Anda di halaman 1dari 13

Referat

PENYALAHGUNAAN ALKOHOL DAN TATALAKSANANYA

Oleh :
Annisa Pratiwi P2931B
Ferlina Fitrah P2944B

Preseptor :
dr. Taufik Ashal, Sp.KJ

BAGIAN PSIKIATRI
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ANDALAS
RSUP DR M DJAMIL PADANG
2019
KATA PENGANTAR

Rasa syukur penulis ucapkan pada Allah karena berkat rahmat dan
hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan Referat yang berjudul
“Penyalahgunaan Alkohol dan Tatalaksananya” Referat ini penulis susun untuk
memenuhi salah satu syarat dalam mengikuti kepaniteraan klinik di Bagian
Psikiatri Fakultas Kedokteran Universitas Andalas.
Ucapan terima kasih penulis ucapkan kepada dr. Taufik Ashal, Sp. KJ
selaku pembimbing yang telah memberikan arahan dan petujuk, dan semua pihak
yang telah membantu dalam penulisan Referat ini. Penulis menyadari sepenuhnya
bahwa Referat ini masih memiliki banyak kekurangan. Untuk itu kritik dan saran
sangat penulis harapkan. Akhir kata, semoga Referat ini dapat bermanfaat bagi
kita semua.

Padang, 8 Maret 2020

Penulis
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Penyalahgunaan dan ketergantungan alkohol sejauh ini adalah termasuk
gangguan berhubungan dengan zat yang paling sering dijumpai. Biaya langsung
dan tidak langsung bagi masyarakat Amerika Serikat untuk gangguan yang
berhubungan dengan alkohol (alkohol-related disorder) diperkirakan lebih dari
150 milyar dolar, kira-kira 600 dolar perkapita.1

Penyalahgunaan dan ketergantungan alkohol sering disebut sebagai


alkoholisme, tetapi karena alkoholisme tidak mempunyai definisi yang persis,
maka istilah ini tidak digunakan dalam Diagnostic and Statistical Manual of
Mental Disorders edisi keempat (DSM-IV) atau pada sistem diagnostik lain yang
dikenal secara resmi.1

Setelah penyakit jantung dan kanker, gangguan berhubungan dengan


alkohol merupakan masalah kesehatan nomor 3 terbesar di Amerika Serikat
sekarang ini. dengan alkohol adalah bunuh diri, kanker, penyakita jantung, dan
penyakit hati. Walaupun tidak selalu melibatkan orang yang memenuhi kriteria
diagnostik untuk suatau gangguan berhubungan dengan alkohol, kira-kira
setengah dari semua kecelakaan kendaraan bermotor yang mematikan melibatkan
seorang pengemudi yang mabuk, dan persentasi tersebut meningkat sampai 75%
jika hanya di hitung kecelakaan yang terjadi larut malam. Penggunaan alkohol dan
gangguan berhubungan dengan kira-kira 50% dari semua pembunuhan dan 25%
dari semua bunuh diri. Penyalahgunaan alkohol menurunkan harapan hidup 10
tahun. Alkohol memimpin dari semua zat lain dalam kematian yang berhubungan
dengan zat.1

1.2 Batasan Masalah


Clinical Science Session ini membahas tentang penyalahgunaan alkohol
dan tatalaksananya.
1.3 Tujuan Penulisan
Clinical Science Session ini bertujuan mengetahui penyalahgunaan alkohol
dan tatalaksananya.

1.4 Metodologi Penulisan


Metode penulisan referat ini berupa tinjauan kepustakaan merujuk kepada
berbagai literatur.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Alkohol atau alkanol adalah istilah yang umum untuk senyawa organik
yang memiliki gugus hidroksil (-OH) yang terikat pada atom karbon dimana atom
karbon itu sendiri juga terikat pada atom hidrogen atau atom karbon yang lain.
Etil alkohol juga disebut sebagai etanol merupakan bentuk alkohol yang umum,
sering kali disebut alkohol minuman. Rumus kimia untuk etanol adalah CH3-CH2-
OH.1
Alkohol adalah obat poten yang menyebabkan perubahan akut dan kronis
di hampir semua sistem neurokimia. Dengan demikian, penyalahgunaan alkohol
dapat menghasilkan gejala psikologis sementara yang serius termasuk depresi,
kecemasan, dan psikosis. Penggunaan alkohol jangka panjang, meningkatnya
tingkat konsumsi alkohol dapat menghasilkan toleransi serta adaptasi yang intens
dari tubuh yang penghentian penggunaan dapat memicu withdrawal syndrome
biasanya ditandai dengan insomnia, hiperaktifitas sistem saraf otonom, dan
perasaan cemas.1

