Anda di halaman 1dari 31

LAPORAN PRAKTIKUM

MIKROBIOLOGI

SEMESTER : II (DUA)
TAHUN AJARAN : 2019/2020
HARI/TANGGAL PERCOBAAN : SABTU/ 9 MEI 2020
MODUL PERCOBAAN : PREPARASI MEDIA DAN INOKULUM
KELOMPOK : B-1 (B-SATU)

NAMA NIM
ROHMA RIANA GIRSANG 190405016
RAYHAN ULYA HENDRA 190405149

LABORATORIUM MIKROBIOLOGI/BIOPROSES
DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2020
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Kode : F/Dik-3/SPMI-PSTK-
FAKULTAS TEKNIK USU

DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA Tanggal : 8 Agustus 2019


Revisi : 01
LEMBAR PENGESAHAN Halaman : 1/1

LABORATORIUM MIKROBIOLOGI/BIOPROSES
MODUL PRAKTIKUM : PREPARASI MEDIA DAN INOKULUM
KELOMPOK : B-1 (B-SATU)
NAMA/NIM : 1. ROHMA RIANA GIRSANG/190405016
2. RAYHAN ULYA HENDRA/190405149
HARI/TGL. PRAKTIKUM : SABTU/9 MEI 2020

Medan, 2020
Dosen,

(Nisaul Fadilah Dalimunthe, S.T., M.Eng.)

Dokumen ini milik Departemen Teknik Kimia Universitas Sumatera Utara


Dilarang memperbanyak atau menggunakan informasi di dalamnya untuk keperluan komersial atau yang lainnya tanpa persetujuan
pemilik dokumen ini.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Kode : F/Dik-3/SPMI-PSTK-
FAKULTAS TEKNIK USU

DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA Tanggal : 8 Agustus 2019


Revisi : 01
LEMBAR PENUGASAN Halaman : 1/1

LABORATORIUM MIKROBIOLOGI/BIOPROSES
MODUL PRAKTIKUM : PREPARASI MEDIA DAN INOKULUM
KELOMPOK : B-1 (B-SATU)
NAMA/NIM : 1.ROHMA RIANA GIRSANG/190405016
2. RAYHAN ULYA HENDRA/190450149
HARI/TGL. PRAKTIKUM : SABTU/9 MEI 2020

Sampel Pembanding I : Alga Merah


Sampel Pemanding II : Spons

Media Pembanding I & II : Media Yeast Extract-Malt Extract Agar dan Media Nutrient Agar
Metode : Goresan

Variabel Bebas I : Variasi pengenceran dengan pada Preparasi Sampel


Variabel Bebas II : Variasi isolasi bakteri dan pengenceran

Variabel Tetap I : 1 gr sampel yang telah cukup halus tersebut dimasukkan ke dalam 9
ml air laut steril, dengan demikian diperoleh pengenceran sampel
sebesar 10-1 .
Variabel Tetap II : 1 ml air laut hasil homogenisasi (jus spons) dimasukkan ke dalam 9
ml air laut steril pada tabung reaksi kemudian dilanjutkan ke tabung
kedua hingga tabung keempat sehingga konsentrasi menjadi 10 -4.

Variabel Terikat I : Jenis bakteri, warna dan bentuk

Variabel Terikat II : Bentuk dan warna

Medan, 8 Mei 2020


Asisten,

( Shafira Fitri Amelia )


Dokumen ini milik Departemen Teknik Kimia Universitas Sumatera Utara
Dilarang memperbanyak atau menggunakan informasi di dalamnya untuk keperluan komersial atau yang lainnya tanpa persetujuan
pemilik dokumen ini.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Kode : F/Dik-3/SPMI-PSTK-
FAKULTAS TEKNIK USU

DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA Tanggal : 8 Agustus 2019


Revisi : 01
LEMBAR DATA Halaman : 1/4

LABORATORIUM MIKROBIOLOGI/BIOPROSES
MODUL PRAKTIKUM : PREPARASI MEDIA DAN INOKULUM
KELOMPOK : B-1 (B-SATU)
NAMA/NIM : 1. ROHMA RIANA GIRSANG/190405016
2. RAYHAN ULYA HENDRA/190405149
HARI/TGL. PRAKTIKUM : SABTU/9 MEI 2020

Jurnal Pembanding I :

Morfologi koloni bakteri asosiasi alga merah pada agar lempeng dari tiga sampel yang berbeda

AGAK LEMPENG
Isolat Jenis Alga
Tepi Pigmentasi Elevasi Optikal Bentuk
KA-1 Kappaphycus alvarezii rata putih datar opaque bulat
KA-2 Kappaphycus alvarezii bergerigi krem datar opaque tak beraturan
KA-3 Kappaphycus alvarezii rata krem datar opaque bulat
GA-1 Gelidiella acerosa berombak putih datar opaque bulat
GA-2 Gelidiella acerosa berombak putih datar opaque tak beraturan
GA-3 Gelidiella acerosa rata krem datar opaque bulat
ES-1 Eucheuma spinosum bergerigi oranye datar opaque tak beraturan

Jurnal Pembanding II :

Karakteristik Isolat Bakteri dari Spons yang menyerupai Fascaplysinopsis sp.

Karakteristik Koloni
Kode Isolat
Bentuk Warna Tepian Elevasi
Fr(1) Circular Kuning Convex Entire
Fr(2) Circular Putih Entire Raised
Fr(3) Filamentous Putih Filiform Flat
Fr(4) circular Putih Curied Crateriform

Medan, 9 Mei 2020


Asisten,

( Shafira Fitri Amelia )

Dokumen ini milik Departemen Teknik Kimia Universitas Sumatera Utara


Dilarang memperbanyak atau menggunakan informasi di dalamnya untuk keperluan komersial atau yang lainnya tanpa persetujuan
pemilik dokumen ini.
DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

LAPORAN PRAKTIKUM

LABORATORIUM : MIKROBIOLOGI/BIOPROSES

PRAKTIKUM MATA KULIAH : PENGANTAR BIOPROSES

MODUL :
PREPARASI MEDIA DAN INOKULUM

NAMA PRAKTIKAN / NIM : 1.ROHMA RIANA GIRSANG/190405016


2.RAYHAN ULYA HENDRA /190405149
KELOMPOK : B-1 (B-SATU)

TANGGAL / SESI PRAKTIKUM : 09 MEI 2020/ II (DUA)

ASISTEN : SHAFIRA FITRI AMELIA

DOSEN PEMBIMBING MODUL : NISAUL FADILAH DALIMUNTHE, S.T, M.Eng.

Hasil dan Pembahasan :

1. Metodologi Percobaan

1.1 Alat dan Bahan Percobaan

Alat :

- Pisau/cutter - Spatula - Gelas beaker -Pinset


- Kantong plastik - Tabung reaksi - Batang pengaduk - Mortar
- Erlenmeyer - Mikropipet - Gelas Benda - Pastel
- Cawan petri - Mikrotip - Rak pengecatan
- Gelas ukur - Rak tabung reaksi - Mikroskop
- Bunsen - Shaker - Minyak Emersi
- Autoclave - Vortex - Timer
- Jarum ose - Hotplate - Scalpel
Bahan :

- Alga merah
- Media Yeast Extract-Malt Extract Agar (YMA)
- Air laut steril
- Aquades
- Alkohol 70%
DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

- Larutan cat Hucker’s Kristal violet


- Larutan mordan Lugol’s iodine
- Larutan alkohol aseton
- Larutan cat safranin
- Nystatin.

1.2 Prosedur Percobaan

1.2.1 Efektivitas Pengenceran terhadap Pertumbuhan Koloni Mikroba pada


alga merah

Sterilisasi

1. Hidupkan Autoclave dan isi dengan air sampai batas yang ditentukan
2. Alat-alat yang akan disterilkan seperti tabung reaksi, kaca objek, dan
gelas ukur. Cuci hingga bersih dan keringkan. Lalu bungkus dengan tisu
3. Kemudian alat-alat tersebut dimasukkan ke dalam Autoclave dan
dipanasakan hingga 100oC. Lalu biarkan selama 15 menit setelah
mendidih.
4. Lalu Autoclave dimatikan dan alat-alat tersebut dimasukkan ke dalam
steril kabinet.

