MIKROBIOLOGI
SEMESTER : II (DUA)
TAHUN AJARAN : 2019/2020
HARI/TANGGAL PERCOBAAN : SABTU/ 9 MEI 2020
MODUL PERCOBAAN : PREPARASI MEDIA DAN INOKULUM
KELOMPOK : B-1 (B-SATU)
NAMA NIM
ROHMA RIANA GIRSANG 190405016
RAYHAN ULYA HENDRA 190405149
LABORATORIUM MIKROBIOLOGI/BIOPROSES
DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2020
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Kode : F/Dik-3/SPMI-PSTK-
FAKULTAS TEKNIK USU
LABORATORIUM MIKROBIOLOGI/BIOPROSES
MODUL PRAKTIKUM : PREPARASI MEDIA DAN INOKULUM
KELOMPOK : B-1 (B-SATU)
NAMA/NIM : 1. ROHMA RIANA GIRSANG/190405016
2. RAYHAN ULYA HENDRA/190405149
HARI/TGL. PRAKTIKUM : SABTU/9 MEI 2020
Medan, 2020
Dosen,
LABORATORIUM MIKROBIOLOGI/BIOPROSES
MODUL PRAKTIKUM : PREPARASI MEDIA DAN INOKULUM
KELOMPOK : B-1 (B-SATU)
NAMA/NIM : 1.ROHMA RIANA GIRSANG/190405016
2. RAYHAN ULYA HENDRA/190450149
HARI/TGL. PRAKTIKUM : SABTU/9 MEI 2020
Media Pembanding I & II : Media Yeast Extract-Malt Extract Agar dan Media Nutrient Agar
Metode : Goresan
Variabel Tetap I : 1 gr sampel yang telah cukup halus tersebut dimasukkan ke dalam 9
ml air laut steril, dengan demikian diperoleh pengenceran sampel
sebesar 10-1 .
Variabel Tetap II : 1 ml air laut hasil homogenisasi (jus spons) dimasukkan ke dalam 9
ml air laut steril pada tabung reaksi kemudian dilanjutkan ke tabung
kedua hingga tabung keempat sehingga konsentrasi menjadi 10 -4.
LABORATORIUM MIKROBIOLOGI/BIOPROSES
MODUL PRAKTIKUM : PREPARASI MEDIA DAN INOKULUM
KELOMPOK : B-1 (B-SATU)
NAMA/NIM : 1. ROHMA RIANA GIRSANG/190405016
2. RAYHAN ULYA HENDRA/190405149
HARI/TGL. PRAKTIKUM : SABTU/9 MEI 2020
Jurnal Pembanding I :
Morfologi koloni bakteri asosiasi alga merah pada agar lempeng dari tiga sampel yang berbeda
AGAK LEMPENG
Isolat Jenis Alga
Tepi Pigmentasi Elevasi Optikal Bentuk
KA-1 Kappaphycus alvarezii rata putih datar opaque bulat
KA-2 Kappaphycus alvarezii bergerigi krem datar opaque tak beraturan
KA-3 Kappaphycus alvarezii rata krem datar opaque bulat
GA-1 Gelidiella acerosa berombak putih datar opaque bulat
GA-2 Gelidiella acerosa berombak putih datar opaque tak beraturan
GA-3 Gelidiella acerosa rata krem datar opaque bulat
ES-1 Eucheuma spinosum bergerigi oranye datar opaque tak beraturan
Jurnal Pembanding II :
Karakteristik Koloni
Kode Isolat
Bentuk Warna Tepian Elevasi
Fr(1) Circular Kuning Convex Entire
Fr(2) Circular Putih Entire Raised
Fr(3) Filamentous Putih Filiform Flat
Fr(4) circular Putih Curied Crateriform
LAPORAN PRAKTIKUM
LABORATORIUM : MIKROBIOLOGI/BIOPROSES
MODUL :
PREPARASI MEDIA DAN INOKULUM
1. Metodologi Percobaan
Alat :
- Alga merah
- Media Yeast Extract-Malt Extract Agar (YMA)
- Air laut steril
- Aquades
- Alkohol 70%
DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Sterilisasi
1. Hidupkan Autoclave dan isi dengan air sampai batas yang ditentukan
2. Alat-alat yang akan disterilkan seperti tabung reaksi, kaca objek, dan
gelas ukur. Cuci hingga bersih dan keringkan. Lalu bungkus dengan tisu
3. Kemudian alat-alat tersebut dimasukkan ke dalam Autoclave dan
dipanasakan hingga 100oC. Lalu biarkan selama 15 menit setelah
mendidih.
4. Lalu Autoclave dimatikan dan alat-alat tersebut dimasukkan ke dalam
steril kabinet.
