Anda di halaman 1dari 66

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
ASI adalah susu yang di produksi seorang ibu untuk konsumsi bayi dan
merupakan sumber gizi utama bayi yang belum bisa mencerna makanan padat.
ASI sangat bermanfaat bagi bayi, manfaat tersebut di antaranya melindungi bayi
dari infeksi gastrointestinal melindungi anak dari penyakit kronis, meningkatkan
perkembangan otak serta dapat mengurangi terjadinya diabetes yang tinggi serta
obesitas pada bayi. selain itu, manfaat ASI juga bisa tidak menyebabkan bayi
kekurangan zat besi (Ade B Nirwana, 2014). Air Susu Ibu (ASI) adalah makanan
bayi yang paling penting, terutama pada bulan-bulan pertama kehidupan bayi. Asi
juga merupakan nutrisi alamiah bagi bayi karena mengandung kebutuhan energi
dan zat yang di butuhkan selama enam bulan pertama kehidupan bayi. Namun,
adakalanya seorang ibu mengalami masalah dalam pemberian ASI. Kendala yang
utama adalah karena produksi ASI tidak lancar, dan teknik menyusui bayi yang
tidak benar (Saleha, 2009).
Ibu yang memberikan ASI secara dini lebih sedikit akan mengalami
masalah dengan menyusui. Bimbingan yang tidak benar tidak terartur dari tenaga
kesehatan merupakan kendala utama pemberian ASI. Sehingga angka kesakitan
ibu yang di sebabkan karena bendungan ASI sangat memperihatinkan, hal ini
memberikan gambaran sangat kurangnya ibu dalam menyusui bayinya
(Prawirohardjo, 2008). Masalah menyusui pada umumnya terjadi dalam dua
minggu pertama masa nifas. Pada masa ini, pengawasan dan perhatian petugas
kesehatan sangat diperlukan agar masalah menyusui dapat segera di tanggulangi,
sehingga tidak menjadi penyakit atau menyebabkan kegagalan menyusui. Salah
satu masalah dalam menyusui adalah payudara bengkak atau bendungan ASI
(Saleha, 2009).
WHO dan UNICEF merekomendasikan kepada para Ibu, bila
memungkinkan memberikan ASI Eksklusif sampai 6 bulan dengan menerapkan
Inisiasi Menyusui Dini (IMD) selama lebih kurang 1 jam segera setelah kelahiran
bayi. ASI eksklusif diberikan kepada bayi hanya ASI saja tanpa makanan

1
tambahan atau minuman. ASI diberikan secara on demand atau sesuai kebutuhan
bayi, setiap hari selama 24 jam. ASI sebaiknya diberikan tidak menggunakan
botol, cangkir, ataupun dot (Mulyani, 2013).
Menurut World Health Organization (WHO) dan semua Negara di dunia
menganjurkan kepada para wanita untuk memberikan air susu ibu (ASI) pada
bayinya selama 6 bulan pertama (ASI eksklusif) dan di lanjutkan hingga anak
berusia 2 tahun. Bahkan Pemerintah telah mengeluarkan peraturan perundang-
undangan tentang ASI eksklusif yang tertuang dalam PP No.33.Tahun 2012. Akan
tetapi program pemerintah yang menganjurkan ibu yang memiliki bayi harus
memberikan ASI eksklusif masih belum berjalan dengan lancar. Meskipun
informasi pentingnya ASI eksklusif sudah di ketahui oleh semua kalangan
masyarakat, akan tetapi kesadaran untuk memberikan ASI eksklusif masih rendah.
Tidak jarang di jumpai bayi baru lahir sudah di berikan makanan selain ASI
dengan alasan ASI belum keluar dan takut bayi mengalami kehausan. Padahal
pada kenyataannya, bayi masih bisa bertahan hingga 72 jam pasca kelahiran.
Meskipun jumlah kolostrum yang keluar pada hari pertama hingga ke tiga
jumlahya sedikit, tetapi itu sudah mencukupi kebutuhan bayi (Susilawati, 2015).
Menurut data WHO (2016), cakupan ASI eksklusif di seluruh dunia hanya
sekitar 36% selama periode 2007-2014. Berdasarkan hasil Riskesdas (2012),
cakupan pemberian ASI eksklusif di Indonesia sebesar 54,3%, dimana persentase
tertinggi terdapat di Provinsi NTB sebesar 79,7% dan terendah di Provinsi
Maluku sebesar 25,2% (Balitbangkes, 2013).
Kelancaran produksi ASI dipengaruhi oleh banyak faktor seperti, frekuensi
pemberian ASI, berat bayi saat lahir, usia kehamilan saat bayi lahir, usia ibu dan
paritas, stres dan penyakit akut, IMD, keberadaan perokok, konsumsi alkohol,
perawatan payudara, penggunaan alat kontrasepsi, dan status gizi. Ketersediaan
ASI yang lancar pada ibu menyusui akan membantu kesuksesan pemberian ASI
eksklusif selama 6 bulan, sehingga membantu bayi tumbuh dan berkembang
dengan baik sesuai rekomendasi dari WHO (Ferial, 2013).
Negara Indonesia merupakan salah satu negara yang kaya akan berbagai
tanaman yang berkhasiat untuk obat. Terdapat 7.000 jenis tanaman obat.

2
Disamping itu, masyarakat Indonesia memiliki tradisi atau kebiasaan
memanfaatkan potensi alam, baik tumbuh-tumbuhan maupun hewan sebagai
bahan berkhasiat obat. Sebagian besar tanaman tersebut diambil langsung dari
alam dan sedikit yang telah dibudidayakan. Salah satunya adalah yang berhasiat
sebagai laktogogum seperti tanaman katuk, lampes, bayam duri, jinten hitam
pahit, kelor, temulawak, turi dan buah pepaya muda (Susilawati, 2017).
Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas, Tahun 2013), cakupan
ASI di Indonesia hanya 42%. Angka ini jelas berada di bawah target WHO yang
mewajibkan cakupan ASI hingga 50%. Hal ini di tunjukan juga dengan Survei
Demografi Kesehatan Indonesia 2010, hanya 10% bayi yang memperoleh ASi
pada hari pertama, yang di berikan ASI kurang dari 2 bulan sebanyak 73%, yang
diberikan ASI 2 sampai 3 bulan sebanyak 53% yang di berikan ASi 4 sampai 5
bulan sebanyak 20%, dan menyusui eksklusif sampai usia 6 bulan sebanyak 49%
(Pusdiknakes-2010).
Sedangkan berdasarkan data Dinas Kesehatan Provinsi Gorontalo (DIKES
PROV) tahun 2017, tentang cakupan ASI hanya 47,7%. Dan khusunya Kabupaten
gorontalo pada tahun 2016 63.73% dan tahun 2017 hanya 51,4%. Hal ini tentunya
mengalami penurunan pada angka cakupan ASI, yang akan berdampak juga pada
status gizi balita. Di lihat dari data tahun 2016 status gizi balita di kabupaten
gorontalo hanya mencapai 11,26%.
Upaya yang dapat di lakukan untuk menanggulangi masalah gizi antara lain
dengan meningkatkan kualitas dan kuantitas ASI. Masalah produksi ASI dapat
diatasi dengan obat yang dapat meningkatkan dan memperlancar pengeluaran ASI
yang di kenal dengan laktogogum. Obat ini tidak banyak dikenal dan relatif
mahal. Hal ini menyebabkan perlu dicarinya obat laktogogum alternatif yang
berasal dari tanaman berkhasiat obat (Susilawati et al,. 2017).
Penelitian tentang laktogogum sudah di buktikan oleh lilin Turlina, tahun
2015, tentang pengaruh pemberian serbuk daun pepaya terhadap kelancaran ASI
pada Ibu Nifas Di BPM NY. Hanik Dasyiem, Amd, Keb. Hasilnya membuktikan
bahwa sebagian besar atau 57,14% pada kelompok pengeluaran ASI 3 hari setelah
persalinan, dan sebagian besar atau 71,4% Pada kelompok perlakuan pengeluaran

3
ASI pada Hari Ke 2. Sehingga di peroleh uji statistic terdapat pengaruh yang
signifikan dalam pemberian minuman daun pepaya terhadap kelancaran ASI.
Pepaya muda (Carica papaya L.) merupakan salah satu laktogogum
alternatif yang tepat untuk di manfaatkan oleh masyarakat. Hal itu dikarenakan
banyak dijumpai di wilayah Indonesia dan bisa diperoleh dengan harga yang
relatif murah, serta proses budidaya yang tergolong mudah untuk dilakukan.
Disamping itu, pepaya muda (Carica papaya L.) mengandung saponin, alkaloid,
mineral, vitamin dan enzim dan mengandung banyak gizi. Berdasarkan penelitian
(Kharisma, et al. 2011) didapatkan bahwa air buah pepaya muda memberikan efek
meningkatkan jumlah dan diameter kelenjar mamae. Getah (lateks) dari buah
pepaya muda memiliki efek sama dengan ocxytocin pada uterus. Hormon
prolactin dan ocsitosyn berperan dalam peningkatan produksi air susu. Prolactin
berperan dalam sintesis air susu, sedangkan ocxytocin berperan merangsang
mioepitel disekitar alveolus untuk berkontraksi sehingga semprotan ASI dapat
diteruskan melalui duktus (Manuaba, 2017).
Dalam Al-Quran surat An-Nahl ayat 11 yang menjelaskan tentang buah-
buahan yang artinya : “ia menumbuhkan bagi kamu dengan air hujan itu tanam-
tanaman; zaitun, korma, anggur dan segala macam buah-buahan. Sesungguhnya
pada yang demikian itu benar-benar ada tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum yang
memikirkan.”
Berdasarkan data yang di peroleh di wilayah kerja Puskesmas Limboto pada
tahun 2018 cakupan ASI hanya mencapai 3,47%. Berdasarkan hal tersebut diatas
maka peneliti merasa tertarik untuk meneliti dengan judul “Efektivitas Pemberian
Buah Pepaya California Terhadap Peningkatan Produksi ASI Pada Ibu Nifas di
Wilayah Kerja Puskesmas Limboto”

1.2 Identifikasi Masalah


Sesuai dengan uraian latar belakang diatas, maka dapat diidentifikasi
masalah dalam penelitian ini yaitu :
1. Berdasarkan data WHO (2016), cakupan ASI eksklusif di seluruh dunia
hanya sekitar 36% selama periode 2007-2014 (Balitbangkes, 2013).

4
2. Berdasarkan data Riskesdas (2012), cakupan pemberian ASI eksklusif di
Indonesia sebesar 54,3%, dimana persentase tertinggi terdapat di Provinsi
NTB sebesar 79,7% dan terendah di Provinsi Maluku sebesar 25,2%.
3. Berdasarkan data yang di peroleh di Wilayah Kerja Puskesmas Limboto,
Jumlah Ibu Menyusui dengan cakupan ASI sebanyak 152 orang (Puskesmas
Limboto 2018).

1.3 Rumusan Masalah


Dari latar belakang di atas maka dapat dirumuskan masalah yakni
“Bagaimana meningkatkan produksi ASI, dengan melihat tingkat efektivitas
pemberian buah pepaya California terhadap peningkatan produksi ASI pada ibu
nifas di wilayah kerja Puskesmas Limboto?”

1.4 Tujuan Penelitian


1.4.1 Tujuan Umum
Tujuan umum dari penelitian ini untuk mengetahui efektivitas Buah Pepaya
terhadap peningkatan produksi ASI pada ibu menyusui di wilayah kerja
Puskesmas Limboto.
1.4.2 Tujuan Khusus
1. Mengidentifikasi ASI pada ibu menyusui sebelum mengkonsumsi buah
Pepaya di wilayah kerja Puskesmas Limboto.
2. Mengidentifikasi ASI pada ibu menyusui setelah mengkonsumsi buah
Pepaya di wilayah kerja Puskesmas Limboto.
3. Menganalisis efektivitas Buah Pepaya terhadap peningkatan produksi ASI
pada ibu menyusui di wilayah kerja Puskesmas Limboto.

5
1.5 Manfaat Penelitian
1.5.1 Manfaat Teoritis
1. Bagi institusi Puskesmas
Sebagai bahan masukan bagi Puskesmas untuk memberikan informasi yang
bermanfaat.
2. Bagi Pendidikan Kebidanan
Penelitian ini diharapkan memberikan pengetahuan tentang manfaat buah
pepaya terhadap ibu menyusui, serta dapat digunakan sebagai sarana
kepustakaan dan menambah informasi mahasiswa dalam melaksanakan
skripsi untuk program studi kebidanan.
3. Bagi Peneliti
Hasil penelitian diharapkan dapat menambah wawasan dan pengalaman
secara nyata dalam penelitian dan sebagai sarana untuk belajar menerapkan
teori yang telah diperoleh dalam bentuk nyata serta meningkatkan daya
berpikir penulis mengenai peningkatan produksi ASI pada ibu nifas.
4. Bagi Peneliti selanjutnya
Hasil penelitian dapat digunakan sebagai masukan dalam proses kegiatan
belajar mengajar serta sebagai referensi dan bahan pembanding bagi peneliti
selanjutnya.
1.5.2 Manfaat Praktis
1. Tempat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan bahan masukan dan
sumbangan pemikiran bagi bidan di Puskesmas Limboto untuk lebih
meningkatkan pelayanan kepada masyarakat khususnya ibu nifas dengan
produksi ASI yang sedikit.
2. Bagi Subjek Penelitian
Penelitian ini dapat digunakan sebagai salah satu pilihan cara untuk
meningkatkan produksi ASI melalui pemberian buah pepaya California.
3. Bagi Tenaga kesehatan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi konstribusi kepada tenaga
kesehatan mengenai peran tenaga kesehatan dalam mendukung ibu nifas

6
untuk meningkatan produksi ASI dengan memberikan buah pepaya
California.

7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan Umum Tentang Ibu Nifas
2.1.1 Definisi Ibu Nifas
1. Masa nifas (puerperium) adalah masa yang dimulai setelah plasenta keluar
dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan semula
(sebelum hamil). Masa nifas berlangsung selama kira-kira enam minggu
(Ambarwati, 2014).
2. Masa Nifas adalah masa sesudah persalinan dan kelahiran bayi, plasenta,
serta selaput yang di perlukan untuk memulihkan kembali organ
kandungan seperti sebelum hamil dengan waktu kurang lebih 6 minggu
(Walyani & Purwoastuti, 2015).
3. Masa Nifas juga merupakan wanita yang melalui periode puerperium di
sebut puerpura. Puerperium (Nifas) berlangsung selama 6 minggu atau 42
hari, merupakan waktu yang di perlukan untuk pulihnya alat kandungan
pada keadaan yang normal (Mitayani, 2013).
4. Masa Nifas Juga memiliki batasan waktu nifas yang paling singkat
(Minimum) tidak ada batasan waktunya, bahkan bisa jadi dalam waktu
yang relative pendek darah sudah keluar, sedangkan batasan
maksimumnya adalah 40 hari (Prawihardjo, 2012).
5. Pada jam-jam pertama setelah melahirkan, seorang ibu akan segera
beradaptasi mencakup semua sistem di dalam tubuh. Kebanyakan wanita
masa nifas mempunyai pengalaman sedikit mengalami gangguan rasa
nyaman sehubungan dengan perubahan-perubahan fisik dan cenderung
lebih tertarik untuk istirahat, merasakan sakitnya perineum dan belajar
tentang bayinya (Arisulistyawati, 2010).
6. Menurut Peneliti Masa Nifas adalah waktu ataupun proses setelah
melahirkan dari keluarnya bayi, plasenta sampai dengan kembalinya organ
kandungan seperti semasa sebelum hamil.

