Anda di halaman 1dari 6

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Diabetes berasal dari istilah Yunani yang artinya pancuran atau

curahan, sedangkan Melitus artinya gula atau madu. Dengan demikian,

Diabetes Melitus artinya curahan cairan dari tubuh yang banyak

mengandung gula, yang dimaksud dalam hal ini adalah air kencing.

Dengan demikian, definisi dari diabetes melitus secara umum adalah suatu

keadaan yakni tubuh tidak dapat menghasilkan hormon insulin sesuai

kebutuhan tubuh atau tidak dapat memanfaatkan dengan optimal insulin

yang dihasilkan (Maghfuri,2016).

Menurut World Healt Organization (WHO 2015), Indonesia

termasuk salah satu negara berkembang di dunia bagian asia Tenggara

dengan menempati peringkat ke 7 di dunia dengan prevalensi penderita

diabetes melitus usia 20-79 tahun pada tahun 2015 mencapai 10,0 juta

orang dan diperkirakan akan meningkat pada tahun 2040 menjadi 6,2 juta

orang, setelah Cina, India, Amerika Serikat, Brazil, dan Meksiko.

Berdasarkan data International Diabetes Melitus (IDF 2019),

perkiraan prevalensi diabetes tipe 1 dan tipe 2 baik yang didiagnosis

maupun tidak didiagnosis pada orang berusia 20-79 tahun telah meningkat

dari 151 juta (4,6%) ke 463 juta (9,3%) (dari populasi global saat itu),

tanpa tindakan yang memadai untuk mengatasi pendemi, International


diabetes Federation memperkirakan sekitar 578 juta orang (10,2% dari

populasi) akan menderita diabetes pada tahun 2030. Angka itu akan

melonjak huingga 700 juta (10,9%) pada tahun 2045.

Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS 2019),

memperlihatkan peningkatan angka prevalensi diabetes yang cukup

signifikan, yaitu dari 6,9% di tahu 2013 menjadi 8,5% di tahun 2018,

sehingga estimasi jumlah penderita di Indonesia menjadi lebih dari 16 juta

orang yang kemudian berisiko terkena penyakit lain, seperti:serangan

jantung, stroke, kebutaan dan gagal ginjal bahkan dapat menyebabkan

kelumpuhan dan kematian. Prevalensi diabetes melitus berdasarkan

diagnosis Dokter pada penduduk semua Umur di wilayah DKI Jakarta

memiliki persentase paling tinggi 2,6%, sedangkan di wilayah Sulawesi

Selatan sebesar 1,3%.

Kota Makassar sebagai ibu kota provinsi Sulawesi Selatan

merupakan pintu gerbang dan pusat perdagangan kawasan timur

Indonesia. Secara geografis, Kota Makassar merupakan daerah pantai yang

datar dengan kemiringan 0-5 derajat kearah barat diapit dua muara sungai

yaitu sungai Tallo yang bermuara dibagian utara Kota dan sungai

Jeneberang yang bermuara diselatan Kota pada titik kordinator 119ºC 24'

17' 38" Bujur Timur dan 5º8'6'19" Lintang Selatan. Jumlah penduduk Kota

Makassar pada tahun 2018 berjumlah 1.489,011 orang dengan laju

pertumbuhan 1.32% (Badan Pusat Statistik Kota Makassar 2016-2018),


dengan prevalensi diabetes melitus berjumlah 27.252 orang (Bidang

Pelayanan Dinas Kesehatan Kota Makassar,2018).

Hasil survey data awal di Puskesmas Mangasa Kota Makassar total

jumlah penderita diabetes melitus pada tahun tahun 2017 sebanyak 903

orang, tahun 2018 sebanyak 1089 orang dan pada tahun 2019 sebanyak

1134 orang.

Kadar gula darah yang tinggi (hiperglikemi) yang kronik

berhubungan dengan komplikasi jangka panjang, disfungsi atau kegagalan

berbagai organ serta mempengaruhi kondisi psikis. Gangguan psikomatik

yang sering dijumpai pada pasien DM sadalah kecemasan yang tinggi dan

menyebabkan depresi yang dapat mempengaruhi status kesehatan para

diabetisi. Gangguan psikis ini tderjadi karena mempunyai dampak negatif

yang kompleks. Kecemasan yang terjadi karena seseorang merasa

terancam secara fisik dan psikis (Jauhari,2016).

