Makalah Biosel
Makalah Biosel
LINGKUNGAN EKSTRASEL
Disusun Oleh :
Dosen Pengampu :
2018/2019
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, segala puji dan syukur bagi Allah SWT yang telah memberikan
kemampuan, kekuatan, serta keberkahan sehingga penyusun dapat menyelesaikan makalah
yang berjudul “Lingkungan Ekstrasel”.
Dalam penyusunan makalah ini, penulis mohon maaf dengan adanya kekurangan
yang kami buat. Penulis mengucapkan terima kasih kepada ibu Dr. Wiwi Isnaeni, M.S. dan
bapak Dr. Sigit Saptono, M. Si. selaku dosen pengampu mata kuliah Biologi Sel.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan pada penulisan makalah ini.
Maka dari itu, saran dan kritik yang membangun sangat penulis harapkan dari pembaca
sekalian. Penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi siapa saja yang
membacanya.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
Lingkungan yang ekstrem baik ekstrem kanan maupun ekstrem kiri akan berpengaruh
tidak baik terhadap kehidupan sel. Sebagai ilustrasi atau gambaran tentang keadaan ekstrem
di antaranya adalah keberadaan air. Air dapat berada dalam keadaan ekstrem kiri (sangat
sedikit), maupun dalam keadaan ekstrem kanan (sangat berlimpah). Keadaan keduanya
sangat tidak menguntungkan bagi kehidupan, baik kehidupan sel, maupun kehidupan suatu
organisme.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Faktor-Faktor Lingkungan yang Ekstrem
Suatu keadaan yang melampaui batas-batas toleransi disebut keadaan yang membatasi
atau faktor pembatas. Faktor pembatas dapat mencapai nilai ekstrim maksimum maupun
minimum dengan ukuran kritis. Faktor pembatas bervariasi dan berbeda untuk setiap
tumbuhan maupun hewan dengan nilai ekstrim tertentu.suatu sel hanya dapat hidup dan
berkembang biak pada lingkungan yang sesuai yaitu pada batas-batas pada umumnya, dan
suatu sel akan mengalami stres bahkan mati jika berada pada lingkungan yang ekstrem baik
minimum maupun maksimum. Diantara faktor-faktor yang dapat menjadi ekstrem adalah
sebagai berikut:
1. Air untuk aktivitas (Water bactivity)
Water activity adalah air yang tersedia atau air yang dimanfaatkan untuk keperluan
hidup, yang meliputi air untuk metabolisme, air untuk pertumbuhan dan air untuk
kepentingan reproduksi. Tidak semua air yang ada di likungan dapat dimanfaatkan untuk
kepentingan hidup seperti diatas. Water activity merupakan salah satu faktor ekstrim bagi
kehidupan sel ketika dalam kondisi yang tidak wajar baik minimum maupun maximum. Ada
dua faktor yang mempengaruhi Water activity, yaitu derajat air yang dapat diserap oleh
permukaan sel dan derajat air yang dapat keluar sel. Kedua faktor ini harus dapat diatur
sedemikian rupa oleh sel agar jumlah air yang tersedia selalu tetap dalam batas kewajaran.
Bila Water activity terganggu maka kehidupan sel akan terganggu pula.
Ada dua jenis lingkungan di bumi kita ini yang memiliki Water activity rendah,.
Pertama adalah lingkungan kering, dimana jumlah air sangat sedikit. Air hanya terikat pada
partikel tanah/batuan, atau terikat hanya pada permukaannya. Kedua adalah lingkungan
garama air mengandung garam, jadi Water activity juga rendah, artinya air yang tersedia
untuk keperluan hidup juga sedikit.
Umumnya organisme dapat tumbuh dengan baik pada Water activity tinggi (>95%).
Organisme osmotoleran dan osmofilik, yaitu organisme yang bisa tumbuh pada lingkuagan
yang Water activitynya rendah akan dapat tumbuh lebih baik bila dipelihara atau dipindahkan
kelingkungan yang Water activitynya tinggi. Banyak diantara tanaman anggrek atau kaktus
yang umumnya tumbuh di lingkungan kering akan menunjukan pertumbuhan yang bagus bila
dirawat atau pindahkan ke lingkungan dengan Water activity yang yang lebih tinggi.