Preparasi Sampel

1. Sampel alga merah dibersihkan dengan air laut steril dan dihancurkan dengan
cara dipotong-potong kecil dan ditumbuk menggunakan mortar dan pastel
2. Selanjutnya 1 gr sampel yang telah cukup halus tersebut dimasukkan ke dalam 9 ml
air laut steril

3. Diperoleh pengenceran sampel sebesar 10-1. Dari pengenceran 10-1 tersebut diambil
0,5 ml sampel menggunakan mikrotip steril
4. Dimasukkan ke dalam tabung reaksi yang berisi 4,5 ml air laut steril dan akan
-2
diperoleh pengenceran 10
5. Selanjutnya diambil 100 μl sampel dan disebarkan ke dalam cawan petri steril berisi
YMA yang selanjutnya diinkubasi pada suhu ruang selama 24 jam

Karakterisasi Morfologi Sel

1. Pewarnaan gram dilakukan dengan membersihkan gelas benda menggunakan


DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

alkohol sehingga bebas lemak kemudian dipanggang di atas nyala Bunsen

2. Preparat apusan bakteri dibuat dengan mengambil secara aseptik 1 ose suspensi
biakan bakteri potensial lalu diratakan di atas permukaan gelas benda kira-kira seluas
2
1 cm
3. Jika sudah dingin maka ditetesi dengan cat Gram A secara merata sebanyak 2 – 3
tetes dan didiamkan selama 1 menit
4. Gelas benda ditetesi dengan larutan mordan Gram B, dibiarkan selama 1 menit,
dicuci dengan air mengalir lalu dikeringanginkan
5. Selanjutnya dicuci dengan peluntur (Gram C) selama ± 30 detik, dicuci dengan air
mengalir dan dikeringanginkan
6. Kemudian diberi larutan cat penutup (Gram D) dibiarkan selama 2 menit, dicuci
dengan air mengalir lalu dikeringanginkan
7. Gelas benda diamati dengan mikroskop perbesaran kuat menggunakan minyak
emersi. Bakteri gram positif berwarna ungu (violet) sedang bakteri gram negatif
berwarna merah

1.2.2 Identifikasi dengan mengamati morfologi pada sampel spons

Sterilisasi

1. Hidupkan Autoclave dan isi dengan air sampai batas yang ditentukan
2. Alat-alat yang akan disterilkan seperti tabung reaksi, kaca objek, dan
gelas ukur. Cuci hingga bersih dan keringkan. Lalu bungkus dengan tisu
3. Kemudian alat-alat tersebut dimasukkan ke dalam Autoclave dan
dipanasakan hingga 100oC. Lalu biarkan selama 15 menit setelah
mendidih.
4. Lalu Autoclave dimatikan dan alat-alat tersebut dimasukkan ke dalam
steril cabinet

Preparasi sampel

1. Setiap sampel spons dicuci dengan menggunakan air laut steril Air laut steril
disiapkan dengan cara memasukan air laut yang diambil saat pengambilan sampel ke
dalam botol kaca
2. Kemudian ditutup rapat dan disterilkan menggunakan autoclave pada suhu 121°C
selama 30 menit setelah itu spons dihomogenisasi dengan cara digerus menggunakan
mortar dalam ependorf yang telah berisi 1 ml air laut steril
DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Pembuatan Media Pertumbuhan hingga Penanaman sampel pada


Media Pertumbuhan Mikroba

1. 1 ml air laut hasil homogenisasi (jus spons) dimasukkan ke dalam 9 ml air laut steril
pada tabung reaksi kemudian dilanjutkan ke tabung kedua hingga tabung keempat
sehingga konsentrasi menjadi 10 -4
2. Larutan dengan konsentrasi 10 -3 dan 10-4 kemudian diinokulasi ke dalam media
nutrient broth. Setiap tahap dilaksanakan secara aseptik. Sampel yang telah
diencerkan diinkubasi pada suhu 37°C selama ± 24 – 48 jam
3. Setekah itu dilakukan isolasi bakteri dengan cara menumbuhkan bakteri pada media
Nutrient Agar dengan metode goresan kuadran. Isolasi bakteri dilakukan berkali-kali
hingga mendapatkan isolat tunggal dari bakteri

2 . Hasil dan Pembahasan


2.1 Hasil
Berdasarkan dua jurnal penelitian yang kami ambil, adapun perbandingan hasil
percobaan jurnal tersebut sebagai berikut :

2.1.1 Efektivitas Pengenceran terhadap Pertumbuhan Koloni Mikroba pada


alga merah

Penelitian ini diawali dengan melakukan isolasi yang berasosiasi dengan alga merah dari
perairan Kutuh Bali. Ketiga sampel alga merah tersebut adalah Kappaphycus alvarezii,
Gelidiella acerosa, dan Eucheuma spinosum.
Tabel 1. Morfologi koloni bakteri asosiasi alga merah pada agar lempeng dari tiga sampel yang
berbeda
AGAR LEMPENG
Isolat Jenis Alga
Tepi Pigmentasi Elevasi Optikal Bentuk
KA-1 Kappaphycus alvarezii rata putih datar opaque bulat
KA-2 Kappaphycus alvarezii bergerigi krem datar opaque tak beraturan
KA-3 Kappaphycus alvarezii rata krem datar opaque bulat
GA-1 Gelidiella acerosa berombak putih datar opaque bulat
GA-2 Gelidiella acerosa berombak putih datar opaque tak beraturan
GA-3 Gelidiella acerosa rata krem datar opaque bulat
ES-1 Eucheuma spinosum bergerigi oranye datar opaque tak beraturan
Keterangan: opaque adalah tidak tembus cahaya

Berdasarkan hasil pengamatan morfologi koloni didapatkan bentuk bulat dan tak beraturan.
Tepi koloni ada yang rata, bergerigi, dan berombak. Ketujuh isolat memiliki elevasi yang datar semua.
Warna atau pigmentasinya bermacam-macam ada yang berwarna putih, krem, dan oranye.Morfologi
koloni isolat bakteri yang ditemukan pada penelitian ini sesuai dengan pernyataan Cappucino and
Sherman (1987) bahwa pada umumnya bentuk koloni bakteri berbentuk circular, irregular,
DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

filamentous, rhizoid. Elevasi berbentuk raised, convex, flat, umbonate, crateriform.

2.1.2 Identifikasi dengan mengamati morfologi pada sampel spons

Berasarkan hasil identifikasi dengan cara membandingkan morfologi dari spons dengan
buku identifikasi diperoleh dua jenis spons. Hasil identifikasi menunjukkan bahwa spons pertama
memiliki kemiripan dengan spesies Facaplisynopsis sp. dan spesies spons yang kedua memiliki
kemiripan dengan spesies Agelas sp. (Gambar 2).

(1) (2)

Gambar 2. (1) Spons Facaplisynopsis sp. dan (2) Spons Agelas sp.

Tabel 1. Karakteristik Isolat Bakteri dari Spons yang menyerupai Fascaplysinopsis sp.

Karakteristik Koloni
Kode Isolat
Bentuk Warna Tepian Elevasi
Fr(1) Circular Kuning Convex Entire
Fr(2) Circular Putih Entire Raised
Fr(3) Filamentous Putih Filiform Flat
Fr(4) circular Putih Curied Crateriform

Berdasarkan tabel 1, isolat bakteri Fr(1), Fr(2), Fr(3) dan Fr(4) memiliki koloni yang dominan
berbentuk circular dengan warna dominan adalah putih. Pada tabel 2, isolat Am(1), Am(2), Am(3),
Am(4), Am(5), dan Am(6) memiliki bentuk dominan koloni yang sama seperti pada tabel 1 yaitu
circular atau memiliki tepian yang teratur/rata namun memiliki warna dominan putih dan coklat.
Hal ini disebabkan karena kepadatan dan kerapatan sel bakteri serta ketersediaan nutrisi dalam
media.
DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

2.2 Pembahasan

Berdasarkan dua jurnal penelitian yang kami ambil, adapun perbandingan pada pembahasan

jurnal tersebut sebagai berikut :

2.2.1 Efektivitas Pengenceran terhadap Pertumbuhan Koloni Mikroba

pada alga merah

Isolasi bakteri yang berasosiasi alga merah ini dilakukan dengan cara maserasi (Kurnia,

2012) yaitu teknik yang dilakukan dengan cara menghancurkan sampel yang berbentuk padat

dengan menumbuknya menggunakan mortar dan pastel, sehingga mikroba yang ada di

permukaan atau di dalam sampel dapat terlepas, kemudian dilanjutkan dengan pengenceran

bertingkat menggunakan air laut steril. Bakteri asosiasi alga merah dapat diperoleh dari bakteri

yang menempel pada permukaan alga (epifit) maupun bakteri yang ada dalam jaringan alga

(endofit), oleh sebab itu sterilisasi permukaan sampel hanya menggunakan air laut steril karena

penggunaan desinfektan yang bervariasi menurut Fan et al. (2009) dapat membunuh bakteri epifit

yang berkoloni di permukaan sampel. Isolasi dari ketiga sampel alga merah didapatkan 7 isolat

murni yaitu KA-1, KA-2, KA-3, GA-1, GA-2, GA-3 dan ES-1. Isolat dengan kode KA diperoleh

dari sampel alga merah K. alvarezii. Carpenter & Niem (1998) menyebutkan bahwa alga jenis ini

merupakan bahan baku karagenan, sumber mineral seperti Ca, K, Mg, Na, Cu, Fe, dan Mn, serta

mampu mengendalikan pencemaran logam berat Pb dan Cd.

