Anda di halaman 1dari 11

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Peran Kolaborasi Perawat dalam Pelaksanaan Farmakologi

Farmakologi dalam prospek pengorganisasian tindakan kolaboratif


hendaknya terlebih dahulu dapat dipahami pengertian farmakologi itu sendiri
oleh seorang perawat. Farmakologi berasal dari kata Farmakon artinya adalah
Obat, dan Logos artinya adalah Ilmu. Jadi , Farmakologi adalah suatu cabang
ilmu yang mempelajari tentang obat dan pengobatan, mulai dari obat
diberikan sampai dikeluarkan dari tubuh untuk pencegahan,peningkatan
kesehatan, dan pengobatan / penyembuhan. Tujuan pengorganisasi
farmakologi adalah agar dokter dan perawat dapat memiliki dan
menggunakan obat secara rasional dengan memperhatikan kemanjuran dan
keamanannya.

Perawat bertanggung jawab dalam pemberian obat – obatan yang aman .


Perawat harus mengetahui semua komponen dari perintah pemberian obat dan
mempertanyakan perintah tersebut jika tidak lengkap atau tidak jelas atau
dosis yang diberikan di luar batas yang direkomendasikan . Secara hukum
perawat bertanggung jawab jika mereka memberikan obat yang diresepkan
dan dosisnya tidak benar atau obat tersebut merupakan kontraindikasi bagi
status kesehatan klien . Sekali obat telah diberikan , perawat bertanggung
jawab pada efek obat yang diduga bakal terjadi. Buku-buku referensi obat
seperti , Daftar Obat Indonesia ( DOI ) , Physicians‘ Desk Reference (PDR),
dan sumber daya manusia , seperti ahli farmasi , harus dimanfaatkan perawat
jika merasa tidak jelas mengenai reaksi terapeutik yang diharapkan ,
kontraindikasi , dosis , efek samping yang mungkin terjadi , atau reaksi yang
merugikan dari pengobatan ( Kee and Hayes, 1996 ).

Pemberian obat menjadi salah satu tugas kolaboratif perawat yang paling
penting, karena :

 Perawat merupakan mata rantai terakhir dalam proses pemberian obat


kepada pasien.
 Perawat bertanggung jawab bahwa obat sudah diberikan dan memastikan
bahwa obat itu benar diminum oleh pasien.
 Perawat yang paling tahu tentang kebutuhan dan respon pasien terhadap
pengobatan. Misalnya : pasien yang sukar menelan, muntah atau tidak
dapat minum obat tertentu.
 Perawat hampir 24 jam waktunya disediakan untuk memenuhi kebutuhan
pasien.

Peran Perawat dalam Pemberian Obat :

Peran perawat dalam pemberian obat adalah sebagai berikut :

a) Sebagai Pelaksana
Artinya seorang perawat dapat melaksanakan tindakan keperawatan
( tindakan kolaborasi )dalam pemberian obat dengan prinsip 12 B.

b) Sebagai Pengelola
Dapat mengatur pemeliharaan, tempat persediaan / penyimpanan obat.

c) Sebagai Pendidik
Dapat menjelaskan kepada pasien tentang fungsi obat, reaksi dan efek
samping obat agar menimbulkan sikap kooperatif pasien.

d) Sebagai Peneliti
Dapat mengamati reaksi pasien setelah memberikan obat.

1. Prinsip-Prinsip Pemberin Obat

Perawat harus terampil dan tepat saat memberikan obat, tidak


sekedar memberikan pil untuk diminum (oral) atau injeksi obat melalui
pembuluh darah (parenteral), namun juga mengobservasi respon klien
terhadap pemberian obat tersebut. Pengetahuan tentang manfaat dan efek
samping obat sangat penting dimiliki oleh perawat. Perawat memiliki
peran yang utama dalam meningkatkan dan mempertahan kesehatan klien
dengan mendorong klien untuk lebih proaktif jika membutuhkan
pengobatan. Perawat berusaha membantu klien dalam membangun
pengertian yang benar dan jelas tentang pengobatan, mengkonsultasikan
setiap obat yang dipesankan dan turut serta bertanggungjawab dalam
pengambilan keputusan tentang pengobatan bersama dengan tenaga
kesehatan lain. Perawat dalam memberikan obat juga harus
memperhatikan resep obat yang diberikan harus tepat, hitungan yang tepat
pada dosis yang diberikan sesuai resep dan selalu menggunakan prinsip 12
benar, yaitu:

