I. PENDAHULUAN
Diabetes adalah salah satu penyakit yang paling sering diderita dan penyakit
kronik yang serius di Indonesia saat ini. Diabetes melitus adalah suatu penyakit
kronik yang komplek yang melibatkan kelainan metabolisme karbohidrat, protein dan
lemak dan berkembangnya komplikasi makro vaskuler, mikro vaskuler dan neurologis
(Barbara C. Long, 1996).
Setengah dari jumlah kasus Diabetes Mellitus (DM) tidak terdiagnosa karena
pada umumnya diabetes tidak disertai gejala sampai terjadinya komplikasi. Prevalensi
penyakit diabetes meningkat karena terjadi perubahan gaya hidup, kenaikan jumlah
kalori yang dimakan, kurangnya aktifitas fisik dan meningkatnya jumlah populasi
manusia usia lanjut.
Dengan makin majunya keadaan sosio ekonomi masyarakat Indonesia serta
pelayanan kesehatan yang makin baik dan merata, diperkirakan tingkat kejadian
penyakit diabetes mellitus (DM) akan makin meningkat. Penyakit ini dapat
menyerang segala lapisan umur dan sosio ekonomi. Dari berbagai penelitian
epidemiologis di Indonesia di dapatkan prevalensi sebesar 1,5- 2,3 % pada penduduk
usia lebih besar dari 15 tahun.
Salah satu komplikasi komplikasi dari diabetes melitus antara lain masalah pada
kaki penderita yaitu kaki diabetik. Kaki diabetik adalah kelainan tungkai kaki bawah
akibat diabetes melitus tidak terkendali (Soegondo,2009).
Dalam hal antisipasi untuk pencegahan masalah ini yang sangat perlu
diperhatikan adalah dengan memberikan penyuluhan kesehatan pada penderita
Diabetes Mellitus. Penyuluhan kesehatan pada penderita diabetes mellitus merupakan
suatu hal yang amat penting dalam regulasi gula darah penderita DM dan mencegah
atau setidaknya menghambat munculnya penyulit kronik maupun penyulit akut yang
ditakuti oleh penderita. Dalam hal ini diperlukan kerjasama petugas kesehatan dan
keluarga maupun pasien sediri.
II. PERAWATAN KAKI DIABETIK
A. Pengertian Kaki Diabetik
Kaki diabetik adalah kelainan tungkai kaki bawah akibat diabetes melitus
tidak terkendali. Kelainan kaki diabetes mellitus dapat disebabkan adanya gangguan
pembuluh darah, gangguan pensyarafan, dan adanya infeksi. Kaki diabetes merupakan
salah satu komplikasi diabetes yang masih luput dari perhatian. Padahal, konsekuensi
dari kaki diabetik yang terlanjur memburuk dapat menyebabkan gangren dan
mengarah pada tindakan amputasi (Soegondo,2009).
B. Gejala Kaki Diabetik
1. Gangguan Pembuluh Darah (Angiopati)
Keadaan hiperglikimia (kadar gula darah tinggi dalam darah) yang terus
menerus akan mempunyai dampak pada kemampuan pembuluh darah tidak
berkontraksi dan relaksasi berkurang. Hal ini mengakibatkan sirkulasi darah tubuh
menurun, terutama kaki, dengan gejala antara lain :
a. Sakit pada tungkai bila berdiri, berjalan, dan melakukan kegiatan fisik.
b. Jika diraba kaki terasa dingin, tidak hangat.
c. Rasa nyeri kaki waktu istirahat pada malam hari.
d. Sakit pada telapak kaki satelah berjalan.
e. Jika luka sukar sembuh.
f. Pemeriksaan tekanan nadi kaki menjadi kecil atau hilang.
g. Perubahan warna kulit, kaki tampak pucat atau kebiru- biruan.
(Tjahjadi,2002)
2. Gangguan Pensyarafan (Neuropati)
Neuropati akan menghambat signal, rangsangan atau terputusnya komunikasi
dalam tubuh. Syaraf pada kaki sangat penting dalam menyampaikan pesan ke
otak, sehingga menyadarkan kita adanya bahaya pada kaki, misalnya rasa sakit
saat tertusuk paku atau rasa panas saat terkena benda- benda panas. Kaki diabetes
dengan gangguan neuropati akan mengalami gangguan sensorik, motorik, dan
otonomik. Neuropati sensorik ditandai dengan perasaan pada baal atau kebal
(parastesia), kurang berasa (hipestesia) terutama pada ujung kaki terhadap rasa
panas, dingin dan sakit, terkadang disertai rasa pegal dan nyeri pada kaki.