2.2 Epidemiologi
Kurang lebih 30-45% orang dewasa di Amerika Serikat pernah mengalami
sedikitnya satu episode singkat permasalahan terkait alkohol, umumnya suatu
episode amnesik terinduksi seperti blackout, berkendara saat terintoksikasi, atau
bolos sekolah dan kerja karena minum berlebihan. Sekitar 10% wanita dan 20%
pria memenuhi kriteria diagnosis penyalahgunaan alkohol selama masa hidupnya.
Dibanding kelompok lain, orang kulit putih lebih memiliki angka tertinggi
ppenggunaan alkohol yaitu sebesar 56%.1 Berdasarkan penelitian pria 4 kali lebih
sering menjadi pecandu alkohol dibandingkan wanita. Di Indonesia terutama
daerah Indonesia Timur dan beberapa tempat di daerah Sumatera, terdapat antara
2-3 juta orang mengalami adiksi alkohol.2
2.3 Etiologi
2.3.1 Riwayat Masa Kanak-kanak
Beberapa faktor telah teridentifikasi dalam riwayat masa kanak-kanak dari
seseorang yang memiliki gangguan berhubungan dengan alkohol. Anak-anak
beresiko yang memiliki gangguan berhubungan dengan alkohol yaitu jika satu
atau lebih orang tuanya adalah pengguna alkohol.1
Pada riwayat masa kanak-kanak terdapat gangguan defisit-atensi /
hiperaktivitas atau gangguan konduksi atau keduanya yang meningkatkan resiko
anak untuk memiliki gangguan berhubungan dengan alkohol pada masa
dewasanya. Gangguan kepribadian khususnya gangguan kepribadian antisosial
juga merupakan predisposisi seseorang kepada suatu gangguan berhubungan
dengan alkohol.1

2.3.2 Faktor Psikoanalisis


Teori psikoanalisis tentang gangguan berhubungan dengan alkohol telah
dipusatkan pada hipotesis superego yang sangat bersifat menghukum dan fiksasi
pada stadium oral dari perkembangan psikoseksual.1
Menurut teori psikoanalisis, orang dengan superego yang keras yang
bersifat menghukum diri sendiri berpaling ke alkohol sebagai cara menghilangkan
stres bawah sadar mereka. Kecemasan pada orang yang terfiksasi pada stadium
oral mungkin diturunkan dengan menggunakan zat seperti alkohol melalui
mulutnya. Beberapa dokter psikiatrik psikodinamika menggambarkan kepribadian
umum dari seseorang dengan gangguan berhubungan dengan alkohol adalah
pemalu, terisolasi, tidak sabar, iritabel, penuh kecemasan, hipersensitif, dan
terrepresi secara seksual.1
Aforisme psikoanalisis yang umum adalah bahwa superego dapat larut
dalam alkohol. Pada tingkat yang kurang teoritis, alkohol dapat disalahgunakan
oleh beberapa orang sebagai cara untuk menurunkan ketegangan, kecemasan, dan
berbagai jenis penyakit psikis. Konsumsi alkohol pada beberapa orang juga
menyebabkan rasa kekuatan dan meningkatnya harga diri.1

2.3.3 Faktor Sosial dan Kultural


Beberapa lingkungan sosial menyebabkan minum yang berlebihan.
Asrama perguruan tinggi dan basis militer adalah dua contoh lingkungan dimana
minum berlebihan dipandang normal dan prilaku yang diharapkan secara sosial.
Sekarang ini, perguruan tinggi dan universitas mencoba mendidik mahasiswanya
tentang resiko kesehatan dari minum alkohol yang berlebihan.1

2.3.4 Faktor Prilaku dan Pelajaran


Sama seperti faktor kultural, faktor prilaku dan pelajaran juga dapat
mempengaruhi kebiasaan minum, demikian juga kebiasaan di dalam keluarga,
khususnya kebiasaan minum pada orang tua dapat mempengaruhi kebiasaan
minum. Tetapi beberapa bukti menunjukkan bahwa, walaupun kebiasaan minum
pada keluarga memang mempengaruhi kebiasaan minum pada anak-anaknya,
kebiasaan minum pada keluarga kurang langsung berhubungan dengan
perkembangan gangguan berhubungan dengan alkohol seperti yang dianggap
sebelumnya, walaupun hal tersebut memang memiliki peranan penting.1
Dari sudut pandang prilaku, ditekankan pada aspek pendorong positif dari
alkohol, alkohol yang dapat menimbulkan perasaan sehat dan euforia pada
seseorang. Selain itu, konsumsi alkohol dapat menurunkan rasa takut dan
kecemasan yang dapat mendorong seseorang untuk minum lebih lanjut.1

