Anda di halaman 1dari 1

PAPARAN YANG TINGGI PADA MAKANAN SIAP SANTAP

 Makanan siap santap banyak tersedia di toko-toko makanan di Kampung Melayu 24 jam sehari
dan biasanya banyak berlokasi di persimpangan jalan.
 Sebagian besar jenis toko makanan yaitu warung makan yang menjual makanan matang yang
dijual dengan kisaran harga Rp 1000,00 – Rp 8000,00.
 Selain itu juga ada toko kelontong yang menjual camilan, makanan lain, dan produk bukan
makanan.
 Wanita yang tidak bekerja umumnya suka berkumpul untuk mengobrol sambil memakan
camilan seperti gorengan dan minuman manis.
 “...saat saya sendirian saya mungkin hanya minum 1 gelas es teh, tapi ketika sedang berkumpul
saya akan membeli lagi ketika minuman saya sudah habis. Saya merasa nyaman dengan
kebersamaan...” (non-obese, 34 tahun).
 Pasar tradisional terdekat yang memberikan banyak variasi baik makanan mentah maupun
matang hanya berjarak 10 menit dari lingkungan tempat tinggal.
 Pasar biasanya dikunjungi oleh pedagang makanan maupun orang-orang yang memasak di
rumah, sedangkan yang tidak memasak biasanya pergi kepasar hanya jika mereka ingin membeli
makanan yang tidak ada di toko makanan dekat rumah mereka.
 “Dulu saya suka pergi ke pasar tradisional setelah mengantar anak sekolah untuk membeli kue
pancong (kue tradisional khas Jakarta)” (non-obese, 33 tahun)

STRATEGI PEMASARAN TOKO MAKANAN


 Toko makanan di Kampung Melayu menggunakan berbagai strategi pemasaran untuk
meningkatkan loyalitas konsumen.
 Toserba biasanya menjual makanan seperti minyak goreng, gula, biskuit, dan makanan lainnya
yang di gabungkan dengan harga murah atau dengan hadiah gratis.
 Wanita biasanya tertarik untuk membeli barang yang dipromosikan sesuai dengan kebutuan
keluarganya seperti susu dan popok bayi.
 Toko kelontong juga memberikan hadiah berupa pakaian dan makanan yang diberikan pada hari
raya umat Muslim.
 Warung juga menawarkan kredit/hutang agar wanita tersebut tetap menjadi pelanggan reguler
dalam pembelian sehari-harinya yang dibayar secara bulanan setelah mereka mendapat uang
dari suaminya.
 “Saya sudah membeli kebutuhan sehari-hari di toko kelontong itu selama 2 tahun. Biasanya saya
membeli beras dan membayarnya nanti. Penjualnya mamperbolehkan saya untuk berhutang. Ia
juga memberikan biskuit atau kue-kue dan sirup saat mendekati hari Lebaran” (non-obese, 32
tahun)

Anda mungkin juga menyukai