Baik seluler maupu humoral, adanya hambatan
pada aliran urin, hilangnya efek bakterisid dari sekresi prostat. Infeksi saluran
kemih merupakan penyakit yang perlu mendapat perhatian serius. Di
Amerika dilaporkan bahwa setidaknya 6 juta pasien datang kedokter setiap
tahunnya dengan diagnosis ISK. Di suatu rumah sakit di Yogyakarta ISK
merupakan penyakit infeksi yang menempati urutan ke-2 dan masuk dalam
10 besar penyakit.
Agen penginfeksi yang paling sering adalah Eschericia coli, Proteus sp.,
Klebsiella sp., Serratia, Pseudomonas sp. Penyebab utama ISK (sekitar 85%)
adalah Eschericia coli.
1
Glomerulonefritis merupakan penyebab utama terjadinya gagal ginjal
tahap akhir dan tingginya angka morbiditas pada anak. Terminologi
glomerulonefritis yang dipakai disini adalah untuk menunjukkan bahwa
kelainan yang pertama dan utama terjadi pada glomerulus, bukan pada
struktur ginjal yang lain.
Glomerulonefritis merupakan penyakit peradangan ginjal bilateral.
Peradangan dimulai dalam gromleurus dan bermanifestasi sebagai proteinuria
dan atau hematuria. Meskipun lesi utama pada gromelurus, tetapi seluruh
nefron pada akhirnya akan mengalami kerusakan, sehingga terjadi gagal
ginjal. Penyakit yang mula-mula digambarkan oleh Richard Bright pada
tahun 1827 sekarang diketahui merupakan kumpulan banyak penyakit dengan
berbagai etiologi, meskipun respon imun agaknya menimbulkan beberapa
bentuk glomerulonefritis.
Indonesia pada tahun 1995, melaporkan adanya 170 pasien yang dirawat
di rumah sakit pendidikan dalam 12 bulan. Pasien terbanyak dirawat di
Surabaya (26,5%), kemudian disusul berturut-turut di Jakarta (24,7%),
Bandung (17,6%), dan Palembang (8,2%). Pasien laki-laki dan perempuan
berbanding 2 : 1 dan terbanyak pada anak usia antara 6-8 tahun (40,6%).
Gejala glomerulonefritis bisa berlangsung secara mendadak (akut) atau
secara menahun (kronis) seringkali tidak diketahui karena tidak menimbulkan
gejala. Gejalanya dapat berupa mual-mual, kurang darah (anemia), atau
hipertensi. Gejala umum berupa sembab kelopak mata, kencing sedikit, dan
berwarna merah, biasanya disertai hipertensi. Penyakit ini umumnya (sekitar
80%) sembuh spontan, 10% menjadi kronis, dan 10% berakibat fatal.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana anatomi fisiologi sistem perkemihan?
2. Apa pengertian infeksi saluran kemih?
3. Apa saja klasifikasi infeksi saluran kemih?
4. Bagaimana epidemiologi infeksi saluran kemih?
5. Apa saja etiologi infeksi saluran kemih?
2
6. Apa saja faktor resiko infeksi saluran kemih?
7. Bagaimana patofisiologi infeksi saluran kemih?
8. Apa saja manifestasi klinis infeksi saluran kemih?
9. Apa saja pemeriksaan penunjang infeksi saluran kemih?
10. Bagaimana penatalaksanaan infeksi saluran kemih?
11. Bagaimana pencegahan infeksi saluran kemih?
12. Apa pengertian glomerolunefritis?
13. Apa yang dimaksud glomerolunefritis akut?
14. Apa yang dimaksud glomerolunefritis kronik?
15. Bagaimana diet bagi penderita glomerulonefritis?
C. Tujuan
1. Mengetahui anatomi fisiologi sistem perkemihan.
2. Mengetahui pengertian infeksi saluran kemih.
3. Mengetahui klasifikasi infeksi saluran kemih.
4. Mengetahui epidemiologi infeksi saluran kemih.
5. Mengetahui etiologi infeksi saluran kemih.
6. Mengetahui faktor resiko infeksi saluran kemih.
7. Mengetahui patofisiologi infeksi saluran kemih.
8. Mengetahui manifestasi klinis infeksi saluran kemih.
9. Mengetahui pemeriksaan penunjang infeksi saluran kemih.
10. Mengetahui penatalaksanaan infeksi saluran kemih.
11. Mengetahui pencegahan infeksi saluran kemih.
12. Mengetahui pengertian glomerolunefritis.
13. Mengetahui glomerolunefritis akut.
14. Mengetahui glomerolunefritis kronik.
15. Mengetahui diet bagi penderita glomerulonefritis.
3
BAB II
PEMBAHASAN
4
lewat korteks dan medulla renal untuk mengosongkan isinya ke dalam
pelvis ginjal.