8
2.1.2 Involusi
Menurut Nita Haerati, (2011), Involusi adalah proses perubahan pada organ-
organ reproduksi. Organ reproduksi yang mengalami involusi adalah :
1. Tinggi Fundus Uteri
a. Setelah Bayi Lahir
b. Setelah Plasenta Lahir dua jari di bawah perut
c. 5 hari masa nifas setengah simpisis pusat
d. Setelah 10 sampai dengan 12 hari post pasrtum tidak teraba
2. Serviks
Setelah persalinan ostium eksterna dapat dimasuki oleh dua hingga tigajari
tangan, dan setelah enam minggu nifas serviks menutup. Karena robekan-robekan
kecil yang terjadi selama dilatasi, serviks tidak pernah kembali ke keadaan
sebelum hamil (nullipara) yang berupa lubang kecil seperti mata jarum. Serviks
hanya kembali pada keadaan tidak hamil yang berupa lubang yang sudah sembuh,
tertutup tapi berbentuk cela. Dengan demikian os servisis wanita yang sudah
pernah melahirkan merupakan salah satu tanda yang menunjukkan riwayat
kelahiran bayi lewat vagina.
3. Endometrium
Segera setelah plasenta dan ketuban, kontraksi muskuler dan trombosis
menurunkan tempat plasenta ke suatu area yang meninggi dan bernodul tidak
teratur, pertumbuhan endometrium ke atas menyebabkan pelepasan jaringan
karakteristik penyembuhan luka. Proses penyembuhan luka ini memampukan
endometrium menjalankan siklusnya seperti biasa dan memungkinkan inplantasi
dan plasentasi untuk kehamilan di masa yang akan datang. Regenerasi
endometrium selesai pada akhir minggu ketiga masa nifas, kecuali pada bekas
tempat plasenta. Regenerasi pada tempat ini biasanya tidak sesuai sampai 6
minggu setelah melahirkan.
4. Topangan Otot Panggul
Struktur penopang uterus dan vagina bisa mengalami cedera sewaktu
melahirkan dan masalah ginekologi dapat timbul di kemudian hari. Jaringan
penopang dasar panggul yang terobek atau teregang saat ibu melahirkan

9
memerlukan waktu sampai enam bulan untuk kembali ketonus semula. Istilah
relaksasi panggul berhubungan dengan pemajangan dan melemahnya topangan
permukaan struktur panggul. Struktur ini terdiri atas uterus, dinding vagina
posterior atas, kandung kemih rektrum. Walaupun relaksasi dapat terjadi pada
setiap wanita, tetapi biasanya merupakan komplikasi langsung yang timbul
terlambat akibat melahirkan.
2.1.3 Tahapan Masa Nifas
Tahapan masa nifas menurut walyani & Purwoastuti (2015) menjadi 3, yaitu:
1. Puerperium dini, yaitu kepulihan ketika ibu telah diperbolehkan berdiri dan
berjalan, serta beraktivitas layaknya wanita normal.
2. Puerperium intermedial, yaitu kepulihan menyeluruh alat-alat genetalia
yang lamanya sekitar 6-8minggu.
3. Remote puerperium, yaitu waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat
sempurna, terutama bila selama hamil atau waktu persalinan mempunyai
komplikasi.
2.1.4 Perubahan Fisioligis Pada Masa Nifas
Menurut walyani & Purwoastuti (2015) perubahan Fisiologis Pada masa nifas
Yaitu :
1. Sistem kardiovaskuler
2. Sistem haematologi
3. Sistem reproduksi
4. Sistem perkemihan
5. Sistem gastrointestinal
6. Sistem endokrin
7. Sistem musculoskeletal
8. Sistem integument
2.1.5 Kebutuhan Gizi Masa Nifas
Selama minggu ke-2 pertama setelah kelahiran, pedoman nutrisi berfokus
pada penyembuhan fisik dan stabilitas setelah kelahiran dan persiapan laktasi. Ibu
menyusui memiliki nutrisi tambahan. Asupan kalori harian sedikitnya 1800 kcal,
pada umumnya laktasi memerlukan 500 kcal di atas asupan ibu sebelum hamil.

10
Selama minggu pertama pasca partum ibu dapat dianjurkan untuk minum 3000 ml
per 24 jam. ibu menyusui harus menghindari minum-minuman yang mengandung
kafein, alkohol dan makanan yang mengandung gula pengganti (Walsh L, 2008:
h.387-388).
Berdasarkan penelitian Veny (2014) diperoleh kebutuhan gizi ibu nifas.
Jumlah energi yang dibutuhkan 2500 kalori meliputi protein sebanyak 64 gram,
Vitamin A 6000 UI, Vitamin D 400 IU, Vitamin E 16 IU, Vitamin K 100 mg,
Tiamin 1,6 mg, Riboflafin 1,7, Niasin 18 gram, Vitamin B6 2,5 mg, Folasin 0,5
mg, Biotin 0,3 mg, Vitamin B12 4,0 mg dan Asam pantotenat 4-7 mg.
2.1.6 Perubahan Fisik Payudara Pada Masa Nifas
Pada masa nifas perawatan payudara merupakan suatu tindakan yang
sangat penting untuk memperlancar pengeluaran air susu ibu (ASI), karena pada
masa nifas ibu mengalami perubahan fisik dan alat reproduksi yang kembali ke
keadaan sebelum hamil, masa laktasi, maupun perubahan psikologis untuk
mendapatkan keturunan baru. Perawatan payudara saat nifas dapat meningkatkan
produksi ASI dengan merangsang kelenjar air susu sehingga dapat berdampak
pada bayi. Pada masa nifas, jika payudara tidak langsung dirawat maka payudara
akan berisiko menjadi kendur setelah menyusui (Evy P, 2014).

2.2 Tinjauan Umum Tentang ASI


2.2.1 Definisi ASI
Air Susu Ibu adalah susu yang diproduksi seorang ibu untuk konsumsi
bayi dan merupakan sumber gizi utama bayi yang belum bisa mencerna makanan
padat. ASI diproduksi di dalam alveoli karena pengaruh hormon prolactin dan
ocxytocin setelah kelahiran bayi. ASI tersebut dapat mengalir masuk berkat kerja
otot-otot halus yang mengelilingi alveoli. Air susu kemudian mengalir ke saluran
yang lebih besar yang selanjutnya masuk ke dalam jaringan penyimpanan air susu
yang terletak tepat di bawah areola. Jaringan ini berfungsi seperti bak penampung
air susu sementara, sampai saatnya tiba menghisapnya, melalui celah pada puting
susu (Ab.Nirwana, 2014). Air Susu Ibu (ASI) merupakan nutrisi alamiah terbaik
bagi bayi karena mengandung kebutuhan energi dan zat yang dibutuhkan selama

11
enam bulan pertama kehidupan bayi. Seorang ibu sering mengalami masalah
dalam pemberian ASI eksklusif, salah satu kendala utamanya yakni produksi ASI
yang tidak lancar. Hal ini akan menjadi faktor penyebab rendahnya cakupan
pemberian ASI eksklusif kepada bayi baru lahir (Wulandari dan Handayani,
2014). ASI adalah nutrisi terbaik bagi bayi, ibarat emas yang diberikan gratis oleh
Tuhan karena ASI merupakan cairan hidup yang dapat menyesuaikan kandungan
zatnya terhadap kebutuhan bayi. ASI adalah suatu emulsi lemak dalam larutan
protein, laktose dan garam organik yang disekresi oleh kedua belah kelenjar
payudara ibu, sebagai makanan utama bagi bayi. ASI merupakan makanan bayi
yang paling sempurna, baik kualitas maupun kuantitasnya. Dari berbagai
penelitian menunjukan bahwa pemberian ASI sangat menguntungkan ditinjau dari
segi kesehatan dan sosial ekonomi, termasuk dapat menurunkan angka kesakitan
dan kematian bayi. ASI juga berpengaruh terhadap perkembangan kecerdasan
pertumbuhan otak. Sehingga pemberian ASI secara eksklusif sampai bayi berusia
6 bulan akan menjamin tercapainya perkembangan potensi kecerdasan anak secara
optimal (Susilawati. et, al, 2017).
Menurut Nirwana, (2014), di dalam ASI terdapat beberapa zat yang sangat
bermanfaat bagi bayi. Mengapa harus ASI dan tidak susu botol? karena;
1. ASI mempunyai suhu yang cocok untuk bayi.
2. ASI mengandung segala gizi yang dibutuhkan oleh bayi.
3. ASI tidak mengandung bakteri apapun.
4. ASI keluar dari tempat yang baik.
5. Kandungan ASI cocok dengan bayi sehingga tidak menyebabkan muntah.
6. ASI tidak bersentuhan dengan udara sehingga ASI tidak mungkin basi jika
masih dalam tubuh ibu.
7. Bersifat praktis karena ASI bersifat cair sehingga tidak perlu menyeduh,
ASI praktis dan estetis karena menyatu dengan tubuh ibu.
8. Ekonomis, karena tidak perlu membeli. Bagi ibu yang kondisi ekonominya
pas-pasan tidak perlu pusing untuk memberikan susu bagi anaknya.

12
Menurut Peneliti ASI Merupakan Sumber Asupan Gizi paling berpengaruh
bagi bayi Karena di dalam ASI terdapat banyak kandungan yang mampu
menstabilkan tumbuh kembang bayi yang sehat.
2.2.2 Produksi ASI
Proses terjadinya pengeluaran air susu merupakan kejadian alamiah, di
mulai atau dirangsang oleh isapan mulut bayi pada putting susu ibu. Gerakan
tersebut merangsang kelenjar pictuitary anterior untuk memproduksi sejumlah
prolactin yaitu hormone utama yang menyebabkan keluarnya air susu pada ibu.
Proses pengeluaran air susu tergantung pada let down reflex, dimana hisapan
putting merangsang kelenjar pictuitary posterior untuk menghasilkan hormone
prolactin, yang dapat merangsang serabut otot halus didalam dinding saluran susu
agar membiarkan air susu dapat mengalir dengan mudah dan lancer (Evi Ernawati
et al,. 2014).
2.2.3 Klasifikasi ASI
Menurut Maryunani, 2012. ASI dibedakan dalam tiga stadium yaitu:
kolostrum, air susu transis, dan air susu matur. Komposisi ASI hari 1-4
(kolostrum) berbeda dengan ASI hari 5-10 (transisi) dan ASI matur.
1. Kolostrum
Kolostrum merupakan susu pertama keluar berbentuk cairan
kekuningkuningan yang lebih kental dari ASI matang. Kolostrum mengandung
protein, vitamin yang larut dalam lemak, dan mineral yang lebih banyak dari ASI
matang. Kolostrum sangat penting untuk diberikan karena selain tinggi
immunoglobulin A (IgA) sebagai sumber imun pasif bayi, kolostrum juga
berfungsi sebagai pencahar untuk membersihkan saluran pencernaan bayi baru
lahir. Produksi kolostrum dimulai pada masa kehamilan sampai beberapa hari
setelah kelahiran. Namun, pada umumnya kolostrum digantikan oleh ASI transisi
dalam dua sampai empat hari setelah kelahiran bayi.
2. ASI Transisi
ASI transisi diproduksi mulai dari berhentinya produksi kolostrum sampai
kurang lebih dua minggu setelah melahirkan. Kandungan protein dalam ASI
transisi semakin menurun, namun kandungan lemak, laktosa, vitamin larut air, dan

13
semakin meningkat. Volume ASI transisi semakin meningkat seiring dengan
lamanya menyusui dan kemudian digantikan oleh ASI matang.
3. ASI Matur/matang
ASI matang mengandung dua komponen berbeda berdasarkan waktu
pemberian yaitu foremilk dan hindmilk. Foremilk merupakan ASI yang keluar
pada awal bayi menyusu, sedangkan hindmilk keluar setelah permulaan let-down.
Foremilk mengandung vitamin, protein, dan tinggi akan air. Hindmilk
mengandung lemak empat sampai lima kali lebih banyak dari foremilk.

Tabel 1. Komposisi ASI, ASI transisi dan ASI Matur


Kandungan Kolostrum Transisi ASI Matur
Energi (Kg/kal) 57,0 63,0 65,0
Laktosa (gr/100ml) 6,5 6,7 7,0
Protein (gr/100ml) 2,9 3,6 3,8
Mineral (gr/100ml) 0,3 0,3 0,2
Immunoglubin
Ig A (mg/100ml) 335,9 - 119,6
Ig G (mg/100ml) 5,9 - 2,9
Ig M (mg/100ml) 17,1 - 2,9
Lisosin (mg/100ml) 14,2 – 16,4 - 24,3 – 27,5
Laktoferin 420 - 520 - 250 - 270
Sumber : Pertiwi, 2012

2.3 Manfaat-manfaat ASI


2.3.1 Manfaat ASI bagi Bayi
ASI sangat bermanfaat bagi bayi, manfaat tersebut di antaranya melindungi
bayi dari infeksi gastrointestinal melindungi anak dari penyakit kronis,
meningkatkan perkembangan otak serta dapat megurangi terjadinya diabetes yang
tinggi serta obesitas pada bayi. Selain itu, ASI juga tidak menyebabkan bayi
kekurangan zat besi (Nirwana, 2014).
Menurut Harjono, (2013), ada beberapa manfaat ASI Bagi Bayi Yaitu :
1. Sebagai bahan makanan dan nutrisi terbaik bagi bayi.
2. Mudah dicerna dan diserap bayi.
3. Mengandung enzim pencernaan (maka sering merasa lapar).
4. Mengandung zat penangkal penyakit.
5. Selalu berada dalam suhu yang tepat.

14
6. Tidak menyebabkan alergi.
7. Mencegah maloklusi atau kerusakan gigi
8. Mengoptimalkan perkembangan.
9. Meningkatkan hubungan sosial bayi dengan ibunya.
10. Menenangkan bayi.
2.3.2 Manfaat ASI bagi Ibu
Menurut Evi Pujawati, (2014), ada beberapa manfaat ASI Bagi Ibu Yaitu :
1. Aspek Kesehatan Ibu
Isapan Bayi akan merangsang terbentuknya oksitoksin oleh kelenjar
hipofisis. Oksitosin akan membantu involusi uterus dan mencegah
terjadinya perdarahan post partum. Penundaan haid dan berkurangnya
perdarahan post partum mengurangi prevalensi anemia. Selain itu,
mengurangi angka kejadian karsinoma mammae.
2. Aspek Keluarga Berencana
Merupakan KB alami, sehingga dapat menjarangkan kehamilan. Rerata
jarang kehamilan pada ibu menyusui adalah 24 bulan, sedangkan yang tidak
11 bulan.
3. Aspek Psikologis
Ibu akan merasa bangga dan diperlukan oleh bayinya karena dapat
menyusui.
2.3.3 Manfaat ASI dari Sisi Psikologis
Menurut Harjono, (2013), ada beberapa manfaat ASI dari sisi Psikologis
Yaitu :
1. Mereduksi konflik batin.
2. Mereduksi antagonis emosional ibu.
3. Ibu belajar untuk saling menyayangi.
4. Awal kemesraan ibu dengan anak.
5. Katarsis agresi oral dan dasar keterampilan bicara anak.
6. Awal belajar pengendalian emosional.
7. Dapat memberikan perasaan tenang, aman dan nyaman bayi.
8. Awal pembelajaran interaksi social bayi (Harjono, 2013).

