Astagina S.S. - 1710714059 - NCP PGA
Astagina S.S. - 1710714059 - NCP PGA
Astagina S.S. - 1710714059 - NCP PGA
Kelompok 7
Kelas A
Astagina Sekar Sakti (1710714059)
A. Anamnesis
1. Identitas Pasien
Nama : Tn. H
Umur : 42 tahun
Sex : Laki-laki
Riwayat anoreksia, mual, fatigue, pusing, gatal di kulit, dan urin jarang
Penyakit dan sedikit
Sekarang
Penghasilan : Rp 2.900.000,00
Data Sosio Belum menikah dan hidup sendiri di kontrakan.
ekonomi Suku : -
Aktifitas fisik Jumlah jam kerja 19 jam sehari. Sering bergadang karena
bekerja. Tidak sempat berolahraga karena bekerja hampir
setiap hari. Jika libur ia gunakan untuk tidur.
Alergi
Telur
makanan
Masalah
gastrointestinal Mual, anoreksia, agak perih ketika terlambat makan.
Perubahan
Tidak tahu
berat badan
Mempersiapka
-
n makanan
Riwayat / pola Makanan pokok : nasi putih 5 – 6 porsi sehari, mie instan
makan 1,5 bungkus (2 hari sekali)
Lauk hewani : ayam bagian paha @2 potong (2 hari
sekali), daging sapi @50 gr (1 kali sehari), ikan @1 ekor
kecil (2 hari sekali), jerohan: hati ayam @2 pcs (2 kali
seminggu)
Lauk nabati : tempe goreng tepung setiap hari @4 potong,
kacang tanah goreng @2 sdm setiap kali makan
Sayuran : kangkung hampir setiap hari @2 sdm, sawi
putih @2 sdm 2 hari sekali, sayur asem hampir tiap hari
@1 mangkuk kecil
Buah : pisang hampir setiap makan
Minuman : kopi hitam pekat manis 2-3 cangkir sehari
(kopi 2 sdm, gula 3 sdm), minuman penambah energi 1
botol per hari
Berdasarkan data diatas, Tn. H berumur 42 tahun, pekerjaan sebagai sopir bus antar kota,
masuk rumah sakit dengan diagnosis dokter penyakit ginjal Akut dengan keluhan anoreksia,
mual, fatigue, pusing, gatal di kulit, dan urin jarang dan sedikit. Riwayat penyakit dahulu
yaitu Atherosklerosis dan hipertensi, dan penyakit ini bukan berasal dari keluarga. Pasien
memiliki jumlah jam kerja yang tinggi, yaitu 19 jam sehari. Pola istirahat buruk karena sering
bergadang lalu tidak sempat berolahraga karena bekerja hampir setiap hari. Jika libur ia
gunakan untuk tidur. Pasien tidak memakan telur, susu, dan wortel karena alergi dan
pantangan makanan. Memiliki masalah gastroitestinal mual, anoreksia, da perut agak perih
ketika terlambat makan. Selai itu, kesehatan mulut pasien mengalami gangguan penciuman,
jika mencium makanan seolah-olah aromanya tidak enak, dan gigi masih lengkap.
Dilihat dari riwayat pola makannya, pasien mengonsumsi makanan yang cukup, namun menu
cenderung tinggi protein dan setiap hari mengonsumsi kopi hitam pekat manis 2-3 cangkir
dan sering minuman penambah energi sebanyak 1 botol per hari
Penyakit ginjal akut atau gagal ginjal akut merupakan istilah yang merujuk pada kondisi
ketika ginjal seseorang rusak secara mendadak, sehingga tidak bisa berfungsi. Gagal ginjal
akut terjadi ketika ginjal tiba-tiba tidak bisa menyaring limbah kimiawi dari darah yang bisa
memicu bertumpuknya limbah tersebut. Biasanya, gagal ginjal akut terjadi sebagai
komplikasi dari penyakit serius lainnya, dan umumnya diderita oleh orang tua atau pasien
perawatan intensif di rumah sakit. Ginjal dapat mengalami kondisi gagal ginjal akut secara
cepat, hanya dalam beberapa jam saja. Jika tidak ditangani dengan segera, gagal ginjal akut
bisa membahayakan nyawa penderitanya.