Proses pembentukan urine dimulai ketika darah mengalir lewat
glomerulus. Glomerulus yang merupakan struktur awal nefron, tersusun
dari jonjot-jonjot kapiler yang mendapat darah dari vasa aferen dan
mengalirkan darah balik lewat vasa eferen. Tekanan darah menentukan
berapa tekanan dan kecepatan aliran darah yang melewati glomerulus.
Ketika darah berjalan melewati struktur ini, filtrasi terjadi. Air dan
molekul-molekul yang kecil akan dibiarkan lewat sementara molekul-
molekul yang besar tetap tertahan di dalam aliran darah. Cairan disaring
lewat dinding jonjot-jonjot kapiler glomerulus dan memasuki tubulus.
Cairan ini dikenal sebagai ”Fitrat”.
Dalam kondisi yang normal, kurang dari 20% dari plasma yang
melewati glomerulus akan disaring ke dalam nefron dengan jumlah yang
mencapai sekitar 180 liter filtrat perhari. Filtrat tersebut yang sangat
serupa dengan plasma darah tanpa molekul yang besar (protein, sel darah
merah, sel darah putih dan trombosit) pada hakekatnya terdiri atas air,
elektrolit, dan molekul kecil lainnya. Dalam tubulus, sebagian substansi ini
secara selektif diabsopsi ulang ke dalam darah. Substansi lainnya
disekresikan dari darah ke dalam fitrat ketika fitrat tersebut mengalir di
sepanjang tubulus. Fitrat akan dipekatkan dalam tubulus distal serta duktus
pengumpul, dan kemudian menjadi urin yang mencapai pelvis ginjal.
Sebagai substansi, seperti glukosa, normalnya akan diabsorpsi kembali
seluruhnya dalam tubulus dan tidak akan terlihat dalam urin.
Proses reabsorpsi serta sekresi dalam tubulus sering mencakup
transportasi aktif dan memerlukan penggunaan energi. Berbagai
substansi secara normal disaring oleh glomerulus, direabsorpsi oleh
tubulus dan diekskresikan ke dalam urin mencakup natrium, klorida,
bikarbonat, kalium, ureum, kreatinin, serta asam urat.
Urine terbentuk dalam unit-unit fungsional ginjal yang disebut nefron.
Urine yang terbentuk dalam nefron ini akan mengalir ke dalam duktus
5
pengumpul dan tubulus renal yang kemudian menyatu untuk membentuk
pelvis ginjal. Setiap pelvis akan membentuk ureter. Ureter merupakan
pipa panjang dengan dinding yang sebagian besar terdiri atas otot polos.
Organ ini menghubungkan setiap ginjal dengan kandung kemih dan
berfungsi sebagai pipa untuk menyalurkan urin.
2. Ureter
Terdiri dari dua saluran pipa masing-masing bersambung dari ginjal
ke kandung kemih (vesika urinaria) panjangnya ± 25-30 cm dengan
penampang ± 0,5 cm. Ureter sebagian terletak dalam rongga abdomen
dan sebagian terletak dalam rongga pelvis.
Lapisan dinding ureter terdiri dari
a. Dinding luar jaringan ikat (jaringan fibrosa)
b. Lapisan tengah otot polos
c. Lapisan sebelah dalam lapisan mukosa.
Lapisan dinding ureter menimbulkan gerakan-gerakan peristaltik tiap
5 menit sekali yang akan mendorong air kemih masuk ke dalam kandung
kemih (vesika urinaria).
Ureter berjalan hampir vertikal ke bawah sepanjang fasia muskulus
psoas dan dilapisi oleh pedtodinium. Penyempitan ureter terjadi pada
tempat ureter meninggalkan pelvis renalis, pembuluh darah, saraf dan
pembuluh sekitarnya mempunyai saraf sensorik.
6
bermuara tepat di sebela anterior vagina. Pada laki-laki kelenjar prostate
yang terletak tepat di bawah leher kandung kemih mengelilingi uretra di
sebelah posterior dan leteral. Sfingter urinalisis eksterna merupakan otot
volunteer yang bulat untuk mengendalikan proses awal urinasi.
4. Uretra
Uretra merupakan saluran sempit yang berpangkal pada kandung
kemih yang berfungsi menyalurkan air kemiih keluar. Pada laki-laki
terdiri dari :
a. Uretra prostaria
b. Uretra membranosa
c. Uretra kavernosa.
Lapisan uretra laki-laki terdiri dari lapisan mukosa (lapisan paling
dalam), dan lapisan submukosa. Selain saluran eksresi uretra laki-laki
berfungsi sebagai saluran reproduksi (tempat keluarnya sperma).
Uretra pada wanita terletak di belakang simfisis pubis, berjalan miring
sedikit kearah atas, panjangnya ± 3-4 cm. Lapisan uretra pada wanita
terdiri dari tunika muskularis (sebelah luar), lapisan spongeosa
merupakan pleksus dari vena-vena, dan lapisan mukosa (lapisan sebelah
dalam). Muara uretra pada wanita terletak di sebelah atas vagina (antara
klitoris dan vagina) dan uretra di sini hanya sebagai saluran eksresi.
