Miopia
Oleh:
Ferlina Fitrah 1940312078
Mai Ismil Husni T 1940312134
Ryan Ramadhan 1940312142
2020
BAB I
PENDAHULUAN
Metode yang dipakai pada penulisan ini berupa tinjauan pustaka yang
mengacu pada berbagai literatur, termasuk buku teks dan artikel ilmiah.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Gambar 2.2
Penglihatan Normal dan Penglihatan pada Miopia
2.4 Etiopatogenesis
2.6 Klasifikasi
1. Berdasarkan Etiologi :
a. Miopia aksial
Kondisi ini terjadi bila panjang sumbu bola mata antero-posterior lebih
panjang sehingga bila pada mata yang tidak berakomodasi sinar jatuh di depan
retina akan menyebabkan bayangan menjadi kabur, sedangkan kelengkungan
kornea dengan lensa adalah normal.6
Menurut Plempius (1622) bahwa memanjangnya sumbu orbit bolamata
disebabkan karena kelainan anatomis. Sedangkan Donders (1864) berpendapat
bahwa memanjangnya sumbu orbit bolamata itu disebabkan oleh karena sering
mendapatkan tekanan otot pada saat konvergensi. Sedangkan menurut Levinshon
(1925) dikemukakan bahwa memanjangnya sumbu orbit bolamata itu disebabkan
oleh karena sering melihat kebawah pada saat bekerja diruang tertutup sehingga
terjadi peregangan pada bolamata, ini berkaitan dengan faktor gravitasi bumi.
b. Miopia refraktif
Kondisi yang terjadi saat terjadi peningkatan indeks pembiasan dari media
refrasi seperti kornea dan lensa, contohnya bila lensa menjadi terlalu cembung
pada kasus katarak intumesen maka sinar yang datang akan melewati lensa yang
lebih cembung dan memiliki indeks bias yang lebih tinggi membuat bayangan
cepat dibiaskan dan jatuh di depan retina sehingga bayangan akan terlihat kabur.6
Menurut Albert E. Sloane, miopia refraktif dapat terjadi karena :
- Kornea terlalu melengkung.
- Lensa kristalin terlalu cembung karena terlalu banyak cairan mata yang
masuk ke lensa kristalin sehingga lensa keruh seperti katarak immatura,
sehingga sinar yang masuk dibiaskan terlalu kuat.
- Peningkatan index bias cairan bolamata.
- Gangguan endokrin, over koreksi pada kacamata, dan memakai kacamata
yang tidak sesuai dengan hasil pemeriksaan/koreksi anomali refraksi.
2. Berdasarkan derajat beratnya miopia :6
a. Miopia ringan, bila miopia kecil dari 1-3 dioptri.
b. Miopia sedang, bila miopia 3-6 dioptri.
c. Miopia berat/tinggi, bila miopia lebih besar dari 6 dioptri.
3. Berdasarkan perjalanannya:6
a. Miopia stasioner, bila miopia menetap setelah dewasa. Biasanya kurang
dari 5 atau 6 dioptri.
b. Miopia progresif, bila miopia terus bertambah setelah dewasa akibat
terus bertambahnya panjang bola mata.
c. Miopia maligna, bila miopia berlajan dengan progresif. Biasanya miopia
yang lebih dari 6 dioptri yang disertai dengan kelainan pada fundus okuli
dan panjang bola mata.
