PNC
Disusun Oleh :
Tingkat : IIB
DIII KEPERAWATAN
2020
Laporan Pendahuluan
A. Definisi
Persalinan adalah akhir kehamilan dan titik dimulainya kehidupan di luar rahim bayi
baru lahir. Dengan faktor- faktor insensial persalinan, proses persalinan itu sendiri, kemauan
persalinan, adaptasi ibu dan bayi, proses keperawatan baik pada wanita maupun pada
keluarga (Alden, 2004).
Post partum adalah waktu dimana proses penyembuhan dan perubahan, waktu sesudah
melahirkan sampai sebelum hamil, serta penyesuaian terhadap hadirnya anggota keluarga
baru (mitayani, 2009).
Masa nifas (puerperium) dimulai setelah kelahiran plasenta dan berahir ketika alat–alat
kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa nifas atau puerpenium dimulai 2
jam setelah melahirkan plasenta sampai dengan 6 minggu (42 hari) setelah itu. Dalam
bahasa latin, waktu mulai tertentu setelah melahirkan anak ini disebut puerperium yaitu dari
kata ‘puer’ yang artinya bayi dan ‘parous’ melahirkan. Jadi puerperium berarti masa setelah
melahirkan bayi. Puerperium adalah masa pulih kembali, mulai dari persalinan selesai
sampai alat–alat kandungan kembali seperti sebelum hamil, sekitar 50% kematian ibu terjadi
dalam 24 jam pertama postpartum sehingga pertolongan pasca persalinan yang berkualitas
harus terselenggara pada masa itu untuk memenuhi kebutuhan ibu dan bayi (Vivian, 2011).
Jadi, post partum atau masa nifas atau puerperium adalah masa pulih kembali mulai
dari persalinan sampai alat-alat kandungan kembali seperti sebelum hamil dan dimulai
setelah 2 jam melahirkan plasenta dan 6 minggu setelahnya.
C. Patofisiologi
Dalam masa post partum atau masa nifas, alat-alat genetalia interna maupun eksterna akan
berangsur-angsur pulih kembali seperti keadaaan sebelum hamil. Perubahan-perubahan alat
genetalia ini dalam keseluruhan disebut “involusi”. Di samping involusi terjadi perubahan-
perubahan penting lain yakni memokonsetrasi dan timbilnya laktasi yang terakhir ini karena
pengaruh laktogenik hormon dari kelenjar hipofisis terhadapkelenjar-kelenjar mamae.
Otot-otot uterus berkontraksi segera post partum, pembuluh-pembuluh darah yang ada
antara anyaman otot-otot uterus akan terjepit. Proses ini akan menghentikan perdarahan setelah
plasenta lahir. Perubahan-perubahan yang terdapat pada serviks ialah segera post partum bentuk
serviks ialah segera post partum bentuk serviks agak menganga seperti corong, bentuk ini
disebabkan oleh korpus uteri terbentul semacam cincin. Perubahan-perubahan yang terdapat
pada endometrium ialah timbulnya trombosis, degerasi dan nekrosis ditempat implantasi plasenta
pada hari pertama endometrium yang kira-kira setebal 2-5 mm itu mempunyai permukaan yang
kasar akibat pelepasan desidua dan selaput janin regenerasi endometrium terjadi dari sisa-sisa sel
desidua basalis yang memakai waktu 2 sampai 3 minggu. Ligamen-ligamen dan diafragma palvis
serta fasia yang merenggang sewaktu kehamilan dan setelah janin lahir berangsur-angsur
kembali seperti sedia kala.
Ada beberapa kelainan atau hambatan pada proses persalinan yang menyebabkan bayi
tidak dapat lahir secara normal/spontan, misalnya plasenta previa sentralis dan lateralis, panggul
sempit, disproporsi cephalo pelvic, rupture uteri, partus lama, partus tidak maju, pre-eklamsia,
distorsia serviks, dan malpresentasi janin. Kondisi tersebut menyebabkan perlu adanya suatu
tindakan pembedahan, yaitu Sectio Caesarea.
Dalam proses operasinya dilakukan tindakan anestesi yang akan menyebabkan pasien
mengalami imobilisasi sehingga akan menimbulkan masalah intoleransi aktivitas. Adanya
kelumpuhan sementara dan kelemahan fisik akan menyebabkan pasien tidak mampu melakukan
aktivitas perawatan diri pasien secara mandiri sehingga timbul masalah defisit perawatan diri.
Kurangnya informasi mengenai proses pembedahan, penyembuhan, dan perawatan post
operasi akan menimbulkan ansietas pada pasien. Selain itu, dalam proses pembedahan juga akan
dilakukan tindakan insisi pada dinding abdomen sehingga menyebabkan terputusnya
inkontinuitas jaringan, pembuluh darah, dan saraf-saraf di sekitar daerah insisi. Hal ini akan
merangsang pengeluaran histamin dan prostaglandin yang akan menimbulkan rasa nyeri (nyeri
akut). Setelah proses pembedahan berakhir, daerah insisi akan ditutup dan menimbulkan luka
post operasi yang bila tidak dirawat dengan baik akan menimbulkan masalah resiko infeksi.
E. Pemeriksaan Diagnostik
1. Pemeriksaan Darah Lengkap
Memberikan informasi tentang jumlah dari sel-sel darah merah (RBC), sel-sel darah
putih (WBC), nilai hematokrit (Ht) dan haemoglobin (Hb).
