Anda di halaman 1dari 23

SISTEM INFORMASI MANAJEMEN

Pengenalan E-Learning

Dosen : Yananto Mihadi Putra, SE, M.Si


Penyusun :
Rival Ariansyah - 43217110448
Fakultas Ekonomi & Bisni
Akuntansi
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pada zaman global sekarang ini, pendidikan merupakan sesuatu yang
penting. Karena pendidikan merupakan akar dari peradaban sebuah bangsa.
Pendidikan sekarang telah menjadi kebutuhan pokok yang harus dimiliki setiap
orang agar bisa menjawab tantangan kehidupan.Untuk memperoleh pendidikan
yang efektif dan efisien maka diciptakanlah e learning. E learning dapat
memudahkan peserta didik dan juga pendidik dalam melakukan kegiatan pendidikan
dan pembelajaran.
E learning sendiri merupakan pembelajaran jarak jauh yang dimana peserta
didik dan pendidik tidak harus bertatap muka secara langsung untuk melakukan
sebuah pembelajaran. E learning sudah banyak diterapkan dalam pembelajaran
pada setiap jenjang pendidikan. Tujuan dari E learning adalah untuk mempermudah
pembelajaran dan dapat menghemat waktu dan biaya. Dalam penerapannya, E
learning dapat efektif dalam menyampaikan pembelajaran namun terdapat juga
kendala dalam penerapan E learning terhadap pembelajaran.
B.     Rumusan Masalah
a.       Apa itu E learning?
b.      Kendala apa saja yang terjadi saat menerapkan e learning dalam pembelajaran?
c.       Efektivitas apa saja yang terjadi saat menerapkan e learning dalam
pembelajaran?
d.      Bagaimana E learning menurut pendapat penulis?
C.    Tujuan
a.       Untuk mengetahui pengertian E learning.
b.      Untuk mengetahui kendala penerapan e learning dalam pembelajaran.
c.       Untuk mengetahui efektivitas penerapan e learning dalam pembelajaran.
d.      Untuk mengetahui pandangan E learning menurut penulis.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Konsep Dasar E learning
1.      Pengertian dan Tujuan E learning
E adalah singkatan dari electronic yang berarti elektronik dan learning yang
artinya adalah proses belajar, artinya E learning merupakan system pembelajaran
yang menggunakan media elektronik seperti internet, computer, dan file multimedia.
Seiring perkembangan zaman E learning terus berkembang dan mengalami
semacam alih fungsi, pandangan orang saat ini E learning adalah pembelajaran
berbasis web atau menggunakan jaringan internet. Keadaan ini terjadi karena
perkembangan internet yang terus pesat sehingga lebih memudahkan setiap insane
manusia untuk saling berinteraksi dalam tempat dan waktu yang berbeda.
E learning adalah pembelajaran jarak jauh yang memanfaatkan teknologi
computer, oleh sebab itu juga sekarang ini E learning yang dikembangan adalah E
learning berbasis web aplikasi. E learning berbasis web muncul dan berkembang
dengan pesat karena memang lebih mudah diakses dan juga tidak membutuhkan
kapasitas yang besar untuk membuatnya. Beda halnya dengan E learning yang
berbentuk file gambar pada computer yang saat ini sudah dianggap tidak efektif lagi.
2.      Tujuan E learning
E learning membuat pembelajaran yang tidak mungkin menjadi mungkin.
Maksudnya adalah pembelajaran dari tempat yang berbeda atau jarak jauh. Tujuan
E learning adalah efektivitas dan efisiensi dalam proses pembelajaran. E learning
memberikan kemudahan pada peserta didik dan pendidik yang tidak dapat bertemu
secara langsung, dengan E learning maka pemelajaran dapat terlaksana karena
jangkauan internet yang dapat diakses dimanapun sehingga biaya pembelajaran
menjadi berkurang. E learning di desain untuk memudahkan pembelajaran karena
informasi yang e learning berikan pada peserta didik atau pengguna E learning
tersebut sangat komunikatif.
E learning sudah banyak diterapkan dalam pembelajaran. Banyak lembaga
lembaga sekolah dan perguruan tinggi telah melakukannya. Pembelajaran yang
dilakukan sangatlah komuniatif. Seorang pendidik meberikan tugas melalui E
learning tersebut dan peserta didik mengerjakannya. Dalam E learning tersebut juga
terdapat fitur yang memungkinkan peserta didik dan pendidik melakukan feed back
dan tanya jawab sehingga pembelajaran menjadi lebih efektif, namun tetap saja E
learning ini memiliki kendala karena kita ketahui bahwa tidak ada media belajar yang
sempurna.

B.     Kendala Penerapan E learning

Penerapan E learning dalam pendidikan mengikutsertakan beberapa


komponen. Komponen pertama adalah infrastruktur e learning. Infrastuktur berupa
personal komputer, jaringan komputer, internet dan perlengkapan multimedia
lainnya. Pada infrastruktur saat pembelajaran terjadi maka terkadang terjadi
kendala. Kendala yang terjadi adalah tidak semua pembelajaran efektif dalam
menggunakan media komputer. Banyak pembelajaran yang lebih efektif bila
dilakukan secara kooperatif atau pun kolaboratif. Pada dasarnya E learning
menggunakan meedia komputer untuk menyampaikan pembelajaran sedangkan
salah satu teori belajar yaitu teori humanistik adalah memanusiakan manusia dan E
learning kurang memanusiakan manusia.
Kendala lain juga muncul, yaitu ketersedian dan kelayakan infrastruktur E
learning itu sendiri. Dalama kenyataannya tidak semua sekolah memiliki perangkat
untuk menjalankan E learning begitu pula pada Perguruan Tinggi tidak semua
perangkatnya layak untuk digunakan untuk proses pembelajaran E learning.
Kendala utamanya adalah ketika seorang pendidik menyampaikan pembelajaran
melalui E learning maka peserta didik harus menggunakan komputer dan jaringan
internet untuk menerimannya namun tidak semua peserta didik memiliki perangkat
tesebut di rumahnya. Peserta didik yang tidak memiliki mendapat kendala dan harus
pergi ke warnet (contohnya) untuk menggunakan E learning tersebut dan itu
menambah biaya pembelajaran.
Kendala dari peserta didik yang belum dapat mengoperasikan komputer
begitu juga halnya pendidik. Kita tidak bisa pungkiri pada daerah daerah tertentu E
learning tidak dapat diterpkan karena tidak semua daerah memiliki pembelajaran
tentang E learning. Penggunaan E learning tidak dapat terapkan karena memang
peserta didik yang belum mengetahui dan menguasai bagaimana mengoperasikan E
learning tersebut. Sebagian pendidik juga ada yang tidak dapat menggunakan E
learning karena memang mereka tidak mendapatkan pembelajaran tersebut saat
menjalani studi. Seorang guru olah raga misalnya pada saat studi mereka tidak
diajarkan bagaimana menggunakan E learning secara spesifik sehingga apabila
diterapkam dalam pembelajaran olah raga, guru tersebut bingun dan pembelajaran
tidak dapat efektif karena tidak memiliki keahlian tersebut.
E learning memliki sistem yang dapat memvirtualisasi proses belajar
mengajar mengajar konvensional. Sering disebut dengan LMS atau Learning
Management System yang dimana terdapat manajemen kelas, pembuatan materi,
forum diskusi dan sistem penilaian serta sistem ujian online. Pada dasarnya semua
sama pada lembaga pendidikan lainnya yang dilaksanakan secara nyata namun
apabila diterapkan dalam E learning akan muncul kendala lagi. Bagaimana sistem
tersebut dapat berjalan lancar apabila tidak didukung oleh admin yang memliki
kemampuan yang sesuai dengan kebutuhan tersebut. Apabila seorang admin hanya
mengerti bagaimana caranya mengoperasikan sistem tersebut maka dia hanya akan
mengatur softwarenya saja, lalu bagaimana sistem lainnya??Untuk itu tiap bagia
seperti konten, penilaian, pembuatan soal ujian harusnya di berikan pada admin
yang kompeten. Hal itu menjadi kendala karena kita harus melibatkan banyak orang
yang memiliki kemampuan dibidangnya masing masing, sekali lagi itu memerlukan
biaya yang besar dan tidak semua lembaga pendidikan dapat menjalankannya.

