Anda di halaman 1dari 15

2.

1 Menghitung pernapasan
Menghitung pernafasan adalah suatu tindakan dalam menghitung
jumlah pernafasan pasien dalam 1 menit. Pernafasan adalah peristiwa
mengambil oksigen (menarik nafas/ inspirasi)dan mengeluarkan.
Persiapan alat :
 Jam tangan dengan jarum petunjuk detik
 Pena dan buku catatan
Jangan memberitahu klien bahwa perawat akan menghitung frekuensi
pernafasan.

Pastikan klien dalam posisi nyaman duduk lebih baik.


Rasional : ketidaknyamanan dapat menyebabkan klien bernafas cepat.
Menghitung pernafasan dengan menghitung turu naiknya dada sambil
memegang pergelangan tangan.
Rasional : memegang tangan pasien bisa mencegah perubahan kecepatan
pernafasan, karena merasa diamati.
Observasi siklus pernafasan lengkap (sekali inspirasi dan sekali
ekspirasi).
Rasional : menjamin hitungsn mulai dengan siklus pernafasan normal.
Hitung frekuensi pernafasan selama 1 menit penuh.
Rasional : menjamin hasil perhitungan lebih akurat.
Sambil menghitung, perhatikan apakah kedalaman pernafasan: dangkal,
dalam atau normal, apakah irama normal.
Rasional : karakter gerakan ventilasi dapat menunjukkan perubahan
khusus/status penyakit.
Catat hasil pada bagan. Laporkan adanya tanda perubahan pernafasan.
Rasional : memberikan data untuk pengamatan perubahan pada kondisi
pasien.

Jumlah pernafasan normal permenit yaitu :


1. Bayi = 30 – 60 permenit
2. Bayi pada tahun pertama = 25 – 30 permenit
3. Bayi pada tahun kedua = 20 – 26 permenit
4. Anak usia 14 tahun = 20 – 30 permenit
5. Wanita dewasa = 18 – 20 permenit
6. Laki – laki dewasa = 16 -18 permenit
7. Orang tua 50 tahun = 14 – 16 permenit
8. Orang tua 70 tahun = 12 – 14 permenit

2.2 Memposisikan pasien fowler dan semi fowler


1. Posisi Fowler
Posisi fowler adalah posisi setengah duduk atau duduk, dimana
bagian kepala tempat tidur lebih tinggi atau dinaikan. Posisi ini
dilakukan untuk mempertahankan kenyamanan dan memfasilitasi
fungsi pernafasan pasien.

Tujuan :
a. Mengurangi komplikasi akibat immobilisasi
b. Meningkatkan rasa nyaman
c. Meningkatkan dorongan pada diafragma sehingga
meningkatnya ekspansi dada dan ventilasi paru
d. Mengurangi kemungkinan tekanan pada tubuh akibat posisi
yang menetap
Indikasi :
a. Pada pasien yang mengalami gangguan pernafasan
b. Pada pasien yang mengalami imobilisasi
Alat dan Bahan :
a. Tempat tidur khusus
b. Selimut
Cara kerja/Prosedur :
1. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan
2. Dudukkan pasien
3. Berikan sandaran atau bantal pada tempat tidur pasien atau atur
tempat tidur
4. Untuk posisi semi fowler (30-45) dan untuk fowler (90)
5. Anjurkan pasien untuk tetap berbaring setengah duduk

2. Posisi Semi Fowler


Semi fowler adalah sikap dalam posisi setengah duduk 15-60
derajat

Tujuan :
a. Mobilisasi
b. Memberikan perasaan lega pada klien sesak nafas
c. Memudaan perawatan misalnya memberikan makan
Cara kerja/Prosedur:
a. Mengangkat kepala dari tempat tidur kepermukaan yang tepat
(45-90 derajat)
b. Gunakan bantal untuk menyokong lengan dan kepala klien jika
tubuh bagian atas klien lumpuh
c. Letakkan bantal di bawah kepala klien sesuai dengan keinginan
klien, menaikkan lutut dari tempat tidur yang rendah
menghindari adanya tekanan di bawah jarak poplital (dibawah
lutut)