Gejala gagal ginjal akut yang umumnya muncul adalah: Berkurangnya produksi urine, mual
dan muntah, nafsu makan berkurang, bau napas menjadi tidak sedap, sesak, tingginya tekanan
darah, mudah lelah, penumpukan cairan dalam tubuh (edema), yang dapat menyebabkan
pembengkakan pada tungkai atau kaki, penurunan kesadaran, dehidrasi, kejang, tremor, nyeri
pada punggung, di bawah tulang rusuk (flank pain).
Pada fase awal, gagal ginjal akut biasanya tidak menunjukkan gejala apa pun. Namun,
penyakit ini bisa memburuk dengan cepat dan tiba-tiba penderita mengalami beberapa gejala
di atas.
- Berkurangnya aliran darah ke ginjal, seperti pada: Volume darah yang rendah karena
perdarahan, muntah dan diare berlebihan sehingga mengakibatkan dehidrasi berat,
luka bakar, jumlah darah yang dipompa jantung di bawah normal karena syok
anafilaktik, gagal hati, gagal jantung atau sepsis.
- Tersumbatnya saluran urine, sehingga limbah dari ginjal tidak bisa dibuang melalui
urine. Tersumbatnya aliran urine ini dapat disebabkan oleh :Pembesaran prostat, batu
ginjal, tumor daerah panggul, contoh tumor kandung kemih atau ovarium.
Ada beberapa faktor yang bisa meningkatkan risiko seseorang untuk terkena gagal ginjal
akut, yaitu:
- Menderita penyakit ginjal sebelumnya, seperti gagal ginjal kronis. Menderita penyakit
arteri perifer. Berusia 65 tahun atau lebih. Sedang menjalani perawatan di ruang
intensif.
Sejumlah komplikasi yang dapat terjadi akibat penyakit gagal ginjal akut adalah:
- Asidosis metabolik. Asidosis metabolik menyebabkan pusing, mual dan muntah, serta
sesak.
- Kerusakan ginjal permanen. Gagal ginjal akut yang berkomplikasi menjadi gagal
ginjal kronis membutuhkan cuci darah secara permanen atau tranplantasi ginjal.
- Edema paru. Edema paru terjadi ketika terjadi penumpukan cairan di dalam paru-
paru.
- Kematian. Kematian lebih berisiko terhadap pasien yang sudah memiliki penyakit
ginjal sebelumnya.
B. Antropometri
TB BB
160 cm 61 kg
IMT = BB/TB m2
= 61/1,62
= 61/2,56
= 23,82
Berdasarkan rumus diatas, didapatkan hasil Indeks Massa Tubuh pasien yaitu 23.82 kg/m 2.
Menurit DEPKES RI IMT Tn. H tergolong kategori status gizi yang normal
C. Pemeriksaan Biokimia
Ureum tinggi, kondisi gagal ginjal yang ditandai dengan kadar ureum tinggi
dikenal dengan istilah uremia. Keadaan ini dapat berbahaya dan memerlukan
hemdialisis atau tranplatasi ginjal.
Kalium tinggi, kondisi ii disebut hiperkalemia. Ketika fungsi ginjal terganggu,
ginjal tidak mampu membuang kelebihan kalium dalam tubuh. Kondisi ini
menyebabkan jumlah kalium dalam tubuh meningkat.
Asam urat tinggi, saat asam urat menumpuk, lama-kelamaan akan terbentuk
batu ginjal. Jika hal ini terus dibiarkan, penumpukan batu ini dapat mengganggu
fungsi ginjal dan akhirnya meyebabkan gagal ginjal. Untuk pemeriksaan
kreatinin dan glukosa darah puasa pasien tergolong normal.
Hb rendah, dapat menginterpretasikan defisiensi protein, Fe, vitamin B12,
anemia, perdarahan, hemolisis, malnutrisi, kegagalan fungsi sumsum tulang
belakang, dan penyakit ginjal.
Berdasarkan hasil pemeriksaan fisik dan klinis disimpulkan bahwa tekanan darah pasien
tinggi serta terdapat oedema ringan di kaki.