C.    Efektivitas Penerapan E learning


E learning bertujuan untu mengefektivitaskan dan juga mengefisienkan
pembelajaran. Ketika kita menggunakan E learning yang kita rasakan adalah dapat
belajar jarak jauh dan berinteraksi dengan instruktur atau pendidik tanpa harus
menemuinya. Efektifkah E learning? Ya E learning efektif karena kit adapt belajar
secara bersama dalam tempat yang berdeda dan waktu yang berbeda. E learning
memliki fitur yang memungkinkan kita untuk berbagi informasi secara online. Forum
pembelajaran pada E learning misalanya, kita dapat menanyakan informasi
pembelajaran matematika terhadap pengguna E learning lainnya tanpa harus
bertemu dan dapat juga bertanya kepada pendidik yang termasuk dalam instruktur
pada E learning tersebut.
            E learning membantu meningkatkan mutu pendidikan. Pada dasarnya E
learning menjadikan proses pembelajaran ke arah student center. Mengapa student
center? Jawabanya adalah karena pada E learning pendidik dituntut untuk dapat
membuat dan menyajikan materi pembelajaran yang baik dan menarik sehingga
peserta didik dapat aktif dalam belajar. Peserta didik dituntut untuk aktif dalam
belajar dalam proses belajar, peserta didik diberikan materi melalui E learning dan
belajar sendiri baik belajar secara individu ataupun kelompok dan pendidik hanya
menjadi fasilitator yang mendukung peserta didik tersebut. Pembelajaran menjadi
efektif karena peserta didik belajar secara mandiri.

D.    Pandangan Terhadap E learning   

E learning sudah menjadi bagian dari pendidikan. Pendidikan Indonesia


khususnya, telah memanfaatkan E learning sebagi media pembelajaran. Banyak
lembaga pendidikan yang telah menciptakan E learning untuk mendukung system
pembelajaran mereka. E learning memang menjadikan proses pembelajaran
menjadi efektif namun praktek penggunaanya tidak semudah yang orang banyak
bayangkan dan banyak kendala yang terjadi.
Menciptakan E learning memang tidak membutuhkan dana yang sangat
besar. Zaman sekarang ini setiap orang dapat membuat E learning karena terdapat
opensource yang dimana setiap orang bisa mendesain dan menciptakan E learning
sendiri secara gratis. E learning yang diciptakan oleh banyak orang tersebut dapat
siakses oleh semua orang di dunia ini, lalu bagaiman kulitasnya? Seharusnya setiap
penyebarluasan E learning harus melalui penyaringan dan uji kulitas agar E learning
tersebut layak untuk digunakan.
E learning memang cocok dijadikan media pendidikan di Indonesia. Mengapa
dianggap cocok? Kita ketahui di Indonesia pengguna internet sudah tidak dapat
dihitung dengan jadi lagi. Realitanya adalah pengguna jejaring social Indonesia
menempati rangking 5 besar. Rangking 5 besar artinya memang internet sudah
menjadi sebuah kebutuhan bagi sebagian orang. Dengan fakta tersebut maka E
learning berbasis web seharusnya dapat berguna dalam membantu meningkatkan
pendidikan Indonesia. Realita tersebut seakan berbalik karena pada akhirnya ketika
sebuah lembaga pendidikan memberikan fasilitas internet untuk menggunakan E
learning, peserta didik lebih banyak yang membuka situs lain yang tidak ada
hubunganya dengan E learning dan pembelajaran dan itu adalah sebuah kenyataan.
Penerapan E learning tidak semudah apa yang kita lihat. Untuk menerapkan
E learning yang benar benar berkualitas kita harus didukung oleh semua lembaga
pendidikan. Pemerintah seharusnya memberikan dana untuk penerapa E learning.
Dana merupakan hal yang harus ada karena untuk membangun infrastruktur E
learning harus membutuhkan dana yang tidaklah sedikit. Peserta didik dan pendidik
harus memiliki kemampuan untuk menoperasikan E learning, artinya pembelajaran
E learning harus menjadi sebuah kewajiban dan harus ada di kurikulum sekolah
mulai dari tingkat terendah sampai perguruan tinggi. Setiap konten yang terdapat
pada E learning harus memiliki admin yang kompeten. Setiap lembaga harus
disediakan dana khusus untuk membangun infrasturktur E learning.

Manfaat dan The Power of E-Learning dalam Pelatihan Karyawan

Saat ini di Indonesia dalam dunia pendidikan dan juga pelatihan tenaga kerja dan
karyawan sudah semakin mengikuti perkembangan yang ada. Perlahan Negara kita
tercinta sudah dalam perjalanan menuju perubahan yang lebih baik dibandingkan
dengan jaman dahulu dimana semuanya masih dilakukan secara manual sehingga
membutuhkan waktu yang cukup lama hanya untuk menyelesaikan satu hal saja.

Tentu saja untuk bersaing dengan banyak Negara yang sudah lebih dulu maju dan
berkembang maka jika kita terus menggunakan pola dan cara lama maka kita jelas
akan ketinggalan jauh di belakang.
Tidak bisa dipungkiri jika kita terus merasa diuntungkan dengan kemajuan teknologi
dan juga perkembangan di era digital seperti sekarang ini yang sangat pesat.

Setiap menit selalu saja ada hal baru dibidang ini yang pasti bermanfaat bagi banyak
orang. Khususnya dalam dunia pendidikan dan pelatihan akan menjadi lebih mudah
dan juga tentu saja semakin membuat persaingan akan lebih ketat.

Siapa yang bisa maju dan berkembang dengan cepat maka dialah yang akan
menjadi pemenang. Namun, bukan berarti kita menjadi tidak bisa belajar. Contohnya
saja dalam penggunaan E-learningyang beberapa tahun belakangan ini sudah mulai
banyak digunakan dalam berbagai bidang pekerjaan.