Isolat dengan kode GA diperoleh dari sampel alga merah G. acerosa yang merupakan jenis

alga edible atau dapat dimakan, umum digunakan sebagai bahan dasar pembuatan agar-agar untuk

media kultur mikroba maupun agarose, serta unsur penting dalam produk susu, selai dan eskirm

(Carpenter & Niem, 1998). Isolat dengan kode ES diperoleh dari alga merah E. spinosum yang

merupakan nama dagang dari E. denticulatum. Alga merah ini merupakan sumber utama
DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

phycocolloid caragenan, digunakan sebagai pupuk, makan ternak, sup, dan dapat dibuat permen.

2.2.2 Identifikasi dengan mengamati morfologi pada sampel spons

Berdasarkan hasil pengamatan morfologi, didapatkan 4 isolat bakteri simbion spons yang
menyerupai Fascaplysinopsis sp. dan 6 isolat bakteri simbion spons yang menyerupai Agelas sp.

Gambar 3. Bakteri Simbion Spons yang Tumbuh dalam Media Nutrient Agar

Hal ini menunjukkan bahwa jumlah isolat bakteri dari spons yang menyerupai
Fascaplysinopsis sp. lebih sedikit dibandingkan dengan jumlah isolat bakteri dari spons yang
menyerupai Agelas sp. Hasil ini kemungkinan disebabkan oleh perbedaan jenis spesies spons
(Rizka, 2013). Jumlah isolat bakteri dari kedua spons yang sedikit dapat diakibatkan karena
kurangnya salinitas pada media yang mempengaruhi pertumbuhan bakteri simbion spons yang
merupakan bakteri halofilik (Sidharta, 2000).
Elevasi koloni dari isolat bakteri yang simbion spons yang menyerupai Fascaplysinopsis
sp. dan Agelas sp. disajikan pada gambar 1dan 2.

Fr(1) Fr(2) Fr(3) Fr(4)


Gambar 4. Morfologi Isolat Bakteri pada Spons yang menyerupai Facaplysinopsis sp.

Am(1) Am(2) Am(3) Am(4) Am(5) Am(6)

Gambar 5. . Morfologi Isolat Bakteri pada Spons yang menyerupai Agelas sp.
DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Hasil pengamatan karakteristik morfologi isolat bakteri simbion spons pada Slant
Agar ditunjukkan pada Tabel 3 dan Tabel 4 serta gambar 6. Tipe pertumbuhan diamati
dengan mengacu pada Cappucino dan Sherman (1998). Bakteri simbion spons dari perairan
Tongkeina yang berhasil diisolasi berjumlah sepuluh isolat. Empat isolat berasal dari jenis
spons Facaplysinopsis sp. dan enam isolat berasal dari spons jenis Agelas Sp. Kesepuluh
isolat bakteri tersebut memiliki karakteristik yang umumnya berwarna putih dan kuning
dengan bentuk circular. Dua dari sepuluh isolat bakteri tergolong dalam Gram positif
berbentuk coccus dan sisanya tergolong dalam Gram negatif berbentuk basil (batang
pendek).

2.2.3 Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan bakteri berdasarkan kedua


jurnal tersebut.
Adapun kami mendapatkan pembanding faktor-faktor yang mempengaruhi
pertumbuhan dan perkembangan bakteri berdasarkan Jurnal,Penelitian yang kami ambil
sebagai berikut.
Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan koloni mikroba pada saus
tomat :
1. Media
2. Suhu
3. Pengenceran

Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan koloni bakteri pada


beberapa sumber karbohidrat :
1. Masa penyimpanan umbi sebelum digunakan sebagai media pertumbuhan
2. Perbedaan jenis dan kadar sumber karbohidrat
3. Nutrient

Berikut merupakan faktor-faktor umum yang mempengaruhi pertumbuhan


koloni mikroba:
1. Faktor Abiotik
Suhu, pH, Tekanan Osmosis, Air, Oksigen, Kelembapan, Zat Kimia,
Nutrisi, Media.
2. Faktor Biotik
Interaksi Positif dan Interaksi Negatif
DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

3. Kesimpulan dan Saran

3.1 Kesimpulan
Berikut kesimpulan yang kami peroleh berdasarkan kedua jurnal tersebut.

Jurnal Isolasi Bakteri Simbion Dengan Spons Dari Perairan Tongkeina :


1. Kesepuluh isolat bakteri memiliki karakteristik yang umumnya berwarna
putih dan kuning dengan bentuk circular.
2. Dua dari sepuluh isolat bakteri tergolong dalam Gram positif berbentuk
coccus.
3. Delapan dari sepuluh isolat bakteri tergolong dalam Gram negatif
berbentuk basil.
4. Empat isolat bakteri berasal dari jenis spons Fascaplysinopsis sp. dan
enam isolat berasal dari jenis spons Agelas sp.
5. Faktor penyebab sedikitnya jumlah isolat bakteri dari kedua spons adalah
kurangnya salinitas pada media yang digunakan.

Jurnal Isolasi Dan Karakterisasi Morfologi Koloni Bakteri Asosiasi Alga


Merah Dari Perairan Kutuh Bali:
1. Isolasi bakteri asosiasi alga merah dar i tiga sampel alga merah yaitu
Kappaphycus Alvarezii, Gelidiella Acerosa, dan Eucheuma Spinosum
mendapatkan 7 isolat murni.
2. Berdasarkan karakterisasi morfologi koloni, isolat tersebut ada yang
berwarna putih, krem, dan oranye.
3. Berdasarkan karakterisasi morfologi sel, ketujuh isolat merupakan Gram
positif dengan bentuk basil dan coccus.
4. Ketujuh isolat memiliki elevasi yang datar.
5. Tepi koloni dari ketujuh isolat ada yang rata, bergerigi dan berombak.
DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

3.2 Saran
Berikut saran yang kami peroleh berdasarkan kedua jurnal tersebut.

Jurnal Isolasi Bakteri Simbion Dengan Spons Dari Perairan Tongkeina :


1. Proses penelitian sebaiknya dilakukan di dalam bilik laminar untuk
mencegah kontaminasi dari mikroorganisme lain.
2. Sebaiknya salinitas yang digunakan pada med ia dinaikkan agar jumlah
isolat bakteri yang berhasil diisolasi lebih banyak.
3. Sebaiknya dilakukan penelitian lanjutan tentang jenis bakteri lain yang
bersimbiosis dengan spons jenis lain.
4. Sebaiknya dilakukan pengembangan aplikasi terhadap penelitian terseb ut.