2. Pemeriksaan Pap Smear
Mencari kemungkinan kelainan sitologi sel serviks atau sel endometrium.
3. Pemeriksaan Urine: Urine lengkap (UL)
Pemeriksaan ini mencari kemungkinan terdapatnya bakteri dalam urine seperti
streptokokus.
F. Penatalaksanaan Medis
1. Tes Diagnostik
a. Jumlah darah lengkap, hemoglobin/hematokrit (Hb/Ht)
b. Urinalisis: Kadar Urin
2. Terapi
a. Memberikan tablet zat besi untuk mengatasi anemia\
b. Memberikan antibiotik bila ada indikasi
3. Intervensi
a) Nyeri berhubungan dengan bekas luka
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam, nyeri hilang,
berkurang.
Kriteria hasil:
Klien mengungkapkan nyeri berkurang
Klien tampak tenang
Intervensi Rasional
1. Kaji karakteristik, skala nyeri 1. untuk mengetahui skala nyeri dan
2. Motivasi untuk mobilisasi sesuai memberikan tindakan selanjutnya
indikasi 2. memperlancar pengeluaran lochea,
3. Anjurkan penggunaaan teknik mempercepat involusi dan
relaksasi. mengurangi nyeri secara bertahap.
4. Kolaborasi pemberian analgetik 3. Untuk mengatur rasa nyeri luka post
op
4. Obat analgetik di berikan untuk
menghilangkan rasa nyer
Alden K.R, 2004. Buku Ajar Keperawatan Maternitas. Dialihbahasakan oleh Maria A. Jakarta:
EGC.
Dewi V.N, 2011. Asuhan Kebidanan pada Ibu Nifas. Jakarta: Salemba Medika.
Herdman, T. Hether. 2012. Dignosa Keperawatan: Definisi dan Klasifikasi 2012-2014. Jakarta.
EGC
Hutahean, Serri. 2009. Asuhan Keperawatan dalam Maternitas dan Ginekologi. Jakarta. TIM
Mitayani, 2009. Asuhan Keperawatan Maternitas. Jakarta: Salemba Medika.
Nuraruf, Huda Amin, dkk. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis
dan nanda Nic-Noc Eisi Revisi Jilid 1. Yogyakarta. MediAction
http://anysimplethings.blogspot.co.id/2015/04/laporan-pendahuluan-post-partum-a.html diakses
pada 05-04-2017
https://gexmirah27.wordpress.com/2013/10/08/laporan-pendahuluan-post-partum/ diakses pada
05-04-2017
https://www.scribd.com/doc/135028734/LAPORAN-PENDAHULUAN-POST-PARTUM-
NORMAL-2-docx diakses pada 05-04-2017
ASUHAN KEPERAWATAN MATERNITAS
I. Biodata
1. Klien
Nama : Ny Hr
Umur : 21 tahun
Agama : islam
Suku : Makassar
Pekerjaan : IRT
Pendidikan : SMP
Nama : Tn A
Umur : 26 tahun
Agama : islam
Suku : makassar
Pekerjaan : Wiraswasta
Pendidikan : SMA
3. Status perkawinan
Keluhan utama : klien mengatakan nyeri pada daerah perineum pada luka
G : II, P : - A : I
Perdarahan : 100 cc
Rawat gabung : ya
6. Data nutrisi
Jenis makanan :
7. Data eliminasi
a. BAK
Bak : spontan
Frekuensi : 3 – 4 kali sehari
Volume : 200 cc/sekali miksi
Warna : kuning pekat
Bau : pesing
Keluhan : nyeri saat Bak
b. BAB
8. Data istirahat
tidur dalam sehari : pada siang hari 12.00 – 14.30 dan pada
malam hari pukul 22.00 – 05.30
keluhan : tidak ada
9. Data aktivitas
1. Keadaan umum
a. Tampak sakit : ya, tingkat sedang
b. Kesadaran : composmentis
c. Tanda-tanda vital :
TD : 120/70 mmHg
Nadi : 88x/menit
P : 28 x/menit
S : 36,5 C
2. Keadaan payudara
a. Bentuk : simetris
b. Putting : menonjol
c. Pengeluaran : ada tapi sedikit
d. Pembengkakan : ada
3. Abdomen
a. Ivolusi uteri : mengeras
b. Tinggi fundus uteri : setinggi pusat
c. Kontraksi uterus : baik
d. Posisi uterus : normal
e. Distensi fleksus abdominalis : -
f. Peristaltic usus : 16 x/menit
4. Vulva/Perineum/rectum
a. Lokhea
Warna : merah
Jenis : krueta
Banyaknya : 100 cc
b. Kebersihan : baik
c. Oedema : tidak ada
d. Varices : tidak ada
e. Hemoroid : tidak ada
f. Luka jahitan : ada
g. Keadaan luka : baik
h. Infeksi : tidak ada
i. Keluhan : nyeri pada luka
5. Tungkai bawah
Data obyektif :
N : 26 x/menit
P : 22 x/menit
S : 36,5 C
Luka episiotomi
Post partum dengan presentasi kepala
Ibu tampak malas minum
Faktor resiko : luka episiotomi
Infus terpasangan di lengan kanan
Keluarga tampak mengelus/memijat ekstremitas atas ibu
ANALISA DATA