Anda di halaman 1dari 14

PENGAMBILAN KEPUTUSAN DALAM

MANAJEMEN

Disusun oleh :

1. Ribka Devi Melinda Br Sitorus (041811333071)


2. Kelvin Hervangga (041811333076)
3. Hana Kiraina (041811333078)
4. Alvredo Satriawan Singgih (041811333088)

PRODI S1 AKUNTANSI

UNIVERSITAS AIRLANGGA

SURABAYA

2019
BAB I
PENDAHULUAN

1.1      Latar Belakang
Setiap perusahaan maupun instansi pemerintahan tidak akan pernah luput dari
masalah. Terutama masalah yang berhubungan dengan pengelolaan manajemen. Jika ditinjau
dari kehidupan sehari-hari terjadinya masalah bisa disebabkan dari pihak internal maupun
pihak eksternal. Banyak pihak yang menganggap bahwa masalah yang datangnya dari pihak
eksternal lebih berbahaya sehingga di prioritaskan untuk segera diselesaikan, sedangkan
masalah yang datangnya dari dalam (internal) tidak terlalu berbahaya. Inilah suatu pandangan
yang salah dan bisa menyebabkan kehancuran dari sebuah perusahaan / instansi /organisasi.
Banyak yang mengatakan pemecahan masalah adalah aktivitas terpenting yang
dilakukan seorang manajer merupakan suatu gambaran yang terlalu disederhanakan.
Pekerjaan dalam menyelesaikan / memecahkan masalah jauh lebih rumit daripada hanya
sekedar pemecahan masalah saja. Aktivitas-aktivitas lain, seperti komunikasi, juga sama
pentingnya. Akan tetapi, aman jika dikatakan bahwa pemecahan masalah merupakan salah
satu aktivitas utama yang sering kali menentukan berhasil atau tidaknya karier manajemen.
Manajemen menbutuhkan Informasi sebagai dasar pengambilan keputusan mereka.
Sistem Informasi mempunyai peranan yang penting dalam menyediakan Informasi untuk
manajemen setiap tingkatan. Tiap-tiap kegiatan dan keputusan manajemen yang berbeda
membutuhkan informasi yang berbeda. Oleh karena itu, untuk dapat menyediakan informasi
yang relevan dan berguna bagi manajemen, maka pengembangan Sistem Informasi harus
memahami terlebih dahulu kegiatan yang dilakukan oleh manajemen dan tipe keputusannya.

A. Konsep Dasar Pengambilan Keputusan


Pengambilan keputusan adalah memilih satu aatu lebih diantara sekian banyak
alternatif keputusan yang mungkin. Alternaif keputusan meliputi keputusan ada kepastian,
keputusan beresiko, keputusan ketidakpastian dan keputusan dalam konflik.
Keputusan bisa dibuat berulang kali secara rutin dan dalam bentuk persoalan yang
sama sehingga mudah dilakukan keputusan. Keputusan yang dihadapi mugnkin serupa
dengan situasi yang pernah dialami, tetapi ada ciri khusus dari permasalahan yang baru
timbul.

B. Teori Pengambilan Keputusan


- Keputusan yang baru mungkin, persoalan baru yang belum pernah dialami sebelumnya.
- Salah satu komponen terpenting dari proses pembuatan keputussan adalah kegiatan
pengumpulan Informasi darimana suatu apresiasi mengenai situasi keputusan dapat dibuat.
- Pembuat keputusan bisa perorangan atau kelompok baik untuk kepentingan sendiri mauapun
kepentingan kelompok.
- Lingkungan keputusan dapat sampai tak terbatas.