7
dinamakan bakteriuria bermakna asimtomatik. Pada beberapa keadaan pasien
dengan persentasi klinis tanpa bekteriuria bermakna. Piuria bermakna
(significant pyuria), bila ditemukan netrofil >10 per lapangan pandang.
(Sukandar, E., 2004)
2. Uretra (uretritis)
Uretritis adalah suatu infeksi yang menyebar naik yang di golongkan
sebagai gonoreal atau non gonoreal. Uretritis gonoreal disebabkan oleh
niesseria gonorhoeae dan ditularkan melalui kontak seksual. Uretritis non
gonoreal adalah uretritis yang tidak berhubungan dengan niesseria
gonorhoeae biasanya disebabkan oleh klamidia frakomatik atau urea
plasma urelytikum
3. Ginjal (pielonefritis)
Pielonefritis infeksi traktus urinarius atas merupakan infeksi bakteri
piala ginjal, tubulus dan jaringan intertisial dari satu atau kedua ginjal
8
2. ISK Complicated
Sering menimbulkan banyak masalah karena sering kali kuman
penyebab sulit diberantas, kuman penyebab sering resisten terhadap
beberapa macam antibiotika, sering terjadi bakterimia, sepsis, dan shock.
9
U Insidens (%)
m
u
r
(
t Faktor risiko
Perempuan Lelaki
a
h
u
n
)
< 2,
0,7 Foreskin, kelainan anatomi gastrourinary
1 7
1
0,
- 4,5 Kelainan amatomi gastrourinary
5
5
6
- 0.
4,5 Kelainan fungsional gastrourinary
1 5
5
1
6
0,Hubungan seksual, penggunaan
- 20
5diaphragm
3
5
3
6
Pembedahan, obstruksi prostate,
- 35 20
pemasangan kateter
6
5
>
Inkontinensia, pemasangan kateter,
6 40 35
obstruksi prostat
5
10
Epidemiologi ISK menurut usia dan jenis kelamin (Nguyen, H.T.,2004):
Pada anak yang baru lahir hingga umur 1 tahun, dijumpai bakteriuria di
2,7% lelaki dan 0,7% di perempuan. Insidens ISK pada lelaki yang tidak
disunat adalah lebih banyak berbanding dengan lelaki yang disunat (1,12%
berbanding 0,11%) pada usia hidup 6 bulan pertama. Pada anak berusia 1-5
tahun, insidens bakteriuria di perempuan bertambah menjadi 4.5%, sementara
berkurang di lelaki menjadi 0,5%. Kebanyakan ISK pada anak kurang dari 5
tahun adalah berasosiasi dengan kelainan congenital pada saluran kemih,
seperti vesicoureteral reflux atau obstruction. Insidens bakteriuria menjadi
relatif constant pada anak usia 6-15 tahun. Namun infeksi pada anak
golongan ini biasanya berasosiasi dengan kelainan fungsional pada saluran
kemih seperti dysfunction voiding. Menjelang remaja, insidens ISK
bertambah secara signifikan pada wanita muda mencapai 20%, sementara
konstan pada lelaki muda. Sebanyak sekitar 7 juta kasus cystitis akut yang
didiagnosis pada wanita muda tiap tahun. Faktor risiko yang utama yang
berusia 16-35 tahun adalah berkaitan dengan hubungan seksual. Pada usia
lanjut, insidens ISK bertambah secara signifikan di wanita dan lelaki.
Morbiditas dan mortalitas ISK paling tinggi pada kumpulan usia yang <1
tahun dan >65 tahun. (Nguyen, H.T., 2004).
11
3. Nutrisi yang kurang baik
4. Sistem imunitas menurun, baik seluler maupun humoral
5. Adanya hambatan pada aliran urin
6. Hilangnya efek bakterisid dari sekresi prostat
2. Diabetes Mellitus
Insidensi pyelonefritis akut empat sampai lima kali lebih tinggi
pada individu yang diabetes dari pada yang tidak. Hal itu dapat
terjadi karena disfungsi vesica urinaria sehingga memudahkan distensi
vesica urinaria serta penurunan kontraktilitas detrusor dan hal ini
meningkatkan residu urin maka mudah terjadi infeksi. Faktor lain yang
dapat menyebabkan ISK adalah menderita diabetes lebih dari 20 tahun,
retinopati, neuropati, penyakit jantung, dan penyakit pembuluh darah
perifer. Konsentrasi glukosa urin yang tinggi juga akan merusak fungsi
fagosit dari leukosit polimorfonuklear. Kombinasi dari beberapa faktor
diatas menjadi penyebab insidensi ISK dan keparahan ISK pada pasien
diabetes mellitus.