Preparasi Sampel
1. Sampel alga merah dibersihkan dengan air laut steril dan dihancurkan dengan
cara dipotong-potong kecil dan ditumbuk menggunakan mortar dan pastel
2. Selanjutnya 1 gr sampel yang telah cukup halus tersebut dimasukkan ke dalam 9 ml
air laut steril
3. Diperoleh pengenceran sampel sebesar 10-1. Dari pengenceran 10-1 tersebut diambil
0,5 ml sampel menggunakan mikrotip steril
4. Dimasukkan ke dalam tabung reaksi yang berisi 4,5 ml air laut steril dan akan
-2
diperoleh pengenceran 10
5. Selanjutnya diambil 100 μl sampel dan disebarkan ke dalam cawan petri steril berisi
YMA yang selanjutnya diinkubasi pada suhu ruang selama 24 jam
2. Preparat apusan bakteri dibuat dengan mengambil secara aseptik 1 ose suspensi
biakan bakteri potensial lalu diratakan di atas permukaan gelas benda kira-kira seluas
2
1 cm
3. Jika sudah dingin maka ditetesi dengan cat Gram A secara merata sebanyak 2 – 3
tetes dan didiamkan selama 1 menit
4. Gelas benda ditetesi dengan larutan mordan Gram B, dibiarkan selama 1 menit,
dicuci dengan air mengalir lalu dikeringanginkan
5. Selanjutnya dicuci dengan peluntur (Gram C) selama ± 30 detik, dicuci dengan air
mengalir dan dikeringanginkan
6. Kemudian diberi larutan cat penutup (Gram D) dibiarkan selama 2 menit, dicuci
dengan air mengalir lalu dikeringanginkan
7. Gelas benda diamati dengan mikroskop perbesaran kuat menggunakan minyak
emersi. Bakteri gram positif berwarna ungu (violet) sedang bakteri gram negatif
berwarna merah
Sterilisasi
1. Hidupkan Autoclave dan isi dengan air sampai batas yang ditentukan
2. Alat-alat yang akan disterilkan seperti tabung reaksi, kaca objek, dan
gelas ukur. Cuci hingga bersih dan keringkan. Lalu bungkus dengan tisu
3. Kemudian alat-alat tersebut dimasukkan ke dalam Autoclave dan
dipanasakan hingga 100oC. Lalu biarkan selama 15 menit setelah
mendidih.
4. Lalu Autoclave dimatikan dan alat-alat tersebut dimasukkan ke dalam
steril cabinet
Preparasi sampel
1. Setiap sampel spons dicuci dengan menggunakan air laut steril Air laut steril
disiapkan dengan cara memasukan air laut yang diambil saat pengambilan sampel ke
dalam botol kaca
2. Kemudian ditutup rapat dan disterilkan menggunakan autoclave pada suhu 121°C
selama 30 menit setelah itu spons dihomogenisasi dengan cara digerus menggunakan
mortar dalam ependorf yang telah berisi 1 ml air laut steril
DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
1. 1 ml air laut hasil homogenisasi (jus spons) dimasukkan ke dalam 9 ml air laut steril
pada tabung reaksi kemudian dilanjutkan ke tabung kedua hingga tabung keempat
sehingga konsentrasi menjadi 10 -4
2. Larutan dengan konsentrasi 10 -3 dan 10-4 kemudian diinokulasi ke dalam media
nutrient broth. Setiap tahap dilaksanakan secara aseptik. Sampel yang telah
diencerkan diinkubasi pada suhu 37°C selama ± 24 – 48 jam
3. Setekah itu dilakukan isolasi bakteri dengan cara menumbuhkan bakteri pada media
Nutrient Agar dengan metode goresan kuadran. Isolasi bakteri dilakukan berkali-kali
hingga mendapatkan isolat tunggal dari bakteri
Penelitian ini diawali dengan melakukan isolasi yang berasosiasi dengan alga merah dari
perairan Kutuh Bali. Ketiga sampel alga merah tersebut adalah Kappaphycus alvarezii,
Gelidiella acerosa, dan Eucheuma spinosum.
Tabel 1. Morfologi koloni bakteri asosiasi alga merah pada agar lempeng dari tiga sampel yang
berbeda
AGAR LEMPENG
Isolat Jenis Alga
Tepi Pigmentasi Elevasi Optikal Bentuk
KA-1 Kappaphycus alvarezii rata putih datar opaque bulat
KA-2 Kappaphycus alvarezii bergerigi krem datar opaque tak beraturan
KA-3 Kappaphycus alvarezii rata krem datar opaque bulat
GA-1 Gelidiella acerosa berombak putih datar opaque bulat
GA-2 Gelidiella acerosa berombak putih datar opaque tak beraturan
GA-3 Gelidiella acerosa rata krem datar opaque bulat
ES-1 Eucheuma spinosum bergerigi oranye datar opaque tak beraturan
Keterangan: opaque adalah tidak tembus cahaya
Berdasarkan hasil pengamatan morfologi koloni didapatkan bentuk bulat dan tak beraturan.
Tepi koloni ada yang rata, bergerigi, dan berombak. Ketujuh isolat memiliki elevasi yang datar semua.