a) Benar Klien
Klien yang benar dapat dipastikan dengan memeriksa identitas
klien, dan meminta klien menyebutkan namanya sendiri. Beberapa
klien akan menjawab dengan nama sembarang atau tidak berespon,
maka gelang identifikasi harus diperiksa pada setiap klien pada setiap
kali pengobatan. Pada keadaan gelang identifikasi hilang, perawat
harus memastikan identitas klien dan meminta klien menyebutkan
namanya sendiri. Beberapa klien akan menjawab dengan nama
sembarang atau tidak berespon, maka gelang identifikasi harus
diperiksa pada setiap klien pada setiap kali pengobatan. Pada keadan
gelang identifikasi hilang, perawat harus memastikan identitas klien
sebelum setiap obat diberikan.

Dalam keadaan dimana klien tidak memakai gelang identifikasi


(sekolah, kesehatan kerja, atau klinik berobat jalan), perawat juga
bertanggung jawab untuk secara tepat mengidentifikasi setiap orang
pada saat memberikan pengobatan.

b) Benar Obat

Klien dapat menerima obat yang telah diresepkan oleh seorang


dokter, dokter gigi, atau pemberi asuhan kesehatan yang memiliki izin
praktik dengan wewenang dari pemerintah. Perintah melalui telepon
untuk pengobatan harus ditandatangani oleh dokter yang Perintah
pengobatan mungkin diresepkan menelepon dalam waktu 24 jam.

Komponen dari perintah pengobatan adalah :

(1) tanggal dan saat perintah ditulis,

(2) nama obat,

(3) dosis obat,

(4) rute pemberian,

(5) frekuensi pemberian, dan

(6) tanda tangan dokter atau pemberi asuhan kesehatan.

Meskipun merupakan tanggung jawab perawat untuk mengikuti


perintah yang tepat, tetapi jika salah satu komponen tidak ada atau
perintah pengobatan tidak lengkap, maka obat tidak boleh diberikan
dan harus segera menghubungi dokter tersebut untuk
mengklarifikasinya ( Kee and Hayes, 1996 ).

c) Benar Dosis Obat


- Dosis yang diberikan klien sesuai dengan kondisi klien.
- Dosis yang diberikan dalam batas yang direkomendasikan untuk
obat yang bersangkutan.
- Perawat harus teliti dalam menghitung secara akurat jumlah dosis
yang akan diberikan, dengan mempertimbangkan hal-hal sebagai
berikut: tersedianya obat dan dosis obat yang diresepkan atau
diminta, pertimbangan berat badan klien (mg/KgBB/hari), jika
ragu-ragu dosis obat harus dihitung kembali dan diperiksa oleh
perawat lain.
- Melihat batas yang direkomendasikan bagi dosis obat tertentu.

d) Benar Waktu Pemberian


- Pemberian obat harus sesuai dengan waktu yang telah ditetapkan.
- Waktu yang benar adalah saat dimana obat yang diresepkan harus
diberikan. Dosis obat harian diberikan pada waktu tertentu dalam
sehari, seperti b.i.d ( dua kali sehari ), t.i.d ( tiga kali sehari ), q.i.d (
empat kali sehari ), atau q6h ( setiap 6 jam ), sehingga kadar obat
dalam plasma dapat dipertahankan. Obat-obat dengan waktu paruh
pendek diberikan beberapa kali sehari pada selang waktu yang
tertentu.
- Pemberian obat harus sesuai dengan waktu paruh obat (t1/2). Obat
yang mempunyai waktu paruh panjang diberikan sekali sehari, dan
unutk obat yang memiliki waktu paruh pendek diberikan beberapa
kali sehari pada selang waktu tertentu.
- Pemberian obat juga memperhatikan diberikan sebelum atau
sesudah makan atau bersama makanan.
- Memberikan obat seperti kalium dan aspirin yang dapat mengiritasi
mukosa lambung bersama-sama dengan makanan.
- Menjadi tanggung jawab perawat untuk memeriksa apakah klien
telah dijadwalkan untuk memeriksa diagnostik, seperti tes darah
puasa yang merupakan kontraindikasi pemeriksaan obat.