Neuropati mootorik ditandai dengan kelemahan system otot, otot mengecil,
mudah lelah, kram otot, deformitas kaki (charcot), ibu jari seperti palu (hammer
toe), sulit mengatur keseimbangan tubuh. Gangguan syaraf otonomik pada kaki
ditandai dengan kulit menjadi kering, pecah- pecah dan tampak mengkilat karena
kelenjar keringat di bawah kulit berkurang (Foster, 2002).
3. Iskemik
Ini disebabkan penurunan aliran darah ke tungkai akibat adanya
makroangiopati (arterosklerosis) dari pembuluh darah besar ditungkai, terutama di
daerah betis. Gambaran klinisnya adalah :
a. Penderita mengeluh nyeri waktu istirahat.
b. Pada perabaan terasa dingin.
c. Pulsasi pembuluh darah kurang kuat.
d. Didapatkan ulkus sampai gangrene. (Waspadji,2006)
4. Infeksi
Penurunan sirkulasi darah pada daerah kaki akan menghambat proses
penyembuhan luka, akibatnya kuman masuk ke dalam luka dan terjadi infeksi.
Peningkatan kadar gula darah akan menghambat kerja leukosit dalam mengatasi
infeksi, luka menjadi ulkus gangrene dan terjadi perluasan infeksi sampai ke
tulang (osteomielitis). Kaki yang mengalami ulkus gangren luas sulit untuk
diatasi, yang memerlukan tindakan amputasi. (Tjahjadi,2002)
3. Kulit Melepuh
Kejaadian kulit melepuh atau iritasi sering diakibatkan oleh pemakaian sepatu
yang sempit, jika hal ini terjadi jangan mengobati sendiri. Kulit yang mengalami
iritasi seringkali disertai dengan infeksi (ulkus) dan terkadang tidak dirasa akibat
adanya neuropati, dan diketahui setelah keluarnya cairan atau nanah, yang
merupakan tanda awal dari masalah. Ulkus harus segera diobati dan dirujuk ke
podiatrist atau tim kesehatan. (RA,2009)
9. Kaki Charcot
Suatu kondisi yang menggambarkan efek dari pelunakan tulang yang terjadi
dalam kaki. Hal ini terjadi sebagai akibat dari neuropati atau kerusakan saraf
ekstrim. Tulang menjadi terlalu lemah dan akhirnya menjadi mudah retak. Karena
saraf telah menjadi terlalu rusak, rangsangan tidak lagi sedang dikirim seperti
perasaan sakit. Selain, gerakan otot juga terhambat. Karena tidak ada yang
dirasakan dalam wilayah karena kerusakan saraf, struktur tulang seluruh kaki
mengalami stress dan trauma berulang kali.
f. Periksa sepatu sebelum dipakai, apakah ada kerikil, benda- benda tajam seperti
jarum dan duri. Lepas sepatu setiap 4- 6 jam serta gerakkan pergelangan dan
jari- jari kaki agar sirkulasi darah tetap baik terutama pada pemakaian sepatu
baru.
g. Bila menggunakan sepatu baru, lepaskan sepatu setiap 2 jam kemudian periksa
keadaan kaki (Soegondo, 2005).
3. Senam kaki
Senam kaki dapat membantu memperbaiki sirkulasi darah dan memperkuat
otot- otot kecil kaki dan mencegah terjadinya kelainan bentuk kaki (deformitas).