2. Salinitas
Bila kadar garam naik, berarti air yang tersedia menjadi berkurang. Pengaruhnya
terhadap kehidupan biasanya dilihat sebagai fenomina yang berkenaan dengan takanan
osmotik. Tetapi hal ini sebenarnya lebih cocok kalau dilihat sebagai fungsi dari Water
activity. Meningkatnya kadar garam dilingkungan air berarti menurunnya Water activity. Hal
ini akan memberi pekerjaan baru bagi sel untuk memisahkan garam yang meningkat tadi,
sehingga air cocok untuk proses kehidupan.
Peningkatan kadar garam lingkungan mungkin akan mempunyai pengaruh lain
terhadap sel. Ion-ion tertentu mungkin akan menjadi toksik, dan oleh karenanya dapat
menjadi salah satu bentuk pembatas toleransi terhadap lingkungan. Sementara itu ada
beberapa organisme yang justru cocok dengan meningkatkan kposentrasi ion-ion seperti yang
dijumpai di lingkungan garam. Organisme ini adalah halobakterium, yang membutuhkan ion
Na+ relative tinggi untuk prtumbuhannya. Halobakterium adalah salah satu contoh organisme
yang halofil, yaitu organisme yang hidupnya di lingkungan garam.
3. pH
pH berpengaruh terhadap struktur dan aktivitas enzim. Perubahan pH sebesar apapun
di lingkungan dapat berpengaruh tidak baik terhadap metabolisme. Di bumi ini habitat asam
lebih umum dari pada habitat alkali/basa. Catatan menunjukan bahwa air laut sedikit basis
dengan pH 8, sedangkan sungai dan danau memiliki pH yang kisarannya mendekati netral 5-
6. kisaran inilah yang banyak disukai oleh organisme, artinya pada kisaran pH inilah banyak
di jumpai berbagai jenis makhluk hidup. di beberapa tempat belahan bumi ini pH-nya sangat
rendah. Di bawah gunung-gunung berapi, lingkungnanya sangat asam. Contoh ekstrem dari
lingkungan yang sangat asam adalah solfatara, yaitu kawah gunung api yang kaya akan
belerang.kawah-kawah seperti ini bayak ditemukan diberbagai tempat di bum ini. Tempat-
tempat seperti ini biasanya mengandung endapan asam sulfat yang menjdikan lingkungan
dangan pH kurang dari duayellowstone national park, suatu taman nasional merupakan suatu
lingkungan dengan pH 0,05. lingkungan dengan pH serendah ini ternyata masih ada
kehidupan yaitu alga atau ganggang.
Berbagai organisme dapat hidup di berbagai tempat dengan batas pH terendah yang
juga berbeda-beda. Jenis-jenis fungi, bakteri, dan alga tertentu dapat toleran terhadap pH
ektrem redah, sedangkan tubuhan vaskuler pH rendah yang dapat ditolelir adalah pH 3, dan
ikan dapat hidup pada kisaran pH 4.
Karena ada hubungan yang erat antara pH dengan struktur protein., maka organisme
yang hidup dilingkungan asam harus memiliki satu diantara dua perlengkapan hidup berikut
inbi untuk menjadikan dirinya survive atau lestari, pertama, organisme iu harus mempunyai
enzim yang dapat bekerja dalam lingkungan tersebut. Kedua, organisme itu harus memiliki
kemampuan untuk memelihara lingkungan internal sel tanpa dipengaruhi oleh kondisi
lingkungan eksternalnya.
4. Tekanan Hidrostatik
Faktor yang juga dapat menjadi ekstrem adalah tekanan hidrostatik. Ini akan dialami
oleh organisme yang hidup diair. Tiap kedalaman 10 m, tekanan akan meningkat satu
atmosfer. Beberapa organisme dinamakan barotolerant, kalau organisme itu dapat tumbuh,
berkembang dan reproduksi dengan lingkungan dengan tekanan hidrostatik yang tinggi
tersebut. Organisme macam ini adalah organisme yang memiliki enzim yang tetap dapat
bekerja walaupun tekanan hidrostatik menjadi tinggi, dan mempunyai membran sel maupun
sistem membran lain yang tidak terpengaruh sama sekali oleh adanya tekanan yang tinggi.