E-learning sendiri adalah hasil nyata untuk sebuah kemajuan pada bidang teknologi
yang sangat bermanfaat salah satunya untuk mendukung proses pelatihan tenaga
kerja atau karyawan sebuah perusahaan.

E-learning bisa semaksimal mungkin diaplikasikan secara langsung untuk


mengembangkan sumber daya manusia yang dimiliki oleh sebuah perusahaan yang
membutuhkan model pengajaran dalam skala yang cukup besar. Ada beberapa
manfaat dan alasan kenapa sebaiknya memang saat ini perusahaan
mulai menggunakan dan menerapkan E-learning.

• Biaya yang Lebih Murah


Bisa kita katakan bahwa pelatihan dengan memanfaatkan E-learning sangat jauh
lebih hemat dibandingkan dengan metode klasik tatap muka yang selama ini masih
banyak digunakan baik di perusahaan besar maupun kecil. Jika dengan model tatap
muka maka perusahaan masih harus mengeluarkan banyak biaya seperti biaya
tempat training, biaya pengajar, perjalanan dinas, konsumsi, transportasi, dll yang
dalam satu kali training saja bisa menghabiskan biaya hingga puluhan atau bahkan
ratusan juta rupiah.

Padahal karyawan pada satu perusahaan jumlahnya bisa sampai ribuan orang.
Berapa jadi total biayanya?

Sedangkan jika menggunakan E-learning maka yang dibutuhkan hanya server atau
pusat saja kemudian semua karyawan bisa mendapatkan materi pada email pribadi
pada saat bersamaan dari berbagai tempat yang berbeda tanpa ada tambahan
biaya apapun. Perbedaan ini pasti akan terlihat sangat mencolok sekali bukan?

• Cara Belajar yang Fleksibel


Dengan penggunaan E-learning maka karyawan bisa belajar tidak hanya pada saat
training saja seperti saat training dengan model konvensional melainkan dari mana
saja dan kapan saja materi pelatihan bisa dibaca, dipelajari tanpa ada batasan
tertentu. Secara tidak langsung karyawan akan belajar secara terus menerus tanpa
paksaan. Dan tentu saja dengan cara yang jauh lebih menarik lagi.

• Pembelajaran Secara Continue


Dalam system E-learning, materi yang dibagikan kepada semua karyawan bisa
dibaca berulang kali baik dalam bentuk dokumen, data atau video sehingga kapan
saja dirasa perlu akan lebih mudah tanpa perlu harus membawa modul pelatihan
yang berat kemana pun Anda pergi. Manfaatkan gadget Anda untuk hal yang seperti
ini.

• Pengukuran Hasil yang Akurat


Dalam penggunaan pelatihan dengan E-learning maka karyawan bukannya tanpa
tanggung jawab dan bebas atas kemudahan yang sudah diberikan.

Sebagai salah satu ujian atau syarat kelulusan maka setiap karyawan dalam setiap
jabatan diwajibkan untuk menjawab atau menyelesaikan setiap quiz, soal, test atau
ujian yang diberikan juga melalui materi yang ada. Sistem E-learning sudah memiliki
desain yang lengkap sampai dengan scoring atau penilaian jawaban karyawan yang
saat itu juga bisa langsung mengetahui hasilnya. Dari segi waktu pun lebih efisien
dan singkat bukan?

• Jangkauan Tanpa Batas


Dengan system E-learning maka bisa menjangkau siapa saja, dimana saja tanpa
terbatas waktu dan tempat. Dalam memanfaatkan dunia maya jarak dan tempat
seolah bukanlah sebuah hal yang begitu berarti.

Yang Anda butuhkan hanyalah gadget atau computer Anda dan juga koneksi
internet yang baik maka semua pasti akan bisa lebih mudah. Bahkan training
dengan menggunakan video conference pun bisa dilakukan semua cabang
perusahaan dalam satu waktu yang bersamaan. Bisa coba Anda hitung berapa
besar penghematan biaya yang bisa dilakukan dengan memanfaatkan system E-
learning ini. Pelatihan tetap berjalan baik namun tanpa perlu mengeluarkan biaya
yang besar.

Dari sekian banyak kemudahan dan kelebihan dalam fasilitas E-learning namun
masih ada rasa malas bagi para karyawan yang mungkin menganggap ini terlalu
santai, tidak ada tekanan sehingga jarang atau bahkan tidak pernah membuka
materi yang dikirimkan ke emailnya.

Untuk mengatasi hal ini maka perusahaan perlu memberi pancingan kepada
karyawan sehingga mereka tetap semangat untuk belajar sekalipun memang dibuat
dalam model yang lebih santai dan flexibel. Mungkin perusahaan bisa memberikan
reward berupa insentif tambahan bagi mereka yang rajin menjawab quiz dan
semacamnya.

Untuk merubah atau beralih dari masa training konvensional menuju training dengan
E-learningdalam era digital ini memang pasti butuh waktu yang tidak sebentar
namun perusahaan dan karyawan di dalamnya pasti bisa bekerja dan bersaing
dengan cepat dan tepat dalam mengikuti perkembangan yang ada dalam dunia
kerjanya sehingga memang waktu yang ada bisa lebih dimaksimalkan.

Sejak tahun 1970 teknologi informasi dan komunikasi di Negara Indonesia


berkembang pesat, perkembangan tersebut berjalan secara bertahap. Semenjak
terbentuknya Departemen Komunikasi dan Informatika (Depkominfo) di Indonesia,
sangat membantu perkembangan teknologi informasi dan komunikasi yang ada di
Indonesia menjadi terarah. Pada orde baru terdapat teknologi informasi dan
komunikasi yang baru yaitu internet. 

Dalam internet terdapat banyak variasi program atau layanan internet yang sangat
membantu masyarakat dalam hal sarana informasi maupun edukasi. Internet identik
dengan media sosial yang terdapat banyak variasi program di dalamnya salah
satunya yaitu konten. 

Masyarakat dapat meluangkan ide atau pemikiran dan juga mengekspresikan diri
melalui konten. Dengan adanya konten dapat memberi banyak manfaat bagi
masyarakat dalam hal pendidikan, bisnis, ataupun perusahaan. Misalnya
pemanfaatan konten pada perusahaan. Saat ini perusahaan -- perusahaan sudah
mulai memanfaatkan inovasi teknologi komunikasi dan informasi yaitu konten. Salah
satu inovasinya adalah konten e-learning.

E-learning adalah suatu sistem atau konsep pendidikan yang memanfaatkan


teknologi informasi dan komunikasi dalam peroses belajar mengajar. Sedangkan
menurut michael (2013:27), e-learning merupakan pembelajaran yang disusun
dengan tujuan menggunakan sistem elektronik atau komputer sehingga mampu
mendukung proses pembelajaran. E-learning memanfaatkan teknologi sebagai
wadahuntuk pengajaran melalui media online. Konten ini mempunyai sifat mandiri,
dikarenakan pembelajaran e-learning akan di posting melalui media online dan akan
tersimpan dalam suatu program yang nantinya dapat diakses secara mandiri oleh
seseorang yang membuka program dari e-learning tersebut.