Jurnal Isolasi Dan Karakterisasi Morfologi Koloni Bakteri Asosiasi Alga


Merah Dari Perairan Kutuh Bali:
1. Sebaiknya saat proses membersihkan alga merah, dipastikan benar -
benar steril agar didapat hasil maksimal.
2. Saat proses praktikum, sebaiknya lebih memperhatikan dan lebih teliti
lagi dalam setiap metodenya, agar didapat hasil yang sesuai.
3. Pada setiap metode yang digunakan sebaiknya selalu memperhatikan
kesterilan lingkungan, media, dan alat agar tidak terjadi kontaminasi
dari luar.
4. Sebaiknya dilakukan penelitian lebih lanjut tentang isolasi bakteri
dengan jenis yang berbeda.
Jurnal LPPM Bidang Sains dan Teknologi Volume 3 Nomor 1
Mei 2016

ISOLASI BAKTERI SIMBION DENGAN SPONS DARI PERAIRAN


TONGKEINA, SULAWESI UTARA

Letha L Wantania1, Elvy L. Ginting1, Stenly Wullur1


1
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Unsrat
Louisletha@gmail.com

ABTRAK
Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengisolasi bakteri yang bersimbiosis dengan
spons dan menentukan karakteristik morfologi serta sifat Gram dari isolat bakteri tersebut.
Sampel spons diambil dari perairan Tongkeina, Sulawesi Utara. Spons digerus dan dilarutkan
dalam air laut steril dan dilakukan pengenceran. Bakteri simbions spons dalam setiap
pengenceran ditumbuhkan pada media Nutrient Broth. Bakteri yang tumbuh ditumbuhkan
kembali pada media Nutrient Agar dengan metode cawan gores. Isolat bakteri yang tumbuh
kemudian diuji sifat Gramnya. Penelitian ini memperoleh sepuluh isolat bakteri yang
bersimbiosis dengan dua jenis spons dengan karaktersitik morfologi yang bervariasi. Dua dari
kesepuluh isolat bakteri tergolong dalam Gram positif dengan bentuk coccus dan delapan
tergolong dalam Gram negatif dengan bentuk basil (batang pendek).
_____________________________________________________________________________
Kata Kunci : Bakteri, isolasi, simbion, spons

PENDAHULUAN
Bakteri memiliki jumlah yang sangat banyak dibandingkan dengan jumlah mahluk hidup
lain di bumi. Pertumbuhan bakteri banyak dijumpai dengan cara berasosiasi dengan berbagai
organisme laut, salah satunya adalah spons. Spons dikenal sebagai penghasil senyawa bioaktif.
Bakteri yang bersimbiosis dengan spons diduga memiliki peranan besar dalam menghasilkan
senyawa-senyawa bioaktif yang telah diisolasi dari spons (Lee, dkk. 2001). Hal ini merupakan
potensi yang memungkinkan bakteri simbion spons dapat memiliki kemampuan yang sama
dengan spons dalam memproduksi senyawa bioaktif. Beberapa potensi senyawa bioaktif yang
telah ditemukan dan dikembangkan dari spons antara lain sebagai antibakteri, antitumor dan
antivirus (Taylor, dkk. 2007).
Senyawa bioaktif yang diekstrak secara besar-besaran dari spons akan merusak
keberadaan spons itu sendiri dan bertentangan dengan kepentingan konservasi (Pastra, dkk.
2012). Oleh sebab itu eksplorasi bakteri simbion spons perlu dilakukan.
Penelitian ini bertujuan untuk mengisolasi, menentukan karakteristik morfologi dan sifat
Gram dari isolat bakteri simbion spons yang berasal dari perairan Tongkeina, Sulawesi Utara.
Manfaat dari penelitian ini adalah diperolehnya isolat bakteri yang dapat digunakan dalam

57
Jurnal LPPM Bidang Sains dan Teknologi Volume 3 Nomor 1
Mei 2016

penelitian lanjutan seperti isolasi bakteri penghasil senyawa senyawa bioaktif yang dapat
digunakan dalam bidang kesehatan.
METODE PENELITIAN
Sampel spons diambil dari perairan Tongkeina, Sulawesi Utara pada saat air laut
mencapai surut terendah. Lokasi pengambilan sampel spons ditunjukkan pada Gambar 1.
Sampel spons yang diambil dimasukkan dalam plastik sampel kemudian disimpan dalam
coolbox. Sampel dibawa ke Laboratorium Biologi Molekuler dan Farmasitika Laut FPIK
UNSRAT untuk penelitian selanjutnya.

Gambar 1. Lokasi Pengambilan Sampel

Sampel spons diidentifikasi dengan cara mengamati morfologinya. Hasil pengamatan


kemudian dibandingkan dengan berpedoman pada Van Soest (1989), Colin dan Arneson (1995).
Selanjutnya, setiap sampel spons dicuci dengan menggunakan air laut steril. Air laut
steril disiapkan dengan cara memasukan air laut yang diambil saat pengambilan sampel ke
dalam botol kaca kemudian ditutup rapat dan disterilkan menggunakan autoclave pada suhu
121°C selama 30 menit. Setelah itu spons dihomogenisasi dengan cara digerus menggunakan
mortar dalam ependorf yang telah berisi 1 ml air laut steril.
Lebih lanjut dilakukan pengenceran dengan cara: 1 ml air laut hasil homogenisasi (jus
spons) dimasukkan ke dalam 9 ml air laut steril pada tabung reaksi kemudian dilanjutkan ke
tabung kedua hingga tabung keempat sehingga konsentrasi menjadi 10-4. Larutan dengan
konsentrasi 10-3 dan 10-4 kemudian diinokulasi ke dalam media nutrient broth. Setiap tahap
dilaksanakan secara aseptik. Sampel yang telah diencerkan diinkubasi pada suhu 37°C selama ±
24 – 48 jam. Pertumbuhan bakteri yang telah diencerkan pada media nutrient broth ditandai
dengan adanya kekeruhan dalam media. Bakteri yang tumbuh kemudian di tumbuhkan kembali
pada media nutrient agar dengan menggunakan metode goresan sinambung. Setelah itu
58
Jurnal LPPM Bidang Sains dan Teknologi Volume 3 Nomor 1
Mei 2016

dilakukan isolasi bakteri dengan cara menumbuhkan bakteri pada media Nutrient Agar dengan
metode goresan kuadran (Hadioetomo, 1993). Isolasi bakteri dilakukan berkali-kali hingga
mendapatkan isolat tunggal dari bakteri (Willey, dkk. 2008).
Isolat bakteri tunggal dipisahkan berdasarkan karakteristik morfologinya mulai dari
ukuran, bentuk, warna, dan elevasi. Isolat bakteri yang telah dipisahkan kemudian ditumbuhkan
pada media Nutrient Agar miring untuk dijadikan stok. Semua proses penelitian dilakukan
secara aseptik dengan menggunakan api bunsen dan dilakukan dalam bilik laminar untuk
mencegah kontaminasi dari mikroorganisme lain (Madigan, dkk. 2012).
Isolat bakteri kemudian ditentukan sifat gramnya dengan pewarnaan Gram (Hadioetomo,
1993). Dalam melakukan pewarnaan gram pertama-tama perlu disediakan olesan bakteri dengan
cara mencampurkan biakan bakteri dengan satu tetes akuades di atas kaca preparat kemudian
dibiarkan mengering di udara lalu difiksasi di atas lampu bunsen. Setelah itu preparat tersebut
digenangi dengan larutan Kristal violet selama 1 menit kemudian bilas dengan akuades dan
keringkan dengan kertas tissue. Selanjutnya genangi preparat dengan iodium selama 2 menit
kemudian bilas dengan akuades dan bilas kembali menggunakan alkohol 95% hingga larutan
ungu Kristal tidak terlihat lagi dan dibilas kembali dengan aquades. Selanjutnya genangi
preparat dengan safranin selama 30 detik lalu dibilas dengan akuades dan di keringkan dengan
kertas tissue. Setelah itu amati bentuk, ukuran, dan warna sel menggunakan mikroskop

HASIL DAN PEMBAHASAN


Identifikasi Spons
Berasarkan hasil identifikasi dengan cara membandingkan morfologi dari spons dengan buku
identifikasi diperoleh dua jenis spons. Hasil identifikasi menunjukkan bahwa spons pertama
memiliki kemiripan dengan spesies Facaplisynopsis sp. dan spesies spons yang kedua memiliki
kemiripan dengan spesies Agelas sp. (Gambar 2).

(1) (2)
Gambar 2. (1) Spons Facaplisynopsis sp. dan (2) Spons Agelas sp.