2.3 Mengumpulkan Sputum Untuk Pemeriksaan

Sputum adalah bahan atau cairan yang dihasilkan dari paru dan
trakea yang kemudian dikeluarkan melalui mulut. (Dorland, 1992)
Sputum juga dapat diartikan sebagai suatu cairan yang diproduksi dalam
alveoli dan bronkioli. Sputum yang memenuhi syarat pemeriksaan harus
benar-benar dari trakea dan bronki bukan berupa air ludah. Sputum
berbeda dengan dengan ludah, cairan sputum lebih kental dibandingkan
dengan air ludah dan tidak terdapat gelembung-gelembung busa
diatasnya , sedang pada air ludah akan membentuk gelembung-gelembung
jernih dibagian atas permukaan cairan. Secara mikroskopik ludah akan
menunjukkan gambaran sel-sel gepeng sedangkan pada sputum tidak
ditemukan hal tersebut. (widman,1994)

Sputum yang baik untuk melakukan pemeriksaan sputum adalah


sputim yang diambil pada pagi hari setelah bangun tidur karena sputum
yang dihasilkan pada pagi hari mengandung paling banyak kuman. Sputum
diambil sebelum menggosok gigi, tapi sudah berkumur terlebih dahulu
untuk membersihkan sisa-sia makanan yang tertinggal di dalam mulut. (B.
sandjaja, 1992)

Pemeriksaan sputum diperlukan apabila diduga terdapat penyakit


pada paru-paru. Pada membrane mukosa saluran pernafasan berespon
terhadap inflamasi dengan meningkatkan keluaran sekresi yang sering
mengandung mikroorganisme penyebab penyakit. Pemeriksaan sputum
meliputi pemeriksaan :

1. Jumlah sputum yang dihasilkan


Normalnya sputum yang dihasilkan oleh orang dewasa yaitu
100ml/hari. jumlah berlebihan terlihat pada inflamasi bronchial
kronik dan system paru, jumlah sedikit dapat terlihat pada
inflamasi bronchial akutdan pada tahap dini pneumonia lobar.
2. Warna, bau, viskositas
a) Sputum hitam dapat menunjukkan antrakosis (debu batubara).
b) Sputum berwarna karat, mukoporulen, dan kental
mengindikasikan pneumonia.
c) Sputum berwarna kuning atau kehijauan dengan bau tidak sedap
mengindikasikan pseudomonas
d) Sputum mukopurulen kental kekuningan terlihat pada tahap dini
pneumonia lobar, abses paru dan tuberculosis
e) Sputum berwarne abu-abu atau putih dan berlendir
mengindikasikan bronchitis kronik.
f) Sputum berwarna merah muda dan berbusa mengindikasikan
edema paru-paru akut.
3. Darah
a) Bila darah yang tercampur dengan sputum, perdarahan ada pada
bronkiolus.
b) Jumlah banyak darah yang tercampur dengan sputum
mengindikasikan robeknya [pembuluh darah besar.
c) Darah berwarna merah terang dan berbusa mengindikasikan
emboli paru, tuberculosis atau robekkan aneurisma.
4. Tes kultur sputum
Digunkan untuk mengidentifikasi organism spesifik untuk
menegakkan diagnosa dan menentukan keefektifan pengobatan
antibiotic.
5. Pewarnaan gram
Digunakan untuk mendapatkan informasi tentang jenis
mikroorganisne
6. Sensitivitas
Berfungsi untuk mengidentifikasi antibiotic yang mencegah
pertumbuhan organisme yang terdapat dalam sputum. Sputum
dikumpulkan sebelum pemberian antibiotic.
7. Basil tahan asam
Digunakan untuk menentukan adanya mikrobakterium
tuberkolosis.
8. Sitologi
Digunakan untuk mengidentifikasi karsinoma paru. Sputum
mengandung runtuhan sel dari percabangan tracheabronkhial
sehingga terdapat adanya sel-sel yang abnormal (malignansi).
9. Tes kuantitatif
Pengumpulan sputum selama 24-72 jam. Tes kuantitatif untuk
menentukan apakah sekresi yang dikeluarkan itu merupakan saliva,
lendir, pus , atau bukan. Pada tes kulitatif, klien diberikan wadah
khusus untuk mengeluarkan sputum kemudian pada akhir 24 jam
wadah tersebut ditimbang sehingga dapat diketahui jumlah serta
karakternya

Cara pemeriksaan sputum

Sebelum pengumpulan sputum akan dilakukan , informasikan


dahulu kepada klien tentang pemeriksaan sputum ini. Intruksikan
kepada klien untuk mengumpulkan sputum yang benar-benar berasal
dari paru-paru. Sputum yang dihasilkan setelah bangun tidur dipagi
hari banyak mengandung organism yang produktif, dan biasanya
dibutuhkan sekitar 4ml sputum untuk melakukan pemeriksaan
sputum.