12
3. Kateter
Sebagian besar ISK terjadi setelah pemasangan kateter atau
instrumentasi urin lainnya. Pada pasien yang terpasang kateter, bakteri
dapat memasuki vesica urinaria melalui 4 tempat : the meatus-cathether
junction, the cathether-drainage tubing junction, the drainage tubing-
bag junction, dan pintu drainase pada kantung urin. Pada kateterisasi
dengan waktu singkat, bakteri yang paling banyak ditemukan adalah
E. coli. Bakteri lain yang ditemukan adalah P. aeruginosa, K.
pneumonia, Staphylococcus epidermidis, dan enterococcus. Pada
kateterisasi jangka panjang, bakteri yang banyak ditemukan adalah E.
coli, bakteri ini menempel pada uroepitelium.
4. Antibiotik
Penggunaan antibiotik yang terlalu banyak dan tidak rasional
dapat menimbulkan resistensi. Hal ini terjadi terutama pada pasien
yang mendapat terapi antibiotik dalam 90 hari sebelumnya. Penggunaan
antibiotik yang tidak rasional mengurangi jumlah bakteri lactobacillus
yang melindungi. Hal ini menimbulkan jumlah pertumbuhan E. coli
yang tinggi di vagina. Pada percobaan kepada kera, pemberian
antimikroba 2-lactam meningkatkan kolonisasi E. coli,
pemberian trimethoprim dan nitrofurantoin tidak meningkatkan
kolonisasi E. coli. E. coli merupakan penyebab terbanyak ISK. Resistensi
E. coli terhadap antibiotik meningkat dengan cepat, terutama
resistensi terhadap fluorokuinolon dan cephalosporin generasi 3 dan 4.
13
pada satu pasien sehingga menimbulkan peningkatan resistensi terhadap
antimikroba. Penggunaan antibiotik yang tidak rasional akan
menimbulkan resistensi melalui mekanisme antibiotic selective
pressure, antibiotik akan membunuh bakteri yang peka sehingga
bakteri yang resisten menjadi berkembang. Faktor lain yang
menyebabkan tingginya resistensi di ICU adalah penyakit serius yang
diderita, penggunaan alat kesehatan invasif dalam waktu lama, dan
waktu tinggal di rumah sakit yang lama.
7. Keganasan hematologi
Pasien dengan keganasan hematologi misalnya leukemia akut
dan neutropenia mempunyai risiko tinggi untuk terkena infeksi.
Bakteri yang menyebabkan infeksi pada pasien neutropenia dan kanker
bisa merupakan bakteri gram negatif (E. coli, P. aeruginosa,
Klebsiella) atau bakteri gram positif (S.Aureus dan Enterococcus).
Neutrofil memegang peranan penting sebagai agen pertahanan tubuh
manusia dalam melawan berbagai bakteri, oleh karena itu penurunan
14
jumlah neutrofil yang ekstrim menyebabkan peningkatan resistensi
bakteri. Kemoterapi dosis tinggi, neutropenia yang parah dan
berkepanjangan, serta profilaksis fluorokuino lon dan trimethoprim-
sulfamethoxazole merupakan pemicu terjadinya infeksi pada pasien
keganasan hematologi oleh bakteri yang resisten terhadap antibiotik.
2. Infeksi asending
a. Kolonisasi uretra dan daerah introitus vagina
Saluran kemih yang normal umumnya tidak mengandung
mikroorganisme kecuali pada bagian distal uretra yang biasanya juga
dihuni oleh bakteri normal kulit seperti basil difteroid, Streptokokus.
Di samping bakteri normal flora kulit, pada wanita, daerah 1/3 bagian
15
distal uretra ini disertai jaringan periuretral dan vestibula vaginalis
yang juga banyak dihuni oleh bakteri yang berasal dari usus karena
letak usus tidak jauh dari tempat tersebut. Pada wanita, kuman
penghuni terbanyak pada daerah tersebut adalah E.coli di samping
enterobacter dan S.fecalis. Kolonisasi E.coli pada wanita didaerah
tersebut diduga karena :
1) Adanya perubahan flora normal di daerah perineum
2) Berkurangnya antibodi lokal
3) Bertambahnya daya lekat organisme pada sel epitel wanita
16
Dalam keadaan normal, mikroorganisme yang masuk ke dalam
kandung kemih akan cepat menghilang, sehingga tidak sempat
berkembang biak dalam urin. Pertahanan yang normal dari kandung
kemih ini tergantung tiga faktor yaitu :
1) Eradikasi organisme yang disebabkan oleh efek pembilasan dan
pemgenceran urin
2) Efekantibakteri dari urin, karena urin mengandung asam organik
yang bersifat bakteriostatik. Selain itu, urin juga mempunyai
tekanan osmotik yang tinggi dan pH yang rendah
3) Mekanisme pertahanan mukosa kandung kemih yang intrinsik
Mekanisme pertahanan mukosa ini diduga ada hubungannya
dengan mukopolisakarida dan glikosaminoglikan yang terdapat
pada permukaan mukosa, asam organik yang bersifat bakteriostatik
yang dihasilkan bersifat lokal, serta enzim dan lisozim. Selain itu,
adanya sel fagosit berupa sel neutrofil dan sel mukosa saluran
kemih itu sendiri, juga IgG dan IgA yang terdapat pada permukaan
mukosa. Terjadinya infeksi sangat tergantung pada keseimbangan
antara kecepatan proliferasi bakteri dan daya tahan mukosa
kandung kemih.