4. Menurut American Optometric Association :8
2.7 Diagnosis
Dalam menegakkan diagnosis miopia, dilakukan dengan anamnesa,
pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang. Pada anamnesis, pasien mengeluh
penglihatan kabur saat melihat jauh dan hanya akan jelas jika pada jarak dekat,
saat membaca selalu mendekatkan benda yang dilihatnya dan saat melihat jauh
selalu menyipitkan matanya. Dalam hal ini pemeriksa harus menanyakan sejak
kapan terjadinya, terjadi tiba-tiba atau bertahap, apakah penglihatan yang tidak
jelas tersebut hanya pada satu mata atau keduanya, dan apakah keluhannya
menetap atau hanya sementara. Kemudian juga ditanyakan apakah disertai oleh
keluhan lain seperti rasa nyeri pada mata, mata cepat lelah, mata merah atau mata
berair, dan sakit kepala. Ditanyakan juga riwayat penyakit dahulu, riwayat
penyakit keluarga, dan riwayat pengobatan.7
Pada pemeriksaan opthalmologis dilakukan pemeriksaan refraksi yang
dapat dilakukan dengan dua cara yaitu dengan cara subjektif dan cara objektif.
Cara subjektif dilakukan dengan pengukuran dengan Snellen chart dan trial
lenses, dan cara objektif dengan retinoskopi dan refraktometer. Pemeriksaan
dengan Snellen chart dilakukan dengan jarak snellen chart dan penderita sejauh 6
m, sesuai dengan jarak tak terhingga, dan pemeriksaan ini harus dilakukan dengan
tenang, baik pemeriksa maupun penderita. Pada pemeriksaan terlebih dahulu
ditentukan tajam penglihatan atau visus dimulai pada satu mata terlebih dahulu
dan mata yang lainnya ditutup. Tajam penglihatan (VOD/VOS) yang dinyatakan
dengan bentuk pecahan : Jarak antara penderita dengan huruf Snellen chart/ Jarak
yang seharusnya dilihat oleh penderita yang normal.6
Visus yang terbaik adalah 6/6, yaitu pada jarak pemeriksaan 6 m dapat
terlihat huruf yang seharusnya terlihat pada jarak 6 m. Bila penderita hanya dapat
membaca huruf pada baris yang menunjukkan angka 30, berarti visus mata pasien
adalah 6/30 atau 20/100 dalam feet. Bila huruf terbesar dari Snellen chart tidak
dapat terlihat, maka pemeriksaan dilakukan dengan cara meminta penderita
menghitung jari pada dasar putih, pada bermacam-macam jarak. Hitung jari pada
penglihatan normal terlihat pada jatak 60 m, jika penderita hanya dapat melihat
pada jarak 2 m, maka visus sebesar 2/60. Apabila pada jarak terdekat pun hitung
jari tidak dapat terlihat, maka pemeriksaan dilakukan dengan cara pemeriksa
menggerakkan tangannya pada bermacam-macam arah dan meminta penderita
mengatakan arah gerakan tersebut.6
Gerakan tangan pada penglihatan normal terlihat pada jarak 300 m, jika
penderita hanya dapat melihat gerakan tangan pada jarak 1 m, maka visusnya
1/300. Namun apabila gerakan tangan tidak dapat terlihat pada jarak terdekat
sekalipun, maka pemeriksaan dilanjutkan dengan menggunakan sinar/cahaya dari
senter pemeriksa dan mengarahkan sinar tersebut pada mata penderita dari segala
arah, dengan salah satu mata penderita ditutup. Pada pemeriksaan ini penderita
harus dapat melihat arah sinar dengan benar, apabila penderita dapat melihat sinar
dan arahnya benar, maka fungsi retina bagian perifer masih baik dan dikatakan
visusnya 1/~ dengan proyeksi baik. Namun jika penderita hanya dapat melihat
sinar dan tidak dapat menentukan arah dengan benar atau pada beberapa tempat
tidak dapat terlihat, berarti retina tidak berfungsi dengan baik dan dikatakan
visusnya 1/~ dengan proyeksi salah. Bila cahaya senter sama sekali tidak terlihat
oleh penderita maka berarti terjadi kerusakan dari retina secara keseluruhan dan
dikatakan dengan visus 0 (nol) atau buta total.6
Bila visus telah didapatkan kurang dari 6/6, maka pemeriksaan dilanjutkan
dengan trial lense. Lensa diletakkan pada bagian kacamata coba dengan kekuatan
S +0,25 D atau S -0,25 D, kemudian ditanyakan dengan lensa mana yang terlihat
lebih jelas. Untuk penambahan lensa lanjut, bila penglihatan dengan lensa S - 0,25
D lebih jelas, maka pemeriksaan selanjutnya dilakukan dengan lensa sferis negatif
yang dinaikan perlahan sehingga visus dapat mencapai 6/6.6
2.9 Komplikasi
Pada penderita miopia yang tidak dikoreksi dapat timbul komplikasi.
