Anda di halaman 1dari 1

LBH.OR.ID.

Beberapa tahun setelah pertemuan mereka, Juneks meninggal, dan


meninggalkan seorang istri dan seorang anak kandung serta Wanipro sebagai anak yang
diakuinya lahir di luar nikah.

Salah satu contoh kasus hukum tentang warisan adalah banyaknya orang yang mengaku di
belakang hari merupakan keturunan atau anak dari orang tua yang meninggal. Misalnya saja,
ada seorang bernama Juneks, pria, menikah dengan Fitri yang dikaruniai satu orang anak.
Kemudian suatu hari, ada seorang laki-laki bernama Wanipro datang menemui Juneks, dan
mengaku sebagai anaknya. Akhirnya belakangan diakuilah bahwa Wanipro adalah anaknya
Juneks yang dilahirkan mantan pacarnya dahulu Tisa, sebelum Agus mempersunting Fitrias.

Beberapa tahun setelah pertemuan mereka, Juneks meninggal, dan meninggalkan seorang
istri dan seorang anak kandung serta Wanipro sebagai anak yang diakuinya lahir di luar
nikah.

Dalam kasus ini, merujuk Pasal 272 KUH Perdata anak luar kawin adalah: “Anak luar kawin
yang dapat diakui adalah anak yang dilahirkan oleh seorang ibu, tetapi tidak dibenihkan oleh
seorang pria yang berada dalam ikatan perkawinan yang sah dengan ibu anak tersebut, dan
tidak termasuk dalam kelompok anak zina atau anak sumbang”.

Anak luar nikah dapat mewaris sepanjang anak tersebut memiliki hubungan hukum dengan
pewaris. Hubungan hukum yang dimaksud dalam hal ini adalah pengakuan dari si pewaris,
sehingga dengan demikian anak luar nikah tersebut akan disebut dengan anak luar nikah
diakui. Sebab anak luar nikah yang mendapat warisan hanya anak luar nikah yang diakui oleh
ayahnya.

Maka dalam kasus ini, Wanipro memiliki hak waris karena telah diakui Juneks, ayahnya.
Dalam pembagian warisan, anak luar nikah yang diakui mewaris sama dengan semua
golongan ahli waris. Maka Wanipro dalam pewarisan berada pada golongan pertama, karena
anak luar kawin diakui dari Juneks. Sehingga berdasarkan Pasal 863 KUHPerdata ia mewarisi
1/3 bagian

ex

Anda mungkin juga menyukai