Warna atau pigmentasinya bermacam-macam ada yang berwarna putih, krem, dan oranye.Morfologi
koloni isolat bakteri yang ditemukan pada penelitian ini sesuai dengan pernyataan Cappucino and
Sherman (1987) bahwa pada umumnya bentuk koloni bakteri berbentuk circular, irregular,
DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Berasarkan hasil identifikasi dengan cara membandingkan morfologi dari spons dengan
buku identifikasi diperoleh dua jenis spons. Hasil identifikasi menunjukkan bahwa spons pertama
memiliki kemiripan dengan spesies Facaplisynopsis sp. dan spesies spons yang kedua memiliki
kemiripan dengan spesies Agelas sp. (Gambar 2).
(1) (2)
Gambar 2. (1) Spons Facaplisynopsis sp. dan (2) Spons Agelas sp.
Tabel 1. Karakteristik Isolat Bakteri dari Spons yang menyerupai Fascaplysinopsis sp.
Karakteristik Koloni
Kode Isolat
Bentuk Warna Tepian Elevasi
Fr(1) Circular Kuning Convex Entire
Fr(2) Circular Putih Entire Raised
Fr(3) Filamentous Putih Filiform Flat
Fr(4) circular Putih Curied Crateriform
Berdasarkan tabel 1, isolat bakteri Fr(1), Fr(2), Fr(3) dan Fr(4) memiliki koloni yang dominan
berbentuk circular dengan warna dominan adalah putih. Pada tabel 2, isolat Am(1), Am(2), Am(3),
Am(4), Am(5), dan Am(6) memiliki bentuk dominan koloni yang sama seperti pada tabel 1 yaitu
circular atau memiliki tepian yang teratur/rata namun memiliki warna dominan putih dan coklat.
Hal ini disebabkan karena kepadatan dan kerapatan sel bakteri serta ketersediaan nutrisi dalam
media.
DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2.2 Pembahasan
Berdasarkan dua jurnal penelitian yang kami ambil, adapun perbandingan pada pembahasan
Isolasi bakteri yang berasosiasi alga merah ini dilakukan dengan cara maserasi (Kurnia,
2012) yaitu teknik yang dilakukan dengan cara menghancurkan sampel yang berbentuk padat
dengan menumbuknya menggunakan mortar dan pastel, sehingga mikroba yang ada di
permukaan atau di dalam sampel dapat terlepas, kemudian dilanjutkan dengan pengenceran
bertingkat menggunakan air laut steril. Bakteri asosiasi alga merah dapat diperoleh dari bakteri
yang menempel pada permukaan alga (epifit) maupun bakteri yang ada dalam jaringan alga
(endofit), oleh sebab itu sterilisasi permukaan sampel hanya menggunakan air laut steril karena
penggunaan desinfektan yang bervariasi menurut Fan et al. (2009) dapat membunuh bakteri epifit
yang berkoloni di permukaan sampel. Isolasi dari ketiga sampel alga merah didapatkan 7 isolat
murni yaitu KA-1, KA-2, KA-3, GA-1, GA-2, GA-3 dan ES-1. Isolat dengan kode KA diperoleh
dari sampel alga merah K. alvarezii. Carpenter & Niem (1998) menyebutkan bahwa alga jenis ini
merupakan bahan baku karagenan, sumber mineral seperti Ca, K, Mg, Na, Cu, Fe, dan Mn, serta
Isolat dengan kode GA diperoleh dari sampel alga merah G. acerosa yang merupakan jenis
alga edible atau dapat dimakan, umum digunakan sebagai bahan dasar pembuatan agar-agar untuk
media kultur mikroba maupun agarose, serta unsur penting dalam produk susu, selai dan eskirm
(Carpenter & Niem, 1998). Isolat dengan kode ES diperoleh dari alga merah E. spinosum yang
merupakan nama dagang dari E. denticulatum. Alga merah ini merupakan sumber utama
DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
phycocolloid caragenan, digunakan sebagai pupuk, makan ternak, sup, dan dapat dibuat permen.
Berdasarkan hasil pengamatan morfologi, didapatkan 4 isolat bakteri simbion spons yang
menyerupai Fascaplysinopsis sp. dan 6 isolat bakteri simbion spons yang menyerupai Agelas sp.
Gambar 3. Bakteri Simbion Spons yang Tumbuh dalam Media Nutrient Agar
Hal ini menunjukkan bahwa jumlah isolat bakteri dari spons yang menyerupai
Fascaplysinopsis sp. lebih sedikit dibandingkan dengan jumlah isolat bakteri dari spons yang
menyerupai Agelas sp. Hasil ini kemungkinan disebabkan oleh perbedaan jenis spesies spons
(Rizka, 2013). Jumlah isolat bakteri dari kedua spons yang sedikit dapat diakibatkan karena
kurangnya salinitas pada media yang mempengaruhi pertumbuhan bakteri simbion spons yang
merupakan bakteri halofilik (Sidharta, 2000).
Elevasi koloni dari isolat bakteri yang simbion spons yang menyerupai Fascaplysinopsis
sp. dan Agelas sp. disajikan pada gambar 1dan 2.
Gambar 5. . Morfologi Isolat Bakteri pada Spons yang menyerupai Agelas sp.
DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Hasil pengamatan karakteristik morfologi isolat bakteri simbion spons pada Slant
Agar ditunjukkan pada Tabel 3 dan Tabel 4 serta gambar 6. Tipe pertumbuhan diamati
dengan mengacu pada Cappucino dan Sherman (1998). Bakteri simbion spons dari perairan
Tongkeina yang berhasil diisolasi berjumlah sepuluh isolat. Empat isolat berasal dari jenis
spons Facaplysinopsis sp. dan enam isolat berasal dari spons jenis Agelas Sp. Kesepuluh
isolat bakteri tersebut memiliki karakteristik yang umumnya berwarna putih dan kuning
dengan bentuk circular. Dua dari sepuluh isolat bakteri tergolong dalam Gram positif
berbentuk coccus dan sisanya tergolong dalam Gram negatif berbentuk basil (batang
pendek).
3.1 Kesimpulan
Berikut kesimpulan yang kami peroleh berdasarkan kedua jurnal tersebut.
3.2 Saran
Berikut saran yang kami peroleh berdasarkan kedua jurnal tersebut.
ABTRAK
Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengisolasi bakteri yang bersimbiosis dengan
spons dan menentukan karakteristik morfologi serta sifat Gram dari isolat bakteri tersebut.
Sampel spons diambil dari perairan Tongkeina, Sulawesi Utara. Spons digerus dan dilarutkan
dalam air laut steril dan dilakukan pengenceran. Bakteri simbions spons dalam setiap
pengenceran ditumbuhkan pada media Nutrient Broth. Bakteri yang tumbuh ditumbuhkan
kembali pada media Nutrient Agar dengan metode cawan gores. Isolat bakteri yang tumbuh
kemudian diuji sifat Gramnya. Penelitian ini memperoleh sepuluh isolat bakteri yang
bersimbiosis dengan dua jenis spons dengan karaktersitik morfologi yang bervariasi. Dua dari
kesepuluh isolat bakteri tergolong dalam Gram positif dengan bentuk coccus dan delapan
tergolong dalam Gram negatif dengan bentuk basil (batang pendek).
_____________________________________________________________________________
Kata Kunci : Bakteri, isolasi, simbion, spons
PENDAHULUAN
Bakteri memiliki jumlah yang sangat banyak dibandingkan dengan jumlah mahluk hidup
lain di bumi. Pertumbuhan bakteri banyak dijumpai dengan cara berasosiasi dengan berbagai
organisme laut, salah satunya adalah spons. Spons dikenal sebagai penghasil senyawa bioaktif.
Bakteri yang bersimbiosis dengan spons diduga memiliki peranan besar dalam menghasilkan
senyawa-senyawa bioaktif yang telah diisolasi dari spons (Lee, dkk. 2001). Hal ini merupakan
potensi yang memungkinkan bakteri simbion spons dapat memiliki kemampuan yang sama
dengan spons dalam memproduksi senyawa bioaktif. Beberapa potensi senyawa bioaktif yang
telah ditemukan dan dikembangkan dari spons antara lain sebagai antibakteri, antitumor dan
antivirus (Taylor, dkk. 2007).
Senyawa bioaktif yang diekstrak secara besar-besaran dari spons akan merusak
keberadaan spons itu sendiri dan bertentangan dengan kepentingan konservasi (Pastra, dkk.
2012). Oleh sebab itu eksplorasi bakteri simbion spons perlu dilakukan.
Penelitian ini bertujuan untuk mengisolasi, menentukan karakteristik morfologi dan sifat
Gram dari isolat bakteri simbion spons yang berasal dari perairan Tongkeina, Sulawesi Utara.
Manfaat dari penelitian ini adalah diperolehnya isolat bakteri yang dapat digunakan dalam
57
Jurnal LPPM Bidang Sains dan Teknologi Volume 3 Nomor 1
Mei 2016
penelitian lanjutan seperti isolasi bakteri penghasil senyawa senyawa bioaktif yang dapat
digunakan dalam bidang kesehatan.
METODE PENELITIAN
Sampel spons diambil dari perairan Tongkeina, Sulawesi Utara pada saat air laut
mencapai surut terendah. Lokasi pengambilan sampel spons ditunjukkan pada Gambar 1.
Sampel spons yang diambil dimasukkan dalam plastik sampel kemudian disimpan dalam
coolbox. Sampel dibawa ke Laboratorium Biologi Molekuler dan Farmasitika Laut FPIK
UNSRAT untuk penelitian selanjutnya.
dilakukan isolasi bakteri dengan cara menumbuhkan bakteri pada media Nutrient Agar dengan
metode goresan kuadran (Hadioetomo, 1993). Isolasi bakteri dilakukan berkali-kali hingga
mendapatkan isolat tunggal dari bakteri (Willey, dkk. 2008).
Isolat bakteri tunggal dipisahkan berdasarkan karakteristik morfologinya mulai dari
ukuran, bentuk, warna, dan elevasi. Isolat bakteri yang telah dipisahkan kemudian ditumbuhkan
pada media Nutrient Agar miring untuk dijadikan stok. Semua proses penelitian dilakukan
secara aseptik dengan menggunakan api bunsen dan dilakukan dalam bilik laminar untuk
mencegah kontaminasi dari mikroorganisme lain (Madigan, dkk. 2012).
