Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

KEPERAWATAN GAWAT DARURAT


KONSEP KEPERAWATAN GAWAT DARURAT, PROSES KEPERAWATAN PADA
AREA KGD, EFEK & KONDISI KGD TERHADAP PASIEN DAN KELUARGA

DOSEN PEMBIMBING

Ns. REBBI PERMATASARI, M. Kep

DISUSUN

OLEH

KELOMPOK 1 :

1. Riri Arika Putri 1710105065


2. Gita Reviliani 1710105050
3. Selvi Radiatul Mardiah 1710105068
4. Febria Dena Putri 1710105049
5. Juntrianto 1710105090
6. Rahmah Elmunawwirah 171010500102
7. Vindia Gusti Vinanda 1710105074
8. Ratih Indah Permata Sari 1710105062
9. Wulan Permata Putri 1710105080
10. Wirosevel 1710105076

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN ALIFAH PADANG


TAHUN AJARAN 2018/2019
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan
karunia-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
“Konsep Keperawatan Gawat Darurat, Proses Keperawatan Pada Area KGD, Efek &
Kondisi KGD Terhadap Pasien dan Keluarga”. Penulisan makalah ini bertujuan untuk
memenuhi salah satu tugas dari Dosen Mata Kuliah Keperawatan Gawat Darurat.
Makalah ini ditulis berdasarkan berbagai sumber yang berkaitan dengan materi
Konsep Keperawatan Gawat Darurat, Proses Keperawatan Pada Area KGD, Efek & Kondisi
KGD Terhadap Pasien dan Keluarga, serta infomasi dari berbagai media yang berhubungan
dengan Konsep Keperawatan Gawat Darurat, Proses Keperawatan Pada Area KGD, Efek &
Kondisi KGD Terhadap Pasien dan Keluarga. Tak lupa penulis sampaikan terima kasih
kepada Dosen mata kuliah Keperawatan Gawat Darurat atas bimbingan dan arahan dalam
penulisan makalah ini, dan juga kepada rekan-rekan mahasiswa yang telah memberikan
masukan dan pandangan, sehingga dapat terselesaikannya makalah ini.
Penulis berharap makalah ini dapat menambah wawasan mengenai Keperawatan
Gawat Darurat mengenai Konsep Keperawatan Gawat Darurat, Proses Keperawatan Pada
Area KGD, Efek & Kondisi KGD Terhadap Pasien dan Keluarga, sehingga saat
berkomunikasi, kita dapat meminimalisir kesalah pahaman yang akan terjadi. Penulis
berharap, pembaca untuk dapat memberikan pandangan dan wawasan agar makalah ini
menjadi lebih sempurna.
Akhir kata, penulis mohon maaf apabila dalam penulisan makalah ini terdapat
banyak kesalahan.

Padang, 07 Maret 2020

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...................................................................................................... i

DAFTAR ISI ..................................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar belakang ........................................................................................................ 1


B. Tujuan penulisan ..................................................................................................... 1

BAB II PEMBAHASAN

A. Konsep Dasar Keperawatan Gawat Darurat............................................................ 2


B. Proses Keperawatan pada Area Keperawatan Gawat Darurat................................. 13
C. Efek Kondisi Kegawatdaruratan pada Pasien dan Keluarga................................... 14

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan.............................................................................................................. 16

DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kejadian gawat darurat dapat terjadi kapan saja, dimana saja dan menimpa siapa saja.
Orang lain, teman dekat, keluarga ataupun kita sendiri dapat menjadi korbannya. Kejadian
gawat darurat biasanya berlangsung cepat dan tiba-tiba sehingga sulit memprediksi kapan
terjadinya. Langkah terbaik untuk situasi ini adalah waspada dan melakukan upaya kongkrit
untuk mengantisipasinya. Harus dipikirkan satu bentuk mekanisme bantuan kepada korban
dari awal tempat kejadian, selama perjalanan menuju sarana kesehatan, bantuan di fasilitas
kesehatan sampai pasca kejadian cedera. Tercapainya kualitas hidup penderita pada akhir
bantuan harus tetap menjadi tujuan dari seluruh rangkai pertolongan yang diberikan (Musliha,
2010).

