Anda di halaman 1dari 7

Awal munculnya Pancasila

Dokumen sejarah yang mengungkap kata Pancasila pertama kali ditemukan di


kitab yang ditulis oleh Empu Tantular bernama Sutasoma berbahasa
Sansekerta. Kitab tersebut ditulis ketika kerajaan Majapahit berkuasa, kira-kira
abad 14 masehi. Tidak ada dokumen sebelumnya yang memuat istilah
tersebut, setidaknya yang ditemukan sampai saat ini.

Dalam kitab Sutasoma, Pancasila merupakan istilah yang menunjukkan


sebuah batu dengan lima sendi. Pengertian tersebut tidak populer karena
hanya merupakan penjelasan dari kata benda. Selain itu, kitab sutasoma juga
menjelaskan Pancasila sebagai kata kerja, yaitu pelaksanaan norma
kesusilaan yang terdiri dari lima poin.

Kelima norma kesusilaan tersebut sebagai berikut:

 Dilarang melakukan kekerasan


 Dailarang mencuri
 Dilarang mendengki
 Dilarang berbohong
 Dilarang mabuk minuman keras

Sebenarnya istilah Pancasila dalam kitab Sutasoma hanyalah bagian kecil dari
pembahasan yang lebih umum. Secara umum, kitab tersebut berisi tentang
gambaran kehidupan rakyat di bawah kekuasaan Majapahit yang hidup
damai, tentram dan sejahtera.

Baca juga: Pancasila Sebagai Ideologi Terbuka

Dalam kitab Sutasoma juga ditulis istilah yang menjadi inspirasi persatuan
bangsa ”Bhinneka Tungga Ilka, Tan Hana Dharma Magrwa”. Peristiwa
Sumpah Palapa juga ditulis sebagai cerita tentang momentum bersejarah
penyatuan nusantara untuk pertama kalinya oleh Mahapatih Gajah Mada.

Sampai di sini, kita sudah bisa melihat kaitan sejarah yang kuat antara
Majapahit dengan terbentuknya negara modern Indonesia dengan Pancasila
sebagai dasarnya.

Pada perkembangannya, istilah Pancasila kerap muncul dalam pidato-pidato


tokoh besar seperti H.O.S Cokroaminoto dan Sukarno. Dalam autobiografinya,
Sukarno mengatakan bahwa ketika dirinya diasingkan di Flores, di bawah
pohon sukun ia merenung dan ”mendapat ilham” berupa lima nilai yang
pantas menjadi ideologi negara bila Indonesia merdeka. Kelima nilai tersebut
dirangkum ke dalam satu istilah yang dinamakan Pancasila.

Bagaimanapun, literatur sejarah tidak mendukung pernyataan bahwa Sukarno


adalah orang yang menemukan istilah Pancasila. Namun pendapat bahwa
Sukarno adalah salah satu orang yang paling lantang menyuarakan Pancasila
tidak bisa dianggap keliru. Bahkan Sukarno menjadi orang pertama yang
mengenalkan Pancasila kepada dunia melalui salah satu pidatonya di
sidang PBB pasca Indonesia merdeka.

Tampaknya postingan ini tidak akan menjadi tulisan singkat tentang sejarah
Pancasila jika cerita tentang latar belakang munculnya istilah Pancasila
dilanjutkan. Kita langsung saja menuju pada proses perubahan struktur
Pancasila dari awal hingga kini.

Baca juga: Makna Pancasila

Sejarah Pancasila
Memahami perubahan susunan sila Pancasila artinya memahami sejarah
Pancasila. Secara lebih spesifik dapat dikatakan sebagai sejarah pancasila
yang formal, yaitu perubahan resmi yang secara kronologis diambil dalam
keputusan-keputusan politik. Pembaca seharusnya sudah akrab dengan istilah
kepanitiaan yang populer pada saat itu seperti BPUPKI, PPKI dan Panitia
Sembilan.

Sekadar simplifikasi, BPUPKI dibentuk dalam rangka mempersiapkan


kemerdekaan Indonesia yang fajarnya hampir menyingsing setelah perang
pasifik meletus. Untuk menjadi negara merdeka, kita butuh dasar negara.
Untuk menyusun dasar negara kita utus beberapa orang menjadi panitia.
Maka lahirlah BPUPKI.