Indonesia telah menerapkan e-learning untuk proses pembelajaran hal tersebut


dikarenakan banyak manfaat yang terdapat dalam konten ini yaitu e-learning dapat
diakses kapan saja dan dimana saja sehingga seseorang tidak perlu mengeluarkan
banyak waktu untuk datang kesuatu tempat untuk melakukan pembelajaran. 

Selain itu e-learning juga sangat berguna bagi suatu perusahaan, hal tersebut
diketahui melalui sebuah survei oleh majalah Forbes di Amerika dan Eropa yang
telah mulai menghimplementasikan sistem manajemen pelatihan berbasis e-learning
yang terdapat banyak manfaat untuk perusahaan yaitu menghemat waktu dan biaya.
Perusahaan saat ini menggunakan e-learning sebagai media training bagi karyawan-
karyawannya.

Penerapan e-learning pada suatu perusahaan dinilai sangat menguntungkan dari


berbagai sisi yaitu (anywhere, anytime, anyspace), dengan konten ini perusahaan
dapat memberikan pembelajaran dimana saja, kapan saja, dan diruang manapun
selama didukung dengan keberadaan jaringan internet tentunya. Selain itu
perusahaan konten ini sangat membantu perusahaan besar yang mempunyai
banyak cabang, tidak perlu bersusah-payah mendatangi cabang perusahaan satu-
persatun karena e-learning dapat menjangkau semua cabang perusahaan guna
untuk melakukan training untuk karyawan perusahaan.

Selain itu banyak perusahaan di Indonesia yang berharap menggunakan e-learning


yang akan menguntungkan untuk perusahaan misalnya biaya pelatihan yang
dikeluarkan perusahaan dapat menjadi lebih rendah. Biaya rendah disini meliputi
biaya transportasi, dengan adanya teknologi e-learning ini perusahaan tidak perlu
jauh-jauh mendatangi lokasi pelatihan, cukup menggunakan koneksi internet, maka
pelatihan sudah bisa dilakukan.

Terdapat syarat penerapan e-learning dalam perusahaan antara lain:

1. Meaningful content

Untuk melakukan penerapan e-learning dalam perusahaan hal yang paling utama
harus diperhatikan adalah mengenai isi konten e-learning yang akan di bagikan. Isi
dari e-learning yang akan di bagikan harus bermanfaat bagi perusahaan ataupun
karyawan perusahaan misalnya mengandung makna tertentu yang berguna untuk
proses pembekalan bagi karyawan perusahaan.

2. Effective learning design

Hal kedua yang harus diperhatikan dalam penerapan e-learning dalam perusahaan
adalah mengenai keefektifan dari isi e-learning tersebut, isi konten e-learning harus
efektif sehingga para karyawan perusahaan yang mengakses dapat mudah
menerima pembelajaran dengan baik dan juga sesuai dengan tujuan perusahaan.

3. Technology that works

Hal ketiga yang harus diperhatikan yaitu mengenai ketepatan isi dari e-learning yang
akan disampaikan. Yang dimaksud ketepatan disini adalah e-learning harus
disajikan dengan tepat, sehingga pembelajaran dapat bekerja dengan optimal, selain
itu karyawan perusahaan juga alan mendapatkan apa yang dibutuhkan oleh
perusahaan dan karyawan juga mendapatkan pengalaman pembelajaran melalui
ketepatan isi e-learning yang disampaikan.

Proses pembuatan e-learning dalam perusahaan

Pembuatan konten e-learning dalam suatu perusahaan terdapat 2 metode yaitu


pembuatan e-learning yang berupa modul dan juga pembuatan web berupa learning
management system (LSM). Learning management system merupakan layanan
berupa webside yang bisa diakses oleh user (pengguna) yang telah dibuat. 

Melalui LSM dapat terlihat berupa laporan bagi siapa saja yang telah mengakses e-
learning dan juga akan memberikan peringatan bagi orang yang belum membuka e-
learning tersebut. dalam proses pembuatan e-learning dalam perusahaan terdapat
beberapa pihak yang terlibat dalam proses pelatihan atau penggunaan e-learning
diantanya yaitu user, subject matter expert, tim developer.

Masing -- masing pihak tersebut mempunyai tugas tersendiri dalam mengelola e-


learning. User berarti orang yang dapat mengakses portal e-learning yang telah
dibuat. Terdapat beberapa tingkatan user yaitu moodle, seperti admin utama,
manager, pemateri, karyawan perusahaan. Subect matter expert adalah pengampu
materi yang menguasai materi yang nantinya akan dibuat sebuah pembelajaran
dalam e-leraning. 

Biasanya subject matter expert dijalankan oleh pihak perusahaan yang mengetahui
segala hal dari sebuah pembelajaran yang akan disampaikana dalam e-learning
tersebut, subject matter expert biasa disebut sebagai pemateri utama dalam e-
learning. Sedangkan tim developer merupakan pihak yang menyusun materi menjadi
sebuah skenario pembelajaran, tim developer juga bertanggung jawab mengubah
sebuah materi pembelajaran tertulis menjadi lebih menarik dan lebih hidup dengan
cara menambahkan grafik, audio visual, ataupun animasi dalam isi e-learning.

Terdapat beberapa keuntungan penerapan e-learning dalam perusahaan


diantaranya adalah sebagai berikut:

Keuntungan penerapan e-learning bagi perusahaan dalam hal melakukan training


(pelatihan):

1. Fleksibel

Penerapan e-learning dalam perusahaan akan memberikan fleksibelitas yaitu e-


leraning akan lebih bersifat efisien dalam mengatur waktu pembelajaran. Proses
training perusahaan dapat dilakukan kapan saja dan dimana saja tanpa
menghabiskan banyak waktu.

2. Mandiri

Penerapan e-learning dalam perusahaan bersifat mandiri. Materi pembelajaran


dapat diakses melalui komputer, laptop, smartphone dengan menggunakan jaringan
koneksi internet. Dengan begitu karyawan perusahaan dapat mengakses
pembelajaran e-learning secara mandiri, belajar dengan kemauan sendiri dan
karyawan dapat menentukan waktu yang tepat baginya untuk melakukan
pembelajaran, hal itulah yang membedakan antara penerapan pembelajaran e-
learning dengan proses belajar yang bersifat konvensional. selain itu karyawan akan
bisa lebih fokus menerima pembekalan atau pembelajaran dari perusahaan.

3. Hemat Biaya PengeluaranP

enerapan e-learning dalam perusahaan akan membantu meringankan biaya training.

4. Pembelajaran Secara Continue


Dengan menerapkan e-learning dalam perusahaan maka materi yang dibagikan
kepada karyawan dapat dipelajari atau dibaca berulang-kali dalam bentuk
data,video, audio visual dan lain sebagainya.

5. Jangkauan Yang Luas

E-learning dapat menjangkau siapa saja dan seberapa jauh jaraknya dengan begitu
akan sangat menguntungkan perusahaan dalam proses training karyawan.

6. Penyebaran Pembelajaran Sangat Cepat

Pembelajaran melalui media sosial e-learning bersifat cepat, sehingga karyawan


dapat mengakses materi pembelajaran dengan segera.