Isolat bakteri kemudian ditentukan sifat gramnya dengan pewarnaan Gram (Hadioetomo,
1993). Dalam melakukan pewarnaan gram pertama-tama perlu disediakan olesan bakteri dengan
cara mencampurkan biakan bakteri dengan satu tetes akuades di atas kaca preparat kemudian
dibiarkan mengering di udara lalu difiksasi di atas lampu bunsen. Setelah itu preparat tersebut
digenangi dengan larutan Kristal violet selama 1 menit kemudian bilas dengan akuades dan
keringkan dengan kertas tissue. Selanjutnya genangi preparat dengan iodium selama 2 menit
kemudian bilas dengan akuades dan bilas kembali menggunakan alkohol 95% hingga larutan
ungu Kristal tidak terlihat lagi dan dibilas kembali dengan aquades. Selanjutnya genangi
preparat dengan safranin selama 30 detik lalu dibilas dengan akuades dan di keringkan dengan
kertas tissue. Setelah itu amati bentuk, ukuran, dan warna sel menggunakan mikroskop
(1) (2)
Gambar 2. (1) Spons Facaplisynopsis sp. dan (2) Spons Agelas sp.
59
Jurnal LPPM Bidang Sains dan Teknologi Volume 3 Nomor 1
Mei 2016
Gambar 3. Bakteri Simbion Spons yang Tumbuh dalam Media Nutrient Agar
Hal ini menunjukkan bahwa jumlah isolat bakteri dari spons yang menyerupai
Fascaplysinopsis sp. lebih sedikit dibandingkan dengan jumlah isolat bakteri dari spons yang
menyerupai Agelas sp. Hasil ini kemungkinan disebabkan oleh perbedaan jenis spesies spons
(Rizka, 2013). Jumlah isolat bakteri dari kedua spons yang sedikit dapat diakibatkan karena
kurangnya salinitas pada media yang mempengaruhi pertumbuhan bakteri simbion spons yang
merupakan bakteri halofilik (Sidharta, 2000).
Karakteristik Koloni
Kode Isolat
Bentuk Warna Tepian Elevasi
Fr(1) Circular Kuning Convex Entire
Fr(2) Circular Putih Entire Raised
Fr(3) Filamentous Putih Filiform Flat
Fr(4) circular Putih Curied Crateriform
60
Jurnal LPPM Bidang Sains dan Teknologi Volume 3 Nomor 1
Mei 2016
Tabel 2. Karakteristik Isolat Bakteri dari Spons yang menyerupai Agelas sp.
Karakteristik Koloni
Kode Isolat
Bentuk Warna Tepian Elevasi
Am(1) Circular Kuning Entire Craseriform
Am(2) Circular Putih Entire Flat
Am(3) Circular Coklat Undulate Raised
Am(4) Rhizoid Coklat Filiform Flat
Am(5) Circular Putih Entire Flat
Am(6) Circular Orange Entire Umbonate
Berdasarkan tabel 1, isolat bakteri Fr(1), Fr(2), Fr(3) dan Fr(4) memiliki koloni yang
dominan berbentuk circular dengan warna dominan adalah putih. Pada tabel 2, isolat Am(1),
Am(2), Am(3), Am(4), Am(5), dan Am(6) memiliki bentuk dominan koloni yang sama seperti pada
tabel 1 yaitu circular atau memiliki tepian yang teratur/rata namun memiliki warna dominan
putih dan coklat. Hal ini
disebabkan karena kepadatan dan kerapatan sel bakteri serta ketersediaan nutrisi dalam
media (Willey, dkk. 2008). Elevasi koloni dari isolat bakteri yang simbion spons yang
menyerupai Fascaplysinopsis sp. dan Agelas sp. disajikan pada gambar 1dan 2.
Hasil pengamatan karakteristik morfologi isolat bakteri simbion spons pada Slant Agar
ditunjukkan pada Tabel 3 dan Tabel 4 serta gambar 6. Tipe pertumbuhan diamati dengan
mengacu pada Cappucino dan Sherman (1998).