Hipertensi adalah kondisi di mana tekanan darah lebih tinggi dari 140/90 milimeter merkuri
(mmHG). Angka 140 mmHG merujuk pada bacaan sistolik, ketika jantung memompa darah
ke seluruh tubuh. Sementara itu, angka 90 mmHG mengacu pada bacaan diastolik, ketika
jantung dalam keadaan rileks sembari mengisi ulang bilik-biliknya dengan darah.
Edema adalah pembengkakan pada anggota tubuh yang terjadi karena penimbunan cairan di
dalam jaringan. Edema menandakan adanya kebocoran cairan tubuh melalui dinding
pembuluh darah. Cairan ini kemudian menumpuk pada jaringan di sekitarnya dan
menyebabkan pembengkakan. Selain pembengkakan, edema juga memiliki ciri berupa kulit
yang tampak meregang. Ketika ditekan, akan terbentuk cekungan pada kulit yang lebih lama
kembali ke posisi semua. Sedangkan edema pada rongga perut, akan menyebabkan perut
tampak membesar.
F. Terapi Medis
Nondialisis
Obat : thiazid, ACEi/ ARB, NSAID
Pembahasan :
Obat thiazid merupakan salah satu obat diuretik untuk mengatasi edema, dengan
penggunaan obat ini, pasien rentan mengalami defisiensi zat gizi khususnya mineral karena
dapat terbuang secara berlebihan dalam urin, untuk itu intake mineral perlu diperhatikan
dalam asuhan diet pasien. Thiazid dan NSAID memiliki efek samping masalah gangguan
gastrointestinal seperti anoreksia, mulas, mual, muntah, konstipasi, sakit perut dan kehilangan
nafsu makan. Sehingga pasien rentan mengalami malnutrisi. Maka diperlukan diet yang
sesuai dengan keadaan pasien dan apabila terdapat konstipasi, jumlah asupan serat dapat
ditingkatkan.
ACE inhibitor dan ARB memiliki efek samping batuk kering secara terus meneru,
kehilangan pengecapan, rasa Logam pada darah, dan juga hiperkalemia. Pasien yang
mengonsumsi obat ini harus diberi asuhan gizi yang bentuknya disesuaikan dan penampilan
makanan juga diperhatikan agar meningkatkan nafsu makan, asupan kalium juga diperhatikan
agar tidak terjadi hiperkalemia.
BAGIAN 2. DIAGNOSIS GIZI
NI-5-7.2 Asupan protein berlebih berkaitan dengan pasien banyak mengonsumsi lauk hewani
dan nabati ditandai dengan kadar ureum 85 mg/dl
N.C 1.4 perubahan fungsi gastroentestinal berkaitan dengan mual dan muntah yang ditandai
oleh pasien merasa perih ketika terlambat makan dan jika mencium bau makanan seolah-olah
aromanya tidak enak
N.C 2.2 Perubahan laboratorium terkait gizi (ureum kreatinin meningkat) berkaitan dengan
gangguan fungsi ginjal yang ditandai dengan ureum dan kreatinin diatas nilai normal
N.C 2.2 perubahan nilai laboratorium terkait zat gizi (Asam Urat) berkaitan dengan gangguan
fungsi ginjal ditandai dengan asam urat diatas normal yaitu 7,2 mg/dl
BAGIAN 3. INTERVENSI GIZI
1. Tujuan Diet
Memberi makanan secukupnya tanpa memperberat fungsi ginjal.
Menjaga kerusakan lebih lanjut dari ginjal
Menurunkan kadar ureum darah
Menjaga keseimbangan cairan dan elektrolit
Memperbaiki dan mempertahankan status gizi optimal dan mempercepat
penyembuhan
2. Syarat Diet
Energi cukup untuk mencegah katabolisme, yaitu 25-35 kkal/kgBB
Protein disesuaikan dengan laju katabolisme protein, yautu 0.6-1.5 g/kgBB. Pada
katabolik ringan kebutuhan protein 0.6-1 g/kgBB, kqtabolik sedang 0.8-1.2
g/kgBB. Untuk katabolisme berat dianjurkan 1-1.5 g/kgBB.
