15 46 1 PB
15 46 1 PB
Cindy Tamara Widagdo, Pingkan Naibaho, Tejo Jayadi, Sulanto Saleh Danu
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Duta Wanaca
Korespondensi: jeremytejo1@yahoo.com
ABSTRAK
Cindy Tamara Widagdo, Pingkan Naibaho, Tejo Jayadi, Sulanto Saleh Danu
Medical Faculty of Duta Wacana Christian University
Corespondence: jeremytejo1@yahoo.com
ABSTRACT
Houghton et al. (1978), membagi lesi analisis akan dilanjutkan dengan uji
menjadi: 0) normal, 1) daerah Mann-Whitney. Pemberian ekstrak
degenerasi granulo-vakuoler pada Curcuma longa pada kelompok kontrol
epitel fokal dan debris granuler dalam negatif dan kontrol sham
lumen tubuler, dengan atau tanpa menunjukkan perbedaan kadar SGOT
adanya deskuamasi sel epitel tubuler (p = 0,037), SGPT (p = 0,055), ureum
dalam fokus kecil (< 1% dari populasi (p = 0,810), kreatinin (p = 0,677), dan
tubulus mengalami deskuamasi), 2) morfologi lambung (p = 1), hepar (p =
nekrosis epitel tubuler dan 1), dan renal (p = 1). Hal ini
deskuamasi mudah terlihat tetapi menunjukkan bahwa ekstrak Curcuma
kurang dari 50% tubulus kortikal, 3) longa tidak menimbulkan dampak
lebih dari 50% tubulus proksimal toksik untuk lambung, hepar, dan
menunjukkan deskuamasi dan renal. Pada kelompok kontrol positif,
nekrosis tetapi tubulus masih mudah parasetamol dosis 520 mg/kgBB tidak
dilihat, 4) nekrosis tubulus proksimal menimbulkan kenaikan serum SGOT
hampir semua atau semua.2 (p = 0,423), SGPT (p = 0,873), ureum
Unit eksperimental penelitian (p = 0,336), dan kreatinin (p = 0,677),
ini adalah: kandang no. 1 = kelompok sedangkan pada pemeriksaan
kontrol negatif; kandang no. 2 = histopatologi parasetamol
kelompok kontrol sham; kandang no. menimbulkan kerusakan morfologi
3 = kelompok kontrol positif; kandang pada lambung (p = 0,19), hepar (p =
no. 4 = kelompok perlakuan satu; 0,001), dan renal (p = 0,002). Pada
kandang no. 5 = kelompok perlakuan kelompok perlakuan, pemberian
dua; kandang no. 6 = kelompok ekstrak Curcuma longa menunjukkan
perlakuan tiga. efek peningkatan serum SGOT
Dalam penelitian ini akan dicari kelompok perlakuan 1 (p = 0,584),
nilai rata-rata dan simpangan baku perlakuan 2 (p = 0,465), perlakuan 3
dari variabel kuantitatif bila data (p = 0,715) dibandingkan kelompok
berdistribusi normal dan dianalisa kontrol positif. Level SGPT serum
dengan menggunakan metode Analisis sedikit meningkat pada kelompok
of Variance (Anova). Apabila analisis perlakuan 1 (p = 0,068), perlakuan 2
ANOVA menunjukkan ekstrak (p = 0,144), dan menurun pada
Curcuma longa memberikan pengaruh perlakuan 3 (p = 0,017) dibandingkan
yang nyata (p < 0,05) terhadap respon kelompok kontrol positif. Pada
pengamatan, maka perlu dilanjutkan pemeriksaan histopatologi hepar
dengan uji post hoc LSD. Pada data menunjukkan kerusakan lebih berat
semikuantitatif akan diuji beda pada kelompok perlakuan 1 (p =
menggunakan uji statistik 0,056), perlakuan 2 (p = 0,005),
nonparametrik Kruskal-Wallis Anova perlakuan 3 (p = 0,034) dibandingkan
by Rank, jika dengan uji tersebut kontrol positif. Fungsi ginjal
didapatkan perbedaan yang bermakna menunjukkan perbaikan yang
(p < 0,05) maka dilanjutkan dengan uji signifikan pada perlakuan 3
Mann-Whitney. dibandingkan kontrol positif. Kadar
ureum serum antara kelompok kontrol
HASIL DAN DISKUSI positif dengan perlakuan 1 (p = 1),
perlakuan 2 (p = 0,36), perlakuan 3: (p
Hasil uji Kruskal-Wallis pada
= 0,043), dan kreatinin serum
nilai SGOT (p = 0,0233), SGPT (p =
kelompok kontrol positif dengan
0,004), ureum (p = 0,19), kreatinin (p =
perlakuan 1 (p = 0,056), perlakuan 2
0,009), dan histologi lambung (p =
(p = 0,04), perlakuan 3 (p = 0,056). Hal
0,000), hepar (p = 0,00), dan renal (p =
ini berlawanan dengan pemeriksaan
0,00). Berdasarkan hasil tersebut,
histopatologi pada renal yang