15
2.3.4 Manfaat ASI Bagi Keluarga
Menurut Harjono, (2013), ada beberapa manfaat ASI Bagi Keluarga Yaitu :
1. Mudah penyajiannya (praktis).
2. Hemat biaya, bernilai ekonomis.
3. Anak terlihat lebih sehat dan jarang sakit.
4. Komposisi nutrisinya sesuai dengan kebutuhan bayi.
5. Tidak mudah terkontaminasi.

2.4 Kandungan Nutrisi dan kandungan lain dalam ASI


2.4.1 Kandungan Nutrisi dalam ASI
Menurut (Nirwana, 2014), ada banyak Kandungan Hebat yang ada dalam
ASI yaitu :
1. LPUAs
ASI mengandung banyak gizi diantaranya adalah LPUAs (Long-Chain
Polyunsaturated Fatty Acid Sources). LPUAs sangat diperlukan oleh bayi karena
mengandung fungi mental, penglihatan dan perkembangan psikomotorik bayi.
2. Zat besi
Meskipun dalam ASI terdapat sedikit zat besi (0,5-1,0 mg/liter), namun bayi
yang menyusu ASI tidak akan kekurangan zat besi (anemia).
3. Mineral
ASI memang mengadung mineral lebih sedikit dibanding dengan susu sapi.
Bahkan susu sapi mengandung empat kali lebih banyak dari pada ASI.
4. Sodium
Ternyata jumlah sodium pada ASI sangat cocok untuk bayi.
5. Kalsium, Fosfor dan Magnesium
Kalsium, fosfor dan magnesium pada susu botol atau formula memang lebih
banyak dibanding yang terdapat pada ASI.
6. Taurin
Taurin adalah membantu perkembangan mata si kecil.

16
7. Lactobacillus
Lactobacillus dalam ASI berfungsi sebagai penghambat pertumbuhan
mikroorganisme seperti bakteri E.Coli yang sering menyebabkan diare pada bayi.
8. Mengandung Air
Sebagian besar ASI mengandung air. Untuk itu, jika ibu ingin ASI-nya
selalu produktif maka ia harus sering minum air putih.
9. ASI mengandung antibodi
ASI mengandung antibodi adalah antibodi yang berasal dari tubuh seorang
ibu yang menyusui. Antibodi tersebut akan membantu bayi menjadi tahan
terhadap penyakit, selain itu juga dapat meningkatkan kekebalan tubuh bayi.
10. ASI mengandung Kolostrum
Kolostrum adalah cairan yang keluar dari payudara seorang ibu yang baru
saja melahirkan. Kolostrum banyak mengandung immunoglobulin IgA yang baik
untuk pertahanan tubuh bayi melawan penyakit.
11. Sel Makrofag
Sel Makrofag dalam ASI merupakan sel fagosit aktif sehingga dapat
menghambat multiplikasi bakteri pada infeksi usus.
12. Sel Neutrofil
Sel Neutrofil dapat ditemukan dalam ASI, fungsinya adalah sebagai alat
transportasi IgA ke bayi. Sel neutrophil adalah sel yang teraktivasi. Peran
neutrophil ASI pada pertahanan bayi tidak banyak, respon kemataktiknya rendah.
diperkirakan perannya adalah pada pertahanan jaringan payudara ibu agar tidak
terjadi infeksi pada permulaan laktasi.
13. Lisozim
Lisozim diproduksi makrofag, neutrophil dan epitel payudara melisiskan
dinding sel bakteri. kadar lisozim dalam ASI 0,1 mg/ml yang bertahan sampai
tahun kedua laktasi, bahkan sampai penyapihan.
14. Laktoferin
Laktoferin yang diproduksi makrofag, neutrofil dan epitel kelenjar payudara
bersifat bakteriostatik, dapat menghambat pertumbuhan bakteri.

17
15. Protein
Protein dalam ASI dapat mengikat vitamin B12 sehingga dapat mengontrol
flosa usus secara kompetitif.
16. Antioksidan dalam ASI
Betakaroten dan tokoferol merupakan salah satu factor anti inflamasi dalam
ASI. ASI mengandung factor pertumbuhan epitel yang merangsang maturasi
hambatan (barrier) gastrointestinal sehingga bias menghambat penetrasi
mikroorganisme maupun makromolekul.
17. Antistafilikok
Antistafilikok adalah salah satu bentuk ketahanan terhadap infeksi
stafilokokus. Antistafilikok yang menyerupai ganglisoid dapat menghambat
E.Coli dan mengikat toksin kolera dan endotoksin yang menyebabkan diare.
18. Limfosit T
Sel limfosit T merupakan 80% dari sel limfosit yang terdapat dalam ASI
dan mempunyai fenotip CD4 dan CD8 dalam jumlah yang sama.
19. Sel limfosit B di lamina Propria payudara
Sel limfosit B akan memproduksi IgA1 yang disekresi berupa sIgA1.
Komponen secret pada sIgA berfungsi untuk melindungi molekul IgA dari enzim
proteolitik seperti tripsin, pepsin dan pH setempat sehingga tidak mengalami
degradasi.
20. Kadar sIgA
Kadar sIgA (Secretory immunoglobulin A) dalam ASI berkisar antara 5,0-
7,5 mg/dl.
21. SIgA
SigA (Secretory immunoglobulin A) dalam ASI mengandung aktivitas
antibody terhadap virus polio, rotavirus, echo, influenza, haemophilus, influenza,
virusrespiratori sinsisial (RSV), streptococcus pnemoniae, antigen O, E.coli,
klebsiela, shigeka, salmonella, kampilobakter, enteterotoksin, yang di keluarkan
oleh vibrio cholera, E.coli serta giardia lamblia juga terdapat protein makanan
seperti susu sapi dan kedelai (tergantung pada jajanan ibunya). Oleh karena itu,

18
ASI dapat mengurangi morbilitas infeksi saluran cerna dan saluran pernafasan
bagian atas.
22. Imunoglobulin
Immunoglobulin ASI tidak diabsorpsi bayi tetapi berperan memperkuat
sistim imun local usus.
23. Imunoglobulin A (IgA)
Zat ini melindungi bayi dari serangan infeksi.
24. Gangfliosida (GA)
Berperan dalam pembentukan memori dan fungsi otak besar serta berbagai
alat konektivitas sel otak bayi.
25. Lemak
Lemak merupak sumber kalori atau energy terutama yang terdapat dalam
ASI, juga untuk Perkembangan jaringan sel, otak, retina, dan susunan saraf.
26. Vitamin dan Mineral
ASI banyak mengandung vitamin dan mineral yang dibutuhkan oleh bayi.
Zat mikro penting itu di antaranya adalah vitamin A, C, D dan K. Adapun vitamin
D akan membantu bayi menggunakan kalsium dari ASI untuk tumbuh kembang
tulang. Vitamin K diperlukan untuk proses pembekuan darah.
27. Komplemen
Komplemen C3 dapat di aktifkan oleh bakteri melalui jalur alternative
sehingga terjadi lisis bakteri. Di samping itu C3 aktif juga mempunyai sifat
opsinisasi sehingga memudahkan fagosit mengeliminasi mikroorganisme pada
mukosa usus yang terkait dengan C3 aktif.

2.4.2 Kandungan Lain Dalam ASI


Menurut Nirwana, (2014) Ada Beberapa Kandungan Lain Dalam ASI
Yaitu:
1. Memperbaiki tekana darah
2. Terbukti secara ilmiah mencegah berbagai penyakit
3. Anak akan lebih bias cepat berjalan
4. Menurunkan berat badan sang ibu
5. ASI selalu siap sedia

19
6. Menyusui sebagai alat kontrasepsi
7. Mencegah pendarahan
8. Hemat biaya
9. Menghambat diabetes militus tipe 1
10. Aktivitas antibody terhadap bakteri anteral
11. Pencegah alergi
12. Pencegah virus HIV AIDS
13. ASI lebih higenis disbanding dengan susu formula
14. ASI selalu segar dan tidak akan basi.
2.4.3 Komposisi ASI
Menurut Werdayanti, 2015. Terdapat beberapa kompisisi ASI Ialah :
1. Karbohidrat
2. Protein
3. Lemak
4. Vitamin
5. Mineral
6. Enzim

2.5 Masalah-masalah yang Berkaitan dengan Menyusui


2.5.1 Bayi dengan Bingung Puting
Faktor-faktor penyebab bingung puting ialah menyusui bergantian dengan
minum botol. Tanda-tanda bayi dengan bingung puting ialah bayi menolak
menyusu dari ibu dengan ritme waktu menyusu terputus-putus (Harjono, 2013).
2.5.2 Bayi Enggan Menyusui
Faktor-faktor enggan menyusu pada bayi ialah bayi sedang sakit, seperti
sakit sariawan, bayi bingung puting, bayi telah diberi minuman lain (ASI
Pengganti), teknik menyusui yang salah, ASI yang kurang lancar atau terlalu
deras (Harjono, 2013).
2.5.3 Mastitis
Mastitis ialah peradangan payudara yang dapat disertai atau tidak disertai
infeksi. Penyebab utama mastitis ialah statis (terhenti) ASI dan infeksi sehingga

20
ASI terasa asin akibat kadar natrium dan klorida yang tinggi dan merangsang
penurunan aliran ASI. Ibu harus tetap menyusui. Antibiotik (resinten-penisilin)
diberikan bila ibu mengalami mastitis infeksius (Harjono, 2013).
2.5.4 Cacar Air (virus varisela zoster)
Kebanyakan ibu dan pekerja rumah sakit pernah menderita cacar air dan
tidak beresiko. Ketika ibu mengidap cacar air beberapa hari sebelum kelahiran
bayi, bayi menjadi beresiko karena antibodi ibu yang memberikan kekebalan pada
bayi belum mempunyai kesempatan untuk berkembang (Harjono, 2013).
2.5.5 Terhambat Produksi ASI
Menurut Harjono (2013), Produksi ASI yang rendah akibat dari :
1. Kurang sering menyusui atau memerah payudara
2. Apabila bayi tidak bisa mengisap ASI secara efektif, antara lain akibat
struktur mulut dan rahang yang kurang baik atau tehnik perlekatan yang
salah
3. Kelainan endokrin ibu (jarang terjadi)
4. Jaringan payudara hipoplastik
5. Kelainan metabolisme atau pencernaan bayi, sehingga tidak dapat mencerna
ASI
6. Kurangnya gizi ibu
2.5.6 Faktor Yang Mempengaruhi Produksi ASI
Faktor-Faktor yang berhubungan dengan produksi ASI yaitu faktor
makanan dimana kebutuhan kalori ibu perhari harus terdiri dari 60-70%
karbohidrat, 10-20% protein, dan 20-30% lemak. Kalori ini didapat dari makanan
yang dikonsumsi ibu dalam sehari (Mitrami. 2017).
Faktor Psikis dimana masa nifas merupakan salah satu fase yang
memerlukan adaptasi psikologis. Perubahan peran seorang ibu memerlukan
adaptasi yang harus dijalani. Tanggungjawab bertambah dengan adanya bayi yang
baru lahir. Dorongan dan perhatian anggota keluarga lainnya merupakan dorongan
positif untuk ibu (Mitrami. 2017).

21
2.5.7 Masalah Yang Timbul Jika Ibu tidak Memberikan ASI
Masalah pada bayi yaitu bayi yang sering menangis hal ini disebabkan
karena ASI kurang dan bayi merasa tidak puas, bayi bingung putting (nipple
confusion) adalah suatu keadaan yang terjadi karena bayi mendapat susu formula
dalam botol berganti-ganti dengan menyusu pada ibu, bayi sakit hal ini jelas akan
menghambat proses pemberian ASI pada bayi karena dalam keadaan sakit bayi
akan malas menyusu sehingga kebutuhan nutrisinya akan berkurang dan ibu akan
mengalami kesulitan dalam memberikan ASI sesuai keinginan bayi (Ayu, F.
2013).

2.6 Cara menyusui pada bayi


2.6.1 Cara menyusui bayi
Teknik menyusui yang baik dan benar adalah apabila areola sedapat
mungkin semuanya masuk ke dalam mulut bayi, tetapi hal ini tidak mungkin
dilakukan pada ibu yang kadang payudaranya besar. Untuk ini, maka sudah cukup
bila rahang bayi supaya menekan tempat penampungan air susu (sinus laktiferus)
yang terletak dipuncak areola di belakang puting susu. Teknik salah, yaitu apabila
bayi menghisap pada puting saja, karena bayi hanya dapat menghisap susu sedikit
dan pihak ibu akan timbul lecet-lecet pada puting susu (Kristiyanasari, 2009).
Puting susu yang lecet juga disebabkan oleh moniliasis (infeksi yang disebabkan
oleh monilia yang disebut candida) pada mulut bayi yang menular pada puting
susu, iritasi akibat membersihkan puting dengan sabun, lotion, krim, alkohol, bayi
dengan tali lidah pendek (frenulum  lingue) sehingga sulit menghisap sampai areola
dan hanya sampai puting, dan cara menghentikan menyusu  kurang  hati-hati (Nikke
Yulitama 2011).
Teknik menyusui yang tidak benar dapat mengakibatkan puting susu
menjadi lecet, ASI tidak keluar optimal sehingga mempengaruhi produksi ASI
selanjutnya atau bayi enggan menyusu. Untuk itu, seorang ibu butuh seseorang
yang dapat membimbingnya dalam merawat bayi termasuk dalam menyusui.
Orang yang dapat membantunya adalah orang yang berpengaruh besar dalam
kehidupannya atau yang disegani, seperti suami, keluarga/kerabat terdekat dan

22
perlu dibina kelompok pendukung ASI di lingkungan masyarakat yang dapat
menjadi sarana pendukung ibu agar dapat menyusui bayinya dengan baik dan di
bantu oleh tenaga kesehatan, serta diperlukan pengetahuan mengenai teknik-
teknik yang benar (Nikke Yulitama, 2011). Dalam menyusui usahakan sebagian
besar areola dapat masuk ke mulut bayi, sehingga puting susu berada dibawah
langit-langit dan lidah bayi akan menekan ASI keluar dari tempat penampungan
ASI yang terletak di bawah areola (Kristiyanasari, 2009 : 44). Oleh karena itu,
agar laktasi berjalan baik diperlukan manajemen yang baik dalam laktasi, meliputi
parawatan payudara, praktek menyusui yang benar, serta dikenalinya masalah
dalam laktasi dan penatalaksanaannya (Nikke Yulitama, 2011).
2.6.2 Posisi Menyusui
1. Posisi Dekapan
Posisi klasik dan telah menjadi kegemaran kebanyakan para ibu, posisi ini
membolehkan perut bayi dan perut ibu bertemu supaya tidak perlu memutar
kepalanya untuk menyusu. Kepala bayi berada di dalam dekapan, sokong kepala
badan dan punggung bayi serta lengan bayi perlu berada di bagian sisinya
(Saryono, 2008).
2. Posisi Football hold
Posisi ini sangat sesuai jika baru pulih dari pembedahan caesar, memiliki
payudara yang besar, menyusui bayi prematur atau bayi yang kecil ukurannya
atau menyusui anak kembar pada waktu yang bersamaan. Sokong kepala bayi
dengan tangan, menggunakan bantal untuk menyokong belakang badan ibu
(Saryono, 2008).
3. Posisi Berbaring
Posisi ini apabila ibu dan bayi merasa letih. Jika baru pulih dari pembedahan
caesar ini mungkin satu-satunya posisi yang biasa dicoba pada beberapa hari
pertama. Sokong kepala ibu dengan lengan dan sokong bayi dengan lengan atas
(Saryono, 2008).