61
Jurnal LPPM Bidang Sains dan Teknologi Volume 3 Nomor 1
Mei 2016
Tabel 3. Karakteristik Isolat Bakteri Simbion Sponsyang menyerupai Fascaplysinopsis sp. pada
Agar Miring
Karakteristik Koloni
Kode Isolat Tipe
Warna
Penampakan Koloni
Fr(1) Kuning Filiform
Fr(2) Putih Filiform
Fr(3) Putih Filiform
Fr(4) Putih Echinulate
Tabel 4. Karakteristik Isolat Bakteri Simbion Spons yang menyerupai Agelas sp. pada Agar
Miring
Karakteristik Koloni
Kode Isolat Tipe
Warna
Penampakan Koloni
Am(1) Kuning Beaded
Am(2) Putih Filiform
Am(3) Putih Filiform
Am(4) Putih Effuse
Am(5) Oranye Effuse
Am(6) Oranye Beaded
Am(3), Am(4), Am(5), dan Am(6) adalah bakteri dengan warna dan tipe pertumbuhan koloni pada
agar miring yang bervariasi. Tipe penampakan koloni isolat Fr(1), Fr(2), Fr(3) dan Fr(4) dan isolat
Am(1), Am(2), Am(3), Am(4), Am(5), dan Am(6) bervariasi yang terdiri dari echinulate
(Pertumbuhan sepanjang bekas inokulasi bergerigi), beaded (seperti rantai mutiara (butir-butir)
sepanjang bekas inokulasi), effuse (Pertumbuhan tipis, biasanya merata), dan filiform
(Pertumbuhan sepanjang bekas inokulasi). Hal ini diakibatkan karena penyebaran bakteri yang
merata sepanjang garis inokulasi dan juga karena kandungan nutrisi yang memacu bakteri untuk
tumbuh menyebar secara merata sepanjang garis inokulasi (Holt, dkk. 1994).
(a) (b)
63
Jurnal LPPM Bidang Sains dan Teknologi Volume 3 Nomor 1
Mei 2016
Gambar 7. Bentuk Sel dan Warna Hasil Pewarnaan Gram (a). Gram Positif (b). Gram Negatif.
PENUTUP
Kesimpulan
Bakteri simbion spons dari perairan Tongkeina yang berhasil diisolasi berjumlah sepuluh
isolat. Empat isolat berasal dari jenis spons Facaplysinopsis sp. dan enam isolat berasal dari
spons jenis Agelas Sp. Kesepuluh isolat bakteri tersebut memiliki karakteristik yang umumnya
berwarna putih dan kuning dengan bentuk circular. Dua dari sepuluh isolat bakteri tergolong
dalam Gram positif berbentuk coccus dan sisanya tergolong dalam Gram negatif berbentuk basil
(batang pendek).
DAFTAR PUSTAKA
Cappucino, J. G., and Sherman N. 1998. Microbiology, A Laboratory Manual.
Benjamin/Cummings Science Publishing, California.
Colin, P. L and Arneson C. 1995. Tropical Pasific Invetebrates. Mybar Printing Inc.
Hadioetomo, R. S. 1993. Mikrobiologi Dasar Dalam Praktek Teknik dan Prosedur Dasar
Laboratorium. PT Gramedia. Jakarta.
Holt, J. G. N. R., Krieg. Ph, A., Sneath. J. T., Staley, and Williams. S. T. 1994. Bergey’s
Manual of Determination Bacteriology. Williams and Wilkins. Baltimore. 475 hal.
Lee, Y.K., Jung H.L., and Hong K.L., 2001. Microbial Symbiosis in Marine Sponges, The
Journal of Microbiology, 39(4), hal 254-264.
Madigan, Marthinko., Stahl., and Clark. 2012. Biology of Microorganisms. Pearson Education,
Inc. San Francisco. Hal 1-44.
Pastra, D. A., Melki dan Surbaktii A. 2012. Penapisan Bakteri yang Bersimbiosis dengan Spons
Jenis Aplysina sp sebagai Penghasil Antibakteri dari Perairan Pulau Tegal Lampung,
Jurnal Maspari, 4(1), hal 77-82.
Rizka, A. 2013. Skrining Bakteri Simbion Spons Asal Perairan Pulau Polewali dan Pulau
Saeappolompo sebagai Penghasil Antibakteri terhadap Bakteri Patogen pada Manusia
dan ikan. SKRIPSI. Jurusan Ilmu Kelautan UNDIP. Makassar.
Sidhatra, B. R. 2000. Pengantar Mikrobiologi Kelautan. Universitas Jaya. Yogjakarta.
Taylor, M. W., Radax. R., Steger D., and Wagner M., 2007. Sponge-Associated
microorganisms: Evolution, Ecology, and Biotegnological Potential, Microbiology and
Molecular Biology Rewiews. Vol. 71, No. 2, 295-347 p.
64
Jurnal LPPM Bidang Sains dan Teknologi Volume 3 Nomor 1
Mei 2016
Van Soest, R. W. M. 1989. The Indonesian Sponge Fauna: A status Report. Netherland Journal
of Sea Research. Hal. 223-230. Netherland.
Willey, J. M., Sherwood L.M., and Woolverton C, J. 2008. Prescott, Harley, and Klein’s
Microbiology seventh Edition. The McGraw-Hill Companies, Inc. New York. Hal 101-
149.
65
Jurnal Biologi, Volume 2 No 2, April 2013
Hal. 11-17
Abstract
Kutuh Beach in Bali is an area established as the Minapolitan algae with a high diversity.
Microorganisms associated with marine organisms, usually have secondary metabolites
that can be used as a source of drugs, antibiotics, enzymes, and cosmetics. The aimed of
this research was to isolate and characterize colony morphology of bacteria associated
with red algae based on colony morphology. Seven bacteria were isolated from three
samples of red algae that were Kappapycus alvarezii, Gelidiella acerosa and Eucheuma
spinosum. The isolates had pigmentation of beige, white and orange. Based on Gram's
staining, seven isolates were Gram positive with bacilli and cocci in shape.
