Anda di halaman 1dari 110

40 MACAM MODEL PEMBELAJARAN EFEKTIF

 Model Pembelajaran
A. Pengertian

Model Pembelajaran Example Non Example atau juga biasa di sebut example and non-example merupakan model
pembelajaran yang menggunakan gambar sebagai media pembelajaran. Metode Example non Example adalah
metode yang menggunakan media gambar dalam penyampaian materi pembelajaran yang bertujuan mendorong
siswa untuk belajar berfikir kritis dengan jalan memecahkan permasalahan-permasalahan yang terkandung dalam
contoh-contoh gambar yang disajikan. 
Penggunaan media gambar ini disusun dan dirancang agar anak dapat menganalisis gambar tersebut menjadi
sebuah bentuk diskripsi singkat mengenai apa yang ada didalam gambar. Penggunaan Model Pembelajaran
Example Non Example ini lebih menekankan pada konteks analisis siswa. Biasa yang lebih dominan digunakan di
kelas tinggi, namun dapat juga digunakan di kelas rendah dengan menenkankan aspek psikoligis dan tingkat
perkembangan siswa kelas rendah seperti :

a. kemampuan berbahasa tulis dan lisan, 


b. kemampuan analisis ringan, dan 
c. kemampuan berinteraksi dengan siswa lainnya


Model Pembelajaran Example Non Example menggunakan gambar dapat melalui OHP, Proyektor, ataupun yang
paling sederhana adalah poster. Gambar yang kita gunakan haruslah jelas dan kelihatan dari jarak jauh, sehingga
anak yang berada di belakang dapat juga melihat dengan jelas.

B. Ciri-ciri 

Metode Example non× Example juga merupakan metode yang mengajarkan pada siswa untuk belajar mengerti dan
menganalisis sebuah konsep. Konsep pada umumnya dipelajari melalui dua cara. Paling banyak konsep yang kita
pelajari di luar sekolah melalui pengamatan dan juga dipelajari melalui definisi konsep itu sendiri. Example
and× Nonexample adalah taktik yang dapat digunakan untuk mengajarkan definisi konsep.
Strategi yang diterapkan dari metode ini bertujuan untuk mempersiapkan siswa secara cepat dengan
menggunakan 2 hal yang terdiri dari example dan non-example dari suatu definisi konsep yang ada, dan meminta
siswa untuk mengklasifikasikan keduanya sesuai dengan konsep yang ada. 
- Example memberikan gambaran akan sesuatu yang menjadi contoh akan suatu materi yang sedang dibahas,
sedangkan 
- non-example memberikan gambaran akan sesuatu yang bukanlah contoh dari suatu materi yang sedang dibahas.
Metode Example non× Example penting dilakukan karena suatu definisi konsep adalah suatu konsep yang
diketahui secara primer hanya dari segi definisinya daripada dari sifat fisiknya. Dengan memusatkan perhatian
siswa terhadap example dan non-example diharapkan akan dapat mendorong siswa untuk menuju pemahaman
yang lebih dalam mengenai materi yang ada.
C Kelebihan dan Kekurangan. 
Menurut Buehl (1996) keuntungan dari metode Example non× Example antara lain:
1. Siswa berangkat dari satu definisi yang selanjutnya digunakan untuk memperluas pemahaman konsepnya
dengan lebih mendalam dan lebih komplek.
2. Siswa terlibat dalam satu proses discovery (penemuan), yang mendorong mereka untuk membangun konsep
secara progresif melalui pengalaman dari× Example non Example
3. Siswa diberi sesuatu yang berlawanan untuk mengeksplorasi karakteristik dari suatu konsep dengan
mempertimbangkan bagian non example yang dimungkinkan masih terdapat beberapa bagian yang merupakan
suatu karakter dari konsep yang telah dipaparkan pada bagian example.
Kebaikan:
1. Siswa lebih kritis dalam menganalisa gambar.
2. Siswa mengetahui aplikasi dari materi berupa contoh gambar.
3. Siswa diberi kesempatan untuk mengemukakan pendapatnya.
Kekurangan:
1. Tidak semua materi dapat disajikan dalam bentuk gambar.
2. Memakan waktu yang lama.

 D. Langkah-langkah :

1.      Guru mempersiapkan gambar-gambar sesuai dengan tujuan pembelajaran

2.      Guru menempelkan gambar di papan atau ditayangkan melalui OHP

3.      Guru memberi petunjuk dan memberi kesempatan pada siswa untuk      memperhatikan/menganalisa gambar

4.      Melalui diskusi kelompok 2-3 orang siswa, hasil diskusi dari analisa gambar tersebut dicatat    pada kertas

5.      Tiap kelompok diberi kesempatan membacakan hasil diskusinya

6.      Mulai dari komentar/hasil diskusi siswa, guru mulai menjelaskan materi sesuai tujuan yang ingin dicapai

7.      Kesimpulan 

MODEL PEMBELAJARAN PICTURE AND PICTURE

MODEL PEMBELAJARAN PICTURE AND PICTURE

Salah satu model yang saat ini populer dalam pembelajaran adalah× Picture and Picture ini merupakan salah satu
bentuk model pembelajaran kooperatif. Model pembelajaran kooperatif merupakan suatu model pembelajaran
yang mengutamakan adanya kelompok-kelompok. Pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang secara
sadar dan sistematis mengembangkan interaksi yang saling asah, silih asih, dan silih asuh. Model
pembelajaran× Picture and Picture adalah suatu metode belajar yang menggunakan gambar dan dipasangkan /
diurutkan menjadi urutan logis.  
Pembelajaran ini memiliki ciri Aktif, Inovatif, Kreatif, dan× Menyenangkan. Model apapun yang digunakan selalu
menekankan aktifnya peserta didik dalam setiap proses pembelajaran. Inovatif setiap pembelajaran harus
memberikan sesuatu yang baru, berbeda dan selalu menarik minat peserta didik. Dan Kreatif, setiap
pembelajarnya harus menimbulkan minat kepada peserta didik untuk menghasilkan sesuatu atau dapat
menyelesaikan suatu masalah dengan menggunakan metoda, teknik atau cara yang dikuasai oleh siswa itu sendiri
yang diperoleh dari proses pembelajaran.
Model Pembelajaran ini mengandalkan gambar sebagai media dalam proses pembelajaran. Gambar-gambar ini
menjadi factor utama dalam proses pembelajaran. Sehingga sebelum proses pembelajaran guru sudah
menyiapkan gambar yang akan ditampilkan baik dalam bentuk kartu atau dalam bentuk carta dalam ukuran besar.
Atau jika di sekolah sudah menggunakan ICT dalam menggunakan Power Point atau software yang lain.
Menurut Johnson & Johnson , prinsip dasar dalam model pembelajaran kooperatif picture and picture adalah
sebagai berikut:
1. Setiap anggota kelompok (siswa) bertanggung jawab atas segala sesuatu yang dikerjakan dalam kelompoknya.
2. Setiap anggota kelompok (siswa) harus mengetahui bahwa semua anggota kelompok mempunyai tujuan yang
sama.
3. Setiap anggota kelompok (siswa) harus membagi tugas dan tanggung jawab yang sama di antara anggota
kelompoknya.
4. Setiap anggota kelompok (siswa) akan dikenai evaluasi.
5. Setiap anggota kelompok (siswa) berbagi kepemimpinan dan membutuhkan keterampilan untuk belajar
bersama selama proses belajarnya.
6. Setiap anggota kelompok (siswa) akan diminta mempertanggungjawabkan secara individual materi yang
ditangani dalam kelompok kooperatif.
Sesuai dengan namanya, tipe ini menggunakan media gambar dalam proses pembelajaran yaitu dengan cara
memasang/mengurutkan gambar-gambar menjadi urutan yang logis. Melalui cara seperti ini diharapkan siswa
mampu berpikir dengan logis sehingga pembelajaran menjadi bermakna.
Langkah-langkah dalam Model Pembelajaran Picture and Picture adalah sebagai berikut:
1. Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai
Di langkah ini guru diharapkan untuk menyampaikan apakah yang menjadi× Dasar mata pelajaran yang
bersangkutan. Dengan demikian maka siswa dapat mengukur sampai sejauh mana yang harus dikuasainya.
Disamping itu guru juga harus menyampaikan indicator-indikator ketercapaian KD, sehingga sampai dimana KKM
yang telah ditetapkan dapat dicapai oleh peserta didik.
2. Menyajikan materi sebagai pengantar.
Penyajian materi sebagai pengantar sesuatu yang sangat penting, dari sini guru memberikan momentum
permulaan pembelajaran. Kesuksesan dalam proses pembelajaran dapat dimulai dari sini. Karena guru dapat
memberikan motivasi yang menarik perhatian siswa yang selama ini belum siap. Dengan motivasi dan teknik yang
baik dalam pemberian materi akan menarik minat siswa untuk belajar lebih jauh tentang materi yang dipelajari.
3. Guru menunjukkan/memperlihatkan gambar-gambar kegiatan berkaitan dengan materi.
Dalam proses penyajian materi, guru mengajar siswa ikut terlibat aktif dalam proses pembelajaran dengan
mengamati setiap gambar yang ditunjukan oleh guru atau oleh temannya. Dengan Picture atau gambar kita akan
menghemat energy kita dan siswa akan lebih mudah memahami materi yang diajarkan. Dalam perkembangakan
selanjutnya sebagai guru dapat memodifikasikan gambar atau mengganti gambar dengan video atau demontrasi
yang kegiatan tertentu.
4. Guru menunjuk/memanggil siswa secara bergantian memasang/mengurutkan gambar-gambar menjadi urutan
yang logis.
Di langkah ini guru harus dapat melakukan inovasi, karena penunjukan secara langsung kadang kurang efektif dan
siswa merasa terhukum. Salah satu cara adalah dengan undian, sehingga siswa merasa memang harus
menjalankan tugas yang harus diberikan.
Gambar-gambar yang sudah ada diminta oleh siswa untuk diurutan, dibuat, atau dimodifikasi.
5. Guru menanyakan alasan/dasar pemikiran urutan gambar tersebut.
Setelah itu ajaklah siswa menemukan rumus, tinggi, jalan cerita, atau tuntutan KD dengan indicator yang akan
dicapai. Ajaklah sebanyak-banyaknya peran siswa dan teman yang lain untuk membantu sehingga proses diskusi
dalam PBM semakin menarik.
6. Dari alasan/urutan gambar tersebut guru memulai menanamkan konsep/materi sesuai dengan kompetensi yang
ingin dicapai.
Dalam proses diskusi dan pembacaan gambar ini guru harus memberikan penekanan-penekanan pada hal ini
dicapai dengan meminta siswa lain untuk mengulangi, menuliskan atau bentuk lain dengan tujuan siswa
mengetahui bahwa hal tersebut penting dalam pencapaian KD dan indicator yang telah ditetapkan. Pastikan bahwa
siswa telah menguasai indicator yang telah ditetapkan.
7. Kesimpulan/rangkuman
Di akhir pembelajaran, guru bersama siswa mengambil kesimpulan sebagai penguatan materi pelajaran

Kelebihan dan kekurangan model pembelajaran Picture and Picture:


Kelebihan:
1. Guru lebih mengetahui kemampuan masing-masing siswa.
2. Melatih berpikir logis dan sistematis.
3. Membantu siswa belajar berpikir berdasarkan sudut pandang suatu subjek bahasan dengan memberikan
kebebasan siswa dalam praktik berpikir,
4. Mengembangkan motivasi untuk belajar yang lebih baik.
5. Siswa dilibatkan daiam perencanaan dan pengelolaan kelas
Kekurangan:
1. Memakan banyak waktu
2. Banyak siswa yang pasif.
3. Guru khawatir bahwa akan terjadi kekacauan dikelas.
4. Banyak siswa tidak senang apabila disuruh bekerja sama dengan yang lain
5. Dibutuhkan dukungan fasilitas, alat dan biaya yang cukup memadai

KESIMPULAN
Model pembelajaran× Picture and Picture adalah suatu metode belajar yang menggunakan gambar dan
dipasangkan / diurutkan menjadi urutan logis. Pembelajaran ini memiliki ciri Aktif, Inovatif, Kreatif, dan
Menyenangkan. Model Pembelajaran ini mengandalkan gambar sebagai media dalam proses pembelajaran.
Gambar-gambar ini menjadi factor utama dalam proses pembelajaran.
Menurut Johnson & Johnson , prinsip dasar dalam model pembelajaran kooperatif picture and picture adalah
sebagai berikut:

1. Setiap anggota kelompok (siswa) bertanggung jawab atas segala sesuatu yang dikerjakan dalam kelompoknya.
2. Setiap anggota kelompok (siswa) harus mengetahui bahwa semua anggota kelompok mempunyai tujuan yang
sama.
3. Setiap anggota kelompok (siswa) harus membagi tugas dan tanggung jawab yang sama di antara anggota
kelompoknya.
4. Setiap anggota kelompok (siswa) akan dikenai evaluasi.
5. Setiap anggota kelompok (siswa) berbagi kepemimpinan dan membutuhkan keterampilan untuk belajar
bersama selama proses belajarnya.
6. Setiap anggota kelompok (siswa) akan diminta mempertanggungjawabkan secara individual materi yang
ditangani dalam kelompok kooperatif.
Langkah-langkah dalam Model Pembelajaran Picture and Picture adalah sebagai berikut:
1. Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai
2. Menyajikan materi sebagai pengantar.
3. Guru menunjukkan/memperlihatkan gambar-gambar kegiatan berkaitan dengan materi.
4. Guru menunjuk siswa secara bergantian untuk mengurutkan gambar-gambar secara logis
5. Guru menanyakan alasan/dasar pemikiran urutan gambar tersebut.
6. Dari alasan/urutan gambar tersebut guru memulai menanamkan konsep/materi sesuai dengan kompetensi yang
ingin dicapai.
7. Kesimpulan/rangkuman 

Model Pembelajaran Numbered Head Together (NHT)

Model Pembelajaran Numbered Head Together (NHT)

Model Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT, Pembelajaran kooperatif merupakan strategi pembelajaran yang
mengutamakan adanya kerjasama antar siswa dalam kelompok untuk mencapai tujuan pembelajaran. Para siswa
dibagi ke dalam kelompok-kelompok kecil dan diarahkan untuk mempelajari materi pelajaran yang telah
ditentukan. Tujuan dibentuknya kelompok kooperatif adalah untuk memberikan kesempatan kepada siswa agar
dapat terlibat secara aktif dalam proses berpikir dan dalam kegiatan-kegiatan belajar. Dalam hal ini sebagian besar
aktifitas pembelajaran berpusat pada siswa, yakni mempelajari materi pelajaran serta berdiskusi untuk
memecahkan masalah
            Pembelajaran kooperatif tipe NHT merupakan salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang menekankan
pada struktur khusus yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa dan memiliki tujuan untuk
meningkatkan penguasaan akademik. Tipe ini dikembangkan oleh Kagen dalam Ibrahim (2000: 28) dengan
melibatkan para siswa dalam menelaah bahan yang tercakup dalam suatu pelajaran dan mengecek pemahaman
mereka terhadap isi pelajaran tersebut.
Ibrahim mengemukakan tiga tujuan yang hendak dicapai dalam pembelajaran kooperatif dengan tipe NHT yaitu :

1. Hasil belajar akademik stuktural


        Bertujuan untuk meningkatkan kinerja siswa dalam tugas-tugas akademik.
2. Pengakuan adanya keragaman
        Bertujuan agar siswa dapat menerima teman-temannya yang mempunyai berbagai latar  belakang.
3. Pengembangan keterampilan social
        Bertujuan untuk mengembangkan keterampilan sosial siswa.
        Keterampilan yang dimaksud antara lain berbagi tugas, aktif bertanya, menghargai pendapat  orang lain, mau
menjelaskan ide atau pendapat, bekerja dalam kelompok dan sebagainya. 

Kelebihan dan kekurangan model pembelajaran Numbered Heads Together adalah sebagai berikut :
Kelebihan:
- Setiap siswa menjadi siap semua
- Dapat melakukan diskusi dengan sungguh-sungguh.
- Siswa yang pandai dapat mengajari siswa yang kurang pandai.
Kelemahan:
- Tidak terlalu cocok untuk jumlah siswa yang banyak karena membutuhkan waktu yang lama..
- Tidak semua anggota kelompok dipanggil oleh guru

Penerapan pembelajaran kooperatif tipe NHT merujuk pada konsep Kagen dalam Ibrahim (2000: 29), dengan tiga
langkah yaitu :
a) Pembentukan kelompok;
b) Diskusi masalah;
c) Tukar jawaban antar kelompok
Langkah-langkah tersebut kemudian dikembangkan oleh Ibrahim (2000: 29) menjadi enam langkah sebagai berikut
:

Langkah 1. Persiapan
Dalam tahap ini guru mempersiapkan rancangan pelajaran dengan membuat Skenario Pembelajaran (SP), Lembar
Kerja Siswa (LKS) yang sesuai dengan model pembelajaran kooperatif tipe NHT.

Langkah 2. Pembentukan kelompok


Dalam pembentukan kelompok disesuaikan dengan model pembelajaran kooperatif tipe NHT. Guru membagi para
siswa menjadi beberapa kelompok yang beranggotakan 3-5 orang siswa. Guru memberi nomor kepada setiap siswa
dalam kelompok dan nama kelompok yang berbeda. Kelompok yang dibentuk merupakan percampuran yang
ditinjau dari latar belakang sosial, ras, suku, jenis kelamin dan kemampuan belajar. Selain itu, dalam pembentukan
kelompok digunakan nilai tes awal (pre-test) sebagai dasar dalam menentukan masing-masing kelompok.

Langkah 3. Tiap kelompok harus memiliki buku paket atau buku panduan
Dalam pembentukan kelompok, tiap kelompok harus memiliki buku paket atau buku panduan agar memudahkan
siswa dalam menyelesaikan LKS atau masalah yang diberikan oleh guru.
Langkah 4. Diskusi masalah
Dalam kerja kelompok, guru membagikan LKS kepada setiap siswa sebagai bahan yang akan dipelajari. Dalam kerja
kelompok setiap siswa berpikir bersama untuk menggambarkan dan meyakinkan bahwa tiap orang mengetahui
jawaban dari pertanyaan yang telah ada dalam LKS atau pertanyaan yang telah diberikan oleh guru. Pertanyaan
dapat bervariasi, dari yang bersifat spesifik sampai yang bersifat umum.

Langkah 5. Memanggil nomor anggota atau pemberian jawaban


Dalam tahap ini, guru menyebut satu nomor dan para siswa dari tiap kelompok dengan nomor yang sama
mengangkat tangan dan menyiapkan jawaban kepada siswa di kelas.

Langkah 6. Memberi kesimpulan


Guru bersama siswa menyimpulkan jawaban akhir dari semua pertanyaan yang berhubungan dengan materi yang
disajikan.

Ada beberapa manfaat pada model pembelajaran kooperatif tipe NHT terhadap siswa yang hasil belajar rendah
yang dikemukakan oleh Lundgren dalam Ibrahim (2000: 18), antara lain adalah :
Rasa harga diri menjadi lebih tinggi
1. Memperbaiki kehadiran
2. Penerimaan terhadap individu menjadi lebih besar
3. Perilaku mengganggu menjadi lebih kecil
4. Konflik antara pribadi berkurang
5. Pemahaman yang lebih mendalam
6. Meningkatkan kebaikan budi, kepekaan dan toleransi
7. Hasil belajar lebih tinggi

KESIMPULAN
Model pembelajaran ini baik digunakan karena model ini mengajarkan kepada siswa untuk lebih siap dalam
menguasai materi serta belajar menerima keanekaragaman dengan kelompok lain, karna dalam model ini siswa
dituntut untuk berdiskusi untuk memecahkan suatu masalah.
Pada dasarnya tidak ada model pembelajaran yang cocok untuk setiap pokok bahasan, karena setia model atau
metode mengajar masing-masing memiliki kelebihan dan kekurangan oleh karenanya guru dituntut untuk pandai
memilih model pembelajaran yang sesuai. 

Metode Belajar Cooperative script

metode belajar Cooperative script


Skrip kooperatif adalah metode belajar dimana siswa bekerja berpasangan dan secara lisan mengikhtisarkan
bagian-bagian dari materi yang dipelajari.

Langkah-langkah:

1.                  Guru membagi siswa untuk berpasangan.

2.                  Guru membagikan wacana / materi tiap siswa untuk dibaca dan membuat ringkasan.

3.                  Guru dan siswa menetapkan siapa yang pertama berperan sebagai pembicara dan siapa yang berperan
sebagai pendengar.

4.                  Pembicara membacakan ringkasannya selengkap mungkin, dengan memasukkan ide-ide pokok dalam
ringkasannya. Sementara pendengar menyimak / mengoreksi / menunjukkan ide-ide pokok yang kurang lengkap
dan membantu mengingat / menghapal ide-ide pokok dengan menghubungkan materi sebelumnya atau dengan
materi lainnya.

5.                  Bertukar peran, semula sebagai pembicara ditukar menjadi pendengar dan sebaliknya, serta lakukan
seperti di atas.

6.                  Kesimpulan guru.

7.                  Penutup.

Kelebihan:

                     Melatih pendengaran, ketelitian / kecermatan.

                     Setiap siswa mendapat peran.

                     Melatih mengungkapkan kesalahan orang lain dengan lisan.

Kekurangan:

                     Hanya digunakan untuk mata pelajaran tertentu

                     Hanya dilakukan dua orang (tidak melibatkan seluruh kelas sehingga koreksi hanya sebatas pada dua
orang tersebut).

model pembelajaran Kepala bernomor struktur

Model pembelajaran Kepala bernomor struktur


1. Pengertian
Untuk mengembangkan potensi to live together salah satunya melalui model pembelajaran kooperatif. Aktivitas
pembelajaran kooperatif menekankan pada kesadaran siswa perlu belajar untuk mengaplikasikan pengetahuan,
konsep, keterampilan kepada siswa yang membutuhkan atau anggota lain dalam kelompoknya, sehingga belajar
kooperatif dapat saling menguntungkan antara siswa yang berprestasi rendah dan siswa yang berprestasi tinggi.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan Slavin (Ibrahim, 2000:16) tentang pengaruh pembelajaran kooperatif
terhadap hasil belajar pada semua tingkat kelas dan semua bidang studi menunjukkan bahwa kelas kooperatif
menunjukkan hasil belajar akademik yang signifikan lebih tinggi dibandingkan kelompok kontrol.
Salah satu model pembelajaran kooperatif yaitu tipe NHT (Numbered Heads Together). Model ini dapat dijadikan
alternatif variasi model pembelajaran sebelumnya. Dibentuk kelompok heterogen, setiap kelompok beranggotakan
3-5 siswa, setiap anggota memiliki satu nomor, guru mengajukan pertanyaan untuk didiskusikan bersama dalam
kelompok. Guru menunjuk salah satu nomor untuk mewakili kelompoknya. Menurut Muhammad Nur (2005)
model pembelajaran kooperatif tipe NHT pada dasarnya merupakan sebuah variasi diskusi kelompok dengan ciri
khasnya adalah guru hanya menunjuk seorang siswa yang mewakili kelompoknya tanpa memberitahu terlebih
dahulu siapa yang akan mewakili kelompoknya tersebut. Sehingga cara ini menjamin keterlibatan total semua
siswa. Cara ini upaya yang sangat baik untuk meningkatkan tanggung jawab individual dalam dalam diskusi
kelompok.

Number Head Together adalah suatu Model pembelajaran yang lebih mengedepankan kepada aktivitas siswa
dalam mencari, mengolah, dan melaporkan informasi dari berbagai sumber yang akhirnya dipresentasikan di
depan kelas (Rahayu, 2006). NHT pertama kali dikenalkan oleh Spencer Kagan dkk (1993). Model NHT adalah
bagian dari model pembelajaran kooperatif struktural, yang menekankan pada struktur-struktur khusus yang
dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa. Struktur Kagan menghendaki agar para siswa bekerja saling
bergantung pada kelompok-kelompok kecil secara kooperatif. Struktur tersebut dikembangkan sebagai bahan
alternatif dari sruktur kelas tradisional seperti mangacungkan tangan terlebih dahulu untuk kemudian ditunjuk
oleh guru untuk menjawab pertanyaan yang telah dilontarkan. Suasana seperti ini menimbulkan kegaduhan dalam
kelas, karena para siswa saling berebut dalam mendapatkan kesempatan untuk menjawab pertanyaan peneliti
(Tryana, 2008). Menurut Kagan (2007) model pembelajaran NHT ini secara tidak langsung melatih siswa untuk
saling berbagi informasi, mendengarkan dengan cermat serta berbicara dengan penuh perhitungan, sehingga siswa
lebih produktif dalam pembelajaran.

2. Ciri-ciri Pembelajaran Kooperatif (Dalam model Pembelajaran Kepala bernomor struktur)


Sebagai seorang guru dalam memberikan pelajaran kepada siswa tentu ia akan memilih manakah model
pembelajaran yang tepat diberikan untuk materi pelajaran tertentu. 

Ciri-ciri pembelajaran kepala bernomer struktur sebagai berikut:


1) Penomoran
Penomoran adalah hal yang utama di dalam NHT, dalam tahap ini guru membagi siswa menjadi beberapa
kelompok atau tim yang beranggotakan tiga sampai lima orang dan memberi siswa nomor sehingga setiap siswa
dalam tim mempunyai nomor berbeda-beda, sesuai dengan jumlah siswa di dalam kelompok.
2) Pengajuan Pertanyaan
Langkah berikutnya adalah pengajuan pertanyaan, guru mengajukan pertanyaan kepada siswa. Pertanyaan yang
diberikan dapat diambil dari materi pelajaran tertentu yang memang sedang di pelajari, dalam membuat
pertanyaan usahakan dapat bervariasi dari yang spesifik hingga bersifat umum dan dengan tingkat kesulitan yang
bervariasi pula.
3) Berpikir Bersama
Setelah mendapatkan pertanyaan-pertanyaan dari guru, siswa berpikir bersama untuk menemukan jawaban dan
menjelaskan jawaban kepada anggota dalam timnya sehingga semua anggota mengetahui jawaban dari masing-
masing pertanyaan.
4) Pemberian Jawaban
Langkah terakhir yaitu guru menyebut salah satu nomor dan setiap siswa dari tiap kelompok yang bernomor sama
mengangkat tangan dan menyiapkan jawaban untuk seluruh kelas, kemudian guru secara random memilih
kelompok yang harus menjawab pertanyan tersebut, selanjutnya siswa yang nomornya disebut guru dari kelompok
tersebut mengangkat tangan dan berdiri untuk menjawab pertanyaan. Kelompok lain yang bernomor sama
menanggapi jawaban tersebut.

3. Langkah – langkah Kepala bernomor struktur

1. Siswa dibagi dalam kelompok, setiap siswa dalam setiap kelompok mendapat nomor
2. Penugasan diberikan kepada setiap siswa berdasarkan nomorkan terhadap tugas yang berangkai Misalnya :
siswa nomor satu bertugas mencatat soal. Siswa nomor dua mengerjakan soal dan siswa nomor tiga melaporkan
hasil pekerjaan dan seterusnya
3. Jika perlu, guru bisa menyuruh kerja sama antar kelompok. Siswa disuruh keluar dari kelompoknya dan
bergabung bersama beberapa siswa bernomor sama dari kelompok lain. Dalam kesempatan ini siswa dengan tugas
yang sama bisa saling membantu atau mencocokkan hasil kerja sama mereka
4. Laporkan hasil dan tanggapan dari kelompok yang lain
5. Kesimpulan
4. Kelebihan dan kelemahan model pembelajaran kepala bernomor struktur
5. Kelebihan dan kekurangan

1) Kelebihan
a. Dapat meningkatkan prestasi belajar siswa.
b. Mampu memperdalam pamahaman siswa.
c. Melatih tanggung jawab siswa.
d. Menyenangkan siswa dalam belajar.
e. Mengembangkan rasa ingin tahu siswa.
f. Meningkatkan rasa percaya diri siwa.
g. Mengembangkan rasa saling memiliki dan kerjasama.
h. Setiap siswa termotivasi untuk menguasai materi.
i. Menghilangkan kesenjangan antara yang pintar dengan tidak pintar.
j. Tercipta suasana gembira dalam belajar. Dengan demikian meskipun saat pelajaran menempati jam terakhir
pun,siswa tetap antusias belajar.

2) Kelemahan
a. Ada siswa yang takut diintimidasi bila Memberi nilai jelek kepada anggotanya (bila kenyataannya siswa lain
kurang mampu menguasai materi)
b. Ada siswa yang mengambil jalan pintas dengan meminta tolong pada temannya untuk mencarikan
jawabnya.Solusinya mengurangi poin pada siswa yang membantu dan dibantu .
c. Apabila pada satu nomer kurang maximal mengerjakan tugasnya, tentu saja mempengaruhi pekerjaan pemilik
tugas lain pada nomer selanjutnya. 

Model Pembelajaran STUDENT TEAMS- ACHIEVEMENT DIVISIONS (STAD)

Model Pembelajaran STUDENT TEAMS- ACHIEVEMENT DIVISIONS (STAD)

Model pembelajaran STAD termasuk model pembelajaran kooperatif. Semua model pembelajaran kooperatif


ditandai dengan adanya struktur tugas, struktur tujuan dan struktur penghargaan. Dalam proses pembelajaran
dengan model pembelajaran kooperatifsiswa didorong untuk bekerjasama pada suatu tugas bersama dan mereka
harus mengkoordinasikan usahanya untuk menyelesaikan tugas yang diberikan guru. Tujuan model pembelajaran
kooperaif adalah prestasi belajar akademik siswa meningkat dan siswa dapat menerima berbagai keragaman dari
temannya, serta pengembangan keterampilan sosial.

1. PENGERTIAN MODEL PEMBELAJARAN TIPE STAD

1.      Menurut wina (2008:242) menjelaskan bahwa pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran
menggunakan sistem pengelompokkan atau tim kecil,yaitu antara 4-5 orang yang mempunyai latar belakang
kemampuan akademik,jenis kelamin,ras atau suku yang berbeda (heterogen)

2.      Johnson (dalam Etin Solihatin,2005 :4 ) menyatakan bahwa :pembelajaran kooperatif adalah pemanfaatan
kelompok kecil dalam pembelajaran yang memungkinkan siswa bekerja sama.

3.      Slavin ( dalam Wina,2008:242) mengemukakan dua alasan bahwa : pembelajaran kooperatif merupakan
bentuk pembelajaran yang dapat memperbaiki pembelajaran selama ini. Pertama,beberapa penelitian
membuktikan bahwa penggunaan pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan prestasi belajar siswa sekaligus
dapat menngkatkan kemampuan hubungan sosial,menumbuhkan sikap menerima kekurangan diri dan orang
lain,serta dapat meningkatkan harga diri.kedua,pembelajaran kooperatif dapat merealisasikan kebutuhan siswa
dalam belajar,berfikir,memecahkan masalah dan mengintegrasikan pengetahuan dengan keterampilan.

2.   Prinsip Pembelajaran Kooperatif sebagai berikut.

      a.   Setiap anggota kelompok (siswa) bertanggung jawab atas segala sesuatu yang dikerjakan

dalam kelompoknya.

b.   Setiap anggota kelompok (siswa) harus mengetahui bahwa semua anggota kelompok

mempunyai tujuan yang sama.

c.   Setiap anggota kelompok (siswa) harus membagi tugas dan tanggung jawab yang sama

diantara anggota kelompoknya.

d.   Setiap anggota kelompok (siswa) akan dikenai evaluasi.

e.   Setiap anggota kelompok (siswa) berbagi kepemimpinan dan membutuhkan keterampilan

untuk belajar bersama selama proses belajarnya.

f.    Setiap anggota kelompok (siswa) akan diminta mempertanggungjawabkan secara

individual materi yang ditangani dalam kelompok kooperatif.

3.   Ciri Pembelajaran Kooperatif

Masih menurut Nur dalam Chotimah (2007), ciri-ciri pembelajaran kooperatif sebagai

berikut.

a.   Siswa dalam kelompok secara kooperatif menyelesaikan materi belajar sesuai kompetensi

dasar yang akan dicapai.

b.   Kelompok dibentuk dari siswa yang memiliki kemampuan yang berbeda-beda, baik tingkat kemampuan tinggi,
sedang dan rendah. Jika mungkin anggota kelompok berasal dari ras, budaya, suku yang berbeda serta
memperhatikan kesetaraan gender.

c.   Penghargaan menekankan pada kelompok dari pada masing-masing individu.

4.   Sintaks Model Pembelajaran STAD

Langkah-langkah model pembelajaran STAD dapat dilihat pada tabel 2.1 seperti

berikut.

Tabel 2.1 Enam Langkah Model Pembelajaran STAD

Langkah Indikator Tingkah laku guru

Langkah 1 Menyampaikan tujuan dan Guru menyampaikan tujuan


pembelajaran dan
memotivasi siswa mengkomunikasikan
kompetensi dasar
yang akan dicapai serta
memotivasi siswa

Guru menyajikan informasi


kepada siswa

Langkah 2 Menyajikan informasi Guru menginformasikan


pengelom-pokkan

Siswa

Langkah 3 Mengorganisasikan siswa ke

dalam kelompok- kelompok Guru memotivasi serta


belajar memfasilitasi kerja siswa
dalam kelompok-kelompok
belajar

Membimbimg kelompok
Langkah 4 belajar
Guru mengevaluasi hasil
belajar tentang

materi pembelajaran yang


telah dilaksanakan

Evaluasi
Langkah 5

Guru memberi penghargaan


hasil belajar

individual dan kelompok

Memberikan penghargaan
Langkah 6

Model pembelajaran STAD dikembangkan oleh Robert Slavin dan temantemannya di Universitas John Hopkins.
Siswa dalam suatu kelas tertentu dipecah menjadi kelompok dengan anggota 4-5 orang, setiap kelompok haruslah
heterogen, terdiri atas laki-laki dan perempuan, berasal dari berbagai suku, memiliki kemampuan tinggi, sedang
dan rendah. Anggota tim menggunakan lembar kegiatan atau perangkat pembelajaran yang lain untuk
menuntaskan materi pelajarannya dan kemudian saling membantu satu sama lain untuk memahami bahan
pelajaran melalui diskusi dan kuis.
Sintaks model Pembelajaran STAD  dalam Chotimah (2007) antara lain :

a. Guru membentuk kelompok yang anggotanya 4 orang secara heterogen.

b. Guru menyajikan pelajaran.

c. Guru memberi tugas pada kelompok untuk dikerjakan oleh anggota-anggota kelompok

d. Peserta didik yang bisa mengerjakan tugas/soal menjelaskan kepada anggota kelompok       

     lainnya sehingga semua anggota dalam kelompok itu mengerti.

e. Guru memberi kuis/pertanyaan kepada seluruh peserta didik. Pada saat menjawab

    kuis/pertanyaan peserta didik tidak boleh saling membantu.

f. Guru memberi penghargaan (rewards) kepada kelompok yang memiliki nilai/poin

    tertinggi.

g. Guru memberikan evaluasi.

h. Penutup.