59
Jurnal LPPM Bidang Sains dan Teknologi Volume 3 Nomor 1
Mei 2016

Bakteri simbion dengan Spons


Bakteri yang bersimbiosis dengan spons dari perairan Tongkaina berhasil ditumbuhkan
pada media NB yang ditandai dengan kekeruhan media setelah media yang diinokulasi dengan
sampel diinkubasi pada suhu 37°C selama 48 jam. Bakteri yang tumbuh juga berhasil
ditumbuhkan kembali pada media NA dengan cara goresan sinambung/kuadran (Gambar 5).
Berdasarkan hasil pengamatan morfologi, didapatkan 4 isolat bakteri simbion spons yang
menyerupai Fascaplysinopsis sp. dan 6 isolat bakteri simbion spons yang menyerupai Agelas
sp.

Gambar 3. Bakteri Simbion Spons yang Tumbuh dalam Media Nutrient Agar

Hal ini menunjukkan bahwa jumlah isolat bakteri dari spons yang menyerupai
Fascaplysinopsis sp. lebih sedikit dibandingkan dengan jumlah isolat bakteri dari spons yang
menyerupai Agelas sp. Hasil ini kemungkinan disebabkan oleh perbedaan jenis spesies spons
(Rizka, 2013). Jumlah isolat bakteri dari kedua spons yang sedikit dapat diakibatkan karena
kurangnya salinitas pada media yang mempengaruhi pertumbuhan bakteri simbion spons yang
merupakan bakteri halofilik (Sidharta, 2000).

Karakteristik Morfologi Bakteri Simbion Spons


Morfologi isolat bakteri simbion spons yang menyerupai Fascaplysinopsis sp. dan
Agelas sp. dapat dilihat pada tabel 1 dan 2.
Tabel 1. Karakteristik Isolat Bakteri dari Spons yang menyerupai Fascaplysinopsis sp.

Karakteristik Koloni
Kode Isolat
Bentuk Warna Tepian Elevasi
Fr(1) Circular Kuning Convex Entire
Fr(2) Circular Putih Entire Raised
Fr(3) Filamentous Putih Filiform Flat
Fr(4) circular Putih Curied Crateriform

60
Jurnal LPPM Bidang Sains dan Teknologi Volume 3 Nomor 1
Mei 2016

Tabel 2. Karakteristik Isolat Bakteri dari Spons yang menyerupai Agelas sp.
Karakteristik Koloni
Kode Isolat
Bentuk Warna Tepian Elevasi
Am(1) Circular Kuning Entire Craseriform
Am(2) Circular Putih Entire Flat
Am(3) Circular Coklat Undulate Raised
Am(4) Rhizoid Coklat Filiform Flat
Am(5) Circular Putih Entire Flat
Am(6) Circular Orange Entire Umbonate

Berdasarkan tabel 1, isolat bakteri Fr(1), Fr(2), Fr(3) dan Fr(4) memiliki koloni yang
dominan berbentuk circular dengan warna dominan adalah putih. Pada tabel 2, isolat Am(1),
Am(2), Am(3), Am(4), Am(5), dan Am(6) memiliki bentuk dominan koloni yang sama seperti pada
tabel 1 yaitu circular atau memiliki tepian yang teratur/rata namun memiliki warna dominan
putih dan coklat. Hal ini
disebabkan karena kepadatan dan kerapatan sel bakteri serta ketersediaan nutrisi dalam
media (Willey, dkk. 2008). Elevasi koloni dari isolat bakteri yang simbion spons yang
menyerupai Fascaplysinopsis sp. dan Agelas sp. disajikan pada gambar 1dan 2.

Fr(1) Fr(2) Fr(3) Fr(4)


Gambar 4. Morfologi Isolat Bakteri pada Spons yang menyerupai Facaplysinopsis sp.

Am(1) Am(2) Am(3) Am(4) Am(5) Am(6)


Gambar 5. . Morfologi Isolat Bakteri pada Spons yang menyerupai Agelas sp.

Hasil pengamatan karakteristik morfologi isolat bakteri simbion spons pada Slant Agar
ditunjukkan pada Tabel 3 dan Tabel 4 serta gambar 6. Tipe pertumbuhan diamati dengan
mengacu pada Cappucino dan Sherman (1998).

61
Jurnal LPPM Bidang Sains dan Teknologi Volume 3 Nomor 1
Mei 2016

Tabel 3. Karakteristik Isolat Bakteri Simbion Sponsyang menyerupai Fascaplysinopsis sp. pada
Agar Miring
Karakteristik Koloni
Kode Isolat Tipe
Warna
Penampakan Koloni
Fr(1) Kuning Filiform
Fr(2) Putih Filiform
Fr(3) Putih Filiform
Fr(4) Putih Echinulate

Tabel 4. Karakteristik Isolat Bakteri Simbion Spons yang menyerupai Agelas sp. pada Agar
Miring
Karakteristik Koloni
Kode Isolat Tipe
Warna
Penampakan Koloni
Am(1) Kuning Beaded
Am(2) Putih Filiform
Am(3) Putih Filiform
Am(4) Putih Effuse
Am(5) Oranye Effuse
Am(6) Oranye Beaded

Gambar 6. Pertumbuhan Koloni Bakteri pada Agar Miring


Berdasarkan tabel 3, isolat Fr(1), Fr(2), Fr(3) dan Fr(4) memiliki tipe penampakan koloni
yang didominasi tipe filiform dengan warna putih sedangkan pada tabel 4 isolat Am (1), Am(2),
62
Jurnal LPPM Bidang Sains dan Teknologi Volume 3 Nomor 1
Mei 2016

Am(3), Am(4), Am(5), dan Am(6) adalah bakteri dengan warna dan tipe pertumbuhan koloni pada
agar miring yang bervariasi. Tipe penampakan koloni isolat Fr(1), Fr(2), Fr(3) dan Fr(4) dan isolat
Am(1), Am(2), Am(3), Am(4), Am(5), dan Am(6) bervariasi yang terdiri dari echinulate
(Pertumbuhan sepanjang bekas inokulasi bergerigi), beaded (seperti rantai mutiara (butir-butir)
sepanjang bekas inokulasi), effuse (Pertumbuhan tipis, biasanya merata), dan filiform
(Pertumbuhan sepanjang bekas inokulasi). Hal ini diakibatkan karena penyebaran bakteri yang
merata sepanjang garis inokulasi dan juga karena kandungan nutrisi yang memacu bakteri untuk
tumbuh menyebar secara merata sepanjang garis inokulasi (Holt, dkk. 1994).

Penentuan Gram Bakteri


Berdasarkan penentuan Gram dari isolat bakteri Fr(1), Fr(2),Fr(3), Fr(4) dan isolat bakteri
Am(1), Am(2), Am(3), Am(4), Am(5), Am(6) menunjukkan bahwa dari semua isolat bakteri simbion
spons tersebut, isolat bakteri Fr(1) dan Am(2) tergolong dalam bakteri Gram positif, dan berbentuk
coccus. Hal ini diakibatkan karena kemampuan bakteri untuk mengikat pewarna utama (kristal
violet) sangat kuat sehingga lebih dominan dibandingkan dengan pewarna lawan (Safranin).
Sedangkan untuk isolat Fr(2), Fr(3), Fr(4) dan isolat Am(1), Am(3), Am(4), Am(5), Am(6) tergolong
dalam bakteri Gram negatif yang berbentuk basil (batang pendek). Pada penentuan Gram ini,
Gram negatif merupakan Gram yang dominan karena kemampuan bakteri dalam mengikat
safranin sangat kuat (Cappucino dan Sherman, 1998). Pada umumnya bakteri laut yang
ditemukan berbentuk batang karena memiliki flagel (75-85%) untuk bergerak diperairan.
Bakteri coccus terikat dengan sesamanya untuk membentuk permukaan yang kuat (solid) karena
adanya bahan berlendir sehingga sel-sel saling terkait. Cara ini yang membuat bakteri dapat
membentuk lapisan permukaan yang mengakibatkan bakteri dapat hidup bersimbiosis (Hutching
dan Saenger dalam Lisdayanti, 2013). Penampakan warna dan bentuk sel yang ditimbulkan
dalam pewarnaan Gram dapat dilihat pada gambar 7.

(a) (b)

63
Jurnal LPPM Bidang Sains dan Teknologi Volume 3 Nomor 1
Mei 2016

Gambar 7. Bentuk Sel dan Warna Hasil Pewarnaan Gram (a). Gram Positif (b). Gram Negatif.