Pada Organisasi rumah sakit, Unit Gawat Darurat berperan sebagai gerbang utama jalan
masuknya penderita gawat darurat. Kemampuan suatu fasilitas kesehatan secara keseluruhan
dalam hal kualitas dan kesiapan dalam perannya sebagai pusat rujukan penderita dari pra
rumah tercermin dari kemampuan unit ini. Standarisasi Unit Gawat Darurat saat ini menjadi
salah satu komponen penilaian penting dalam perijinan dan akreditasi suatu rumah sakit.
Penderita dari ruang UGD dapat dirujuk ke unit perawatan intensif, ruang bedah sentral,
ataupun bangsal watan. Jika dibutuhkan, penderita dapat dirujuk ke rumah sakit lain
(Musliha, 2010).

Oleh karena itu, agar terwujudnya sistem pelayanan gawat darurat secara terpadu maka
dalam penerapannya harus mempersiapkan komponen-komponen penting didalamnya
seperti : Sistem Komunikasi, Pendidikan, transportasi, pendanaan, dan Quality Control. Dan
juga sebuah rumah sakit harus mempunyai kelengkapan dan kelayakan fasilitas unit gawat
darurat yang mumpuni sesuai dengan standar pelayanan gawat darurat (Musliha, 2010).

B. Tujuan Penulisan

Agar mahasiswa keperawatan khususnya dalam bidang keperawatan Gawat Darurat


dapat memahami materi mengenai Konsep Keperawatan Darurat, Proses Keperawatan Pada
Area KGD, Efek & Kondisi KGD Terhadap Pasien dan Keluarga.

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Konsep Keperawatan Gawat Darurat


1. Pengertian
Gawat Darurat adalah keadaan klinis pasien yang membutuhkan tindakan medis
segera guna penyelamatan nyawa dan pencegahan kecacatan lebih lanjut (UU No. 44
tahun 2009 tentang RS). Kondisi gawat darurat adalah suatu keadaan dimana
seseorang secara tiba-tiba dalam keadaan gawat atau akan menjadi gawat dan
terancam anggota badannya dan jiwanya (akan menjadi cacat atau mati) bila tidak
mendapatkan pertolongan dengan segera. Keperawatan gawat darurat (Emergency
Nursing) merupakan pelayanan keperawatan yang konprehensif diberikan kepada
pasien dengan injuri akut atau sakit yang mengancam kehidupan (Wijaya, 2010).
Kegiatan pelayanan keperawatan menunjukkan dalam pengkajian pasien, setting
prioritas, intervensi krisis, dan pendidika kesehatan masyarakat. Sebagai seorang
spesialis, perawat gawat darurat menghubungkan pengetahuan dan keterampilan
untuk menangani respon pasien pada resusitasi, syok, trauma, ketidakstabilan multi
system, keracunan, dan kegawatan yang mengancam jiwa linnya (Wijaya, 2010).

2. Karakteristik Keperawatan Gawat Darurat


a. Tingkat kegawatan dalam jumlah paisen sulit diprediksi
b. Keterbatasan waktu, data dan sarana, pengkajian, diagnosis dan tindakan
c. Keperawatan diberikan untuk seluruh usia
d. Tindakan memerlukan kecepatan dan ketetapan tinggi
e. Saling ketergantungan yang tinggi antara profesi kesehatan.