23
2.6.3 Langkah-langkah menyusui yang benar
Menurut Saryono (2008), ada beberapa langkah menyusui dengan benar
Yaitu:
1. Menjelaskan maksud dan tujuan pendkes.
2. Cuci tangan sebelum menyusui dan mengajari ibu.
3. Ibu duduk atau berbaring dengan santai (bila duduk lebih baik
menggunakan kursi yang rendah agar kaki ibu menggantung dan punggung
ibu bersandar pada sandaran kursi).
4. Mempersilahkan dan membantu ibu membuka pakaian bagian atas.
5. Sebelum menyusui ASI dikeluarkan sedikit, kemudian dioleskan pada
putting dan sekitar areola payudara (cara ini mempunyai manfaat sebagai
desinfektan dan menjaga kelembaban puting susu).
6. Mengajari ibu untuk meletakkan bayi pada satu lengan, kepala bayi berada
pada lengkung siku ibu dan bokong bayi berada pada lengan bawah ibu.
7. Mengajari  ibu untuk menempelkan perut bayi pada perut ibu dengan
meletakkan satu tangan bayi di belakang badan ibu dan yang satu di depan,
kepala bayi menghadap payudara.
8. Mengajari  ibu untuk memposisikan bayi dengan telinga dan lengan pada
garis lurus.
9. Mengajari ibu untuk memegang payudara dengan ibu jari diatas dan jari
yang lain menopang dibawah serta jangan menekan puting susu dan
areolanya.
2.6.4 Hal yang harus di perhatikan dalam memberikan konseling menyusui
1. Persiapan mental dan fisik. Ibu yang akan menyusui harus dalam keadaan
tenang, tidak tergesa-gesa, takut atau malu jika payudaranya keluar.
2. Minum segelas air sebelum menyusui merupakan salah satu cara untuk
membuat ibu merasa tenang.
3. Hindari menyusui dalam keadaan haus dan lapar.
4. Perhatikan pula kebersihan dan higenis saat menyusui bayi. Bersihkan putting
dan hindarkan dari bau-bauan yang tajam yang dapat membuat pusing bayi
anda.

24
5. Sebelum menyusui sebaiknya mencari tempat duduk atau kursi yang nyaman
dengan sandaran punggung dan tangan serta bantalan untuk menopang tangan
saat menggendong bayi.
6. Waktu menyusui yang paling tepat ialah saat bayi telah selesai dimandikan,
karena dalam kondisi ini bayi merasa segar dan akan meminum susu lebih
banyak.
7. Berikan belaian dan dekapan pada bayi, karena ini memberikan efek psikologis
yang baik bagi bayi, seperti bayi akan merasakan kasih sayang, aman dan
tenang.
8. Setelah selesai, oleskan ASI seperti awal menyusui dan biarkan kering oleh
udara sebelum memakai BH untuk mencegah lecet (Harjono, 2013).
2.6.5 Anatomi Payudara
Payudara terletak di fascia superficialis yang meliputi dinding anterior
dada dan meluas dari pinggir lateral sternum sampai linea axillaris media, dan
pinggir lateral atas payudara meluas sampai sekitar pinggir bawah musculus
pectoralis major dan masuk ke axilla. Pada wanita dewasa muda payudara terletak
di atas costa II–IV (Price,2012). Secara umum payudara dibagi atas korpus, areola
dan puting. Korpus adalah bagian yang membesar. Di dalamnya terdapat alveolus
(penghasil ASI), lobulus, dan lobus. Areola merupakan bagian yang kecokelatan
atau kehitaman di sekitar puting. Tuberkel–tuberkel Montgomery adalah kelenjar
sebasea pada permukaan areola (Price, 2012).
Puting (papilla mammaria) merupakan bagian yang menonjol dan
berpigmen di puncak payudara dan tempat keluarnya ASI. Puting mempunyai
perforasi pada ujungnya dengan beberapa lubang kecil, yaitu apertura duktus
laktiferosa (Price, 2012). Suplai arteri ke payudara berasal dari arteri mammaria
internal, yang merupakan cabang arteri subklavia. Konstribusi tambahan berasal
dari cabang arteri aksilari toraks. Darah dialirkan dari payudara melalui vena
dalam dan vena supervisial yang menuju vena kava superior sedangkan aliran
limfatik dari bagian sentral kelenjar mammae, kulit, putting, dan areola adalah
melalui sisi lateral menuju aksila. Dengan demikian, limfe dari payudara mengalir
melalui nodus limfe aksilar (Price, 2012).

25
Gambar 1. Anatomi Payudara

Sumber : Trial sight medical media, 2008

2.7 Tinjauan Umum tentang Pepaya


2.7.1 Definisi Pepaya
Pepaya merupakan salah satu tanaman buah yang memiliki berbagai fungsi dan
manfaat. Sebagai buah segar, pepaya banyak dipilih konsumen karena memiliki rasa
yang segar, kandungan nutrisi yang baik, juga harga yang relatif terjangkau
dibandingkan buah lainnya. Sebagai bahan baku industry, pepaya adalah penghasil
papain, dimana permintaan papain cukup tinggi untuk dalam negeri maupun eksport
(Uut, 2016).
Pepaya merupakan salah satu buah tropis yang kaya dengan antioksidan, antara
lain vitamin C dan beta-karoten yang merupakan penawar kuat terhadap senyawa
oksigen reaktif (ROS) dan berkemampuan menstimulasi kemampuan tubuh untuk
mengubah substansi toksik menjadi senyawa yang tidak berbahaya. Pada lesi
aterosklerotik, antioksidan dapat menghambat oksidasi kolestrol LDL dan stres
oksidatif sehingga mengurangi terjadinya disfungsi endotel pembuluh darah (Hendra,
2014).
Pepaya sebagai salah satu buah yang mengandung laktogogum merupakan
buah tropis yang dikenal dengan sebutan caricapapaya. Buah pepaya juga
merupakan salah satu jenis buah yang memiliki kandungan nutrisi tinggi dan kaya
akan manfaat bagi kesehatan. Penanaman pepaya membutuhkan suhu rendah untuk
menopang pertumbuhan sehingga sangat cocok ditanam di daerah tropis. Oleh karena

26
itu, menjadi hal yang wajar bila populasi pohon pepaya sangat banyak dan mudah
ditemukan di Negara kita. Masyarakat bisa mendapatkan buah pepaya untuk
konsumsi sehari-hari dengan mudah (Sri banun, 2015). Selain itu, Buah Pepaya
merupakan buah yang mengandung laktogogum merupakan zat yang dapat
meningkatkan dan melancarkan produksi ASI. Dengan Memiliki Kandungan :
Tabel 2. Kandungan Buah Pepaya
Phytoconstituents Bagian Tanaman Pepaya
Papain dan Chymopapain,
Enzim Glutamin, cyclotransferase, Pepaya Mentah (Getah)
peptidase A dan B dan Lisozim
Betakaroten, sitosantin,
Karontenoid violasantin, zeasantin, polifenol Buah
dan seteroid
Karpinin,
karpaina,pseudokarpaina, Daun, bagian batang yang
Alkaloid
vitamin C dan E, kolin, dalam
karposida
4-terpional, linalol, linalol
Monoterpenoid Buah
oksida
Flavonoid Kurcetin, miricetin, kaemferol Daun, buah
Kalsium, potasium, magnesium,
Mineral Daun
besi, tembaga, mangan
Tiamin, riboflavin, niacin, asam
Vitamin Biji
askorbat, alfa tokoferol
Benzil isothiocynate,
benylthiourea, betasitosterol,
Glukosinolat Akar
minyak pepaya, karicin dan
enzim myrosin
Sumber : Tohir (2010)
2.7.2 Pepaya California
Tanaman pepaya varietas California merupakan salah satu jenis pepaya yang
sedang di gandrungi dan mulai banyak di kebun para petani pada saat ini karena
sangat menjanjikan keuntungan. Pepaya California ini memiliki sifat dan keunggulan
tersendiri yaitu buahnya tidak terlalu besar dengan bobot 0,8–1,5 kg/buah, berkulit
hijau tebal dan mulus, berbentuk lonjong, buah matang berwarna kuning, rasanya
manis, daging buah kenyal dan tebal (Uut. 2016).

27
Varietas pepaya California ini termasuk jenis unggul dan beumur genjah,
potong/batangnya antique kerdil/lebih pendek dibanding jenis pepaya lain, tinggi
tanaman sekitar 1,5-2 meter dan sudah bisa dipanen setelah berumur 8-9 bulan.
Pohonnya dapat berbuah hingga berumur mencapai 4 tahun. Dalam satu bulan bisa
dipanen sampai 4 kali. Sekali panen setiap pohon pepaya California dapat
menghasilkan 2 hingga 3 buah dengan sekali panen setiap minggu bisa mencapai
berkisar 1,9 hingga 3,6 ton perhektar (Uut. U. Putri, 2016). Diskripsi Tanaman
pepaya (Carica papaya L) termasuk kedalam Divisi spermatophyte, sub Divisi
angiospermae, klas Monocotyledoneae, Famili Caricaceae, Ordo Violales, Genus
Carica, dan species Carica Papaya L (Uut. U. Putri, 2016).
2.7.3 Karakteristik Pepaya California
Menurut Anton (2011), pepaya california merupakan hasil pemuliaan
tanaman dari pusat kajian buah-buahan tropika Institut Pertanian Bogor (PKBT-
IPB), dengan nama IPB-9 atau calina. Pepaya ini berukuran kecil berbentuk
lonjong dengan bobot rata-rata 1,3 kg per buah. Tanaman pepaya california dapat
tumbuh subur sepanjang tahun (tanpa mengenal musim) di Indonesia.
Tanaman pepaya california mempunyai ukuran lebih pendek dibanding
jenis pepaya lain. Ukuran paling tinggi lebih kurang 2 meter. Daunnya berjari
banyak dan memiliki kuncup di permukaan pangkalnya. Buahnya berkulit tebal
dan permukaannya rata, dagingnya kenyal, tebal, dan manis rasanya. Daging buah
pepaya california berwarna jingga kemerahan. Kandungan padatan terlarut total
daging buah pepaya california adalah 10-11 brix. Pepaya california berbunga
pada umur 4 bulan setelah bibit dipindahkan ke lahan. Buahnya dapat dipanen
pada umur 180 hari setelah berbunga. Secara fisik, tanaman pepaya california
mempunyai ciri, yaitu di pangkal helai daun terdapat daun bendera yang berdiri.
Uniknya, tanaman ini memiliki ukuran buah yang seragam (Muktiani, 2011).
2.7.4 Perbedaan Pepaya California dengan Pepaya Lokal
1. Pepaya California
Pepaya california yaitu komoditi yang bernilai ekonomi tinggi dan
primadona diantara jenis pepaya lain di pasaran, terutama
supermarket/hypermarket. Pepaya yang mempunyai wujud buah lebih kecil serta

28
lebih lonjong ini datang dari amerika sedang serta tempat karibia. Pepaya
california bisa tumbuh subur sepanjang tahun (tanpa mengetahui musim) di
Indonesia, pohon pepaya california lebih pendek di banding jenis pepaya lain,
sangat tinggi kurang lebih 2 meter. Daunnya berjari banyak serta mempunyai
kuncung di permukaan pangkalnya, buahnya berkulit tebal serta permukaannya
rata, dagingnya kenyal, tebal, serta manis lebih terasa. bobotnya berkisar pada 600
gram s/d 2 kg (Muktiani, 2011).
2. Pepaya Lokal
Papaya Lokal atau juga disebut dengan pepaya gunung adalah pohon kecil
atau perdu yang tidak berkayu, serupa dengan pepaya biasa (Carica papaya),
namun memiliki cabang yang semakin banyak serta ukuran seluruh sisi tanaman
lebih kecil. tinggi rata-rata yaitu 1-2 meter. Bunga jantan mempunyai tangkai
yang panjang sampai 15 cm serta bunga betina berukuran semakin besar dengan
tangkai yang keras serta pendek buah pepaya gunung berupa bulat telur dengan
ukuran panjang 6-10 cm serta diameter 3-4 cm. Buah masak berupa telur
sungsang dengan ukuran 6-15 cm kali 3-8 cm, dagingnya keras, berwarna kuning-
jingga, terasa agak asam namun harum, di sekitar rongganya ada banyak sekali
biji yang terbungkus oleh sarkotesta yang putih serta berair, buah yang belum
masak mempunyai kulit yang berwarna hijau gelap serta dapat beralih jadi kuning
sesudah masak, biji buah berwarna hitam dengan jumlah yang banyak serta padat,
buahnya memiliki kandungan getah, serta getah ini dapat makin menyusut dengan
makin mendekati kematangan (Muktiani, 2011).

29
Tabel 3.Kandungan Gizi Pepaya California

Zat Gizi Buah Pepaya Masak Buah Pepaya Muda Daun Pepaya
Energi (kkal) 46 26 79
Protein (g) 0,6 2,1 8,0
Lemak (g) 0 0,1 2,0
Karbohidrat (g) 12,2 4,9 11,9
Kalsium (mg) 23 50 35,3
Fosfor (mg) 12 16 63
Besi (mg) 1,7 0,4 0,8
Vitamin A (SI) 365 50 18,250
Vitamin B1 (mg) 0,04 0,02 0,15
Vitamin C (mg) 78 19 140
Air (g) 86,7 92,3 75,4
Sumber : Anonim, (2010)

2.8 Manfaat Pepaya untuk ASI


Menurut Dayang Muaz (2006), ada beberapa manfaat pepaya untuk ASI Yaitu:
1. Mencegah dehidrasi
2. Menjaga kekebalan tubuh
3. Melancarkan proses pencernaan
4. Menambah nutrisi untuk pertumbuhan bayi
5. Menjaga kesehatan tulang
6. Mencegah asma
7. Menurunkan berat badan
8. Mencegah penyakit jantung
9. Mencegah stres
10. Memperbanyak ASI
Selain itu didapatkan bahwa air buah pepaya muda memberikan efek
meningkatkan jumlah dan diameter kelenjar mamae. Getah (lateks) dari buah
pepaya muda memiliki efek sama dengan oksitosin pada uterus. Hormon
prolaktin dan ocxytosin berperan dalam peningkatan produksi air susu. Prolaktin
berperan dalam sintesis air susu, sedangkan ocxytosin berperan merangsang
mioepitel disekitar alveolus untuk berkontraksi sehingga semprotan ASI dapat
diteruskan melalui duktus (Susilawati, 2017).