Eradikasi bakteri dari kandung kemih menjadi terhambat jika
terdapat hal sebagai berikut : adanya urin sisa, miksi yang tidak
kuat, benda asing atau batu dalam kandung kemih, tekanan
kandung kemih yang tinggi atau inflamasi sebelumya pada
kandung kemih.
17
1) Memendeknya bagian intravesikel ureter yang biasa terjadi secara
kongenital
2) Edema mukosa ureter akibat infeksi
3) Tumor pada kandung kemih
4) Penebalan dinding kandung kemih
Jika infeksi dibiarkan saja, infeksi akan meluas dari kandung kemih
hingga ginjal. Gejala–gejala dari adanya infeksi pada ginjal berkaitan dengan
gejala pada cystitis, yaitu demam, kedinginan, rasa nyeri pada punggung,
mual, dan muntah. Cystitis dan infeksi ginjal termasuk dalam infeksi saluran
kemih.
Gejala–gejala dari infeksi saluran kemih secara spesifik sering meliputi :
1. Pyelonephritis akut.
Pada tipe ini, infeksi pada ginjal mungkin terjadi setelah meluasnya
infeksi yang terjadi pada kandung kemih. Infeksi pada ginjal dapat
18
menyebabkan rasa salit pada punggung atas dan panggul, demam
tinggi, gemetar akibat kedinginan, serta mual atau muntah.
2. Cystitis.
Inflamasi atau infeksi pada kandung kemih dapat dapat
menyebabkan rasa tertekan pada pelvis, ketidaknyamanan pada perut
bagian bawah, rasa sakit pada saat urinasi, dan bau yang mnyengat
dari urin.
3. Uretritis.
Inflamasi atau infeksi pada uretra menimbulkan rasa terbakar pada
saat urinasi. Pada pria, uretritis dapat menyebabkan gangguan pada
penis.
Tanda dan gejala infeksi saluran kemih berdasarkan rentang usia, meliputi :
1. Gejala pada bayi dan anak
kecil yang sering terjadi, meliputi:
a. Kecendrungan terjadi demam tinggi yang tidak diketahui sebabnya,
khususnya jika dikaitkan dengan tanda – tanda bayi yang lapar dan
sakit, misalnya: letih dan lesu.
b. Rasa sakit dan bau urin yang tidak enak. (orang tua umumnya tidak
dapat mengidentifikasikan infeksi saluran kemih hanya dengan
mencium urin bayinya. Oleh karena itu pemeriksaan medis
diperlukan).
c. Urin yang keruh. (jika urinnya jernih, hal ini hanya mirip dengan
penyakit, walaupun tidak dapat dibuktikan kebenarannya bahwa
bayi tersebut bebas dari Infeksi saluran kemih).
19
d. Rasa sakit pada bagian abdomen dan punggung.
e. Muntah dan sakit pada daerah abdomen (pada bayi)
f. Jaundice (kulit yang kuning dan mata yang putih) pada bayi,
khususnya bayi yang berusia setelah delapan hari.
20
1. Gejala yang mengindikasikan infeksi saluran kemih ringan (misalnya:
cystitis, uretritis) meliputi :
a. rasa sakit pada punggung
b. adanya darah pada urin (hematuria)
c. adanya protein pada urin (proteinuria)
d. urin yang keruh
e. ketidakmampuan berkemih meskipun tidak atau adanya urin yang
keluar
f. demam
g. dorongan untuk berkemih pada malam hari (nokturia)
h. tidak nafsu makan
i. lemah dan lesu (malaise)
j. rasa sakit pada saat berkemih (dysuria)
k. rasa sakit di atas bagian daerah pubis (pada wanita)
l. rasa tidak nyaman pada daerah rectum (pada pria)
21
a. Leukosuria atau piuria: merupakan salah satu petunjuk penting adanya
ISK. Leukosuria positif bila terdapat lebih dari 5 leukosit/lapang
pandang besar (LPB) sediment air kemih
b. Hematuria: hematuria positif bila terdapat 5-10 eritrosit/LPB sediment
air kemih. Hematuria disebabkan oleh berbagai keadaan patologis
baik berupa kerusakan glomerulus ataupun urolitiasis.
2. Bakteriologis
a. Mikroskopis
b. Biakan bakteri
3. Kultur urine untuk mengidentifikasi adanya organisme spesifik
4. Hitung koloni: hitung koloni sekitar 100.000 koloni per milliliter
urin dari urin tampung aliran tengah atau dari specimen dalam kateter
dianggap sebagai criteria utama adanya infeksi.
5. Metode tes
a. Tes dipstick multistrip untuk WBC (tes esterase lekosit) dan nitrit (tes
Griess untuk pengurangan nitrat). Tes esterase lekosit positif: maka
psien mengalami piuria. Tes pengurangan nitrat, Griess positif jika
terdapat bakteri yang mengurangi nitrat urin normal menjadi nitrit.