2
3. Tujuan Penanggulangan Gawat Darurat

a. Mencegah kematian dan cacat pada pasien gawat darurat, hingga dapat hidup dan
berfungsi kembaki dlam masyarakat
b. Merujuk pasien gawat darurat melalui system rujukkan untuk memperoleh
penanganan yang lebih memadai
c. Penanggulangan korban bencana

Untuk dapat mencegah kematian petugas harus tau penyebab kematian yaitu:
1) Mati dalam waktu singkat (4-6 menit)
a. Kegagalan system otak
b. Kegagalan system pernapasan
c. Kegagalan system kardiovaskuler
2) Mati pada waktu lebih lama (perlahan-lahan)
a. Kegagalan system hati
b. Kegagalan system ginjal (perkemihan)
c. Kegagalan system pancreas (Endokrin)

4. Prinsip Keperawatan Gawat Darurat


Prinsip pada penanganan penderita gawat darurat harus cepat dan tepat serta harus
dilakukan segera oleh setiap orang yang pertama menemukan/mengetahui (orang
awam, perawat, para medis, dokter), baik didalam maupun diluar rumah sakit karena
kejadian ini dapat terjadi setiap saat dan menimpa siapa saja.
Kondisi gawat darurat dapat diklasifikasikan sebagai berikut, yaitu :

a. Gawat darurat
Suatu kondisi dimana dapat mengancam nyawa apabila tidak mendapatkan
pertolongan secepatnya. Contoh : gawat nafas, gawat jantung, kejang, koma,
trauma kepala dengan penurunan kesadaran
b. Gawat tidak darurat
Suatu keadaan dimana pasien berada dalam kondisi gawat tetapi tidak
memerlukan tindakan yang darurat contohnya : kanker stadium lanjut.

3
c. Darurat tidak gawat
Pasien akibat musibah yang datang tiba-tiba tetapi tidak mengancam nyawa
atau anggota badannya contohnya : fraktur tulang tertutup.
d. Tidak gawat tidak darurat
Pasien poliklinik yang datang ke UGD

5. Tabel 1-1 Pengelolahan Klien Gawat Darurat

Kateg Skala Prioritas Kasus


ori
I Prioritas utama pasien  Tidak sadar
 Syok
 Reaksi insulin
 Perdarahan hebat
 Sumbatan jalan napas atau henti napas
 Henti jantung
 Mata terkena bahaya kimia

II Prioritas kedua  Luka bakar


pasien  Fraktur mayor
 Injuri tulang belakang

III Prioritas ketiga pasien  Fraktur minor


 Perdarahan minor
 Keracunan obat-obatan
 Percobaan bunuh diri
 Gigitan binatang

IV Prioritas ketiga pasien

4
6. Peran Dan Fungsi Keperawatan Gawat Darurat
Mengacu pada kondisi pelayanan kegawat daruratan menurut Departemen
Kesehatan Republik Indonesia tahun 2006 menyebutkan bahwasanya perawat gawat
darurat mempunyai peran dan fungsi sebagai berikut:

a. Peran
1) Merawat dan menjaga keutuhan alat agar siap pakai
2) Sebagai operator untuk alat kedokteran seperti : EKG, Defibrilator,
Respirator, Nebulizer, Monitor jantung, Air viva, dll.
3) Sebagai pemberi asuhan keperawatan pasien gawat darurat selama 24 jam
terus menerus berkesinambungan, turut serta dalam kolaborasi.
b. Fungsi
1. Fungsi Independen
Fungsi independen merupakan fungsi mandiri berkaitan dengan
pemberian asuhan (Care) kepada pasien
2. Fungsi Dependen
Merupakan fungsi yang didelegasikan sepenuhnya atau sebagian dari
profesi lain
3. Fungsi Kolaboratif
Merupakan bentuk kerjasama saling membantu dalam program kesehatan
(Perawat sebagai anggota tim kesehatan).
(Departemen Kesehatan, 2006)

5
Menurut Hamurwono (2002), untuk dapat melaksanakan peran dan fungsinya,
maka perawat gawat darurat harus memiliki kemampuan minimal sebagai berikut:

1. Mengenal klasifikasi pasien


2. Mampu mengatasi pasien seperti : syok, gawat nafas, gagal jantung, paru dan
otak, kejang, koma, perdarahan, status asmathikus, nyeri hebat daerah panggul
dll.
3. Mampu melaksanakan doukumentasi asuhan keperawatan gawat darurat
4. Mampu melaksanakan komunikasi eksternal dan internal.