Dalam STAD, penghargaan kelompok didasarkan atas skor yang didapatkan oleh

kelompok dan skor kelompok ini diperoleh dari peningkatan individu dalam setiap kuis.

Sumbangan poin peningkatan siswa terhadap kelompoknya didasarkan atas ketentuan

pada tabel 2.2 berikut.

Tabel 2.2 Kriteria Pemberian Skor Peningkatan STAD

Skor Kuis Poin peningkatan

Lebih dari 10 point di bawah skor dasar 5

1-10 point di bawah skor dasar 10

Skor dasar sampai 10 poin di atas skor dasar 20

Lebih dari 10 poin di atas skor dasar 30

Hasil sempurna (tidak mempertimbangkan skor dasar 30

Catatan: Nilai kuis sebelumnya dapat digunakan sebagai skor dasar

(Sumber:Slavin, 1995 dalam Parlan, 2006:17)

Skor kelompok untuk setiap kelompok didasarkan pada sumbangan poin peningkatan

yang diperoleh oleh setiap anggota kelompok yaitu dengan menjumlah seluruh poin

peningkatan anggota kelompok dibagi dengan jumlah anggota kelompok. Penghargaan

kelompok diberikan dengan empat kriteria seperti pada tabel 2.3 berikut.
Tabel 2.3 Predikat Keberhasilan Kelompok

Kriteria Nilai Perkembangan

Excellent 22,6 – 30

The best teams 15,1 – 22,5

Good teams 7,6 – 15,0

General teams ≥7,5

 (Sumber: Slavin, 1995 dalam Supriyo, 2008:50)

5.      Kelebihan dan Kekurangan pembelajaran Tipe STAD

A)    Kelebihan model pembelajaran Kooperatif STAD

Menurut Davidson (dalam Nurasma,2006:26) :        

a)      Meningkatkan kecakapan individu

b)      Meningkatkan kecakapan kelompok

c)      Meningkatkan komitmen

d)     Menghilangkan prasangka buruk terhadap teman sebaya

e)      Tidak bersifat kompetitif

f)       Tidak memiliki rasa dendam

B)    Kekurangan model pembelajaran kooperatif STAD

a)      Menurut Slavin (dalam Nurasma 2006:2007 )yaitu:

b)      Konstribusi dari siswa berprestasi rendah menjadi kurang

c)      Siswa berprestasi tinggi akan mengarah pada kekecewaan karena peran anggota yang pandai lebih dominan.  

E.  Hubungan Penerapan Model STAD  dengan Motivasi dan Prestasi Belajar Siswa

Dalam proses belajar mengajar guru sebagai pelaksana pengajaran harus dapat menciptakan kondisi yang dapat
melibatkan siswa secara aktif. Dengan demikian diharapkan terjadi interaksi antara guru dan siswa yang pada
umumnya akan merasa mendapat motivasi yang tinggi apabila guru melibatkan siswa secara aktif dalam proses
belajar mengajar. Selain itu siswa akan lebih memahami dan mengerti konsep-konsep fisika secara benar.

Pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan motivasi belajar siswa secara konsisten baik bagi siswa yang
memiliki kemampuan tinggi, sedang dan rendah, dan resistensi (daya lekat) terhadap materi pelajaran menjadi
lebih panjang (Ellyana, 2007). Pembelajaan kooperatif yang dikemas dalam kegiatan pembelajaran yang bervariasi
dengan model STAD dapat menumbuhkan motivasi dan prestasi belajar siswa. Pengajaran fisika yang disajikan
dengan model pembelajaran STAD memungkinkan untuk memberikan pengalaman-pengalaman sosial sebab
mereka akan bertanggung jawab pada diri sendiri dan anggota kelompoknya. Keberhasilan anggota kelompok
merupakan tugas bersama.

Dalam pembelajaran STAD  ini anggota kelompok berasal dari tingkat prestasi yang berbeda-beda, sehingga
melatih siswa untuk bertoleransi atas perbedaan dan kesadaran akan perbedaan. Disamping itu pembelajaran
yang disajikan dengan model STAD  akan melatih siswa untuk menceriterakan, menulis secara benar apa yang
diteliti dan diamati. Apabila ditinjau dari proses pelaksanaannya, kegiatan model pembelajaran STAD lebih
membawa siswa untuk memahami materi yang disajikan oleh guru, karena siswa aktif dalam proses belajar
mengajar. Berdasarkan uraian di atas, pengajaran fisika yang disajikan dengan dengan penerapan model
pembelajaran STADakan dapat meningkatkan motivasi dan prestasi belajar siswa

Model Pembelajaran Jigsaw

Model Pembelajaran Jigsaw

A.    Pengertian

Jigsaw adalah tipe pembelajaran kooperatif yang dikembangkan oleh Elliot Aronson’s. Model pembelajaran ini
didesain untuk meningkatkan rasa tanggung jawab siswa terhadap pembelajarannya sendiri dan juga pembelajaran
orang lain. Siswa tidak hanya mempelajari materi yang diberikan, tetapi mereka juga harus siap memberikan dan
mengajarkan materi tersebut kepada kelompoknya.Pada  model pembelajaran jigsaw  ini keaktifan siswa (student
centered)  sangan dibutuhkan, dengan dibentuknya kelompok-kelompok kecil yang beranggotakan 3-5 orang yang
terdiri dari kelompok asal dan kelompok ahli.

Dalam Pembelajaran Kooperatif Model Jigsaw, siswa dibagi dalam beberapa kelompok belajar yang heterogen
yang beranggotakan 3-5 orang dengan menggunakan pola kelompok asal dan kelompok ahli. Kelompok asal adalah
kelompok awal siswa terdiri dari berapa anggota kelompok ahli yang dibentuk dengan memperhatikan keragaman
dan latar belakang. Guru harus trampil dan mengetahui latar belakang siswa agar terciptanya suasana yang baik
bagi setiap angota kelompok. Sedangkan kelompok ahli, yaitu kelompok siswa yang terdiri dari anggota kelompok
lain (kelompok asal) yang ditugaskan untuk mendalami topik tertentu untuk kemudian dijelaskan kepada anggota
kelompok asal.

Para anggota dari kelompok asal yang berbeda, bertemu dengan topik yang sama dalam kelompok ahli untuk
berdiskusi dan membahas materi yang ditugaskan pada masing-masing anggota kelompok serta membantu satu
sama lain untuk mempelajari topik mereka tersebut. Disini, peran guru adalah mefasilitasi dan memotivasi para
anggota kelompok ahli agar mudah untuk memahami materi yang diberikan. Setelah pembahasan selesai, para
anggota kelompok kemudian kembali pada kelompok asal dan mengajarkan pada teman sekelompoknya apa yang
telah mereka dapatkan pada saat pertemuan di kelompok ahli.Para kelompok ahli harus mampu untuk membagi
pengetahuan yang di dapatkan saat melakuakn diskusi di kelompok ahli, sehingga pengetahuan tersebut diterima
oleh setiap anggota pada kelompok asal.  Kunci tipe Jigsaw ini adalah interdependence setiap siswa terhadap
anggota tim yang memberikan informasi yang diperlukan. Artinya para siswa harus memiliki tanggunga jawab dan
kerja sama yang positif dan saling ketergantungan untuk mendapatkan informasi dan memecahkan masalah yang
biberikan.

B.  Langkah- Langkah  dalam metode jigsaw


Sesuai dengan namanya, teknis penerapan tipe pembelajaran ini maju mundur seperti gergaji. Menurut Arends
(1997), langkah-langkah penerapan model pembelajaran Jigsaw, yaitu:

1.   Awal kegiatan pembelajaran


a. Persiapan
1. Melakukan Pembelajaran Pendahuluan
Guru dapat menjabarkan isi topik secara umum, memotivasi siswa dan menjelaskan tujuan dipelajarinya topik
tersebut.
2. Materi
Materi pembelajaran kooperatif model jigsaw dibagi menjadi beberapa bagian pembelajaran tergantung pada
banyak anggota dalam setiap kelompok serta banyaknya konsep materi pembelajaran yang ingin dicapai dan yang
akan dipelajari oleh siswa.
3. Membagi Siswa Ke Dalam Kelompok Asal Dan Ahli
Kelompok dalam pembelajarn kooperatif model jigsaw beranggotakan 3-5 orang yang heterogen baik dari
kemampuan akademis, jenis kelamin, maupun latar belakang sosialnya
4. Menentukan Skor Awal
Skor awal merupakan skor rata-rata siswa secara individu pada kuis sebelumnya atau nilai akhir siswa secara
individual pada semester sebelumnya.

      2. Rencana Kegiatan


1. Setiap kelompok membaca dan mendiskusikan sub topik masing-masing dan menetapkan anggota ahli yang
akan bergabung dalam kelompok ahli.
2. Anggota ahli dari masing-masing kelompok berkumpul dan mengintegrasikan semua sub topik yang telah
dibagikan sesuai dengan banyaknya kelompok.
3. Siswa ahli kembali ke kelompok masing-masing untuk menjelaskan topik yang didiskusikannya.
4. Siswa mengerjakan tes individual atau kelompok yang mencakup semua topik.
5. Pemberian penghargaan kelompok berupa skor individu dan skor kelompok atau menghargai prestasi kelompok.

3. Sistem Evaluasi
Dalam evaluasi ada tiga cara yang dapat dilakukan:
1. Mengerjakan kuis individual yang mencaukup semua topik.
2. Membuat laporan mandiri atau kelompok.
3. Presentasi
Materi Evaluasi
- Pengetahuan (materi ajar) yang difahami dan dikuasai oleh mahasiswa.
- Proses belajar yang dilakukan oleh mahasiswa.

C.    Kelebihan

Bila dibandingkan dengan metode pembelajaran tradisional, model pembelajaran Jigsaw memiliki beberapa
kelebihan yaitu:

1. Mempermudah pekerjaan guru dalam mengajar,karena sudah ada kelompok ahli yang bertugas menjelaskan
materi kepada rekan-rekannya

2. Pemerataan penguasaan materi dapat dicapai dalam waktu yang lebih singkat

3. Metode pembelajaran ini dapat melatih siswa untuk lebih aktif dalam berbicara dan berpendapat.
D.    Kelemahan

Dalam penerapannya sering dijumpai beberapa permasalahan yaitu :

1. Siswa yang aktif akan lebih mendominasi diskusi, dan cenderung mengontrol jalannya diskusi. Untuk
mengantisipasi masalah ini guru harus benar-benar memperhatikan jalannya diskusi. Guru harus menekankan agar
para anggota kelompok menyimak terlebih dahulu penjelasan dari tenaga ahli. Kemudian baru mengajukan
pertanyaan apabila tidak mengerti.

2. Siswa yang memiliki kemampuan membaca dan berfpikir rendah akan mengalami kesulitan untuk menjelaskan
materi apabila ditunjuk sebagai tenaga ahli. Untuk mengantisipasi hal ini guru harus memilih tenaga ahli secara
tepat, kemudian memonitor kinerja mereka dalam menjelaskan materi, agar materi dapat tersampaikan secara
akurat.

3. Siswa yang cerdas cenderung merasa bosan.

Untuk mengantisipasi hal ini guru harus pandai menciptakan suasana kelas yang menggairahkan agar siswa yang
cerdas tertantang untuk mengikuti jalannya diskusi.

4. Siswa yang tidak terbiasa berkompetisi akan kesulitan untuk mengikuti proses pembelajaran.

MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH (PROBLEM BASED INTRODUCTION)

PROBLEM BASED INTRODUCTION (PBI)

MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH 

Sejarah Metode Pembelajaran Berbasis Masalah


Pembelajaran Berbasis Masalah dirintis dalam ilmu kesehatan di McMaster University di Kanada pada tahun 1960-
an yang diresmikan pada tahun 1968. (Neufeld & Barrows, 1974), karena siswa tidak mampu menerapkan
sejumlah besar mereka pengetahuan ilmiah dasar untuk situasi klinis. Tak lama kemudian, tiga sekolah medis lain -
University of Limburg di Maastricht (Belanda), University of Newcastle (Australia), dan University of New Mexico
(Amerika) mengambil McMaster model pembelajaran berbasis masalah. (diadopsi oleh lain program-program
sekolah kedokteran (Barrows, 1996) dan juga telah diadaptasi untuk instruksi sarjana (Boud dan Feletti, 1997; Duch
et al, 2001. ; Amador et al, 2006))

Landasan Teoretik Model Pembelajaran Berbasis Masalah


Temuan-temuan dari psikologi kognitif menyediakan landasan teoretis untuk meningkatkan pengajaran secara
umum dan khsususnya problem based learning (PBL). Premis dasar dalam psikologi kognitif adalah belajar
merupakan proses konstruksi pengetahuan baru yang berdasarkan pada pengetahuan terkini. Mengikuti Glaser
(1991) secara umum diasumsikan bahwa belajar adalah proses yang konstruktif dan bukan penerimaan. Proses-
proses kognitif yang disebut metakognisi mempengaruhi penggunaan pengetahuan, dan faktor-faktor sosial dan
kontektual mempengaruhi pembelajaran.

A. Pengertian Metode Pembelajaran Berbasis Masalah

Menurut Suherman (2003: 7)


Model pembelajaran dimaksudkan sebagai pola interaksi siswa dengan guru di dalam kelas yang menyangkut
strategi, pendekatan, metode, dan teknik pembelajaran yang diterapkan dalam pelaksanaan kegiatan belajar
mengajar di kelas.

Konsep yang dikemukakan Suherman menjelaskan bahwa model pembelajaran adalah suatu bentuk bagaimana
interaksi yang tercipta antara guru dan siswa berhubungan dengan strategi, pendekatan, metode, dan teknik
pembelajaran yang digunkan dalam proses pembelajaran.

Gijselaers ( 1996)
Pembelajaran berbasis masalah diturunkan dari teori bahwa belajar adalah proses dimana pembelajar secara aktif
mengkontruksi pengetahuan.

Konsep ini menjelaskan bahwa belajar terjadi dari aksi siswa, dan pendidik hanya berperan dalam memfasilitasi
terjadinya aktivitas kontruksi pengetahuan oleh pembelajar. Pendidik harus memusatkan perhatiannya untuk
membantu siswa dalam mencapai keterampilan self directed learning.

Tujuan Metode Pembelajaran Berbasis Masalah

Departemen Pendidikan Nasional (2003)


Pembelajaran berbasis masalah membuat siswa menjadi pembelajar yang mandiri, artinya ketika siswa belajar,
maka siswa dapat memilih strategi belajar yang sesuai, terampil menggunakan strategi tersebut untuk belajar dan
mampu mengontrol proses belajarnya, serta termotivasi untuk menyelesaikan belajarnya itu.

Dari pengertian ini, dikatakan bahwa tujuan utama pembelajaran berbasis masalah adalah untuk menggali daya
kreativitas siswa dalam berpikir dan memotivasi siswa untuk terus belajar.

Muslimin Ibrahim (2000:7)


Pembelajaran berdasarkan masalah tidak dirancang untuk membantu guru memberikan informasi sebanyak-
banyaknya kepada siswa, akan tetapi pembelajaran berbasis masalah dikembangkan untuk membantu siswa
mengembangkan kemampuan berfikir, pemecahan masalah, dan ketrampilan intelektual, belajar berbagai peran
orang dewasa melalui pelibatan mereka dalam pengalaman nyata atau simulasi dan menjadi pembelajar yang
mandiri.

Dari pengertian ini kita dapat mngetahui bahwa pembelajaran berbasis masalah ini difokuskan untuk
perkembangan belajar siswa, bukan untuk membantu guru mengumpulkan informasi yang nantinya akan diberikan
kepada siswa saat proses pembelajaran.

Dari beberapa definisi di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa Pembelajaran berbasis masalah (problem based
learning) bertujuan untuk:
1. membantu siswa mengembangkan ketrampilan berfikir dan ketrampilan pemecahan masalah,
2. belajar peranan orang dewasa yang otentik,
3. menjadi siswa yang mandiri,
4. untuk bergerak pada level pemahaman yang lebih umum, membuat kemungkinan transfers pengetahuan baru,
5. mengembangkan pemikiran kritis dan keterampilan kreatif
6. meningkatkan kemampuan memecahkan masalah
7. meningkatkan motivasi belajar siswa
8. membantu siswa belajar untuk mentransfer pengetahuan dengan situasi baru

B. Prinsip-Prinsip Metode Pembelajaran Berbasis Masalah

Berdasar pada pandangan psikologi kognitif terdapat tiga prinsip pembelajaran yang berkaitan dengan PBL

1. Belajar adalah proses konstruktif dan bukan penerimaan. Pembelajaran tradisional didominasi oleh pandangan
bahwa belajar adalah penuangan pengetahuan ke kepala pebelajar. Kepala pebelajar dipandang sebagai kotak
kosong yang siap diisi melalui repetisi dan penerimaan. Pengajaran lebih diarahkan untuk penyimpanan informasi
oleh pebelajar pada memorinya seperti menyimpan buku-buku di perpustakaan. Pemanggilan kembali informasi
bergantung pada kualitas nomer panggil(call number) yang digunakan dalam mengklasifikasikan informasi. Namun,
psikologi kognitif modern menyatakan bahwa memori merupakan struktur asosiatif. Pengetahuan disusun dalam
jaringan antar konsep, mengacu pada jalinan semantik. Ketika belajar terjadi informasi baru digandengkan pada
jaringan informasi yang telah ada. Jalinan semantik tidak hanya menyangkut bagaimana menyimpan informasi,
tetapi juga bagaimana informasi itu diinterpretasikan dan dipanggil.

2. Knowing About Knowing (metakognisi) Mempengaruhi Pembelajaran.


Prinsip kedua yang sangat penting adalah belajar adalah proses cepat, bila pebelajar mengajukan keterampilan-
keterampilan self monitoring, secara umum mengacu pada metakognisi (Bruer, 1993 dalam Gijselaers, 1996).
Metakognisi dipandang sebagai elemen esensial keterampilan belajar seperti setting tujuan (what am I going to
do), strategi seleksi (how am I doing it?), dan evaluasi tujuan (did it work?). Keberhasilan pemecahan masalah tidak
hanya bergantung pada pemilikan pengetahuan konten (body of knowledge), tetapi juga penggunaan metode
pemecahan masalah untuk mencapai tujuan. Secara khusus keterampilan metokognitif meliputi kemampuan
memonitor prilaku belajar diri sendiri, yakni menyadari bagaimana suatu masalah dianalisis dan apakah hasil
pemecahan masalah masuk akal?

3. Faktor-faktor Kontekstual dan Sosial Mempengaruhi Pembelajaran. Prinsip ketiga ini adalah tentang penggunaan
pengetahuan. Mengarahkan pebelajar untuk memiliki pengetahuan dan untuk mampu menerapkan proses
pemecahan masalah merupakan tujuan yang sangat ambisius. Pembelajaran biasanya dimulai dengan
penyampaian pengetahuan oleh pembelajar kepada pebelajar, kemudian disertai dengan pemberian tugas-tugas
berupa masalah untuk meningkatkan penggunaan pengetahuan. Namun studi-studi menunjukkan bahwa pebelajar
mengalami kesulitan serius dalam menggunakan pengetahuan ilmiah (Bruning et al, 1995). Studi juga
menunjukkan bahwa pendidikantradisional tidak memfasilitasi peningkatan peman masalah-maslah fisika
walaupun secara formal diajarkan teori fisika ( misalnya, Clement, 1990).

Bridges (1992) dan Charlin (1998)


Dalam melaksanakan proses pembelajaran PBM ini, Bridges dan Charlin telah menggariskan beberapa ciri-ciri
utama seperti berikut.
1. Pembelajaran berpusat dengan masalah.
2. Masalah yang digunakan merupakan masalah dunia sebenarnya yang mungkin akan dihadapi oleh siswa dalam
kerja profesional mereka di masa depan.
3. Pengetahuan yang diharapkan dicapai oleh siswa saat proses pembelajaran disusun berdasarkan masalah.
4. Para siswa bertanggung jawab terhadap proses pembelajaran mereka sendiri.
5. Siswa aktif dengan proses bersama.
6. Pengetahuan menyokong pengetahuan yang baru.
7. Pengetahuan diperoleh dalam konteks yang bermakna.
8. Siswa berpeluang untuk meningkatkan serta mengorganisasikan pengetahuan.
9. Kebanyakan pembelajaran dilaksanakan dalam kelompok kecil.

Kriteria Pemilihan Bahan Pembelajaran Berbasis Masalah


1. Bahan pelajaran harus mengandung isu-isu yang mengandung konflik yang bisa bersumber dari
berita,rekaman,video dan lain sebagainya.
2. Bahan yang dipilih adalah bahan yang bersifat familiar dengan siswa,sehingga setiap siswa dapat mengikutinya
dengan baik.
3. Bahan yang dipilih merupakan bahan yang berhubungan dengan kepentingan orang banyak,sehingga terasa
manfaatnya.
4. Bahan yang dipilih adalah bahan yang mendukung tujuan atau kompetensi yang harus dimiliki oleh siswa sesuai
dengan kurikulum yang berlaku.
5. Bahan yang dipilih sesuai dengan minat siswa sehingga setiap siswa merasa perlu untuk mempelajarinya.

Langkah-langkah Pembelajaran Berbasis Masalah

Pannen (2001)
Langkah-langkah pemecahan masalah dalam pembelajaran PBL paling sedikit ada delapan tahapan, yaitu:
1. mengidentifikasi masalah,
2. mengumpulkan data,
3. menganalisis data,
4. memecahkan masalah berdasarkan pada data yang ada dan analisisnya,
5. memilih cara untuk memecahkan masalah,
6. merencanakan penerapan pemecahan masalah,
7. melakukan ujicoba terhadap rencana yang ditetapkan, dan
8. melakukan tindakan (action) untuk memecahkan masalah.

Arends (2004)
Ada 5 fase (tahap) yang perlu dilakukan untuk mengimplementasikan PBL.
Fase Aktivitas guru
Fase 1: Mengorientasikan mahasiswa pada masalah. Menjelaskan tujuan pembelajaran, logistik yang diperlukan,
memotivasi mahasiswa terlibat aktif pada aktivitas pemecahan masalah yang dipilih
Fase 2: Mengorganisasi mahasiswa untuk belajar. Membantu mahasiswa membatasi dan mengorganisasi tugas
belajar yang berhubungan dengan masalah yang dihadapi
Fase 3: Membimbing penyelidikan individu maupun kelompok. Mendorong mahasiswa mengumpulkan informasi
yang sesuai, melaksanakan eksperimen, dan mencari untuk penjelasan dan pemecahan
Fase 4: Mengembangkan dan menyajikan hasil karya. Membantu mahasiswa merencanakan dan menyiapkan karya
yang sesuai seperti laporan, video, dan model, dan membantu mereka untuk berbagi tugas dengan temannya.
Fase 5: Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah. Membantu mahasiswa melakukan refleksi
terhadap penyelidikan dan proses-proses yang digunakan selama berlangusungnya pemecahan masalah.

Berikut langkah-langkah PBM.


1. Guru memulai sesi awal PBM dengan presentasi permasalahan yang akan dihadapi oleh siswa.
2. Siswa terstimulus untuk berusaha menyelesaikan permasalahan di lapangan.
3. Siswa mengorganisasikan apa yang telah mereka pahami tentang permasalahan dan mencoba mengidentifikasi
hal-hal terkait.
4. Siswa berdiskusi dengan mengajukan pertanyaan tentang hal-hal yang tidak mereka pahami.
5. Guru mendampingi siswa untuk fokus terhadap pertanyaan yang dianggap penting.
6. Setelah periode self-study, sesi kedua dilakukan.
7. Pada awal sesi ini siswa diharapkan dapat membagi pengetahuan baru yang mereka peroleh.
8. Siswa menguji validitas dari pendekatan awal dan menyaringnya.
9. Siswa berlatih mentransfer pengetahuan dalam konteks nyata melalui pelaporan di kelas.

Dalam penyelidikan suatu masalah, hal-hal yang perlu diperhatikan adalah sebagai berikut.
1. Membaca dan menganalisis skenario dan situasi masalah.
Periksa pemahaman Anda tentang skenario dengan mendiskusikan hal itu dalam kelompok Anda. Sebuah upaya
kelompok mungkin akan lebih efektif dalam menentukan apa faktor-faktor kunci dalam situasi ini. Karena ini
adalah situasi pemecahan masalah nyata, grup Anda akan harus secara aktif mencari informasi yang diperlukan
untuk memecahkan masalah.

2. Daftar hipotesis, ide, atau firasat


Tulis dalam daftar teori atau hipotesis tentang penyebab masalah atau ide-ide tentang bagaimana untuk
memecahkan masalah. Anda juga akan mendukung atau menolak ide-ide sebagai hasil penyelidikan Anda. Daftar
ide yang berbeda lain yang perlu ditangani.

3. Daftar apa yang dikenal.


Buat pos berjudul "Apa yang kita ketahui?" pada selembar kertas. Kemudian temukan informasi yang terkandung
dalam skenario.

4. Mengembangkan sebuah pernyataan masalah.


Suatu pernyataan masalah harus berasal dari analisis Anda apa yang Anda ketahui. Dalam satu atau dua kalimat
Anda harus dapat menjelaskan apa yang grup Anda sedang mencoba untuk menyelesaikan, memproduksi,
menanggapi, tes, atau mencari tahu. Pernyataan masalah mungkin harus direvisi sebagai informasi baru ditemukan
dan dibawa ke menanggung pada situasi.

5. Daftar apa yang dibutuhkan.


Siapkan daftar pertanyaan Anda pikir perlu dijawab untuk memecahkan masalah. Rekam mereka di bawah daftar
kedua berjudul: "Apa yang kita perlu tahu?" Beberapa jenis pertanyaan yang mungkin sesuai. Beberapa orang
mungkin alamat konsep atau prinsip-prinsip yang perlu dipelajari untuk mengatasi situasi. Pertanyaan lain mungkin
dalam bentuk permintaan untuk informasi lebih lanjut. Pertanyaan-pertanyaan ini akan membimbing pencarian
yang mungkin akan terjadi on-line, di perpustakaan, atau dalam pencarian out-of-kelas yang lain.

6. Daftar tindakan yang mungkin.


Daftar rekomendasi, solusi, atau hipotesis di bawah judul: "Apa yang harus kita lakukan?". Daftar rencana Anda
untuk penyelidikan. Rencana ini mungkin termasuk mempertanyakan ahli, mendapatkan data online, atau
mengunjungi perpustakaan.

7. Mengumpulkan dan Menganalisis informasi.


Bagilah tanggung jawab untuk mengumpulkan, mengorganisir, menganalisis, dan menafsirkan informasi dari
banyak sumber. Menganalisis informasi yang anda kumpulkan. Anda mungkin perlu merevisi pernyataan masalah.
Anda dapat mengidentifikasi laporan masalah yang lebih. Pada titik ini, grup Anda mungkin akan merumuskan dan
menguji hipotesis untuk menjelaskan masalah. Beberapa masalah mungkin tidak memerlukan hipotesis, bukan
solusi yang dianjurkan atau pendapat (berdasarkan data riset Anda) mungkin tepat.

8. Menyajikan temuan-temuannya.
Siapkan laporan di mana Anda membuat rekomendasi, prediksi, kesimpulan, atau solusi lainyang tepat untuk
masalah berdasarkan data Anda dan latar belakang. Bersiaplah untuk mendukung rekomendasi Anda. Jika sesuai,
pertimbangkan presentasi multimedia dengan menggunakan gambar, grafik, atau suara.

Pelaksanaan Pembelajaran Bedasarkan Masalah

Pierce dan Jones (Ratnaningsih, 2003)


Mereka mengemukakan bahwa kejadian-kejadian yang harus muncul pada waktu pelaksanaan pembelajaran
berbasis masalah adalah sebagai berikut:
a. Keterlibatan (engagement) meliputi mempersiapkan siswa untuk berperan sebagai pemecah masalah yang bisa
bekerja sama dengan pihak lain, menghadapkan siswa pada situasi yang mendorong untuk mampu menemukan
masalah dan meneliti permasalahan sambil mengajukkan dugaan dan rencana penyelesaian.
b. Inkuiri dan investigasi (inquiry dan investigation) yang mencakup kegiatan mengeksplorasi dan mendistribuskan
informasi.
c. Performansi (performnace) yaitu menyajikan temuan.
d. Tanya jawab (debriefing) yaitu menguji keakuratan dari solusi dan melakukan refleksi terhadap proses
pemecahan masalah.

A. Tugas Perencanaan.
Pembelajaran Bedasarkan Masalah memerlukan banyak perencanaan seperti halnya model-model pembelajaran
yang berpusat pada siswa lainnya.

1. Penetapan Tujuan.
Pertama mendiskripsikan bagaimana pembelajaran berdasarkan masalah direncanakan untuk membantu
tercapainya tujuan-tujuan tertentu misalnya ketrampilan menyelidiki, memahami peran orang dewasa dn
membantu siswa menjadi pebelajar yang mandiri Hendaknya difikirkan dahulu dengan matang tujuan yang hendak
dicapai sehingga dapat dikomunikasikan dengan jelas kepada siswa

2. Merancang situasi masalah yang sesuai


Dalam pembelajaran berdasarkan masalah guru memberikan kebebasan siswa untuk memilih masalah yang akan
diselidiki, karena cara ini meningkatkan motivasi siswa. Masalah sebaiknya otentik ( berdasarkan pada pengalaman
dunia nyata siswa ), mengandung teka-teki dan tidak terdefinisikan secara ketat, memungkinkan kerjasama,
bermakna bagi siswa dan konsisten dengan tujuan kurikulum.

3. Organisasi sumber daya dan rencana logistik.


Dalam pembelajaran berdasarkan masalah guru mengorganisasikan sumber daya dan merencanakan kebutuhan
untuk penyelidikan siswa karena dalam model pembelajaran ini dimungkinkan siswa bekerja dengan beragam
material dan peralatan, pelaksanaan dapat dilakukan didalam maupun diluar kelas.

B. Tugas interaktif
1. Orientasi siswa pada masalah.
Siswa perlu memahami bahwa pembelajaran berdasarkan masalah tidak untuk memperoleh informasi baru dalam
jumlah besar, tetapi pembelajaran ini adalah kegiatan penyelidikan terhadap masalah-masalah yang penting dan
untuk menjadi pelajar yang mandiri. Oleh karena itu cara yang baik dalam menyajikan masalah adalah dengan
menggunakan kejadian-kejadian yang mencengangkan dan menimbulkan misteri sehingga merangsang untuk
memecahkan masalah tersebut.

2. Mengorganisasikan siswa untuk belajar.


Dalam pembelajaran berdasarkan masalah siswa memerlukan bantuan guru untuk merencanakan penyelidikan
dan tugas-tugas pelaporan. Mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok belajar kooperatif juga diperlukan
pengembangan ketrampilan kerja sama di anatara siswa dan saling membantu untuk menyelidiki masalah secara
bersama.

3. Membantu penyelidikan mandiri dan kelompok.


a. guru membantu siswa dalam pengumpulan informasi dari berbagai sumber, siswa diberi pertanyaan yang
membuat siswa memimikirkan masalah dan jenis informasi yang dibutuhkan untuk pemecahan masalah sehingga
siswa diajarkan menjadi penyelidik yang aktif dan dapat menggunakan metode yang sesuai untuk memecahkan
masalah tersebut. Membantu penyelidikan mandiri dan kelompok
b. Guru mendorong pertukaran ide secara bebas dan penerimaan sepenuhnya ide-ide tersebut. Guru mendorong
siswa dalam pengumpulan informasi dari berbagai sumber, siswa diberi pertanyaan yang membuat mereka
memikirkan masalah dan jenis informasi yang dibutuhkan untuk pemecahan masalah. Selama tahap penyelidikan
guru memberi bantuan yang dibutuhkan tanpa mengganggu siswa.
c. Puncak kegiatan pembelajaran berdasarkan masalah adalah penciptaan dan peragaan artifak seperti laporan,
poster, model-model fisik, videotape dsb. Tugas guru pada tiap akhir pembelajaran berbasis masalah adalah
membantu siswa menganalisis dan mengevaluasi proses berfikir mereka sendiri, dan ketrampilan penyelidikan
yang mereka gunakan.

4. Analisis dan evaluasi proses pemecahan masalah. Tugas guru pada tahap akhir pembelajaran berdasarkan
masalah adalah membantu siswa menganalisis dan mengevaluasi proses berpikir mereka sendiri dan ketrampilan
penyelidikan yang mereka gunakan.

C. Lingkungan Belajar dan Tugas-tugas Managemen


Guru perlu memberikan seperangkat aturan, sopan santun kepada siswa untuk mengendalikan tingkah laku siswa
ketika mereka melakukan penyelidikan sehingga terciptanya kenyamanan, kemudahan siswa dalam melakukan
aktivitasnya.

D. Asesmen dan evaluasi


Penilaian yang dilakukan guru tidak hanya terbatas dengan tes kertas dan pensil ( paper and paper tes ) tetapi
termasuk menemukan prosedur penilaian alternative yang dapat digunakan untuk mengukur pekerjaan siswa.
Penetapan kriteria penilaian tugas-tugas kinerja/ hasil karya harus dilakukan pada awal-awal pembelajaran dan
harus dapat dikerjakan oleh pebelajar (Fottrell, 1996). Kriteria penilaian itu harus didiskusikan terlebih dahulu
bersama pebelajar di kelas. Diskusi ini meliputi berapa grade yang harus mereka capai dan siapa yang akan menilai
mereka (pembelajar, pebelajar, atau ahli luar).

Penilaian pada pembelajaran berbasis masalah berorientasi pada proses dengan tujuan untuk menilai ketrampilan
berkomunikasi, bekerjasama, penerimaan siswa terhadap tanggung jawab belajar, kemampuan belajar
bagaimanan belajar ( learning to learn ), penyelesaian dan penggunaan sumber serta pengembangan ketrampilan
memecahkan masalah. Dalam pembelajaran berbasis masalah guru berperan dalam mengembangkan aspek
kognitif dan metakognitif siswa, bukan sekedar sumber pengetahuan dan penyebar informasi. Disamping itu siswa
bukan sebagai pendengar yang pasif tetapi berperan aktif sebagai problem.