Beberapa Perusahaan Yang Telah Menerapkan E-learning:

Tercatat beberapa perusahaan telah menerapkan e-learning dan hasilnya cukup


memuaskan dilihat dari sisi keuntungan yang diperoleh perusahaan dengan
menggunakan e-learning. Data menunjukkan beberapa perusahaan seperti Aetna
bisa menghemat biaya pengeluaran dibandingkan jika mereka menerapkan
pembelajaran konvensional. 

Dari hal tersebut telah banyak perusahaan yang mencoba membandingkan antara
pembelajaran melalui metode konvensional dengan penerapan e-learning. J.D
fletcher Study juga menyebutkan bahwa pembelajaran melalui metode e-learning
secara besar dapat lebih meningkatkan pemahaman dan penerapan materi yang
disampaikan dibandingkan dengan metode pembelajaran konvensional.

Selain itu terdapat juga perusahaan perbankan yang telah menerapkan e-learning
yaitu Bank Mandiri. Perusahaan Bank Mandiri telah menerapkan proses
pembelajaran melalui e-learning yang dimana pembelajaran dapat dilakukan pada
jarak jauh dan juga dapat diakses seluruh karyawan Bank Mandiri diseluruh cabang
di Indonesia. 

Menurut Chief Executive Officer (CEO) Bank Mandiri keuntungan yang diperoleh
dalam menerapkan pembelajaran menggunakan e-learning adalah untuk
meminimalisir biaya yang dikeluarkan guna untuk pembelajaran atau pelatihan bagi
karyawan Bank yang jumlahnya tidak sedikit, selain itu penerapan pembelajaran e-
learning bersifat sangat cepat sehingga para karyawan dapat langsung mengakses
materi pembelajaran yang telah di kirim melalui e-learning tersebut.

 Penerapan metode e-learning pada perusahaan yang telah disusun dengan baik
maka akan menghasilkan keuntungan tersendiri untuk perusahaan, hal tersebut
dikarenakan metode pembelajaran menggunakan e-learning dapat meningkatkan
skill karyawan yang sangat dibutuhkan oleh perusahaan. Selain itu keuntungan
pembelajaran menggunakan metode e-learning adalah perusahaan dapat
memastikan bahwa dokumentasi pembelajaran yang diberikan kepada karyawan
dapat disimpan dengan sistematis dan terinci.
Tujuan E-Learning

Pada era dimana teknologi dan informasi cepat berkembang, e-learning dibutuhkan
masyarakat pendidikan. Namun, e-learning bukan hanya sekedar teknologi yang
harus tersedia di sekolah-sekolah atau kampus-kampus. Dalam membangun e-
learning, instansi pendidikan tidak boleh hanya sekedar bertujuan untuk menyusul
ketertinggalan teknologi. Seperti yang dijelaskan oleh Cisco (2001) bahwa filosofis
sebenarnya tujuan pembangunan e-learning adalah sebagai berikut.
 E-learning merupakan penyampaian informasi, komunikasi, pendidikan,
pelatihan secara on-line.
 E-learning menyediakan seperangkat alat yang dapat memperkaya nilai
belajar secara konvensional (model belajar konvensional, kajianterhadap buku
teks, CD-ROM, dan pelatihan berbasis komputer) sehingga dapat menjawab
tantangan perkembangan globalisasi.
 E-learning tidak berarti menggantikan model belajar konvensional di dalam
kelas, tetapi memperkuat model belajar tersebut melalui pengayaan content
dan pengembangan teknologi pendidikan
 Kapasitas siswa amat bervariasi tergantung pada bentuk isi dan cara
penyampaiannya. Makin baik keselarasan antar conten dan alat penyampai
dengan gaya belajar, maka akan lebih baik kapasitas siswa yang pada
gilirannya akan memberi hasil yang lebih baik.

Karakteristik E-Learning
Ada beberapa persyaratan yang harus di penuhi agar suatu sistem dapat
dikategorikan sebagai e-learning, diantaranya sebagai berikut.
 Memanfaatkan jasa teknologi elektronik; di mana guru dan siswa, siswa dan
sesama siswa atau guru dan sesama guru dapat berkomunikasi dengan relatif
mudah dengan tanpa dibatasi oleh hal-hal yang protokoler.
 Memanfaatkan keunggulan komputer (digital media dan computer networks)
 Menggunakan bahan ajar bersifat mandiri (self learning materials) disimpan di
komputer sehingga dapat diakses oleh guru dan siswa kapan saja dan di mana
saja bila yang bersangkutan memerlukannya.
 Memanfaatkan jadwal pembelajaran, kurikulum, hasil kemajuan belajar dan
hal-hal yang berkaitan dengan administrasi pendidikan dapat dilihat setiap saat
di computer

Teknologi Pendukung E-Learning


Teknologi e-learning dikelompokkan menjadi dua, yaitu: technology based learning
dan technology based web-learning. Technology based learning dibagi menjadi dua
bagian, yaitu: audio information technologies (radio, audio tape, voice mail
telephone) dan video information technologies (video tape, video text, video
messaging). Sedangkan technology based web-learning pada dasarnya adalah data
information technologies (bulletin board, internet, e-mail, tele-collaboration).
Namun pada prakteknya dalam pembelajaran sehari-hari, e-learning
menggabungkan teknologi-teknologi yang disebutkan diatas. Di antara banyak
fasilitas internet, menurut Onno W. Purbo (1997), ada lima aplikasi standar internet
yang dapat digunakan untuk keperluan pendidikan, yaitu email, Mailing List (milis),
News group, File Transfer Protocol (FTP), dan World Wide Web (WWW).
Kelebihan E-Learning
Petunjuk tentang manfaat penggunaan internet, khususnya dalam pendidikan
terbuka dan jarak jauh (Elangoan, 1999; Soekartawi, 2002; Mulvihil, 1997; Utarini,
1997), antara lain.
 Tersedianya fasilitas e-moderating di mana guru dan siswa dapat
berkomunikasi secara mudah melalui fasilitas internet secara regular atau
kapan saja kegiatan berkomunikasi itu dilakukan dengan tanpa dibatasi oleh
jarak, tempat dan waktu.
 Guru dan siswa dapat menggunakan bahan ajar atau petunjuk belajar yang
terstruktur dan terjadual melalui internet, sehingga keduanya bisa saling
menilai sampai berapa jauh bahan ajar dipelajari.
 Secara tidak langsung metode pembelajaran ini mendorong siswa untuk
memanfaatkan teknologi sahingga mahasiswa tidak hanya mendapatkan ilmu
tetapi juga supaya tidak gaptek (gagap teknologi).
 Menghemat biaya dalam penyelenggaraan kegiatan belajar mengajar karena
membutuhkan fasilitas dan sumber daya relative sedikit jika dibandingkan
dengan pembelajaran tradisional.
 Siswa dapat belajar atau me-review bahan ajar setiap saat dan di mana saja
kalau diperlukan mengingat bahan ajar tersimpan di komputer.
 Baik guru maupun siswa dapat melakukan diskusi melalui internet yang dapat
diikuti dengan jumlah peserta yang banyak, sehingga menambah ilmu
pengetahuan dan wawasan yang lebih luas.
 Siswa harus benar-benar aktif dalam proses belajar, karena dosen hanya
bertindak sebagai pengarah, mediator, motivator, dan fasilitator.
 Mendukung program pemerintah “Go Green” karena dapat menghemat
penggunaan kertas yang digunakan untuk mencatat atau mengerjakan tugas.