22
J. Penatalaksanaan Infeksi Saluran Kemih
Penanganan Infeksi Saluran Kemih yang ideal adalah agens antibacterial
yang secara efektif menghilangkan bakteri dari traktus urinarius dengan efek
minimal terhadap flora fekal dan vagina.
Terapi Infeksi Saluran Kemih pada usia lanjut dapat dibedakan atas:
1. Terapi antibiotika dosis tunggal
2. Terapi antibiotika konvensional: 5-14 hari
3. Terapi antibiotika jangka lama: 4-6 minggu
4. Terapi dosis rendah untuk supresi
Pemakaian antimicrobial jangka panjang menurunkan resiko
kekambuhan infeksi. Jika kekambuhan disebabkan oleh bakteri persisten di
awal infeksi, faktor kausatif (misal: batu, abses), jika muncul salah satu, harus
segera ditangani. Setelah penanganan dan sterilisasi urin, terapi preventif
dosis rendah.
Penggunaan medikasi yang umum mencakup: sulfisoxazole (gastrisin),
trimethoprim/sulfamethoxazole (TMP/SMZ, bactrim, septra), kadang
ampicillin atau amoksisilin digunakan, tetapi E. Coli telah resisten terhadap
bakteri ini. Pyridium, suatu analgesik urinarius juga dapat digunakan untuk
mengurangi ketidaknyamanan akibat infeksi. Dan dianjurkan untuk sering
minum dan BAK sesuai kebutuhan untuk membilas mikroorganisme yang
mungkin naik ke uretra, untuk wanita harus membilas dari depan kebelakang
untuk menghindari kontaminasi lubang uretra oleh bakteri feces.
23
baik biasanya sudah menyediakan tisu dan cairan pembersih dudukan
toilet.
3. Jangan membersihkan organ intim di toilet umum dari air yang
ditampung di bak mandi atau ember. Pakailah shower atau keran.
4. Gunakan pakaian dalam dari bahan katun yang menyerap keringat agar
tidak lembab.
5. Minum minimal 8 gelas per hari.
6. Jangan menahan kencing terlalu lama.
7. Untuk wanita membersihkan organ intim dari depan kebelakang untuk
menghindari kontaminasi lubang uretra oleh bakteri feces.
L. Pengertian Glomerolunefritis
Glomerulonefritis adalah suatu terminologi umum yang menggambarkan
adanya inflamasi pada glomerulus, ditandai oleh proliferasi sel–sel
glomerulus akibat proses imunologi. Glomerulonefritis terbagi atas akut dan
kronis. Glomerulonefritis merupakan penyebab utama terjadinya gagal ginjal
tahap akhir dan tingginya angka morbiditas pada anak maupun pada dewasa.
Sebagian besar glomerulonefritis bersifat kronis dengan penyebab yang tidak
jelas dan sebagian besar bersifat imunologis (Noer, 2002).
M. Glomerulonefritis Akut
1. Definisi Glomerulonefritis Akut
Glomerulonefritis akut adalah peradangan glomerulus secara
mendadak pada kedua ginjal akibat pengendapan kompleks antigen
antibodi di kapiler-kapiler glomerulus. Kompleks biasanya terbentuk 7-
10 hari setelah infeksi faring atau kulit oleh streptokokus (Arif Muttaqin,
2011).
Glomerulonefritis akut (GNA) ialah suatu reaksi imunologik pada
ginjal terhadap bakteri atau virus tertentu. Yang sering ialah infeksi
karena kuman streptococcus. Penyakit ini sering ditemukan pada anak
24
berumur 3-7 tahun dan lebih sering mengenai anak pria dibandingkan
dengan anak wanita (Ngastiyah, 1997).
Glomerulonefritis adalah peradangan dari membran kapiler
glomerulus. Glomerulonefritis akut dapat dihasilkan dari penyakit
sistemik atau penyakit glomerulus primer, tapi glomerulonefritis akut
post streptococcus (juga diketahui sebagai glomerulonefritis proliferatif
akut) adalah bentuk keadaan yang sebagian besar terjadi. Infeksi dapat
berasal dari faring atau kulit dengan streptococcus beta hemolitik A
adalah yang biasa memulai terjadinya keadaan yang tidak teratur ini.
Stafilococcus atau infeksi virus seperti hepatitis B, gondok, atau varicela
(chickenpox) dapat berperan penting untuk glomerulonefritis akut pasca
infeksi yang serupa.
b. Noninfeksi
Penyakit sistemik multisistem seperti pada Lupu Eritematosus
Sistemik (SLE), Vaskulitis, sindrom Goodpasture, granulomatosis
Wegener (Arif Muttaqin, 2011).