1.2      Rumusan Masalah
1. Apa saja jenis-jenis keputusan dan masalahnya?
2. Bagaimana model pengambilan keputusan dalam manajemen?
3. Apa saja langkah-langkah dalam mengambil keputusan?
4. Bagaimana pengambilan keputusan kelompok yang inovatiF
1.3     Tujuan Permasalahan
1. Mendeskripsikan jenis-jenis keputusan dan masalahnya.
2. Menjelaskan model pengambilan keputusan dalam manajemen.
3. Mendeskripsikan langkah-langkah dalam mengambil keputusan.
4. Menjelaskan pengambilan keputusan kelompok yang inovatif.
BAB 2
ANALISIS

Sebuah keputusan merupakan pilihan yang dibuat dari alternatif-alternatif yang ada.
Pengambilan keputusan adalah proses dalam mengenali masalah masalah dan peluang-
peluang untuk kemudiamn dipecahkan. Pengambilan keputusan adalah proses dalam
mengenali masalah-masalah dan peluang-peluang untuk kemudian dipecahkan. Pengambilan
keputusan mengharuskan adanya usaha baik sebelum ataupun sesudah dibuatnya pilihan yang
nyata.
2.1 Fungsi Pengambilan Keputusan
a. Pangkal permulaan dari semua aktivitas manusia yang sadar dan terarah, baik
secara individual maupun secara berkelompok, baik secara institusional maupun
secara organisasional.
b. Sesuatu yang bersifat futuristik, artinya bersangkut paut dengan hari depan, masa
akan datang, dimana efeknya atau pengaruhnya berlangsung cukup lama.

2.2 Keputusan yang terprogram dan tidak terprogram


a. Keputusan yang terprogram berada dalam situasi yang telah sering muncul hingga
aturan-aturan dalam mengambil keputusan bisa dibuat dan diterapkan. Keputusan
yang terprogram dibuat untuk menjawab persoalan-persoalan organisasi yang
kerap kali terjadi.
b. Keputusan tidak terprogram diambil untuk menjawab situasi yang unik, sulit
dikenali dan sangat tidak terstruktur, serta membawa konsekuensi penting bagi
organisasi.

2.3 Menghadapi kejelasan dan ketidakjelasan


Satu perbedaan utama antara keputusan terprogram dan keputusan tidak
terprogram ada dalam kaitannya dalam tingkat kejelasan dan ketidakjelasan yang
harus ditangani manajer dalam mengambil keputusan. Setiap situasi dalam
pengambilan keputusan dapat diatur dalam sebuah skala sesuai dengan ketersediaan
informasi dan kemungkinan akan kegagalan. Empat posisi dalam skala tersebut adalah
a. Kejelasan, artinya semua informasi yang diperlukan oleh pihak pengambil
keputusan telah tersedia secara menyeluruh.
b. Resiko, artinya bahwa sebuah keputusan harus memiliki tujuan-tujuan yang
jelas dan informasi yang baik yang selalu tersedia, tetapi hasilnya dimasa depan
yang berhubungan dengan setiap alternatif belum pasti.
c. Ketidakpastian, artinya adalah bahwa manajer mengetahui tujuan mana yang
ingin dicapainya, tetapi informasi tentang alternatif-alternatif dan peristiwa
dimasa depan tidaklah lengkap.
d. Ambiguitas artinya bahwa tujuan tujuan yang akan dicapai atau permasalahan-
permasalahan yang hendak dipecahkan tidaklah jelas, alternatif-alternatif
sangatlah sulit ditentukan, dan informasi mengenai hasilnya nanti tidaklah
tersedia.
2.4 Model pengambilan keputusan
A. Model yang Ideal dan Rasional ( Model Klasik)
Model klasik dalam pengambilan keputusan didasarkan pada asumsi ekonomi
rasional dan keyakinan manajer tentang seperti apakah seharusnya pengambilan
keputusan yang ideal itu.
Empat asumsi yang menggaris bawahi model ini adalah sebagai berikut :
1. Pengambil keputusan bekerja untuk mencapai tujuan-tujuan yang sudah
diketahui dan disepakati.
2. Pengambil keputusan bekerja keras dalam kondisi ketikdakpastian dengan,
mengumpulkan informasi yang lengkap.
3. Kriteria untuk mengevaluasi npilihan alternatif harus diketahui. Pengambil
keputusan memilih alternqtif yang akan memaksimalkan laba bagi organisasi.
4. Pengambilan keputusan adalah orang yang rasional dan menggunakan logika
untuk menetapkan nilai-nilai, membuat pilihan, mengevaluasi alternatif, dan
mengambil keputusan yang akan memaksimalkan pencapaian tujuan
organisasi.
Model klasik dalam pengambilan keputusan dianggapan sebagai model yang
normatif, yang berarti bahwa model ini menentukan bagaimana seorang
pengambil keputusan seharusnya mengambil keputusan. Model klasik ini paling
berguna jika diterapkan untuk keputusan terprogram dan untuk keputusan-
keputusan dengan kepastian dan risiko yang jelas di mana terdapat informasi
yang berhubungan dan kemungkinan-kemungkinan pun dapat diperhitungkan.