7. Sistem pengelolaan/penanggulangan Gawat Darurat Terpadu (SPGDT)


Sistem pengelolaan/penanggulangan Gawat Darurat Terpadu (SPGDT) adalah
suatu metoda yang digunakan untuk penanganan korban yang mengalami kegawatan
dengan melibatkan semua unsur yang ada.

a. Fase Pra Rumah Sakit


Pada fase ini keberhasilan penanggulangan gawat darurat tergantung pada
beberapa komponen, yaitu:
1) Komunikasi
a) Dalam komunikasi hubungan yang sangat diperlukan adalah:
1. Pusat komunikasi gawat ambulan gawat darurat
2. Pusat komunikasi kerumah sakit
3. Pusat komunikasi polisi
4. Pusat komunikasi pemadam kebakaran.

b) Untuk komunikasi fasilitas pager, radio, telepon, telepon genggam.

c) Tugas pusat komunikasi adalah :


1. Menerima permintaan tolong
2. Mengirim ambulan terdekat
3. Mengatur dan memonitor rujukan penderita gawat darurat
4. Memonitor kesiapan rumah sakit yaitu terutama unit gawat darurat
dan ICU.

6
2) Pendidikan
a. Pada orang awam
Pada orang awam adalah orang pertama yang menemukan korban
atau pasien yang mendapat musibah atau trauma. Mereka adalah
anggota pramuka, PMR, guru, ibu rumah tangga, pengemudi, hansip
dan petugas hotel atau restoran. Kemampuan yang harus dimiliki
orang awam adalah:
1) Mengetahui cara minta tolong misalnya menghubungi melalui
telepon ke 118.
2) Mengetahui cara resusitasi jantung paru
3) Mengetahui cara menghentikan perdarahan
4) Mengetahui cara memasang pembalut atau bidai

b. Pada orang awam khusus


Yang termasuk disini adalah orang awam yang telah mendapatkan
pengetahuan cara-cara penanggulangan kasus gawat darurat sebelum
korban dibawa kerumah sakit atau ambulan datang. Mereka datang
polisi, Hansip, DDLAJR, Search and Rescue (SAR). Kemampuan
yang harus dimiliki orang awam khusus yaitu:
1) Mengetahui tanda-tanda persalinan
2) Mengetahui penyakit pernafasan
3) Mengetahui penyakit jantung
4) Mengetahui penyakit persyarafan
5) Mengetahui penyakit anak, dan lain-lain.

c. Pada perawat
Perawat harus mampu menanggulangi penderita gawat darurat
dengan gangguan, yaitu:
1) Sistem pernafasan
1. Mengatasi obstruksi jalan nafas
2. Membuka jalan nafas
3. Memberi nafas buatan
4. Melakukan resusitasi jantung paru (RJP) dengan didahului
penilaian abc.

7
2) Sistem Sirkulasi
1. Mengenal aritmia dan infark jantung
2. Pertolongan pertama pada henti jantung
3. Melakukan EKG
4. Mengenal syok dan memberi pertolongan pertama.

3) Sistem Vaskuler
1. Menghentikan perdarahan
2. Memasang infus atau transfusi
3. Merawat infus

4) Mengenal koma
1. Mengenal koma dan memberikan pertolongan pertama
2. Memberikan pertolongan pertama pada trauma kepala
a) Sistem Pencernaan
1. Pertolongan pertama pada trauma abdomen dan
pengenalan tanda perdarahan intraabdomen.
2. Persiapan operasi segera
3. Kumbah lambung pada pasien keracunan.

b) Sistem Perkemihan
1. Pertolongan pertama pada payal ginjal
2. Pemasangan kateter.

c) Sistem Integumen atau toksikologi


1. Pertolongan pertama pada luka bakar
2. Pertolongan pertama pada gigitan binatang.

d) Sistem endokrin
1. Pertolongan pertama pasien hipo/hiperglikemia
2. Pertolongan pertama pada krisis tiroid.