PENUTUP
Kesimpulan
Bakteri simbion spons dari perairan Tongkeina yang berhasil diisolasi berjumlah sepuluh
isolat. Empat isolat berasal dari jenis spons Facaplysinopsis sp. dan enam isolat berasal dari
spons jenis Agelas Sp. Kesepuluh isolat bakteri tersebut memiliki karakteristik yang umumnya
berwarna putih dan kuning dengan bentuk circular. Dua dari sepuluh isolat bakteri tergolong
dalam Gram positif berbentuk coccus dan sisanya tergolong dalam Gram negatif berbentuk basil
(batang pendek).

DAFTAR PUSTAKA
Cappucino, J. G., and Sherman N. 1998. Microbiology, A Laboratory Manual.
Benjamin/Cummings Science Publishing, California.
Colin, P. L and Arneson C. 1995. Tropical Pasific Invetebrates. Mybar Printing Inc.
Hadioetomo, R. S. 1993. Mikrobiologi Dasar Dalam Praktek Teknik dan Prosedur Dasar
Laboratorium. PT Gramedia. Jakarta.
Holt, J. G. N. R., Krieg. Ph, A., Sneath. J. T., Staley, and Williams. S. T. 1994. Bergey’s
Manual of Determination Bacteriology. Williams and Wilkins. Baltimore. 475 hal.
Lee, Y.K., Jung H.L., and Hong K.L., 2001. Microbial Symbiosis in Marine Sponges, The
Journal of Microbiology, 39(4), hal 254-264.
Madigan, Marthinko., Stahl., and Clark. 2012. Biology of Microorganisms. Pearson Education,
Inc. San Francisco. Hal 1-44.
Pastra, D. A., Melki dan Surbaktii A. 2012. Penapisan Bakteri yang Bersimbiosis dengan Spons
Jenis Aplysina sp sebagai Penghasil Antibakteri dari Perairan Pulau Tegal Lampung,
Jurnal Maspari, 4(1), hal 77-82.
Rizka, A. 2013. Skrining Bakteri Simbion Spons Asal Perairan Pulau Polewali dan Pulau
Saeappolompo sebagai Penghasil Antibakteri terhadap Bakteri Patogen pada Manusia
dan ikan. SKRIPSI. Jurusan Ilmu Kelautan UNDIP. Makassar.
Sidhatra, B. R. 2000. Pengantar Mikrobiologi Kelautan. Universitas Jaya. Yogjakarta.
Taylor, M. W., Radax. R., Steger D., and Wagner M., 2007. Sponge-Associated
microorganisms: Evolution, Ecology, and Biotegnological Potential, Microbiology and
Molecular Biology Rewiews. Vol. 71, No. 2, 295-347 p.
64
Jurnal LPPM Bidang Sains dan Teknologi Volume 3 Nomor 1
Mei 2016

Van Soest, R. W. M. 1989. The Indonesian Sponge Fauna: A status Report. Netherland Journal
of Sea Research. Hal. 223-230. Netherland.
Willey, J. M., Sherwood L.M., and Woolverton C, J. 2008. Prescott, Harley, and Klein’s
Microbiology seventh Edition. The McGraw-Hill Companies, Inc. New York. Hal 101-
149.

65
Jurnal Biologi, Volume 2 No 2, April 2013
Hal. 11-17

ISOLASI DAN KARAKTERISASI MORFOLOGI KOLONI BAKTERI


ASOSIASI ALGA MERAH (RHODOPHYTA) DARI PERAIRAN KUTUH
BALI

Aninditia Sabdaningsih, Anto Budiharjo, Endang Kusdiyantini

Jurusan Biologi, Fakultas Sains dan Matematika, Universitas Diponegoro, Tembalang,


Semarang 50275 Telepon (024) 7474754; Fax. (024) 76480690
email: aninditia@gmail.com

Abstract

Kutuh Beach in Bali is an area established as the Minapolitan algae with a high diversity.
Microorganisms associated with marine organisms, usually have secondary metabolites
that can be used as a source of drugs, antibiotics, enzymes, and cosmetics. The aimed of
this research was to isolate and characterize colony morphology of bacteria associated
with red algae based on colony morphology. Seven bacteria were isolated from three
samples of red algae that were Kappapycus alvarezii, Gelidiella acerosa and Eucheuma
spinosum. The isolates had pigmentation of beige, white and orange. Based on Gram's
staining, seven isolates were Gram positive with bacilli and cocci in shape.

Keywords : associated bacteria, morphological colony, pigmentation, red algae

Abstrak

Perairan Kutuh Bali merupakan daerah yang ditetapkan sebagai kawasan minapolitan alga
dengan diversitas yang cukup tinggi. Mikroorganisme yang berasosiasi dengan organisme
laut, biasanya memiliki metabolit sekunder yang dapat menjadi sumber obat-obatan,
antibiotik, enzim, maupun kosmetik. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melakukan
isolasi dan karakterisasi morfologi koloni dari bakteri yang berasosiasi dengan alga merah.
Ketujuh isolat yang berhasil diisolasi dari tiga sampel alga merah yaitu Kappapycus
alvarezii, Gelidiella acerosa dan Eucheuma spinosum memiliki pigmentasi krem, putih dan
oranye. Berdasarkan pengecatan gram, ketujuh isolat merupakan bakteri Gram positif
dengan bentuk basil dan kokus.

Kata kunci : alga merah, bakteri asosiasi, morfologi koloni, pigmentasi

Pendahuluan
Laut merupakan salah satu Menurut Burgess et al. (1999),
sumber kekayaan biologi dan kimia. hasil eksplorasi metabolit sekunder
Bakteri laut memiliki ukuran yang selama ini menunjukkan, bahwa
sangat kecil, akan tetapi satu sel bakteri laut merupakan salah satu
bakteri laut mengandung senyawa sumber potensial metabolit sekunder.
kimia yang berpotensi untuk obat- Berdasarkan cara hidupnya, bakteri
obatan, suplemen nutrisi, kosmetik, penghasil metabolit sekunder dapat
agrokimia, probe kimia dari enzim. berasal dari bakteri yang hidup bebas,
Umumnya senyawa kimia potensial ini bakteri laut yang terdapat pada
berasal dari metabolit sekunder sedimen, bakteri yang berasosiasi
mikroba (Nofianti, 2008). dengan permukaan alga, atau bakteri
yang berasosiasi dengan invertebrata.
Jurnal Biologi, Volume 2 No 2, April 2013
Hal. 11-17