B. Model Administratif
Model administratif dianggap bersifat deskriptif, yang artinya model ini
menggambarkan bagaimana manajer benar-benar melakukan pengambilan
keputusan dalam situasi yang kompleks, dan bukannya mendikte bagaimana
manajer seharusnya mengambil keputusan berdasarkan teori ideal. Model
administratif mengenali keterbatasan yang dimiliki manusia dan lingkungan yang
memengaruhi tingkat rasionalitas manajer dalam pengambilan keputusan.
Aspek dalam pengambilan keputusan dengan model administratif ada 2, yaitu:
1. Rasionalitas yang Terbatas dan Pemuasan
Rasionalitas yang terbatas berarti bahwa manusia memiliki keterbatasan, atau
batas-batas dalam kemampuannya berpikir rasional. Sedangkan berarti bahwa
seorang pengambil keputusan memilih alternatif solusi pertama yang dapat
memuaskan kriteria minimal dalam membuat sebuah keputusan yang baik.
2. Intuisi
Intuisi adalah pemahaman yang cepat terhadap situasi genting berdasarkan
pengalaman di masa lalu tetapi tanpa pemikiran yang sadar. Pengambilan
keputusan yang berdasarkan intuisi tidaklah sewenang-wenang atau tidak
rasional karena didasarkan pada pengalaman aktif selama bertahun-tahun yang
memungkinkan manajer untuk menentukan solusi dengan cepat tanpa harus
melalui perhitungan yang sangat saksama.

C. Model Politik
Model pengambilan keputusan ini sangatlah berguna dalam membuat
keputusan yang tidak terprogram ketika situasinya tidak jelas, informasinya
terbatas, dan adanya konflik antara manajer tentang tujuan yang akan dicapai atau
tindakan apa yang akan dilakukan. Sebagian besar keputusan dalam organisasi
melibatkan banyak manajer yang mengejar tujuan berbeda-beda, dan para manajer
tersebut harus saling bicara satu sama lain untuk membagi informasi dan sampai
pada kesepakatan. Manajer-manajer sering kali terlibat dalam pembangunan
koalisi dalam membuat keputusan organisasi kompleks.
Empat asumsi dasar dalam model politik :
1. Organisasi terdiri dari kelompok-kelompok dengan kepentingan, tujuan,
dan nilai-nilai yang beragam.
2. Informasi sering kali ambigu dan tidak lengkap
3. Para manajer tidak memiliki waktu, sumber daya, atau kapasitas mental
untuk mengenali semua dimensi masalah dan memproses semua informasi
yang relevan
4. Manajer terlibat dalam perdebatan untuk memutuskan tujuan-tujuan dan
mendiskusikan alternatif-alternatifnya.