2.3.5 Faktor Genetika dan Biologi Lainnya


Data yang kuat menyatakan adanya suatu komponen genetika pada
sekurangnya suatu bentuk gangguan berhubungan dengan alkohol. Laki-laki lebih
banyak menggunakan alkohol daripada wanita. Banyak penelitian telah
menunjukkan bahwa orang dengan sanak saudara tingkat pertama yang
terpengaruh oleh gangguan berhubungan dengan alkohol adalah 3-4 kali lebih
mungkin memiliki gangguan berhubungan dengan alkohol daripada orang yang
tidak memiliki sanak saudara tingkat pertama yang terpengaruh dengan alkohol.1

2.4 Efek Fisiologi Dari Alkohol


Karakteristik rasa dan bau berbagai minuman yang mengandung alkohol
tergantung kepada metode pembuatannya, yang menghasilkan berbagai senyawa
dalam hasil akhirnya. Senyawa tersebut termasuk metanol, butanol, aldehida,
fenol, tannins, dan sejumlah kecil berbagai logam. Walaupun senyawa ini dapat
menyebabkan suatu efek psikoaktif yang berbeda pada berbagai minuman yang
mengandung alkohol, perbedaan tersebut dalam efeknya adalah minimal
dibandingkan dengan efek etanol itu sendiri.1

Absorpsi
Kira-kira 10% alkohol yang dikonsumsi diabsorpsi di lambung, dan
sisanya di usus kecil. Konsentrasi puncak alkohol didalam darah dicapai dalam
waktu 30-90 menit, biasanya dalam 45-60 menit, tergantung apakah alkohol
diminum saat lambung kosong, yang meningkatkan absorbsi atau diminum
bersama makanan yang memperlambat absorbsi.1
Waktu untuk mencapai konsentrasi puncak dalam darah juga merupakan
suatu faktor selama alkohol dikonsumsi, waktu yang singkat menurunkan waktu
untuk mencapai konsentrasi puncak. Absorbsi paling cepat 15-30% (kemurnian
-30 sampai -60).1
Tubuh memiliki alat pelindung terhadap masuknya alkohol. Sebagai
contoh, jika konsentrasi alkohol menjadi terlalu tinggi didalam lambung, mukus
akan disekresikan dan katup pilorik ditutup, hal tersebut akan memperlambat
absorbsi dan menghalangi alkohol masuk ke usus kecil. Jadi, sejumlah besar
alkohol dapat tetap tidak terabsorbsi didalam lambung selama berjam-jam. Selain
itu, pilorospasme sering kali menyebabkan mual dan muntah.1
Jika alkohol telah diabsorbsi ke dalam aliran darah, alkohol didistribusikan
ke seluruh jaringan tubuh. Jaringan yang mengandung proporsi air yang tinggi
memiliki konsentrasi alkohol yang tinggi. Efek intoksikasi menjadi lebih besar
jika konsentrasi alkohol didalam darah tinggi.1

Metabolisme
Kira-kira 90% alkohol yang diabsorbsi dimetabolisme di hati, sisanya
dieksresikan tanpa diubah oleh ginjal dan paru-paru. Kecepatan oksidasi di hati
konstan dan tidak tergantung pada kebutuhan energi tubuh. Tubuh mampu
memetabolisme kira-kira 15 mg/dl setiap jam dengan rentan berkisar antara 10-34
mg/dl per jamnya.1
Alkohol dimetabolisme dengan bantuan 2 enzim yaitu alkohol
dehidrogenase (ADH) dan aldehida dehidrogenase. ADH mengkatalisasi konversi
alkohol menjadi asetilaldehida yang merupakan senyawa toksik. Aldehida
dehidrogenase mengkatalisasi konversi asetaldehida menjadi asam asetat.
Aldehida dehidrogenase diinhibisi oleh disulfiram ( An-tabuse), yang sering
digunakan dalam pengobatan gangguan terkait alkohol.1
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa pada wanita memiliki ADH yang
lebih rendah dari pada laki-laki, yang mungkin menyebabkan wanita cenderung
menjadi lebih terintoksikasi dibanding laki-laki setelah minum alkohol dalam
jumlah yang sama. Penurunan fungsi enzim yang memetabolisme alkohol akan
menyebabkan mudahnya seseorang terjadi intoksikasi alkohol dan gejala toksik.1