5. Temperatur
Temperatur juga dapat menjadi ekstrem. Ada diantara organisme itu terutama
mikroorganisme dapat hidup pada kisaran temperatur yang sangat luas. Beberapa diantaranya
dapat hidup, artinya dapat melakukan metabolisme dan reproduksi pada suhu dibawah 00C,
sementara yang lain dapat tumbuh dan berkembang pada lingkungan air dengan suhu yang
sangat tinggi.
Organisme yang hidup pada temperatur tinggi memiliki enzim termostabil, yang
umumnya tidak dimemiliki oleh organisme lain. Walaupun lingkungan itu panas sehingga
tdak ada organisme mampu bertahan hidup, tewtapi bagi organisme tertentu lingkungan itu
justru sebagai lingkungan yang ideal untuk menyelenggarakan kehidupannya, atau sebagai
habtat yang normal. Lingkngan menjadi ekstrem hanya karena organisme tersebut tidak adatif
terhadapnya.
Umumnya organisme hanya dapat bertahan lagi apabila dikenai beberapa ekstrem.
Sebagai contoh, kombinasi pH rendah dan temperatur tinggi akan menyebabkan kematian
(lethal) bagi hampir semua bentuk kehidupan. Kematian itu terjadi sebagai akibat dari
terhidrolisisnya molekul-molekul biologik pokok pada kedua keadaan ekstrem tadi.
Organisme yang hidup di air pada umumnya mempunyai batas toleransi yang lebih sempit
terhadap temperatur dari pada binatang yang hidup di darat, sehingga temperatur penting dan
sering kali merupakan faktor pembatas.
6. Konsentrasi oksigen
Konsentrasi oksigen berpengaruh nyata terhadap aktivitas enzim bagi organisme yang
melakukan metabolisme. Beberapa organisme menjadi toleran bila ada oksigen (aerobik), dan
yang lain akan mengalami kematian bila ada oksigen (anaerobik). Jadi, kebutuhan oksigen
tiap organisme berbeda-beda. Organisme bisa hidup pada lingkungan yang mengandung
oksigen sesuai dengan kebutuhan dan akan mengalami stres atau kematian jika hidup pada
lingkungan yang konsentrasi oksigenya tidak sesuai.
7. Nutrien
Lingkungan air dalam umumnya nutrien atau makanan terbatas jumlahnya, sehingga
organisme yang membutuhkan diet komplek akan mengalami kesukaran untuk memenuhi
makananya. Untungnya di laut dalam ada arus air, sehingga melalui arus ini juga makanan
akan berputar. Dengan demikian kelangsungan kehidupan di air dalam tetap dapat
dipertahankan. Namun demikian, tiap organisme tidak dapat disamaratakan dalam kebutuhan
nutrien atau makanan, nutrien menjadi faktor lingkungan yang ekstrim jika dalam kondisi
minimum atau maksimum.
8. Radiasi
Radiasi dapat hadir dengan lingkungan yang sangat merugikan bagi organisme.
Mikroorganisme dapat mengalami kerusakan yang hebat oleh adanya radiasi terutama bila
berada di udara atau di dekat udara.
3.1 Kesimpulan
Air sebagai faktor lingkungan ekstrasel, kebanyakan sel memiliki lingkungan ionik
tertentu. Organisme maupun sel memiliki cara sendiri untuk survive baik di air tawar maupun
air yang mengandung garam, serta mengatasi adanya tekanan hidrostatik.
Ssetiap organisme punya batas atas temperatur. Organisme yang hidup pada
temperatur tinggi mengatasinya dengan memiliki enzim termostabil, membran termostabil,
dan asam inti termostabil.
3.2 Saran
Kami menyarankan bagi pembaca untuk mencari literatur-literatur yang lain terkait
lingkungan ekstraseluler untuk lebih memperdalam pengetahuan pada bab ini.
DAFTAR PUSTAKA