Peran guru, siswa dan masalah dalam pembelajaran berbasis masalah dapat digambarkan sebagai berikut:
 Guru sebagai pelatih
 Siswa sebagai problem solver
 Masalah sebagai awal tantangan dan motivasi
 Asking about thinking ( bertanya tentang pemikiran)
 memonitor pembelajaran
 probbing ( menantang siswa untuk berfikir )
 menjaga agar siswa terlibat
 mengatur dinamika kelompok
 menjaga berlangsungnya proses
 peserta yang aktif
 terlibat langsung dalam pembelajaran
 membangun pembelajaran
 menarik untuk dipecahkan
 menyediakan kebutuhan yang ada hubungannya dengan pelajaran yang dipelajari

Muslimin Ibrahim menjelaskan bahwa dalam menerapkan model pembelajaran berbasis masalah membutuhkan
banyak latihan dan perlu membuat ke putusan-keputusan khusus pada fase-fase perencanaan, interaksi dan
setelah pembelajaran.

Arends (2004) menyatakan bahwa ada tiga hasil belajar (outcomes) yang diperoleh pebelajar yang diajar dengan
PBL yaitu:
1. Inkuiri dan ketrampilan melakukan pemecahan masalah.
Siswa yang melakukan inkuiri dalam pempelajaran akan menggunakan ketrampilan berpikir tingkat tinggi (higher-
order thinking skill) dimana mereka akan melakukan operasi mental seperti induksi, deduksi, klasifikasi, dan
reasoning.
2. Belajar model peraturan orang dewasa (adult role behaviors), dan
3. Ketrampilan belajar mandiri (skills for independent learning).

E. Kelebihan dan Kekurangan Metode Pembelajaran Berbasis Masalah dalam Pemanfaatannya

Kelebihan Pembelajaran Berbasis Masalah dalam pemanfaatannya adalah sebagai berikut.


1. Mengembangkan pemikiran kritis dan keterampilan kreatif
2. Meningkatkan kemampuan memecahkan masalah
3. Meningkatkan motivasi siswa dalam belajar
4. Membantu siswa belajar untuk mentransfer pengetahuan dengan situasi baru
5. Dapat mendorong siswa/mahasiswa mempunyai inisiatif untuk belajar secara mandiri
6. Mendorong kreativitas siswa dalam pengungkapan penyelidikan masalah yang telah ia lakukan
7. Dengan PBM akan terjadi pembelajaran bermakna.
8. Dalam situasi PBM, siswa/mahasiswa mengintegrasikan pengetahuan dan ketrampilan secara simultan dan
mengaplikasikannya dalam konteks yang relevan.
9. PBM dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis, menumbuhkan inisiatif siswa/mahasiswa dalam bekerja,
motivasi internal untuk belajar, dan dapat mengembangkan hubungan interpersonal dalam bekerja kelompok.

Kekurangan Pembelajaran Berbasis Masalah dalam pemanfaatannya adalah sebagai berikut.


1. Kurang terbiasanya peserta didik dan pengajar dengan metode ini. Peserta didik dan pengajar masih terbawa
kebiasaan metode konvensional, pemberian materi terjadi secara satu arah.
2. Kurangnya waktu pembelajaran. Proses PBM terkadang membutuhkan waktu yang lebih banyak. Peserta didik
terkadang memerlukan waktu untuk menghadapi persoalan yang diberikan. Sementara, waktu pelaksanaan PBM
harus disesuaikan dengan beban kurikulum.
3. Menurut Fincham et al. (1997), "PBL tidak menghadirkan kurikulum baru tetapi lebih pada kurikulum yang sama
melalui metode pengajaran yang berbeda," (hal. 419).
4. Siswa tidak dapat benar-benar tahu apa yang mungkin penting bagi mereka untuk belajar, terutama di daerah
yang mereka tidak memiliki pengalaman sebelumnya.
5. Seorang guru mengadopsi pendekatan PBL mungkin tidak dapat untuk menutup sebagai bahan sebanyak kursus
kuliah berbasis konvensional. PBL bisa sangat menantang untuk melaksanakan, karena membutuhkan banyak
perencanaan dan kerja keras bagi guru. Ini bisa sulit pada awalnya bagi guru untuk "melepaskan kontrol" dan
menjadi fasilitator, mendorong siswa untuk mengajukan pertanyaan yang tepat daripada menyerahkan mereka
solusi

F. Kesimpulan

Pembelajaran Berbasis Masalah pertama kali dicetuskan pada akhir tahun 1960-an di sekolah kedokteran di
McMaster University di Kanada.

Pembelajaran Berbasis Masalah adalah suatu proses pembelajaran yang keterlibatan siswanya lebih besar dalam
pemecahan suatu masalah melalui tahap-tahap metode ilmiah sehingga siswa dapat mempelajari pengetahuan
yang berhubungan dengan masalah yang disajikan oleh pendidik dengan berbekal pengetahuan yang dimiliki
sebelumnya sehingga dari prior knowledge ini akan terbentuk pengetahuan dan pengalaman baru.
Ciri-ciri Pembelajaran dengan model PBL dimulai oleh adanya masalah (dapat dimunculkan oleh siswa atau guru),
kemudian siswa memperdalam pengetahuannya tentang apa yang mereka telah ketahui dan apa yang mereka
perlu ketahui untuk memecahkan masalah tersebut. Siswa dapat memilih masalah yang dianggap menarik untuk
dipecahkan sehingga mereka terdorong berperan aktif dalam belajar.

Masalah yang dijadikan sebagai fokus pembelajaran dapat diselesaikan siswa melalui kerja kelompok sehingga
dapat memberi pengalaman-pengalaman belajar yang beragam pada siswa seperti kerjasama dan interaksi dalam
kelompok, disamping pengalaman belajar yang berhubungan dengan pemecahan masalah seperti membuat
hipotesis, merancang percobaan, melakukan penyelidikan, mengumpulkan data, menginterpretasikan data,
membuat kesimpulan, mempresentasikan, berdiskusi, dan membuat laporan. Keadaan tersebut menunjukkan
bahwa model PBL dapat memberikan pengalaman yang kaya kepada siswa. Dengan kata lain, penggunaan PBL
dapat meningkatkan pemahaman siswa tentang apa yang mereka pelajari sehingga diharapkan mereka dapat
menerapkannya dalam kondisi nyata pada kehidupan sehari-hari.

Pembelajaran Berbasis Masalah bertujuan untuk memotivasi belajar siswa agar menjadi mandiri, membantu siswa
mengembangkan ketrampilan berfikir dan ketrampilan pemecahan masalah, membuat kemungkinan transfers
pengetahuan baru, belajar peranan orang dewasa yang otentik,

Prinsip-Prinsip Metode Pembelajaran Berbasis Masalah adalah proses konstruktif dan bukan penerimaan, Knowing
About Knowing (metakognisi) mempengaruhi pembelajaran, danFaktor-faktor kontekstual dan sosial
mempengaruhi pembelajaran.

Kriteria pemilihan bahan Pembelajaran Berbasis Masalah adalah :


1. Bahan pelajaran harus mengandung isu-isu yang mengandung konflik
2. Bahan yang dipilih adalah bahan yang bersifat familiar dengan siswa
3. Bahan yang dipilih merupakan bahan yang berhubungan dengan kepentingan orang banyak
4. Bahan yang dipilih adalah bahan yang mendukung tujuan atau kompetensi yang harus dimiliki oleh siswa
5. Bahan yang dipilih sesuai dengan minat siswa

Langkah- langkah model Pembelajaran Berdasarkan Masalah, yaitu :


1. Orientasi siswa kepada masalah
2. Mengorganisasikan siswa untuk belajar
3. Membimbing penyelidikan individual maupun kelompok
4. Mengembangkan dan menyajikan hasil karya
5. Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah

Pelaksanaan Pembelajaran Bedasarkan Masalah adalah sebagai berikut.


A. Tugas Perencanaan.
1. Penetapan Tujuan.
2. Merancang situasi masalah yang sesuai.
3. Organisasi sumber daya dan rencana logistik.
B. Tugas interaktif
1. Orientasi siswa pada masalah.
2. Mengorganisasikan siswa untuk belajar.
3. Membantu penyelidikan mandiri dan kelompok.
4. Analisis dan evaluasi proses pemecahan masalah.
C. Lingkungan Belajar dan Tugas-tugas Managemen.
D. Asesmen dan evaluasi
Arends (2004) menyatakan bahwa ada tiga hasil belajar (outcomes) yang diperoleh pebelajar yang diajar dengan
Pembelajaran Berbasis Masalah, yaitu:
1. Inkuiri dan ketrampilan melakukan pemecahan masalah.
2. Belajar model peraturan orang dewasa (adult role behaviors), dan
3. Ketrampilan belajar mandiri (skills for independent learning).

Kelebihan Pembelajaran Berbasis Masalah dalam pemanfaatannya adalah sebagai berikut.


1. Mengembangkan pemikiran kritis dan keterampilan kreatif dan mandiri
2. Meningkatkan motivasi dan kemampuan memecahkan masalah
3. Membantu siswa belajar untuk mentransfer pengetahuan dengan situasi baru
4. Dengan PBM akan terjadi pembelajaran bermakna.
5. Dalam situasi PBM, siswa/mahasiswa mengintegrasikan pengetahuan dan ketrampilan secara simultan dan
mengaplikasikannya dalam konteks yang relevan.
6. PBM dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis, menumbuhkan inisiatif siswa/mahasiswa dalam bekerja,
motivasi internal untuk belajar, dan dapat mengembangkan hubungan interpersonal dalam bekerja kelompok.

Kekurangan Pembelajaran Berbasis Masalah dalam pemanfaatannya adalah sebagai berikut.


1. Kurang terbiasanya peserta didik dan pengajar dengan metode ini.
2. Kurangnya waktu pembelajaran.
3. Siswa tidak dapat benar-benar tahu apa yang mungkin penting bagi mereka untuk belajar.
4. Seorang guru sulit menjadi fasilitator yang baik. 

MODEL PEMBELAJARAN ARTIKULASI

MODEL PEMBELAJARAN ARTIKULASI

Ibarat pakaian yang penuh variasi lengkap dengan berbagai corak warna dan modelnya, semua itu adalah dengan
tujuan agar si pemakai merasa nyaman, aman, terlindung, juga agar merasa percaya diri dan dihargai/dihormati
orang lain. Orang lain yang memandang cara berpakaian pun akan merasa senang, simpati, bahkan mungkin
tertarik akan performa dan potongan/model pakaian tersebut. Maka secara lugas dapat dikatakan bahwa tujuan
daripada berpakaian sudah tercapai.

Demikian juga dengan pembelajaran. Banyak ragam strategi pembelajaran, pendekatan, metode pembelajaran
dan juga model pembelajaran. Tujuan dilaksanakannya berbagai macam strategi pembelajaran, metode
pembelajaran dan model pembelajaran adalah agar guru/pendidik lebih mudah, lebih efektif dan efisien dalam
menerapkan suatu pembelajaran sehingga apa yang menjadi tujuan pembelajaran akan mudah tercapai secara
maksimal.
Bagi peserta didik akan menimbulkan perasaan senang, termotivasi, tertantang sehingga pembelajaran pun
menjadi lebih bermakna dan PAIKEM (Pembelajaran Aktif Inovatif Kreatif Efektif dan Menyenangkan ). Tidak ada
lagi pembelajaran yang monoton dan menjemukan.
Khusus model pembelajaran, ternyata jumlahnya cukup banyak. Hal ini karena selalu ada inovasi-inovasi baru yang
dilakukan oleh kalangan guru/pendidik, ahli pendidikan dan kaum cerdik cendikiawan baik dari dalam negeri
maupun dari luar negeri.
Efektif atau tidaknya suatu model pembelajaran diterapkan, tidak ditentukan oleh kecanggihan suatu model
pembelajaran saja, karena pada prinsipnya tidak ada satu model pembelajaran pun yang terbaik. Model
pembelajaran yang terbaik adalah model pembelajaran yang relevan dengan tujuan yang hendak dicapai. Dari
sekian model pembelajaran, berikut penulis sampaikan salah satu contoh model pembelajaran yakni model
pembelajaran Artikulasi.

1. Pengertian Model Pembelajaran Artikulasi

Model pembelajaran Artikulasi merupakan model yang prosesnya seperti pesan berantai, artinya apa yang telah
diberikan Guru, seorang siswa wajib meneruskan menjelaskannya pada siswa lain (pasangan kelompoknya). Di
sinilah keunikan model pembelajaran ini. Siswa dituntut untuk bisa berperan sebagai ‘penerima pesan’ sekaligus
berperan sebagai ‘penyampai pesan.’
Model pembelajaran artikulasi merupakan model pembelajaran yang menuntut siswa aktif dalam pembelajaran
dimana siswa dibentuk menjadi kelompok kecil yang masing-masing siswa dalam kelompok tersebut mempunyai
tugas mewawancarai teman kelompoknya tentang materi yang baru dibahas. Konsep pemahaman sangat
diperlukan dalam mode pembelajaran ini.
2. Langkah-langkah Model Pembelajaran Artikulasi
1. Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai.
2. Guru menyajikan materi sebagaimana biasa.
3. Untuk mengetahui daya serap siswa, bentuklah kelompok berpasangan dua orang.
4. Menugaskan salah satu siswa dari pasangan itu menceritakan materi yang baru diterima dari guru dan
pasangannya mendengar sambil membuat catatan-catatan kecil, kemudian berganti peran. Begitu juga kelompok
lainnya.
5. Menugaskan siswa secara bergiliran/diacak menyampaikan hasil wawancaranya dengan teman pasangannya
sampai sebagian siswa sudah menyampaikan hasil wawancaranya.
6. Guru mengulangi/menjelaskan kembali materi yang sekiranya belum dipahami siswa.
7. Kesimpulan/penutup.
3. Kelemahan dan kelebihan Pembelajaran Artikulasi
Kelemahan dan kelebihan dari pembelajaran artikulasi ini antara lain:
A. Kelemahannya:
a. Untuk mata pelajaran tertentu
b. Waktu yang dibutuhkan banyak
c. Materi yang didapat sedikit
d. Banyak kelompok yang melapor dan perlu dimonitor
e. Lebih sedikit ide yang muncul
f. Jika ada perselisihan tidak ada penengah

B. Kelebihannya:
a. Semua siswa terlibat (mendapat peran)
b. Melatih kesiapan siswa
c. Melatih daya serap pemahaman dari orang lain
d. Cocok untuk tugas sederhana
e. Interaksi lebih mudah
f. Lebih mudah dan cepat membentuknya
g. Meningkatkan partisipasi anak
MODEL PEMBELAJARAN MIND MAPPING

MODEL PEMBELAJARAN MIND MAPPING

1.      Pengertian

Mind mapping merupakan cara untuk menempatkan informasi ke dalam otak dan mengambilnya kembali ke luar
otak. Bentuk mind mapping seperti peta sebuah jalan di kota yang mempunyai banyak cabang. Seperti halnya peta
jalan kita bisa membuat pandangan secara menyeluruh tentang pokok masalah dalam suatu area yang sangat luas.
Dengan sebuah peta kita bisa merencanakan sebuah rute yang tercepat dan tepat dan mengetahui kemana kita
akan pergi dan dimana kita berada.

Mind mapping bisa disebut sebuah peta rute yang digunakan ingatan, membuat kita bisa menyusun fakta dan
fikiran sedemikian rupa sehingga cara kerja otak kita yang alami akan dilibatkan sejak awal sehingga mengingat
informasi akan lebih mudah dan bisa diandalkan daripada menggunakan teknik mencatat biasa..

Mind mapping, disebut pemetaan pikiran atau peta pikiran, adalah salah satu cara mencatat materi pelajaran yang
memudahkan siswa belajar. Mind mapping bisa juga dikategorikan sebagai teknik mencatat kreatif.

Dikategorikan ke dalam teknik kreatif karena pembuatan mind mapping ini membutuhkan pemanfaatan imajinasi
dari si pembuatnya. Siswa yang kreatif akan lebih mudah membuat mind mapping ini. Begitu pula, dengan semakin
seringnya siswa membuat mind mapping, dia akan semakin kreatif.

Konsep Mind Mapping asal mulanya diperkenalkan oleh Tony Buzan tahun 1970-an. Teknik ini dikenal juga dengan
nama Radiant Thinking. Sebuah mind map memiliki sebuah ide atau kata sentral, dan ada 5 sampai 10 ide lain yang
keluar dari ide sentral tersebut. Mind Mapping sangat efektif bila digunakan untuk memunculkan ide terpendam
yang kita miliki dan membuat asosiasi di antara ide tersebut. Mind Mapping juga berguna untuk
mengorganisasikan informasi yang dimiliki. Bentuk diagramnya yang seperti diagram pohon dan percabangannya
memudahkan untuk mereferensikan satu informasi kepada informasi yang lain.

Mind mapping merupakan tehnik penyusunan catatan demi membantu siswa menggunakan seluruh potensi otak
agar optimum. Caranya, menggabungkan kerja otak bagian kiri dan kanan. Dengan metode mind mapping siswa
dapat meningkatkan daya ingat hingga 78%.

Perbedaan Catatan Biasa dan Mind Maping

Ø  Catatan biasa :

a.       Catatan Biasa

b.      Hanya berupa tulisan-tulisan saja

c.       Hanya dalam satu warna

d.      Untuk mereview ulang diperlukan waktu yang lama

e.       Waktu yang diperlukan untuk belajar lebih lama

f.       Statis

Ø  Mind mapping :
a.       Peta pikiran

b.      Berupa tulisan, simbol, dan gambar

c.       Berwarna warni

d.      Untuk mereview ulang diperlukan waktu yang pendek

e.       Waktu yang diperlukan untuk belajar lebih cepat dan efektif

f.       Membuat individu menjadi kreatif

Dari uraian tersebut, peta pikiran (mind mapping) adalah satu teknik mencatat yang mengembangkan gaya belajar
visual. Peta pikiran memadukan dan mengembangkan potensi kerja otak yang terdapat di dalam diri seseorang.
Dengan adanya keterlibatan kedua belahan otak maka kan memudahkan seserorang untuk mengatur dan
mengingat segala bentuk informasi, baik secara tertulis maupun secara verbal. Adanya kombinasi warna, simbol,
bentuk dan sebagainya memudahkan otak dalam menyerap informasi yang diterima.Peta pikiran yang dibuat oleh
siswa dapat bervariasi setiap hari. Hal ini disebabkan karena berbedanya emosi dan perasaan yang terdapat dalam
diri siswa setiap harinya. Suasana menyenangkan yang diperoleh siswa ketika berada di ruang kelas pada saat
proses belajar akan mempengaruhi penciptaan peta pikiran. Tugas guru dalam proses belajar adalah menciptakan
suasana yang dapat mendukung kondisi belajar siswa terutama dalam proses pembuatan mind mapping.
(Sugiarto,Iwan. 2004. Mengoptimalkan Daya Kerja Otak Dengan Berfikir.)

Cara membuat mind mapping, terlebih dahulu siapkan selembar kertas kosong yang diatur dalam posisi landscape
kemudian tempatan topik yang akan dibahas di tengah-tengah halaman kertas dengan posisi horizontal. Usahakan
menggunakan gambar, simbol atau kode pada mind mapping yang dibuat. Dengan visualisasi kerja otak kiri yang
bersifat rasional, numerik dan verbal bersinergi dengan kerja otak kanan yang bersifat imajinatif, emosi, kreativitas
dan seni. Dengan ensinergikan potensi otak kiri dan kanan, siswa dapat dengan lebih mudah menangkap dan
menguasai materi pelajaran.

Selain itu, siswa dapat menggunakan kata-kata kunci sebagai asosiasi terhadap suatu ide pada setiap cabang
pemikiran berupa sebuah kata tunggal serta bukan kalimat. Setiap garis-garis cabang saling berhubungan hingga ke
pusat gambar dan diusahakan garis-garis yang dibentuk tidak lurus agar tidak membosankan. Garis-garis cabang
sebaiknya dibuat semakin tipis begitu bergerak menjauh dari gambar utama untuk menandakan hirarki atau
tingkat kepentingan dari masing-masing garis.

Model pembelajaran Mind Mapping sangat baik digunakan untuk pengetahuan awal siswa atau untuk menemukan
alternatif jawaban. Dipergunakan dalam kerja kelompok secara berpasangan ( 2 orang ).

Langkah-langkah pembelajarannya :

1.      Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai.

2.      Guru menyajikan materi sebagaimana biasa.

3.      Untuk mengetahui daya serap siswa, bentuklah kelompok berpasangan dua orang.

4.      Menugaskan salah satu siswa dari pasangan itu menceritakan materi yang baru diterima dari guru dan
pasangannya mendengar sambil membuat catatan-catatan kecil, kemudian berganti peran. Begitu juga kelompok
lainnya.

5.      Menugaskan siswa secara bergiliran/diacak menyampaikan hasil wawancaranya dengan teman pasangannya.
Sampai sebagian siswa sudah menyampaikan hasil wawancaranya.

6.      Guru mengulangi/menjelaskan kembali materi yang kiranya belum dipahami siswa.

7.      Kesimpulan/penutup.
2.      Prinsip Dasar Mind Mapping

Mind Mapping menggunakan teknik penyaluran gagasan dengan menggunakan kata kunci bebas, simbol, gambar,
dan menggambarkan secara kesatuan dengan menggunakan teknik pohon.

3.      Kelebihan dan Kekurangan mind mapping

Beberapa manfaat memiliki mind maping antara lain :

a.       Merencana

b.      Berkomunikasi

c.       Menjadi Kreatif

d.      Menghemat Waktu

e.       Menyelesaikan Masalah

f.       Memusatkan Perhatian

g.      Menyusun dan Menjelaskan Fikiran-fikiran

h.      Mengingat dengan lebih baik

i.        Belajar Lebih Cepat dan Efisien

j.        Melihat gambar keseluruhan

Ada beberapa kelebihan saat menggunakan teknik mind mapping ini, yaitu :

a.       Cara ini cepat

b.      Teknik dapat digunakan untuk mengorganisasikan ide-ide yang muncul dikepala anda

c.       Proses mengganbar diagram bisa memunculkan ide-ide yang lain.

d.      Diagram yang sudah terbentuk bisa menjadi panduan untuk menulis.

Kekurangan model pembelajaran mind mapping:

a.       Hanya siswa yang aktif yang terlibat

b.      Tidak sepenuhnya murid yang belajar

c.       Jumlah detail informasi tidak dapat dimasukkan

KESIMPULAN

Jadi model pembelajaran mind mapping adalah suatu model pembelajaran untuk menempatkan informasi ke
dalam otak dan mengambilnya kembali ke luar otak. Bentuk mind mapping seperti peta sebuah jalan di kota yang
mempunyai banyak cabang. Model pembelajaran Mind Mapping sangat baik digunakan untuk pengetahuan awal
siswa atau untuk menemukan alternatif jawaban. Dipergunakan dalam kerja kelompok secara berpasangan ( 2
orang ).
Mind Mapping menggunakan teknik penyaluran gagasan dengan menggunakan kata kunci bebas, simbol, gambar,
dan menggambarkan secara kesatuan dengan menggunakan teknik pohon.

Mind mapping, disebut pemetaan pikiran atau peta pikiran, adalah salah satu cara mencatat materi pelajaran yang
memudahkan siswa belajar. Mind mapping bisa juga dikategorikan sebagai teknik mencatat kreatif.

Dikategorikan ke dalam teknik kreatif karena pembuatan mind mapping ini membutuhkan pemanfaatan imajinasi
dari si pembuatnya. Siswa yang kreatif akan lebih mudah membuat mind mapping ini. Begitu pula, dengan semakin
seringnya siswa membuat mind mapping, dia akan semakin kreatif.

Kelebihan :

a.       Cara ini cepat

b.      Teknik dapat digunakan untuk mengorganisasikan ide-ide yang muncul dikepala anda

c.       Proses mengganbar diagram bisa memunculkan ide-ide yang lain.

d.      Diagram yang sudah terbentuk bisa menjadi panduan untuk menulis.

Kekurangan :

a.       Hanya siswa yang aktif yang terlibat

b.      Tidak sepenuhnya murid yang belajar

c.       Jumlah detail informasi tidak dapat dimasukkan

METODE MAKE A MATCH


METODE MAKE A MATCH

1. PENGERTIAN
Pembelajaran terpusat pada guru sampai saat ini masih menemukan beberapa kelemahan. Kelemahan tersebut
dapat dilihat pada saat berlangsungnya proses pembelajaran di kelas, interaksi aktif antara siswa dengan guru atau
siswa dengan siswa jarang terjadi. Siswa kurang terampil menjawab pertanyaan atau bertanya tentang konsep
yang diajarkan. Siswa kurang bisa bekerja dalam kelompok diskusi dan pemecahan masalah yang diberikan.
Mereka cenderung belajar sendiri-sendiri. Pengetahuan yang didapat bukan dibangun sendiri secara bertahap oleh
siswa atas dasar pemahaman sendiri. Karena siswa jarang menemukan jawaban atas permasalahan atau konsep
yang dipelajari.

Ternyata suatu penelitian telah membuktikan setelah dilakukan evaluasi terhadap hasil belajar siwa tenyata
dengan pendekatan seperti itu hasil belajar siswa dirasa belum maksimal. Hal ini tampak pada pencapaian nilai
akhir siswa .

Rendahnya pencapaian nilai akhir siswa ini, menjadi indikasi bahwa pembelajaran yang dilakukan belum efektif.
Nilai akhir dari evaluasi belajar belum mencakup penampilan dan partisipasi siswa dalam pembelajaran, hingga
sulit untuk mengukur keterampilan siswa .

Untuk memperbaiki hal tersebut perlu disusun suatu pendekatan dalam pembelajaran yang lebih komprehensip
dan dapat mengaitkan materi teori dengan kenyataan yang ada di lingkungan sekitarnya .Atas dasar itulah
mencoba dikembangkan pendekatan kooperatif dalam pembelajaran dengan metode make a match.

Model pembelajaran kooperatif didasarkan atas falsafah homo homini socius, falsafah ini menekankan bahwa
manusia adalah mahluk sosial (Lie, 2003:27). Sedangkan menurut Ibrahim (2000:2) model pembelajaran kooperatif
merupakan model pembelajaran yang membantu siswa mempelajari isi akademik dan hubungan sosial. Ciri khusus
pembelajaran kooperatif mencakup lima unsur yang harus diterapkan, yang meliputi; saling ketergantungan
positif, tanggung jawab perseorangan, tatap muka, komunikasi antar anggota dan evaluasi proses kelompok (Lie,
2003:30)

Model pembelajaran kooperatif bukanlah hal yang sama sekali baru bagi guru. Model pembelajaran kooperatif
merupakan suatu model pembelajaran yang mengutamakan adanya kelompok-kelompok. Setiap siswa yang ada
dalam kelompok mempunyai tingkat kemampuan yang berbeda-beda (tinggi, sedang dan rendah) dan jika
memungkinkan anggota kelompok berasal dari ras, budaya, suku yang berbeda serta memperhatikan kesetaraan
jender. Model pembelajaran kooperatif mengutamakan kerja sama dalam menyelesaikan permasalahan untuk
menerapkan pengetahuan dan keterampilan dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran.

Guna meningkatkan partisipasi dan keaktifan siswa dalam kelas, guru menerapkan metode pembelajaran make a
match. Metode make a match atau mencari pasangan merupakan salah satu alternatif yang dapat diterapkan
kepada siswa. Penerapan metode ini dimulai dari teknik yaitu siswa disuruh mencari pasangan kartu yang
merupakan jawaban/soal sebelum batas waktunya, siswa yang dapat mencocokkan kartunya diberi poin.

2. PRINSIP ATAU CIRI-CIRI


Teknik metode pembelajaran make a match atau mencari pasangan dikembangkan oleh Lorna Curran (1994). Salah
satu keunggulan tehnik ini adalah siswa mencari pasangan sambil belajar mengenai suatu konsep atau topik dalam
suasana yang menyenangkan. Langkah-langkah penerapan metode make a match sebagai berikut:
1. Guru menyiapkan beberapa kartu yang berisi beberapa konsep atau topik yang cocok untuk sesi review, satu
bagian kartu soal dan bagian lainnya kartu jawaban.
2. Setiap siswa mendapatkan sebuah kartu yang bertuliskan soal/jawaban.
3. Tiap siswa memikirkan jawaban/soal dari kartu yang dipegang.
4. Setiap siswa mencari pasangan kartu yang cocok dengan kartunya. Misalnya: pemegang kartu yang bertuliskan
bela negara akan berpasangan dengan kartu yang bertuliskan soal “sikap dan perilaku warga negara yang dijiwai
oleh kecintaannya kepada negara dalam menjamin kelangsungan hidup bangsa dan negara” .
5. Setiap siswa yang dapat mencocokkan kartunya sebelum batas waktu diberi poin.
6. Jika siswa tidak dapat mencocokkan kartunya dengan kartu temannya (tidak dapat menemukan kartu soal atau
kartu jawaban) akan mendapatkan hukuman, yang telah disepakati bersama.
7. Setelah satu babak, kartu dikocok lagi agar tiap siswa mendapat kartu yang berbeda dari sebelumnya, demikian
seterusnya.
8. Siswa juga bisa bergabung dengan 2 atau 3 siswa lainnya yang memegang kartu yang cocok.
9. Guru bersama-sama dengan siswa membuat kesimpulan terhadap materi pelajaran.
Pada penerapan metode make a match, diperoleh beberapa temuan bahwa metode make a match dapat
memupuk kerja sama siswa dalam menjawab pertanyaan dengan mencocokkan kartu yang yang ada di tangan
mereka, proses pembelajaran lebih menarik dan nampak sebagian besar siswa lebih antusias mengikuti proses
pembelajaran, dan keaktifan siswa tampak sekali pada saat siswa mencari pasangan kartunya masing-masing. Hal
ini merupakan suatu ciri dari pembelajaran kooperatif seperti yang dikemukan oleh Lie (2002:30) bahwa,
“Pembelajaran kooperatif ialah pembelajaran yang menitikberatkan pada gotong royong dan kerja sama
kelompok.”

3. KELEBIHAN DAN KEKURANGAN


Pembelajaran kooperatif metode make a match memberikan manfaat bagi siswa, di antaranya sebagai berikut:
1. Mampu menciptakan suasana belajar aktif dan menyenangkan
2. Materi pembelajaran yang disampaikan lebih menarik perhatian siswa
3. Mampu meningkatkan hasil belajar siswa mencapai taraf ketuntasan belajar secara klasikal 87,50% .
4. Suasana kegembiraan akan tumbuh dalam proses pembelajaran (Let them move)
5. Kerjasama antar sesama siswa terwujud dengan dinamis.
6. Munculnya dinamika gotong royong yang merata di seluruh siswa.

Tak ada gading yang tak retak , begitu pula pada metode ini. Di samping manfaat yang dirasakan oleh siswa,
pembelajaran kooperatif metode make a match berdasarkan temuan di lapangan mempunyai sedikit kelemahan
yaitu:
1. Diperlukan bimbingan dari guru untuk melakukan kegiatan
2. Waktu yang tersedia perlu dibatasi jangan sampai siswa terlalu banyak bermain-main dalam proses
pembelajaran.
3. Guru perlu persiapan bahan dan alat yang memadai.
4. Pada kelas yang gemuk (<30 siswa/kelas) jika kurang bijaksana maka yang muncul adalah suasana seperti pasar
dengan keramaian yang tidak terkendali. Tentu saja kondisi ini akan mengganggu ketenangan belajar kelas di kiri
kanannya. Apalagi jika gedung kelas tidak kedap suara. Tetapi hal ini bisa diantisipasi dengan menyepakati
beberapa komitmen ketertiban dengan siswa sebelum ‘pertunjukan’ dimulai. Pada dasarnya menendalikan kelas
itu tergantung bagaimana kita memotivasinya pada langkah pembukaan.
4. KESIMPULAN
Berdasarkan pada kegiatan belajar mengajar penggunaan metode make a match, siswa nampak lebih aktif mencari
pasangan kartu antara jawaban dan soal. Dengan metode pencarian kartu pasangan ini siswa dapat
mengidentifikasi permasalahan yang terdapat di dalam kartu yang ditemukannya dan menceritakannya dengan
sederhana dan jelas secara bersama-sama.

Pada penerapan metode make a match, diperoleh beberapa temuan bahwa metode make a match dapat
memupuk kerja sama siswa dalam menjawab pertanyaan dengan mencocokkan kartu yang yang ada di tangan
mereka, proses pembelajaran lebih menarik dan nampak sebagian besar siswa lebih antusias mengikuti proses
pembelajaran, dan keaktifan siswa tampak sekali pada saat siswa mencari pasangan kartunya masing-masing.

Kegiatan yang dilakukan guru ini merupakan upaya guru untuk menarik perhatian sehingga pada akhirnya dapat
menciptakan keaktifan dan motivasi siswa dalam diskusi. Hal ini sejalan dengan pendapat Hamalik (1994:116),
“Motivasi yang kuat erat hubungannya dengan peningkatan keaktifan siswa yang dapat dilakukan dengan strategi
pembelajaran tertentu, dan motivasi belajar dapat ditujukan ke arah kegiatan-kegiatan kreatif. Apabila motivasi
yang dimiliki oleh siswa diberi berbagai tantangan, akan tumbuh kegiatan kreatif.” Selanjutnya, penerapan metode
make a match dapat membangkitkan keingintahuan dan kerja sama di antara siswa serta mampu menciptakan
kondisi yang menyenangkan. Hal ini sesuai dengan tuntutan dalam kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP)
bahwa pelaksanaan proses pembelajaran mengikuti standar kompetensi, yaitu: berpusat pada siswa;
mengembangkan keingintahunan dan imajinasi; memiliki semangat mandiri, bekerja sama, dan kompetensi;
menciptakan kondisi yang menyenangkan; mengembangkan beragam kemampuan dan pengalaman belajar;
karakteristik mata pelajaran. 

Model Pembelajaran Tipe Think Pair Share (TPS)

Model Pembelajaran Tipe Think Pair Share (TPS)

Strategi think –pair share (TPS) atau berpikir berpasangan berbagai adalah merupakan jenis pembelajaran
kooperatif yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa.

A.    Pengertian

Strategi think pair share  ini berkembang dari penelitian belajar kooperatif dan waktu tunggu. Pertama kali
dikembangkan oleh Frang Lyman dan Koleganya di universitas Maryland sesuai yang dikutip Arends
(1997),menyatakan bahwa think pair share merupakan suatu cara yang efektif untuk membuat variasi suasana
pola diskusi kelas. Dengan asumsi bahwa semua resitasi atau diskusi membutuhkan pengaturan untuk
mengendalikan kelas secara keseluruhan, dan prosedur yang digunakan dalam think pair share dapat memberi
siswa lebih banyak waktu berpikir, untuk merespon dan saling membantu. Guru memperkirakan hanya melengkapi
penyajian singkat atau siswa membaca tugas, atau situasi yang menjadi tanda tanya . Sekarang guru menginginkan
siswa mempertimbangkan lebih banyak apa yang telah dijelaskan dan dialami .Guru memilih menggunakan think-
pair-share untuk membandingkan tanya jawab kelompok keseluruhan.
B.     Langkah-langkah

Langkah 1 : Berpikir ( thinking )

Guru mengajukan suatu pertanyaan atau masalah yang dikaitkan dengan pelajaran, dan meminta siswa
menggunakan waktu beberapa menit untuk berpikir sendiri jawaban atau masalah.