Kekurangan E-Learning
Walaupun demikian pemanfaatan internet untuk pembelajaran atau e-learning juga
tidak terlepas dari berbagai kekurangan. Berbagai kritik (Bullen, 2001, Beam, 1997),
antara lain.
 Kurangnya interaksi antara guru dan siswa atau bahkan antar siswa itu
sendiri. Kurangnya interaksi ini bisa memperlambat terbentuknya values dalam
proses belajar dan mengajar.
 Kecenderungan mengabaikan aspek akademik atau aspek sosial dan
sebaliknya mendorong tumbuhnya aspek bisnis/komersial.
 Proses belajar dan mengajarnya cenderung ke arah pelatihan daripada
pendidikan.
 Berubahnya peran guru dari yang semula menguasai teknik pembelajaran
konvensional, kini juga dituntut mengetahui teknik pembelajaran yang
menggunakan ICT.
 Siswa yang tidak mempunyai motivasi belajar yang tinggi cenderung gagal.
 Tidak semua pelajaran menuntut siswa harus aktif sepenuhnya. Pelajaran
kuantitatif (matematika, fisika, kimia, dll) memerlukan bimbingan dari guru
secara langsung. Untuk pelajaran kantitatif  tersebut pembelajaran tradisional
masih sangat dibutuhkan olehsiswa.
 Pertanggungjawaban dari pelajaran yang diajarkan melalui metode e-learning
sulit dibuktikan karena pembelajaran tersebut berada di dunia maya, dimana di
dunia ini semua bisa dimanipulasi dengan mudah.

Dampak Psikologis E-Learning


Dengan meningkatnya penggunaan e-learning, semakin banyak parameter yang
perlu dijelajahi mengenai aspek pembelajaran dalam e-learning, karena hal ini
membawa perubahan besar dalam dunia pembelajaran. Walau demikian, banyak
aspek yang dapat membawa dampak negatif dalam penggunaan e- learning,
misalnya e-learning dapat menjadi dilema disorientasi bagi para siswa karena
adanya gap dalam dunia internet.

Penelitian dalam dunia e-learning pada umumnya lebih berfokus pada sisi bisnis,
ekonomis, dan teori pembelajaran dari e-learning, sementara jumlah penelitian
dalam bidang pengalaman pembelajaran oleh siswa masih minim. Meskipun
demikian, beberapa penelitian telah mempelajari pengalaman emosional siswa
dalam mengikuti e-learning, dan ternyata didapati bahwa cukup banyak siswa yang
merasa terasing dan terisolasi dalam dunia e-learning. Sebagai suatu proses
pembelajaran, e-learning pastilah terhubung dengan emosi. Hal tersebut akan
membuat pengembangan e-learning dan pengajaran di dalam e-learning dapat lebih
kaya dan otentik.

Kerry O’Regan dalam jurnalnya berjudul Emotion And E-Learning, mengeksplorasi


berbagai pengalaman dan perasaan emosional mahasiswa dalam mengikuti e-
learning. Penelitian ini dilakukan dengan metode kualitatif. Berikut adalah hasil
penelitian tersebut.

 Frustasi
 Dirasakan oleh semua responden. umumnya berkenaan dengan
masalah teknologi, proses administrasi, maupun desain dan struktur isi
website terhadap proses pembelajaran.
 Ketakutan dan Kegelisahan
 Dirasakan oleh hampir semua responden. umumnya diakibatkan oleh
kurangnya kontrol dalam sistem e-learning yang digunakan. karakteristik
internet yang anonymous juga menjadi salah satu penyebab.
 Perasaan memalukan
 Dirasakan oleh sebagian responden, dan yang menarik, semuanya
perempuan.  disebabkan karena adanya kemungkinan bahwa
ketidakmampuan mereka tersingkap ke partisipan lain.
 Antusiasme
 Para responden merasa antusias dalam pengalaman mereka dalam
mengikuti e-learning. penyebabnya antara lain: sangat terbantu dengan
adanya teknologi, adanya tool baru yang bisa digunakan, dapat
memperoleh ilmu dengan lebih luas dari berbagai koneksi yang ada.
 Kebanggaan
 Dirasakan oleh beberapa responden. disebabkan karena sifat e-
learning yang publik dan permanen.
Manajemen Situs Elearning (Romi Satria Wahono,2003)

1. Melakukan Survey, Menyusun Agenda Umum, Rencana ke Depan, dan Mulai


Mengelola Situs eLearning.

Menyusun Agenda umum dan grand design ke depan. Lakukan pendataan dan
analisa matang terhadap “bidang apa” yang akan dikerjakan, “siapa pengguna”,
“siapa penulis”, dan “rencana jangka pendek dan panjang”. Melakukan survey
terhadap komunitas yang sama bidangnya dengan bidang yang akan dibuat
Kemudian buatlah prototipe dan mulai lakukan pendesainan awal situs.

o Apakah secara teknis dapat dilaksanakan (technically feasible). Misalnya


apakah jaringan Internet bisa dipasang, apakah infrastruktur pendukungnya,
seperti telepon, listrik, komputer, tersedia, apakah ada tenaga teknis yang
bisa
mengoperasikannya tersedia
o Apakah secara ekonomis menguntungkan (economically profitable); misalnya
apakah dengan e-learning kegiatan yang dilakukan menguntungkan atau
apakah retrun on investment (ROI)-nya lebih besar dari satu.
o Apakah secara sosial penggunaan e-learning tersebut diterima oleh
masyarakat
(socially acceptable).

2. Rancangan Instruksional

Dalam menentukan rancangan instruksional ini perlu dipertimbangkan aspek-aspek


(Soekartawi, et al, 1999; Yusup Hashim and Razmah, 2001):

o Course content and learning unit analysis, seperti isi pelajaran, cakupan,
topik
yang relevan dan satuan kredit semester.
o Learner analysis, seperti latar belakang pendidikan siswa, usia, seks, status
pekerjaan, dsb-nya.
o Learning context analysis, seperti kompetisi pembelajaran apa yang
diinginkan hendaknya dibahas secara mendalam di bagian ini.
o Instructional analysis, seperti bahan ajar apa yang dikelompokan menurut
kepentingannya, menyusun tugas-tugas dari yang mudah hingga yang sulit,
dsb-nya.
o State instructional objectives. Tujuan instruksional ini dapat disusun
berdasarkan hasil dari analisis instruksional.
o Construct criterion test items. Penyusunan test ini dapat didasarkan dari
tujuan
instruksional yang telah ditetapkan.
o Select instructional strategy. Strategi instruksional dapat ditetapkan
berdasarkan fasilitas yang ada.

3 Tahap Pengembangan

Pengembangan e-learning bisa dilakukan dengan mengikuti perkembangan fasilitas


ICT yang tersedia, karena kadang-kadang fasilitas ICT tidak dilengkapi dalam waktu
yang bersamaan. Begitu pula halnya dengan prototype bahan ajar dan rancangan
instruksional yang akan dipergunakan terus dikembangkan dan dievaluasi secara
kontinue.