Abstrak
Perairan Kutuh Bali merupakan daerah yang ditetapkan sebagai kawasan minapolitan alga
dengan diversitas yang cukup tinggi. Mikroorganisme yang berasosiasi dengan organisme
laut, biasanya memiliki metabolit sekunder yang dapat menjadi sumber obat-obatan,
antibiotik, enzim, maupun kosmetik. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melakukan
isolasi dan karakterisasi morfologi koloni dari bakteri yang berasosiasi dengan alga merah.
Ketujuh isolat yang berhasil diisolasi dari tiga sampel alga merah yaitu Kappapycus
alvarezii, Gelidiella acerosa dan Eucheuma spinosum memiliki pigmentasi krem, putih dan
oranye. Berdasarkan pengecatan gram, ketujuh isolat merupakan bakteri Gram positif
dengan bentuk basil dan kokus.
Pendahuluan
Laut merupakan salah satu Menurut Burgess et al. (1999),
sumber kekayaan biologi dan kimia. hasil eksplorasi metabolit sekunder
Bakteri laut memiliki ukuran yang selama ini menunjukkan, bahwa
sangat kecil, akan tetapi satu sel bakteri laut merupakan salah satu
bakteri laut mengandung senyawa sumber potensial metabolit sekunder.
kimia yang berpotensi untuk obat- Berdasarkan cara hidupnya, bakteri
obatan, suplemen nutrisi, kosmetik, penghasil metabolit sekunder dapat
agrokimia, probe kimia dari enzim. berasal dari bakteri yang hidup bebas,
Umumnya senyawa kimia potensial ini bakteri laut yang terdapat pada
berasal dari metabolit sekunder sedimen, bakteri yang berasosiasi
mikroba (Nofianti, 2008). dengan permukaan alga, atau bakteri
yang berasosiasi dengan invertebrata.
Jurnal Biologi, Volume 2 No 2, April 2013
Hal. 11-17
sumber mineral seperti Ca, K, Mg, Na, heterotrof. Menurut Burgess et al.
Cu, Fe, dan Mn, serta mampu (2003), bakteri yang berhasil diisolasi
mengendalikan pencemaran logam dari ekosistem laut diperkirakan
berat Pb dan Cd. Isolat dengan kode hanya kurang dari 2% dari jumlah
GA diperoleh dari sampel alga merah mikroba laut. Haglund et al. (2002)
G. acerosa yang merupakan jenis alga juga mengestimasi bahwa sekitar
edible atau dapat dimakan, umum 95% bakteri laut tidak dapat
digunakan sebagai bahan dasar dikulturkan pada media artifisial,
pembuatan agar-agar untuk media karena kondisi lingkungan yang ada di
kultur mikroba maupun agarose, serta laut berbeda dengan kondisi
unsur penting dalam produk susu, laboratorium.
selai dan eskirm (Carpenter & Niem, Ketujuh isolat murni lalu diamati
1998). Isolat dengan kode ES karakteristik morfologinya. Capuccino
diperoleh dari alga merah E. spinosum dan Sherman (1992) menyebutkan
yang merupakan nama dagang dari E. bahwa karakterisasi morfologi
denticulatum. Alga merah ini bertujuan untuk mengamati baik
merupakan sumber utama morfologi koloni maupun morfologi sel
phycocolloid caragenan, digunakan bakteri pada isolat bakteri yang telah
sebagai pupuk, makan ternak, sup, lolos seleksi. Mikroorganisme yang
dan dapat dibuat permen. ditumbuhkan pada media yang
Isolat yang diperoleh dari ketiga bervariasi akan menunjukkan
jenis alga tersebut relatif sedikit jika penampakan makroskopis yang
dibandingkan dengan bakteri asosiasi berbeda-beda pada pertumbuhannya.
alga merah dan alga coklat dari Perbedaan ini disebut dengan
perairan Jepang (Beleneva & Zhukova, karakteristik kultur, yang digunakan
2006). Isolasi dari 4 jenis alga yang sebagai dasar untuk memisahkan
berbeda, yaitu Chordaria mikroorganisme dalam kelompok
flagelliphormis, Desmarestia viridis, taksonomik. Isolat bakteri ini diamati
Gracilaria verrucosa dan morfologi koloni dengan melihat
Camphylaephora hyphaeoides, bentuk koloni, warna, tepian dan
memperoleh 61 strain bakteri elevasi .
pada medium agar lempeng, agar pengamatan morfologi koloni
miring dan agar cair. Morfologi sel ditunjukkan pada tabel 1 dan 2,
dapat ditentukan dengan melihat sedangkan morfologi sel pada tabel 3
olesan biakan yang sudah diwarnai dan pengecatan gram ditunjukkan
dibawah mikroskop dan untuk melihat dengan Gambar 1.