2.5 Fase-Fase dalam Pengambilan Keputusan


1. Penelusuran Lingkup Masalah
Pengumpulan informasi untuk mengidentifikasi permasalahan. Intelegensi dalam
pengambilan keputusan meliputi pemindaian lingkungan. Intelegensi mencakup berbagai
aktivitas yang menekankan identifikasi situasi atau peluang-peluang terhadap tujuan dan
sasaran organisasional yang berkaitan dengan isu yang terkait dan menentukan apakah
tersebut telah terpenuhi. Data masukkan diperoleh, diproses, dan diuji dalam rangka
mengidentifikasi masalah.
2.Perancangan Penyelesaian Masalah
Tahap ini meliputi penemuan solusi atau mengembangkan dan menganalisis tindakan
yang mungkin dilakukan.
3.Pemilihan Tindakan
Tahap ini meliputi pencarian, evaluasi, dan rekomendasi terhadap suatu solusi yang
tepat untuk model.
4.Pelaksanaan Tindakan
Tahap melaksanakan keputusan dan melaporkan hasilnya.
2.6 Langkah-Langkah dalam Pengambilan Keputusan
A. Pengenalan Syarat-Syarat Sebuah Keputusan
Manajer menghadapi syarat-syarat dalam mengambil sebuah keputusan  dalam bentuk
masalah maupun peluang. Sebuah masalah (problem) muncul ketika pencapaian organisasi
kurang dari tujuan yang telah ditentukan. Ada beberapa aspek dari kinerja bisnis yang tidak
memuaskan. Sebuah peluang (opportunity) muncul ketika manajer melihat pencapaian yang
potensial yang melebihi tujuan organisasi saat itu. Manajer melihat kemungkinan untuk
meningkatkan kinerja di atas kinerja kerja yang selama ini telah dilakukan. Kesadaran akan
masalah dan peluang merupakan langkah awal dalam rangkaian dan menuntut adanya
pengamatan terhadap lingkungan internal dan eksternal akan persoalan-persoalan yang pantas
diperhatikan oleh para eksekutif.
B.Diagnosis dan Analisis Sebab Akibat

Diagnosis adalah langkah dalam proses pengambilan keputusan di mana manajer


menganalisis faktor-faktor sebab akibat penting yang berhubungan dengan situasi penting.
Kepner dan Tregoe,yang melakukan penelitian ekstensif tentang pengambilan keputusan
yang dilakukan manajer, menyarankan bahwa manajer menanyakan serangkaian pertanyaan
untuk menspesifikasikan sebab-sebab penting. Pertanyaan-pertanyaan yang diajukan
membantu mengenali apa yang sebenarnya terjadi dan mengapa.

C.Pengembangan Alternatif

Tahap berikutnya adalah membuat solusi alternatif yang akan menjawab kebutuhan yang
ada dan memperbaiki sebab-sebab yang mendasarinya. Untuk keputusan yang terprogram,
alternatif-alternatif dapat dengan mudah dikenali dan bahkan biasanya sudah tersedia dalam
peraturan dan prosedur organisasi. Bagi keputusan-keputusan yang dibuat di bawah kondisi
dengan ketidakpastian yang tinggi, manajer hanya dapat mengembangkan satu atau dua solusi
yang akan bisa jadi pemuasan dalam mengatasi masalah. Namun, penelitian menunjukkan
bahwa membatasi pencarian alternatif merupakan sebab utama gagalnya pengambilan
keputusan di organisasi.

D.Pemilihan Alternatif yang Dikehendaki

Setelah beberapa alternatif berhasil dikembangkan, organisasi harus memilih satu


alternatif. Pilihan keputusan adalah seleksi dari arah tindakan alternatif yang paling
menjanjikan. Yang terbaik adalah yang solusinya paling sesuai dengan tujuan dan nilai-nilai
keseluruhan organisasi, serta mencapai hasil yang dikehendaki dengan menggunakan sumber
daya paling sedikit. Manajer mencoba menyeleksi pilihan dengan resiko dan ketidakpastian
paling sedikit. Dikarenakan beberapa resiko selalu ada dalam keputusan yang tidak
terprogram, manajer mencoba untuk mengukur prospek-prospek menuju sukses. Manajer
dapat mengandalkan intuisi dan pengalaman untuk memperkirakan jika suatu arah tindakan
sekiranya akan berhasil.