30
2.9 Penelitian Relevan
Tabel 4. Penelitian Relevan
Peneliti Judul Metode Hasil Perbedaan Persamaan
Lilin Pengaruh Desain Hasil : 57,14% Sampel Meggunakan
Turlina. Pemberian penelitian,eksp pada kelompok penelitian, metode yang
2015 Serbuk Daun eriment dengan control lokasi sama dan
Pepaya pendekatan pengeluaran ASI penelitian, dan variabel yang
terhadap Pra-eksperimen 3 hari setelah lebih ke akan di teliti
Kelancaran ASI (static-group- persalinan, dan Serbuk daun hampir sama.
Pada Ibu Nifas compariso). sebagian besar pepaya yang
di BPM Ny. atau 71.4% pada di teliti.
Hanik kelompok
Dasiyem, perlakuan
Amd.Keb Di pengeluaran ASI
Kedungpring di hari ke 2.
Kabupaten
Lamongan

Sri Banun, Pengaruh Buah Desain Hasil : Rata-rata Sampel Menggunakan


et, al. 2014 Pepaya penelitian, one frekuensi penelitian, metode yang
Terhadap group before menyusui adalah lokasi hampir sama.
Kelancaran and after 5,7 kali dengan penelitian, dan
produksi ASI intervention standar deviasi lebih ke
Pada Ibu design, atau 0,80131 dan pengaruh.
Menyusui Di pre and post setelah
Desa test. mengkonsumsi
Wonokerto buah pepaya
Wilayah rata-rata
Puskesmas frekuensi
Peterongan menyusui
Jombang mengalami
Tahun 2014 peningkatan
menjadi 9,75
kali dengan
standar deviasi
0,78640.

Yulfira, et Faktor-faktor Desain Hasil : Rata-rata Sampel Menggunakan


al. 2010 social budaya penelitian, ASI eksklusif penelitian, metode yang
yang melatar menggunakan menurun hampir lokasi hampir sama.
belakangi cross sectional 16% dari 65,1% penelitian, dan
pemberian ASI dengan menjadi 49,2%. lebih ke
Ekslusif pendekatan Faktor-faktor
kualitatif social budaya

Susilawati, Perbedaan Metode Hasil : dengan Sampel Menggunakan


et, al. 2017 Berat Badan penelitian uji t-test penelitian, metode yang
Pada Bayi Ibu yang independen di lokasi hampir sama.
Diberikan digunakan peroleh kenaikan penelitian, dan
Boiled Dari adalah desain berat badan rata- lebih ke berat
Buah Pepaya Quasi rata pada badan bayi
Experimental kelompok baru lahir

31
Non- perlakuan dan
Equivalent kelompok
Control Group kontrol yitu
Design 279,78 dan
179,36

Nita Hubungan Desain Dari hasil uji Sampel Menggunakan


Haeraty. Perawatan Penelitian Chi square penelitian, metode yang
2010 Payudara Yang di menunjukkan lokasi hampir sama.
Dengan gunakan yaitu bahwa nilai ρ : penelitian, dan
Produksi ASI Cross 0,04 dangan lebih ke
Pada Ibu Sectional taraf signifikansi hubungan
Nifas Di α: antara
RSUD Sinjai 0,05 yang berarti perawatan
nilai ρ < α, payudara
dengan demikian dengan
maka H0 ditolak produksi ASI
Sumber : Lilin Turlina. (2015) & Sri Banun, et, al. (2014) &Yulfira, et, al (2010) & Susilawati, et,
al.( 2017) & Nita Haeraty. (2010)

32
2.10 Kerangka Berpikir
1. Kerangka Teori
Kerangka teori merupakan suatu kerangka untuk menjawab pertanyaan
penelitian. Istilah “teori” disini menunjuk pada sumber penyusunan kerangka
dapat berupa teori yang ada, definisi konsep, atau dapat dari logika (Sumantri,
2014). Berdasarkan tinjauan teori yang telah di bahas sebelumnya, peneliti
merangkumnya dalam kerangka teori berikut ini :
Faktor Yang
Mempengaruhi produksi
Pemberian ASI :
Buah Pepaya - Makanan
- Keadaan Psikis dan
Emosi Ibu
Kandungan Gizi
Pepaya California
yaitulaktogogum yang Peningkatan
dapat meningkatkan Produksi ASI
produksi ASI

Manfaat Pepaya Untuk ASI :


- Mencegah Dehidrasi
- Menjaga Kekebalan Tubuh
- Melancarkan Pencernaan
- Menambah Nutrisi Untuk Bayi
- Menjaga Kesehatan Tulang
- Mencegah Asma
- Menurunkan Berat Badan
- Mencegah Penyakit Jantung
- Mencegah Stres
- Memperbanyak ASI
Gambar 2. Kerangka Teori
Sumber :Pery & Poter (2008), Uut P, (2016)

33
2. Kerangka Konsep
Kerangka konsep merupakan abstarksi yang terbentuk oleh generalisasi dari
hal-hal yang khusus. Oleh karena konsep merupakan abstrak, maka konsep tidak
dapat diamati atau diukur. Konsep hanya dapat diamati melaui konstruk atau yang
lebih dikenal dengan nama variabel. Jadi variabel adalah simbol atau lambang
yang menunjukkan nilai atau bilangan dari konsep (Notoatmodjo, 2014). Adapun
yang menjadi kerangka konsep dalam penelitian ini adalah Pemberian Buah
Pepaya sebagai variabel bebas dan Peningkatan Produksi ASI sebagai variabel
terikat.

Variabel Independent Variabel Dependent

Pemberian Buah Peningkatan


Pepaya Produksi ASI

Keterangan

: Variabel Independent

: Variabel Dependent

: Efektivitas

Gambar 3. Kerangka konsep

2.11 Hipotesis Penelitian


Hipotesis adalah dugaan sementara yang masih perlu di uji kebenarannya.
Selain itu hipotesis juga merupakan jawaban sementara dari rumusan masalah
penelitian yang masih perlu di uji kebenarannya melalui uji hipotesis atau atau
uji statistik (Swarjana, 2016)
Ho : tidak ada Efektivitas Pemberian Buah Pepaya Terhadap Peningkatan
Produksi ASI Pada Ibu Nifas Di Wilayah Kerja Puskesmas Limboto.
Ha : ada Efektivitas Pemberian Buah Pepaya Terhadap Peningkatan Produksi
ASI Pada Ibu Nifas Di Wilayah Kerja Puskesmas Limboto.

34
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Tempat dan Waktu Penelitian
Tempat penelitian yang dipilih yaitu Puskemas Limboto. Penelitian ini akan
dilaksanakan pada bulan September 2018.
3.2 Desain Penelitian
Desain penelitian yang akan digunakan yaitu quasi eksperimen dengan
desain pretest-posttest with control group design. Ciri penelitian ini adalah
pengelompokan anggota-anggota kelompok kontrol dan kelompok eksperimen.
Sebelum intervensi penelitian terlebih dahulu melakukan pengukuran Produksi
ASI pada responden (pre test). Setelah intervensi peneliti melakukan pengukuran
Produksi ASI pada responden (post test) pada kelompok eksperiment untuk
mengetahui perubahan Produksi ASI Pada Ibu Menyusui antara sebelum dan
sesudah pemberian buah Pepaya California (Sugiyono, 2014).

Pre Post

O1 X O2

O3 O4

Gambar 4. Desain penelitian

Keterangan :
O1 : Pre test kelompok eksperiment
O2 : Post test kelompok eksperiment
O3 : Pre test kelompok kontrol
O4 :Post test kelompok kontrol
X : Perlakuan yang diberikan Pepaya California
- : Kontrol yang tidak diberikan Pepaya California

35
3.3 Variabel Penelitian
Penelitian ini menggunakan dua variabel yang meliputi variabel independen
dan variabel dependen.Variabel independen adalah variabel yang menjadi sebab
perubahan atau timbulnya variabel dependen sedangkan variabel dependen adalah
variabel yang dipengaruhi atau menjadi akibat karena variabel bebas
(Sugiono,2012).
Variabel independen dalam penelitian ini adalah pemberian Buah Pepaya.
sedangkan variabel dependen dalam penelitian ini adalah Peningkatan Produksi
ASI. Selanjutnya variabel penelitian tersebut akan didefinisikan oleh peneliti
melalui definisi operasional sebagaimana dijelaskan pada tabel berikut ini:
3.3.1 Tabel Definisi Operasional
Definisi
Variabel Parameter Alat ukur Skala Kategori
operasional
Variabel Pepaya merupakan Buah Pepaya 1. Observasi Nominal - Ya : Jika
independen salah satu tanaman di konsumsi 2. Timbangan diberikan
buah yang 450 gr perhari buah (Fruit buah pepaya
Pemberian memiliki dan selama 3 chale) california
Buah Pepaya kandungan nutrisi hari, di - Tidak : Jika
California yang baik serta konsumsi pada Tidak
mengandung zat saat pagi, diberikan
laktogogum yang siang, dan buah pepaya
dapat malam hari. california
meningkatkan
produksi ASI.
Variabel ASI adalah susu - Nilai 1. Gelas Rasio - Meningkat
Dependen yang diproduksi normal Ukur Jika ≥ 30
seorang ibu untuk ASI hari cc
Peningkatan konsumsi bayi ke 4 : 30 - Tidak
Produksi ASI dan merupakan cc/ml meningkat
sumber gizi utama Jika ≤ 30
bayi yang belum cc
bisa mencerna
makanan padat

36
3.4 Populasi dan Sampel
3.4.1 Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau subjek
yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti
untuk dipelajari yang kemudian ditarik kesimpulannya (Hidayat, 2010). Adapun
populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pasien Post Partum di Wilayah Kerja
Puskesmas Limboto pada bulan Mei-Juni 2018 yang berjumlah 152 jiwa.
3.4.2 Sampel
Sampel merupakan sebagian populasi yang akan diteliti atau sebagian
jumlah dari karakteristik yang dimiliki oleh populasi (Notoadmojo, 2012).
Adapun pengambilan sampel dalam penelitian ini yaitu menggunakan
purposive sampling, yaitu tehnik penentuan sampel dengan pertimbangan atau
kriteria-kriteria tertentu. dimana menentukan pengambilan sampel dengan cara
menetapkan ciri-ciri khusus yang sesuai dengan tujuan penelitian sehingga
diharapkan dapat menjawab permasalahan penelitian. (Sugiono, 2012).
Pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan rumus Arikunto,
(2013) sebagai berikut :
n = 20 % x N
Keterangan :
n: Besar Sampel
N: Besar Populasi
Rumus tersebut berdasarkan pernyataan jika jumlah subjek kurang dari 100,
maka lebih baik diambil semua, sedangan jika jumlah subjeknya lebih besar dapat
diambil antara 15-20 % Arikunto, (2013).
Penghitungan sampel menggunakan rumus tersebut adalah :
n = 20 % x N
n = 0,2 x 152
n = 30,4 (di bulatkan menjadi 30).
Dari rumus di atas diperoleh sampel dengan jumlah 30 orang ibu nifas.

37
3.4.3 Tehnik Pengambilan Sampel
Tehnik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah menggunakan
purposive sampling, yaitu tehnik penentuan sampel dengan pertimbangan atau
kriteria-kriteria tertentu. Dengan kriteria inklusi dan ekslusi.
Kriteria Inklusi :
1. Ibu Menyusui Yang bersedia menjadi responden
2. Ibu Menyusui tidak mengkonsumsi obat memperlancar ASI
3. Bayi tidak di berikan susu formula ketika penelitian
4. Ibu menyusui yang belum menkonsumsi buah pepaya
5. Ibu menyusui yang tidak alergi terhadap pepaya
6. Ibu menyusui di hari ke - 4
Kriteria Ekslusi :
1. Ibu yang memiliki putting dan payudara tidak normal (Tidak ada puting
susu, Ca Mamae, Mastitis, abses, dll)
2. Ibu yang menderita kelainan psikologis (post partum blues, depresi post
partum, baby blues, dll)
3. Ibu yang memakai alat kontrasepsi hormonal berisi kontrasepsi

3.5 Tehnik Pengumpulan Data


3.5.1 Data primer
Data primer adalah data utama yang diperoleh peneliti dengan cara
observasi langsung ke pasien.
3.5.2 Data sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh peneliti melalui data yang
peneliti ambil di Puskesmas Limboto.

3.6 Instrumen Penelitian


Instrumen penelitian adalah alat-alat yang akan digunakan untuk
pengumpulan data (Notoatmodjo, 2012). Penelitian ini menggunakan lembar
identitas responden, dan lembar observasi. Lembar identitas responden digunakan
untuk mencatat data identitas responden meliputi : inisial nama, umur, alamat,
untuk menggambarkan karakteristik responden. Lembar observasi digunakan

38
untuk mengukur peningkatan produksi ASI pre dan post intervensi. Pada lembar
observasi terdiri dari : Tanggal, nama, umur, pendidikan, pekerjaan, paritas, Usia
Kehamilan saat melahirkan, tinggi badan, berat badan. Intervensi pemberian buah
pepaya dilakukan langsung oleh peneliti sendiri pada setiap ibu nifas hari ke
empat. Sebelum dan setelah intervensi, peneliti akan melakukan pengukuran
volume ASI dengan melihat Frekuensi menyusui menggunakan gelas ukur,
sebelum dan setelah diberikannya buah pepaya California, Sedangkan untuk
kelompok kontrol pengukuran volume ASI dilakukan pada saat sebelum dan
setelah tiga hari tetapi tidak diberikan buah pepaya California.
Kemudian melihat apakah ada peningkatan frekuensi menyusui pada saat
sebelum dan setelah di berikannnya intervensi. Hasil dari peningkatan produksi
ASI pre dan post intervensi disajikan dalam bentuk lembar observasi.
Alat dan bahan yang digunakan peneliti untuk melakukan pemberian buah
pepaya California yaitu dengan menggunakan timbangan buah (fruit scale) dan
untuk mengukur volume ASI menggunakan gelas ukur. Pemberian Buah Pepaya
California diberikan pada saat pagi, siang, dan malam hari, dengan tingkat
kematangan 75 % dengan ukuran kadar pepaya 450 gr, selama 3 hari dengan
setiap pemberian ukuranya sebanyak 150 gram.