e) Sistem Muskuloskletal

8
1. Mengenal patah tulang dan dislokasi
2. Memasang bidai
3. Menstransportasikan pasien kerumah sakit.

f) Sistem pengindraan
1. Pertolonga pertama pasien trauma mata atau telinga
2. Melakukan irigasi mata dan telinga.

g) Pada anak
1. Pertolongan pertama anak dengan kejang
2. Pertolongan pertama anak dengan asma
3. Pertolongan pertama anak dengan diare atau
konstipasi

5) Transfortasi
1. Syarat transfortasi penderita
a. Penderita gawat darurat siap ditransfortasi bila:
1) Gangguan pernapasan dan kardiovaskuler telah
ditanggulangi.
2) Perdarahan harus dihentikan.
3) Luka harus ditutup.
4) Patah tulang apakah memerlukan fiksasi.

b. Selama transfortasi harus dimonitor


1) Kesadaran.
2) Pernafasan.
3) Tekanan darah dan denyut nadi.
4) Daerah perlukaan.

c. Syarat kendaraan
1) Penderita dapat terlentang.
2) Cukup luas untuk lebih dari dua pasien dan petugas
dapat bergerak.

9
3) Cukup tinggi dan petugas dapat berdiri dan infuse
lancar.
4) Dapat melakukan komunikasi ke sentral komunikasi
dan rumah sakit.
5) Identitas jelas sehingga muda dibedakan dengan
ambulan lain.

d. Syarat alat yang harus ada yaitu resusitasi, oksigen, alat


hisap, obat-obatan dan infuse, balut dan bidai, tandu,EKG
transmitter, incubator (untuk bayi), dan alat-alat
persalinan.

e. Syarat personal
1) Dua orang perawat yang dapat mengemudi.
2) Telah mendapat pendidikan tambahan gawat darurat.
3) Sebaiknya diasramakan sehingga mudah dihubungi.

2. Cara transfortasi

a. Fase Rumah Sakit

1) Puskesmas
Ada puskesmas yang buka selam 24 jam dengan
kemampuan:
1. Resusitasi
2. Menanggulangi fase gawat darurat baik medis
maupun pembedaan minor.
3. Dilengkapi dengan laboratorium untuk menunjang
diagnostic seperti pemeriksaan Hb, leukosit, gula
darah.
4. Personal yang dibutukan satu dokter umum dan
dua samapi tiga perawat daka satu shift.

2) Intalasi Gawat Darurat (IGD) atau Unit Gawat Darurat


(UGD).

10
Berhasil atau gagalnya suatu IGD atau UGD
tergantung pada:
1. Keadan penderita waktu tiba di IGD
a. Tergantung pada mutu penanggulangan pra
rumah sakit.
b. IGD harus aktif meningkatkan mutu
penanggulangan pra rumah sakit.

2. Keadaan gedung IGD sebaiknya dirancang


sedemikian rupa sehingga:
a. Masyarakat mudah mencapainya.
b. Kegiatan mudah dikontrol.
c. Jarak jalan kaki didalam ruangan tidak jauh.
d. Tidak ada infeksi silang.
e. Dapat menanggulangi keadaan bencana.

3. Kualitas dan kuantitas alat dan obat-obatan


a. Alat-alat atau obat-obatan yang diperlukan untuk
resusitasi, yaitu:
1. Suction manual atau otomatis.
2. Oksigen.
3. Respirator manual atau otomatis.
4. Laringoskop
5. Pipa endotracheal.
6. Pipa nasotracheal.
7. Gudel.
8. Spuit dan jarum.
9. Cuff set.
10. EKG-monitor jantung (portable) dan
defribilator.
11. Infus atau tranfusi set serta cairan dan darah.
12. Cairan Dextrose 50% ampul.
13. Morphin-Pethidin-Adrenalin.