E. Penerapan Alternatif Terpilih

Tahap penerapan (implementation) adalah tahap di mana kemampuan manajerial,


administratif, dan persuasif yang dimiliki seorang manajer akan digunakan untuk menjamin
bahwa alternatif terpilih akan dijalankan. Keahlian dalam berkomunikasi, memotivasi, dan
memimpin harus digunakan untuk mewujudkan keputusan ini dan menggerakkan para
pegawai untuk lebih berkomitmen.

F. Evaluasi dan Umpan Balik

Pada tahap evaluasi, yang merupakan bagian proses pengambilan keputusan, para
pengambil keputusan akan mendapatkan informasi tentang seberapa baiknya mereka
menerapkan keputusan yang telah mereka ambil dan apakah penerapan ini efektif dalam
mencapai tujuan mereka. Umpan balik adlah hal yang penting karena pengambilan keputusan
adalah proses yang berkelanjutan dan tidak pernah berakhir. Umpan balik memberikan
informasi pada pengambil keputusan yang nantinya bisa membentuk siklus pengambilan
keputusan yang baru. Keputusan yang diambil bisa saja gagal, karena manajer dapat
menciptakan analisis permasalahan yang baru, mengevaluasi alternatif-alternatif, dan
menyeleksi alternatif yang baru.

2.7 Kerangka Kerja Keputusan Pribadi


Bagaimanapun, tidak semua manajer membuat keputusan dengan cara yang sama.
Bahkan, perbedaan yang signifikan membedakan cara-cara yang digunakan manajer dalam
melakukan pendekatan terhadap masalah dan mengambil keputusan terkait masalah tersebut.
Perbedaan ini dapat dijelaskan dengan konsep gaya pengambilan keputusan (decision
styles). Gaya pribadi pengambilan keputusan mengacu pada perbedaan di antara orang-orang
yang berhubungan dengan cara mereka mengevaluasi masalah, pengembangan macam
alternatif, dan membuat pilihan. Empat gaya pengambilan keputusan :
a) Gaya direktif, digunakan oleh orang-orang yang lebih memilih solusi masalah yang
sederhana dan jelas. Manajer yang menggunakan gaya ini seringkali mengambil keputusan
dengan cepat, ia tidak mau beruruaan dengan banyak informasi dan mungkin hanya
memperkirakan satu atau dua alternatif.
b)Manajer dengan gaya analisis sering mempertimbangkan solusi yang kompleks
berdasarkan data sebanyak mungkin yang dapat mereka kumpulkan. Orang-orang seperti ini
mempertimbangkan dengan hati-hati. Meraka mencari keputusan terbaik yang mungkin ada
berdasarkan informasi yang tersedia.
3)Orang-orang yang cenderung ke arah gaya konseptual juga senang memperhatikan
sejumlah besar informasi. Manajer yang menggunakan cara ini selalu mempertimbangkan
alternatif yang banyak , mengandalkan informasi baik dari orang-orang ataupun dari sistem,
dan senang menyelesaikan masalah dengan kreatif.
4)Gaya perilaku, adalah gaya yang digunakan oleh manajer yang memiliki perhatian
mendalam terhadap orang lain sebagai individu. Orang dengan gaya perilaku biasanya
berhubungan dengan perkembangan pribadi orang lain dan dapat membuat keputusan yang
dapat membantu orang lain mencapai tujuan mereka.