4. Pelaksanaan

Prototype yang lengkap bisa dipindahkan ke komputer (LAN) dengan menggunakan


format tertentu misalnya format HTML. Uji terhadap prototype hendaknya terus
menerus dilakukan. Dalam tahapan ini seringkali ditemukan berbagai hambatan,
misalnya bagaimana menggunakan management course tool secara baik, apakah
bahan ajarnya benar-benar memenuhi standar bahan ajar mandiri (Jatmiko, 1997).
5. Evaluasi

Sebelum program dimulai, lebih baik dicobakan dengan mengambil beberapa


sampel orang yang dimintai tolong untuk ikut mengevaluasi.

Masalah-masalah yang sering dihadapi sebagai berikut:

o Masalah akses untuk bisa melaksanakan e-learning seperti ketersediaan


jaringan internet, listrik, telepon dan infrastruktur yang lain.
o Masalah ketersediaan software.
o Masalah dampaknya terhadap kurikulum yang ada.
o Masalah skill and knowledge.
o Attitude terhadap ICT.
Dengan manfaat tersebut, tidak heran apabila akhirnya banyak perusahaan yang
mencoba menerapkan e-learning dalam rangka peningkatan kualitas SDM.
Walaupun demikian, seiring dengan perjalanan waktu, banyak perusahaan yang
menerapkan e-learning akhirnya berakhir dengan sebuah kegagalan besar.
Mengapa ini terjadi? Saya bisa bilang hal ini disebabkan karena perusahaan terlalu
berfokus atau terbuai dengan manfaat yang ditawarkan. Tetapi mereka sedikit atau
bahkan mengabaikan hal-hal yang perlu dipersiapkan dalam rangka
mengimplementasikan e-learning di perusahaan. Karena untuk
mengimplementasikan e-learning tidaklah semudah seperti membalikkan telapak
tangan. Banyak hal yang harus dipersiapkan dan dilakukan agar implementasi e-
learning dapat berjalan dengan baik dalam jangka waktu yang lama. Karena itu,
tulisan ini mencoba memberikan gambaran beberapa alasan kegagalan
implementasi e-learning di perusahaan.
 

1. Tidak memiliki strategi implementasi (blue print) yang komprehensif.


Sering kali perusahaannya hanya berpikir dalam jangka pendek ketika
memutuskan untuk mengimplementasikan e-learning, bahkan hanya
menganggap e-learning sebagai sebuah pilot project. Hal ini jelas merupakan
sebuah kesalahan besar. Penerapan e-learning harus dipikirkan dengan matang
dan terencana karena banyak hal yang terkait di dalamnya. Oleh karenanya,
sebelum memutuskan untuk mengimplementasikan e-learning, perusahaan
harus sudah memikirkan langkah-langkah strategis yang akan diterapkan, baik
dalam jangka pendek dan jangka panjang untuk memastikan kelangsungan
implementasi e-learning yang berdaya guna. Untuk itu, pada awalnya
perusahaan harus melakukan identifikasi dan penggalian informasi mengenai
implementasi e-learning, baik dengan memanfaatkan jasa konsultan e-learning
atau pun melakukan adopsi (benchmark) dari perusahaan lainnya yang sudah
sukses mengimplementasikan e-learning. Selain itu, harus dipastikan agar
implementasi e-learning tidak berdiri sendiri, tetapi terintegrasi dengan learning
management secara keseluruhan.

2. Ketidaksiapan melakukan change management. Yang dimaksud


dengan change management di sini lebih dalam konteks people. Harus disadari
bahwa keberhasilan implementasi e-learning sangat tergantung dari penerimaan
atau respons para penggunanya (dalam hal ini adalah karyawan perusahaan).
Implementasi e-learning dapat dikatakan sukses apabila ada antusiasme yang
tinggi dari penggunanya, dan memberikan dampak positif bagi peningkatan
kualitas SDM dalam rangka mencapai target perusahaan. Salah satu tantangan
yang perlu dipikirkan dengan matang oleh manajemen adalah merubah proses
atau budaya belajar (learning culture) karyawan perusahaan. Apabila selama ini
proses pembelajaran lebih didominasi dengan metode konvensional, khususnya
pelatihan di kelas (training classroom), di mana ada peran seorang instruktur
atau trainer yang memberikan pelatihan, maka dengan e-learning peran itu
menjadi hilang. Oleh karenanya, perusahaan harus membuat kebijakan yang
tepat, yang dapat memberikan rangsangan kepada para karyawan agar mau
berpartisipasi secara aktif sehingga proses pembelajaran dapat berjalan dengan
efektif. Pemberian reward kepada peserta dengan result evaluation yang sangat
baik, penugasan seorang supervisor untuk mengawasi implementasi di setiap
cabang atau unit kerja, dan kebijakan untuk menjadikan e-learning sebagai salah
satu tolak ukur kompetensi karyawan merupakan beberapa cara yang bisa
diterapkan.

3. Kurangnya support dari manajemen secara keseluruhan. Kesan yang


seringkali muncul adalah implementasi e-Learning di sebuah perusahaan hanya
menjadi milik dan tanggung jawab satu divisi saja, khususnya Training/Learning
Center. Kondisi demikian membuat divisi lainnya merasa tidak dilibatkan, dan hal
ini menyebabkan timbulnya resistensi terhadap implementasi e-Learning di
perusahaan. Seharusnya implementasi e-Learning menjadi milik semua elemen
di perusahaan dengan tujuan pengembangan sumber daya manusia demi
kelancaran bisnis perusahaan. Harus ada sinergi dari semua pihak di
perusahaan agar implementasi e-Learning dapat berjalan dengan baik dan
makksimal, mulai dari proses pengembangan hingga pelaksanaannya,.

4. Ketidaksiapan infrastruktur teknologi. Tanpa teknologi yang memadai,


mustahil implementasi e-learning dapat berjalan maksimal. Teknologi bukan
hanya sekedar sarana pendukung, tetapi menjadi syarat mutlak yang harus
dipenuhi. Keberadaan teknologi yang memadai menjadi salah satu faktor kunci
keberhasilan implementasi e-learning di perusahaan. Salah satu contoh
kegagalan yang sering terjadi adalah masalah bandwith. Perusahaan tidak
memperhitungkan dengan cermat kapasitas bandwith yang dibutuhkan untuk
implementasi e-learning dan kaitannya dengan proses operasional perusahaan.
Yang kemudian terjadi adalah keberadaan e-learning justru dianggap menjadi
penghambat proses operasional perusahaan. Kondisi ini kemudian diikuti
dengan langkah untuk mengurangi kapasitas bandwith untuk penggunaan e-
learning. Dampaknya adalah proses pembelajaran via e-learning menjadi sangat
lambat, khususnya dalam proses pengunduhan materi. Hal ini jelas menimbulkan
ketidaknyamanan bagi para penggunanya. Ketika ini terjadi, dapat dikatakan
bahwa penerapan e-learning telah setengah jalan menuju kegagalannya, karena
seperti yang telah saya jelaskan di poin sebelumnya, keberhasilan e-learning
tergantung bagaimana penerimaan atau respons dari para penggunanya.
5. Individu-individu pelaksana yang kurang kompeten. Perusahaan
menganggap bahwa e-learning dapat dikelola oleh siapa saja. Ini jelas
pemahaman yang sangat salah. Dapat dikatakan bahwa e-learning merupakan
perpaduan dari banyak unsur, seperti education, IT, art, dan multi-media. Oleh
karenanya, dibutuhkan figur-figur yang memiliki pengetahuan terkait dengan
unsur-unsur tersebut. Figur yang tidak hanya paham bagaimana membuat
sebuah materi yang berguna, tetapi juga bagaimana materi itu menarik bagi para
pembelajarnya, serta dapat berfungsi dengan baik dalam koridor teknologi.