Menurut Ngastiyah (1997), Glomerulonefritis akut didahului oleh
infeksi ekstra renal terutama di traktus respiratorius bagian atas dan
kulit oleh kuman streptococcus beta hemoliticus golongan A tipe
12, 4, 16, 25, dan 29. Hubungan antara glomerulonefritis akut dan
infeksi streptococcus dikemukakan pertama kali oleh Lohlein pada
tahun 1907 dengan alasan bahwa:
25
1) Timbulnya glomerulonefritis akut setelah infeksi skarlatina
2) Diisolasinya kuman streptococcus beta hemoliticus golongan A
3) Meningkatnya titer anti- streptolisin pada serum pasien.
26
2) Virus : Hepatitis B, varicella, vaccinia, echovirus,
parvovirus, influenza, parotitis epidemika dll.
3) Parasit : Malaria dan toksoplasma
27
atau membran basal menghasilkan jaringan parut dan kehilangan
permukaan penyaring. Pada glomerulonefritis akut, ginjal membesar,
bengkak, dan kongesti. Seluruh jaringan renal-glomerulus, tubulus dan
pembuluh darah-dipengaruhi dalam berbagai tingkat tanpa
memperhatikan tipe glomerulonefritis akut yang ada. Pada banyak
pasien, antigen diluar tubuh (misalnya medikasi, serum asing)
mengawali proses, menyebabkan pengendapan kompleks di
glomerulus. Pada pasien yang lain, jaringan ginjal sendiri berlaku
sebagai antigen penyerang. Elektron-mikroskopis dan analisis
imunogluoresen mekanisme imun membantu identifikasi asal lesi.
Biopsi ginjal diperlukan untuk membedakan berbagai jenis
glomerulonefritis akut.
b. Proliferasi Leukosit adanya neutrofil dan monosit dalam lumen
kapiler dan sering menyertai proliferasi seluler.
c. Penebalan membran basal glomelurus muncul sebagai penebalan
dinding kapiler baik di sisi endotel atau epitel membran dasar.
d. Hialinisasi atau sklerosis menunjukkan cedera irreversible.
28
g. Terapi untuk mempercepat progresif glomerulonefritis meliputi :
1) Penggantian plasma
2) Pemberian Imunosupressan (corticosterois; cyclopfosphamid
(Cytoxan))
N. Glomerulonefritis Kronis
1. Definisi Glomerulonefritis Kronis
29
Glomerulonefritis Kronik adalah suatu kelainan yang terjadi pada
beberapa penyakit, dimana terjadi kerusakan glomeruli dan kemunduran
fungsi ginjal selama bertahun-tahun. Glomerulonefritis kronik adalah
kategori heterogen dari penyakit dengan berbagai kasus. Semua bentuk
gambaran sebelumya dari glomerulonefritis dapat meningkat menjadi
keadan kronik. Kadang- kadang glomerulonefritis pertama dilihat sebagai
sebuah proses kronik.
Pasien dengan penyakit ginjal (glomerulonefritis) yang dalam
pemeriksaan urinnya masih selalu terdapat hematuria dan proteinuria
dikatakan menderita glomerulonefritis kronik. Hal ini terjadi karena
eksaserbasi berulang dari glomerulonefritis akut yang berlangsung dalam
beberapa waktu beberapa bulan/tahun, karena setiap eksaserbasi akan
menimbulkan kerusakan pada ginjal yang berkibat gagal ginjal
(Ngastiyah, 1997).
30
Akhirnya terjadi kerusakan glomerulus yang parah, menghasilkan
penyakit ginjal tahap akhir (ESRG) (Smeltzer, 2001).
31
(perbedaan tekanan darah lebih dari 10 mmHg selama inspirasi dan
ekspirasi).
32
Jika terjadi hipertensi, tekanan darah diturunkan dengan natrium dan
pembatasan cairan. Protein dengan nilai biologis yang tinggi (produk
susu, telur dan daging) diberikan untuk mendukung status nutrisi yang
baik pada pasien. Kalori yang adekuat juga penting untuk menyediakan
protein bagi pertumbuhan dan perbaikan jaringan. Infeksi traktus
urinarius harus ditangani dengan tepat untuk mencegah kerusakan renal
lebih lanjut.
Jika edema berat terjadi, pasien harus tirah baring. Kepala tempat tidur
dinaikkan untuk kenyamanan dan diuresis. Berat badan harian dipantau,
dan diuretik digunakan untuk mengurangi kelebihan cairan. Masukan
natrium dan cairan disesuaikan dengan kemampuan ginjal pasien untuk
mengekskresi air dan natrium.
Dimulainya dialisis dipertimbangkan diawal terapi untuk menjaga
agar kondisi fisik paien tetap optimal, mencegah ketidakseimbangan
cairan dan elektrolit, dan mengurangi resiko komplikasi gagal ginjal.
Rangkaian penanganan dialisis sebelum pasien menunjukkan komplikasi
signifikan adalah lambat.
33
glukosa yang ketat pada penderita diabet terbukti memperlambat atau
mengurangi progres glomerulonefritis.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Sistem perkemihan terdiri atas beberapa organ yaitu ginjal, ureter, vesika
urinaria (kandung kemih), dan uretra.