2.8 Mengapa Manajer Mengambil Keputusan yang Salah?


Manajer dihadapkan pada tuntutan untuk selalu membuat keputusan, mulai dari untuk
menyelesaikan masalah kecil hingga menerapkan perubahan strategi besar. Bahkan seorang
manajer terbaik pun akan melakukan kesalahan. Namun manajer dapat meningkatkan
persentasinya dalam membuat keputusan yang tepat dengan memahami  beberapa faktor yang
menyebabkannya membuat keputusan yang tidak tepat. Sebagian besar keputusan yang tidak
tepat adalah kesalahan penilaian yang berasal dari kapasitas pikiran manusia yang terbatas
dan dalam keberatsebelahan alami yang diperlihatkan manajer selama proses pengambilan
keputusan. Dengan menyadari enam keberatsebelahan di bawah ini, manajer terbantu dalam
membuat pilihan lebih seksama.
1.Terpengaruh oleh kesan pertama. Ketika sedang mempertimbangkan sebuah keputusan,
pikiran seringkali memberikan bobot yang tidak sesuai terhadap informasi pertama yang
diterimanya. Kesan, statistic, atau perhitungan pertama ini bertindak sebagai jangkar bagi
pemikiran dan penilaian kita selanjutnya.

2. Membenarkan keputusan-keputusan yang lalu. Banyak manajer yang jatuh kedalam


jebakan dengan membuat pilihan yang membenarkan keputusan-keputusannya yang lalu,
bahkan jika keputusan-keputusan tersebut tidak lagi sah.

3.Melihat apa yang ingin dilihat. Orang-orang seringkali mencari informasi yang
mendukung insting dan sudut pandang yang mereka percaya dan menghindari informasi yang
bertentangan dengan keyakinan mereka. Keberatsebelahan ini akan selalu memengaruhi arah
manajer dalam mencari informasi, juga bagaimana manajer tersebut mengartikan informasi
yang ia temukan.

4.Mempertahankan status quo. Manajer mungkin mendasarkan keputusannya pada apa


yang telah berhasil di masa lalu dan gagal mengeksplorasi pilihan-pilihan baru, menggali
informasi tambahan, atau menyelidiki teknologi-teknologi baru.
5.Terpengaruh oleh kerangka masalah. Respons keputusan manajer dapat dipengaruhi
oleh sekadar bagaimana masalah itu disampaikan dengan kata-kata.

6.Terlalu percaya diri. Sebagian besar orang memandang terlalu tinggi terhadap


kemampuannya dalam memperkirakan hasil yang tidak pasti. Sebelum mengambil keputusan,
manajer memiliki ekspektasi yang tidak nyata akan kemampuannya untuk memahami risiko
dan membuat pilihan yang tepat.

2.9 Pengambilan Keputusan Kelompok yang Inovatif

1.Mulailah dengan Curah Gagasan

Curah gagasan (brainstorming) mengharuskan adanya sekelompok orang yang


berkumpul secara langsung untuk memberikan alternatif-alternatif dengan cakupan yang
sangat luas secara spontan untuk melakukan pengambilan keputusan. Kunci untuk melakukan
curah gagasan yang efektif adalah bahwa setiap orang dapat mengembangkan ide milik orang
lain, semua ide dapat diterima, meskipun ide tersebut kedengaran gila, serta kritik dan
evaluasi tidaklah boleh disertakan. Tujuan dari curah gagasan adalah untuk mengumpulkan
ide sebanyak mungkin. Sebuah pendekatan baru-baru ini, yaitu pendekatan brainstorming
elektronik, memanfaatkan pendekatan kelompok sekaligus menghilangkan beberapa
kekurangannya. Curah gagasan elektronik (electronic brainstorming), yang terkadang disebut
brainwriting, mempersatukan orang-orang dalam sebuah kelompok interaktif melalui jaringan
computer.