Tabel. 5. Ukuran Kadar Pepaya

Waktu/hari Gr Pemberian
Pagi 150 1 kali

Siang 150 1 kali

Malam 1 kali
150

1 x 24 jam = 1 hari 450 3 kali pemberian


Isi Piringku (Kemenkes RI, 2018)

3.7 Tehnik Pengolahan Data


Penyusunan data diperlukan untuk memudahkan penilaian dan pengecekan
apakah data untuk penelitian sudah lengkap. Data yang sudah terkumpul
selanjutnya di susun untuk memudahkan pengolahan data.

39
1. Editing
Editing adalah upaya untuk memeriksa kembali kebenaran data yang
diperoleh atau dikumpulkan. Editing dapat dilakukan pada tahap pengumpulan
data atau setelah data terkumpul.
2. Coding
Setelah data masuk, setiap jawaban dikonfersi kedalam angka-angka dan
diberikan simbol-simbol tertentu untuk setiap jawaban sehingga memudahkan
dalam pengolahan data selanjutnya.
3. Entry data
Data entry adalah kegiatan untuk memasukan data yang telah di kumpulkan
kedalam master tabel atau data base computer, kemudian membuat distribusi
frekuensi sederhana atau bisa juga membuat tabel kontigensi.
4. Cleaning data
Cleaning data merupakan kegiatan memeriksa kembali data yang sudah di
masukan, apakah ada kesalahan atau tidak. Kesalahan mungkin terjadi pada saat
memasukan data ke komputer.
5. Prosesing data
Proses pengolaan data di lakukan dengan cara memindahkan data dari
kuisioner ke paket program komputer pengolahan data statistik (saryono, 2011).

3.8 Tehnik Analisa Data


Dalam melakukan analisis, khususnya terhadap data penelitian akan
menggunakan ilmu statistic terapan yang disesuaikan dengan tujuan yang hendak
dianalisis. Apabila penelitiannya deskriptif maka akan menggunakan analisis
statistic deskriptif sedangkan untuk analisis analitik akan menggunakan statistic
inferensial (A.Muktaram, 2017).
3.8.1 Analisis Univariat
Analisis univariat digunakan untuk menjabarkan secara deskriptif
mengenai distribusi frekuensi dan proporsi masing-masing variabel yang diteliti,
baik variabel bebas maupun variabel terikat.

40
3.8.2 Analisis Bivariat
Analisis bivariat dilakukan terhadap dua variabel yang diduga
berhubungan atau berkorelasi. Analisis ini digunakan untuk menguji hipotesisi
dengan menentukan hubungan variabel bebas dan variabel terikat.
Uji statistik yang digunakan dalam penelitian ini yaitu uji chi square.
Untuk menguji skala data nominal maka menggunakan rumus turunan chi square
yakni korelasi phi selanjutnya untuk menganalisis pengaruh dilanjutkan dengan
analisis uji Paired T-test (Supardi, 2014).

berikut adalah rumusnya:

Korelasi Phi:

Uji Paired T-Test berikut:

3.9 Hipotesis Statistik


H0 : Dikatakan tidak bermakna jika mempunyai nilai p ≥ 0,05
Ha: Dikatakan bermakna jika mempunyai nilai p ≤ 0,05

3.9 Etika Penelitian


Penelitian kesehatan pada umumnya dan penelitian kesehatan masyarakat
pada khususnya menggunakan manusia sebagai objek yang diteliti di satu sisi, dan
sisi yang lain manusia sebagai peneliti atau yang melakukan penelitian. Hal ini
berarti bahwa ada hubungan timbal balik antara orang sebagai peneliti dan sebagai
yang diteliti.

41
Hubungan antara peneliti dengan yang diteliti adalah sebagai hubungan
antara mereka yang memerlukan informasi dan mereka yang memberi informasi.
Peneliti sebagai pihak yang memerlukan informasi, harus bisa menempatkan diri
lebih rendah dari pihak yang memberikan informasi atau responden.
Responden dalam hal ini mempunyai hak untuk tidak memberikan informasi
kepada peneliti. Oleh sebab itu untuk hak-hak mereka (responden) yang
memberikan informasi harus didahulukan. Sebagai perwujudan hak-hak
responden harus didahulukan, maka sebelum dilakukan pengambilan data kepada
responden terlebih dahulu meminta persetujuan (Inform Consent).
Apabila responden tidak bersedia diwawancarai atau memberikan informasi
adalah hak mereka, dan tidak dilanjutkan pengambilan data wawancara
(Notoadmodjo, 2012).
Secara rinci hak-hak dan kewajiban-kewajiban peneliti dan yang diteliti
(informan) menurut Notoadmodjo (2012) adalah sebagai berikut :
1. Hak dan kewajiban responden
a) Hak responden :
a. Hak untuk dihargai Privacy-nya
b. Hak untuk merahasiakan informaasi yang diberikan
c. Hak memperoleh jaminan keamanan atau keselamatan akibat dari informasi
yang diberikan
d. Hak memperoleh imbalan atau kompensasi
b) Kewajiban responden :
Setelah adanya Inform Consent dari responden sudah mempunyai
keterikatan dengan peneliti berupa kewajiban responden untuk memberikan
informasi yang diperlukan peneliti. Tetapi selama belum ada Inform Consent,
responden tidak ada kewajiban apapun terhadap peneliti.

2. Hak dan kewajiban peneliti :


a) Hak peneliti :
Bila responden bersedia diminta informasinya, peneliti mempunyai hak
memperoleh informasi yang diperlukan sejujur-jujurnya dan selengkap-

42
lengkapnya dari responden. Apabila hak ini tidak diterima dari responden, dalam
arti responden menyembunyikan informasi yang diperlukan, maka responden
perlu diingatkan kembali terhadap Inform Consent yang telah diberikan.
b) Kewajiban peneliti :
a. Menjang Privacy responden
b. Menjaga kerahasiaan responden
c. Memberi kompensasi

43
BAB IV
HASIL PENELITIAN
4.1 Hasil Penelitian
4.1.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian
Puskesmas Limboto adalah salah satu puskesmas yang berada di wilayah
Kabupaten Gorontalo yang pada awalnya Puskesmas ini bernama Puskesmas
Limboto yang berkedudukan di kecamatan Limboto Barat. Setelah Puskesmas
Limboto yang berkedudukan di Limboto Barat mengalami proses pemekaran
maka, wilayahnya dibagi 2 yaitu wilayah Limboto bagian barat adalah Puskesmas
Limboto Barat, sedangkan bagian timur adalah Puskesmas Limboto.
Kecamatan limboto merupakan salah satu dari 21 kecamatan yang ada di
Kabupaten Gorontalo, kecamatan ini merupakan ibukota Kabupaten Gorontalo.
Kecamatan terlentak: 0,300 lintang utara, 1,00 lintang selatan, 1210 bujur timur,
123,3 0 bujur barat kecamatan dengan luas wilayah 127,92 km2 ini berbatasan
dengan kabupaten Gorontalo Utara disebelah utara, kecamatan Telaga Biru di
sebelah timur, Batudaa di sebelah selatan serta kecamatan Limboto Barat di
sebelah barat.
Wilayah kecamatan Limboto memiliki 2 buah Rumah Sakit yaitu RSUD
Kabupaten Dr. MM Dunda dan RSU Provinsi DR. Hasri Ainun Habibie, serta
beberapa tempat praktek dokter umum. Untuk wilayah kerja Puskesmas Limboto
memiliki 14 kelurahan dengan 36 pos posyandu, terdapat 12 poskesdes/pustu dan
ada 67 kader tersebar diseluruh kelurahan.
Jenis-jenis pelayanan yang ada di Puskesmas Limboto antara lain:
1. Pelayanan umum
2. Pelayanan pemeriksaan laboratorium
3. Pelayanan pemeriksaan gigi dan mulut
4. Pelayanan Kia/KB
5. Pelayanan pada lansia
Puskesmas limboto memiliki program-program antara lain: promosi
kesehatan, kesehatan lingkungan, PPM (Pemberantasan Penyakit Menular),
imunisasi, campak dan diare, malaria, gizi, batra (obat-obatan tradisional), rabies,

44
kesehatan lansia, prolanis, kesehatan jiwa, penyakit tidak menular, kesehatan gigi
dan mulut, KIA/KB.
Sumber daya kesehatan merupakan unsur terpenting di dalam peningkatan
pembangunan kesehatan secara menyeluruh, sumber daya kesehatan terdiri dari
tenaga, sarana dan dana yang tersedia untuk pembangunan kesehatan. Tahun 2016
diharapkan peningkatan sumber daya kesehatan dapat meningkatkan pelayanan
kesehatan diseluruh tingkat pelayanan kesehatan baik di desa, puskesmas dan
rumah sakit.
Tabel 6 SDM Kesehatan Berdasarkan
Jenis Tenaga Puskesmas Limboto Tahun 2013-2016
Tahun
No Jenis Tenaga
2013 2014 2015 2016
1 Dokter Umum 2 3 2 2
2 Dokter Gigi 1 1 1 1
3 Farmasi 1 1 1 1
4 Perawat 9 11 10 9
5 Perawat Gigi 1 1 1 1
6 Bidan 15 14 16 18
7 Sanitasi 2 1 2 2
8 Nutrisionis 3 3 3 3
9 Administrasi 4 5 5 5
10 Magang 9 7 7 17
11 Abdi 24 18 21 29
12 Sopir 1 1 1 1
13 Cleaning Service 2 2 2 2
Jumlah 74 68 72 91
Sumber, PKM Limboto (2016)

45
4.1.2 Karakteristik Responden
Dari hasil analisis univariat dihasilkan distribusi responden berdasarkan
karakteristik Umur, Pendidikan, Pekerjaan, Paritas, Usia kehamilan saat lahir,
Tinggi badan dan Berat badan seperti pada tabel berikut ini:

Tabel 7 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden


Berdasarkan Umur Ibu Menyusui Di wilayah Kerja Puskesmas Limboto
No Umur Frekuensi Persentase
1 20-30 13 43.3 %
2 31-40 12 40.0 %
3 > 40 5 16.7 %
Total 30 100 %
Sumber, data primer (2018)

Berdasarkan Tabel 7 di atas, menunjukan responden yang berumur 20-30


tahun sebanyak 13 orang dengan persentase 43,3 persen, responden yang berumur
31-40 tahun sebanyak 12 orang dengan persentase 40,0 persen, dan responden
yang berumur di atas 40 tahun sebanyak 5 orang dengan persentase 16,7 persen.

Tabel 8 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden


Berdasarkan Pendidikan Ibu Menyusui Di wilayah Kerja Puskesmas Limboto
No Pendidikan Frekuensi Persentase
1 SD 9 30.0 %
2 SMP 2 6.7 %
3 SMA 16 53.3 %
4 Lanjutan 3 10.0 %
Total 30 100 %
Sumber, data primer (2018)

Berdasarkan Tabel 8 di atas, menunjukan responden yang berpendidikan


Sekolah Dasar (SD) sebanyak 9 orang dengan persentase 30,0 persen, responden
yang berpendidikan Sekolah Menengah Pertama (SMP) sebanyak 2 orang dengan
persentase 6,7 persen, responden yang berpendidikan Sekolah Menengah Atas
(SMA) sebanyak 16 orang dengan persentase 53,3 persen, dan responden yang
berpendidikan Lanjutan Sebanyak 3 orang dengan persentase 10,0 persen.

46
Tabel 9 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden
Berdasarkan Pekerjaan Ibu Menyusui Di wilayah Kerja Puskesmas Limboto
No Pekerjaan Frekuensi Persentase
1 IRT 25 83.3 %
2 Swasta 3 10.0 %
3 Pegawai 2 6.7 %
Total 30 100 %
Sumber, data primer (2018)

Berdasarkan Tabel 9 di atas, menunjukan responden yang bekerja sebagai


Ibu Rumah Tangga (IRT) sebanyak 25 orang dengan persentase 83,3 persen,
responden yang bekerja Swasta sebanyak 3 orang dengan persentase 10,0 persen,
dan responden yang bekerja Pegawai sebanyak 2 orang dengan persentase 6,7
persen.

Tabel 10 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden


Berdasarkan Paritas Ibu Menyusui Di wilayah Kerja Puskesmas Limboto
No Paritas Frekuensi Persentase
1 < 2 Anak 26 86.7 %
2 > 2 Anak 4 13.3 %
Total 30 100 %
Sumber, data primer (2018)

Berdasarkan Tabel 10 di atas, menunjukan responden yang memiliki


kurang atau sama dengan 2 anak sebanyak 26 orang dengan persentase 86,7
persen, responden yang memiliki lebih dari 2 anak sebanyak 4 orang dengan
persentase 13,3 persen.

Tabel 11 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden


Berdasarkan Usia kehamilan saat lahir Ibu Menyusui
Di wilayah Kerja Puskesmas Limboto
No Usia Kehamilan Saat Lahir Frekuensi Persentase
1 < 39 Minggu 25 83.3 %
2 > 39 Minggu 5 16.7 %
Total 30 100 %
Sumber, data primer (2018)

Berdasarkan Tabel 11 di atas, menunjukan responden yang memiliki usia


kehamilan saat lahir kurang atau sama dengan 39 minggu sebanyak 25 orang
dengan persentase 83,3 persen, responden yang memiliki usia kehamilan saat lahir
lebih dari 39 minggu sebanyak 5 orang dengan persentase 16,7 persen.

47
Tabel 12 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden
Berdasarkan Tinggi Badan Ibu Menyusui Di wilayah Kerja Puskesmas Limboto
No Tinggi Badan Frekuensi Persentase
1 < 1.60 cm 21 70.0 %
2 > 1.60 cm 9 30.0 %
Total 30 100 %
Sumber, data primer (2018)

Berdasarkan Tabel 12 di atas, menunjukan responden yang memiliki


Tinggi badan kurang atau sama dengan 1,60 cm sebanyak 21 orang dengan
persentase 70,0 persen, responden yang memiliki tinggi badan lebih dari 1,60 cm
sebanyak 9 orang dengan persentase 30,0 persen.

Tabel 13 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden


Berdasarkan Tinggi Badan Ibu Menyusui Di wilayah Kerja Puskesmas Limboto
No Berat Badan Frekuensi Persentase
1 < 70 kg 8 26.7 %
2 > 70 kg 22 73.3 %
Total 30 100 %
Sumber, data primer (2018)

Berdasarkan Tabel 13 di atas, menunjukan responden yang memiliki berat


badan kurang atau sama dengan 70 kg sebanyak 8 orang dengan persentase 26,7
persen, responden yang memiliki berat badan lebih dari 70 kg sebanyak 22 orang
dengan persentase 73,3 persen.