(Soegondo,2009). Beberapa latihan senam kaki dapat dilakukan :
a. Duduk secara benar diatas kursi dengan meletakkan kaki dilantai.
b. Dengan meletakkan tumit di lantai, jari- jari kedua belah kaki diluruskan ke
atas lalu dibengkokkan kembali ke bawah seperti cakar ayam sebanyak 10
kali.
c. Dengan meletakkan tumit di lantai, angkat telapak kaki ke atas. Kemudian,
jari- jari kaki diletakkan di lantai dengan tumit kaki diangkat ke atas. Cara ini
diulangi sebanyak 10 kali.
d. Tumit kaki diletakkan di lantai. Bagian depan kaki diangkat ke atas dan buat
putaran 3600 dengan pergerakan pada pergelangan kaki sebnyak 10 kali.
e. Jari- jari kaki diletakkan di lantai. Tumit diangkat dan buat putaran
3600 dengan pergerakan pada pergelangan kaki sebanyak 10 kali.
f. Angkat salah satu lutut kaki, dan luruskan. Gerakan jari-jari kedepan turunkan
kembali secara bergantian kekiri dan ke kanan. Lakukan sebanyak 10
kali. Ulangi langkah ini untuk kaki sebelahnya.
g. Luruskan salah satu kaki diatas lantai kemudian angkat kaki tersebut dan
gerakkan ujung jari kaki kearah wajah lalu turunkan kembali kelantai.
Lakukan sebanyak 10 kali. Ulangi langkah ini untuk kaki sebelahnya.
h. Angkat kedua kaki dan luruskan, pertahankan posisi tersebut. Gerakan
pergelangan kaki kedepan dan kebelakang. Ulangi sebanyak 10 kali.
i. Luruskan salah satu kaki dan angkat, putar kaki pada pergelangan kaki,
tuliskan pada udara dengan kaki dari angka 0 hingga 9 lakukan secara
bergantian.
j. Letakkan sehelai koran dilantai.
1) Bentuklah kertas itu menjadi seperti bola dengan kedua belah kaki.
Kemudian, buka bola itu menjadi lembaran seperti semula menggunakan
kedua belah kaki. Cara ini dilakukan sekali saja.
2) Lalu robek koran menjadi 2 bagian, pisahkan kedua bagian koran.
3) Sebagian koran di sobek-sobek menjadi kecil-kecil dengan kedua kaki.
4) Pindahkan kumpulan sobekan-sobekan tersebut dengan kedua kaki lalu
letakkan sobekkan kertas pada bagian kertas yang utuh.
5) Bungkus semuanya dengan kedua kaki menjadi bentuk bola.
(Atun,2010)
Apa Yang Tidak Boleh Dilakukan :
1. Jangan merendam kaki lebih dari 5 menit.
2. Jangan pergunakan botol panas atau peralatan listrik untuk memanaskan kaki.
3. Jangan gunakan batu/ silet untuk mengurangi kapalan (callus).
4. Jangan merokok.
5. Jangan pakai sepatu atau kaos kaki sempit.
6. Jangan menggunakan obat-obatan tanpa anjuran dokter untuk menghilangkan ‘mata
ikan’.
7. Jangan gunakan sikat atau pisau untuk kaki.
8. Jangan membiarkan luka kecil di kaki, sekecil apapun luka tersebut.
9. Jangan berjalan tanpa alasa kaki
Perawatan kaki merupakan upaya pencegahan primer terjadinya luka pada kaki
diabetes. Tindakan yang harus dilakukan dalam perawatan kaki untuk mengetahui adanya
kelainan kaki secara dini, memotong kuku yang benar, pemakaian alas kaki yang baik,
menjaga kebersihan kaki dan senam kaki. Hal yang tidak boleh dilakukan mengatasi sendiri
bila ada masalah pada kaki atau penggunaan alat-alat/benda. Pasien perlu mengetahui
perawatan kaki diabetic dengan baik, dengan demikian kejadian ulkus gangrene dan amputasi
dapat dihindarkan.
G. DAFTAR PUSTAKA
Long, Barbara C. 1996. Perawatan Medikal Bedah, (Volume 2), Penerjemah:
Karnaen, Adam, Olva, dkk, Bandung: Yayasan Alumni Pendidikan
Keperawatan
M, Atun. 2010. Memahani, Mencegah, dan Merawat Penderita Penyakit Gula.
Bantul: Kreasi Wacana
RA, Nabyl. 2009. Cara Mudah Mencegah dan Mengobati Diabetes Melitus.
Yogjakarta: Aulia Publishing
Soegondo, Sidartawan, dkk. 2009. Penatalaksanaan Diabetes Melitus Terpadu.