e) Benar Cara Pemberian


- Memperhatikan proses absorbsi obat dalam tubuh harus tepat dan
memadai.
- Memperhatikan kemampuan klien dalam menelan sebelum
memberikan obat-obat peroral.
- Menggunakan teknik aseptic sewaktu memberikan obat melalui
rute parenteral.
- Memberikan obat pada tempat yang sesuai dan tetap bersama
dengan klien sampai obat oral telah ditelan.

f) Benar Dokumentasi

Pemberian obat sesuai dengan standar prosedur yang berlaku di


rumah sakit. Dan selalu mencatat informasi yang sesuai mengenai
obat yang telah diberikan serta respon klien terhadap pengobatan.

g) Benar Pendidikan Kesehatan Perihal Medikasi Klien

Perawat mempunyai tanggung jawab dalam melakukan pendidikan


kesehatan pada pasien, keluarga, dan masyarakat luas terutama yang
berkaitan dengan obat seperti manfaat obat secara umum, penggunaan
obat yang baik dan benar, alasan terapi obat dan kesehatan yang
menyeluruh, hasil yang diharapkan setelah pemberian obat, efek
samping dan reaksi yang merugikan dari obat, interaksi obat dengan
obat dan obat dengan makanan, perubahan-perubahan yang diperlukan
dalam menjalankan aktivitas sehari-hari selama sakit dan sebagainya.

h) Benar Hak Klien untuk Menolak

Klien berhak untuk menolak dalam pemberian obat. Perawat harus


memberikan inform consent dalam pemberian obat.

- Hak Klien Mengetahui Alasan Pemberian Obat

Hak ini adalah prinsip dari memberikan persetujuan setelah


mendapatkan informasi ( Informed concent ) , yang berdasarkan
pengetahuan individu yang diperlukan untuk membuat suatu
keputusan.

- Hak Klien untuk Menolak Pengobatan

Klien dapat menolak untuk pemberian suatu pengobatan adalah


tanggung jawab perawat untuk menentukan , jika memungkinkan ,
alasan penolakan dan mengambil langkah – langkah yang perlu untuk
mengusahakan agar klien mau menerima pengobatan . Jika suatu
pengobatan ditolak , penolakan ini harus segera didokumentasikan.
Perawat yang bertanggung jawab, perawat primer, atau dokter harus
diberitahu jika pembatalan pemberian obat ini dapat membahayakan
klien, seperti dalam pemberian insulin. Tindak lanjut juga diperlukan
jika terjadi perubahan pada hasil pemeriksaan laboratorium , misalnya
pada pemberian insulin atau warfarin ( Taylor, Lillis and LeMone,
1993 ; Kee and Hayes, 1996 ).

i) Benar Pengkajian
Perawat selalu memeriksa vital sign sebelum pemberian obat.

j) Benar Evaluasi
Perawat selalu melihat atau memantau efek kerja dari obat setelah
pemberiannya.

k) Benar Reaksi terhadap Makanan


Obat memliki efektivitas jika diberikan pada waktu yang tepat. Jika
obat itu harus diminum sebelum makan (ante cimum atau a.c) untuk
memperoleh kadar yang diperlukan harus diberi satu jam sebelum
makan misalnya tetrasiklin dan sebaiknya ada obat yang harus
diminum setelah makan misalnya indometasin.

l) Benar Reaksi dengan Obat Lain


Pada penggunaan obat seperti chloramphenicol diberikan dengan
omeprazol penggunaan pada penyakit kronis.

2. Implikasi Keperawatan Dalam Farmakologi

Implikasi keperawatan dalam farmakologi mencakup hal-hal yang


berkaitan dengan proses keperawatan antara lain pengkajian, perencanaan,
pelaksanaan dan evaluasi.