48
4.1.3 Analisis Univariat

Tabel 14 distribusi gambaran Volume ASI Pre-post test


Kelompok Eksperiment (Pemberian Buah Pepaya California) Dan Kelompok
Kontrol Pre-post test.
Kelompok Eksperimen Kelompok Kontrol
No No
Pre Test Post Test Pre Test Post Test
1 30 40 1 30 30
2 30 65 2 30 30
3 35 40 3 30 25
4 25 45 4 25 25
5 30 60 5 30 30
6 35 35 6 25 45
7 30 30 7 25 35
8 25 60 8 30 30
9 25 25 9 35 50
10 40 65 10 35 35
11 28 55 11 30 35
12 30 45 12 25 25
13 25 80 13 25 35
14 30 65 14 35 30
15 30 30 15 30 25
Sumber, data primer (2018)

Berdasarkan tabel 14 di atas menunjukan Volume ASI pada Kelompok


eksperiment setelah di lakukan perlakuan dan pengecekan atau post tes terdapat
11 orang yang mengalami peningkatan produksi ASI dan 4 orang yang tidak
mengalami peningkatan produksi ASI. Sedangkan untuk kelompok kontrol, yang
mengalami peningkatan produksi ASI hanya 5 orang, dan yang tidak mengalami
peningkatan ada 7 orang, dan yang mengalami penurunan produksi ASi sebanyak
3 orang. Untuk kelompok kontrol tidak di beri perlakuan.

4.1.4 Analisis Bivariat


1. Kelompok Kontrol
Tabel 15 Produksi ASI pada Kelompok Kontrol
di Wilayah Kerja Puskesmas Limboto
Produksi ASI Mean N Std. Deviation P-Value

Pre-test 29.33 15 3.716


0.144
Post-test 32.33 15 7.287
Sumber, data primer (2018)

49
Berdasarkan tabel 15 uji statistic menunjukan bahwa produksi ASI pada
kelompok Kontrol sebelum diberikan buah pepaya California (pre-test) nilai
rataan 29,33, dan setelah di lakukan pengecekan kembali tanpa memberikan
intervensi (post-test) selama 3 hari kemudian nilai rerata produksi ASI yakni
32,33. hasil uji statistik dengan paired sampel T-tes di dapati nilai P sebesar
0,144. Hal ini menunjukan tidak adanya pengaruh yang signifikan pada kelompok
kontrol.

2. Kelompok Ekperiment
Tabel 16 Produksi ASI pada Kelompok Eksperiment
di Wilayah Kerja Puskesmas Limboto
Produksi ASI Mean N Std. Deviation P-Value
Pre-test 29.87 15 4.257
0.001
Post-test 49.33 15 16.242
Sumber, data primer (2018)

Berdasarkan tabel 16 uji statistic menunjukan bahwa produksi ASI pada


kelompok Eksperiment sebelum diberikan buah pepaya California (pre-test) nilai
rataan 29,87, dan setelah di lakukan intervensi pemberian buah pepaya California
(post-test) selama 3 hari nilai rerata produksi ASI yakni 49,33. Hasil uji statistic
dengan menggunakan paired sampel T-test di dapati nilai P sebesar 0,001.
Dengan demikian nilai propabilitas 0,001 lebih kecil dari pada  < 0,05 maka Ho
ditolak dan Ha diterima. Artinya terdapat pengaruh pemberian buah pepaya
California terhadap peningkatan produksi ASI pada ibu Nifas di wilayah kerja
Puskesmas Limboto.

50
4.2 Pembahasan
4.2.1 Analisis Univariat
Berdasarkan tabel 14 menunjukan Volume ASI pada Kelompok
eksperiment setelah di lakukan perlakuan dan pengecekan atau post tes terdapat
11 orang yang mengalami peningkatan produksi ASI dan 4 orang yang tidak
mengalami peningkatan produksi ASI. Sedangkan untuk kelompok kontrol, yang
mengalami peningkatan produksi ASI hanya 5 orang, dan yang tidak mengalami
peningkatan ada 7 orang, dan yang mengalami penurunan produksi ASi sebanyak
3 orang. Untuk kelompok kontrol tidak di beri perlakuan.
Hal ini sejalan dengan Penelitian Sri Banun (2014) terlihat bahwa
distribusi frekuensi rata-rata sebelum mengkonsumsi buah pepaya pada ibu
menyusui hanya 5,7 kali, sedangkan sesudah mengkonsumsi buah pepaya
meningkat menjadi 9,75 kali. Kolerasi antara dua variabel sebesar 0,793,
perbedaan nilai rata-rata peningkatan produksi ASI dengan nilai sig 0,000. Hal ini
menunjukan ada peningkatan produksi ASI pada ibu menyusui yang diberi buah
pepaya selama 7 hari berturut-turut.
Penelitian lainnya yang sesuai dengan teori Lingga dalam Murtiana
(2011), yang menyatakan bahwa buah pepaya memiliki beberapa senyawa yang
dapat meningkatkan produksi dan kualitas ASI. Peningkatan produksi ASI
dipengaruhi oleh adanya polifenol dan steroid yang mempengaruhi reflek
prolaktin untuk merangsang alveoli yang bekerja aktif dalam pembentukan ASI.
Pepaya merupakan salah satu tanaman buah yang memiliki berbagai fungsi
dan manfaat. Sebagai buah segar, pepaya banyak dipilih konsumen karena memiliki
rasa yang segar, kandungan nutrisi yang baik, juga harga yang relatif terjangkau
dibandingkan buah lainnya. Sebagai bahan baku industry, pepaya adalah penghasil
papain, dimana permintaan papain cukup tinggi untuk dalam negeri maupun eksport
(Uut, 2016).
Menurut Dayang Muaz (2006), ada beberapa manfaat pepaya untuk ASI
diantaranya, dapat Mencegah dehidrasi, Menjaga kekebalan tubuh, Melancarkan
proses pencernaan, dan Menambah nutrisi untuk pertumbuhan bayi.

51
4.2.2 Analisis Bivariat
Berdasarkan tabel 15 uji statistic menunjukan bahwa produksi ASI pada
kelompok Kontrol sebelum diberikan buah pepaya California (pre-test) nilai
rataan 29,33, dan setelah di lakukan pengecekan kembali tanpa memberikan
intervensi (post-test) selama 3 hari kemudian nilai rerata produksi ASI yakni
32,33. hasil uji statistik dengan paired sampel T-tes di dapati nilai P sebesar
0,144. Hal ini menunjukan tidak adanya pengaruh yang signifikan pada kelompok
kontrol. Sedangkan Berdasarkan pada tabel 16 uji statistik menunjukan bahwa
produksi ASI pada kelompok Eksperiment sebelum diberikan buah pepaya
California (pre-test) nilai rataan 29,87, dan setelah di lakukan intervensi
pemberian buah papaya California (post-test) selama 3 hari nilai rerata produksi
ASI yakni 49,33. Hasil uji statistik dengan menggunakan paired sampel T-test di
dapati nilai P sebesar 0,001. Dengan demikian nilai propabilitas 0,001 lebih kecil
dari pada  < 0,05 maka Ho ditolak dan Ha diterima. Artinya terdapat pengaruh
pemberian buah pepaya California terhadap peningkatan produksi ASI pada ibu
Nifas di wilayah kerja Puskesmas Limboto.
Berdasarkan Penelitian Lilin Turlina (2015) menunjukkan bahwa pada
responden ibu post partum kelompok kontrol sebagian besar atau 64,3%
pengeluaran ASI tidak lancar. Artinya bahwa para ibu lebih dari sebagian tidak
mengeluarkan ASI, mengetahui keadaan tersebut bagi para bidan harus tetap
berjuang untuk membimbing ibu tetap memberikan ASI pada anaknya. Hal itu
dikarenakan pada kelompok kontrol tidak mengkonsumsi minuman daun pepaya
untuk pengeluaran ASI, meskipun ibu sudah mengkonsumsi momilan 2. Dari
hasilnya menunjukkan bahwa pada kelompok kontrol sebagian besar atau 57,14 %
responden ibu post partum dengan pengeluaran ASI segera setelah persalinan.
Tetapi pengeluaran ASI tidak hanya dipengaruhi oleh faktor perawatan payudara
saja, melainkan masih banyak faktor lain yang juga berpengaruh dalam
pengeluaran ASI seperti nutrisi ibu, keadaan psikis dan lain sebagainya.
Menurut Entin (2014), menyatakan bahwa Seorang ibu yang tengah
melahirkan banyak mengonsumsi daun pepaya dikarenakan untuk meningkatkan
produksi Air Susu Ibu (ASI). Daun pepaya sangatlah bagus dikonsumsi untuk ibu

52
yang tengah menyusui karena mengandung berbagai zat, antara lain vitamin A,
B1, kalori, protein, lemak, hidrat arang, kalsium, fosfor, besi dan air.
Pepaya sebagai salah satu buah yang mengandung laktogogum merupakan
buah tropis yang dikenal dengan sebutan caricapapaya. Buah pepaya juga
merupakan salah satu jenis buah yang memiliki kandungan nutrisi tinggi dan kaya
akan manfaat bagi kesehatan. Penanaman pepaya membutuhkan suhu rendah untuk
menopang pertumbuhan sehingga sangat cocok ditanam di daerah tropis. Oleh karena
itu, menjadi hal yang wajar bila populasi pohon pepaya sangat banyak dan mudah
ditemukan di Negara kita. Masyarakat bisa mendapatkan buah pepaya untuk
konsumsi sehari-hari dengan mudah. Selain itu, Buah Pepaya merupakan buah yang
mengandung laktogogum merupakan zat yang dapat meningkatkan dan melancarkan
produksi ASI. Sri banun, (2015).
Menurut Anonim (2010) di dalam pepaya california terdapat banyak
kandungan yang bermanfaat yaitu, energy, protein, lemak, karbohidrat, kalsium,
fospor, besi, vitamin A, vitamin B1, vitamin C, dan air. Tentunya sejalan dengan
Menurut Dayang Muaz (2006), ada beberapa manfaat pepaya untuk ASI juga
diantaranya, Menjaga kesehatan tulang, Mencegah asma, Menurunkan berat badan,
Mencegah penyakit jantung, Mencegah stress, Memperbanyak ASI.
Sama halnya dengan menurut Susilawati, (2017) Selain itu didapatkan
bahwa air buah pepaya muda memberikan efek meningkatkan jumlah dan
diameter kelenjar mamae. Getah (lateks) dari buah pepaya muda memiliki efek
sama dengan ocxytosin pada uterus. Hormon prolaktin dan oksitosin berperan
dalam peningkatan produksi air susu. Prolaktin berperan dalam sintesis air susu,
sedangkan ocxytosin berperan merangsang mioepitel disekitar alveolus untuk
berkontraksi sehingga semprotan ASI dapat diteruskan melalui duktus.
Bukankah Allah telah menciptakan dan menyediakan kenikmatan seisi bumi
yang di dalamnya adalah buah-buahan yang bermanfaat. Dalam Al-Quran surat
An-Nahl ayat 11 yang menjelaskan tentang buah-buahan yang artinya : “ia
menumbuhkan bagi kamu dengan air hujan itu tanam-tanaman; zaitun, korma,
anggur dan segala macam buah-buahan. Sesungguhnya pada yang demikian itu
benar-benar ada tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum yang memikirkan.”

53
Dari hasil penelitian perbadingan produksi ASI pada kelompok Ekperiment
dan kelompok kontrol. Kelompok ekperiment memiliki kecenderungan peningkatan
produksi ASI, hal ini menunjukan efektivitas pemberian buah pepaya California di
jadikan sebagai tolak ukur untuk meningkatkan produksi ASI. Saat di lakukan
perlakuan pemberian buah pepaya California pada penelitian ini di lakukan kurang
lebih 1 bulan. Peneliti melakukan observasi awal pada ibu nifas di hari ke 4 dan mulai
di hari ke 4 itu juga melakukan perlakuan pemberian pepaya California selama 3 hari.
Dan kemudian mengobservasi kembali hasil di hari ke 4 setelah diberi perlakuan.
Sedangkan untuk kelompok kontrol tidak di beri perlakuan tapi untuk pengecekan
obeservasi awal dan setelah tetap di hari yang sama.
Hasil dari data pendukung yang di dapati rata-rata frekuensi menyusui bayi
sebelum di lakukan intervensi pemberian buah pepaya California sebanyak 15 orang
responden kelompok eksperiment yaitu 5 sampai 6 kali per hari, setelah di lakukan
pemberian buah pepaya California rata-rata frekuensi bayi menyusui meningkat
sekitar 10 sampai 12 kali per hari. Sedangkan untuk kelompok kontrol rata-rata bayi
menyusui 5 sampai 6 kali per hari dan setelah di observasi lanjutan ternyata frekuensi
bayi menyusui hanya 6 responden yang meningkat sampai 9 sampai 10 kali per hari.
Sehingga buah pepaya sangat berpengaruh terhadap peningkatan volume dan
frekuensi bayi menyusui.
Berdasarkan uraian pembahasan penelitian di atas dapat di simpulkan bahwa
pepaya California dapat meningkatkan produksi ASI. Agar peningkatan produksi
ASI dapat tercapai dengan baik ada beberapa hal yang perlu di edukasi meliputi
frekuensi atau jumlah pepaya california yang di konsumsi. Karena apabila jumlah
atau frekuensi buah pepaya California yang terlalu banyak di konsumsi nanti akan
mengakibatkan efek lain seperti, terlalu sering buang air besar, karena buah pepaya
California memiliki serat yang cukup tinggi. Selanjutnya hal-hal yang perlu di
perhatikan adalah kepatuhan dalam mengkonsumsi buah pepaya California, dan
pendampingan kepada Ibu menyusui baik secara langsung atau melalui
telephone/sms.

54
4.3 Keterbatasan Penelitian
Meskipun telah mendapatkan hasil dari penelitian ini yaitu ada pengaruh
yang signifikan antara pemberian buah pepaya California terhadap peningkatan
produksi ASI di wilayah kerja Puskesmas Limboto, namun penelitian ini
mempunyai keterbatasan-keterbatasan yang dapat mempengaruhi hasil penelitian,
di antaranya : variabel pengganggu seperti, susu formula. ada 1 orang responden
tidak ingin makan buah pepaya yang sesuai dengan standar ukuran atau jumlah
yang sudah di tentukan oleh peneliti (kurang dari 150 gr/hari), serta pelaksanaan
makan buah pepaya California selama 1-3 hari tidak dapat sepenuhnya di kontrol
oleh peneliti sehingga hasil data masih di pengaruhi oleh faktor-faktor tersebut.

55
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan maka
peneliti mendapatkan kesimpulan sebagai berikut :
1. Tidak ada pengaruh yang signifikan pada kelompok kontrol dengan P-
Value = 0,144.
2. Terdapat pengaruh pemberian buah pepaya California terhadap
peningkatan produksi ASI.
3. Efektivitas pemberian buah pepaya California Terhadap Peningkatan
Produksi ASI Pada Ibu Nifas di Wilayah Kerja Puskesmas Limboto
dengan P-Value = 0,001.

5.2 Saran
1. Diharapkan kepada Puskesmas limboto maupun bidan agar lebih
memperhatikan kondisi pasien 3 atau 4 hari setelah persalinan untuk
melihat perkembangan bayi menyusui dan memberikan petunjuk-petunjuk
pada ibu menyusui untuk peningkatan produksi ASI khususnya dengan
menganjurkan makan buah pepaya California.
2. Diharapkan kepada instansi pendidikan agar dapat menjadi bahan acuan
untuk dilakukan penelitian lebih lanjut tentang variabel-variabel yang
belum diteliti.
3. Diharapkan kepada tenaga kesehatan, tokoh masyarakat dan sektor-sektor
terkait sangat diharapkan berperan lebih aktif dalam mengupayakan
Peningkatan produksi ASI untuk bayi, dan mempelajari dengan baik
tentang cara pelaksanaannya.
4. bagi peneliti agar dapat mengembangkan pengetahuan dan menerapkan
ilmu yang telah didapat dan membagi pengalaman yang didapat oleh
peneliti kepada peneliti yang lain.