11
14. Tandu.
15. Gunting.
16. Jarum intra cardiac, dan lain-lain.

b. Alat-alat atau obat-obatan untuk menstabilisasi


penderita:
1. WSD set atau jarum fungsi.
2. Bidai segala ukuran.
3. Perban segala ukuran.
4. Sonde lambung.
5. Foley kateter segalaukuran.
6. Venaseksi set.
7. X-ray.
8. Perban untuk luka bakar.
9. Perikardiosentesis set dan lain-lain.

c. Alat-alat tambahan untuk diagnose dan terapi


1. Alat-alat periksa pengobatan mata.
2. Slit lamp.
3. THT set.
4. Traction kit.
5. Gips.
6. Obstetri ginekologi set.
7. Laboratorium mini.
8. Bone setPembedahan minor set.
9. Thoracotomy set.
10. Benang-benang atau jarum segala ukuran.
11. Kemampuan dan keterampilan petugas

a. Golongan pertama
Yang tidak langsung menangani
penderita yaitu Cleaning Service,
Keamanan, penerangan, kasir.

12
b. Golongan kedua
Yang langsung menangani penderita
yaitu perawat, dokter dan koasisten;
Perawat tulang punggung IGD,kualitas
perawat turut menentukan kualitas
pelayanan IGD, perawat yang harus
memahami perawatan gawat darurat
untuk melakukan resusitasi
kordiopulmoner dan life support; dan
bagi perawat yangmelanjutkan misalnya
DIII, S1, S2, agar dasar ilmiahnya kuat.

4. Pembiayaan
Pembiayaan perawatan pasien gawat darurat antara
lain berasal dari:
a. Asuransi Jasa Raharja.
b. Askes Pegawai Negeri.
c. Askes/Jamsostek.
d. Dana Sehat.
e. Subsidi Pemerintah ( missalnya Gakin).

B. Proses Keperawatan Pada Area Keperawatan Gawat Darurat

Pendekatan proses keperawatan dalam area keperawatan gawat darurat dipengaruhi


oleh:

1. Waktu yang terbatas


2. Kondisi klien yang memerlukan bantuan segera
3. Kebutuhan pelayanan yang defenitif diunit lain (OK, ICU)
4. Informasi yang didapat
5. Peran dan sumber daya petugas

Proses keperawatan gawat darurat berbeda dengan asuhan keperawatan yang ada
diruangan lain, karena ketika perawat melakukan pengkajian faktor waktu terbatas dan
informasi yang didapat juga terbatas. Prioritasnya adalah mengkaji dan mengatasi masalah

13
yang mengancam kehidupan. Intervensi yang dilakukan terkadang sebelum dilakukan
pengkajian lengkap dan didasarkan pada pengalaman dan keputusan. Terkadang tidak selalu
ada rencana perawatan tertulis. Sedangkan sifat evaluasi dalam menit, bukan jam atau hari.
Dalam menegakkan diagnosa keperawatan pun dibuat berdasarkan kondisi klinis pasien,
berdasarkan pengkajian ABC (Airway, Breathing, circulation) yang terkait dengan kondisi
klinis klien, dan ditegakkan secara prioritas kegawatdaruratan.
Pada proses keperawatan untuk klien dalam kedaaan kritis (critical care) lebih banyak
kesamaan dengan asuhan keperawatan yang ada diruangan lainnya, hanya saja prioritas
pengkajian primer tetap dilakukan dan prinsip penegakan diagnosa keperawatan berdasarkan
prinsip kegawatan pada klien kritis.

C. Efek & Kondisi Keperawatan Gawat Darurat Terhadap Pasien & Keluarga

Pasien gawat darurat umumnya dalam kondisi akut atau berat, sehingga perawat harus
dapat memahami reaksi yang di timbulkan, antara lain:

1. Ketakutan
Banyak hal yang dapat menimbulkan rasa takut pada pasien dan keluarga,
misalnya takut kematian, pengobatan yang diberikan, akan penyakitnya, lingkungan
gawat darurat yang sibuk, banyak pasien gawat dan lain-lain.
Untuk mengatasi masalah tersebut perawat harus dapat bekerja lebih empati,
memiliki keterampilan yang cukup dan harus dapat meningkatkan rasa nyaman dan
rasa aman pada pasien dan keluarga.