Beberapa hal yang perlu dikaji dalam pengelolaan farmakologi :

a) Identifikasi pasien
- Usia : Bayi, Anak-anak , Dewasa Dan Lansia
- Reaksi : Bagaimana Reaksi pasein setelah minum obat.
- Pola kebiasaan : Kebiasaan pasien pada waktu minum obat,
misalnya dengan memakai air minum, pisang dan lain-lain.
- Persepsi pasien tentang obat : khasiat obat, sugesti terhadap obat.
b) Keadaan obat/identifikasi obat
- Dosis obat sesuai umur pasien
- Bentuk obat apakah padat , cair suspense
- Pengunaan obat : oral, sub-lingual, ditelan atau dikunyah.

c) Efek samping obat (side effect)


d) Etiket
- Obat luar atau obat dalam (obat dalam diberi etiket putih, obat luar
diberi ektiket biru).
- Tanggal/bulan/tahun kadaluarsa obat.
- Jenis obat (sedative, antihistamine, antibiotic, deuresis dll.

e) Keadaan Pasien

Hal yang perlu dikaji adalah apakah pasien sedang menjalani terapi
khusus :

- Penderita TBC Aktif


- Penderita Kusta Aktif
- Penderita Epilepsi
- Penderita Malnutrisi

f) Ada Tidaknya Riwayat Alergi Obat


Bila mana ada pasien yang tidak tahan akan jenis obat tertentu
maka harus ditulis dengan jelas pada status pasien dengan tinta merah,
agar dokter dapat memilih obat lain yang lebih aman.

3. Hal-Hal Yang Perlu Diperhatikan Dalam Pelaksanaan Kolaborasi


Pemberian Obat
a) Perawat yang membagi obat harus bekerja dengan penuh konsentrasi
dan tenang.
b) Setelah mengecek perintah pengobatan, bacalah tabel tiga kali ketika
mempersiapkan obat :
- Saat mengambl obat
- Saat membuka/menuang atau mencampur
- Saat mengembalikan
c) Obat yang sudah lama, lebih-lebih yang sudah hilang etiketnya atau
tidak jelas jangan dipakai.
d) Cara pemberian obat harus memperhatikan prinsip 12 benar.
e) Perhatikan pasien waktu minum obat, jangan meninggalkan obat
diatas meja.
f) Jangan sekali-kali memberikan obat-obatan yang telah disiapkan
orang lain, kecuali jelas ditugaskan kepada kita.
g) Perhatikan reaksi pasien setelah minum obat.
h) Mencatat atau membubuhkan paraf pada waktu atau pada status
pasien setelah memberikan obat.
i) Obat-obatan harus disimpan sesuai dengan syarat-syarat penyimpanan
masing-masing obat, misalnya : Lemari es, tempat yang sejuk, gelap
dan lain-lain.
j) Obat-obat yang dibeli sendiri oleh pasien harus disimpan dalam lemari
obat pada tempat khusus, dengan etiket nama yang jelas.
k) Menuangkan obat-obatan cair, jangan pada sisi yang ada etiketnya dan
sejajar dengan mata.
l) Setiap kali selesai mengambil obat, tempat obat ditutup kembali.
m) Bila terjadi kesalahan dalam memberikan obat harus segera
dilaporkan kepada yang bertanggung jawab.
n) Usahakan agar tangan selalu bersih, ketika akan memberikan obat-
obatan.

2.2 Pengelolaan Obat

Pengelolaan merupakan suatu proses yang dimaksudkan untuk mencapai


suatu tujuan tertentu yang dilakukan secara efektif dan efisien. Proses
pengelolaan dapat terjadi dengan baik bila dilaksanakan dengan dukungan
kemampuan menggunakan sumber daya yang tersedia dalam suatu sistem.
Tujuan utama pengelolaan obat adalah tersedianya obat dengan mutu yang
baik, tersedia dalam jenis dan jumlah yang sesuai kebutuhan pelayanan
kefarmasian bagi masyarakat yang membutuhkan.

Secara khusus pengelolaan obat harus dapat menjamin :

a) Tersedianya rencana kebutuhan obat dengan jenis dan jumlah yang sesuai
dengan kebutuhan pelayanan kefarmasian di Apotek.
b) Terlaksananya pengadaan obat yang efektif dan efisien.
c) Terjaminnya penyimpanan obat dengan mutu yang baik.
d) Terjaminnya pendistribusian / pelayanan obat yang efektif.
e) Terpenuhinya kebutuhan obat untuk mendukung pelayanan kefarmasian
sesuai jenis, jumlah dan waktu yang dibutuhkan.
f) Tersedianya sumber daya manusia dengan jumlah dan kualifikasi yang
tepat.
g) Digunakannya obat secara rasional
Untuk mencapai tujuan tersebut, maka Pengelolaan Obat mempunyai
empat kegiatan yaitu :

a) Perumusan kebutuhan (selection)


b) Pengadaan (procurement)
c) Distribusi (distribution)
d) Penggunaan / Pelayanan Obat (Use)

Masing-masing kegiatan di atas, dilaksanakan dengan berpegang pada


fungsi manajemen yaitu Planning, Organizing, Actuating dan Controlling. Ini
berarti untuk kegiatan seleksi harus ada tahap perencanaan, pengorganisasian,
pelaksanaan dan pengawasan pengendalian, begitu juga untuk ketiga kegiatan
yang lain.