2.Teribat dalam Perdebatan yang Sengit


Kunci yang penting dalam membuat keputusan yang lebih baik adalah dengan
melakukan perdebatan yang sengit mengenai permasalahan yang ada. Manajer yang baik
mengakui bahwa konflik yang bersifat membangun yang berdasarkan pada pemikiran yang
beragam dapat memfokuskan suatu masalah, membuat ide menjadi jelas memicu pemikiran
kreatif, menciptakan pemahaman terhadap masalah dan menciptakan alternatif-alternatif,
secara meningkatkan kualitas keputusan yang akan di ambil. Perdebatan yang sengit dapat
dipicu dengan beberapa cara. Salah satu caranya adalah dengan meyakinkan diri bahwa suatu
kelompok itu memiliki perbedaan usia dan jenis kelamin, bidang keahlian, tingkatan hierarki,
dan pengalaman kerja. Sebagian dari anggota kelompok bertugas sebagai pengacara jahat
(devil’s advocate), yaitu pihak yang berperan sebagai pihak yang meregukan suatu perkiraan
atau penegasan yang dibuat oleh kelompok tersebut. Pendekatan yang lainnya adalah dengan
membuat para anggota kelompok mengembangkan alternatif sebanyak mungkin dan
mendorong orang-orang untuk menyampaikan ide yang tidak mereka kehendaki dengan
tujuan untuk memancing perdebatan. Namun, cara lain untuk mendorong terjadinya konflik
yang bersifat membangun adalah dengan menggunakan teknik yang disebut balas-membalas
(point-counterpoint), yang memecah kelompok menjadi dua subkelompok dan memberikan
tanggung jawab yang berbeda dan seringkali bertentangan pada kedua subkelompok tersebut.
Kedua subkelompok tersebut kemudian mengembangkan dan bertukar pikiran serta
membahas dan memperdebatkan berbagai pilihan hingga mereka sampai pada hingga mereka
sampai padapemahaman dan rekomendasi bersama.

3.Hindari Groupthink
Groupthink adalah kecenderungan anggota kelompok untuk tidak mengutarakan
opini-opini yang bertentangan. Ketika para anggota kelompok jatuh kedalam groupthink,
hasrat untuk selalu harmonis mengalahkan pertimbangan untuk mendapatkan keputusan yang
berkualitas. Anggota kelompok lebih mementingkan menjaga persatuan daripada meragukan
permasalahan dan alternatif secara realistis. Para anggota kelompok menyaring opini
pribadinya dan segan member kritik pada opini orang lain.

4.Tahu Kapan Harus Gagal


Dalam lingkungan yang bergerak cepat, manajer yang baik akan berani mengambil
risiko dan belajar dari kesalahan, tetapi manajer yang baik juga tidak ragu untuk
menghentikan hal yang tidak akan berhasil. Penelitian telah menemukan bahwa manajer dan
organisasi sering kali terus memberikan waktu dan uang untuk sesuatu yang sudah terbukti
akan gagal. Kecenderungan ini dianggap sebagai komitmen ekskalasi (escalating
commitment).
BAB 3
KESIMPULAN
3.1 Kesimpulan
Pelajaran dalam mengambil keputusan merupakan sesuatu yang penting karena
menggambarkan bagaimana manajer membuat strategi dan keputusan operasional yang
sukses. Manajer berhadapan dengan beragam jenis keputusan, diantaranya adalah keputusan
terprogram dan tidak terprogram, dan perbedaan dari keputusan-keputusan tersebut ada pada
jumlah risiko, ketidakpastian, dan ambiguitas lingkungan.
Pengambilan keputusan merupakan salah satu fungsi manajemen dimana pihak terkait
melakukan pertimbangan dan menjatuhkan pilihan yang meliputi merumuskan masalah,
menganalisa masalah, menentukan dan mengembangkan alternatif, mengambil tindakan
berdasarkan hasil pertimbangan, dan melakukan evaluasi.
Pengambilan keputusan sangat dibutuhkan sebagai salah satu pemecahan masalah
dalam kegiatan manajemen. Hal ini diharapkan dapat membantu kegiatan-kegiatan organisasi
dalam mencapai tujuan organisasinya. Dengan kata lain, pengambilan keputusan
dimaksudkan untuk memecahkan masalah dalam kegiatan organisasi.
DAFTAR PUSTAKA

Daft, L. Richard. 2010. ERA BARU MANAJEMEN. Edisi 9. Salemba Empat.


Syamsi, Ibnu. 1989. Pengambilan Keputusan(Decision Making). Jakarta: Bina Aksara.

Anda mungkin juga menyukai