1. Persiapkan alat dan bahan


a) Wadah atau botol specimen sputum yang steril dengan penutup
b) Sarung tangan dan masker
c) Disinfektan dan alat penguap
d) Ose, kaca objek, Rak sediaan
e) Spirtus, alkohol
f) Label yang berisi lengkap untuk menandai wadah sputum
g) Obat kumur
h) Sputum klien
i) Larutan carbol fuchsin, larutan HCL, larutan methylen blue,
xylol

2. Pengambilan sputum
Sebelumnya jelaskan terlebih dulu kepada klien tentang apa yang
akan dilakukan, berikan informasi dan intruksi kepada klien bahwa
jangan menyentuh bagian dalam specimen, menjaga bagian luar
wadah sputum tidak terkena sputum.
a) Posisikan klien pada posisi fowler atau semifowler
b) Minta klien untuk berkumur dengan obat kumur yang telah
disediakan
c) Pasang sarung tangan dan pegang bagian luar wadah tersebut
untuk klien Letakkan wadah sputum yang sudah dibuka dekat
dengan mulut dan keluarkan sputum kedalam wadah yang telah
disediakan . pastikan sputum tidak terkena bagian luar wadah
sputum
d) Minta klien untuk menarik nafas dalam 2-3 kali setiap kali
hembuskan nafas dengan kuat dan membatukkan sputum
e) Tutup rapat wadah tersebut, untuk mencegah adanya penyebaran
mikroorganisme secara tidak sengaja ketempat lain
f) Lepas dan buang sarung tangan.
g) Beri label yang berisi nama, alamat tanggal pengambilan serta
nama pengirim
h) Dokumentasikan smua informasi yang relevan meliputi
jumlah , warna, dan konsistensi.
3. Pembuatan preparat
a) Ambil wadah sputum dan kaca objek yang beridentitas sama
dengan wadah sputum
b) Panaskan ose diatas nyala api spritus sampai merah dan
kemudian didinginkan
c) Ambil sputum dengan menggunakan ose
d) Buatlah hapusan diatas kaca objek dengan ukuran 2-3cm
e) Keringkan hapusan sputum dengan suhu kamar
f) Setelah setengah kering lewatkan preparat berisi hapusan
sputum tersebut diatas nyala api spritus sebanyak 3x selama 3-5
detik untuk difiksasi
g) Setelah itu hapusan langsung diwarnai dengan pewarna Ziehl
Neelsen

4. Pewarnaan Ziehl Neelsen


a) Teteskan carbol fuchsin pada hapusan sputum
b) Panaskan dengan api spritus sampai keluar uap 3-5 menit.
c) Bilas dengan air yang mengalir pelan sampai zat warna
terbuang
d) Teteskan dengan alcohol HCL sampai warna merah pada
fuchsin hilang
e) Bilas dengan air yang mengalir pelan
f) Teteskan larutan methylen blue dan diamkan 10-20 detik
g) Bilas dengan air yang mengalir pelan
h) Keringkan hapusan sputum diudara terbuka

Prinsip pewarnaan mycobacterium yang dinding selnya tahan asam


karena mempunyai lapisan lilin yang tidak mudah untuk ditembus
cat. Pewarnaan Ziehl Neelsen setelah basil tahan asam ( BTA)
mengambil warna dari fchsin kemudian dicuci dengan dengan air
yang mengalir pelan, lapisan lilin akan terbuka pada saat
dipanaskan dan akan merapat kembali karena terjadi pendinginan
pada saat dicuci. Saat dituangi dengan HCL alcohol, warna merah
pada dari basic fuchsin pada BTA tidak luntur sedangkan pada
bakteri yang tidak tahan asam akan melepaskan warna merahnya
sehingga akan menjadi pucat atau tidak berwarna. Pada waktu dicat
dengan methylen blue BTA akan tetap berwarna merah sedangkan
pada bakteri yang tidak tahan asam akan mengambil warna
berwarna biru.