56
DAFTAR PUSTAKA

AB. Nirwana, 2014. ASI Dan Susu Formula: Yogyakarta : PT. Nuha Medika.

Ambarwati, 2014. Asuhan Kebidanan Nifas. Jogjakarta : Mitra. Cendika Press

Anonim. 2010. Carica Papaya. http :// caricawonosobo. blogspot .com/. Diakses
pada tanggal 23 Juli 2018. Pada pukul 20.00 WIB

Anton Prayoga. 2011. Jurus sukses budidaya pepaya California. Klaten : Abata
Press. Hal 8-13, 16-28.
Arikunto, S. 2013. Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.
Arisulistyawati. 2010. Buku Ajar Asuhan Kebidanan pada Ibu Nifas. Jakarta:
Salemba Medika.

Ayu Febrianingsih et al,. 2013. Analisis Faktor-faktor Penyulit dalam Pemberian


ASI Secara on demand di wilayah kerja Puskesmas Kalimanah Kabupaten
Purbalingga.

Balitbangkes. 2013. Riset Kesehatan Dasar 2013. Kemenkes. Jakarta : 252-253.

Dayang Lily Abang Muas et al,. 2006. ASI Titian Kasih: Bandung : Khansa.

Depkes. 2018. Tingkatan Konsumsi Sayur dan Buah Nusantara Menuju


Masyarakat Hidup Sehat. Artikel. (di akses 14/02/2018).

Diah Wulandari. 2010. Asuhan Kebidanan Nifas. Yogyakarta: Nuha Medika.

Dinas Kesehatan Provinsi Gorontalo. 2018. Laporan Cakupan ASI Dinas


kesehatan Provinsi Gorontalo tahun 2017.Gorontalo : Dinas Kesehatan
Provinsi Gorontalo
Dinas Kesehatan Provinsi Gorontalo. 2018. Laporan ibu Nifas dinas kesehatan
provinsi gorontalo tahun 2015-2017. Gorontalo : dikes Prov.
Gorontalo.

57
Emfud Machfuddin. 2014. Patofisiologi Pembentukan Asi, Departemen Obstetri
dan Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya.

Entin, W., 2002. Kinetika Fermentabilitas Daun Pepaya (Caricia pepaya


L),Skripsi, Jurusan Ilmu Nutrisi dan Makanan Ternak, Fakultas Peternakan,
Institusi Pertanian Bogor.

Eny Retna., Wulandari, Diah. 2010. Asuhan Kebidanan Nifas. Jogjakarta: Nuha
Medika

Evy Pujawati et al,. 2014. Motivasi Ibu Nifas dalam Perawatan Payudara di
Wilayah Kerja Puskesmas Tegalrejo Kabupaten Magelang.

Ferial EW. 2013. Biologi Reproduksi. Jakarta: Erlangga.

Haerati. 2011. Gambaran Karakteristik Umur, Pekerjaan, Pengetahuan dan


Praktik menyusui Di Wilayah Kerja Puskesmas Blado I Kabupaten Batang.
Universitas Muhammadiyah Semarang. Karya Tulis Ilmiah.

Harimukti, Indri. 2013. Kandungan Saponin dan Flafvonoid pada Daun Pepaya
(Carica papaya L) Akibat Perebusan bersama Daun Singkong (Manihoi
utilissima).

Harjono 2013. Manfaat ASI Eksklusif untuk Buah Hati Anda. Yogyakarta
Hendra Sutisna et al,. 2014. Pengaruh Pemberian Jus Buah Pepaya Terhadap
Gambaran Hispatologi. UMHSU. Jurnal. (di akses 05/02/2018)

Hidayat, A. 2010. Metode Penelitian Keperawatan dan Tehnik Analisis Data.


Jakarta : Salemba

Jeniwarty Bethsaida. 2013. Pendidikan Psikologi Untuk Bidan: Yogyakarta :


Rapha Publishing.

Kasnodiharjo et al,. 2005. Faktor-faktor Sosial Budaya yang Melatar Belakangi


Pemberian ASI Eksklusif. Jurnal Ekologi Kesehatan. (di akses 02/02/2018).

Kemenkes RI, 2018. Isi Piringku. Jakarta.

58
Kharisma, Y, Armaya A, Herri S. 2011. Efek Ekstrak Air Buah Pepaya (Carica
papaya L) Muda terhadap Gambaran Histologi Kelenjar Mamma Mencit
Laktasi. 160-165.

Khoerunnisa et al,. 2002. Pengaruh Penggunaa Papain Dalam Meningkatkan


Kecernaan Protein Kedelai Secara In Vitro. IPB. Jurnal. (di akses
09/02/2018).

Kristiyanasari, W. 2009.ASI, Menyusui dan Sadari.Yogjakarta : NuhaMedika.


Lilin, Rindi. 2015. Pengaruh Pemberian Serbuk Daun Pepaya Terhadap
Kelancaran ASI pada Ibu Nifas. Stikes Muh Lamongan. Jurnal. (di akses
03/02/2018).

Manuaba, I.B.G., I.A. Chandranita Manuaba, dan I.B.G. Fajar Manuaba.


Pengantar Kuliah Obstetri. Jakarta: Buku Kedokteran EGC, 2017.

Manuaba. 2012. Ilmu Kebidanan, Kandungan dan KB. Jakarta: EGC.

Maryunani.A. 2012. Inisiasi menyusui dini, Asi Eksklusif dan manajemen laktasi,
Jakarta : Trans info Media.

Mitayani. 2013. Asuhan Keperawatan Maternitas. Salemba Medika Jakarta.

Mitrami Widiastuti S et al,. 2017. Analisis Faktor-Faktor yang berhubungan


dengan produksi ASI pada Ibu Post Partum di Puskesmas Ranotana Weru.

Muktaram.A, 2017. Efektivitas Pemberian Kompres Hangat Terhadap Perubahan


Suhu Tubuh Pasien Pasca Operasi Di Ruang Instalasi Bedah Sentral R.S
M.M Dunda Limboto.

Muktiani. 2011. Bertanam Varietas Unggul Pepaya California. Pustaka Baru


Press, Yogyakarta.

Mulyani. 2013. ASI dan Panduan ibu menyusui. Yogyakarta : Nuha Medika.

Murtiana, T. 2011. Pengaruh Konsumsi Daun Katuk dengan Peningkatan


Produksi ASI pada Ibu Menyusui di Wilayah Puskesmas Sawah Lebar Kota

59
Bengkulu Tahun 2011. Jurusan Kebidanan, Politeknik Kesehatan Bengkulu,
Bengkulu.

Nikke Yulitama. 2011. Hubungan Teknik Menyusui dengan Terjadinya Lecet


Puting Susu pada Ibu Nifas Di Polindes Melati Desa Sooko Kecamatan
Sooko Kabupaten Mojokerto

Notoatmodjo, s. 2014. Metedologi penelitian (cetakan Kedua). Jakarta : Pt,


Rineka Cipta.

Notoatmodjo, Soekidjo. 2012. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka


Cipta.

Nursalam. 2009. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu


Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.

Perry & Potter. 2008. Fundamental Keperawatan. Edisi 7. Jakarta : Salemba Medika

Pertiwi, P. 2012. Gambaran faktor-faktor yang mempengaruhi pemberian ASI


eksklusif di kelurahan kunciran indah Tanggerang. Skripsi. Universitas
Indonesia.

Pertiwi. 2012. Gambaran Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Pemberian ASI


Eksklusif di Kelurahan Kunciran Indah Tangerang. Skripsi. Program
Sarjana Reguler Universitas Indonesia. Jakarta

Prawirohardjo S. 2008. Ilmu Kebidanan. Edisi Kedua. Jakarta: Bina Pustaka.

Prawirohardjo S. 2012. Ilmu Kebidanan dan masa nifas. Edisi Kedua. Jakarta: Bina
Pustaka.

Price. 2012. “Hubungan antara Pendidikan dan Pengetahuan Ibu Balita dengan
Pola Pemberian MP-ASI pada Anak Usia 6-24 bulan di Kelurahan Karang
Baru Selaparang, Mataram, Nusa Tenggara Barat”, Jurnal Gizi
Indonesia,Vol 35, No. 1.

60
Purwoastuti, E & Walyani, E.S. 2015. Asuhan Kebidanan Masa Nifas &
Menyusui. Yogyakarta : Pustaka Baru Press
Pusdiknakes. 2010. Profil kesehatan ASI Indonesia. Jakarta.
Puskesmas Limboto. 2018. Laporan Ibu Nifas dan Ibu hamil Puskesmas Limboto
tahun 2018. Gorontalo : Puskesmas Limboto.
Puskesmas Limboto. 2018. Laporan Status Gizi dan Cakupan ASI Puskesmas
Limboto. Gorontalo : Puskesmas Limboto.
Rina Werdayanti. 2015. ASI Eksklusif: Yogyakarta : Grup Relasi Inti Media dan
anggota IKAPI.

Saleha S. Asuhan Kebidanan 3. Yogyakarta: Rhineka Cipta; 2009. (cetakan


kedua.

Saryono, 2011. metode penelitian kesehatan; penuntun praktis bagi pemula.


Yogjakarta; mitra cendikia press.

Saryono. 2008. Metodologi Penelitian Kesehatan. Yogyakarta : Mitra Cendekia.

Sri Banun et al,. 2015. Pengaruh Buah Pepaya Terhadap Kelancaran Produksi
ASI Pada Ibu Menyusui. UPT jombang. (di akses 05/02/2018)

Sugiyono. 2012. Statistika untuk Penelitian. Jakarta: IKAPI.

Sugiyono. 2014. Metode penelitian kuantitatif, kualitatif, dan gabungan.


Bandung: ALFABETA
Sugiyono. 2015. Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif,
Kualitatif dan R&D. Bandung: ALFABETA

Sulistyawati, Ari. 2009. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas. Jogjakarta:
Andi Offset.

Suryoprajogo, M. 2009. Keajaiban Menyusui. Yogyakarta: Keyword

Susilawati D. 2015. Dukungan Tempat Kerja Jadi Faktor Kesuksesan Ibu


Menyusui. Diakses : 26 April 2016.

61
Susilawati et al,. 2017. Difference Of Weigth Gain In Baby Mother Given Boiled
Of Papaya Fruit. Jurnal. (di akses 12/02/2018).

Suwarjana. 2016. Metode Penelitian. Yogyakarta: ANDI

Tohir. 2010. Aplikasi Pengolahan Pangan. Yogyakarta: Deepublish.

Uut Utami Putri, 2016. Untung Besar Dari Berkebun: Jawa Barat : PT. Palapa.

veny, 2014. hubungan antara sikap ibu nifas terhadap makanan gizi seimbang
dengan penyembuhan luka perineum di klinik bersalin khairunnisa.

Walsh, L. 2008. Buku Ajar Asuhan Komunitas. Jakarta: EGC.

Walyani ES, Purwoastuti TE. 2015. Asuhan Kebidanan Masa Nifas dan
Menyusui. Yogyakarta: Pustaka Baru Press.

Werdayanti, 2015. Mengenal ASI Ekslusif. Cetakan Keenam Jakarta : Trubus


Agiwidya.

WHO. Sustainable Development Goal's. In: Station U, editor. Jakarta: United Nation;
2015.

Wiji, R.N. 2013. ASI dan Panduan Ibu Menyusui. Yogyakarta: Nuha Medika.

William. Obstetri. Edisi ke 18. EGC. Jakarta.

Wulandari, Handayani. 2014. Asuhan Kebidanan Ibu Nifas. Penerbit Gosyen.


Publishing, Yogyakarta.

62
Lampiran 1.
LAMPIRAN
PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN

Kepada

Yth. Calon Responden Penelitian

Di

Tempat

Dengan Hormat,

Saya yang bertanda tangan dibawah ini adalah mahasiswa Program Study
D-IV Kebidanan Universitas Muhammadiyah Gorontalo.

Nama : Meygawati R. Ujulu


Nim : C02414094
Akan melaksanakan penelitian dengan judul “Efektivitas Pemberian Buah
Pepaya California Terhadap Peningkatan Produksi ASI Pada Ibu Nifas Di
Wilayah Kerja Puskesmas Limboto”. Penelitian ini tidak menimbulkan akibat
yang merugikan bagi semua responden. Kerahasiaan semua responden akan dijaga
dan hanya akan digunakan untuk kepentingan penelitian. Apabila ibu bersedia
menjadi responden dalam penelitian ini, mohon untuk menandatangani lembar
persetujuan ini.

Atas perhatian dan ketersediaan saudari sebagai resonden, saya ucapkan


terima kasih

Gorontalo, September 2018

Peneliti

Meygawati R. Ujulu

63
Lampiran 2.

PERNYATAAN PERSETUJUAN RESPONDEN


Inform Consent
Yang bertanda tangan dibawah ini:

Nama :

Usia :

Alamat :

Dengan ini menyatakan bersedia menjadi responden dalam penelitian yang


berjudul “Efektivitas Pemberian Buah Pepaya California Terhadap Peningkatan
Produksi ASI Pada Ibu Nifas Di Wilayah Kerja Puskesmas Limboto” yang akan
dilakukan oleh mahasiswa Program Studi D-IV Kebidanan Universitas
Muhammadiyah Gorontalo:

Nama : Meygawati R. Ujulu

NIM : C02414094

Alamat : Kel. Kayumerah, Kec. Limboto, Kabupaten Gorontalo

Untuk itu saya menyatakan bersedia untuk menjadi responden pada


penelitian ini dengan sukarela tanpa adanya unsur paksaan dan memberikan
jawaban yang sebenar-benarnya.

Gorontalo, September 2018

Responden

64
Lampiran 3.

LEMBAR OBSERVASI

EFEKTIVITAS PEMBERIAN BUAH PEPAYA CALIFORNIA TERHADAP


PENINGKATAN PRODUKSI ASI PADA IBU NIFAS

No. Responden :

Tanggal :

1. Data Umum
Nama :
Umur :
Pendidikan :
Pekerjaan :
Paritas :
2. Data Khusus
Usia Kehamilan Saat Melahirkan :
Tinggi Badan :
Berat Badan :

Tabel I. Pemberian Buah Pepaya California

1. Kelompok Intervensi
Volume ASI
Setelah
Volume ASI diberikan
Hari Hari Hari
Sebelum diberikan Buah Pepaya
Buah Pepaya California
California

1 2 3 1 2 3 1 2 3

65
Hari Hari Hari Volume ASI
Volume ASI Hari Ketiga
Hari Pertama

1 2 3 1 2 3 1 2 3

Tidak di berikan Buah Pepaya California

2. Kelompok Kontrol

66

Anda mungkin juga menyukai