bentuk sel dan sifat gram. Hasil dari
Tabel 1. Morfologi koloni bakteri asosiasi alga merah pada agar lempeng dari tiga sampel
yang berbeda
AGAR LEMPENG
Isolat Jenis Alga
Tepi Pigmentasi Elevasi Optikal Bentuk
KA-1 Kappaphycus alvarezii rata putih datar opaque bulat
KA-2 Kappaphycus alvarezii bergerigi krem datar opaque tak beraturan
KA-3 Kappaphycus alvarezii rata krem datar opaque bulat
GA-1 Gelidiella acerosa berombak putih datar opaque bulat
GA-2 Gelidiella acerosa berombak putih datar opaque tak beraturan
GA-3 Gelidiella acerosa rata krem datar opaque bulat
ES-1 Eucheuma spinosum bergerigi oranye datar opaque tak beraturan
Keterangan: opaque adalah tidak tembus cahaya
Jurnal Biologi, Volume 2 No 2, April 2013
Hal. 11-17
Tabel 2. Morfologi koloni bakteri asosiasi alga merah pada agar miring dan media cair dari
tiga sampel yang berbeda
Tabel 3. Morfologi sel bakteri asosiasi alga merah pada agar miring dan media cari dari
tiga sampel yang berbeda
MORFOLOGI SEL
Isolat Jenis Alga
Bentuk Gram
KA-1 Kappaphycus alvarezii basil positif
KA-2 Kappaphycus alvarezii basil positif
KA-3 Kappaphycus alvarezii basil positif
GA-1 Gelidiella acerosa basil positif
GA-2 Gelidiella acerosa basil positif
GA-3 Gelidiella acerosa basil positif
ES-1 Eucheuma spinosum kokus positif
Gambar 1. Hasil pengecatan gram pada ketujuh isolat bakteri asosiasi alga merah
Simpulan
Daftar Pustaka
Isolasi bakteri asosiasi alga
merah dari tiga sampel alga merah Armstrong, E., Yan, L., Boyd, K.G.,
yaitu Kappaphycus alvarezii, Wright, P.C. and Burgess, J.G.
Gelidiella acerosa, dan Eucheuma 2001. The symbiotic role of
spinosum mendapatkan 7 isolat marine microbes on living
murni. Berdasarkan karakterisasi surfaces. Hydrobiologia.
morfologi koloni, isolat tersebut ada 461:37-40.
yang berwarna putih, krem, dan Barazandeh, N. 2008. Microbiology
oranye, sedangkan untuk morfologi Titles. Springer-Verlag Berlin
sel diketahui bahwa ketujuh isolat Heidelberg. Media , pp 9-11.
tersebut merupakan bakteri Gram Beleneva, I. and Zhukova, N. 2006.
positif dengan bentuk basil dan Bacterial communities of some
kokus. brown and red algae from Peter
Jurnal Biologi, Volume 2 No 2, April 2013
Hal. 11-17
the Great Bay, the Sea of Japan. Ventosa A, Nieto JJ, Oren A. 1998.
Microbiology. MAIK Nauka, 75 Biology of moderately halophilic
(3): 348-357.(Abstract). aerobic bacteria. Microbiol Mol
Brock, T.D. and Madigan, M.T. 2012. Biol Rev 62:504-544.
Biology of Microorganism. 13th Yan, L., Boyd, Adams, D.R. and
ed. Benjamin Cummings. San Burgess, J.G. 2003. Biofilm
Fransisco. specific cross species induction
Buchanan, R.E. & Gibbons, N.E. of antimicrobial compounds in
(Eds). 1974. Bergey's Manual of bacilli. Appl Environ Microbiol.
Determinative Bacteriology. 8th 69: 3719-3727.
ed. Williams & Wilkins.
Baltimore.
Burgess, J.G., Boyd, K.G., Amstrong,
E., Jiang, Z., Yan, L., Berggren,
M., May, U., Pisacane, T.,
Granmo, A., and Adams, D.R.
2003. Development of a marine
natural product-based
antifouling paint. Biofouling.
19:197- 205.
Campbell, N.A., Reece J.B. and
Mitchell, L.G. 2002. Biology, 5th
ed. Alih Bahasa: Wasmen
Manalu. Erlangga. Jakarta.
Cappucino, J.G. & Sherman, N. 1987.
Microbiology: A Laboratory
Manual. The Benjamin
Cummings Publishing Company
Inc. California USA.
Carpenter, K.E. and Niem, V.H. 1998.
The Living Marine Resources of
The Western Central Pacific,
Vol.1. Food and Agriculture
Organization of The United
Nations. Rome.
Kurnia, A. 2012. Isolasi Bakteri.
http://www.scribd.com/doc/732
51543/Materi-Praktikum. 25
Agustus 2012.
Nofianti, R. 2008. Urgensi dan
Mekanisme Biosintesis Metabolit
Sekunder Mikroba Laut. Jurnal
Natur Indonesia. 10 (2): 120-
125.
Solem, M.L., Jiang, Z.D. and Gerwick,
W.H. 1989. Three New and
Bioactive Icosanoids from the
Temperate Red Marine Alga.
Farlowia-Mollis Lipids. 24:256-
260.