Astagina Sekar S. - Breast Cancer
Astagina Sekar S. - Breast Cancer
Kelas A
Latar Belakang
Wanita dapat mengalami kenaikan lemak di area atas tubuh seperti perut, pundak, dan
tengkuk (obesitas android), atau di area bawah tubuh seperti bokong dan paha (obesitas
gynoid).
Tiga studi telah menyatakan korelasi antara risiko kanker payudara dan distribusi lemak
tubuh bagian atas. Obesitas android juga telah dikaitkan dengan prognosis pada pasien kanker
payudara dan dengan risiko kanker endometrium.
Saat ini, investigator menggunakan computed tomography (CT) scan menyatakan bahwa
seseorang dengan obesitas abdominal dapat memiliki lemak subkutan yang tinggi(trunk-
abdominal obesity) atau lemak visceral yang tinggi. Obesitas visceral telah dinyatakan dapat
menyebabkan resistensi insulin, intoleran glukosa, dan penurunan plasma HDL yang tinggi
dibandingkan trunk abdominal obesity dan obesitas gluteoformal.
Gangguan pada hormon seks seperti sex hormone binding globulin (SHBG) dan estrogen
yang tidak terikat protein sering terjadi pada pasien dengan kanker payudara dibandingkan
pada subyek kontrol. Wanita dengan kanker payudara memiliki kadar estradiol yang tidak
terikat protein lebih tinggi dan kadar SHBG yang lebih rendah dibangindkan subyek kontrol.
Karena risiko kanker payudara dan abnormalitas hormon seks yang terjadi pada pasien
dengan kanker payudara telah dibuktikan dengan wanita dengan distribusi lemak bagian atas
tubuh, kami ingin menentukan apakah obesitas visceral berkorelasi dengan risiko kanker
payudara.
Pertimbangan Statistik
Pasien dicocokan dengan subyek kontrol dengan rasio 1:1 berdasarkan umur, berat badan,
dan lingkar pinggang. Odd ratio dihitung menggunakan nilai rata-rata semua subyek pada
rasio visceral-to-total-fat-area (VT) dan rasio subcutaneus-to-visceral-fat-area (SV) untuk
perbandingan antara pasiendengan subyek kontrol. Hubungan antara rasio VT dan kovariasi
lainnya, rasio SV dan kovariasi lainnya, dan risiko kanker payudara dievaluasi menggunakan
analisis regresi logistik.
Hasil
Walaupun total lemak area abdomen yang diukur menggunakan CT scan sama antara pasien
dengan kanker payudara dan subyek kontrol, jumlah lemak visceral pada pasien dengan
kanker payudara lebih tinggi dibandingkan dengan subyek kontrol. Rasio VT pada pasien
kanker payudara lebih tinggi dibandingkandengan subyek kontrol, namun rasio SV pada
pasien kanker payudara lebih rendah dibandingkan dengan subyek kontrol.
Pada rasio VT lebih dari 0,24 risiko kanker payudara sebesar 9,5. Pada raso SV sebesar 3,64
risiko kanker payudara sebesar 8,5.
Berdasarkan hasil CT scan, pasien kanker payudara dengan subyek kontrol memiliki total
lemak yang sama (lemak visceral dan subkutan), namun pasien dengan kanker payudara
memiliki tital lemak visceral yang lebih tinggi daripada subyek kontrol.
Kami menemukan bahwa penambahan umur berkorelasi dengan lokalisasi lemak visceral
pada semua subyek penelitian. Derajat peningkatan obesitas visceral dengan pertambahan
umur lebih jelas pada pasien kanker payudara.
Derajat obesitas visceral pada pasien kanker payudara tidak berkorelasi dengan ukuran tumor,
tingkat reseptor estrogen dan progesteron, atau s-phase fraction.
Diskusi
Penggunaan CT scan telah memberikan dan menambahkan wawasan pada lokalisasi dan
kuantifikasi lemak tubuh. Wanita dengan obesitas android telah disubklasifikasi menjadi
trunk-abdominal obesity (kadar lemak subkutan tinggi) dan deep abdominal obesity (kadar
lemak visceral tinggi. Dalam penelitian ini, kami menemukan bahwa wanita dengan kanker
payudara memiliki lebih banyak lemak visceral dibandingkan dengan subyek kontrol apabila
dicocokan dengan umur, berat badan, dan lingkar pinggang.
Penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa CT merupakan metode yang akuran dan
reproduktif dalam pengukuran lemak tubuh. CT tubuh berkorelasi baik dengan metode
pengukuran lainnya, seperti densitometry, total air tubuh, dan nilai potassium tubuh.
Penelitian terkini juga menunjukkan bahwa CT lebih akurat dan lebih reproduktif
dibandingkan pengukuran pinggang sampai pinggul dan densitometri dalam medeskripsikan
kandungan dan distribusi lemak tubuh.
Penelitian sebelumnya menunjukkan perbedaan distribusi lemak pada subkutan dan visceral
antara pria dan wanita; wanita memiliki SV lebih tinggi dibandingkan pria.
Pengenalan pada dua tipe obesitas memiliki implikasi penting pada abnormalitas metabolik.
Seseorang dengan obesitas visceral memiliki tingkat resistensi insulin dan intoleransi glukosa
yang lebih tinggi dan kadar HDL plasma yang lebih rendah dibandingkan dengan seseorang
yang memiliki obesitas gynoid. Relevansi pada risiko kanker payudara ditemukan bahwa
terdapat korelasi positif antara kadar SHBG dan ekskresi insulin, dimana keduanya
mengalami penurunan pada obesitas abdominal.
Fraksi tidak terikat pada estrogen merupakan komponen aktif yang ada untuk bertindak pada
payudara. Estrogen berkatan dengan SHBG dan albumin; dan sisanya tidak berikatan. Bukti
menunjukkan bahwa hormon steroid yang berikatan dengan SHBG tidak digunakan
oleh sebagian besar jaringan target, sedangkan bagian yang tidak berikatan digunakan. Oleh
karena itu, kadar SHBG dapat menentukan kadar strogen yang berinteraksi dengan payudara.
Distribusi lemak tubuh dapat mempengaruhi kadar SHBG. Wanita dengan lokalisasi lemak
atas tubuh memiliki kadar SHBG yang rendah. Kurangnya SHBG akibat lokalisasi lemak atas
tubuh dan obesitas visceral kemungkinan dapat menambah risiko terjadinya kanker payudara.
Kesimpulannya, penelitian ini menunjukkan bahwa lemak visceral yang diukur dengan CT
scan berhubungan dengan kejadian kanker payudara. Gangguan hormon seks pada wanita
dengan obesitas visceral dan lokalisasi lemak tubuh atas dapat menjelaskan penemuan ini.
REVIEW JURNAL II
Relation between Obesity and Breast Cancer in Young Women
LATAR BELAKANG
Antara obesitas dan kanker payudara tidak berhubungan secara terang-terangan. Beberapa
penelitian menemukan peningkatan risiko kanker payudara pada wanita postmenopause yang
obesitas, penelitian lain hanya menemukan sedikit atau tidak ada hubungan. Beberapa
penelitian case-control dan cohort menghubungkan obesitas dengan menurunnya risiko
kanker payudara pada wanita muda. Efek yang tampaknya melindungi ini telah ditemukan
untuk mengurangi risiko kanker payudara 34 persen hingga 60 persen di antara studi yang
melaporkan hasil yang signifikan. Namun, penelitian lain tidak dapat mengonfirmasi
penemuan ini.
Penelitian ini dilakukan untuk menyelidiki lebih lanjut hubungan antara ukuran tubuh dan
risiko kanker payudara di antara wanita berusia 45 tahun atau lebih muda dengan menilai
ukuran tubuh pada beberapa titik waktu dalam kehidupan seorang wanita. Asosiasi ini
mungkin bervariasi berdasarkan usia.
DISKUSI
Temuan umum dari penelitian ini yaitu peningkatan ukuran tubuh berbanding terbalik dengan
risiko kanker payudara di kalangan wanita muda konsisten dengan temuan beberapa studi
sebelumnya tentang wanita premenopause atau lebih muda tetapi bertentangan dengan hasil
penelitian lain di mana tidak ada hubungan signifikan yang ditemukan.