Langkah 2 : Berpasangan ( pairing )

Selanjutnya guru meminta siswa untuk berpasangan dan mendiskusikan apa yang telah mereka peroleh. Interaksi
selama waktu yang disediakan dapat menyatukan jawaban jika suatu pertanyaan yang diajukan menyatukan
gagasan apabila suatu masalah khusus yang diidentifikasi. Secara normal guru memberi waktu tidak lebih dari 4
atau 5 menit untuk berpasangan.

 Langkah 3 : Berbagi ( sharing )

Pada langkah akhir, guru meminta pasangan-pasangan untuk berbagi dengan keseluruhan kelas yang telah mereka
bicarakan. Hal ini efektif untuk berkeliling ruangan dari pasangan ke pasangan dan melanjutkan sampai sekitar
sebagian pasangan mendapat kesempatan untuk melaporkan. Arends, (1997) disadur Tjokrodihardjo, (2003).

Model Pembelajaran Think Pair and Share menggunakan metode diskusi berpasangan yang dilanjutkan dengan
diskusi pleno. Dengan model pembelajaran ini siswa dilatih bagaimana mengutarakan pendapat dan siswa juga
belajar menghargai pendapat orang lain dengan tetap mengacu pada materi/tujuan pembelajaran

Langkah-langkah model pembelajaran Think Pair and Share adalah sebagai berikut :

1.  Guru menyampaikan inti materi dan kompetensi yang ingin dicapai.

2.  Siswa diminta untuk berfikir tentang materi/permasalahan yang disampaikan guru.

3.  Siswa diminta berpasangan dengan teman sebelahnya (kelompok 2 orang) dan

mengutarakan hasil pemikiran masing-masing.

4.  Guru memimpin pleno kecil diskusi, tiap kelompok mengemukakan hasil diskusinya.

5. Berawal dari kegiatan tersebut, Guru mengarahkan pembicaraan pada pokok permasalahan

    dan menambah materi yang belum diungkapkan para siswa.

C.    Kelebihan TPS (Think-Pair-Share)

1.      Memberi siswa waktu lebih banyak untuk berfikir, menjawab, dan saling membantu satu sama lain.

2.      Meningkatkan partisipasi akan cocok untuk tugas sederhana.

3.      Lebih banyak kesempatan untuk konstribusi masing-masing anggota kelompok.

4.      Interaksi lebih mudah.


5.       Lebih mudah dan cepat membentuk kelompoknya.

6.      Seorang siswa juga dapat belajar dari siswa lain serta saling menyampaikan idenya untuk didiskusikan
sebelum disampaikan di depan kelas.

7.      Dapat memperbaiki rasa percaya diri dan semua siswa diberi kesempatan untuk berpartisipasi dalam kelas.

8.      Siswa dapat mengembangkan keterampilan berfikir dan menjawab dalam komunikasi antara satu dengan
yang lain, serta bekerja saling membantu dalam kelompok kecil.

9.      Siswa secara langsung dapat memecahkan masalah, memahami suatu materi secara berkelompok dan saling
membantu antara satu dengan yang lainnya, membuat kesimpulan (diskusi) serta mempresentasikan di depan
kelas sebagai salah satu langkah evaluasi terhadap kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan.

10.  Memungkinkan siswa untuk merumuskan dan mengajukan pertanyaan-pertanyaan mengenai materi yang
diajarkan karena secara tidak langsung memperoleh contoh pertanyaan yang diajukan oleh guru, serta
memperoleh kesempatan untuk memikirkan materi yang diajarkan.

11.  Siswa akan terlatih menerapkan konsep karena bertukar pendapat dan pemikiran dengan temannya untuk
mendapatkan kesepakatan dalam memecahkan masalah.

12.  Siswa lebih aktif dalam pembelajaran karena menyelesaikan tugasnya dalam kelompok, dimana tiap kelompok
hanya terdiri dari 2 orang.

13.  Siswa memperoleh kesempatan untuk mempersentasikan hasil diskusinya dengan seluruh siswa sehingga ide
yang ada menyebar.

14.  Memungkinkan guru untuk lebih banyak memantau siswa dalam proses pembelajaran.

15.  Meningkatkan pencurahan waktu pada tugas. Penggunaan metode pembelajaran TPS menuntut siswa
menggunakan waktunya untuk mengerjakan tugas-tugas atau permasalahan yang diberikan oleh guru di awal
pertemuan sehingga diharapkan siswa mampu memahami materi dengan baik sebelum guru menyampaikannya
pada pertemuan selanjutnya.

16.  Memperbaiki kehadiran. Tugas yang diberikan oleh guru pada setiap pertemuan selain untuk melibatkan siswa
secara aktif dalam proses pembelajaran juga dimaksudkan agar siswa dapat selalu berusaha hadir pada setiap
pertemuan. Sebab bagi siswa yang sekali tidak hadir maka siswa tersebut tidak mengerjakan tugas dan hal ini akan
mempengaruhi hasil belajar mereka.

17.  Angka putus sekolah berkurang. Model pembelajaran TPS diharapkan dapat memotivasi siswa dalam
pembelajaran sehingga hasil belajar siswa dapat lebih baik daripada pembelajaran dengan model konvensional.

18.  Sikap apatis berkurang. Sebelum pembelajaran dimulai, kencenderungan siswa merasa malas karena proses
belajar di kelas hanya mendengarkan apa yang disampaikan guru dan menjawab semua yang ditanyakan oleh guru.
Dengan melibatkan siswa secara aktif dalam proses belajar mengajar, metode pembelajaran TPS akan lebih
menarik dan tidak monoton dibandingkan metode konvensional.

19.  Penerimaan terhadap individu lebih besar. Dalam model pembelajaran konvensional, siswa yang aktif di dalam
kelas hanyalah siswa tertentu yang benar-benar rajin dan cepat dalam menerima materi yang disampaikan oleh
guru sedangkan siswa lain hanyalah “pendengar” materi yang disampaikan oleh guru. Dengan pembelajaran TPS
hal ini dapat diminimalisir sebab semua siswa akan terlibat dengan permasalahan yang diberikan oleh guru.

20.  Hasil belajar lebih mendalam. Parameter dalam PBM adalah hasil belajar yang diraih oleh siswa. Dengan
pembelajaran TPS perkembangan hasil belajar siswa dapat diidentifikasi secara bertahap. Sehingga pada akhir
pembelajaran hasil yang diperoleh siswa dapat lebih optimal.

21.  Meningkatkan kebaikan budi, kepekaan dan toleransi. Sistem kerjasama yang diterapkan dalam model
pembelajaran TPS menuntut siswa untuk dapat bekerja sama dalam tim, sehingga siswa dituntut untuk dapat
belajar berempati, menerima pendapat orang lain atau mengakui secara sportif jika pendapatnya tidak diterima.
D.    Kelemahan TPS (Think-Pair-Share)

1.      Membutuhkan koordinasi secara bersamaan dari berbagai aktivitas.

2.      Membutuhkan perhatian khusus dalam penggunaan ruangan kelas.

3.      Peralihan dari seluruh kelas ke kelompok kecil dapat menyita waktu pengajaran yang berharga. Untuk itu
guru harus dapat membuat perencanaan yang seksama sehingga dapat meminimalkan jumlah waktu yang
terbuang.

4.      Banyak kelompok yang melapor dan perlu dimonitor.

5.      Lebih sedikit ide yang muncul.

6.      Jika ada perselisihan,tidak ada penengah.

7.      Menggantungkan pada pasangan.

8.      Jumlah siswa yang ganjil berdampak pada saat pembentukan kelompok, karena ada satu siswa tidak
mempunyai pasangan.

9.      Ketidaksesuaian antara waktu yang direncanakan dengan pelaksanaannya.

10.  Metode pembelajaran Think-Pair-Share belum banyak diterapkan di sekolah.

11.  Sangat memerlukan kemampuan dan ketrampilan guru, waktu pembelajaran berlangsung guru melakukan
intervensi secara maksimal.

12.  Menyusun bahan ajar setiap pertemuan dengan tingkat kesulitan yang sesuai dengan taraf berfikir anak

13.  Mengubah kebiasaan siswa belajar dari yang dengan cara mendengarkan ceramah diganti dengan belajar
berfikir memecahkan masalah secara kelompok, hal ini merupakan kesulitan sendiri bagi siswa.

14.  Sangat sulit diterapkan di sekolah yang rata-rata kemampuan siswanya rendah dan waktu yang terbatas.

15.  Jumlah kelompok yang terbentuk banyak.

16.  Sejumlah siswa bingung, sebagian kehilangan rasa percaya diri, saling mengganggu antar siswa karena siswa
baru tahu metode TPS.

MODEL PEMBELAJARAN DEBAT

Model pembelajaran DEBAT

A. PENGERTIAN DEBAT
Debat adalah kegiatan adu argumentasi antara dua pihak atau lebih, baik secara perorangan maupun kelompok,
dalam mendiskusikan dan memutuskan masalah dan perbedaan. Secara formal, debat banyak dilakukan dalam
institusi legislatif seperti parlemen, terutama di negara-negara yang menggunakan sistem oposisi. Dalam hal ini,
debat dilakukan menuruti aturan-aturan yang jelas dan hasil dari debat dapat dihasilkan melalui voting atau
keputusan juri.

Contoh lain debat yang diselenggarakan secara formal adalah debat antar kandidat legislatif dan debat antar calon
presiden/wakil presiden yang umum dilakukan menjelang pemilihan umum.
Debat kompetitif adalah debat dalam bentuk permainan yang biasa dilakukan di tingkat sekolah dan universitas.
Dalam hal ini, debat dilakukan sebagai pertandingan dengan aturan ("format") yang jelas dan ketat antara dua
pihak yang masing-masing mendukung dan menentang sebuah pernyataan. Debat disaksikan oleh satu atau
beberapa orang juri yang ditunjuk untuk menentukan pemenang dari sebuah debat. Pemenang dari debat
kompetitif adalah tim yang berhasil menunjukkan pengetahuan dan kemampuan debat yang lebih baik.
B. DEBAT KOMPETITIF DALAM PENDIDIKAN
Tidak seperti debat sebenarnya di parlemen, debat kompetitif tidak bertujuan untuk menghasilkan keputusan
namun lebih diarahkan untuk mengembangkan kemampuan-kemampuan tertentu di kalangan pesertanya, seperti
kemampuan untuk mengutarakan pendapat secara logis, jelas dan terstruktur, mendengarkan pendapat yang
berbeda, dan kemampuan berbahasa asing (bila debat dilakukan dalam bahasa asing).
Namun demikian, beberapa format yang digunakan dalam debat kompetitif didasarkan atas debat formal yang
dilakukan di parlemen. Dari sinilah muncul istilah "debat parlementer" sebagai salah satu gaya debat kompetitif
yang populer. Ada berbagai format debat parlementer yang masing-masing memiliki aturan dan organisasinya
sendiri.
Kejuaraan debat kompetitif parlementer tingkat dunia yang paling diakui adalah World Universities Debating
Championship (WUDC) dengan gaya British Parliamentary di tingkat universitas dan World Schools Debating
Championship (WSDC) untuk tingkat sekolah menengah atas.
Kompetisi debat bertaraf internasional umumnya menggunakan bahasa Inggris sebagai pengantar. Tidak ada
bantuan penerjemah bagi peserta manapun. Namun demikian, beberapa kompetisi memberikan penghargaan
khusus kepada tim yang berasal dari negara-negara yang hanya menggunakan bahasa Inggris sebagai bahasa kedua
(English as Second Language - ESL).
Negara-negara yang terkenal dengan tim debatnya antara lain Inggris, Australia, Irlandia, dan Amerika Serikat. Di
Asia, negara yang dianggap relatif kuat antara lain Filipina dan Singapura.
1. Debat kompetitif di Indonesia
Di Indonesia, debat kompetitif sudah mulai berkembang, walaupun masih didominasi oleh kompetisi debat
berbahasa Inggris. Kejuaraan debat parlementar pertama di tingkat universitas adalah Java Overland Varsities
English Debate (JOVED) yang diselenggarakan tahun 1997 di Universitas Katolik Parahyangan, Bandung, dan diikuti
oleh tim-tim dari berbagai wilayah di P. Jawa. Kejuaraan debat se-Indonesia yang pertama adalah Indonesian
Varsity English Debate (IVED) 1998 di Universitas Indonesia. Hingga kini (2006), kedua kompetisi tersebut
diselenggarakan setiap tahun secara bergilir di universitas yang berbeda.
Sejak 2001, Indonesia telah mengirimkan delegasi ke WSDC. Delegasi tersebut dipilih setiap tahunnya melalui
Indonesian Schools Debating Championship (ISDC) yang diselenggarakan oleh Departemen Pendidikan Nasional
bekerjasama dengan Association for Critical Thinking (ACT).

2. Berbagai gaya debat parlementer


Dalam debat kompetitif, sebuah format mengatur hal-hal antara lain:
1. jumlah tim dalam satu debat
2. jumlah pembicara dalam satu tim
3. giliran berbicara
4. lama waktu yang disediakan untuk masing-masing pembicara
5. tatacara interupsi
6. mosi dan batasan-batasan pendefinisian mosi
7. tugas yang diharapkan dari masing-masing pembicara
8. hal-hal yang tidak boleh dilakukan oleh pembicara
9. jumlah juri dalam satu debat
10. kisaran penilaian
Selain itu, berbagai kompetisi juga memiliki aturan yang berbeda mengenai:
Penentuan topik debat (mosi) - apakah diberikan jauh hari sebelumnya atau hanya beberapa saat sebelum debat
dimulai (impromptu)
Lama waktu persiapan - untuk debat impromptu, waktu persiapan berkisar antara 15 menit (WUDC) hingga 1 jam
(WSDC)
Perhitungan hasil pertandingan - beberapa debat hanya menggunakan victory point (VP) untuk menentukan
peringkat, namun ada juga yang menghitung selisih (margin) nilai yang diraih kedua tim atau jumlah vote juri (mis.
untuk panel beranggotakan 3 juri, sebuah tim bisa menang 3-0 atau 2-1)
Sistem kompetisi - sistem gugur biasanya hanya digunakan dalam babak elimiasi (perdelapan final, perempat final,
semifinal dan final); dalam babak penyisihan, sistem yang biasa digunakan adalah power matching
Format debat parlementer sering menggunakan peristilahan yang biasa dipakai di debat parlemen sebenarnya:

Topik debat disebut mosi (motion)


Tim Afirmatif (yang setuju terhadap mosi) sering disebut juga Pemerintah (Government), tim Negatif (yang
menentang mosi) disebut Oposisi (Opposition)
Pembicara pertama dipanggil sebagai Perdana Menteri (Prime Minister), dan sebagainya
Pemimpin/wasit debat (chairperson) dipanggil Speaker of The House
Penonton/juri dipanggil Members of the House (Sidang Dewan yang Terhormat)
Interupsi disebut Points of Information (POI)

a. Australian Parliamentary/Australasian Parliamentary ("Australs")


Gaya debat ini digunakan di Australia, namun pengaruhnya menyebar hingga ke kompetisi-kompetisi yang
diselenggarakan di Asia, sehingga akhirnya disebut sebagai format Australasian Parliamentary. Dalam format ini,
dua tim beranggotakan masing-masing tiga orang berhadapan dalam satu debat, satu tim mewakili Pemerintah
(Government) dan satu tim mewakili Oposisi (Opposition), dengan urutan sebagai berikut:
Pembicara pertama pihak Pemerintah - 7 menit
Pembicara pertama pihak Oposisi - 7 menit
Pembicara kedua pihak Pemerintah - 7 menit
Pembicara kedua pihak Oposisi - 7 menit
Pembicara ketiga pihak Pemerintah - 7 menit
Pembicara ketiga pihak Oposisi - 7 menit
Pidato penutup pihak Oposisi - 5 menit
Pidato penutup pihak Pemerintah - 5 menit

Pidato penutup (Reply speech) menjadi ciri dari format ini. Pidato penutup dibawakan oleh pembicara pertama
atau kedua dari masing-masing tim (tidak boleh pembicara ketiga). Pidato penutup dimulai oleh Oposisi terlebih
dahulu, baru Pemerintah.
Mosi dalam format ini diberikan dalam bentuk pernyataan yang harus didukung oleh pihak Pemerintah dan
ditentang oleh Pihak Oposisi, contoh:
(This House believes that) Globalization marginalizes the poor.
(Sidang Dewan percaya bahwa) Globalisasi meminggirkan masyarakat miskin.
Mosi tersebut dapat didefinisikan oleh pihak Pemerintah dalam batasan-batasan tertentu dengan tujuan untuk
memperjelas debat yang akan dilakukan. Ada aturan-aturan yang cukup jelas dalam hal apa yang boleh dilakukan
sebagai bagian dari definisi dan apa yang tidak boleh dilakukan.

Tidak ada interupsi dalam format ini.


Juri (adjudicator) dalam format Australs terdiri atas satu orang atau satu panel berjumlah ganjil. Dalam panel,
setiap juri memberikan voting-nya tanpa melalui musyawarah. Dengan demikian, keputusan panel dapat bersifat
unanimous ataupun split decision.
Di Indonesia, format ini termasuk yang pertama kali dikenal sehingga cukup populer terutama di kalangan
universitas. Kompetisi debat di Indonesia yang menggunakan format ini adalah Java Overland Varsities English
Debate (JOVED) dan Indonesian Varsity English Debate (IVED).

b. Asian Parliamentary ("Asians")


Format ini merupakan pengembangan dari format Australs dan digunakan dalam kejuaraan tingkat Asia.
Perbedaannya dengan format Australs adalah adanya interupsi (Points of Information) yang boleh diajukan antara
menit ke-1 dan ke-6 (hanya untuk pidato utama, tidak pada pidato penutup). Format ini juga mirip dengan World
Schools Style yang digunakan di WSDC.
Di Indonesia, format ini digunakan dalam ALSA English Competition (e-Comp) yang diselenggarakan (hampir) setiap
tahun oleh ALSA LC [[Universitas Indonesia].

c. British Parliamentary ("BP")


Gaya debat parlementer ini banyak dipakai di Inggris namun juga populer di banyak negara, sebab format inilah
yang digunakan di kejuaraan dunia WUDC. Dalam format ini, empat tim beranggotakan masing-masing dua orang
bertarung dalam satu debat, dua tim mewakili Pemerintah (Government) dan dua lainnya Oposisi (Opposition),
dengan susunan sebagai berikut:
Opening Government: Opening Opposition:
Prime Minister Leader of the Opposition
Deputy Prime Minister Deputy Leader of the Opposition
Closing Government: Closing Opposition
Member of the Government Member of the Opposition
Government Whip Opposition Whip

Urutan berbicara adalah sebagai berikut:


Prime Minister - 7 menit
Leader of the Opposition - 7 menit
Deputy Prome Minister - 7 menit
Deputy Leader of the Opposition - 7 menit
Member of the Government - 7 menit
Member of the Opposition - 7 menit
Government Whip - 7 menit
Opposition Whip - 7 menit

Setiap pembicara diberi waktu 7 menit untuk menyampaikan pidatonya. Di antara menit ke-1 dan ke-6, pembicara
dari pihak lawan dapat mengajukan interupsi (Points of Information). Bila diterima, pembicara yang mengajukan
permintaan interupsi tadi diberikan waktu maksimal 15 detik untuk menyampaikan sebuah pertanyaan yang
kemudian harus dijawab oleh pembicara tadi sebelum melanjutkan pidatonya.
Juri dalam debat BP bisa satu orang atau satu panel berjumlah ganjil. Di akhir debat, juri menentukan urutan
kemenangan dari peringkat 1 sampai 4 untuk debat tersebut. Dalam panel, keputusan sebisanya diambil
berdasarkan mufakat. Bila mufakat tidak tercapai, Ketua Panel akan membuat keputusan terakhir.
Di Indonesia, format ini digunakan dalam kompetisi Founder's Trophy yang diselenggarakan olehKomunitas Debat
Bahasa Inggris Universitas Indonesia setiap tahun.

d. Format World Schools


Format yang digunakan dalam turnamen World Schools Debating Championship (WSDC) dapat dianggap sebagai
kombinasi BP dan Australs. Setiap debat terdiri atas dua tim, Proposisi dan Oposisi, beranggotakan masing-masing
tiga orang. Urutan pidato adalah sebagai berikut:
Pembicara pertama Proposisi - 8 menit
Pembicara pertama Oposisi - 8 menit
Pembicara kedua Proposisi - 8 menit
Pembicara kedua Oposisi - 8 menit
Pembicara ketiga Proposisi - 8 menit
Pembicara ketiga Oposisi - 8 menit
Pidato penutup Oposisi - 4 menit
Pidato penutup Proposisi - 4 menit

Pidato penutup (reply speech) dibawakan oleh pembicara pertama atau kedua masing-masing tim (tidak boleh
pembicara ketiga) dan didahului oleh pihak Oposisi dan ditutup oleh pihak Proposisi.
Aturan untuk interupsi (Points of Information - POI) mirip dengan format BP. POI hanya dapat diberikan antara
menit ke-1 dan ke-7 pidato utama dan tidak ada POI dalam pidato penutup.
Di Indonesia, format ini digunakan dalam kejuaraan Indonesian Schools Debating Championship (ISDC). Beberapa
SMU di Indonesia yang pernah mengadakan kompetisi debat juga menggunakan format ini.

e. American Parliamentary
Debat parlementer di Amerika Serikat diikuti oleh dua tim untuk setiap debatnya dengan susunan sebagai berikut:
Government
Prime Minister (PM)
Member of the Government (MG)
Opposition
Leader of the Opposition (LO)
Member of the Opposition (MO)

Debat parlementer diadakan oleh beberapa organisasi berbeda di Amerika Serikat di tingkat pendidikan menengah
dan tinggi. National Parliamentary Debate Association (NPDA), American Parliamentary Debate Association (APDA),
dan National Parliamentary Tournament of Excellence (NPTE) menyelenggarakan debat parlementer tingkat
universitas dengan susunan pidato sebagai berikut:
Prime Minister - 7 menit
Leader of the Opposition - 8 menit
Member of the Government - 8 min
Member of the Opposition - 8 min
Leader of the Opposition Rebuttal - 4 min
Prime Minister Rebuttal - 5 min

California High School Speech Association (CHSSA) dan National Parliamentary Debate League (NPDL)
menyelenggarakan debat parlementer tingkat sekolah menengah dengan susunan pidato sebagai berikut:

Prime Minister - 7 menit


Leader of the Opposition - 7 menit
Member of the Government - 7 menit
Member of the Opposition - 7 menit
Leader of the Opposition Rebuttal - 5 menit
Prime Minister Rebuttal - 5 menit

Dalam semua format tersebut kecuali CHSSA, interupsi berupa pertanyaan dapat ditanyakan kepada pembicara
keempat pidato pertama, kecuali pada menit pertama dan terakhir pidato. Dalam format CHSSA, keenam pidato
semuanya dapat diinterupsi.
Di Indonesia, format debat ini belum populer dan belum ada kompetisi reguler yang menggunakannya.

3. Debat kompetitif selain debat parlementer


Debat Proposal
Dalam gaya Debat Proposal (Policy Debate), dua tim menjadi penganjur dan penentang sebuah rencana yang
berhubungan dengan topik debat yang diberikan. Topik yang diberikan umumnya mengenai perubahan kebijakan
yang diinginkan dari pemerintah. Kedua tim biasanya memainkan peran Afirmatif (mendukung proposal) dan
Negatif (menentang proposal). Pada prakteknya, kebanyakan acara debat tipe ini hanya memiliki satu topik yang
sama yang berlaku selama setahun penuh atau selama jangka waktu lainnya yang sudah ditetapkan.
Bila dibandingkan dengan debat parlementer, debat proposal lebih mengandalkan pada hasil riset atas fakta-fakta
pendukung (evidence). Debat ini juga memiliki persepsi yang lebih luas mengenai argumen. Misalnya, sebuah
proposal alternatif (counterplan) yang membuat proposal utama menjadi tidak diperlukan dapat menjadi sebuah
argumen dalam debat ini. Walaupun retorika juga penting dan ikut memengaruhi nilai setiap pembicara,
pemenang tiap babak umumnya didasari atas siapa yang telah "memenangkan" argumen sesuai dengan fakta
pendukung dan logika yang diberikan. Sebagai konsekuensinya, juri kadang-kadang membutuhkan waktu yang
lama untuk mengambil keputusan karena semua fakta pendukung harus diperiksa terlebih dahulu.
Di Amerika Serikat, Debat Proposal adalah tipe debat yang lebih populer dibandingkan debat parlementer.
Kegiatan ini juga telah dicoba dikembangkan di Eropa dan Jepang dan gaya debat ini ikut memengaruhi bentuk-
bentuk debat lain. Di AS, Debat Proposal tingkat SMU diselenggarakan oleh NFL dan NCFL. Di tingkat universitas,
debat ini diselenggarakan oleh National Debate Tournament (NDT), Cross Examination Debate Association (CEDA),
National Educational Debate Association, dan Great Plains Forensic Conference.
Debat Proposal terdiri atas dua tim beranggotakan masing-masing dua orang dalam tiap debatnya. Setiap
pembicara membawakan dua pidato, satu pidato konstruktif (8 atau 9 menit) yang berisi argumen-argumen baru
dan satu pidato sanggahan (4, 5, atau 6 menit) yang tidak boleh berisi argumen baru namun dapat berisi fakta
pendukung baru untuk membantu sanggahan. Biasanya, sehabis setiap pidato konstruktif, pihak lawan diberikan
kesempatan untuk melakukan pemeriksaan silang (cross-examination) atas pidato tersebut. Setiap isu yang tidak
ditanggapi oleh pihak lawan dianggap sudah diterima dalam debat. Dewan juri secara seksama mencatat semua
pernyataan yang dibuat dalam suatu babak (sering disebut flow).
Di Indonesia, format debat ini belum populer dan belum ada kompetisi reguler yang menggunakannya.
Lincoln-Douglas Debate
Nama gaya debat ini diambil dari debat-debat terkenal yang pernah dilakukan di Senat Amerika Serikat antara
kedua kandidat Lincoln dan Douglas. Setiap debat gaya ini diikuti oleh dua pedebat yang bertarung satu sama lain.
Argumen dalam debat ini terpusat pada filosofi dan nilai-nilai abstrak, sehingga sering disebut sebagai debat nilai
(value debate). Debat LD kurang menekankan pada fakta pendukung (evidence) dan lebih mengutamakan logika
dan penjelasan.
Di Indonesia, format debat ini belum populer dan belum ada kompetisi reguler yang menggunakannya.

C. KEGIATAN LAIN YANG SERUPA


Model United Nations
Model United Nations adalah kegiatan yang banyak dilakukan di tingkat sekolah dan universitas di dunia. Dalam
kegiatan ini, peserta memainkan peran sebagai delegasi Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) yang mewakili negara
tertentu (dalam kompetisi internasional, negara yang diwakili umumnya bukan negara asal sebenarnya dari tim
tersebut).
Di Indonesia, kegiatan ini relatif belum berkembang. Namun, Jakarta International School (JIS), sebuah sekolah
internasional di ibukota, memiliki kegiatan ekstrakurikuler ini.
Moot court
Kompetisi Moot court biasa dilakukan oleh mahasiswa hukum di tingkat universitas.

D. MODEL PEMBELAJARAB DEBATE


Debat adalah model pembalajaran dengan sisntaks: siswa menjadi 2 kelompok kemudian duduk berhadapan, siswa
membaca materi bahan ajar untuk dicermati oleh masing-masing kelompok, sajian presentasi hasil bacaan oleh
perwakilan salah satu kelompok kemudian ditanggapi oleh kelompok lainnya begitu seterusnya secara bergantian,
guru membimbing membuat kesimpulan dan menambahkannya bila perlu.
E. MODEL PEMBELAJARAN DEBAT AKTIF
Membuat pembelajaran yang menarik dan sekaligus mengaktifkan siswa banyak sekali caranya. Salah satu cara
yang bisa digunakan adalah dengan model debat aktif.

Model debat aktif


Model pembelajaran debat aktif merupakan modifikasi dari model-model diskusi terbuka yang terjadi di kalangan
kampus. Bagaimana membawa suasana debat tersebut di pada jenjang pendidikan yang lebih rendah. Dimana
pelaku debat adalah siswa SD yang belum banyak menguasai konsep atau argumentasi yang kuat untuk
mempertahankan pendapatnya?
Model pembelajaran debat aktif tersebut dapat dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut:
Buatlah sebuah pernyataan yang kontroversi terhadap materi yang telah kita berikan sebelumnya. Misalnya “ayam
sebenarnya juga termasuk binatang carnivora (pemakan daging)”.
Bentuk siswa dalam 2 kelompok besar di dalam kelas.
Satu kelompok adalah sebagai kelompok “PRO” atau pendukung pernyataan tersebut, sementara satu kelompok
yang lain adalah sebagai kelompok KONTRA atau kelompok yang menolak pernyataan tersebut.
Silahkan tanyakan kepada kelompok PRO, mengapa mereka mendukung pernyataan tersebut. Alasan-alasan apa
yang menguatkan pernyataan tersebut?
Sementara untuk kelompok KONTRA harus mempertahankan pendapatnya tersebut juga disertai dengan
argumentasi-argumentasi yang masuk akal.
Atur lalu-lintas debat agar tidak terjadi “Debat kusir”.

F. LANGKAH LANGKAH MODEL PEMBELAJARAN DEBAT


1. Guru membagi dua kelompok peserta debat yang satu pro dan yang lainnya kontra
2. Guru memberikan tugas untuk membaca materi yang akan didebatkan oleh kedua kelompok diatas
3. Setelah selesai membaca materi guru mrnunjuk salah satu anggota kelompok pro untuk berbicara, saat itu
ditanggapi atau dibantah oleh kelompok kontra. Demikian seterusnya sampai sebagian besar siswa bisa
mengemukakan pendapatnya
4. Sementara siswa menympaikan gagasannya, guru menulis inti/ide-ide darisetiap pembicaraan dipapan tulis.
Sampai sejumlah ide yang diharapkan guru terpenuhi
5. Guru menambahkan konsep atau ide yang belum terungkap
6. Dari data-data yang ada di papan tersebut, guru mengajak siswa membuat kesimpulan atau rangkuman yang
mengacu pada topik yang ingin dicapai.
G. KELEBIHAN MODEL PEMBELAJARAN DEBAT
1. Memantapkan pemahaman konsep siswa terhadap materi pelajaran yang telah diberikan.
2. Melatih siswa untuk bersikap kritis terhadap semua teori yang telah diberikan.
3. Melatih siswa untuk berani mengemukakan pendapat.

H. KEKURANGAN MODEL PEMBELAJARAN DEBAT


1. Ketika menyampaikan pendapat saling berebut
2. Saling adu argument yang tak kunjung selesai bila guru tidak menengahi
3. Siswa yang pandai berargumen akan slalu aktif tapi yang kurang pandai berargumen hanya diam dan pasif. 

Model Pembelajaran Role Playing

Model Pembelajaran Role Playing

A. Metode Role Playing


adalah suatu cara penguasaan bahan-bahan pelajaran melalui pengembangan imajinasi dan penghayatan siswa.
Pengembangan imajinasi dan penghayatan dilakukan siswa dengan memerankannya sebagai tokoh hidup atau
benda mati. Permainan ini pada umumnya dilakukan lebih dari satu orang, hal itu bergantung kepada apa yang
diperankan. 
B. Tujuan pembelajaran Role Playing
Menurut Zuhaerini (1983: 56), model ini digunakan apabila pelajaran dimaksudkan untuk: (a) menerangkan suatu
peristiwa yang di dalamnya menyangkut orang banyak, dan berdasarkan pertimbangan didaktik lebih baik
didramatisasikan daripada diceritakan, karena akan lebih jelas dan dapat dihayati oleh anak; (b) melatih anak-anak
agar mereka mampu menyelesaikan masalah-masalah sosial-psikologis; dan (c) melatih anak-anak agar mereka
dapat bergaul dan memberi kemungkinan bagi pemahaman terhadap orang lain beserta masalahnya.

C. langkah-langkah model pembelajaran role playing


Langkah-langkah model pembelajaran ini adalah: guru menyiapkan scenario pembelajaran, menunjuk beberapa
siswa untuk mempelajari skenario tersebut, pembentukan kelompok siswa, penyampaian kompetensi, menunjuk
siswa untuk melakonkan skenario yang telah dipelajarinya, kelompok siswa membahas peran yang dilakukan oleh
pelakon, presentasi hasil kelompok, bimbingan penyimpulan dan refleksi.

D. Pengertian dan ciri-ciri pembelajaran Role Playing

Bermain peran pada prinsipnya merupakan pembelajaran untuk ‘menghadirkan’ peran-peran yang ada dalam
dunia nyata ke dalam suatu ‘pertunjukan peran’ di dalam kelas/pertemuan, yang kemudian dijadikan sebagai
bahan refleksi agar peserta memberikan penilaian terhadap . Misalnya: menilai keunggulan maupun kelemahan
masing-masing peran tersebut, dan kemudian memberikan saran/ alternatif pendapat bagi pengembangan peran-
peran tersebut. Pembelajaran ini lebih menekankan terhadap masalah yang diangkat dalam ‘pertunjukan’, dan
bukan pada kemampuan pemain dalam melakukan permainan peran
.
Role playing adalah sejenis permainan gerak yang didalamnya ada tujuan, aturan dan sekaligus melibatkan unsur
senang (Jill Hadfield, 1986). Dalam role playing murid dikondisikan pada situasi tertentu di luar kelas, meskipun
saat itu pembelajaran terjadi di dalam kelas, dengan menggunakan bahasa Inggris. Selain itu, role Playing sering
kali dimaksudkan sebagai suatu bentuk aktivitas dimana pembelajar membayangkan dirinya seolah-olah berada di
luar kelas dan memainkan peran orang lain (Basri Syamsu, 2000).
Dalam role playing murid diperlakukan sebagai subyek pembelajaran, secara aktif melakukan praktik-praktik
berbahasa (bertanya dan menjawab dalam bahasa Inggris) bersama teman-temannya pada situasi tertentu. Belajar
efektif dimulai dari lingkungan yang berpusat pada diri murid (Departemen Pendidikan Nasional Direktorat
Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah, 2002). Lebih lanjut prinsip pembelajaran PKn standar kompetensi
memahami kebebasan berorganisasi, dan menghargai keputusan bersama, murid akan lebih berhasil jika mereka
diberi kesempatan memainkan peran dalam bermusyawarah, melakukan pemungutan suara terbanyak dan
bersikap mau menerima kekalahan sehingga dengan melakukan berbagai kegiatan tersebut dan secara aktif
berpartisipasi, mereka akan lebih mudah menguasai apa yang mereka pelajari (Boediono, 2001). Jadi, dalam
pembelajaran murid harus aktif, karena tanpa adanya aktivitas, maka proses pembelajaran tidak mungkin terjadi
.
Sementara itu, sesuai dengan pengalaman penelitian sejenis yang telah dilakukan, manfaat yang dapat diambil dari
role playing adalah: Pertama, role playing dapat memberikan semacam hidden practise, dimana murid tanpa sadar
menggunakan ungkapan-ungkapan terhadap materi yang telah dan sedang mereka pelajari. Kedua, role playing
melibatkan jumlah murid yang cukup banyak, cocok untuk kelas besar. Ketiga, role playing dapat memberikan
kepada murid kesenangan karena role playing pada dasarnya adalah permainan. Dengan bermain murid akan
merasa senang karena bermain adalah dunia siswa. Masuklah ke dunia siswa, sambil kita antarkan dunia kita
(Bobby DePorter, 2000: 12)
E. kelebihan dan kekurangan role playing

Kelebihan Metode Role Playing

Kelebihan metode Role Playing melibatkan seluruh siswa berpartisipasi, mempunyai kesempatan untuk
memajukan kemampuannya dalam bekerja sama. Siswa juga dapat belajar menggunakan bahasa dengan baik dan
benar. Selain itu, kelebihan metode ini adalah, sebagai berikut:

1) Siswa bebas mengambil keputusan dan berekspresi secara utuh.