5. Pembacaan hapusan sputum


Preparat hapusan sputum yang terwarnai dan kering, dilap bagian
bawahnya dengan kertas tisu. Kemudian teteskan minyak imersi
dengan 1 tetes pada hapusan sputum. Hapusan sputum dibaca
dengan mengunnakan mikrskop dengan perbesaran kuat.
Pembacaan hapusan sputum ini dimulai dari ujung kiri dan digeser
ke kanan kemudian digeser kembali ke kiri. Pembacaan dilakukan
secara sistematika, kuman BTA berwarna merah berbentuk batang
lurus, terpisah, berpasangan atau berkelompok dengan latar
belakang berwarna biru.

2.4 Memberikan Oksigen Nasal Kanul

Nasal kanul adalah salah satu jenis alat yang digunakan dalam
pemberian oksigen. Nasal kanul terdiri dari sepasang tube dengan
panjang ± 2 cm yang dipasangkan pada lubang hidung pasien dan tube
dihubungkan secara langsung menuju oxygen flow meter. Alat ini
dapat menjadi alternatif bagi pasien yang membutuhkan konsentrasi
oksigen (O2) rendah. Nasal kanul arus rendah mengalirkan oksigen ke
nasofaring dengan aliran 1-6 liter/menit dengan fraksi oksigen (O2)
(Fi-O2) antara 24-44%. Aliran yang lebih tinggi tidak meningkatkan
fraksi oksigen (O2) (FiO2) secara bermakna diatas 44% dan dapat
mengakibatkan mukosa membran menjadi kering. Adapun keun-
tungan dari nasal kanul yaitu pemberian oksigen (O2) yang stabil serta
pemasangannya mudah dan nyaman oleh karena pasien masih dapat
makan, minum, bergerak dan berbicara. Walaupun nasal kanul
nyaman digunakan tetapi pemasangan nasal kanul dapat me-
nyebabkan terjadinya iritasi pada mukosa hidung, mudah lepas, ti-dak
dapat memberikan konsentrasi oksigen (O2)lebih dari 44% dan tidak
dapat digunakan pada pasien dengan obstruksi nasal.

Fase Kerja :

a. Cuci tangan
b. Gunakan handscone
c. Mengatur posisi klien
d. Hubungkan kanul selang oksigen dan memastikan
volume air steril dalam tabung pelembab
(humidifier) sesuai ketentuan
e. Kaji kelancaran aliran oksigen (dengan
menggunakan punggung tangan apakah sudah ada
aliran udara yang keluar dari nasal kanul)
f. Atur aliran oksigen sesuai dengan indikasi atau
instruksi
g. Pasang nasal kanul pada hidung klien dan atur
pengikatan agar lebih merasa nyaman
h. Lepas handscone, cuci tangan

2.5 Melatih Napas Dalam

Latihan nafas dalam adalah bernafas dengan perlahan dan


menggunakan diafragma, sehingga memungkinkan abdomen terangkat
perlahan dan dada mengembang penuh. Latihan napas ini terdiri atas
pernapasan abdominal ( diafragma) dan purse lips breathing.

Tujuan latihan nafas dalam adalah sebagai berikut :

a. Untuk mencapai ventilasi yang lebih terkontrol dan efisien serta


untuk mengurangi kerja bernafas
b. Meningkatkan inflasi alveolar maksimal
c. Meningkatkan relaksasi otot
d. Menghilangkan ansietas
e. Menyingkirkan pola aktifitas otot-otot pernapasan yang tidak
berguna dan tidak terkoordinasi
f. Melambatkan frekuensi pernapasan
g. Mencegah atelektasis
h. Mengurangi udara yang terperangkap serta mengurangi kerja
bernapas

Indikasi latihan napas dalam adalah pasien dengan gangguan paru


obstruktif maupun restriktif, pasien pada tahap penyembuhan dari
pembedahan thorax, dan untuk metode relaxasi.