Berdasarkan hasil penelitian diamati berupa warna, bentuk, ukuran


terdahulu, umumnya bakteri yang dan letak koloni dalam medium. Salah
hidup dengan cara berasosiasi dengan satu cara yang masih diperlukan
makhluk hidup laut menunjukkan dalam taksonomi bakteri menurut
potensi besar dalam sekresi metabolit Campbell et al. (2000) diantaranya
sekunder dengan sifat antibakteri adalah pewarnaan Gram, cara ini
(Burgess et al. 1999; Armstrong et al. digunakan untuk memisahkan
2001; Yan et al. 2003). anggota-anggota domain Bakteria ke
Jenis alga merah yang telah dalam dua kelompok berdasarkan
banyak dipelajari adalah Gigartinales, dinding selnya. Bakteri Gram positif
Ceramiales, Cryptonemiales, dan memiliki dinding sel yang lebih
Bonnemaesoniales. Keempat jenis sederhana, dengan jumlah
alga ini banyak digunakan sebagai peptidoglikan yang relatif banyak.
obat tradisional di Cina. Analisis kimia Dinding sel bakteri gram-negatif
menunjukkan bahwa alga tersebut memiliki peptidoglikan yang lebih
mengandung senyawa terpenoid, sedikit dan secara struktural lebih
asetogenik maupun senyawa kompleks.
aromatik. Umumnya senyawa yang
ditemukan pada alga merah bersifat Bahan dan Metode
antimikroba, antiinflamasi, antivirus
dan bersifat sitotoksik dan juga dapat Alat Penelitian
sebagai inhibitor canine Na+/K+ Peralatan yang digunakan dalam
ATPase, inhibitor 5-lypoxigenase pada penelitian adalah pisau/cutter,
limfosit manusia dan degranulasi kantong plastik, erlenmeyer, cawan
neutrofil manusia (Solem et al. 1989). petri, gelas ukur, bunsen, autoclave,
Bakteri asosiasi alga merah yang jarum ose, spatula, tabung reaksi,
mampu hidup di laut tergolong bakteri mikropipet, mikrotip, rak tabung
yang halotoleran atau toleran reaksi, shaker, vortex, hotplate, gelas
terhadap salinitas. Kelebihan ini beker, batang pengaduk, gelas benda,
membuat bakteri asosiasi alga merah rak pengecatan, mikroskop, minyak
memiliki potensi untuk dimanfaatkan emersi, timer, scalpel, pinset, mortar
dalam skala industri seperti dan pastel.
pemanfaatannya dalam proses
fermentasi makanan, penghasil Bahan penelitian
polimer, pendegradasi senyawa Bahan yang digunakan dalam
toksik, penghasil senyawa penelitian adalah sampel alga merah,
osmoprotektan, dan penghasil enzim media Yeast Extract-Malt Extract Agar
hidrolitik (Ventosa et al., 1998). (YMA), air laut steril, aquades, alkohol
Penentuan karakter secara 70%, larutan cat Hucker’s Kristal
morfologi masih digunakan dalam violet, larutan mordan Lugol’s iodine,
taksonomi seperti pada Buchanan & larutan alkohol aseton, larutan cat
Gibbons (1974). Cappuccino & safranin, dan nystatin.
Sherman (1987) menyebutkan bahwa
beberapa parameter morfologi yang Metode
dapat digunakan adalah morfologi a. Isolasi dan Purifikasi Bakteri
koloni yang tumbuh dalam medium Penanaman bakteri yang
pertumbuhan dan morfologi sel yang berasosiasi dengan alga merah
dapat diamati menggunakan dilakukan dengan metode sebaran
mikroskop dengan perbesaran menurut Brock & Madigan (2012).
tertentu. Parameter morfologi koloni Sampel alga merah dibersihkan
sel dalam medium pertumbuhan yang dengan air laut steril dan dihancurkan
Jurnal Biologi, Volume 2 No 2, April 2013
Hal. 11-17

dengan cara dipotong-potong kecil 30 detik, dicuci dengan air mengalir


dan ditumbuk menggunakan mortar dan dikeringanginkan. Kemudian
dan pastel, selanjutnya 1 gr sampel diberi larutan cat penutup (Gram D)
yang telah cukup halus tersebut dibiarkan selama 2 menit, dicuci
dimasukkan ke dalam 9 ml air laut dengan air mengalir lalu
steril, dengan demikian diperoleh dikeringanginkan. Gelas benda
pengenceran sampel sebesar 10-1. diamati dengan mikroskop perbesaran
Dari pengenceran 10-1 tersebut kuat menggunakan minyak emersi.
diambil 0,5 ml sampel menggunakan Bakteri gram positif berwarna ungu
mikrotip steril dan dimasukkan ke (violet) sedang bakteri gram negatif
dalam tabung reaksi yang berisi 4,5 ml berwarna merah.
air laut steril dan akan diperoleh
pengenceran 10-2. Demikian Hasil dan Pembahasan
selanjutnya sehingga diperoleh
pengenceran sampel 10-5. Penelitian ini diawali dengan
Pengenceran seri 10 -4
dan 10-5 melakukan isolasi bakteri yang
tersebut selanjutnya diambil 100 μl berasosiasi dengan alga merah dari
sampel dan disebarkan ke dalam perairan Kutuh Bali. Ketiga sampel
cawan petri steril berisi YMA yang alga merah tersebut adalah
selanjutnya diinkubasi pada suhu Kappaphycus alvarezii, Gelidiella
ruang selama 24 jam. Isolasi bakteri acerosa, dan Eucheuma spinosum.
dilakukan dengan metode pour plate. Isolasi bakteri yang berasosiasi alga
Koloni yang tumbuh diamati warna, merah ini dilakukan dengan cara
ukuran, dan bentuknya. Koloni-koloni maserasi (Kurnia, 2012) yaitu teknik
bakteri dipisahkan dengan ose bulat yang dilakukan dengan cara
berdasarkan warna dan bentuk koloni menghancurkan sampel yang
pada media YMA dalam cawan petri berbentuk padat dengan
Isolat yang telah murni disimpan pada menumbuknya menggunakan mortar
YMA miring. dan pastel, sehingga mikroba yang
b. Karakterisasi Morfologi Sel ada di permukaan atau di dalam
Seluruh isolat murni dilakukan sampel dapat terlepas, kemudian
pewarnaan gram. Pewarnaan gram dilanjutkan dengan pengenceran
dilakukan dengan membersihkan bertingkat menggunakan air laut
gelas benda menggunakan alkohol steril. Bakteri asosiasi alga merah
sehingga bebas lemak, kemudian dapat diperoleh dari bakteri yang
dipanggang di atas nyala Bunsen. menempel pada permukaan alga
Preparat apusan bakteri dibuat (epifit) maupun bakteri yang ada
dengan mengambil secara aseptik 1 dalam jaringan alga (endofit), oleh
ose suspensi biakan bakteri potensial sebab itu sterilisasi permukaan
lalu diratakan di atas permukaan gelas sampel hanya menggunakan air laut
benda kira-kira seluas 1 cm2. Jika steril karena penggunaan desinfektan
sudah dingin maka ditetesi dengan cat yang bervariasi menurut Fan et al.
Gram A secara merata sebanyak 2 – 3 (2009) dapat membunuh bakteri epifit
tetes dan didiamkan selama 1 menit. yang berkoloni di permukaan sampel.
Dicuci dengan air mengalir kemudian Isolasi dari ketiga sampel alga
dikeringanginkan. Gelas benda merah didapatkan 7 isolat murni yaitu
ditetesi dengan larutan mordan Gram KA-1, KA-2, KA-3, GA-1, GA-2, GA-3
B, dibiarkan selama 1 menit, dicuci dan ES-1. Isolat dengan kode KA
dengan air mengalir lalu diperoleh dari sampel alga merah K.
dikeringanginkan. Selanjutnya dicuci alvarezii. Carpenter & Niem (1998)
dengan peluntur (Gram C) selama ± menyebutkan bahwa alga jenis ini
merupakan bahan baku karagenan,
Jurnal Biologi, Volume 2 No 2, April 2013
Hal. 11-17

sumber mineral seperti Ca, K, Mg, Na, heterotrof. Menurut Burgess et al.
Cu, Fe, dan Mn, serta mampu (2003), bakteri yang berhasil diisolasi
mengendalikan pencemaran logam dari ekosistem laut diperkirakan
berat Pb dan Cd. Isolat dengan kode hanya kurang dari 2% dari jumlah
GA diperoleh dari sampel alga merah mikroba laut. Haglund et al. (2002)
G. acerosa yang merupakan jenis alga juga mengestimasi bahwa sekitar
edible atau dapat dimakan, umum 95% bakteri laut tidak dapat
digunakan sebagai bahan dasar dikulturkan pada media artifisial,
pembuatan agar-agar untuk media karena kondisi lingkungan yang ada di
kultur mikroba maupun agarose, serta laut berbeda dengan kondisi
unsur penting dalam produk susu, laboratorium.
selai dan eskirm (Carpenter & Niem, Ketujuh isolat murni lalu diamati
1998). Isolat dengan kode ES karakteristik morfologinya. Capuccino
diperoleh dari alga merah E. spinosum dan Sherman (1992) menyebutkan
yang merupakan nama dagang dari E. bahwa karakterisasi morfologi
denticulatum. Alga merah ini bertujuan untuk mengamati baik
merupakan sumber utama morfologi koloni maupun morfologi sel
phycocolloid caragenan, digunakan bakteri pada isolat bakteri yang telah
sebagai pupuk, makan ternak, sup, lolos seleksi. Mikroorganisme yang
dan dapat dibuat permen. ditumbuhkan pada media yang
Isolat yang diperoleh dari ketiga bervariasi akan menunjukkan
jenis alga tersebut relatif sedikit jika penampakan makroskopis yang
dibandingkan dengan bakteri asosiasi berbeda-beda pada pertumbuhannya.
alga merah dan alga coklat dari Perbedaan ini disebut dengan
perairan Jepang (Beleneva & Zhukova, karakteristik kultur, yang digunakan
2006). Isolasi dari 4 jenis alga yang sebagai dasar untuk memisahkan
berbeda, yaitu Chordaria mikroorganisme dalam kelompok
flagelliphormis, Desmarestia viridis, taksonomik. Isolat bakteri ini diamati
Gracilaria verrucosa dan morfologi koloni dengan melihat
Camphylaephora hyphaeoides, bentuk koloni, warna, tepian dan
memperoleh 61 strain bakteri elevasi .
pada medium agar lempeng, agar pengamatan morfologi koloni
miring dan agar cair. Morfologi sel ditunjukkan pada tabel 1 dan 2,
dapat ditentukan dengan melihat sedangkan morfologi sel pada tabel 3
olesan biakan yang sudah diwarnai dan pengecatan gram ditunjukkan
dibawah mikroskop dan untuk melihat dengan Gambar 1.
bentuk sel dan sifat gram. Hasil dari