2) Permainan merupakan penemuan yang mudah dan dapat digunakan dalam situasi dan waktu yang berbeda.
3) Guru dapat mengevaluasi pengalaman siswa melalui pengamatan pada waktu melakukan permainan.
4) Dapat berkesan dengan kuat dan tahan lama dalam ingatan siswa. Disamping merupakan pengaman yang
menyenangkan yang saling untuk dilupakan
5) Sangat menarik bagi siswa, sehingga memungkinkan kelas menjadi dinamis dan penuh antusias
6) Membangkitkan gairah dan semangat optimisme dalam diri siswa serta menumbuhkan rasa kebersamaan dan
kesetiakawanan sosial yang tinggi
7) Dapat menghayati peristiwa yang berlangsung dengan mudah, dan dapat memetik butir-butir hikmah yang
terkandung di dalamnya dengan penghayatan siswa sendiri
8) Dimungkinkan dapat meningkatkan kemampuan profesional siswa, dan dapat menumbuhkan / membuka
kesempatan bagi lapangan kerja

Kelemahan Metode Role Playing

Hakekatnya sebuah ilmu yang tercipca oleh manusia tidak ada yang sempurna,semua ilmu ada kelebihan dan
kekurangan.Jika kita melihat metode Role Playing dalam dalam cakupan cara dalam prooses mengajar dan belajar
dalam lingkup pendidikan tentunya selain kelebihan terdapat kelemahan.

Kelemahan metode role palying antara lain:

1. Metode bermain peranan memelrukan waktu yang relatif panjang/banyak


2. Memerlukan kreativitas dan daya kreasi yang tinggi dari pihak guru maupun murid. Dan ini tidak semua guru
memilikinya
3. Kebanyakan siswa yang ditunjuk sebagai pemeran merasa malu untuk memerlukan suatu adegan tertentu
4. Apabila pelaksanaan sosiodrama dan bermain pemeran mengalami kegagalan, bukan saja dapat memberi kesan
kurang baik, tetapi sekaligus berarti tujuan pengajaran tidak tercapai
5. Tidak semua materi pelajaran dapat disajikan melalui metode ini 
MODEL PEMBELAJARAN GROUP INVESTIGATION

MODEL PEMBELAJARAN GROUP INVESTIGATION

Group Investigationn merupakan  salah satu bentuk model pembelajaran kooperatif  yang menekankan pada
partisipasi dan aktivitas siswa untuk mencari sendiri materi (informasi) pelajaran yang akan dipelajari melalui
bahan-bahan yang tersedia, misalnya dari buku pelajaran atau siswa dapat mencari melalui internet.  Siswa
dilibatkan sejak perencanaan, baik dalam menentukan topik maupun cara untuk mempelajarinya melalui
investigasi. Tipe ini menuntut para siswa untuk memiliki kemampuan yang baik dalam berkomunikasi maupun
dalam keterampilan proses kelompok. Model Group Investigation dapat melatih siswa untuk menumbuhkan
kemampuan berfikir mandiri. Keterlibatan siswa secara aktif dapat terlihat mulai dari tahap pertama sampai tahap
akhir pembelajaran.

Dalam metode Group Investigation terdapat tiga konsep utama, yaitu: penelitian atau enquiri, pengetahuan
atauknowledge, dan dinamika kelompok atau the dynamic of the learning group, (Udin S. Winaputra, 2001:75).
Penelitian di sini adalah proses dinamika siswa memberikan respon terhadap masalah dan memecahkan masalah
tersebut. Pengetahuan adalah pengalaman belajar yang diperoleh siswa baik secara langsung maupun tidak
langsung. Sedangkan dinamika kelompok menunjukkan suasana yang menggambarkan sekelompok saling
berinteraksi yang melibatkan berbagai ide dan pendapat serta saling bertukar pengalaman melaui proses saling
beragumentasi.

Slavin (1995) dalam Siti Maesaroh (2005:28), mengemukakan hal penting untuk melakukan metode Group
Investigationadalah:

1. Membutuhkan Kemampuan Kelompok.

Di dalam mengerjakan setiap tugas, setiap anggota kelompok harus mendapat kesempatan memberikan
kontribusi. Dalam penyelidikan, siswa dapat mencari informasi dari berbagai informasi dari dalam maupun di luar
kelas.kemudian siswa mengumpulkan informasi yang diberikan dari setiap anggota untuk mengerjakan lembar
kerja.

2. Rencana Kooperatif.

Siswa bersama-sama menyelidiki masalah mereka, sumber mana yang mereka butuhkan, siapa yang melakukan
apa, dan bagaimana mereka akan mempresentasikan proyek mereka di dalam kelas.

3. Peran Guru.

Guru menyediakan sumber dan fasilitator. Guru memutar diantara kelompok-kelompok memperhatikan siswa
mengatur pekerjaan dan membantu siswa mengatur pekerjaannya dan membantu jika siswa menemukan
kesulitan dalam interaksi kelompok.
Para guru yang menggunakan metode GI umumnya membagi kelas menjadi beberapa kelompok yang
beranggotakan 5 sampai 6 siswa dengan karakteristik yang heterogen, (Trianto, 2007:59). Pembagian kelompok
dapat juga didasarkan atas kesenangan berteman atau kesamaan minat terhadap suatu topik tertentu. Selanjutnya
siswa memilih topik untuk diselidiki, melakukan penyelidikan yang mendalam atas topik yang  telah dipilih,
kemudian menyiapkan dan mempresentasikan laporannya di depan kelas.

B.   Langkah-Langkah dalam Menggunakan Model Group Investigation

Langkah-langkah penerapan metode Group Investigation, (Kiranawati (2007), dapat dikemukakan sebagai berikut:

1. Seleksi topik

Para siswa memilih berbagai subtopik dalam suatu wilayah masalah umum yang biasanya digambarkan lebih dulu
oleh guru. Para siswa selanjutnya diorganisasikan menjadi kelompok-kelompok yang berorientasi pada tugas (task
oriented groups) yang beranggotakan 2 hingga 6 orang. Komposisi kelompok heterogen baik dalam jenis kelamin,
etnik maupun kemampuan akademik.

2. Merencanakan kerjasama

Para siswa bersama guru merencanakan berbagai prosedur belajar khusus, tugas dan tujuan umum yang konsisten
dengan berbagai topik dan subtopik yang telah dipilih dari langkah 1 diatas.

3. Implementasi

Para siswa melaksanakan rencana yang telah dirumuskan pada langkah b). pembelajaran harus melibatkan
berbagai aktivitas dan keterampilan dengan variasi yang luas dan mendorong para siswa untuk menggunakan
berbagai sumber baik yang terdapat di dalam maupun di luar sekolah. Guru secara terus-menerus mengikuti
kemajuan tiap kelompok dan memberikan bantuan jika diperlukan.

4. Analisis dan sintesis

Para siswa menganalisis dan mensintesis berbagai informasi yang diperoleh pada langkah 3 dan merencanakan
agar dapat diringkaskan dalam suatu penyajian yang menarik di depan kelas.

5. Penyajian hasil akhir

Semua kelompok menyajikan suatu presentasi yang menarik dari berbagai topik yang telah dipelajari agar semua
siswa dalam kelas saling terlibat dan mencapai suatu perspektif yang luas mengenai topik tersebut. Presentasi
kelompok dikoordinir oleh guru.

6. Evaluasi

Guru beserta siswa melakukan evaluasi mengenai kontribusi tiap kelompok terhadap pekerjaan kelas sebagai suatu
keseluruhan. Evaluasi dapat mencakup tiap siswa secara individu atau kelompok, atau keduanya.
C.   Tahapan-tahapan Dalam Group Investigation

Enam Tahapan di dalam Pembelajaran Kooperatif dengan Metode Group Investigationdapat dilihat pada table
berikut, (Slavin, 1995) dalam Siti Maesaroh (2005:29-30):

Tahap I Guru memberikan kesempatan bagi siswa


untuk memberi kontribusi apa yang akan
Mengidentifikasi topik mereka selidiki. Kelompok dibentuk
dan membagi siswa ke berdasarkan heterogenitas.
dalam kelompok.

Tahap II Kelompok akan membagi sub topik kepada


seluruh anggota. Kemudian membuat
Merencanakan tugas. perencanaan dari masalah yang akan diteliti,
bagaimana proses dan sumber apa yang akan
dipakai.

Tahap III Siswa mengumpulkan, menganalisis dan


mengevaluasi informasi, membuat
Membuat penyelidikan. kesimpulan dan mengaplikasikan bagian
mereka ke dalam pengetahuan baru dalam
mencapai solusi masalah kelompok.

Tahap IV Setiap kelompok mempersiapkan tugas akhir


yang akan dipresentasikan di depan kelas.
Mempersiapkan tugas
akhir.

Tahap V Siswa mempresentasikan hasil kerjanya.


Kelompok lain tetap mengikuti.
Mempresentasikan
tugas akhir.

Tahap VI Soal ulangan mencakup seluruh topik yang


telah diselidiki dan dipresentasikan.
Evaluasi.
D.  Ciri-Ciri Model Group Investigation

Model pembelajaran Group Investigation merupakan model yang sulit diterapkan dalam pembelajaran kooperatif.
Model pembelajaran ini mempunyai cirri-ciri, yakni sebagai berikut:

1.      Pembelajaran kooperatif dengan metode Group Investigation berpusat pada siswa, guru hanya bertindak
sebagai fasilitator atau konsultan sehingga siswa berperan aktif dalam pembelajaran.

2.      pembelajaran yang dilakukan membuat suasana saling bekerjasama dan berinteraksi antar siswa dalam
kelompok tanpa memandang latar belakang, setiap siswa dalam kelompok memadukan berbagai ide dan
pendapat, saling berdiskusi dan beragumentasi dalam memahami suatu pokok bahasan serta memecahkan suatu
permasalahan yang dihadapi kelompok.

3.      pembelajaran kooperatif dengan metode Group Investigation siswa dilatih untuk memiliki kemampuan yang
baik dalam berkomunikasi, semua kelompok menyajikan suatu presentasi yang menarik dari berbagai topik yang
telah dipelajari, semua siswa dalam kelas saling terlihat dan mencapai suatu perspektif yang luas mengenai topik
tersebut.

4.      adanya motivasi yang mendorong siswa agar aktif dalam proses belajar mulai dari tahap pertama sampai
tahap akhir pembelajaran.

5.      pembelajaran kooperatif dengan metode Group Investigation suasana belajar terasa lebih efektif, kerjasama
kelompok dalam pembelajaran ini dapat membangkitkan semangat siswa untuk memiliki keberanian dalam
mengemukakan pendapat dan berbagi informasi dengan teman lainnya dalam membahas materi pembelajaran.

E.   Kelebihan dan Kelemahan Model Group Investigation

Di dalam pemanfaatannya atau penggunaannya model pembelajaran group investigation juga mempunyai
kelemahan dan kelebihan, yakni sebagai berikut:

Kelebihan pembelajaran model group investigation:

1.      Pembelajaran dengan kooperatif model Group Investigation memiliki dampak positif dalam meningkatkan
prestasi belajar siswa.

2.      Penerapan metode pembelajaran kooperatif model Group Investigation mempunyai pengaruh positif, yaitu
dapat meningkatkan motivasi belajar siswa.
3.      Pembelajaran yang dilakukan membuat suasana saling bekerjasama dan berinteraksi antar siswa dalam
kelompok tanpa memandang latar belakang.

4.      Model pembelajaran group investigation melatih siswa untuk memiliki kemampuan yang baik dalam
berkomunikasi dan mengemukakan pendapatnya.

5.      Memotivasi dan mendorong siswa agar aktif dalam proses belajar mulai dari tahap pertama sampai tahap
akhir pembelajaran.

Kelemahan pembelajaran dengan model group investigation:

Model pembelajaran group investigation merupakan model pembelajaran yang kompleks dan sulit untuk
dilaksanakan dalam pembelajaran kooperatif. Kemudian pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran
group investigation juga membutuhkan waktu yang lama.

Model Pembelajaran Talking Stick

Model Pembelajaran Talking Stick


A. Sejarah Talking Stick

Talking Stick (tongkat berbicara) adalah metode yang pada mulanya digunakan oleh penduduk asli Amerika untuk
mengajak semua orang berbicara atau menyampaikan pendapat dalam suatu forum (pertemuan antarsuku),
sebagaimana dikemukakan Carol Locust berikut ini :The talking stick has been used for centuries by many Indian
tribes as a means of just and impartial hearing. The talking stick was commonly used in council circles to decide
who had the right to speak. When matters of great concern would come before the council, the leading elder would
hold the talking stick, and begin the discussion. When he would finish what he had to say, he would hold out the
talking stick, and whoever would speak after him would take it. In this manner, the stick would be passed from one
individual to another until all who wanted to speak had done so. The stick was then passed back to the elder for
safe keeping.
Artinya:

Tongkat berbicara telah digunakan selama berabad-abad oleh suku–suku Indian sebagai alat menyimak secara adil
dan tidak memihak. Tongkat berbicara sering digunakan kalangan dewan untuk memutuskan siapa yang
mempunyai hak berbicara. Pada saat pimpinan rapat mulai berdiskusi dan membahas masalah, ia harus memegang
tongkat berbicara. Tongkat akan pindah ke orang lain apabila ia ingin berbicara atau menanggapinya. Dengan cara
ini tongkat berbicara akan berpindah dari satu orang ke orang lain jika orang tersebut ingin mengemukakan
pendapatnya. Apabila semua mendapatkan giliran berbicara, tongkat itu lalu dikembalikan lagi ke ketua/pimpinan
rapat.
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa talking stick dipakai sebagai tanda seseorang mempunyai hak
suara (berbicara) yang diberikan secara bergiliran/bergantian.

B. Talking Stick Sebagai Model Pembelajaran

Talking stick termasuk salah satu model pembelajaran kooperatif. Model pembelajaran ini dilakukan dengan
bantuan tongkat, siapa yang memegang tongkat wajib menjawab pertanyaan dari guru setelah siswa mempelajari
materi pokoknya. Pembelajaran Talking Stick sangat cocok diterapkan bagi siswa SD, SMP, dan SMA/SMK. Selain
untuk melatih berbicara, pembelajaran ini akan menciptakan suasana yang menyenangkan dan membuat siswa
aktif. Langkah-langkah penerapannya dapat dilakukan sebagai berikut.

1. Guru membentuk kelompok yang terdiri atas 5 orang.


2. Guru menyiapkan sebuah tongkat yang panjangnya 20 cm.
3. Guru menyampaikan materi pokok yang akan dipelajari, kemudian memberikan kesempatan para kelompok
untuk membaca dan mempelajari materi pelajaran.
4. Siswa berdiskusi membahas masalah yang terdapat di dalam wacana.
5. Setelah kelompok selesai membaca materi pelajaran dan mempelajari isinya, guru mempersilahkan anggota
kelompok untuk menutup isi bacaan.
6. Guru mengambil tongkat dan memberikan kepada salah satu anggota kelompok, setelah itu guru memberi
pertanyaan dan anggota kelompok yang memegang tongkat tersebut harus menjawabnya, demikian seterusnya
sampai sebagian besar siswa mendapat bagian untuk menjawab setiap pertanyaan dari guru.
7. Siswa lain boleh membantu menjawab pertanyaan jika anggota kelompoknya tidak bisa menjawab pertanyaan.
8. Guru memberikan kesimpulan.
9. Guru melakukan evaluasi/penilaian, baik secara kelompok maupun individu.
10. Guru menutup pembelajaran.

C. Kelebihan dan Kekurangan

Kelebihan:
1. Menguji kesiapan siswa.
2. Melatih membaca dan memahami dengan cepat.
3. Agar lebih giat belajar (belajar dahulu).

Kekurangan:
Membuat siswa gelisah, gundah gulana dan lain2 (becanda).

D. Kesimpulan

1. talking stick dipakai sebagai tanda seseorang mempunyai hak suara (berbicara) yang diberikan secara
bergiliran/bergantian.
2. Model pembelajaran ini membuat anak didik ceria, senang, dan melatih mental anak didik untuk siap pada
kondisi dan siatuasi apapun

Model Pembelajaran Bertukar Pasangan

Model Pembelajaran Bertukar Pasangan


1. Pengertian
Model pembelajaran Bertukar Pasangan termasuk pembelajaran dengan tingkat mobilitas cukup tinggi, di mana
siswa akan bertukar pasangan dengan pasangan lainnya dan nantinya harus kembali ke pasangan
semula/pertamanya.
Dan model pembelajaran bertukar pasangan ini merupakan salah satu pembelajaran kooperatif yaitu
pembelajaran yang dikembangkan dari teori kontruktivisme karena mengembangkan struktur kognitif untuk
membangun pengetahuan sendiri melalui berpikir rasional (Rustaman et al., 2003: 206).

Jadi ,model pembelajaran cooperative learning adalah salah satu model pembelajaran yang menempatkan siswa
sebagai subjek pembelajaran (student oriented). Dengan suasana kelas yang demokratis, yang saling
membelajarkan memberi kesempatan peluang lebih besar dalam memberdayakan potensi siswa secara
maksimal.dan menekankan pada sikap atau perilaku bersama dalam bekerja atau membantu di antara sesama
dalam struktur kerjasama yang teratur dalam kelompok, yang terdiri dari dua orang atau lebih belajar dengan
sejumlah siswa sebagai anggota kelompok kecil yang tingkat kemampuannya berbeda. Dalam menyelesaikan tugas
kelompoknya, setiap siswa anggota kelompok harus saling bekerja sama dan saling membantu untuk memahami
materi pelajaran., Belajar dikatakan belum selesai jika salah satu teman dalam kelompok belum menguasai bahan
pelajaran.
Model pembelajaran cooperative learning akan dapat memberikan nunasa baru di dalam pelaksanaan
pembelajaran oleh semua bidang studi atau mata pelajaran yang diampu guru. Karena pembelajaran cooperative
learning dan beberapa hasil penelitian baik pakar pendidikan dalam maupun luar negeri telah memberikan
dampak luas terhadap keberhasilan dalam proses pembelajaran. Dampak tersebut tidak saja kepada guru akan
tetapi juga pada siswa, dan interaksi edukatif muncul dan terlihat peran dan fungsi dari guru maupun siswa.
Peran guru dalam pembelajaran cooperative learning sebagai fasilitator, moderator, organisator dan mediator
terlihat jelas. Kondisi ini peran dan fungsi siswa terlihat, keterlibatan semua siswa akan dapat memberikan suasana
aktif dan pembelajaran terkesan de-mokratis, dan masing-masing siswa punya peran dan akan memberikan
pengalaman belajarnya kepada siswa lain.

2. Ciri-ciri Pembelajaran Kooperatif (Dalam model Pembelajaran Bertukar Pasangan)


Sebagai seorang guru dalam memberikan pelajaran kepada siswa tentu dia akan memilih manakah model
pembelajaran yang tepat diberikan untuk materi pelajaran tertentu. Dalam hal ini Muslim Ibrahim (dalam
Depdiknas, 2005 : 46) mengemukakan ciri-ciri pembelajaran kooperatif sebagai berikut:
a. Siswa bekerja dalam kelompok secara kooperatif untuk menuntaskan materi belajarnya.
b. Kelompok dibentuk dari siswa yang memiliki kemampuan tinggi, sedang dan rendah.
c. Bila mungkin anggota kelompok berasal dari ras, budaya, suku, jenis kelamin yang berbeda.
d. Penghargaan lebih berorientasi pada individu.

3. Langkah-langkah pembelajarannya
1. Siswa dibentuk berkelompok secara berpasangan/2 orang (guru bisa menunjuk pasangannya atau siswa memilih
sendiri pasangannya).
2. Guru memberikan tugas dan siswa mengerjakan tugas dengan pasangannya.
3. Setelah selesai setiap pasangan bergabung dengan satu pasangan dari kempok yang lain.
4. Kedua pasangan tersebut bertukar pasangan, kemudian pasangan yang baru ini saling menanyakan dan mencari
kepastian jawaban mereka.
5. Temuan baru yang didapat dari pertukaran pasangan kemudian dibagikan kepada pasangan semula.
6. Kesimpulan.
7. Penutup.

4. Keunggulan dan Kelemahannya


Keunggulan :
1. Setiap siswa termotivasi untuk menguasai materi.
2. Menghilangkan kesenjangan antara yang pintar dengan tidak pintar.
3. Mendorong siswa tampil prima karena membawa nama baik kelompok lamanya
4. Tercipta suasana gembira dalam belajar. Dengan demikian meskipun saat pelajaran menempati jam terakhir
pun,siswa tetap antusias belajar.

Kelemahan :
1. Ada siswa yang takut diintimidasi bila memberi nilai jelek kepada anggotanya (bila kenyataannya siswa lain
kurang kurang mampu menguasai materi)
Solusinya , lembar penilaian tidak diberi nama si penilai.
2. Ada siswa yang mengambil jalan pintas ,dengan meminta tolong pada temannya untuk mencarikan jawabnya.
Solusinya mengurangi poin pada siswa yang membantu dan dibantu.

5. Contoh model pembelajarannya


Pada Kompetensi Dasar (KD) Menaati Peraturan Perundang-undangan Nasional. misalnya siswa dibagi menjadi
beberapa kelompok masing masing mempunyai tugas berbeda. Misalnya mempelajari sikap kritis terhadap
peraturan perundangan yang tidak mengakomodasi aspirasi rakyat , sikap patuh terhadap peraturan perundangan
nasional.
Kemudian masing-masing anggota kelompok membentuk kelompok baru,sehingga kelompok baru tersebut
tersebut berisi siswa dari grup sikap kritis dan sikap patuh dan seterusnya.
Dalam kelompok baru tersebut setiap siswa menerangkan apa yang telah dipelajari.Ada penilaian antar siswa
dalam kelompok baru tersebut. Meliputi keaktivan, dalam diskusi serta kemampuan menerangkan dan
kemampuan menjawab pertanyaan.
KESIMPULAN
Dari uraian-uraian di atas dapat kita simpulkan bahwa :
Model pembelajaran Bertukar Pasangan termasuk pembelajaran dengan tingkat mobilitas cukup tinggi, di mana
siswa akan bertukar pasangan dengan pasangan lainnya dan nantinya harus kembali ke pasangan
semula/pertamanya.
Dan model pembelajaran bertukar pasangan ini merupakan salah satu pembelajaran kooperatif yaitu
pembelajaran yang dikembangkan dari teori kontruktivisme karena mengembangkan struktur kognitif untuk
membangun pengetahuan sendiri melalui berpikir rasional (Rustaman et al., 2003: 206).
Dan ciri-ciri Pembelajaran Kooperatif (Dalam model Pembelajaran Bertukar Pasangan) Muslim Ibrahim (dalam
Depdiknas, 2005 : 46) mengemukakan ciri-ciri pembelajaran kooperatif sebagai berikut:
a. Siswa bekerja dalam kelompok secara kooperatif untuk menuntaskan materi belajarnya.
b. Kelompok dibentuk dari siswa yang memiliki kemampuan tinggi, sedang dan rendah.
c. Bila mungkin anggota kelompok berasal dari ras, budaya, suku, jenis kelamin yang berbeda.
d. Penghargaan lebih berorientasi pada individu.

Langkah-langkah pembelajarannya :
1. Siswa dibentuk berkelompok secara berpasangan/2 orang (guru bisa menunjuk pasangannya atau siswa memilih
sendiri pasangannya).
2. Guru memberikan tugas dan siswa mengerjakan tugas dengan pasangannya.
3. Setelah selesai setiap pasangan bergabung dengan satu pasangan dari kempok yang lain.
4. Kedua pasangan tersebut bertukar pasangan, kemudian pasangan yang baru ini saling menanyakan dan mencari
kepastian jawaban mereka.
5. Temuan baru yang didapat dari pertukaran pasangan kemudian dibagikan kepada pasangan semula.
6. Kesimpulan.
7. Penutup.

Keunggulan :

1. Setiap siswa termotivasi untuk menguasai materi.


2. Menghilangkan kesenjangan antara yang pintar dengan tidak pintar.
3. Mendorong siswa tampil prima karena membawa nama baik kelompok lamanya
4. Tercipta suasana gembira dalam belajar. Dengan demikian meskipun saat pelajaran menempati jam terakhir
pun,siswa tetap antusias belajar.
Kelemahan :
1. Ada siswa yang takut diintimidasi bila memberi nilai jelek kepada anggotanya (bila kenyataannya siswa lain
kurang kurang mampu menguasai materi)
Solusinya , lembar penilaian tidak diberi nama si penilai.
2. Ada siswa yang mengambil jalan pintas ,dengan meminta tolong pada temannya untuk mencarikan jawabnya.
Solusinya mengurangi poin pada siswa yang membantu dan dibantu. 

MODEL PEMBELAJARAN SNOWBALL THROWING

MODEL PEMBELAJARAN SNOWBALL THROWING

Pengertian model pembelajaran snowball throwing


Model Snowball Throwing merupakan salah satu model pembelajaran yang dikembangkan berdasarkan
pendekatan kontekstual (CTL). Snowball Throwing yang menurut asal katanya berarti ‘bola salju bergulir’ dapat
diartikan sebagai model pembelajaran dengan menggunakan bola pertanyaan dari kertas yang digulung bulat
berbentuk bola kemudian dilemparkan secara bergiliran di antara sesama anggota kelompok. Dilihat dari
pendekatan yang digunakan dalam pembelajaran siswa Pkn, model Snowball Throwing ini memadukan pendekatan
komunikatif, integratif, dan keterampilan proses.

Kegiatan melempar bola pertanyan ini akan membuat kelompok menjadi dinamis, karena kegiatan siswa tidak
hanya berpikir, menulis, bartanya, atau berbicara. Akan tetapi mereka juga melakukan aktivitas fisik yaitu
menggulung kertas dan melemparkannya pada siswa lain. Dengan demikian, tiap anggota kelompok akan
mempersiapkan diri karena pada gilirannya mereka harus menjawab pertanyaan dari temannya yang terdapat
dalam bola kertas.
Dalam metode (Snowball Throwing), guru berusaha memberikan kesempatan kepada siswa untuk
mengembangkan keterampilan menyimpulkan isi berita atau informasi yang mereka peroleh dalam konteks nyata
dan situasi yang kompleks. Guru juga memberikan pengalaman kepada siswa melalui pembelajaran terpadu
dengan menggunakan proses yang saling berkaitan dalam situasi dan konteks komunikasi alamiah baik sosial,
sains, hitungan dan lingkungan pergaulan.
Dibentuk kelompok yang diwakili ketua kelompok untuk mendapat tugas dari guru kemudian masing-masing siswa
membuat pertanyaan yang dibentuk seperti bola (kertas pertanyaan) lalu dilempar ke siswa lain yang masing-
masing siswa menjawab pertanyaan dari bola yang diperoleh.

Langkah-langkah:
1. Guru menyampaikan materi yang akan disajikan.
2. Guru membentuk kelompok-kelompok dan memanggil masing-masing ketua kelompok untuk memberikan
penjelasan tentang materi.
3. Masing-masing ketua kelompok kembali ke kelompoknya masing-masing, kemudian menjelaskan materi yang
disampaikan oleh guru kepada temannya.
4. Kemudian masing-masing siswa diberikan satu lembar kerja untuk menuliskan pertanyaan apa saja yang
menyangkut materi yang sudah dijelaskan oleh ketua kelompok.
5. Kemudian kertas tersebut dibuat seperti bola dan dilempar dari satu siswa ke siswa yang lain selama kurang
lebih 5 menit.
6. Setelah siswa mendapat satu bola / satu pertanyaan diberikan kesempatan kepada siswa untuk menjawab
pertanyaan yang tertulis dalam kertas berbentuk bola tersebut secara bergantian.
7. Guru memberikan kesimpulan.
8. Evaluasi.
9. Penutup.

Kesimpulan:
Penggunaan pendekatan pembelajaran snowball throwing dalam meningkatkan keaktifan belajar siswa ini
dirasakan cukup efektif karena mampu menumbuh kembangkan potensi intelektual, sosial, dan emosional yang
ada dalam diri siswa. Di sini siswa akan terlatih untuk mengemukakan gagasan dan perasaan secara cerdas dan
kreatif, serta mampu menemukan dan menggunakan kemampuan analitis dan imajinatif yang ada dalam dirinya
untuk menghadapi berbagai persoalan yang muncul dalam kehidupan sehari-hari.
Di dalam model pembelajaran snowball throwing ini kurang tepat digunakan untuk mata pelajaran atau bidang
study ilmu pengetahhuan social. Karena ilmu pengetahuan social adalah ilmu yang cakupan materi
pembelajarannya sangat luas, membutuhkan pengembangan yang mendalam karena materinya selalu
berkembang. Sedangkan di sini pembelajaran hanya berkutat pada pengetahuan siswa saja. Jadi, yang lebih tepat
menggunakan model pembelajaran snowball throwing ini adalah jenis-jenis mata pelajaran ilmu pengetahuan alam
atau eksak yang cenderung menggunakan rumus yang relatif tetap. Guru akan lebih mudah mengarahkan jalannya
pembelajaran di kelas.

Kelebihan:
1. Melatih kesiapan siswa.
2. Saling memberikan pengetahuan.
Kekurangan:
1. Penngetahuan tidak luas hanya berkutat pada pengetahuan sekitar siswa.
2. Tidak efektif. 
Pengertian Model Pembelajaran Student Facilitator and Explaining

Pengertian Model Pembelajaran Student Facilitator and Explaining


Model Pembelajaran Student Facilitator and Explaining merupakan model pembelajaran dimana siswa/peserta
didik belajar mempresentasikan ide/pendapat pada rekan peserta didik lainnya. Model pembelajaran ini efektif
untuk melatih siswa berbicara untuk menyampaikan ide/gagasan atau pendapatnya sendiri.
Model pembelajaran ini akan relevan apabila siswa secara aktif ikut serta dalam merancang materi pembelajaran
yang akan dipresentasikan. Untuk itu pembelajaran pada apresiasi drama akan lebih sesuai dikarenakan siswa
secara aktif ikut serta baik itu dalam kegiatan apresiasi maupun bisa berupa ekspresi sastra sebagai pelakunya.

Langkah-langkah pembelajarannya :
1. Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai/KD.
2. Guru mendemonstrasikan/menyajikan garis-garis besar materi pembelajaran.
3. Memberikan kesempatan siswa untuk menjelaskan kepada siswa lainnya, misalnya melalui bagan/peta konsep.
Hal ini bisa dilakukan secara bergiliran
4. Guru menyimpulkan ide/pendapat dari siswa.
5. Guru menerangkan semua materi yang disajikan saat itu.
6. Penutup
Kelebihan Model Pembelajaran Student Facilitator and Explaining
siswa diajak untuk dapat menerangkan kepada siswa lain, dapat mengeluarkan ide-ide yang ada dipikirannya
sehingga lebih dapat memahami materi tersebut.

Kekurangan Model Pembelajaran Student Facilitator and Explaining:


1. Adanya pendapat yang sama sehingga hanya sebagian saja yang tampil.
2. Banyak siswa yang kurang aktif
Kesimpulan
Dalam Model pembelajaran ini akan dapat berjalan sesuai dengan yang diharapkap apabila siswa secara aktif ikut
serta dalam merancang materi pembelajaran yang akan dipresentasikan maka siswa akan lebih bisa mengerti dan
mampu memahaminya untuk mengungkapkan ide, selain itu juga dapat mengajak peserta didik mandiri dalam
mengembangkan potensi mengungkapkan gagasan berpendapat. 

MODEL PEMBELAJARAN COURSE REVIEW HORAY

MODEL PEMBELAJARAN COURSE REVIEW HORAY


A. Pengertian

Model pembelajaran Course Review Horay merupakan model pembelajaran yang dapat menciptakan suasana
kelas menjadi meriah dan menyenangkan karena setiap siswa yang dapat menjawab benar maka siswa tersebut
diwajibkan berteriak’hore!’ atau yel-yel lainnya yang disukai.

Jadi, model pembelajaran course review horay ini merupakan suatu model pembelajaran yang dapat digunakan
guru agar dapat tercipta suasana pembelajaran di dalam kelas yang lebih menyenangkan. Sehingga para siswa
merasa lebih tertarik. Karena dalam model pembelajaran course review horay ini, apabila siswa dapat menjawab
pertanyaan secara benar maka siswa tersebut diwajibkan meneriakan kata “hore” ataupun yel-yel yang disukai dan
telah disepakati oleh kelompok maupun individu siswa itu sendiri.

Model pembelajaran course review horay juga merupakan suatu metode pembelajaran dengan pengujian
pemahaman siswa menggunakan soal dimana jawaban soal dituliskan pada kartu atau kotak yang telah dilengkapi
nomor dan untuk siswa atau kelompok yang mendapatkan jawaban atau tanda dari jawaban yang benar terlebih
dahulu harus langsung berteriak “horay” atau menyanyikan yel-yel kelompoknya.