2. Tidak sabar atau marah


Datang ke instalasi gawat darurat, pasien atau keluarga menganggap kondisi harus
segera ditolong dan membutuhkan perhatian yang penuh, jika hal ini tidak terpenuhi,
pasien atau keluarga akan tidak sabar atau kurang terkontrol emosinya sehingga
menyebabkan kemarahan.
Perawat harus menyadari kemungkinan ini, dengan antisipasi sebagai berikut:
a. Memberi penjelasan tentang kondisi pasien
b. Penanganan yang dilakukan
c. Pemeriksaan pendukung seperti : CT Scan, Laboratorium, Radiologi dan lain-
lain yang harus menunggu hasil pemeriksaan.

14
d. Penjelasan adanya pasien lain yang lebih memerlukan pertolongan segera
e. Namun langkah awal pasien harus ditangani dengan penuh perhatian dan
kesigapan

3. Kesedihan
Disebabkan oleh kehilangan anggota tubuh, kehilangan orang yang dicintai,
adanya pembatasan pengunjung, rasa tidak diperhatikan keluarga. Dalam hal ini tim
kesehatan harus berempati terhadap kondisi tersebut dan di izinkan satu orang
menunggu pasien.

(Hartanto, 2013)

15
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Kegawatdaruratan atau dapat pula disebut sebagai emergency adalah suatu situasi yang
mendesak yang beresiko terhadap kesehatan, kehidupan, kesejahteraan, atau lingkungan.
Suatu insiden dapat menjadi suatu kegawatdaruratan apabila merupakan suatu insiden dan
mendesak atau mengancam nyawa, kesehatan, kesejahteraan, ataupun lingkungan. Insiden
yang sebelumnya menyebabkan hilangnya nyawa seseorang, kecacatan, merusak
kesejahteraan, ataupun merusak lingkungan.
Keadaan darurat tersebut memerlukan bantuan orang lain yang idealnya memiliki
kualisifikasi dalam melakukan pertolongan, hal ini membutuhkan keterlibatan dari berbagai
pelayanan multilevel, baik dari pemberi pertolongan pertama, teknisi sampai kelayanan
kesehatan gawat darurat
Layanan kegawatdaruratan medis di tiap-tiap negara dan daerah menyediakan layanan
yang beragam dengan metode yang beragam pula, hal ini ditentukan oleh kebijakan
pemerintah negara masing-masing dengan metode pendekatan yang berbeda pula tergantung
dari kondisi negara tersebut. Secara umum, semua layanan kegawatdaruratan medis
menyediakan layanan bantuan hidup dasar. Bantuan hidup dasar merupakan suatu tindakan
medis yang dilakukan pada pasien dengan sakit yang mengancam nyawa atau cidera sampai
pasien tersebut mendapatkan pelayanan kesehatan penuh dirumah sakit. Pemberian BHD
bertujuan untuk menyediakan sirkulasi darah yang adekuat serta pernafasan melalui
pembebesan jalan napas

16
DAFTAR PUSTAKA

Departemen Kesehatan (2006). Pedoman Manajemen Sumber Daya Manusia (SDM)


Kesehatan dalam Penanggulangan Bencana. Jakarta: Departemen Kesehatan

Hamurwono, Guntur Bambang (2002). Kebijakan Departemen Kesehatan dalam


pengembangan SPGDT.

Hartanto (2013). Standar Prosedur Operasional serah terima pasien antar ruangan.
Semarang: Bunda Maternal Hospital

Musliha (2010). Keperawatan Gawat Darurat. Yogyakarta: Numed

Wijaya, S. (2010). Konsep Dasar Keperawatan Gawat Darurat. Denpasar : PSIK FK

17

Anda mungkin juga menyukai