Tabel 1. Morfologi koloni bakteri asosiasi alga merah pada agar lempeng dari tiga sampel
yang berbeda

AGAR LEMPENG
Isolat Jenis Alga
Tepi Pigmentasi Elevasi Optikal Bentuk
KA-1 Kappaphycus alvarezii rata putih datar opaque bulat
KA-2 Kappaphycus alvarezii bergerigi krem datar opaque tak beraturan
KA-3 Kappaphycus alvarezii rata krem datar opaque bulat
GA-1 Gelidiella acerosa berombak putih datar opaque bulat
GA-2 Gelidiella acerosa berombak putih datar opaque tak beraturan
GA-3 Gelidiella acerosa rata krem datar opaque bulat
ES-1 Eucheuma spinosum bergerigi oranye datar opaque tak beraturan
Keterangan: opaque adalah tidak tembus cahaya
Jurnal Biologi, Volume 2 No 2, April 2013
Hal. 11-17

Tabel 2. Morfologi koloni bakteri asosiasi alga merah pada agar miring dan media cair dari
tiga sampel yang berbeda

Agar Miring Media Cair


Isolat Jenis Alga
Jumlah Konsistensi Distribusi Bau
KA-1 Kappaphycus alvarezii sedang butterlike uniform -
KA-2 Kappaphycus alvarezii sedang butterlike uniform -
KA-3 Kappaphycus alvarezii sedikit butterlike sediment -
GA-1 Gelidiella acerosa banyak kental surface -
GA-2 Gelidiella acerosa banyak kering surface -
GA-3 Gelidiella acerosa banyak butterlike sediment -
ES-1 Eucheuma spinosum sedikit butterlike uniform -
Keterangan: butterlike adalah mudah diambil dengan ose; uniform adalah
pertumbuhannya pada seluruh permukaan media/terdistribusi secara merata;
sediment adalah tumbuh pada dasar media; surface adalah tumbuh pada
permukaan atas media

Tabel 3. Morfologi sel bakteri asosiasi alga merah pada agar miring dan media cari dari
tiga sampel yang berbeda

MORFOLOGI SEL
Isolat Jenis Alga
Bentuk Gram
KA-1 Kappaphycus alvarezii basil positif
KA-2 Kappaphycus alvarezii basil positif
KA-3 Kappaphycus alvarezii basil positif
GA-1 Gelidiella acerosa basil positif
GA-2 Gelidiella acerosa basil positif
GA-3 Gelidiella acerosa basil positif
ES-1 Eucheuma spinosum kokus positif

Berdasarkan hasil pengamatan Hasil pengamatan morfologi sel


morfologi koloni didapatkan bentuk yaitu dengan cara pewarnaan Gram
bulat dan tak beraturan. Tepi koloni diperoleh hasil bahwa ketujuh isolat
ada yang rata, bergerigi, dan merupakan bakteri Gram positif.
berombak. Ketujuh isolat memiliki Struktur dinding sel bakteri Gram-
elevasi yang datar semua. Warna atau positif relatif lebih sederhana
pigmentasinya bermacam-macam ada dibandingkan bakteri Gram-positif
yang berwarna putih, krem, dan yang relatif kompleks. Menurut
oranye.Morfologi koloni isolat bakteri Barazandeh (2008) bakteri Gram-
yang ditemukan pada penelitian ini positif memiliki peptidoglikan sebesar
sesuai dengan pernyataan Cappucino 90% serta mempunyai komponen
and Sherman (1987) bahwa pada spesifik pada dinding selnya berupa
umumnya bentuk koloni bakteri asam teikoat dan asam lipoteikoat.
berbentuk circular, irregular, Beberapa isolat memiliki kemampuan
filamentous, rhizoid. Elevasi dalam membentuk endospora, hal ini
berbentuk raised, convex, flat, sebagai bentuk adaptasi pada
umbonate, crateriform. Tepian yang lingkungan laut yang cenderung
berbentuk entire, undulate, filiform, ekstrim.
curled dan lobate.
Jurnal Biologi, Volume 2 No 2, April 2013
Hal. 11-17

Gambar 1. Hasil pengecatan gram pada ketujuh isolat bakteri asosiasi alga merah

Simpulan
Daftar Pustaka
Isolasi bakteri asosiasi alga
merah dari tiga sampel alga merah Armstrong, E., Yan, L., Boyd, K.G.,
yaitu Kappaphycus alvarezii, Wright, P.C. and Burgess, J.G.
Gelidiella acerosa, dan Eucheuma 2001. The symbiotic role of
spinosum mendapatkan 7 isolat marine microbes on living
murni. Berdasarkan karakterisasi surfaces. Hydrobiologia.
morfologi koloni, isolat tersebut ada 461:37-40.
yang berwarna putih, krem, dan Barazandeh, N. 2008. Microbiology
oranye, sedangkan untuk morfologi Titles. Springer-Verlag Berlin
sel diketahui bahwa ketujuh isolat Heidelberg. Media , pp 9-11.
tersebut merupakan bakteri Gram Beleneva, I. and Zhukova, N. 2006.
positif dengan bentuk basil dan Bacterial communities of some
kokus. brown and red algae from Peter
Jurnal Biologi, Volume 2 No 2, April 2013
Hal. 11-17

the Great Bay, the Sea of Japan. Ventosa A, Nieto JJ, Oren A. 1998.
Microbiology. MAIK Nauka, 75 Biology of moderately halophilic
(3): 348-357.(Abstract). aerobic bacteria. Microbiol Mol
Brock, T.D. and Madigan, M.T. 2012. Biol Rev 62:504-544.
Biology of Microorganism. 13th Yan, L., Boyd, Adams, D.R. and
ed. Benjamin Cummings. San Burgess, J.G. 2003. Biofilm
Fransisco. specific cross species induction
Buchanan, R.E. & Gibbons, N.E. of antimicrobial compounds in
(Eds). 1974. Bergey's Manual of bacilli. Appl Environ Microbiol.
Determinative Bacteriology. 8th 69: 3719-3727.
ed. Williams & Wilkins.
Baltimore.
Burgess, J.G., Boyd, K.G., Amstrong,
E., Jiang, Z., Yan, L., Berggren,
M., May, U., Pisacane, T.,
Granmo, A., and Adams, D.R.
2003. Development of a marine
natural product-based
antifouling paint. Biofouling.
19:197- 205.
Campbell, N.A., Reece J.B. and
Mitchell, L.G. 2002. Biology, 5th
ed. Alih Bahasa: Wasmen
Manalu. Erlangga. Jakarta.
Cappucino, J.G. & Sherman, N. 1987.
Microbiology: A Laboratory
Manual. The Benjamin
Cummings Publishing Company
Inc. California USA.
Carpenter, K.E. and Niem, V.H. 1998.
The Living Marine Resources of
The Western Central Pacific,
Vol.1. Food and Agriculture
Organization of The United
Nations. Rome.
Kurnia, A. 2012. Isolasi Bakteri.
http://www.scribd.com/doc/732
51543/Materi-Praktikum. 25
Agustus 2012.
Nofianti, R. 2008. Urgensi dan
Mekanisme Biosintesis Metabolit
Sekunder Mikroba Laut. Jurnal
Natur Indonesia. 10 (2): 120-
125.
Solem, M.L., Jiang, Z.D. and Gerwick,
W.H. 1989. Three New and
Bioactive Icosanoids from the
Temperate Red Marine Alga.
Farlowia-Mollis Lipids. 24:256-
260.

Anda mungkin juga menyukai