Jadi, dalam pelaksanaan model pembelajaran course review horay ini pengujian pemahaman siswa dengan
menggunakan kotak yang berisi nomor untuk menuliskan jawabannya. Dan siswa yang lebih dulu mendapatkan
tanda atau jawaban yang benar harus langsung segera menyoraki kata-kata “horay” atau menyoraki yel-yelnya.

Agar pemahaman konsep materi yang akan dibahas dapat dikaji secara terarah maka seiring dengan
perkembangan dunia pendidikan pembelajaran Corse Review Horay menjadi salah satu alternative sebagai
pembelajaran yang mengarah pada pemahaman konsep. Pembelajaran Course Review Horay, merupakan salah
satu pembelajaran kooperatif yaitu kegiatan belajar mengajar dengan cara pengelompokkan siswa ke dalam
kelompok-kelompok kecil.

Pembelajaran Course Review Horay yang dilaksanakan merupakan suatu pembelajaran dalam rangka pengujian
terhadap pemahaman konsep siswa menggunakan kotak yang diisi dengan soal dan diberi nomor untuk
menuliskan jawabannya. Siswa yang paling terdahulu mendapatkan tanda benar langsung berteriak horay atau yel-
yel lainnya. Melalui Pembelajaran Course Review Horay diharapkan dapat melatih siswa dalam menyelesaikan
masalah dengan pembentukkan kelompok kecil.

B. Langkah-Langkah Model Pembelajaran Course Review Horay

1. Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai.

2. Guru menyajikan atau mendemonstrasikan materi sesuai topik dengan tanya jawab

3. Guru membagi siswa dalam kelompok-kelompok.

4. Untuk menguji pemahaman siswa disuruh membuat kartu atau kotak sesuai dengan kebutuhan dan diisi dengan
nomor yang ditentukan guru.

5. Guru membaca soal secara acak dan siswa menuliskan jawabannya didalam kartu atau kotak yang nomornya
disebutkan guru.

6. Setelah pembacaan soal dan jawaban siswa telah ditulis didalam kartu atau kotak, guru dan siswa
mendiskusikan soal yang telah diberikan tadi.

7. Bagi yang benar,siswa memberi tanda check list ( √ ) dan langsung berteriak horay atau menyanyikan yel-yelnya.

8. Nilai siswa dihitung dari jawaban yang benar dan yang banyak berteriak horay .

9. Guru memberikan rewardv pada yang memperoleh nilai tinggi atau yang banyak memperoleh horay.

10. Penutup

C. Kelebihan Model Pembelajaran Corse Review Horay

a. Pembelajarannya menarik dan mendorong siswa untuk dapat terjun kedalamnya.


b. Pembelajarannya tidak monoton karena diselingi sedikit hiburan sehingga suasana tidak menegangkan.
c. Siswa lebih semangat belajar karena suasana pembelajaran berlangsung menyenangkan
d. Melatih kerjasama

D. Kelemahan Model Pembelajaran Course Review Horay

a. Siswa aktif dan pasif nilainya disamakan


b. Adanya peluang untuk curang 

METODE DEMONSTRASI DAN EKSPERIMEN

METODE DEMONSTRASI DAN EKSPERIMEN

Yang di maksud dengan Metode Demonstrasi dan Eksperimen ialah suatu upaya atau praktek dengan menggunaka
peragaan yang di tujukan pada siswa yang tujuannya ialah agar supaya semua sisiwa lebih mudah dalam
memahami dan mempraktekan dari apa yang telah di perokehnya dan dapat mengatasi sutu permasalah apabila
terdapat perbedaan .

A. Metode Demonstrasi

1. Pengertian Metode Demonstrasi

Yang di maksud dengan Metode Demonstrasi ialah metode mengajar dengan menggunakan peragaan untuk
memperjelas suatu pengertian atau untuk memperlihatkan bagaimana berjalannya suatu proses pembentukan
tertentu pada siswa.

Untuk memperjelas pengertian tersebut dalam prakteknya dapat di lakukan oleh guru atau anak didik itu sendiri.
Metode Demonstran cukup baik apabila di gunakan dalam penyampaian bahan pelajaran fiqih, misalnya
bagaiamana cara berwudu, shalat, memandikan orang mati, tawaf pada waktu haji,dan yang lainnya.
2. prinsip-prinsip metode demonstrasi sebagai berikut:

a. Menciptakan suasana/hubungan baik dengan siswa sehingga ada keinginan dan kemauan dari siswa untuk
menyaksikan apa yang didemonstrasikan;
b. Mengusahakan agar demonstrasi itu dapat jelas bagi siswa yang sebelumnya tidak memahami, mengingat siswa
belum tentu dapat memahami apa yang dimaksud dalam demonstrasi karena keterbatasan daya ingat;
c. Memikirkan dengan cermat sebelum mendemonstrasikan suatu pokok bahasan/topik tertentu tentang adanya
kesulitan yang akan ditemui siswa sambil memikirkan dan mencari cara untuk mengatasinya.
Aspek penting dalam metode demonstrasi:
a. Demonstrasi akan menjadi metode yang tidak wajar bila alat yang digunakan untuk mendemonstrasikan tidak
dapat diamati dengan seksama oleh siswa;
b. Demonstrasi menjadi kurang efektif bila tidak diikuti oleh aktivitas di mana siswa sendiri dapat ikut
memperhatikan dan menjadikan aktivitas mereka sebagai pengalaman yang berharga;
c. Tidak semua hal yang didemonstrasikan di dalam kelas, misal alat terlalu besar;
d. Hendaknya dilakukan dalam hal-hal yang bersifat praktis;
e. Sebagai pendahuluan, berilah pengertian dan landasan teori dari apa yang akan didemonstrasikan;
f. Persiapan dan perencanaan yang matang
g. Metode belajar sebagai tindakan dan langkah konkrit tidak dapatlepas dari filosofi yang mendasarinya. Dasar
filosofi ini bersifat lebih abstrak yang melihat totalitas manusia sebagai pelaksana pendidikan baiksebagai pendidik
maupun peserta didik. Sebagai pendidik, manusia mempunyai tanggung jawab untuk mentransfer dan
mengembangkan ilmu pengetahuan, sikap, nilai serta keterampilan pada peserta didik. Sebagai peserta didik,
manusia dilihat sebagai makhluk Tuhan yang mempunyai potensi untuk dikembangkan sumber dayanya, baik
aspek penalarannya, aspek sikap hatinya maupun aspek keterampilan perilakunya. Sebagai khalifah/wakil Allah di
muka bumi, manusia harus mencerminkan sifat-sifat Ilahiyah dalam kehidupan dunia di muka bumi ini. Untuk
dapat memerankannya manusia harus mengembangkan
potensinya baik dari segi intelektualnya, moralnya maupun profesionalnya.
Pengembangan ini tidak lain melalui proses pendidikan

3. Adapun aspek yang penting dalam menggunakan Metode Demonstrasi adalah:

a. Demonstrasi akan menjadi metode yang tidak wajar apabila alat yang di Demonstrasikan tidak bisa di amati
dengan seksama oleh siswa. Misalnya alatnya terlalu kecil atau penjelasannya tidak jelas.
b. Demonstrasi menjadi kurang efektif bila tidak di ikuti oleh aktivitas di mana siswa sendiri dapat ikut
memperhatikan dan menjadi aktivitas mereka sebagai pengalaman yang berharga.
c. Tidak semua hal dapat di Demonstrasikan di kelas karna sebab alat-alat yang terlalu besar atau yang berada di
tempat lain yang tempatnya jauh dari kelas.
d. Hendaknya dilakukan dalam hal-hal yang bersifat praktis
e. Sebagai pendahuluan, berilah pengertian dan landasan teori dari apa yang akan di Demonstrasikan.

Dan adapun sebaiknya dalam Mendemonstrasikan pelajaran tersebut guru harus terlebih dulu
Mendemonstrasikan dengan sebaik-baiknya, baru di ikuti oleh murid-muridnya yang sesuai dengan petunjuk.

4. Adapun dalam metode demonstran ini memiliki kelebihan dan ada juga kekurangannya sebagaimana yang akan
di paparkan di bawah ini.

Kelebihan metode demonstran adalah:

• Perhatian anak didik dapat di pusatkan, dan titik berat yang di anggap penting oleh guru dapat di amati
• Perhatian anak didik akan lebih terpusat pada apa yang di Demonstrasikan, jadi proses anak didik akan lebih
terarah dan akan mengurangi perhatian anak didik kepada masalah lain
• Dapat merangsang siswa untuk lebih aktif dalam mengikuti proses belajar
• Dapat menambah pengalaman anak didik
• Bisa membantu siswa ingat lebih lama tentang materi yang di sampaikan
• Dapat mengurangi kesalah pahaman karna pengajaran lebih jelas dan kongkrit
• Dapat menjawab semua masalah yang timbul di dalam pikiran setiap siswa karna ikut serta berperan secara
langsung.

Setelah melihat beberapa keuntungan dari metode demonstransi tersebut, maka dalam bidang setudi agama,
banyak hal-hal yang dapat di demonstrasikan terutama dalam bidang ibadat, seperti pelaksanaan shalat, zakat dan
yang lainnya.
Apabila teori menjalankan ibadah yang betul dan baik telah di miliki oleh anak didik, maka guru harus mencoba
mendemonstrasikan di depan para murit. Dan apabila anak didik sedang mendemonstrasikan ibadah, guru harus
mengamati langkah dari langkah dari setiap gera-gerik murid tersebut,
sehingga apabila ada kesalahan atau kekurangannya guru berkewajiban memperbaikinya. Tindakan mengamati
segi-segi yang kurang baik lalu memperbaikinya akan memberikan kesan yang dalam pada diri anak didik, karna
guru telah memberi pengalaman kepada anak didik baik bagi anak didik yang menjalankan Demonstrasi ataupun
bagi yang menyaksikannya.

Dari segi kelemahan atau metode demonstran adalah:

• Memerlukan waktu yang cukup banyak


• Apabila terjadi kekurangan media, metode demonstrasi menjadi kurang efesien
• Memerlukan biaya yang cukup mahal, terutama untuk membeli bahan-bahannya
• Memerlukan tenaga yang tidak sedikit
• Apabila siswa tidak aktif maka metode demonstran menjadi tidak efektif.

5. Adapun langkah-langkah dalam penerapan metode demonstrasi adalah:

a. Perencanaan
Dalam perencanaan hal-hal yang dilakukan ialah ;
a. Merumuskan tujuan yang baik dari sudut kecakapan atau kegiatan yang di harapkan dapat tercapai setelah
metode demontrasi berakhir
b. Menetapkan garis-garis besar langkah-langkah demonstrasi yang akan di laksanakan
c. Memperhitungkan waktu yang di butuhkan
d. Selama demonstrasi berlangsung guru haru intropeksi diri apakah:
• Keterangan-keterangan dapat di dengar dengan jelas oleh siswa
• Apakah semua media yang di gunaka telah di tempatkan pada posisi yang baik, hingga semua siswa dapat
melihat semuanya dengan jelas
• Siswa di sarankan membuat catatan yang dianggap perlu
e. Menetapkan rencana penilaian terhadap kemampuan anak didik

b. Pelaksanaannya:
Hal-hal yang mesti di lakukan adalah:
1. Memeriksa hal-hal tersebut di atas untuk kesekian kalinya
2. Melakukan demonstrasi dengan menarik perhatian siswa
3. Mengingat pokok-pokok materi yang akan di demonstrasikan agar mencapai sasaran
4. Memperhatikan kedaan siswa, apakah semuanya mengikuti demonstrasi dengan baik
5. Memberikan kesempatan pada siswa untuk aktif
6. Menghindari ketegangan

6. Evaluasi:

Dalam kegiatan evaluasi ini dapat berupa pemberian tugas, seperti membuat laporan,menjawab pertanyaan,
mengadakan latihan lebih lanjut, baik di sekolah ataupun di rumah.

7. Hal-hal yang perlu di perhatikan dalam penggunaan metode demonstrasi tersebut adalah:
• Rumuskan secara spesific yang dapat di capai oleh siswa.
• Susun langkah-langkah yag akan dilakukan dengan demontrasi secara teratur sesuai dengan skenario yang telah
di rencanakan.
• Menyipkan peralatan yang di butuhkan sebelum demonstrasi dimulai.
• Usahakan dalam melakukan demonstrasi tersebut sesuai dengan kenyataan sebenarnya.

B. Metode Eksperimen

a. Pengertian Metode Eksperimen

Metode Eksperimen adalah Metode atau cara di mana guru dan murit bersama-sama mengerjakan sesuatu latihan
atau percobaan untuk mengetahui pengaruh atau akibat dari sesuatu aksi.
Sedangkan menurut Ramayulis, dalam bukunya “Metodologi pendidikan agama Islam” mendefinisikan bahwa
Metode Eksperimen ialah suatu metode mengajar yang di lakukan murid untuk melakuka percobaan-percobaan
pada mata pelajaran tertentu.
Sedangkan menurut Zakiyah Daradjat tidak memberikan pengertian jelas, ia hanya mengatakan bahwa Metode
Eksperimen adalah metode percobaan yang biasanya di lakuka dalam mata pelajaran tertentu.
Sedangkan menurut Departeman Agama memberi definisi bahwa Metode Eksperimen adalah peraktek pengajaran
yan melibatkan anak didik pada pekerjaan akademis, latihan dan pemecahan masalah atau topik seperti: shalat,
puasa, haji, pembangunan masarakat dan lain-lainnya.

b. Metode Eksperimen dalam pendidikan Agama Islam

Hal yang menarik tentang metode ini dalam pendidikan agama Islam ialah bahwa metode ini ada kolerasinya
dengan pendidikan agama Islam terutama bidang studi fiqih.
Kongkritnya adalah Ketika ingin membuktikan apakah segenangan air termasuk air suci atau air najis atau air yang
suci tidak mensucikan, maka hal ini harus di buktikan secara langsung dan di adakan penelitian secara ilmiah, maka
metode Eksperiman dapat membuktikannya dengan tepat.

c. Target metode Eksperimen

Adapun target Metode Eksperimen adalah


1) Murit dapat membuktikan kebenaran riil dari teori-teori hukum yang berlaku
2) Diharapkan dengan metode ini murit dapat kepuasan dari hasil belajarnya

d. Langkah-langkah metode eksperimen


• Menerangkan Metode Eksperimen
• Membicarakan terlebih dahulu permasalahan yang seknifikasi untuk di angkat
• Sebelum guru menetapkan alat yang di perlukan langkah-langkah apa saja yang harus di variebel-variebel apa
yang harus di kontrol
• Setelah eksperimen di lakukan guru harus mengumpulkan laporan, memproses kegiatan, dan mengadakan tes
untuk menguji pemahaman murit

e. Kelebihan dan kekurangan Metode Eksperimen ialah:


1) Kelebihannya

• Menambah keaktifan untuk berbuat dan memecahkan sendiri sebuah permasalahan


• Dapat melaksanakan metode ilmiah dengan baik

2) Segi kekurangannya
• Tidak semua mata pelajaran dapat menggunakan metode ini
• Murid yang kurang mempunyai daya intelektual yang kuat kurang baik hasilnya.

Sebaiknya Metode Eksperimen ini di terapkan bagi pelajaran-pelajaran yang belum di ajarka atau di terangkan oleh
metode lain sehingga Metode Eksperimen ini terasa benar fungsinya bagi siswa.

Hal-hal yang Perlu di perhatikan dalam melakukan Metode Eksperimen adalah sebagai berikut;
1. Persiapkan terlebih dahulu bahan-bahan yang di butuhkan
2. Usahakan siswa terlibat langsung sewaktu mengadakan eksperimen
3. Sebelum di laksanakan eksperimen siswa terlebih dahulu di berikan penjelasan dan petunjuk-petunjuk
seperlunya

1. Lakukan pengelompokan atau masing-masing individu melakukan percobaan yang telah di rencanakan bila
hasilnya belum memuaskan dapat di ulangi lagi untuk membuktikn kebenaranya
2. Setiap kelompok atau individu dapat melaporkan hasil percobaanya secara tertulis.

C. Metode Demonstrasi dan Eksperimen

Metode Demonstrasi Dan Eksperimen ini cocok digunakan apabila:


1. Untuk memberikan latihan keterampilan tertetu pada siswa.
2. Untuk memudahkan penjelasan yang di berikan agar siswa langsung mengetahui dan dapat terampil dan
melakukannya.
3. Untuk membantu siswa dalam memahami sesuatu proses secara cermat dan teliti.

Keuggulan Metode Demonstrasi dan Eksperiaen ini adalah:

a. Perhatian siswa akan dapat terpusat sepenuhnya pada anak yang di Demonstrasikan atau di Eksperienkan
b. Memberikan pengalaman praktis yang dapat membentuk ingatan yang kuat dan keterampilan dalam berbuat
c. Hal-hal yang menjadi teka-teki siswa dapat terjawab melalui eksperimen
d. Menghindarkan kesalahan siswa dalam mengambil kesimpulan karena mereka mengamati secara langsung
jalannya proses demonstrasi yang di adakan atau eksperimen.

Kelemahan Metode Demonstrasi dan Eksperimen adalah:


1. Persiapa dan pelaksanaannya memakan waktu lama
2. Metode ini tidak efektif apabila tidak di tunjang dengan peralatan yang lengkap sesuai dengan kebutuhan
3. Sukar di laksanakan bila siswa belum matang kemampuan untuk melaksanakannya

Saranya Untuk Metode Demonstrasi dan Eksperimen


1. Lakukan Metode Demonstrasi dan Eksperimen dalam hal-hal yang bersifat praktis dan urgent dalam masarakat
2. Arahkan pendemonstrasian dan eksperimen agar murid-murid mendapatkan pengertian yang jelas,
pembentukan sikap serta kecakapan praktis
3. Usahakan agar semua anak dapat mengikuti demonstrasi dan eksperimen
4. Berilah pengertian sejelas-jelasmya landasan teori dari apa yang hendak di demonstrasikan maupun di
eksperimenkan

Kesimpulan

Metode demonstrasi adalah salah satu metode mengajar dengan menggunakan peragaan untuk memperjelas
suatu pengertian atau untuk memperlihatkan bagaimana melakukan sesuatu dengan jalan mendemonstrasikan
terlebih dulu kepada siswa
Metode ini dapat menghilangkan varbalisme sehingga siswa akan semakin memahami materi pelajaran. Akan
tetapi ada beberapa hal yang perlu di perhatikan agar metode ini dapat berjalan dengan efektif dan efesien.

Metode Eksperimen adalah suatu metode di mana murid melakukan pekerjaan akademis dalam mata pelajaran
tertentu dengan menyaksikan peragaan-peragaan tersebut.
Namun yang perlu di perhatikan oleh guru tentang Metode Demonstrasi dan Eksperimen ialah karna kedua
metode ini memiliki kekurangan dan kelebihan. 

Model pembelajaran Explicit instruction


Model pembelajaran Explicit instruction

A. Pengertian

Pembelajaran langsung khusus dirancang untuk mengembangkan belajar siswa tentang pengetahuan prosedural
dan pengetahuan deklaratif yang dapat diajarkan dengan pola selangkah demi selangkah.

Model Direct Intruction merupakan suatu pendekatan mengajar yang dapat membantu siswa dalam mempelajari
keterampilan dasar dan memperoleh informasi yang dapat diajarkan selangkah demi selangkah. Pendekatan
mengajar ini sering disebut Model Pengajaran Langsung (Kardi dan Nur,2000a :2). Arends (2001:264) juga
mengatakan hal yang sama yaitu :”A teaching model that is aimed at helping student learn basic skills and
knowledge that can be taught in a step-by-step fashion. For our purposes here, the model is labeled the direct
instruction model”. Apabila guru menggunakan model pengajaran langsung ini, guru mempunyai tanggung jawab
untuk mengudentifikasi tujuan pembelajaran dan tanggung jawab yang besar terhadap penstrukturan isi/materi
atau keterampilan, menjelaskan kepada siswa, pemodelan/mendemonstrasikan yang dikombinasikan dengan
latihan, memberikan kesempatan pada siswa untuk berlatih menerapkan konsep atau keterampilan yang telah
dipelajari serta memberikan umpan balik.

Model pengajaran langsung ini dirancang khusus untuk menunjang proses belajar siswa yang berkaitan dengan
pengetahuan prosedural dan pengetahuan deklaratif yang terstruktur dengan baik, yang dapat diajarkan dengan
pola kegiatan yang bertahap, selangkah demi selangkah. Hal yang sama dikemukakan oleh Arends (1997:66)
bahwa: “The direct instruction model was specifically designed to promote student learning of procedural
knowledge and declarative knowledge that is well structured and can be taught in a step-by-step fashion.”

Lebih lanjut Arends (2001:265) menyatakan bahwa: ”Direct instruction is a teacher-centered model that has five
steps:establishing set, explanation and/or demonstration, guided practice, feedback, and extended practiceA
direct instruction lesson requires careful orchestration by the teacher and a learning environment that businesslike
and task-oriented.” Hal yang sama dikemukakan oleh Kardi dan Nur (2000a : 27), bahwa suatu pelajaran dengan
model pengajaran langsung berjalan melalui lima fase: (1) penjelasan tentang tujuan dan mempersiapkan siswa,
(2) pemahaman/presentasi materi ajar yang akan diajarkan atau demonstrasi tentang keterampilan tertentu, (3)
memberikan latihan terbimbing, (4) mengecek pemahaman dan memberikan umpan balik, (5) memberikan
latiham mandiri.

B. Prinsip

Pembelajaran ini cocok untuk menyampaikan materi yang sifatnya algoritma-prosedural, langkah demi langkah
bertahap.
Pembelajaran langsung khusus dirancang untuk mengembangkan belajar siswa tentang pengetahuan prosedural
dan pengetahuan deklaratif yang dapat diajarkan dengan pola selangkah demi selangkah.
Langkah-langkah:
1.Menyampaikan tujuan dan mempersiapkan siswa.
2. Mendemonstrasikan pengetahuan dan ketrampilan.
3. Membimbing pelatihan.
4. Mengecek pemahaman dan memberikan umpan balik.
5. Memberikan kesempatan untuk latihan lanjutan
Sintaknya adalah:
1. sajian informasi kompetensi,
2. mendemontrasikan pengetahuan dan ketrampilan procedural,
3. membimbing pelatihan-penerapan,
4. mengecek pemahaman dan balikan,
5. penyimpulan dan evaluasi,
6. refleksi.
C. Kesimpulan
Model pembelajaran explicit instruction merupakan model pembelajaran secara langsung agar sisiwa dapat
memahami serta benar-benar mengetahui pengetahuan secara menyeluruh dan aktiv dalam suatu pembelajaran.
Jadi model pembelajaran ini sangat cocok diterapakan dikelas dalam materi tertentu yang bersifat dalil
pengetahuan agar proses berpikir siswa dapat mempunyai keterampilan procedural.

D. Kelebihan dan Kekurangan


Kelebihan:
1. Siswa benar-benar dapat menguasai pengetahuannya.
2. Semua siswa aktif / terlibat dalam pembelajaran.
Kekurangan:
1. Memerlukan waktu lama sehingga siswa yang tampil tidak begitu lama.
2. Untuk mata pelajaran tertentu. 

MODEL PEMBELAJARAN CIRC (Cooperative, Integrated, Reading, and Composition)

MODEL PEMBELAJARAN CIRC (Cooperative, Integrated, Reading, and Composition)

A. Pengertian Model Pembelajaran CIRC


Terjemahan bebas dari CIRC adalah komposisi terpadu membaca dan menulis secara koperatif –kelompok.
Model pembelajaran Cooperative Integrated Reading and Composition-CIRC (Kooperatif Terpadu Membaca dan
Menulis) merupakan model pembelajaran khusus Mata pelajaran Bahasa Indonesia dalam rangka membaca dan
menemukan ide pokok, pokok pikiran atau,tema sebuah wacana/kliping.

Model pembelajaran Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC) ini dapat dikategorikan
pembelajaran terpadu.
Menurut Fogarty (1991), berdasarkan sifat keterpaduannya, pembelajaran terpadu dapat dikelompokkan menjadi:
1) model dalam satu disiplin ilmu yang meliputi model connected (keterhubungan) dan model nested (terangkai);
2) model antar bidang studi yang meliputi model sequenced (urutan), model shared (perpaduan), model webbed
(jaring laba-laba), model theaded (bergalur) dan model integreted (terpadu);
3) model dalam lintas siswa.

Dalam pembelajaran CIRC atau pembelajaran terpadu setiap siswa bertanggung jawab terhadap tugas kelompok.
Setiap anggota kelompok saling mengeluarkan ide-ide untuk memahami suatu konsep dan menyelesaikan tugas
(task), sehingga terbentuk pemahaman yang dan pengalaman belajar yang lama. Model pembelajaran ini terus
mengalami perkembangan mulai dari tingkat Sekolah Dasar (SD) hingga sekolah menengah. Proses pembelajaran
ini mendidik siswa berinteraksi sosial dengan lingkungan.
Prinsip belajar terpadu ini sejalan dengan empat pilar pendidikan yang digariskan UNESCO dalam kegiatan
pembelajaran. Empat pilar itu adalah ”belajar untuk mengetahui (learning to know), belajar untuk berbuat
(learning to do), belajar untuk menjadi diri sendiri (learning to be), dan belajar hidup dalam kebersamaan (Learning
to live together), (Depdiknas, 2002).

B. Langkah - Langkah Pembelajaran CIRC


Langkah-langkah pembelajarannya sebagai berikut :
1. Membentuk kelompok yang anggotanya 4 orang siswa secara heterogen.
2. Guru memberikan wacana/kliping sesuai dengan topik pembelajaran.
3. Siswa bekerja sama saling membacakan dan menemukan ide pokok dan memberi tanggapan terhadap
wacana/kliping dan ditulis pada lembar kertas.
4. Mempresentasikan/membacakan hasil kelompok.
5. Guru dan siswa membuat kesimpulan bersama.
6. Penutup.
Dari setiap fase tersebut di atas dapat kita perhatikan dengan jelas sebagai berikut:
a. Fase Pertama, Pengenalan konsep. Fase ini guru mulai mengenalkan tentang suatu konsep atau istilah baru yang
mengacu pada hasil penemuan selama eksplorasi. Pengenalan bisa didapat dari keterangan guru, buku paket, atau
media lainnya.
b. Fase Kedua, Eksplorasi dan aplikasi. Fase ini memberikan peluang pada siswa untuk mengungkap pengetahuan
awalnya, mengembangkan pengetahuan baru, dan menjelaskan fenomena yang mereka alami dengan bimbingan
guru minimal. Hal ini menyebabkan terjadinya konflik kognitif pada diri mereka dan berusaha melakukan pengujian
dan berdiskusi untuk menjelaskan hasil observasinya. Pada dasarnya, tujuan fase ini untuk membangkitkan minat,
rasa ingin tahu serta menerapkan konsepsi awal siswa terhadap kegiatan pembelajaran dengan memulai dari hal
yang kongkrit. Selama proses ini siswa belajar melalui tindakan-tindakan mereka sendiri dan reaksi-reaksi dalam
situasi baru yang masih berhubungan, juga terbukti menjadi sangat efektif untuk menggiring siswa merancang
eksperimen, demonstrasi untuk diujikannya.
c. Fase Ketiga, Publikasi. Pada fase ini Siswa mampu mengkomunikasikan hasil temuan-temuan, membuktikan,
memperagakan tentang materi yang dibahas. Penemuan itu dapat bersifat sebagai sesuatu yang baru atau sekedar
membuktikan hasil pengamatannya.. Siswa dapat memberikan pembuktian terkaan gagasan-gagasan barunya
untuk diketahui oleh teman-teman sekelasnya. Siswa siap menerima kritikan, saran atau sebaliknya saling
memperkuat argumen.

C. Kelebihan Model Pembelajaran CIRC


Kelebihan dari model pembelajaran terpadu atau (CIRC) antara lain:
1) Pengalaman dan kegiatan belajar anak didik akan selalu relevan dengan tingkat perkembangan anak;
2) kegiatan yang dipilih sesuai dengan dan bertolak dari minat siswa dan kebutuhan anak;
3) seluruh kegiatan belajar lebih bermakna bagi anak didik sehingga hasil belajar anak didik akan dapat bertahan
lebih lama;
4) pembelajaran terpadu dapat menumbuh-kembangkan keterampilan berpikir anak;
5) pembelajaran terpadu menyajikan kegiatan yang bersifat pragmatis (bermanfaat) sesuai dengan permasalahan
yang sering ditemuai dalam lingkungan anak;
6) pembelajaran terpadu dapat menumbuhkan motivasi belajar siswa kearah belajar yang dinamis, optimal dan
tepat guna;
7) menumbuhkembangkan interaksi sosial anak seperti kerjasama, toleransi, komunikasi dan respek terhadap
gagasan orang lain;
8) membangkitkan motivasi belajar, memperluas wawasan dan aspirasi guru dalam mengajar (Saifulloh, 2003).

D. Kekurangan Model Pembelajaran CIRC


Kerurangan dari model pembelajaran CIRC tersebut antara lain:
Dalam model pembelajaran ini hanya dapat dipakai untuk mata pelajaran yang menggunakan bahasa, sehingga
model ini tidak dapat dipakai untuk mata pelajaran seperti: matematika dan mata pelajaran lain yang
menggunakan prinsip menghitung.

E. Kesimpulan
Model pembelajaran ini sangat bagus dipakai karena dengan menggunakan model ini siswa dapat memahami
secara langsung peristiwa yang terjadi di dalam kehidupan dengan materi yang dijelaskan.
MODEL PEMBELAJARAN INSIDE – OUTSIDE – CIRCLE (LINGKARAN BESAR –
LINGKARAN KECIL)

MODEL PEMBELAJARAN INSIDE – OUTSIDE – CIRCLE (LINGKARAN BESAR – LINGKARAN KECIL)

Teknik mengajar lingkaran besar dan lingkaran kecil (inside – outside – circle) dikembangkan oleh Spencer Kagan
untuk memberikan kesempatan pada siswa agar saling berbagi informasi pada saat yang bersamaan.
Bahan pelajaran yang paling cocok digunakan dengan teknik ini adalah bahan yang membutuhkan pertukaran
pikiran dan informasi antar siswa. Salah satu keunggulan teknik ini adalah adanya struktur yang jelas yang
memungkinkan siswa untuk berbagi dengan pasangan yang berbeda dengan singkat danteratur. Selain itu siswa
bekerja dengan sesama siswa dalam suasana gotong royong dan mempunyai banyak kesempatan untuk mengolah
informasi dan meningkatkan keterampilan berkomunikasi.

Langkah-langkah :
1. Separuh kelas (atau seperempat jika jumlah siswa terlalu banyak) berdiri membentuk lingkaran kecil dan
menghadap ke luar.
2. Separuh kelas lainnya membentuk lingkaran diluar lingkaran pertama menghadap ke dalam.
3. Dua siswa yang berpasangan dari lingkaran kecil danhttp://www.scribd.com/doc/50827028/73/INSIDE-
OUTSIDE-CIRCLE-LINGKARAN-KECIL-LINGKARAN-BESAR besar berbagi informasi. Pertukaran informasi bisa
dilakukan oleh semua pasangan dalam waktu yang bersamaan.
4. Kemudian siswa yang di lingkaran kecil diam di tempat, sementara siswa yang di lingkaran besar bergeser, satu
atau dua langkah searah jarum jam.
5. Sekarang giliran siswa berada di lingkaran besar yang membagi informasi demikian seterusnya.

Siswa saling membagi informasi pada saat yang bersamaan dengan pasangan yang berbeda dengan singkat dan
teratur.

Kelebihan :
Mendapatkan informasi yang berbeda pada saat yang bersamaan.
Kekurangan :
 Membutuhkan ruang kelas yang besar.
 Terlalu lama sehingga tidak konsentrasi dan disalahgunakan untuk bergurau, juga rumit untuk dilakukan.

Materi yang cocok dengan model pembelajaran.


1. IPA kelas 5 Bab V
Penyesuaian Makhluk Hidup
a. Penyesuaian diri pada hewan
1. Penyesuaian diri untuk memperoleh makanan.
2. Penyesuaian diri untuk melindungi diri dari musuhnya.
b. Penyesuaian diri pada tumbuhan
1. Penyesuaian diri tumbuhan dengan lingkungan tertentu.
2. Penyesuaian diri untuk melindungi diri dari musuhnya.

Alasan :
Pada pembelajaran dengan menggunakan model outside - inside - circle (lingkaran besar - lingkaran kecil) ini.
Terlebih dahulu guru menyampaikan informasi dengan menjelaskan isi materi (penyesuaian makhluk hidup).
Menurut saya materi penyesuaian makhluk hidup sangat cocok untuk model outside - inside - circle (lingkaran
besar - lingkaran kecil). Karena materi ini sering ditemui anak dalam kehidupan sehari-hari, melalui penjelasan dari
guru tentang penyesuaian makhluk hidup maka anak memadukan apa yang dilihatnya dalam kehidupan sehari-hari
dengan informasi yang disampaikan oleh guru, sehingga pada saat anak membentuk lingkaran besar dan lingkaran
kecil yang selanjutnya anak akan menyampaikan informasi, anak mudah mengingat informasi yang akan dia
sampaikan kepada teman pasangannya, materi ini juga memiliki cakupan isi/materi yang cukup banyak sehingga
memudahkan guru untuk membagi materi sesuai dengan siswa yang membentuk lingkaran, karna masing masing-
masing anak membawa informasi yang berbeda untuk teman pasangannya.

2. IPA Kelas 5 Bab XIV


Sumber Daya Alam
a. Sumber Daya Alam di Lingkungan Sekitar
1. Sumber daya alam yang dapat diperbaharui
2. Sumber daya alam yang tidak dapat diperbaharui
b. Penggunaan Sumber Daya Alam
1. Mineral
2. Kegiatan manusia yang mengubah permukaan bumi

Alasan :
Pada pembelajaran menggunakan model outside - inside - circle (lingkaran besar - lingkaran kecil). saya materi ini
cocok untuk model inside (outside - circle) (lingkaran besar - lingkaran kecil) karena materinya dapat
dikembangkan oleh anak berdasarkan pengetahuan dan pengalaman mereka. Misalnya : materi tentang kegiatan
manusia yang mengubah permukaan bumi, jika guru menggunakan soal pertanyaan dalam pertukaran pikiran dan
informasi untuk setiap anak, maka mempermudah pekerjaan guru dalam membuat pertanyaan, pertanyaan yang
sama dapat diberikan kepada beberapa anak, karena kemungkinan jawaban yang akan mereka dapat dari teman
pasangannya berbeda. Dengan model pembelajaran outside - inside - circle materi akan mudah dipahami oleh
anak karena materi ini dapat disampaikan dengan singkat dan eratur, misalnya berkaitan dengan sumber daya
alam yang dapat diperbaharui, dan tidak dapat diperbaharui, sehingga dengan model pembelajaran outside -
inside - circle ini cakupan materi yang cukup luas dapat dipahami dan dikembangkan oleh anak.