∴ Sidang 29 Mei 1945


BPUPKI melakukan sidang perumusan Pancasila pada 29 Mei sampai 1 Juni
1945. Pada 29 Mei, Mohammad Yamin memperoleh kesempatan pertama
untuk berpidato menyampaikan lima sila yang diusulkan menjadi asas dasar
negara Indonesia, yaitu:
1. Peri Kebangsaan
2. Peri Kemanusiaan
3. Peri Ketuhanan
4. Peri Kerakyatan
5. Kesejahteraan Rakyat

Setelah berpidato, Muhammad Yamin menuliskan rancangan UUD Republik


Indonesia yang di dalamnya mencakup kelima asas dasar negara sebagai
berikut:

1. Ketuhanan Yang Maha Esa


2. Kebangsaan Persatuan Indonesia
3. Rasa Kemanusiaan yang Adil dan Beradab
4. Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam
Permusyawaratan/Perwakilan
5. Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia
∴ Sidang 31 Mei 1945
Pada sidang BPUPKI yang diselenggarakan dua hari kemudian, Supomo
menyampaikan buah pikirannya mengenai asas dasar negara Indonesia,
yaitu:

1. Persatuan
2. Kekeluargaan
3. Keseimbangan Lahir dan Batin
4. Musyawarah
5. Keadilan Rakyat

∴ Sidang 1 Juni 1945


Sehari kemudian, Sukarno mendapat giliran untuk menyampaikan pidatonya
tentang dasar negara, yaitu:

1. Kebangsaan Indonesia
2. Internasionalisme atau Perikemanusiaan
3. Mufakat atau Demokrasi
4. Kesejahteraan Sosial
5. Ketuhanan Yang Maha Esa

Usulan kelima dasar negara versi Sukarno tersebut diistilahkan olehnya


sebagai Pancasila. Peristiwa itu menjadi dasar penetapan hari lahir Pancasila
pada 1 Juni 1945.

Baca juga: Fungsi Pancasila

Perlu dicatat di sini bahwa hasil usulan oleh ketiga tokoh bangsa tersebut
ditampung untuk dibahas lagi oleh panitia baru yang lebih kecil bentukan
BPUPKI. Kepanitiaan baru tersebut dikenal dengan nama Panitia Sembilan.

∴ Sidang Panitia Sembilan 22 Juni 1945


Panitia Sembilan berhasil merumuskan naskah Rancangan Pembukaan UUD
yang dikenal dengan Piagam Jakarta (Jakarta Charter). Dalam piagam
tersebut tercantum rumusan Pancasila sebagai berikut:

1. Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-


pemeluknya
2. Kemanusiaan yang adil dan beradab
3. Persatuan Indonesia
4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksan dalam
permusaywaratan/perwakilan
5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia

Pada 17 Agustus 1945, Indonesia memproklamirkan kemerdekaannya. Sehari


setelahnya, BPUPKI yang sudah diganti PPKI melakukan penyempurnaan
rumusan Pancasila yang tercantum dalam Pembukaan UUD 1945.

∴ Sidang 18 Agustus 1945


Dalam sidang tersebut, Muhammad Hatta mengusulkan adanya perubahan
pada sila pertama, yang semula berbunyi ”Ketuhanan dengan kewajiban
menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya”, diubah menjadi
”Ketuhanan Yang Maha Esa”, sehingga Pancasila menjadi:

1. Ketuhanan Yang Maha Esa


2. Kemanusiaan yang adil dan beradab
3. Persatuan Indonesia
4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan
5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia

Penghapusan sembilan kata tersebut menjadi isu kontroversial yang tidak


habis dibahas sampai hari ini. Namun demikian perlu dicatat bahwa pendiri
negara kita telah sepakat bahwa sila petama adalah Ketuhanan Yang Maha
Esa. Semestinya perdebatan mengenai sila pertama dan juga keempat sila
lainnya telah selesai. Kita telah sepakat menjadi Pancasila sebagai dasar
negara.

Mengapa Bung Hatta mengusulkan untuk menghapus sembilan kata akan


terlalu panjang dibahas dipostingan ini. Kita serahkan jawaban tersebut
kepada para sejarawan yang meneliti persoalan tersebut.

Baca juga: Identitas Nasional: Pengertian dan Contohnya

∴ Instruksi Presiden No. 12 Tahun 1968


Pada perkembangannya, Pancasila mengalami beberapa keragaman baik
dalam rumusan, pembacaan atau pun pengucapan. Untuk menghindari
keragaman tersebut, Suharto pada 1968 mengeluarkan Instruksi Presiden
tentang rumusan Pancasila yang benar, sebagai berikut:
1. Ketuhanan Yang Maha Esa
2. Kemanusiaan yang adil dan beradab
3. Persatuan Indonesia
4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan
5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia

Rumusan yang terakhir disebutkan di atas berlaku hingga saat ini. Upaya para
pendiri bangsa untuk merumuskan dasar negara bukanlah upaya yang main-
main. Dalam Pancasila terdapat visi yang ditinggalkan untuk dilanjutkan
generasi selanjutnya, termasuk generasi kita sekarang. Sekali-kali perlu kita
renungi, sudah sejauh manakah Pancasila kita amalkan?

Anda mungkin juga menyukai