2. Infeksi saluran kemih (ISK) adalah istilah umum yang menunjukkan
keberadaan mikroorganisme dalam urin.
3. Infeksi saluran kemih dibagi menjadi, kandung kemih (sistitis), uretra
(uretritis), dan ginjal (pielonefritis). Infeksi saluran kemih pada usia
34
lanjut dibedakan menjadi, ISK Uncomplicated (simple) dan ISK
Complicated.
4. Perempuan cenderung lebih banyak menderita ISK dibandingkan laki-
laki. ISK berulang pada laki-laki jarang dilaporkan, kecuali disertai
faktor predisposisi (pencetus).
5. Jenis-jenis mikroorganisme yang menyebabkan ISK, antara lain:
Pseudemonas, Proteus,Kklebsiella, dan Escherichia coli.
6. Faktor resiko infeksi saluran kemih antara lain usia, diabetes mellitus,
antibiotic, perawatan di ICU, perawatan kesehatan jangka panjang, dan
keganasan hematologi.
7. Infeksi saluran kemih disebabkan oleh adanya mikroorganisme patogenik
dalam traktus urinarius. Mikroorganisme ini masuk melalui: kontak
langsung dari tempat infeksi terdekat, hematogen, limfogen. Ada 2 jalur
utama terjadi ISK yaitu asending dan hematogen.
8. Gejala–gejala dari infeksi saluran kemih secara umum meliputi: oliguria,
hamaturia, demam, rasa sakit pada daerah di atas pubis, urin berwarna
gelap dan keruh, serta adanya bau yang menyengat dari urin.
9. Pemeriksaan penunjang infeksi saluran kemih adalah urinalisis,
bakteriologis, kultur urine, hitung koloni, dan metode tes.
10. Penanganan Infeksi Saluran Kemih (ISK) yang ideal adalah agens
antibacterial yang secara efektif menghilangkan bakteri dari traktus
urinarius dengan efek minimal terhadap flora fekal dan vagina.
11. Pencegahan infeksi saluran kemih menjaga kebersihan organ intim
saluran kemih, banyak minum, dan jangan menahan kencing terlalu lama.
12. Glomerulonefritis adalah suatu terminologi umum yang menggambarkan
adanya inflamasi pada glomerulus, ditandai oleh proliferasi sel–sel
glomerulus akibat proses imunologi.
13. Glomerulonefritis akut adalah peradangan glomerulus secara mendadak
pada kedua ginjal akibat pengendapan kompleks antigen antibodi di
kapiler-kapiler glomerulus. Penyebabnya dibedakan menjadi dua yaitu
terinfeksi dan non infeksi. Gejalanya mual, muntah, demam, proteinuria,
35
hematuria, oligosuria, hipertensi, dan edema pada daerah mata.
Penatalaksanaannya meliputi diet rendh natrium, terapi antibiotik, dan
pembatasan cairan bila terdapat edema.
14. Glomerulonefritis kronik adalah suatu kelainan yang terjadi pada
beberapa penyakit, dimana terjadi kerusakan glomeruli dan kemunduran
fungsi ginjal selama bertahun-tahun. Patofisiologi glomerulonefritis
kronik seperti glomerulonefritis akut atau tampak sebagai tipe reaksi
antigen-antibody yang lebih ringan. Gejalanya kehilangan berat badan,
peningkatan iritabilitas, dan nokuria. Penatalaksanaannya meliputi
pembatasan cairan dan natrium, tirah baring serta diuresis.
15. Diet pada penderita glomerulonefritis adalah diet rendah garam, cukup
karbohidrat, serta pembatasan kalium dan natrium.
B. Saran
Dalam upaya pencegahan infeksi saluran kemih dan glomerulonefritis,
hendaknya seseorang menerapkan pola hidup bersih pada organ intim.
Contohnya pada wanita membersihkan dari depan kebelakang. Minum
minimal delapan gelas per hari dan jangan menahan kencing terlalu lama.
DAFTAR PUSTAKA
36
P, Renica. 2013. Glomerulonefritis pada Anak Usia Sekolah. Volume 1, Nomor 4.
Juke.kedokteran.unila.ac.id/index.php/medulla/article/view/124/122, diakses
3 Juni 2015.
Rissa Anggarini, Fellecia. 2013. Faktor Risiko Infeksi Saluran Kemih oleh Multi
Drug Resistant Organisms pada Pasien yang Dirawat di Rsup Dr Kariadi.
www.ejournal-S1.undip.ac.id/index.php/medico/article/view/4920/4746,
diakses 3 Juni 2015.
Sukandar, E. 2004. Infeksi Saluran Kemih pada Pasien Dewasa dalam Buku Ajar
Ilmu Penyakit Dalam. Jilid 1. Edisi IV. Jakarta : FKUI.
Tessy Agus, Ardaya, Suwanto. (2001). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam: Infeksi
Saluran Kemih. Edisi: 3. Jakarta: FKUI.
37