3. Pendidikan kewarganegaraan kls XI Semester II


Pentingnya nilai dalam kehidupan
 Pentingnya nilai dalam kehidupan bangsa
 Pancasila sebagai sumber nilai
a. Pancasila sebagai sumber nilai hokum
b. Pancasila sebagai sumber nilai etik
Menurut saya materi ini cocok dan bias digunakan dalam model pembelajaran IOC dikarnakan materi yang
disampaikan tidak terlalu sulit dan melatih tingkat pemikiran siswa karna yang dibahas dalam materi ini
menyangkut kehidupan sehari-hari dan bangsa.

Contoh RPP model pembelajaran ini :

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ( RPP )


Model pembelajaran IOC

Mata Pelajaran : Pendidikan Kewarganegaraan


Kelas / semester : XI / (dua)
Hari / tanggal :
Alokasi Waktu : 2 JP x 40 menit
St standar Kompetisi :
Menganalisis pentingnya nilai dalam kehidupan

K kompetisi Dasar :
Mendiskripsikan pentingnya nilai dalam kehidupan bangsa
Mendeskripsiskan pancasila sebagai sumber nilai
Mendeskripsikan nilai pancasila sebagai sumber norma hokum
Mendeskripsikan nilai pancasila sebagai sumber norma etik

A. Indikator :
Menjelaskan pentingnya nilai pancasila dalam kehidupan

B. Tujuan pembelajaran :
1. memahami pentingnya nilai dalam kehidupan
2. Mengetahui pentingnya nilai pancasila sebagai norma hukum
3. Mengetahui pentingnya pancasila sebagai sumber nilai etik

C. Materi pembelajaran :
• LKS Pendidikan kewarganegaran untu SMA kelas XI semeeter II
Nilai sosial adalah nilai yang dianut oleh suatu masyarakat, mengenai apa yang dianggap baik dan apa yang
dianggap buruk oleh masyarakat. Sebagai contoh, orang menanggap menolong memiliki nilai baik, sedangkan
mencuri bernilai buruk. Woods mendefinisikan nilai sosial sebagai petunjuk umum yang telah berlangsung lama,
yang mengarahkan tingkah laku dan kepuasan dalam kehidupan sehari-hari.
pancasila sebagai dasar negara dan ideologi nasional membawa
konsekuensi logis bahwa nilai-nilai pancasila dijadikan landasan pokok, landasan
fundamental bagi penyelenggaraan negara Indonesia.
Nilai-nilai pancasila selanjutnya dijabarkan dalam berbagai peraturan
perundangam yang ada. Perundang-undangan, ketetapan, keputusan, kebijaksanaan
pemerintah, program-program pembangunan, dan peraturan-peraturan lain pada
hakikatnya merupakan nilai instrumental sebagai penjabaran dari nilai-nilai
dasar pancasila.
Upaya lain dalam mewujudkan pancasila sebagai sumber nilai adalah dengan
menjadikan nilai dasar Pancasila sebagai sumber pembentukan norma etik (norma
moral) dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Nilai-nilai
pancasila adalah nilai moral
D. Metode Pembelajaran
1. Kerja kelompok
2. Presentasi
3. Diskusi
4. Tanya jawab
E. Langkah-langkah Pembelajaran :
1. Pendahuluan
1) Salam, sapa dan berdo’a bersama
2) Apersepsi tentang materi
3) Membagi kelompok yng anggotanya 4 orang secara heterogen berdasarkan tingkat kemampuan membaca.
2. Kegiatan Inti
1) Menjelaskan pembagian tugas kelompok
2) Guru memberikan wacana / kliping sesuai topic pembelajaran
3) Siswa bekerjasama saling membacakan dan menemukan ide pokok dan memberi tanggapan terhadap wacana /
kliping dan ditulis pada lembar kerja.
4) Mempresentasikan / membaca hasil kelompok.
3. Kegiatan akhir
1) Guru menyimpulkan materi bersama murid
2) Penutup

F. Sumber bahan :
- Buku paket buku paket pendidikan kewarganegaraan kelas XI semester II
- LKS Pendidikan kewarganegaran untu SMA kelas XI semeeter II
- Kliping tentang pentingnya nilai dalm kehidupan berbangsa dan bernegara

G. Penilaian
- Test perbuatan dalam kegiatan
- Tes lisan 

MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIVE LEARNING (TEBAK KATA)

MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIVE LEARNING (TEBAK KATA)

A. Pengertian
Metode ini berguna untuk kelas yang aktif dalam kelas. Pengertian aktif terdapat 2 (dua) macam, yaitu:
1. aktif dalam arti selalu atau suka berbicara meski tidak dalam pembelajaran,
2. aktif dalam arti siswa mau dan mampu berfikir dan bertanya jika menemukan kesulitan.

Dalam buku Cooperative Learning PAIKEM oleh Agus Suprijono menjelaskan pembelajaran aktif yaitu;
Pembelajaran adalah proses belajar dengan menempatkan peserta didik sebagai center stage performance,
dengan proses pembelajaran yang menarik sehingga siswa dapat merespon pemelajaran dengan suasana yang
menyenangkan. Sedangkan aktif adalah siswa atau peserta didik mampu dan dapat bertanya, mempertanyakan,
dan mengemukakan gagasan.
Maka dari itu, berlangsungnya proses pembelajaran tidak terlepas dengan lingkungan sekitar atau tidak terbatas
pada empat dinding kelas. Melainkan pembelajaran dapat terlaksana dengan pendekatan lingkungan menghapus
kejenuhan dan menciptakan peserta didik yang cinta terhadap lingkungan sekitar. Sedikit contoh metode
Pembelajaran Aktif yaitu dengan Metode Tebak kata.
Model pembelajaran tebak kata adalah model pembelajaran yang menggunakan media kartu teka-teki yang
berpasangan dengan kartu jawaban teka-teki. Permainan tebak kata dilaksanakan dengan cara siswa menjodohkan
kartu soal teka-teki dengan kartu jawaban yang tepat. Melalui permainan tebak kata, selain anak menjadi tertarik
untuk belajar juga memudahkan dalam menanamkan konsep pelajaran IPS dalam ingatan siswa. Jadi, guru
mengajak siswa untuk bermain tebak kata dengan menggunakan media kartu dari kertas karton dalam mata
pelajaran IPS.

Dalam menerapkan metode permainan ada beberapa hal yang harus disiapkan adalah sebagai berikut :
1. siapkan materi yang akan di sampaikan.
2. siapkan bahan ajar yang di butuhkan.
3. siapkan kata kunci yang akan di pertanyakan.
Media: :
Buat kartu ukuran 10X10 cm dan isilah ciri-ciri atau kata-kata lainnya yang mengarah pada jawaban (istilah) pada
kartu yang ingin ditebak. Buat kartu ukuran 5X2 cm untuk menulis kata-kata atau istilah yang mau ditebak (kartu
ini nanti dilipat dan ditempel pada dahi ataudiselipkan di telinga.

Langkah-langkah :
1. Guru menjelaskan kompetensi yang ingin dicapai atau materi ± 45 menit.
2. Guru menyuruh siswa berdiri berpasangan di depan kelas
3. Seorang siswa diberi kartu yang berukuran 10×10 cm yang nanti dibacakan pada pasangannya. Seorang siswa
yang lainnya diberi kartu yang berukuran 5×2 cm yang isinya tidak boleh dibaca (dilipat) kemudian ditempelkan di
dahi atau diselipkan ditelinga.
4. Sementara siswa membawa kartu 10×10 cm membacakan kata-kata yang tertulis didalamnya sementara
pasangannya menebak apa yang dimaksud dalam kartu 10×10 cm. jawaban tepat bila sesuai dengan isi kartu yang
ditempelkan di dahi atau telinga.
5. Apabila jawabannya tepat (sesuai yang tertulis di kartu) maka pasangan itu boleh duduk. Bila belum tepat pada
waktu yang telah ditetapkan boleh mengarahkan dengan kata-kata lain asal jangan langsung memberi jawabannya.
6. Dan seterusnya

CONTOH KARTU:
BERDASARKAN SIKAP YANG DITUNJUKKAN.
• tidak memandang perbedaan sebagai usaha mencari alternatif
• yang dicari adalah kambing hitam bukan peraturannya yang mungkin salah.

TIPE BUDAYA POLITIK APAKAH AKU...?

JAWABAN:

TIPE BUDAYA POLITIK MILITAN

B. Prinsip atau Ciri-Ciri


• Pembelajaran berlangsung menyenangkan
• Siswa diarahkan untuk aktif
• Menggunakan media kartu
C. Kelebihan dan Kekurangan dalam Pemanfaatannya
• Kelebihannya :
a. anak akan mempunyai kekayaan bahasa.
b. Sangat menarik sehingga setiap siswa ingin mencobanya.
c. Siswa menjadi tertarik untuk belajar
d. memudahkan dalam menanamkan konsep pelajaran dalam ingatan siswa.
• Kekurangannya :
a. memerlukan waktu yang lama sehingga materi sulit tersampaikan.
b. Bila siswa tidak menjawab dengan benar maka tidak semua siswa dapat maju karena waktu terbatas.
D. Kesimpulan
Jadi, mopdel pembelajaran Tebak Kata merupakan salah satu model pembelajaran Cooperative Lerning, dengan
proses pembelajaran yang menarik agar siswa menjadi berminat atau tertarik untuk belajar, mempermudah dalam
menanamkan konsep-konsep dalam ingatan siswa. Selain itu siswa juga diarahkan untuk aktif, yaitu siswa atau
peserta didik mampu dan dapat bertanya, mempertanyakan, dan mengemukakan gagasan. 

MODEL PEMBELAJARAN WORD SQUARE

MODEL PEMBELAJARAN WORD SQUARE

·         Pengertian 

Model pembelajaran Word Square merupakan pengembangan dari metode ceramah yang diperkaya. Hal ini dapat
diidentifikasi melalui pengelompokkan metode ceramah yang diperkaya yang berorientasi kepada keaktifan siswa
dalam pembelajaran sebagaimana disebutkan oleh Mujiman (2007)

Model Pembelajaran Word Square merupakan model pembelajaran yang memadukan kemampuan menjawab


pertanyaan dengan kejelian dalam mencocokan jawaban pada kotak-kotak jawaban. Mirip seperti mengisi  Teka-
Teki Silang tetapi bedanya jawabannya sudah ada namun disamarkan dengan menambahkan kotak tambahan
dengan sembarang huruf/angka penyamar atau pengecoh. Model pembelajaran ini sesuai untuk semua mata
pelajaran.Tinggal bagaimana Guru dapat memprogram sejumlah pertanyaan terpilih yang dapat merangsang siswa
untuk berpikir efektif. Tujuan huruf/angka pengecoh bukan untuk mempersulit siswa namun untuk melatih sikap
teliti dan kritis.
Word Square merupakan salah satu dari sekian banyak metode pembelajaran yang dapat dipergunakan guru
dalam mencapai tujuan pembelajaran. Metode ini merupakan kegiatan belajar mengajar dengan cara guru
membagikan lembar kegiatan atau lembar kerja sebagai alat untuk mengukur tingkat pemahaman siswa terhadap
materi pelajaran yang telah diajarkan. 

Instrument utama metode ini adalah lembar kegiatan atau kerja berupa pertanyaan atau kalimat yang perlu dicari
jawabannya pada susunan huruf acak pada kolom yang telah disediakan.

·         Langkah-Langkah Model Pembelajaran Word Square

Langkah-langkah Model Pembelajaran Word Square adalah sebagai berikut :

1.      Guru menyampaikan materi sesuai kompetensi yang ingin dicapai.

2.      Guru membagikan lembaran kegiatan sesuai contoh.

3.      Siswa menjawab soal kemudian mengarsir huruf dalam kotak sesuai jawaban secara vertikal, horizontal
maupun diagonal.

4.      Berikan poin setiap jawaban dalam kotak.

CONTOH JAWABAN (Untuk Mapel PKn)

S Y E N I E K K K

A G U A N D M E N

N B A R T I R T D

G A N R N R S U S

U D G T U T G R Z

I O O L S A I U I

N R P A I P A N F

I A S O L I O A U

S R I N H B C N U

CONTOH SOALNYA :

1.      Asas dalam menentukan kewarganegaraan seseorang berdasarkan tempat orang tersebut dilahirkan disebut
asas…

2.      Negara Indonesia memakai asas kewarganegaraan berdasarkan keturunan yang disebut asas ius…

3.      Seseorang yang mempunyai dua kewarganegaraan dari  dua Negara yang berbeda disebut...

4.      Hak dimiliki seseorang untuk memilih kewarganegaraannya disebut hak...

5.      Penentuan kewarganegaraan seseorang berdasarkan kelahiran dan…


·         Kekurangan dan Kelebihan Model Pmebelajaran Word Square

Beberapa kelebihan dari model pembelajaran Word Square yaitu:

1.      Kegiatan tersebut mendorong pemahaman siswa terhadap materi pelajaran. 

2.      Melatih untuk berdisiplin.

3.      Dapat melatih sikap teliti dan kritis.

4.      Merangsang siswa untuk berpikir efektif.

Model pembelajaran ini mampu sebagai pendorong dan penguat siswa terhadap materi yang disampaikan. Melatih
ketelitian dan ketepatan dalam menjawab dan mencari jawaban dalam lembar kerja. Dan tentu saja yang
ditekankan disini adalah dalam berpikir efektif, jawaban mana yang paling tepat.

Sedangkan beberapa kekurangan dari model pembelajaran word square yaitu:

1.      Mematikan kreatifitas siswa. 

2.      Siswa tinggal menerima bahan mentah.

3.      Siswa tidak dapat mengembangkan materi yang ada dengan kemampuan atau potensi yang dimilikinya.

Dalam model pembelajaran ini siswa tidak dapat mengembangkan kreativitas masing-masing, dan lebih banyak
berpusat pada guru. Karena siswa hanya menerima apa yang disampaikan oleh guru, dan jawaban dari lembar
kerja pun tidak bersifat analisis, sehingga siswa tidak dapat menggali lebih dalam materi yang ada dengan model
pembelajaran word square ini.

Dari penjelasan tentang model pembelajaran word square maka dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran
word square adalah suatu pengembangan dari metode ceramah namun untuk mengetahui pemahaman siswa
tentang materi yang telah disampaikan maka diberikan lembar kerja yang didalamnya berisi soal dan jawaban yang
terdapat dalam kotak kata. Membutuhkan suatu kejelian dan ketelitian dalam mencari pilihan jawaban yang ada
dengan tepat. Namun sebagaimanan model pembelajaran yang lainnya, model pembelajaran word square
mempunyai kekurangan dan kelebihan. Kekurangan dari model pembelajaran ini yaitu siswa hanya menerima
bahan mentah dari guru dan tidak dapat mengembangkan kreativitasnya, karena siswa hanya dituntut untuk
mencari jawaban bukan untuk mengembangkan pikiran siswa masing-masing. Sedangkan kelebihannya yaitu
meningkatkan ketelitian, kritis dan berfikir efektif siswa. Karena siswa dituntut untuk mencari jawaban yang paling
tepat dan harus jeli dalam mencari jawaban yangada dalam lembar kerja.
Model pembelajaran Scramble
Model Pembelajaran Scramble tampak seperti Model Pembelajaran Word Square, bedanya jawaban soal tidak
dituliskan di dalam kotak-kotak jawaban, tetapi sudah dituliskan namun dengan susunan yang acak, nah siswa
nanti bertugas mengkoreksi ( membolak-balik huruf ) jawaban tersebut sehingga menjadi jawaban yang tepat/
benar.
Model pembelajaran scramble tampak seperti model pembelajaran word square, bedanya jawaban soal tidak
dituliskan di dalam kotak-kotak jawaban, tetapi sudah dituliskan, namun dengan susunan yang acak, jadi siswa
bertugas mengoreksi (membolak-balik huruf) jawaban tersebut sehingga menjadi jawaban yang tepat / benar.

Kelebihan Model pembelajaran Scramble :


1. Memudahkan mencari jawaban
2. Mendorong siswa untuk belajar mengerjakan soal tersebut
3. Semua siswa terlibat
4. Kegiatan tersw dapat mendorong pemahaman siswa terhadap materi pelajaran
5. Melatih untuk disiplin

Kekurangan model pembelajaran scramble


1. Siswa kurang berfikir kritis
2. Bisa saja mencontek jawaban teman lainnya
3. Mematikan kreatifitas siswa
4. Siswa tinggal menerima bahan mentah

Langkah-langkah Model pembelajaran scramble :


1. Guru menyajikan materi sesuai topic, misalnya guru menyajikan materi pelajaran tentang “Tata Surya”
2. Setelah selesai menjelaskan tentang Tata Surya, guru membagikan lembar kerja dengan jawaban yang diacak
susunannya.
3. Media yang digunakan dalam model pembelajaran scramble :
4. Buat pertanyaan yang sesuai dengan TPK
5. Buat jawaban yang diacak hurufnya

Media :
Buatlah pertanyaan yang sesuai dengan kompetensi yang ingin dicapai
Buat jawaban yang diacak hurufnya
Langkah-langkah pembelajarannya sebagai berikut :
Guru menyajikan materi sesuai kompetensi yang ingin dicapai.
Membagikan lembar kerja sesuai contoh.
Susunlah huruf-huruf pada kolom B sehingga merupakan kata kunci (jawaban) dari pertanyaan pada kolom A!

Kolom A

1. Sebelum mengenal uang orang melakukan pertukaran dengan cara …


2. … digunakan sebagai alat pembayaran yang sah
3. Uang … saat ini banyak dipalsukan
4. Nilai bahan pembuatan uang disebut nilai …
5. Kemampuan uang untuk ditukar dengan sejumlah barang atau jasa disebut nilai …
6. Nilai perbandingan uang dalam negeri dengan mata uang asing disebut …
7. Nilai yang tertulis pada uang disebut nilai …
8. dorongan seseorang menyimpan uang untuk keperluan jual beli disebut …
9. perintah tertulis dari seseorang yang mempunyai rekening di bank untuk membayar sejumlah uang disebut …

Kolom B

1. TARREB ……………………………. ( Contoh : jawaban yang benar……BARTER )


2. GANU …………………………………
3. TRASEK ………………………………
4. KISTRINI ………………………………
5. LIRI ………………………………………
6. SRUK …………………………………
7. MINALON ………………………….
8. SAKSITRAN …………………………
9. KEC ……………………………………

MODEL PEMBELAJARAN 

TAKE AND GIVE

      A.    Pengertian Model Pembelajaran Take and Give

Model Pembelajaran menerima dan memberi (Take and Give) merupakan model pembelajaran yang memiliki
sintaks, menuntut siswa mampu memahami materi pelajaran yang diberikan  guru dan teman sebayanya (siswa
lain).

Kelebihan :

         Siswa akan lebih cepat memahami penguasaan materi dan informasi karena mendapatkan informasi
dari      guru dan siswa yang lain.

         Dapat menghemat waktu dalam pemahaman dan  penguasaan siswa akan informasi.

Kelemahan:

         Bila informasi yang disampaikan siswa kurang tepat (salah) maka informasi yang diterima siswa lain
pun akan kurang tepat. 

     B.     Media Model Pembelajaran Take and Give

     a)      Siapkan Kartu dengan ukuran 10 x 15 cm untuk sejumlah siswa.

     b)      Setiap kartu berisi nama siswa, bahan belajar (sub materi) dan nama yang diberi informasi, kompetensi dan
sajian materi.

1.                              Contoh Kartu :

NAMA SISWA :

SUB MATERI  :

NAMA YANG DIBERI :

1.

2.
3. dst.

     C.    Langkah-langkah Umum

     1.      Guru menyiapkan kelas sebagaimana mestinya.

     2.      Guru menjelaskan materi sesuai kompetensi yang sudah direncanakan selama 45 menit.

     3.      Untuk memantapkan penguasaan siswa akan materi yang sudah dijelaskan, setiap siswa diberikan satu
kartu untuk dipelajari (dihapal) selama 5 menit.

     4.      Kemudian guru meminta semua siswa berdiri dan mencari teman pasangan untuk saling menginformasikan
materi yang telah diterimanya. Tiap siswa harus mencatat nama teman pasangannya pada kartu yang sudah
diberikan.

     5.      Demikian seterusnya sampai semua siswa dapat saling memberi dan menerima materi masing-masing (take
and give).

     6.      Guru mengevaluasi keberhasilan model pembelajaran take and give dengan memberikan siswa pertanyaan
yang tidak sesuai dengan kartunya (kartu orang lain).

     7.      Guru dan siswa membuat kesimpulan bersama mengenai materi pelajaran.

     8.      Guru menutup pelajaran.

     D.    Materi  Pembelajaran IPA yang Sesuai untuk Model Pembelajaran Take and Give

     1.      Materi Pelajaran IPA kelas 5

         Bab  I  Alat Pernafasan

Sub Materi : Alat pernafasan pada manusia

         Bab II  Pencernaan Makanan Pada Manusia

Sub Materi : Alat pencernaan pada manusia

         Bab V Penyesuaian Diri Makhluk Hidup terhadap Lingkungannya.

Sub Materi : Cara hewan menyesuaikan diri dengan lingkungannya.

     2.      Materi Pelajaran IPA kelas 6

         Bab 1 Ciri Khusus Makhluk Hidup

Sub Materi :  ciri khusus hewan terhadap lingkungannya.

         Bab 4 Keseimbangan Ekosistem

Sub Materi : kegiatan manusia yang dapat mempengaruhi keseimbangan ekosistem.

         Bab 11 Energi dalam kehidupan Sehari-hari

Sub Materi : guna energi listrik dalam rumah tangga

     E.     Alasan Pemilihan Materi  yang Sesuai


Pemilihan materi yang sesuai untuk model pembelajaran take and give adalah materi yang mengandung informasi
yang singkat, jelas dan padat. Hal ini dikarenakan   model pembelajaran ini lebih menekankan pada unsur ingatan
dengan materi yang ringan dan mudah serta membutuhkan pemahaman yang cepat. Pembelajaran model ini pun
tidak memerlukan pemahaman materi dengan teknik pelajaran praktek maupun diskusi. 

Model Pembelajaran Consept Sentence

Model Pembelajaran Consept Sentence

Metodologi mengajar adalah ilmu yang mempelajari cara-cara untuk melakukan aktivitas yang tersistem dari
sebuah lingkungan yang terdiri dari pendidik dan peserta didik untuk saling berinteraksi dalam melakukan suatu
kegiatan sehingga proses belajar berjalan dengan baik dalam arti tujuan pengajaran tercapai.

Agar tujuan pengajaran tercapai sesuai dengan yang telah dirumuskan oleh pendidik, maka perlu mengetahui,
mempelajari beberapa metode mengajar, serta dipraktekkan pada saat mengajar.
Pengertian
Consepct sentence merupakan salah satu teknik dari cooperative Learning,dimana siswa belajar dengan
kelompoknya untuk membuat beberapa kalimat sesuai dengan kata kunci yang telah diberikan oleh guru kepada
siswa.Pembentukan kelompok didasarkan pada kartu kata yang dimiliki oleh setiap siswa.Setiap siswa membentuk
satu kalimat yang telah dipelajari sebelumnya.Consecptsentence ini dibuat seperti games sehingga siswa
bersemangat untuk memenangkan games ini.Setiap kelompok akan membahas pola kalimat yang telah diberikan
oleh guru ,setelah diberikan batas waktu tertentu ,maka setiap kelompok harus mengirim wakil dari masing-
masing kelompok sebanyak dua orang kedepan .Wakil dari kelompok diharuskan membuat beberapa dari kata
kunci yang ada berdasarkan kata kunci yang telah diberikan
Proses kelompok terjadi ketika anggota kelompok mendiskusikan seberapa baik mereka mencapai tujuan dan
memelihara kerjasama yang efektif. Para siswa perlu mengetahui tingkat-tingkat keberhasilan pencapaian tujuan
dan efektivitas kerjasama yang telah dilakukan.
Untuk memperoleh informasi itu, para siswa perlu mengadakan perbaikan-perbaikan secara sistematis tentang
bagaimana mereka telah bekerja sama sebagai satu tim, dalam hal :

• Seberapa baik tingkat pencapaian tujuan kelompok


• Bagaimana mereka saling membantu satu sama lain
• Bagaimana mereka bersikap dan bertingkah laku positif untuk memungkinkan setiap individu dan kelompok
secara keseluruhan menjadi berhasil, dan
• Apa yang mereka butuhkan untik melakukan tugas-tugas yang akan datang supaya lebih berhasil.

Ciri-ciri
Siswa dibentuk kelompok heterogen dan membuat kalimat dengan minimal 4 kata kunci sesuai materi yang
disajikan.
Langkah-langkah:
1. Guru menyampaikan tujuan.
2. Guru menyajikan materi secukupnya.
3. Guru membentuk kelompok yang anggotanya kurang lebih 4 orang secara heterogen.
4. Menyajikan beberapa kata kunci sesuai materi/ topik yang disajikan.
5. Tiap kelompok disuruh membuat beberapa kalimat dengan menggunakan minimal 4 kata kunci setiap kalimat.
6. Hasil diskusi kelompok didiskusikan lagi secara pleno yang dipandu guru.
7. Kesimpulan.
Kelebihan:
1. Lebih memahami kata kunci dari materi pokok pelajaran.
2. Siswa yang lebih pandai mengajari siswa yang kurang pandai.
Kekurangan:
1. Hanya untuk mata pelajaran tertentu.
2. Untuk yang pasif mengambil jawaban dari temannya. 

Model Pembelajaran Complete Sentence

Model Pembelajaran Complete Sentence

1. Pengertian
Model pembelajaran complete sentence adalah model pembelajaran mudah dan sederhana di mana siswa belajar
melengkapi paragraf yang belum sempurna dengan menggunakan kunci jawaban yang tersedia.

Langkah-langkah pembelajarannya sebagai berikut :


1. Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai.
2. Guru Menyampaikan materi secukupnya atau siswa disuruh membacakan buku atau modul dengan waktu
secukupnya.
3. Guru membentuk kelompok 2 atau 3 orang secara heterogen.
4. Guru membagikan lembar kerja berupa paragraf yang kalimatnya belum lengkap.
5. Siswa berdiskusi untuk melengkapi kalimat dengan kunci jawaban yang tersedia.
6. Siswa berdiskusi secara berkelompok.
7. Setelah jawaban didiskusikan, jawaban yang salah diperbaiki. Tiap peserta membaca sampai mengerti atau
hafal.
8. Kesimpulan.A

2. Prinsip/ ciri-ciri Complete sentence


a. Soal yang disampaikan berupa kalimat yang belum lengkap, sehingga makna/ arti kalimat tersebut belum dapat
dimengerti
b. Kalimat yang banyak dan saling berkaitan dalam sebuah paragrap, dan belum sempurna serta belum dimengerti
maknanya
c. Kalimat dapat dilengkapi dengan pilihan kata yang disediakan
d. Harus diisi dengan kata-kata tertentu, misal istilah keilmuan/ kata asing.
e. Jawaban dari kalimat yang belum lengkap itu sudah disediakan
3. Kelebihan/kekurangan model pembelajaran complete sentence
a. Kelebihan
1. Mudah dibuat guru, hanya dengan menghilangan satu kata dalam kalimat
2. Siswa tidak perlu menjelaskan jawabannya, hanya perlu memadukan rumpang/tidak jawabannya.
3. Siswa diajarkan untuk mengerti dan hafal mengenai materi

b. Kekurangan
1. Guru kurang kreatif dan inovasi dalam membuat soal
2. Siswa kurang terpacu mencari jawaban karena hanya cukup menebak kata, karena biasanya hanya kata hubung.
3. Kurang cocok untuk dipergunakan dalam setiap bidang studi.

4. Kesimpulan
Model pembelajaran complete sentence adalah model pembelajaran yang sederhana di mana siswa belajar
melengkapi paragraf yang belum sempurna dengan menggunakan kunci jawaban yang tersedia. Model
pembelajaran ini sebenarna mempermudah guru namun terkadang gurunya kurang inovatif dan kreatif dalam
membuat soalnya. Dan siswanya kurang terpacu untuk mencari jawabannya karena hanya tinggal menebak kaata-
kata yang rumpang yang jawabannya telah disediakan. 

PEMBELAJARAN TIME TOKEN

PEMBELAJARAN TIME TOKEN

A. MODEL PEMBELAJARAN TIME TOKEN

Model pembelajaran Time Token Arends merupakan salah satu contoh kecil dari penerapan pembelajaran yang
demokratis di sekolah. Proses pembelajaran yang demokratis adalah proses belajar yang menempatkan siswa
sebagai subyek. Mereka harus mengalami sebuah perubahan ke arah yang lebih positif. Dari yang tidak bisa
menjadi bisa, dari tidak paham menjadi paham, dan dari tidak tahu menjadi tahu. Di sepanjang proses belajar itu,
aktivitas siswa menjadi titik perhatian utama. Dengan kata lain mereka selalu dilibatkan secara aktif. Guru dapat
berperan untuk mengajak siswa mencari solusi bersama terhadap permasalahan yang ditemui.
Model ini digunakan (Arends, 1998) untuk melatih dan mengembangkan ketrampilan sosial agar siswa tidak
mendominasi pembicaraan atau diam sama sekali. Guru memberi sejumlah kupon berbicara dengan waktu ± 30
detik per kupon pada tiap siswa. Sebelum berbicara, siswa menyerahkan kupon terlebih dahulu pada guru. Setiap
tampil berbicara satu kupon. Siswa dapat tampil lagi setelah bergiliran dengan siswa lainnya. Siswa yang telah
habis kuponnya tak boleh bicara lagi. Siswa yang masih memegang kupon harus bicara sampai semua kuponnya
habis.

B. LANGKAH MODEL PEMBELAJARAN TIME TOKEN ARENDS


Adapun langkah-langkah dari model pembelajaran Time Token Arends ini adalah sebagai berikut :
1. Guru menjelaskan tujuan pembelajaran/ KD.
2. Guru mengkondisikan kelas untuk melaksanakan diskusi klasikal.
3. Guru memberi tugas pada siswa.
4. Guru memberi sejumlah kupon berbicara dengan waktu ± 30 detik per kupon pada tiap siswa. 
5. Guru meminta siswa menyerahkan kupon terlebih dahulu sebelum berbicara atau memberi komentar. Setiap
tampil berbicara satu kupon. Siswa dapat tampil lagi setelah bergiliran dengan siswa lainnya. Siswa yang telah
habis kuponnya tak boleh bicara lagi. Siswa yang masih memegang kupon harus bicara sampai semua kuponnya
habis. Demikian seterusnya hingga semua anak berbicara.
6. Guru memberi sejumlah nilai sesuai waktu yang digunakan tiap siswa
(Pada RPP ini, tiap siswa maju ke depan untuk membacakan puisi secara bergiliran dan siswa yang lain
mengomentari puisi yang dibaca siswa dengan menggunakan kupon berbicara)
C. KELEBIHAN DAN KEKURANGAN MODEL PEMBELAJARAN TIME TOKEN ARENDS
Kelebihan Model Time Token Arends
- Mendorong siswa untuk meningkatkan inisiatif dan partisipasinya.
- Siswa tidak mendominasi pembicaraan atau diam sama sekali
- Siswa menjadi aktif dalam kegiatan pembelajaran
- Meningkatkan kemampuan siswa dalam berkomunikasi (aspek berbicara)
- Melatih siswa untuk mengungkapkan pendapatnya.
- Menumbuhkan kebiasaan pada siswa untuk saling mendengarkan, berbagi, memberikan masukan dan
keterbukaan terhadap kritik
- Mengajarkan siswa untuk menghargai pendapat orang lain. 
- Guru dapat berperan untuk mengajak siswa mencari solusi bersama terhadap permasalahan yang ditemui.
- Tidak memerlukan banyak media pembelajaran.
Kekurangan Model Time Token Arends
- Hanya dapat digunakan untuk mata pelajaran tertentu saja.
- Tidak bisa digunakan pada kelas yang jumlah siswanya banyak.
- Memerlukan banyak waktu untuk persiapan dan dalam proses pembelajaran, karena semua siswa harus
berbicara satu persatu sesuai jumlah kupon yang dimilikinya.
- Siswa yang aktif tidak bisa mendominasi dalam kegiatan pembelajaran

Model Pembelajaran Time Token sangat tepat untuk pembelajaran struktur yang dapat digunakan untuk
mengajarkan keterampilan sosial, untuk menghindari siswa mendominasi pembicaraan atau siswa diam sama
sekali.
Model pembelajaran time token adalah model pembelajaran yang digunakan dengan tujuan agar siswa aktif
berbicara. Dalam pembelajaran diskusi, time token digunakan agar siswa aktif bertanya dalam berdiskusi. Dengan
membatasi waktu berbicara misalnya 30 detik, diharapkan siswa secara adil mendapatkan kesempatan untuk
berbicara.

D. Langkah-Langkah Model Pembelajaran Time Token


Langkah-langkah pembelajarannya sebagai berikut :
1. Guru menjelaskan tujuan pembelajaran/KD.
2. Guru mengkondisikan kelas untuk melaksanakan diskusi (cooperative learning / CL).
3. Tiap siswa diberi sejumlah kupon berbicara dengan waktu ± 30 detik per kupon. Tiap siswa diberi sejumlah nilai
sesuai waktu yang digunakan.
4. Bila telah selesai bicara kupon yang dipegang siswa diserahkan. Setiap tampil berbicara satu kupon. Siswa dapat
tampil lagi setelah bergiliran dengan siswa lainnya.
5. Siswa yang telah habis kuponnya tak boleh bicara lagi. Siswa yang masih memegang kupon harus bicara sampai
semua kuponnya habis.
6. Demikian seterusnya.

PAIR CECKS SPENCER KAGEN 1993


A. Pengertian
Pair check (pasangan mengecek) adalah model pembelajaran berkelompok atau berpasangan yang dipopulerkan
oleh Spencer Kagen tahun 1993. Model ini menerapkan pembelajaran berkelompok yang menuntut kemandirian
dan kemampuan siswa dalam menyelesaikan persoalan yang diberikan. Banyak kelebihan maupun kelemahan.
Satu lagi Model Pembelajaran siswa berpasangan, yaitu Pair Check. Model pembelajaran ini juga untuk melatih
rasa sosial siswa, kerja sama dan kemampuan memberi penilaian.
B. prinsip model pembelajaran Pair Cheks 
prinsipnya adalah sebagai berikut :
1. Siswa berkelompok berpasangan sebangku,
2. salah seorang menyajikan persoalan dan temannya mengerjakan,
3. pengecekan kebenaran jawaban,
4. bertukar peran
4. penyimpulan,
5. evaluasi
6. refleksi.