Penelitian mengenai hubungan tinggi badan dengan risiko pada wanita muda memberikan
hasil yang beragam. Tinggi badan yang tinggi berhubungan dengan peningkatan risiko kanker
payudara dalam tujuh penelitian, tidak signifikan pada dua penelitian, dan berhubungan pada
penurunan risiko pada dua penelitian. Pada penelitian ini, tinggi badan tidak memiliki
hubungan yang signifikan dengan risiko kanker payudara. Temuan unik dari penelitian ini
adalah usia dapat memodifikasi hubungan antara massa tubuh dan risiko kanker payudara.
Key dan Pike telah mengajukan penjelasan yang dapat mengklarifikasi efek obesitas pada
risiko kanker payudara pada wanita yang lebih muda. Dalam ulasan mereka, Key dan Pike
menunjukkan bahwa kombinasi estrogen dan progesteron menginduksi mitosis sel-sel
payudara normal dan kanker. Obesitas pada wanita yang berada di usia subur dapat
menciptakan amenore atau periode menstruasi yang tidak konsisten dengan memperpendek
fase luteal dari siklus, yaitu ketika progesteron diproduksi dan mitosis terjadi. Pengurangan
ini dalam progesteron menurunkan derajat mitosis sel payudara, dengan demikian
menghasilkan efek perlindungan terhadap kanker payudara. Hipotesis ini memiliki beberapa
dukungan dalam literatur.
Penelitian ini merupakan salah satu penelitian yang memeriksa perubahan IMT pada wanita
muda. Rata-rata kenaikan tahunan pada IMT setidaknya 0,25 dari umur 18 sampai umur
referensi berhubungan dengan penurunan risiko kanker payudara sebanyak 30%.
Semua hubungan antara IMT dengan risiko kanker payudara menjadi lebih kuat apabila
dihubungkan dengan umur menarche. Literatur menunjukkan bahwa menarche yang lebih
awal berhubungan dengan kenaikan risiko kanker payudara dan peningkatan massa tubuh
prapubertal berhubungan pada menarche yang lebih awal.
Keterbatasan potensial dari penelitian ini adalah kemungkinan bias terdeteksi. Beberapa
penelitian sebelumnya telah menemukan bahwa tumor yang lebih kecil terdeteksi lebih sering
dalam wanita kurus.
Dapat juga terjadi bias pada respons yang mempengaruhi penelitian ini. Kami hanya bisa
wawancara 83,6 % dari semua kasus yang diidentifikasi. Hampir 6 % subjek telah meninggal
pada saat keluarga mereka dihubungi. Ada kemungkinan bahwa subjek kontrol kurang
merepresentasikan persentase wanita gemuk dalam populasi dari mana
mereka disampel.
Karena pengumpulan data mengandalkan memori subjek untuk informasi tentang banyak
variabel kunci, termasuk berat pada titik waktu yang berbeda, daya ingat yang buruk
mungkin telah menyebabkan kesalahan klasifikasi, termasuk kemungkinan kesalahan
klasifikasi diferensial. Untuk mengurangi masalah ini, pewawancara studi menggunakan
beberapa metode untuk meningkatkan daya ingat, termasuk penggunaan kalender dan
menanyakan ukuran pakaiannya di berbagai titik dalam kehidupan dirinya.
Tidak ada faktor yang diukur selain usia dan usia menarche yang membingungkan hubungan
antara ukuran tubuh dan risiko kanker payudara. Mungkin keterbatasan analisis ini adalah
kurang dimasukkannya variabel diet sebagai pembaur. Jika asupan nutrisi tertentu berperan
dalam hubungan antara risiko kanker payudara dan ukuran tubuh, maka asupan nutrisi yang
berlebihan dapat meningkatkan ukuran tubuh dan mengurangi risiko kanker payudara di
antara wanita yang lebih muda. Ukuran tubuh yang lebih besar cenderung terkait dengan
asupan kalori dan lemak yang lebih besar, yang belum teramati terkait dengan penurunan
risiko kanker payudara.
Karena ukuran sampel yang besar, penelitian ini memberikan beberapa bukti terkuat yang
memverifikasi bahwa peningkatan massa tubuh dapat melindungi terhadap kanker payudara
pada wanita muda. Penelitian selanjutnya yang menyelidiki asosiasi antara obesitas dan
kanker payudara pada wanita muda harus berusaha menjelaskan perbedaan yang terlihat pada
wanita berusia kurang dari 35 tahun berlawanan dengan wanita berusia 35 tahun atau lebih.