Jakarta: Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
Tjahjadi, Vicynthia. 2002. Mengenal, Mencegah, Mengatasi Silent Killer Diabetes.
Semarang: Pustaka Widyamara
Waspadji, Sarwono. 2006. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam . Jilid III. Edisi
IV. Jakarta: Pusat Penerbitan Ilmu Penyakkit Dalam Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia
Djokomoeljanto. 2007. Diabetes Melitus ditinjau dari Berbagai Aspek Penyakit
Dalam.Semarang : CV Agung Semarang
SATUAN ACARA PENYULUHAN
A. TUJUAN
1. TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM
Setelah mengikuti kegiatan penyuluhan diharapkan peserta mengetahui tentang
perawatan kaki diabetes.
C. METODE
1. Ceramah
2. Tanya jawab
D. MEDIA/ALAT BANTU
1. Leaflet
E. SETTING TEMPAT
Keterangan :
Meja :
Moderator :
Observer :
Notulen :
Infokus :
Presentator :
Fasilitator :
Peserta :
F. KEGIATAN
NO. WAKTU KEGIATAN PENYULUHAN PESERTA
1. 5 menit PEMBUKAAN
Mengucapkan salam Menjawab
Memperkenalkan diri Mendengar
Menjelaskan topik, waktu dan Mendengarkan dan
tujuan penyuluhan memperhatikan
2. 25 menit Kegiatan inti
Menggali pegetahuan peserta Memperhatikan
mengenai perawatan kaki diabetik
menjelaskan pengertian sehat jiwa Memperhatikan
Menjelaskan pengertian kaki Memperhatikan
diabetik Memperhatikan
Menjelaskan gejala kaki diabetik
Menjelaskan masalah umum pada Memperhatikan
kaki diabetik
Memberikan kesempatan peserta Mengajukan pertanyaan
untuk bertanya
Memberikan kesempatan peserta Mengemukakan
lain untuk menjawab pendapat
Memberikan reinforcement Mendengarkan
Menjelaskan perawatan kaki Memperhatikan
sebelum terjadi luka (pencegahan
primer) Memperhatikan
Menjelaskan perawatan kaki
setelah terjadi luka (pencegahan Memperhatikan
sekunder)
Memberikan kesempatan peserta Mengajukan pertanyaan
untuk bertanya
Memberikan kesempatan peserta Mengemukakan
lain untuk menjawab pendapat
Memberikan reinforcement Mendengarkan
3. 15 menit PENUTUP
Bersama peserta menyimpulkan Bersama-sama
atau merangkum kembali apa yang menyimpulkan
telah disampaikan
Mengevaluasi pengetahuan peserta Menjawab pertanyaan
tentang materi yang telah
disampaikan
Penyerahan/ pembagian leaflet Menerima leaflet
Melakukan terminasi Memperhatikan dan
mendengarkan
Memberi salam untuk menutup menjawab salam
pertemuan
G. KRITERIA EVALUASI
1. Evaluasi Struktur :
a. Peserta hadir di tempat pelaksanaan pada waktu yang telah ditentukan
b. Persiapan dilaksanakan satu hari sebelum acara
2. Evaluasi Proses :
a. Jumlah peserta penyuluhan minimal 5 peserta
a. Media yang digunakan adalah leaflet, infokus dan proyektor
b. Waktu penyuluhan adalah 45 menit
c. Persiapan penyuluhan dilakukan beberapa hari sebelum kegiatan penyuluhan
d. Pembicara diharapkan menguasai materi dengan baik
e. Tidak ada peserta yang meninggalkan ruangan saat kegiatan penyuluhan
berlangsung
f. Peserta aktif dan antusias dalam mengikuti kegiatan penyuluhan
3. Evaluasi Hasil :
Setelah mengikuti kegiatan penyuluhan peserta diharapkan :
a. 70% peserta mampu menjelaskan pengertian kaki diabetik
b. 70% peserta mampu menjelaskan gejala kaki diabetik
c. 70% peserta mampu menjelaskan masalah umum yang terjadi pada kaki diabetik
d. 70% peserta mampu menjelaskan perawatan kaki diabetik sebelum terjadi luka
(pencegahan primer)
e. 70% peserta mampu menjelaskan perawatan kaki diabetik setelah terjadi luka
(pencegahan sekunder)