Keempat kegiatan pengelolaan obat tersebut didukung oleh sistem


manajemen penunjang pengelolaan yang terdiri dari :

a) Pengelolaan Organisasi
b) Pengelolaan Keuangan untuk menjamin pembiayaan dan
kesinambungan
c) Pengelolaan informasi
d) Pengelolaan dan pengembangan sumber daya manusia

Pelaksanaan keempat kegiatan dan keempat elemen sistem pendukung


pengelolaan tersebut di atas didasarkan pada kebijakan (policy) dan atau
peraturan perundangan (legal framework) yang mantap serta didukung oleh
kepedulian masyarakat. Hubungan antara kegiatan, sistem pendukung dan
dasar pengelolaan obat dapat digambarkan sebagai berikut :

GAMBAR SIKLUS PENGELOLAAN OBAT

Pada gambar di atas dapat dilihat bahwa prinsip utama dari empat kegiatan
pengelolaan obat adalah adanya keterkaitan dan keterpaduan pada semua
kegiatan. Sebagai suatu sistem, maka keempat kegiatan tersebut dapat dilihat
sebagai rangkaian proses dari masukan – proses – luaran. Dengan demikian
fungsi seleksi merupakan proses yang mengolah masukan yang berasal dari
penggunaan obat dan menghasilkan luaran yang selanjutnya diproses pada
kegiatan pengadaan dan seterusnya.

Pengelolaan obat merupakan suatu rangkaian kegiatan yang menyangkut


aspek perencanaan/seleksi, pengadaan, pendistribusian dan penggunaan obat
dengan memanfaatkan sumber-sumber yang tersedia seperti tenaga, dana,
sarana dan perangkat lunak (metoda dan tatalaksana) dalam upaya mencapai
tujuan yang ditetapkan.

- Seleksi
Meliputi kegiatan penetapan masalah kesehatan, keadaan sosial ekonimi
masyarakat, pemilihan jenis obat, serta penetapan jenis obat apa yang
harus tersedia.

- Pengadaan
Meliputi perhitungan kebutuhan dan perencanaan pengadaan, pemilihan
cara pengadaan, pelaksanaan pembelian, penerimaan dan pemeriksaan
serta melakukan jaminan mutu.

- Distribusi
Meliputi kegiatan pengendalian persediaan obat, dan penyimpanan.

- Penggunaan
Meliputi pelayanan farmasi.

Untuk terlaksananya pengelolaan obat dengan efektif dan efisien perlu


ditunjang dengan sistem informasi manajemen obat untuk menggalang
keterpaduan pelaksanaan kegiatan-kegiatan pengelolaan obat. Dengan adanya
sistem ini pelaksanaan salah satu kegiatan pengelolaan obat dapat dengan
mudah diselaraskan dengan yang lain. Selain itu, berbagai kendala yang
menimbulkan kegagalan atau keterlambatan salah satu kegiatan dengan cepat
dapat diketahui, sehingga segera dapat ditempuh berbagai tindakan operasional
yang diperlukan untuk mengatasinya.

DAFTAR PUSTAKA

Asiyah, Masning.2012.
PengelolaanObat.http://masningasiyah.blogspot.com/p/pengelolaan-obat.html
(diakses pada tanggal 9 Mei 2015)

Depkes RI. 2000. Keperawatan Dasar Ruangan Jakarta.

Kozier, Barbara, 2000, Fundamental of Nursing : Concepts, Prosess and Practice :


Sixth edition, Menlo Park, Calofornia.
Kusuma,Aditya.2012. Pengorganisasian Farmakologi
http://materifarmakologi.blogspot.com/2012/03/pengorganisasian-
farmakologi.html (diakses pada tanggal 8 Mei 2015)

Anda mungkin juga menyukai