Anda di halaman 1dari 3

Namun demikian, ketentuan ini lebih condong relevan bagi pihak penggugat dengan asumsi

bahwa hubungan antara penggugat prinsipal dengan kuasanya adalah hubungan yang terbangun
berdasarkan hubungan perdata yang sejalan dengan pasal 1792 KUH Perdata yang berbunyi
“kuasa dapat diberikan dan diterima dengan akta umum,dengan suatu surat dibawah tangan,
bahkan dengan sepucuk surat ataupun dengan lisan”. Oleh karena itu hubungan antara tergugat
prinsipal dengan bagian biro hokum atau bagian lain dari instansi yang ditunjuk mewakili
kepentingan tergugat beracara di Peratun adalah didasari hukum publik, maka bagian internal
tersebut adalah kuasa yang sah, kecuali kepentingan tergugat diwakili oleh advokat profesional.
Sedangkan dewasa ini, sekalipun pengugat prinsipal adalah pihak yang tidak mampu
menyewa advokat, sehingga diasumsikan terpaksa memberikan kuasa secara lisan kepada
seseorang yang dikenalnya untuk beracara di peradilan, maka hal seperti ini akan sangat sulit di
bayangkan masih kan terjadi, karana seandainya pun pihak penggugat tidak mampu beracara lalu
harus diwakili oleh pihak lain untuk mewakili kepentingan di persidangan namun berdasarkan
ketentuan Cuma-Cuma di peradilan, penggugat seperti itu tentunya akan diwakili oleh seorang
kuasa yang memiliki keahlian di bidang hukum atau dalam hal ini diawakili oleh advokat.
Selanjutnya menyangkut surat kuasa yang dibuat di luar negeri bentuknya harus memenuhi
persyaratan di negara setempat meskipun tetap harus diketahui oleh pihak perwakilan republik
Indonesia di negara yang bersangkutan,serta kemudian harus diterjemahkan ke dalam Bahasa
Indonesia oleh penerjemah resmi.
Sebagaimana sudah disampaikan sebelumnya, dalam praktik pemeriksaan perkara
peratun, pada umumnya gugatan-gugatan pihak penggugat dibuat dan diwakili oleh kuasa hukum
yang professional. Kuasa profesional adalah kuasa yang mempunyai kartu tanda anggota (KTA)
Advokat. Sebelum yang bersangkutan resmi beracara dalam perkara tertentu. Maka langkah
mejelis hakim pertama sekali adalah memeriksa masa berlaku izin beracara advokat yang
bersangkutan, lalu memeriksa kelengkapan syarat formil dan materiil surat kuasa khusus (dalam
perkara tertentu mewakili orang tertentu dalam pihak tertentu di peratun).
Jika kuasa terdiri atas beberapa orang maka harus hadir pada siding pertama atau
diperintahkan untuk dihadirkan pada sidang kedua , guna memastikan keiikutsertaan/keaktifan
sebagai kuasa, jika tidak memenuhi ketentuan tersebut maka kuasa demikian dicoret dari daftar
pihak formil. Setelah ada pemberian kuasa, pihak materiil principal tidak harus hadir dalam di
setiap persidangan surat kuasa harus ditandatangani oleh pihak pemberi kuasa sebagai bukti
formal adanya persetujuan kedua belah pihak. Dengan dibubuhi materai dan tanggal. Surat kuasa
khusus harus memuat secara jelas dan rinci mengenai hal hal yang dikuasakan dengan
menyebutkan pihak- pihak yang berperkara.
Surat kuasa khusus yang diberi cap jempol haruslah dikuatkan (waarmerking) atau
pejabat yang berwenang. Dalam pemberian kuasa di bolehkan adanya kuasa insindental . kuasa
insindental dapat diberikan atas seizin ketua PTUN, dengan syarat seseorang tersebut
mempunyai hubungan keluarga dengan penggugat maupun pemohon yang dikuatkan oleh surat
keterangan lurah dan diketahui oleh camat dan mampu beracara di pengadilan.

Sementara itu berdasarkan kebijakan MA disepakati juga beberapa hal berikut :


A. Apabila surat kuasa tersebut dengan tegas menyebut untuk digunakan dalam tingkat
PN,banding dan kasasi, maka tidak di perlukan lagi surat kuasa khusus untuk tingkat
banding dan kasasi.(pedoman SEMA no.6 tahun 1994).
B. Namun apabila surat kuasa menyebutkan untuk digunakan sampai dengan pemeriksaan
PK, tetap diperlukannya adanya surat kuasa khusus untuk PK, karana PK bukan peradilan
tingkat selanjutnya dari tingkat pertama , banding dan kasasi.
C. Ketentuan sebagaimana tersebut dalam SEMA no.6 thn 1994 huruf (A) dan (B) tersebut
juga berlaku terhadap surat kuasa yang diberikan secara lisan.
D. Di dalam surat kuasa harus di sebutkan secara lengkap dan jelas pihak pemberi kuasa,
pihak penerima kuasa dan pokok sengketa.
E. Sesuai dengan pasal 1816 KUH Perdata, dalam hal pengangkatan seorang kuasa baru
untuk menjalankan suatu urusan yang sama, menyebabkan ditariknya kembali kuasa yang
lama, terhitung mulai dari diberitahukannya kepada orang yang diberi kuasa semula
tentang pengangkatan tersebut.
F. Surat kuasa yang dibuat di luar negeri harus dilegalisasi oleh perwakilan RI, yaitu
kedutaan atau konsulat jendral di tempat surat kuasa tersebut dibuat.(peraturan mentri
luar negri No.09/A/KP/XII/2006/01 tanggal 28 desember 2006).
G. Surat kuasa insidentil bias diterima dalam beracara di semua tingkat peradilan.
H. Surat kuasa dengan cap jempol harus dilegalisasi di hadapan pejabat umum, untuk jawa
dan Madura (oleh notaris, hakim/ketua pengadilan negri) dan untuk luar jawa oleh
(notaris/panitera).

Berakhirnya pemberian kuasa terjadi karena :

1. Dicabut oleh pemberi kuasa


2. Meninggalnya salah satu pihak
3. Penerima kuasa melepaskan kuasa atas kemauannya sendiri
4. Pemberi kuasa memberi kuasa kepada pihk lain dalam perkara yang sama maka
dengan sendirinya pemberian kuasa pertama akan berakhir, kecuali ada klausul pada
surat kuasa yang baru bahwa kuasa yang lama tetap berlaku.
2. Kausa Insidentil
Kuasa insidentil adalah kuasa yang berasal dari kalangan pihak materiil yang mempunyai izin
ketua pengadilan untuk berperkara setelah yang bersangkutan mengajukan permohonan untuk
beracara dengan melampirkan surat keterangan lurah/kepala desa yang dipersamakan dengan itu
menyatakan tentang hubungan kekeluargaan antara pemberi kuasa dengan penerima kuasa.
Digariskan bahwa yang dapat bertindak sebagai kuasa atau wakil dari penggugat/tergugat atau
pemohon di pengadilan adalah pihak yang memiliki hubungan keluarga sedarah/semenda sampai
dengan derajat ketiga yang dibuktikan surat keterangan kepala desa/lurah setempat.

Anda mungkin juga menyukai