Kecemasan (ansietas) adalah perasaan ketakutan atau khawatir

yang mendalam dan tidak jelas serta berkelanjutan yang menimbulkan

gejala emosional ,kognitif, fisik, dan tingkah laku terhadap setiap hal yang

berhubungan dengan penyakitnya,misalnya cemas terhadap kadar gula

darah yang tinggi atau cemas akan timbulnya komplikasi akibat diabetes

melitus (Baradero et all,2016).

Ada banyak berbagai macam komplikasi yang dapat timbul akibat

kadar gula darah yang tidak terkontrol dari penyakit DM, diantaranya
komplikasi pada organ mata dapat menyebabkan kebutaan dan komplikasi

pada organ ginjal adalah gagal ginjal. Komplikasi yang juga tak jarang

ditemukan yaitu komplikasi pada kaki berupa kelainan syaraf, luka (ulkus

diabetik), infeksi dan kerusakan tulang (Rudjianto,2014). Penyakit

gangguan metabolik seperti DM terjadi akibat gangguan fungsi insulin

yang salah satu pilar penatalaksanaannya adalah mengatur kembali pola

makan pasien DM (Rudjianto D.H,2015).

Sejalan dengan penelitian Susanti dan Difran Nobel Bistara (2017)

di Puskesmas Tembok Dukuh Surabaya tentang hubungan pola makan

dengan kadar gula darah pada penderita diabetes melitus tipe 2. Hasil

penelitian ini didapatkan ada hubungan yang kuat antara pola makan

dengan kadar gula darah apabila pola makan yang tidak baik seperti yang

dianjurkan prinsip 3J (Jadwal, Jenis, dan Jumlah) maka akan terjadi

ketidakstabilan kadar gula darah.

Berdasarkan gambaran permasalahan yang ada, maka peneliti

termotivasi untuk melakukan penelitian mengenai “Hubungan kecemasan

dan pola makan dengan kadar gula darah pada penderita diabetes melitus

tipe 2 di Wilayah Kerja Puskesmas Mangasa Kota Makassar.


B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalahnya yaitu

“apakah ada hubungan antara kecemasan dan pola makan dengan kadar

gula darah pada penderita diabetes melitus tipe 2?”.

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Mengetahui hubungan antara kecemasan dan pola makan dengan

kadar gula darah pada pendertia diabetes melitus tipe 2 di Wilayah

Kerja Puskesmas Mangasa Kota Makassar.

2. Tujuan Khusus

a. Mendeskripsikan kecemasan pada penderita diabetes melitus tipe 2

di Wilayah Kerja Puskesmas Mangasa Kota Makassar.

b. Mengetahui jumlah, jadwal, dan jenis makanan pada penderita

diabetes melitus tipe 2 di Wilayah Kerja Puskesmas Mangasa Kota

Makassar.

c. Mendeksripsikan kadar gula darah pada penderita diabetes melitus

tipe 2 di Wilayah Kerja Puskesmas Mangasa Kota Makassar.

d. Menganalisis hubungan kecemasan dan pola makan dengan kadar

gula darah pada penderita diabetes melitus tipe 2 di Wilayah Kerja

Puskesmas Mangasa Kota Makassar.

D. Ruang Lingkup

Ruang lingkup penelitian D.IV Keperawatan adalah perawatan

pasien diabetes melitus dalam area keperawatan komunitas.


E. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

a. Terhadap Institusi

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan referensi tentang

gambaran obesitas dengan kejadian diabetes melitus, khususnya

mahasiswa D.IV Keperawatan Poltekkes Kemenkes Makassar.

b. Terhadap Peneliti

Sebagai pengembangan kemampuan peneliti dalam membuat

penelitian sehingga dapat mengaplikasikan ilmu yang didapat

selama perkuliahan.

2. Manfaat Praktis

a. Terhadap Masyarakat

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk masyarakat

khususnya bagi responden dan keluarga yang mengalami

kecemasan dan pola makan dengan kadar gula darah pada

penderita diabetes melitus tipe 2.

b. Terhadap Puskesmas

Memberikan informasi tentang hubungan angtara tingkat

kecemasan dan pola makan dengan kadar gula darah pada pasien

DM tipe 2 di Wilayah Kerja Puskesmas Mangasa Kota Makassar.

Anda mungkin juga menyukai