6. Penggunaan Learning Management System (LMS) yang tidak tepat


sasaran. LMS adalah software aplikasi yang berfungsi untuk menyimpan,
mengelola, dan mendistribusikan berbagai materi pelatihan, ujian atau test yang
telah disiapkan. LMS dilengkapi dengan katalog online sehingga pembelajar
dapat mengakses, memilih, dan menjalankan berbagai materi pelatihan yang
ada. LMS mampu mencatat log atau tracking aktivitas setiap pembelajar yang
memanfaatkan e-learning. Ada banyak aplikasi LMS yang dapat dipilih dan
digunakan, baik yang sifatnya berbayar atau pun gratis. Setiap aplikasi LMS
tersebut memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Agar tidak salah
pilih, sebaiknya perusahaan perlu terlebih dahulu melakukan identifikasi
kebutuhan mereka akan LMS yang disesuaikan dengan sistem pembelajaran
yang akan dibangun dan diterapkan kedepannya.

7. Pemilihan vendor e-learning yang tidak tepat. Biasanya perusahaan


memilih sebuah vendor e-learning karena dua alasan, yaitu harga yang relatif
murah dan nama besar. Hal itu memang tidak salah, tetapi alangkah baiknya bila
pemilihan vendor e-learning disesuaikan dengan kebutuhan dan strategi
implementasi yang ada agar kedepannya implementasi e-learning dapat berjalan
dengan efektif dan efisien. Sebagai contohnya, perusahaan memilih vendor A
karena harga yang ditawarkan jauh lebih murah dibandingkan kompetitornya.
Tetapi ternyata kualitas modul e-learning yang dihasilkan sangat mengecewakan
dan jauh dari ekspektasi perusahaan, serta tidak menarik minat karyawan untuk
mempelajarinya. Contoh lainnya adalah perusahaan memilih vendor B karena
nama besarnya di bidang e-learning. Secara kualitas memang bagus, tetapi
belakangan baru diketahui bahwa modul yang dihasilkan memiliki satu
kelemahan utama, yaitu tidak dapat di-update oleh pihak internal perusahaan
karena ada keterbatasan komponen yang hanya dimiliki oleh vendor tersebut.
Jadilah perusahaan harus mengeluarkan biaya tambahan apabila ingin
melakukan perubahan yang bersifat update. Padahal perusahaan sudah
mengalokasikan SDM khusus yang bertugas untuk melakukan perubahan atau
modifikasi.

8. Penyusunan kursus atau materi e-learning yang tidak sesuai dengan


kebutuhan atau strategi bisnis perusahaan (business strategy). Hal ini
merupakan kondisi yang tidak hanya terjadi pada implementasi e-learning, tetapi
secara lebih luas juga pada pelaksanaan training di banyak perusahaan. Ketika
menyusun sebuah training, pihak yang terkait sering kali tidak
mempertimbangkan implikasinya bagi strategi bisnis perusahaan. Mereka
beranggapan bahwa karyawan perlu tahu tentang sebuah materi training, tanpa
memikirkan alasan, tujuan, atau dampaknya secara langsung bagi karyawan dan
perusahaan. Langkah yang sebaiknya dilakukan di awal adalah
melakukan training needs analysis (TNA) berbasis kompetensi yang mengacu
pada corporate strategy, business strategy, dan functional strategies. Hasil dari
proses tersebut nantinya tertuang dalam sebuah matriks implication of business
strategy for training, yang akan dijadikan acuan dalam menyusun sebuah training
atau eContent bagi karyawan perusahaan.
9. Modul e-learning yang tidak sesuai dengan prinsip-prinsip instructional
design (tidak efektif). Ada beberapa hal yang dapat dijadikan contoh indikasi.
Pertama adalah developer minded, bukan user minded. Dalam mengembangkan
sebuah modul e-learning, seharusnya didasari atas pemikiran “apa yang perlu
diketahui dan yang terbaik” untuk pembelajar (user), bukan apa yang terbaik
menurut kacamata developer. Kedua adalah lebih mendahulukan tampilan
(grafis) daripada instructional strategy. Harus dipahami bahwa sebuah modul e-
learning yang baik diukur dari seberapa mudah materi pembelajarannya untuk
dimengerti dan dipahami, bukan dari seberapa bagus kualitas grafis yang
ditampilkan. Untuk itu diperlukan pemilihan instructional strategy yang baik dan
sesuai. Grafis hanyalah salah satu bagian dari instructional strategy yang
digunakan untuk mempermudah user memahami sebuah materi. Ketiga adalah
cakupan materi yang terlalu banyak dan dipaksakan. Banyak perusahaan
terjebak dalam pemikiran bahwa kehadiran e-learning otomatis akan
menggantikan fungsi training konvensional (classroom). Kondisi ini membuat
perusahaan sebisa mungkin memasukkan materi sebanyak-banyaknya dalam
sebuah modul e-learning. Hal ini jelas menyulitkan bagi para pembelajar dalam
mempelajari dan memahami materi yang disampaikan. Sebuah modul e-learning
seharusnya mudah untuk dipelajari (simple). Satu yang harus dipahami adalah
bahwa kehadiran e-learning tidak otomatis menggantikan training konvensional
secara keseluruhan. Ada beberapa materi pembelajaran yang dapat sepenuhnya
menggunakan e-learning, dan ada beberapa lainnya yang tetap harus
disampaikan dengan metode konvensional.
Daftar Pustaka

https://animemangagameedu.blogspot.com/2011/12/kendala-dan-penerapan-e-
learning-dalam.html

https://edubisnis.net/manfaat-dan-the-power-of-e-learning-dalam-pelatihan-
karyawan/

https://www.kompasiana.com/kiki28621/5b4dfbc05a676f57431b00c2/penerapan-
konten-e-learning-pada-perusahaan?page=all

https://ordinaryhumansays.wordpress.com/2012/03/24/e-learning/

https://waldhemar.wordpress.com/2011/07/24/kegagalan-implementasi-e-learning-di-
perusahaan/

Referensi modul kuliah mata kuliah SIM yaitu: Putra, Yananto Mihadi. (2018).
"Pengenalan E-Learning". Modul Kuliah Sistem Informasi Manajemen.  FEB -
Universitas Mercu Buana: Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai