Anda di halaman 1dari 4

PENGKAJIAN KEPERAWATAN UNTUK PASIEN DENGAN

GANGGUAN HALUSINASI

Nabila Salsabila Panggabean / 181101049


E-mail : nabila15salsabila@gmail.com

Abstrak

Latar Belakang: Halusinasi sampai saat ini masih menjadi masalah keperawatan jiwa yang
dapat menjadi pemicu terjadinya gangguan kejiwaan yang lebih berat. Pengkajian keperawatan
sangat diperlukan untuk mengetahui status kesehatan pasien agar dapat menentukan proses
keperawatan selanjutnya yang dilakukan kepada pasien. Tujuan: Untuk mengetahui pengaruh
pengkajian keperawatan pada pasien dengan gangguan halusinasi. Metode: Metode kualitatif
dengan menggunakan literature berupa buku dan jurnal ilmiah. Hasil dan Pembahasan:
pengkajian keperawatan diperlukan sebagai tahap awal dari penentuan tindakan atau asuhan
keperawatan yang diberikan pada pasien. Serta sebagai antisipasi demi menjaga keamanan dan
kenyamanan perawat, pasien dan orang lain yang bersangkutan dalam proses penyembuhan
pasien. Penutup: Ada pengaruh pengkajian keperawatan dalam penangan pasien dengan
gangguan halusinasi sebagai langkah awal dalam proses keperawatan dan antisipasi dari
kejadian yang tidak terduga.
Kata kunci : Halusinasi, Pengkajian Keperawatan, Keperawatan Jiwa.

1. Latar Belakang rata angka pasien halusinasi


mencapai 46,7% setiap bulannya.
Menurut Drs. Dunardi (2005),
Kejadian ini didominasi halusinasi
halusinasi adalah persepsi yang
pendengaran sekitar 70%,
salah satau palsu tetapi tidak ada
kemudian halusinasi penglihatan
rangsang yang menimbulkannya
(20%), dan halusinasi penciuman,
atau tidak ada objek (Dalami dkk,
pengecapan, dan perabaan (10%)
2009, hlm. 18). Angka kejadian
(Mamnu`ah, 2010).
halusinasi di Indonesia cukup
tinggi. Bardasarkan data yang ada, Pengkajian adalah

Rumah Sakit Jiwa di Medan pengumpulan, pengaturan, validasi,

ditemukan 85% pasien dengan dan dokumentasi data (informasi)

kasus halusinasi, sedangkan di yang sistematis dan

Rumah Sakit Jiwa di Yogyakarta bersinambungan. Pengkajian

khususnya di ruang kelas III rata- sendiri berfokus pada respons


pasien terhadap masalah kesehatan melakukan perilaku tersebut.
yang mencakup persepsi kebutuhan Dalam beberapa kasus, rasa takut
pasien, engalaman terkait, praktik yang ditimbulkan dari halusinasi
kesehatan, nilai dan gaya hidup dapat membuat pasien bertindak
(Kozier et al, 2010). Dari Stuart dan diluar kewajaran sebagai bentuk
Sundeen (2002) dalam mengkaji perlindungan diri seperti melompat
pasien dengan gangguan halusinasi keluar jendela.
seorang perawat diharapkan dapat
Halusinasi sendiri dibagi
membina hubungan saling percaya
menjadi 4 tahap dengan
dengan pasien dengan memiliki
karakteristik yang berbeda-beda
kesadaran atau kemampuan tilik
tergantung dari tingkat
diri (self awareness), kemampuan
keparahannya. Semakin tinggi
mengobservasi dengan akurat,
tahapnya maka pasien semakin
berkomunikasi secara terapeutik,
dikendalikan oleh halusinasinya
dan kemampuan berespons secara
tersebut (Dalami dkk, 2009). Hal
efektif. Aspek yang perlu digali
ini berbahaya karena pasien bisa
sepanjang proses penkajian
tanpa sadar menyakiti perawat atau
menurut Stuart dan Sundeen (2002)
orang lain yang dirasanya
adalah faktor predisposisi, faktor
mengancam keselamatannya.
presipitasi, penilaian terhadap
stresor, sumber koping, dan Oleh karena itu, pengkajian

kemampuan koping yang dimiliki keperawatan perlu dilakukan untuk

pasien (Yusuf dkk, 2015). mengetahui kondisi pasien dan


membantu perawat untuk
Halusinasi berkaitan erat
melakukan pendekatan dan
dengan gangguan kejiwaan lainnya
memberikan asuhan keperawatan
misalnya perilaku kekerasan dan
yang tepat kepada pasien dengan
skizofrenia. Halusinasi menjadi
gangguan halusinasi. Perawat juga
masalah keperawatan yang dapat
harus berpikir kritis dalam
memicu perilaku kekerasan pada
melakukan pengkajian sehingga
pasien yang terjadi karena pasien
resiko kejadian tidak terduga
mengalami halusinasi yang
seperti pasien mengamuk dan
memerintahkannya untuk
melukai perawat serta orang lain halusinasi yang memerintahkannya
dapat diminimalisir. untuk melakukan tindakan tersebut.

2. Tujuan Oleh karena itu, pengkajian


keperawatan diperlukan sebagai
Untuk mengetahui pengaruh tahap awal dari penentuan tindakan
pengkajian keperawatan pada atau asuhan keperawatan yang
pasien dengan gangguan halusinasi. diberikan pada pasien. Serta
sebagai antisipasi demi menjaga
3. Metode
keamanan dan kenyamanan
Metode kualitatif dengan perawat, pasien dan orang lain yang
menggunakan literature yang bersangkutan dalam proses
berasal dari buku-buku terkait, serta penyembuhan pasien.
beberapa jurnal 10 tahun terakhir.
5. Penutup
4. Hasil dan Pembahasan
Ada pengaruh pengkajian
Halusinasi merupakan suatu keperawatan dalam penangan
bentuk persepsi atau pengalaman pasien dengan gangguan halusinasi
indera yang tidak terdapat stimulasi sebagai langkah awal dalam proses
terhadap reseptornya. Halusinasi keperawatan dan antisipasi dari
harus menjadi fokus perhatian oleh kejadian yang tidak terduga.
tim kesehatan karena apabila
6. Referensi
halusinasi tidak ditangani secara
baik, maka dapat menimbulkan Cochrane, E.M., Barkway P., &
resiko terhadap keamanan diri Nizette D. (2010). Mosby’s
pasien sendiri, orang lain dan juga pocketbook of mental health.
lingkungan sekitar (Wahyuni dkk, Australia: Elsevier.
2011). Pasien dengan gangguan
halusinasi pada tahap yang Dalami, E., et al. (2009). Asuhan

mengkhawatirkan memiliki keperawatan klien dengan

kecenderungan untuk melukai diri gangguan jiwa. Jakarta: TIM.

sendiri dan orang lain dikarenakan


Depkes RI. (2014). Riset kesehatan asuhan keperawatan. Jurnal
dasar (riskesdas) tahun 2013. IKESMA, 4(2).
Jakarta: Depkes RI.
Simamora, R. H. (2009).
Elder, R, Evans K., & Nizette D. Dokumentasi proses
(2012). Psychiatric and memtal keperawatan. Jember: Jember
health nursing 2nd. Australia: University Press.
Elsevier.
Simamora, R. H. (2010).
Kozier, B,. et al. (Ed.7). (2010). Komunikasi dalam keperawatan.
Buku ajar fundamental Jember: Jember University
keperawatan : konsep, proses Press.
dan praktik keperawatan (Eko
Sutinah. (2016). Penerapan standar
Karyuni et al, Alih bahasa ).
asuhan keperawatan dan tak
Jakarta: EGC.
stimulus persepsi terhadap
Kusamawati, F., & Hartono Y. kemampuan mengontrol
(2011). Buku Ajar Keperawatan halusinasi. Research of Applied
Jiwa. Jakarta: Salemba Medika. Science and Education, 10(3),
183-187.
Potter. & Perry. (Ed. 7). (2010).
Fundamental Keperawatan. Yusuf, A. H., PK, R. F., & Nihayati,
Jakarta: EGC. E. (2015). Buku ajar kesehatan
keperawatan jiwa. Jakarta:
Prabowo, Eko. (2014). Konsep Dan
Salemba Medika.
Aplikasi Asuhan Keperawatan
Jiwa. Yogyakarta: Nuha Wahyuni, S. E., Keliat, B. A.,
Medika. Yusron., Susanti, H. (2011,
November). Penurunan
Simamora, R. H. (2008). Peran
halusinasi pada klien jiwa
manajer dalam pembinaan etika
melalui cognitive behavior
perawat pelaksana dalam
theraphy. Jurnal Keperawatan
peningkatan kualitas pelayanan
Indonesia, 14(3), 185-192.

Anda mungkin juga menyukai