Prosedur Pelaksanaan Latihan Nafas Dalam

a. Atur posisi yang nyaman


b. Fleksikan lutut klien untuk merelaksasikan otot abdomen
c. Tempatkan 1 atau 2 tangan pada abdomen, tepat di bawah tulang
iga
d. Tarik napas dalam melalui hidung, jaga mulut tetap tertutup.
Hitung sampai 3 selama inspirasi
e. Hembuskan udara lewat bibir seperti meniup (purse lips breathing)
secara perlahan-lahan

2.6 Melatih Batuk Efektif

Batuk efektif adalah suatu metode batuk dengan benar, dimana


klien dapat menghemat energi sehingga tidak mudah lelah
mengeluarkan secret yang terakumulasi dan mengganggu di saluran
nafas dengan cara di batukkan.
Tujuan batuk efektif adalah sebagai berikut :
a. Membebaskan jalan nafas dari akumulasi secret
b. Mengeluarkan sputum untuk pemeriksaan diagnostik
laboratorium
c. Mengurangi sesak nafas karena akumulasi secret

Indikasi batuk efektif yaitu pasien dengan gangguan saluran nafas


akibat akumulasi secret, pasien yang akan dilakukan pemeriksaan
diagnostik sputum, pasien setelah menggunakan bronkodilator, pasien
dengan gangguan COPD/PPOK, Emphysema, Fibrosis, Asma, Chest
infection, dan pasien bedrest atau post operasi.

Persiapan alat untuk batuk efektif adalah :

a. Kertas tissue
b. Bengkok
c. Perlak dan pengalas
d. Handuk
e. Sputum pot berisi desinfektan / lisol 2-3%
f. Cepuk sputum untuk pemeriksaan diagnostik (jika diperlukan)

Prosedur latihan batuk efektif yaitu :

a. Tarik napas dalam lewat hidung dan tahan napas untuk


beberapa detik
b. Batukkan 2 kali. Pada saat batuk tekan dada dengan bantal.
Tampung secret pada sputum pot
c. Hindari penggunaan waktu yang lama selama batuk karena
dapat menyebabkan fatigue dan hipoksia

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Menghitung pernafasan adalah suatu tindakan dalam menghitung
jumlah pernafasan pasien dalam 1 menit..
Posisi fowler adalah posisi setengah duduk atau duduk, dimana bagian
kepala tempat tidur lebih tinggi atau dinaikan. Sedangkan semi fowler
adalah sikap dalam posisi setengah duduk 15-60 derajat.
Sputum adalah bahan atau cairan yang dihasilkan dari paru dan trakea
yang kemudian dikeluarkan melalui mulut. (Dorland, 1992). Sputum yang
memenuhi syarat pemeriksaan harus benar-benar dari trakea dan bronki
bukan berupa air ludah.
Nasal kanul adalah salah satu jenis alat yang digunakan dalam
pemberian oksigen. Nasal kanul terdiri dari sepasang tube dengan panjang
± 2 cm yang dipasangkan pada lubang hidung pasien dan tube
dihubungkan secara langsung menuju oxygen flow meter.
Latihan nafas dalam adalah bernafas dengan perlahan dan
menggunakan diafragma, sehingga memungkinkan abdomen terangkat
perlahan dan dada mengembang penuh. Latihan napas ini terdiri atas
pernapasan abdominal ( diafragma) dan purse lips breathing.
Batuk efektif adalah suatu metode batuk dengan benar, dimana klien
dapat menghemat energi sehingga tidak mudah lelah mengeluarkan secret
yang terakumulasi dan mengganggu di saluran nafas dengan cara di
batukkan.

3.2 Saran
Penulis tentunya masih menyadari jika makalah yang berjudul
“Berbagai Prosedural Keperawatan Dalam Memenuhi Gangguan
Kebutuhan Oksigen” ini masih terdapat banyak kesalahan dan jauh dari
kata sempurna. Penulis akan memperbaiki makalah tersebut dengan
berpedoman pada banyak sumber serta kritik yang membangun dari
pembaca.
DAFTAR PUSTAKA
https://www.scribd.com/document/350180240/MENGHITUNG-
PERNAPASAN
https://www.academia.edu/34375576/Makalah_KDK_Posisi_Pasien
https://www.academia.edu/20617360/PEMERIKSAAN_LABORATORIU
M_DAN_PENUNJANG_SISTEM_PERNAPASAN
https://simdos.unud.ac.id/uploads/file_penelitian_1_dir/da84c70c82c9c92
3d7f3c518e03594f5.pdf
https://www.academia.edu/36980438/ANALISIS_SINTESIS_TINDAKA
N_PEMBERIAN_TERAPI_OKSIGEN
https://www.academia.edu/36038589/ASKEP_Pemenuhan_Kebutuhan_O
ksigenasi

Anda mungkin juga menyukai