Efek pada otak


Biokimiawi
Teori yang telah lama menunjukkan bahwa efek biokimiawi alkohol
terjadi pada membran neuron. Sejumlah hipotesis mendukung bahwa alkohol akan
menimbulkan efek karena ikatannya dengan membran yang menyebabkan
meningkatnya fluiditas membran pada penggunaan jangka pendek. Tetapi, pada
penggunaan jangka panjang teori menyatakan bahwa membran akan menjadi
kaku. Fluiditas membran penting untuk dapat berfungsi sebagai reseptor, saluran
ion, dan protein fungsional pada membran lainnya secara normal. Secara spesifik,
suatu penelitian menunjukkan bahwa efektivitas saluran alkohol yang
berhubungan dengan reseptor asetilkolin nikotinik, serotonin (5-
hydroxytryptamine) tipe 3 (5-HT3) dan GABA tipe A (GABA A) diperkuat oleh
alkohol, sedangkan aktivitas saluran ion yang berhubungan dengan reseptor
glutamat dan saluran kalsium gerbang voltasi (voltage-gated calcium channel)
yang yang akan di inhibisi.1

Efek prilaku
Hasil akhir aktivitas molekular adalah bahwa alkohol memiliki fungsi
depresan yang sangat mirip dengan barbiturat dan benzodiazepin. Pada
konsentrasi 0,05% alkohol didalam darah, maka pikiran, pertimbangan, dan
pengendalian akan mengalami kemunduran dan sering kali terputus. Pada
konsentrasi 0,1 aksi motorik akan canggung. Pada konsentrasi 0,2% fungsi
seluruh daerah motorik menjadi terdepresi, bagian otak yang mengontrol prilaku
emosional juga terpengaruhi. Pada konsentrasi 0,3% seseorang biasanya
mengalami konfusi dan dapat menjadi stupor. Pada konsentrasi 0,4-0,5% dapat
terjadi koma. Pada konsentrasi yang lebih tinggi, pusat primitif di otak yang
mengontrol pernapasan dan kecepatan denyut jantung akan terpengaruhi dan dapat
terjadi kematian.1

Efek fisiologis lain


1. Hati
Efek dari penggunaan alkohol yang utama adalah terjadinya kerusakan
hati. Penggunaan alkohol walaupun dalam jangka waktu yang pendek dapat
menyebabkan akumulasi lemak dan protein yang dapat menimbulkan perlemakan
hati (fatty liver) yang pada pemeriksaan fisik ditemukan adanya pembesaran hati.1

2. Sistem gastrointestinal
Meminum alkohol dalam jangka waktu yang lama dapat menyebabkan
terjadinya esofagitis, gastritis, aklorhidria, dan ulkus lambung. Perkembangan
menjadi varises esofagus dapat menyertai pada seseorang dengan penyalahgunaan
alkohol yang berat, pecahnya varises esofagus merupakan suatu kegawatdaruratan
medis yang sering menyebabkan perdarahan bahkan kematian. Kadang-kadang
juga dapat terjadi gangguan pada usus, pankreatitis, insufisiensi pankreas, dan
kanker pankreas. Asupan alkohol yang banyak dapat mengganggu proses
pencernaan dan absorbsi makanan yang normal. Sebagai akibatnya makanan yang
dikonsumsi dalam penyerapannya menjadi tidak adekuat.1

3. Sistem tubuh lain


Asupan alkohol yang signifikan dihubungkan dengan meningkatnya
tekanan darah, disregulasi lipoprotein dan trigliserida serta meningkatkan
terjadinya infark miokardium dan penyakit serebrovaskular. Bukti-bukti telah
menunjukkan bahwa alkohol dapat merugikan sistem hemopoetik dan dapat
meningkatkan insidensi kanker, khususnya kanker otak, leher, esofagus, lambung,
hati, kolon, dan paru-paru. Intoksikasi akut juga dapat menyebabkan
hipoglikemia, yang jika tidak cepat terdeteksi akan menyebabkan kematian
mendadak pada orang yang terintoksikasi.1

4. Tes laboratorium
Kadar gamma-glutamiyl transpeptidase meningkat pada kira-kira 80% dari
semua pasien dengan gangguan berhubungan dengan alkohol, dan volume
korpuskular rata-rata (MCV; mean corpuscular volume) meningkat kira-kira 60%.
Hasil tes laboratorium lain yang mungkin berhubungan dengan gangguan
berhubungan dengan alkohol adalah asam urat, trigliserida, glutamat oksaloasetat
transaminase serum (SGOT) atau aspartat aminotransferase (AST), dan
glutamatpiruvat transaminase (SGPT) atau alanin aminotransferase (ALT).1

2.5 Manifestasi Ketergantungan Dan Masalah Alkoholisme


a. Manifestasi sosial
Mungkin merupakan manifestasi yang paling sering, meliputi;
- Masalah perkawinan, perceraian, dan kekerasan domestik
- Masalah keuangan, terkucilkan, kecelakaan kerja
- Penyerangan publik atau mabuk dimuka publik
- Penuntutan untuk prilaku kekerasan atau pelanggaran mengemudi,
pelecehan dan penganiayaan seksual atau pengangguran
b. Manifestasi klinis
Sekitar 80% pasien yang dirujuk akibat ketergantungan alkohol memiliki
masalah medis yang serius. Gejala putus obat umumnya timbul saat pasien
sadar. Gambaran komplikasi spesifik sangat bervariasi;
- Gastrointestinal : hepatitis, sirosis, gastritis, perdarahan
gastrointestinal, pankreatitis
- Kardiovaskuler : hipertensi ( menyebabkan meningkatkan kejadian
penyakit kanker mulut, esophagus, hati bahkan payudara)
- Obstetri :sindrom alkohol fetus
- Neurologis : sinkope, kejang, neuropati, status konfusional akut,
perdarahan subdural, ensefalopati
- Muskuloskeletal : gout
c. Manifestasi psikiatrik
- Depresi : semua bentuk depresi dapat dicetuskan oleh alkohol. Depresi
sendiri dapat menyebabkan alkoholisme dengan memacu orang untuk
minum sebagai usaha untuk mengurangi gejala-gejala depresi.
- Ansietas : gejala sering muncul pada saat putus obat parsial. Seperti
halnya depresi, ansietas atau gangguan panik merupakan predisposisi
konsumsi alkohol secara berlebihan sebagai usaha mengurangi gejala
- Perubahan kepribadian : penurunan standar kepekaan sosial dan
perawatan diri sendiri
- Disfungsi seksual : impotensi, ejakulasi lama
- Halusinasi : baik auditorik maupun visual biasanya selama putus obat
tetapi dapat pula terjadi tanpa gambaran delirium lainnya
- Halusinasi alkoholik : halusinasi auditorik yang mengganggu tapi
jarang dan terjadi saat sadar.3

Menurut Jellinek membagi progresifitas alkoholisme dalam 3 fase;

1. Fase pertama atau fase dini ditandai dengan bertambahnya toleransi


terhadap alkohol, amnesia, secara diam-diam menggak sekaligus
meminum alkohol, merasa bersalah karena meminum minuman beralkohol
dan terhadap prilaku yang diakibatkannya.
2. Fase kedua atau fase krusial ditandai dengan hilangnya kendali terhadap
kebiasaan minum-minuman keras, perubahan kepribadian, kehilangan
teman dan pekerjaan, dan preokupasi untuk menjamin tersedianya
minuman beralkohol.
3. Fase ketiga atau fase kronis ditandai dengan minum minuman beralkohol
pada pagi hari, pelanggaran terhadap standar etika, tremor atau gemetar
dan halusinasi.4

Progresifitas penyakit ini bergantung kepada banyak faktor diantaranya


usia, zat psikoaktif pilihannya, gender, dan predisposisi faali. Progresifitas adiksi
lebih cepat pada remaja daripada orang dewasa. Progresifitas pada perempuan
lebih cepat daripada pada laki-laki. Kemungkinan anak seorang alkoholik untuk
menjadi alkoholik adalah sekitar 3-5 kali dari pada anak seorang nonalkoholik.4
DAFTAR PUSTAKA
1. Sadock BJ, Sadock VA, Ruiz P. Kaplan & Sadock’s Synopsis of
Psychiatry 11th ed. Philadelphia: Wolters Kluwer. 2015.
2. Ika W. Buku Ajar Psikiatri. Edisi kedua. Jakarta: Badan Penerbit
FKUI. 2014.
3. ABC of Mental Health by Teifion Davies and TKJ Craig : alih bahasa,
Alifa Dimanti, Editor Edisi bahasa Indonesia Husny Muttaqin, Jakarta:
EGC, 2009.
4. Satya J. Gangguan Mental dan Prilaku Akibat Penggunaan Zat
Psikoaktif. Jakarta: EGC. 2005.

Anda mungkin juga menyukai