Komplikasi tersebut antara lain, ablasi retina dan strabismus esotropia. Ablasi
retina terjadi biasanya disebabkan karena didahului dengan timbulnya hole pada
daerah perifer retina akibat proses - proses degenerasi di daerah ini. Strabismus
esotropia terjadi karena pada pasien miopia memiliki pungtum remotum yang
dekat sehingga mata selalu dalam atau kedudukan konvergensi yang akan
menimbulkan keluhan astenopia konvergensi. Bila kedudukan mata ini menetap,
maka penderita akan terlihat juling kedalam atau esotropia. Bila terdapat juling
keluar mungkin fungsi satu mata telah berkurang atau terdapat amblyopia.6
2.10 Prognosis
Prognosis untuk koreksi miopia sederhana sangat baik. Pasien memiliki
lapangan pandang yang lebih jauh dengan koreksi. Anak-anak dengan miopia
sederhana harus diperiksa secara berkala. Anak-anak dengan derajat
perkembangan miopia yang tinggi harus diperiksa 6 bulan sekali. Orang dewasa
yang memiliki miopia harus diperiksa setidaknya setiap 2 tahun sekali. Kontrol
harus dilakukan lebih sering apabila pasien memiliki faktor risiko yang lebih
besar.
Miopia sangat di pengaruhi oleh usia. Setiap derajat miopia pada usia
kurang dari 4 tahun harus dianggap serius. Pada usia lebih dari 4 tahun dan
terutama 8 - 10 tahun, miopia sampai dengan -6 D harus diawasi dengan hati –
hati. Jika telah melewati usia 21 tahun tanpa progresivitas serius maka kondisi
miopia dapat diharapkan telah menetap dan prognosis dianggap baik. Pada tingkat
ringan dan sedang dari miopia simplek prognosisnya baik bila penderita miopia
memakai kacamata yang sesuai dan mengikuti petunjuk kesehatan. Bila progresif,
prognosisnya akan buruk terutama bila disertai oleh perubahan koroid dan vitreus,
sedangkan pada miopia maligna prognosisnya jelek. Pemeriksaan secara teratur
sangat penting untuk penderita degeneratif miopi karena mereka mempunyai
faktor resiko untuk terjadinya ablasi retina, degenerasi retina atau masalah
lainnya.10 Faktor genetik yang mempengaruhi perkembangan dan derajat
keparahan miopia tidak dapat diubah, tetapi kita dapat mengendalikan faktor
lingkungan mengendalikan laju miopia. Cara pencegahan yang dapat kita lakukan,
dikenal dengan istilah visual hygiene, yaitu:11
1. Beristirahat dari membaca atau bekerja dengan jarak dekat setiap 30
menit. Selama istirahat ini diusahakan untuk dapat berdiri, berkeliling
ruangan dan melihat jauh ke luar jendela.
2. Ambilah posisi duduk tegak namun nyaman selama membaca, dan
duduklah pada kursi dengan sandaran tegak.
3. Gunakan penerangan yang cukup saat membaca
4. Jarak baca yang baik adalah sepanjang lengan hingga siku
5. Duduk setidaknya berjarak 6 kaki saat menonton televisi
6. Batasi waktu yang dihabiskan untuk menonton televisi atau bermain
game
7. Olahraga teratur.
KESIMPULAN