Lemak sedang yaitu 20-30 % dari kebutuhan energi total, atau antara 0.5-1.5
g/kgBB. Untuk katabolisme berat dianjurkan 0.8-1.5 g/kgBB
Karbohidrat sebanyak sisa kebutuhan energi (setelah dikurangi jumlah energi
yang diperoleh dari protein dan lemak). Apabila terdapat trigliseridemia,
penggunaan KH sederhana atau gula murni harus dibatasi.
Bila ada anuria Natrium dan Kalium harus dibatasi. Batasi garam jika ada
hipertensi, edema, dan asites, batasi sayuran dan buah tinggi Kalium jika ada
hiperkalemia.
Cairan sebagai pengganti cairan yang keluar melalui muntah, diare, dan urin, +500
ml.
Bila kemampuan untuk makan rendah, makanan diberikan dalam bentuk formula
enteral dan parenteral. Bila diperlukan dapar ditambahkan suplemen asam folat,
vit B6, vit C dan vit K.
3. Terapi Diet
Jenis Diet : Diet Gagal Ginjal Akut Lunak dan Rendah Garam
Bentuk Makanan : Lunak
Cara Pemberian : Oral
5. Rekomendasi Menu
Waktu Menu BM BDD Energi KH Lemak Protein
(gr) (kkal) (gr) (gr) (gr)
Sarapan Bubur Beras 50 180 38,5 0,84 4,2
Tumis ayam Ayam 25 37,25 0 2,6 3,27
bumbu kuning Margarine 5 28,8 0,01 2,8 0,02
Sup oyong Oyong 100 9 2,01 0,09 0,54
Melon Melon 100 17 4,08 0,09 0,42
Snack Bubur sumsum Tepung beras 50 182,5 40 0,7 3
pagi Susu kedelai 100 54 5,1 1,98 4,64
Gula merah 15 55,2 13,8 0 0
Makan Bubur Beras 50 180 38,5 0,84 4,2
siang Tumis tuna Tuna 25 51 0 1,27 6,66
bumbu tomat Margarine 5 28,8 0,016 2,84 0,02
Tomat 100 24 4,68 0,48 1,28
Sayur bening Labu siam 75 22,12 3,71 0,37 1,4
labu siam Tomat 50 12 2,34 0,48 0,64
Pepaya Pepaya 100 52 12,3 0 0,7
Snack Oatmeal Oatmeal 35 140 24 3,5 6
sore Granola 10 40,8 1,1 7,23 0,92
Gula 5 19,1 5,1 0 0
Makan Bubur Beras 50 180 38,5 0,84 4,2
malam Sup bola-bola Daging 25 50,25 0 3,5 4,7
daging
Tumis buncis Buncis 75 17 3,6 0,15 1,2
jagung putren Jagung putren 25 17,5 3,7 0,05 1,1
Margarine 5 28,8 0,016 2,84 0,02
Melon Melon 100 17 4,08 0,09 0,42
TOTAL 1921,5 288,23 33,9 46,61
BAGIAN 4. MONITORING & EVALUASI GIZI
1. Rencana Monitoring dan Evaluasi
Biokimia Ureum, Kalium, Asam urat, - Menormalkan kadar Ureum, Kalium, Asam
dan HB urat, dan HB
3. Penerapan konseling
a. Sasaran konseling
Pasien
Keluarga pasien
b. Tujuan konseling
Meningkatkan pengetahuan keluarga dan pasien mengenai pentingnya makan
dengan mengikuti rekomendasi yang diberikan rumah sakit
Menjelaskan kepada keluarga dan pasien tentang makanan yang di anjurkan
dan tidak di anjurkan dengan kebutuhan dan kondisi pasien
Memotivasi pasien dan keluarga untuk dapat menjaga berat badannya atau
agar dapat menurunkan berat bedan pasien
c. Target konseling
- Adanya perubahan mengenai kadar Ureum, Kalium, Asam urat, dan
HBmenjadi normal
- Menormalkan tekanan darah, dan menghilangkan edema.
- Perubahan pola makan semakin membaik dan pengetahuan terkait gizi
semakin bertambah
d. Waktu konseling
Waktu konseling kepada pasien dan keluarga pasien sekitar 30 menit
e. Metode konseling
Metode yang digunakan yaitu diskusi dan tanya jawab
f. Alat Bantu konseling
Leaflet dan daftar bahan makanan penukar/Food model
g. Materi konseling