Berikut ini langkah dari model pair check


1. Guru menjelaskan konsep
2. Siswa dibagi beberapa tim. Setiap tim terdiri dari 4 orang. Dalam satu ti ada 2 pasangan. Setiap pasangan dalam
satu tim ada yang menjadi pelatih dan ada yang patner.
3. Guru membagikan soal kepada si patner
4. Patner menjawab soal , dan si pelatih bertugas mengecek jawabannya. Setiap soal yang benar pelatih memberi
kupon.
5. Bertukar peran. Si pelatih menjadi patner dan si patner menjadi pelatih
6. Guru membagikan soal kepada si patner
7. Patner menjawab soal , dan si pelatih bertugas mengecek jawabannya. Setiap soal yang benar pelatih memberi
kupon.
8. Setiap pasangan kembali ke tim awal dan mencocokkan jawaban satu sama lain.
9. Guru membimbing dan memberikan arahan atas jawaaban dari berbagai soal dan tim mengecek jawabannya.
10. Tim yang paling banyak mendapat kupon diberi hadiah

C. Langkah-langkah Pembelajarannya, sebagai berikut : 


1). Bekerja Berpasangan
Guru membentuk tim berpasangan berjumlah 2 (dua) siswa. Setiap pasangan mengerjakan soal yang pas sebab
semua itu akan membantu melatih siswa dalam menilai.
2). Pelatih Mengecek
Apabila patner benar pelatih memberi kupon.
3). Bertukar Peran
Seluruh patner bertukar peran dan mengulangi langkah 1 – 3.
4). Pasangan Mengecek
Seluruh pasangan tim kembali bersama dan membandingkan jawaban.
5). Penegasan Guru
Guru mengarahkan jawaban /ide sesuai konsep.
Demikianlah, mudah-mudahan postingan ini dapat menambah khasanah pembelajaran kita sehingga pembelajaran
yang dirancang Bapak/Ibu Guru dapat lebih bervariatif, lebih bermakna, menantang sekaligus menyenangkan.

D. Kelebihan dan Kekurangan


Kelebihannya
1. Dipandu belajar melalui bantuan rekan 
2. Menciptakan saling kerjasama di antara siswa 
3. Increases comprehension of concepts and/or processesMeningkatkan pemahaman konsep dan / atau proses
4. menmemenimelatih berkomunikasi
Kekurangannya
1. memerlukan banyak waktu
2. memerlukan pemahaman yang tinggi terhadap konsep untuk menjadi pelatih.

MODEL PEMBELAJARAN ROUND CLUB ATAU KELILING KELOMPOK

MODEL PEMBELAJARAN ROUND CLUB ATAU KELILING KELOMPOK


Model Pembelajaran Round Club Atau Keliling Kelompok adalah kegiatan pembelajaran dengan cara berkelompok
untuk bekerjasama saling membantu mengkontruksi konsep. Menyelesaikan persoalan atau inkuiri. Menurut teori
dan pengalaman agar kelompok kohesif (kompak-partisipatif), tiap anggota kelompok terdiri dari 4-5 orang, siswa
heterogen (kemampuan gender, karakter) ada control dan fasilitasi, serta meminta tanggung jawab hasil kelompok
berupa laporan atau presentasi.

Model pembelajaran ini dimaksudkan agar masing-masing anggota kelompok mendapat serta pemikiran anggota
lain.

v  Kelebihan Round Club Atau Keliling Kelompok

1)      Adanya tanggung jawab setiap kelompok

2)      Adanya pemberian sumbnagan ide pada kelompoknya

3)      Lebih dari sekedar belajar kelompok

4)      Bisa saling mendengarkan dan mengutarakan pendapat, pandangan serta hasil pemikiran

5)      Hasil pemikiran beberapa kepala lebih kaya dari pada satu kepala

6)      Dapat membina dan memperkaya emosional

v  Kekurangan Round Club Atau Keliling Kelompok

1)      Banyak waktu yang terbuang dalam pembelajaran keliling kelompok

2)      Suasana kelas menjadi rebut

3)      Tidak dapat diterapkan pada mata pelajaran yang memerlukan pengayaan

v  Langkah-langkah pembelajaran

1)      Guru menjelaskan tujuan pembelajaran atau kompotensi dasar

2)      Guru membagi siswa menjadi kelompok

3)      Guru memberikan tugas atau lembar kerja

4)      Salah satu siswa dalam masing-masing kelompok menilai dengan memberikan pandangan dan pemikiran
mengenai tugas yang sedang mereka kerjakan

5)      Siswa berikutnya juga ikut memberikan kontribusinya

6)      Demikian seterusnya giliran bicara bisa dilaksanakan arah perputaran jarum jamk atau dari kiri ke kanan

v  unsur-unsur yang perlu diperhatikan

1)      Setiap kelompok mendapat kesempatan untuk memberikan kontribusi mereka

2)      Ketika suatu kelompok mempresentasikan hasil dari deskripsinya, maka kelompok lain lebih bertanya dari
hasil deskripsi materinya

3)      Setelah selesai dari kelompok yang satu maka yang lainnya atau kelompok selanjutnya yang
mempresentasikan dan yang alinnya bisa mengajukan pandangan dan pemikiran anggota lainnya
4)      Kegiatan tersebut terus-menerus sampai kelompok yang terakhir yang silaksanakan arah perputaran jarum
jam

Contoh RPP model pembelajaran ini :

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

( RPP)

Mata Pelajaran            : Ilmu Pengetahuan Alam (IPA )

Tema                           : Perubahan Sifat Benda

Kelas/Semester            : V/II

Alokasi Waktu            : 2 X 35 Menit

A.  Standar Kompetensi

      Mengenal berbagai macam perubahan sifat-sifat benda

B.  Kompotensi Dasar

      Mengetahui perubahan sifat ada yang dapat kembali dan ada yang tidak dapat kembali ke wujud semula.

C.  Indikator

      1.  Menjelaskan perubahan sifat benda dan factor-faktor  yang mempengaruhinya

      2.  Mengetahui sifat-sifat benda

      3.  Menjelaskan macam –macam perubahan sifat benda

D.  Tujuan Pembelajaran

      1.   Siswa dapat mengetahui perubahan sifat benda dan factor-faktor yang

            mempengaruhinya

Siswa dapat mengetahui sifat-sifat benda

Siswa dapat mengetahui macam-macam perubahan sifat benda.

E.   Materi Pokok

      Perubahan sifat-sifat benda


F.   Metode Pembelajaran

Ceramah

Tanya jawab

Demosntrasi

Tugas kelompok

Evaluasi

G.  Sumber dan Media Pembelajaran

      a. Sumber

1.Buku IPA saling Temas, kelas 5, Penerbit Intan Pariwara

2.Buku Sains IPA, kelas 5, Penerbit Erlangga

b. Media Pembelajaran

      Bahan-bahan buat percobaan seperti :

1.      Tanah liat              6. Buah

2.      Batu bara               7. Paku

3.      Kertas                    8. Air

4.      Korek api              9. Gula

5.      Lilin

H.  Langkah-langkah Pembelajaran

1. Kegiatan awal ( ± 5 menit )

a.       Guru memberi salam, berdo’a, menanyakan kabar siswa dan mengabsen siswa.

b.      Guru dan siswa menyiapkan materi atau bahan pelajaran

c.       Guru memberitahukan indicator dan tujuan yang akan di capai setelah pembelajaran

d.      Guru melakukan apersepsi dengan cara tanya jawab

2.  Kegiatan Inti (± 60 menit )

a.       Guru menjelaskan materi pelajaran

b.      Guru memberikan contoh bagaimana perubahan sifat benda tersebut

c.       Guru menjelaskan sifat-sifat benda seperti bentuk, warna, kelenturan, kekerasan dan bau

d.      Guru menjelaskan factor-faktor yang mempengaruhi perubahan sifat benda

e.       Guru mendemostrasikan  bagaimana penyebab perubahan sifat benda itu dapat terjadi
f.       Guru menjelaskan dan mendemostrasikan macam-macam perubahan sifat benda

g.      Guru mengajukan beberapa pertanyaan kepada siswa secara lisan

h.      Guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok

i.        Siswa disuruh untuk mengisi table-tabel yang ada di buku paket hal.71 dan 74 dan menyalinnya di buku
tugas.

j.        Siswa disuruh memberikan pandangan dan pemikiran mengenai tugas yang sedang mereka kerjakan

k.      Siswa dalam kelompok lain juga disuruh ikut memberikan kontribusinya dan dilaksanakan searah dengan
perputaran jarum jam atau dari kiri ke kanan.

Kegiatan akhir (± 5 menit )

a.       Guru memberikan motivasi dan penguatan

b.      Guru dan siswa bersama-sama menyimpulkan tentang materi yang dipelajarinya.

c.       Guru melakukan evaluasi dengan memberikan soal-soal untuk PR

d.      Guru menutup pelajaran

I.    Penilaian

            Penilaian dilakukan dengan tes dan tulisan

Tes lisan : - ketepatan jawaban

     - keseriusan dan konsentrasi dalam menyimak

            Bentuk tes : Tanya jawab

Tes tertulis : - tugas kelompok

         - evaluasi

            Bentuk istrumen : tes isian

J.    Evaluasi

SOAL :

1. Proses perubahan dari cair ke padat disebut ?

a. memhuap

b. membeku

c. menyublim

d. mencair

e. mengembun
Model Pembelajaran Tari Bambu

Model Pembelajaran Tari Bambu mempunyai tujuan agar siswa saling berbagi informasi pada saat yang bersamaan
dengan pasangan yang berbeda dalam waktu singkat secara teratur, strategi ini cocok untuk materi yang
membutuhkan pertukaran pengalaman pikiran dan informasi antar siswa.Meskipun namanya Tari Bambu tetapi
tidak menggunakan bambu. Siswa yang berjajarlah yang diibaratkan sebagai bambu.

Langkah-Langkah pembelajarannya sebagai berikut :

1.                              Separuh kelas atau seperempat jika jumlah siswa terlalu banyak berdiri berjajar . Jika ada cukup
ruang mereka bisa berjajar di depan kelas. Kemungkinan lain adalah siswa berjajar di sela-sela deretan bangku.
Cara yang kedua ini akan memudahkan pembentukan kelompok karena diperlukan waktu relatif singkat.

2.                              Separuh kelas lainnya berjajar dan menghadap jajaran yang pertama

3.                              Dua siswa yang berpasangan dari kedua jajaran berbagi sinformasi.

4.                              Kemudian satu atau dua siswa yang berdiri di ujung salah satu jajaran pindah ke ujung lainnya di
jajarannya. Jajaran ini kemudian bergeser. Dengan cara ini masing-masing siswa mendapat pasangan yang baru
untuk berbagi. Pergeseran bisa dilakukan terus sesuai dengan kebutuhan..

Metode Pembelajaran Struktural Analitik Sintetik (SAS)

Metode Struktural Analitik Sintetik (SAS)

Metode ini diprogramkan pemerintah RI mulai tahun 1974. Regu yang dipimpin oleh Dr. A.S. Broto pada waktu itu
telah menghasilkan Metode SAS. Menurut A.S. Broto khususnya disediakan untuk belajar membaca dan menulis
permulaan di kelas permulaan SD. Lebih luas lagi Metode SAS dapat dipergunakan dalam berbagai bidang
pengajaran. Dalam proses operasionalnya metode SAS mempunyai langkah-langkah berlandaskan operasional
dengan urutan : Struktural menampilkan keseluruhan; Analitik melakukan proses penguraian; Sintetik melakukan
penggabungan kembali kepada bentuk Struktural semula. Landasan linguistiknya bahwa itu ucapan bukan tulisan,
unsur bahasa dalam metode ini ialah kalimat; bahwa bahasa Indonesia mempunyai struktur tersendiri. Landasan
pedagogiknya; (1) mengembangkan potensi dan pengalaman anak, (2) membimbing anak menemukan jawab suatu
masalah. Landasan psikologisnya : bahwa pengamatan pertama bersifat global (totalitas) dan bahwa anak usia
sekolah memiliki sifat melit (ingin tahu). 

Prosedur penggunaan Metode SAS

1. Mula membaca permulaan dijadikan dua bagian


Bagian pertama Membaca permulaan tanpa buku
Bagian pertama Membaca permulaan buku
2. Merekam bahasa anak melalui pertanyaan-pertanyaan dari pengajar sebagai kontak permulaan.
3. Menampilkan gambar sambil bercerita. Setiap kali gambar diperlihatkan, muncullah kalimat anak-anak yang
sesuai dengan gambar.
4. Membaca kalimat secara structural
5. Membaca permulaan dengan buku
6. Membaca lanjutan
7. Membaca dalam hati
Segi baiknya
a. Metode ini dapat sebagai landasan berpikir analisis.
b. Dengan langkah-langkah yang diatur sedemikian rupa membuat anak mudah mengikuti prosedur dan akan
dapat cepat membaca pada kesempatan berikutnya
c. Berdasarkan landasan linguistik metode ini akan menolong anak. menguasai bacaan dengan lancar.

Segi lemahnya
1) Metode SAS mempunyai kesan bahwa pengajar harus kreatif dan terampil serta sabar
Tuntutan semacam ini dipandang sangat sukar untuk kondisi pengajar saat ini.
2) Banyak sarana yang harus dipersiapkan untuk pelaksanaan metode ini untuk sekolah sekolah tertentu dirasa
sukar.
3) Metode SAS hanya untuk konsumen pembelajar di perkotaan dan tidak di pedesaan
4) Oleh karena agak sukar menganjarkan para pengajar metode SAS maka di sana-sini Metode ini tidak
dilaksanakan.
Teknik pelaksanaan Metode SAS ialah keterampian memilih kata kartu kata dan kartu kalimat. Sementara anak-
anak mencari huruf, suku kata, kata., pengajar dengan sebagian anak yang lain. Menempel-empelkan kata kata
yang tersusun menjadi kalimat yang berarti. Begitu seterusnya sehingga semua anak mendapat giliran untuk
menyusun kalimat, membacanya dan yang paling mengutpnya sebagai ketreampilan menulis. Media lain selain
papan tulis, papan panel, papn tali, OHP (Over Head Projector) dapat juga digunakan.
Metode Struktural Analitik Sintetik
Menurut Supriyadi (1996) pengertian metode SAS adalah suatu pendekatan cerita yang disertai dengan gambar,
yang didalamnya terkandung unsur struktur analitik sintetik. Metode SAS menurut Djauzak (1996) adalah suatu
metode pembelajaran menulis permulaan yang didasarkan atas pendekatan cerita yakni cara memulai mengajar
menulis dengan menampilkan cerita yang diambil dari dialog siswa dan guru atau siswa dengan siswa.
Teknik pelaksanaan pembelajaran metode SAS yakni keterampilan menulis huruf, kartu suku kata, kartu kata dan
kartu kalimat. Proses operasional metode SAS mempunyai langkah-angkah dengan urutan sebagai berikut :

 (1) Struktur yaitu menampilkan keseluruhan,

 (2) Analitik yaitu melakukan proses penguraian,

 (3) Sintetik yaitu melakukan penggabungan pada struktur semula. Demikian langkah-langkah yang dapat dilakukan
dalam pembelajaran menulis permulaan dengan metode SAS, sehingga hasil belajar itu benar-benar menghasilkan
Struktur Analitik Statis. (Subana : 176).

Kegiatan pembelajaran menulis permulaan dengan metode Struktural


Analitik Sintetik (SAS) dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut :

1. Guru bercerita atau berdialog dengan siswa.


2. Memperlihatkan gambar yang berhubungan dengan isi cerita.
3. Menulis beberapa kalimat sebagai kesimpulan dari isi cerita.
4. Menulis satu kalimat yang diambil dari isi cerita.
5. Menulis kata-kata sebagai uraian dari kalimat.
6. Menulis suku-suku kata sebagai uraian dari kata-kata.
7. Menuliskan huruf –huruf sebagai uraian dari suku-suku kata.
8. Mensintesiskan huruf-huruf menjadi suku-suku kata.
9. Menyatukan kata-kata menjadi kalimat.

Agar siswa memiliki kemampuan menulis, maka setiap langkah tersebut


dilakukan oleh siswa dengan cara menyalin tulisan yang ditulis guru dalam setiap
langkah pembelajaran.
Demikian langkah-langkah yang dilakukan dalam menulis permulaan
dengan metode SAS sehingga hasil belajar ini benar-benar menghasilkan struktur
analitik sintetik.
Bagaimana menunjukkan bahwa untuk menentukan jenis tulisan yang
harus diajarkan pada saat siswa belajar menulis permulaan bukan pekerjaan yang
sederhana. Guru harus dapat menentukan jenis tulisan yang akan diajarkan.
Menurut Hagin (Lovitt, 1989 : 227), ada lima alasan perlunya diajar
menulis huruf cetak lebih dulu pada awal belajar menulis :
1. Huruf cetak lebih mudah dipelajari karena bentuknya sederhana.
2. Buku-buku menggunakan huruf cetak sehingga anak-anak tidak perlu
mengakomodasikan dua bentuk tulisan.
3. Tulisan dengan huruf cetak lebih mudah dibaca daripada tulisan dengan huruf
sambung.
4. Kata-kata yang ditulis dengan huruf cetak lebih mudah dieja karena huruf-huruf
tersebut berdiri sendiri-sendiri.
Dengan memperhatikan berbagai alasan tersebut di atas maka alangkah
baiknya pada awal belajar menulis ini siswa diajar menulis dengan menggunakan
huruf cetak lebih dulu

1. Pengertian Warga Negara


Warga Negara diartikan dengan orang-orang sebagai bagian darisuatu penduduk yang menjadi unsur negara.
AS. Hikam mendefinisikan bahwa warga negara merupakan terjemahan dari citizen adalah anggota dari
sebuah komunitas yang membentuk negara itu sendiri.

Sementara itu, status warga negara Indonesia telah dibicarakan dalam UU RI Pasal 4 no.12 tahun 2006, yang
menjadi warga negara Indonesia adalah:
1. Setiap orang yang berdasarkan peraturan perundang-undangan dan/atau bersdasarkan perjanjian pemerintah
Republik Indonesia dengan negara lain sebelum UU ini berlaku sudah menjadi warga negara Indonesia.
2. Anak yang lahir dari perkawinan yang sah dari seorang ayah dan ibu warga negara indonesia.
3. Anak yang lahir dari perkawinan yang sah dari seorang ayah warga negara Indonesia dan ibu warga negara asing.
4. Anak yang lahir dari perkawinan yang sah dari ayah seorang warga negara asing dan ibu warga negara Indonesia.
5. Anak yang lahir dari perkawinan yang sah dari seorang ibu warga negara Indonesia, tetapi ayahnya tidak
mempunyai kewarganegaraan atau hukum negara asal ayahnya tidak memberikan kewarganegaraan kepada anak
tsb.
6. Anak yang lahir dalam tenggang waktu 300 hari setelah ayangya meninggal dunia dari perkawinan yang sah dan
ayahnya warga negara Indonesia.
7. Anak yang lahir diluar perkawinan yang sah dari seorang ibu warga negara Indonesia.
8. Anak yang lahir diluar perkawinan yang sah dari seorang ibu warga negara asing yang di akui oleh seorang ayah
warga negara Indonesia sebagai anaknya dan pengakuan itu dilakukan sebelum anak tsb berusia 18 tahun atau
belum kawin.
9. Anak yang lahir di wilayah republik Indonesia yang pada waktu lahir tidak jelas kewarganegaraan ayah ibunya.
10. Anak yang baru lahir ditemukan di wilayah Indonesia selam ayah dan ibunya tidak di ketahui.
11. Anak yang di wilayah Indonesia apabila ayah dan ibunya tidak memiliki kewarganegaraan atau tidak di ketahui
keberadaanya.
12. Anak yang dilahirkan diluar wilayah Indonesia dari seorang ayah da ibu warga negara Indonesia yang karena
ketentuan dari negara tempat anak tsb dilahirkan memberikan kewarganegaraan kepada anak yang bersangkutan.
13. Anak dari seorang ayah atau ibu yang telah di kabulkan permohonan kewarganegaraannya, kemudian ayah
atau ibunya meninggal dunia sebelum mengucapkan sumpah atau janji setia.
2.Asas Kewarganegaraan
Pada umumnya, asas dalam menentukan kewarganegaraan dibedakan antara asas ius sanguinis dan asas ius soli.
a. Ius soli
Asas ius soli adalah asas yang menentukan kewarganegaraan seseorang menurut daerah atau negara tempat
dimana ia dilahirkan.
Contoh : Seseorang yang dilahirkan di negara A, maka ia akan menjadi warga negara A, walaupun orangtuanya
warga negara B. Asas ini di anut oleh negara Inggris, Mesir Amerika Serikat dan lain-lain.
b. Ius sanguinis
Asas ius sanguinis adalah asas yang menentukan kewarganegaraan seseorang menurut pertalian darah atau
keturunan dari orang tsb.
Contoh : Seseorang yang dilahirkan di negara A, tetapi orangtuanya warga negara B, maka orang tsb tetap menjadi
warga negara B.(asas ini dianut leh RRC)

3.Pengertian Pewarganegaraan (Naturalisasi)


Pewarganegaraan atau naturalusasi adalah pemerolehan kewarganegaraan bagi negara asing setelah memenuhi
syarat sebagaimana ditetapkan dalam peraturan perundang-undangan. Didalam UU RI No.12 tahun 2006,
permohonan pewarganegaraan dapat diajukan oleh pemohon jika memenuhi persyaratan sebagai berikut :
1. Telah berusia 18 tahun atau sudah kawin.
2. Pada waktu mengajukan permohonan sudah bertampat tinggal di wilayah negara Indonesia paling singkat 5
tahun berturut-turut atau paling singkat 10 tahun tidak berturut-turut.
3. Sehat jasmani dan rohani.
4. Dapat berbahasa Indonesia serta mengakui dasar negara Pancasila dan UUD negara Republik Indonesia tahun
1945.
5. Tidak pernah dijatuhi pidana karena melakukan tindak pidana yang diancam dengan pidana 1 tahun atau lebih.
6. Jika dengan memperoleh kewarganegaraan Republik Indonesia, tidak menjadii berkewarganegaraan ganda.
7. Mempunyai pekerjaan dan/atau berpenghasilan tetap.
8. Membayar uang pewarganegaraan ke kas negara.
Didalam natuarlisasi istimewa dapat diberikan bagi mereka (warga asing) yang telah berjasa kepada negara RI.
kemudian mereka mengucapkan sumpah atau janji setia (tidak perlu memenuhi syarat sebagai mana dalam
naturalisasi biasa). Cara ini diberikan oleh presiden dengan persetujuan DPR RI.

4.Problematika status kewarganegaraan


Apatride merupakan istilah untuk orang-orang yang tidak mempunyai status kewarganegaraan. Sedangkan
Bipatride merupakan istilah yang digunaklan untuk orang-orang yang mempunyai status kewarganegaraan rangkap
atau dengan istilah lain dikenal dengan dwikewarganegaraan. Sementara yang dimaksud dengan multipatride
adalah istilah yang digunakan untuk menyebutkan status kewrganegaraan seseorang yang memiliki 2 atau lebih
status kewarganegaraan.

Kondisi seseorang dengan status dwikewarganegaraan, sering terjadi pada penduduk yang tinggal di daerah
perbatasan diantara 2 negara.
Dalam menentukan status kewarganegaraan, pemerintah lazim menggunakan stelsel aktif dan stelsel pasif.

Berkaitan dengan kedua stelsel tersebut, sesorang warga negara dalam suatu warga negara pada dasarnya
mempunyai hak opsi dan hak repudiasi.
1. Hak opsi, adalah hak untuk memilih sesuatu kewarganegaraan (dalam stelsel aktif)
2. Hak repudiasi, adalah hak untuk menolak sesuatu kewarganegaraan (dalam stelsel pasif)
3. Cara Mendapatkan dan Kehilangan Kewarganegaraan Indonesia
Pada umumnya ada 2 kelompok warga negara dalam suatu negara, yakni warga negara yang memperoleh status
kewrganegaranya melalui stelsel pasif dikenal juga warga negara by opertion of law dan warga negara yang
memperoleh status kewarganegaraannya melali stelsel aktif atau dikenal dengan by registration.

1. Seseorang warga negara juga bisa kehingan kewarganegaran Indonesia. UU RI No.12 tahun 2006 pasal 23,
menyatakan bahwa seseorang bisa kehiolngan kewarganegaraan indonesia apabila memenuhi hal-hal berikut :
2. Memperoleh kewarganegaran lain atas kemauannya sendiri.
3. Tidak menolak atau tidak melepas kewarganegaran lain, sedangkan orang yang bersangkutan mendapat
kesempatan untuk itu.
4. Dinyatakan hilang kewarganegaraanya oleh Presiden atas permohonannya sendiri, yang bersangkutan sudah
berusia 18 tahun atau sudah kawin, bertempat tinggal diluar negeri, dan dengan dinyatakan hilang
kewarganegaraan RI tidak menjadi tanpa kewarganegaraanya.
5. Bertempat tinggal diluar wilayah negara Indonesia selama 5 tahun terus menerus bukan dalam rangka dinas
negara, tanpa alasan yang sah dan dengan sengaja tidak menyatakan keinginannya untuk tetap menjadi warga
negara Indonesia sebelum jangka waktu 5 tahun itu berakhir, dan setiap 5 tahun berikutnya yang bersangkutan
tidak mengajukan pernyataan ingin tetap menjadi warga negara Indonesia kepada perwakilan Republik Indonesia
di wilayah kerjanya meliputi tempat tingal yang bersangkutan padahal perwakilan Republik Indonesia tersebut
telah memberitahukan kepada yang bersangkutan, sepajang yang tidak menjadi tanpa kewarganegaraan.
Seseorang yang kehilangan kewarganegaraan Indonesia dapat memperoleh kembali kewrganegaraannya apabila
memenuhi syarat-syarat seperti yang tertera dalam pasal 31 dan 32. UU RI No.3 tahun 1976 tentang perubahan
pasal 18 UU No. 62 tahun 1958 yaitu :
1. Seseorang yang kehilangan kewarganegaraan karena 5 tahun berturut-turut tinggal diluar negeri tanpa
keterangan, dapat memperoleh kewarganegaraan RI kembali jika ia bertempat tinggal di Indonesia berdasarkan
kartu ijin masuk dan menyatakan ingin kembali menjadi warga negara Indonesia
2. Seseorang yang kehilangan kewarganegaraan Rikarna sebab lain, dapat memperoleh kembali kewarganegaraan
RI jika ia mlaporkan diri dan menyatakan keterangan untuk kembali ke kewarganegaaan RI kepada perwakilan RI
dinegara tempat tinggalnya dalam jangka waktu 1 tahun terhitung sejak tanggal diundangkannya UU No.3 tahun
1976 pada 5 April 1976.
5.Kedudukan Warga Negara di Indonesia
Dalam sistem kewarganegaraan di Indonesia, Kedudukan warga negara pada dasarnya adalah sebagai pilar
terwujudnya Negara. Sebagai sebuah negara yang berdaulat dan merdeka Indonesia mempunyai kedudukan yang
sama dengan negara lain di dunia, pada dasarnya kedudukan warga negara bagi negara Indonesia diwujudkan
dalam berbagai peraturan perundang-undangan tentang kewarganegaraan, yaitu :

1. UUD 1945
Dalam konteks UUD 1945, Kedudukan warga negara dan penduduk diatur dalam pasal 26 yaitu :
1. Yang menjadi warga negara ialah orang-orang warga Indonesia asli dan orang-orang bangsa lain yang disahkan
dengan UU sebagai warga negara.
2. Penduduk ialah warga negara Indonesia dan orang asing yang tinggal di Indonesai.
3. Hal-hal mengenai warga negara penduduk di atur dengan UU.
2. UU No. 3 tahun 1946
Undang-undang No.3 ialah tentang warga negara dan penduduk negara adalah peraturan derivasi dibawah
dibawah UU 1945 yang digunakan untuk menegakan kedudukan Negara RI dengan warga negaranya dan
kedudukan penduduk negara RI.

3. UU No. 62 tahun 1958


UU No.62 tahun 1958 merupakan penyempurnaan dari UU tentang kewarga negaraan yang terdahulu. UU No. 62
tahun 1958 tenang kewarganegaraan RI merupakan produk hukum derivasi dari pasal 5 dan 144 UUD RI 1950 yang
sampai saat ini masih berlaku dan tetap digunakan sebagai sumber hakum yang mengatur masalah
kewarganegaraan di Indonesai setelah kurang lebih 48 tahun berlaku, dan saat ini dinilai sudah tidak sesuai lagi.
Pernasalahan kewarganegaraan yang semakin kompleks ternyata tidak mampu ditampung oleh undang-undang
ini.

4. UU No.12 tahun 2006


RUU Kewarganegaraan yang baru ini memuat beberapa subtansi dasar yang lebih revolusioner dan aspiratif,
seperti :
1. Siapa yang mnjadi warga negara Indonesia
2. Syarat dan tata cara memperoleh kewarganegaraan Republik Indonesia
3. Kehilangan kewarganegaraan Republik Indonesia
4. Syarat dan tata cara memperoleh kembali kewarganegaraan Republik Indonesia
5. Ketentuan pidana
6.Persamaan Kedudukan Warga Negara Indonesia
Warga negara adalah sama kedudukannya, hak dan kewajibannya. Setiap individu mendapat perlakuan yang sama
dari negara. Ketentuan ini secara tegas termuat dalam konstitusi tertinggi kita, yaitu UUD 1945 Bab X sampai Bab
XIV pasal 27 sampai pasal 34. berikut ini dijelaskan secara lebih rinci terntang persamaan kedudukan warga negara,
dalam berbagai bidang kehidupan.

1. Persamaan kedudukan dalam hukum dan pemerintah


Pasal 27 ayat (1) menyatakan bahwa “segala warga negara bersamaan kedudukannya didalam hukum dan
pemerintahan dan wajib menjunjung hukum dan pemerintahan itu dengan tidak ada kecualinya.” Pasal ini juga
memperlihatkan kepada kita adanya kepedulian adanya hak asasi dalam bidang hukum dan politik.

2. Persamaan atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan (ekonomi)
Pasal 27 ayat (2) menyatakan bahwa “tiap-tiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak
bagi kemanusiaan.” Pasal ini memencarkan persamaan akan keadilan sosial dan kerakyatan. Ini berarti hak asasi
ekonomi warga negara dijamin dan diatur pelaksanaanya.
3. Persamaan dalam hal kemerdekaan berserikat dan berkumpul (politik)
Pasal 28 E ayat (3) menetapkan warga negara dan setiap orang untuk berserikat, berkumpul, dan mengeluarkan
pendapat. Pasal ini mencerminkan bahwa negara Indonesia bersifat demokratis dan memberi kebebasan yang
bertanggung jawab bagi setiap warga negaranya untuk melaksanakan hak dan kewajibannya dalam bidang politik.

4. Persamaan dalam HAM


Dalam Bab X A tentang hak asai manusia dijelaskan secara tertulis bahwa negara memberikan dan mengakui
persamaan setiap warga negara dalam menjalankan HAM. Mekanisme pelaksanaan HAM secara jelas ditetapkan
melalui pasal 28 A sampai dengan pasal 28 J.

5. Persamaan dalam agama


Pasal 29 ayat (2) UUD 1945 menyatakan bahwa “negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk
memeluk agamanya masing-masing dan untuk beribadat menurut agamanya dan kepercayaannya itu.” Berdasar
pasal ini tersurat jelas bahwa begara menjamin persamaan setiap penduduk untuk memeluk agama sesuai dengan
keinginannya. Agama dan kepercayaan terhadap Tuhan YME dijalankan tanpa ada paksaan dari pihak manapun.

6. Persamaan dalam upaya pembelaan negara


Pasal 27 ayat (3) UUD 1945 menyatakan bahwa “setiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam upaya
pembelaan negara.” Lebih lanjut, pasal 30 UUD 1945 memuat ketentuan pertahanan dan keamanan negara. Kedua
pasal tersebut secara jelas dapat kita ketahui bahwa negara memberikan kesempatan yang sama kepada setiap
warga negara yang ingin membela Indonesia.

7. Pesamaan dalam bidang pendidikan dan kebudayaan


Pasal 31 dan 32 UUD 1945 menyatakan bahwa setiap warga negara mempunyai hak dan kedudukan yang sama
dalam masalah pendidikan dan kebudayaan. Kedua pasal ini menunjukan bahwa begitu konsen dan peduli
terhadap pendidikan dan kebudayaan warga negara Indonesia. Setiap warga negara mendapat porsi yang sama
dalam kedua masalah ini.

8. Persamaan dalam perekonomian dan kesejahteraan sosial


Persamaan kedudukan warga negara dalam perekonomian dan kesejahteraan diatur dalam Bab XIV pasal 33 dan
34. pasal 33 mengatur masalah perekonomian nasional yang diselenggarakan berdasar atas asas kekeluargaan
dengan prinsip demokrasi ekonomi untuk kemakmuran rakyat secara keseluruhan. Selanjutnya pasal 34 memuat
ketentuan tentang kesejahteraan sosial dan jaminan sosial diman fakir miskin dan anak-anak terlantar dipelihara
oleh negara (pasal 1) dan negara bertanggung jawab atas penyediaan fasilitas pelayanan kesehatan dan fasilitas
pelayanan umum yang layak (pasal 3).

7Menghargai Persamaan Kedudukan Warga Negara di Indonesia


Dalam NKRI, semua warga negar mempunyai kedudukan yang sama dalam bidang ekonomi, politik, hukum, sosial,
budaya, agama dan pertahanan keamanan.

Berikut ini dijelaskan lebih lanjut wujud persamaan kedudukan warga negara di indonesia dalam berbagai bidang
kehidupan.
1. Bidang ekonomi
Setiap individu memiliki kesamaan untuk melakukan usaha ekonomi seperti berdagang, bertani, berkebun,
menjual jasa, dsb. Untuk memenuhi dan meningkatkan taraf hidupnya.
2. Bidang budaya
Setiap warga negara mempunyai kesamaan hak dalam mengembangkan seni, misalnya berkreasi dalam seni tari,
seni lukisseni musik seni pahat seni bangunan dsb.
3. Bidang politik
Setiap orang memiliki hak politik yang sama, yakni individu berhak memilih, menjadi anggota salah satu partai,
atau mendirikan partai politik.
4. Bidang hukum setiap warga negara memiliki kedudukan yang sama, yakni berhak untuk mengadakan
pembelaan, penuntutan, berperkara di depan pengadilan, dsb.
5. Bidang agama setiap warga negara di berikan kedudukan yang sama dalam memeluk agama, menjalankan
ibadah dan ritual keagamaannya, berpindah agama ataupun belajar tentang agama tanpa adanya paksaan dari
pihak manapun.
Sebagai warga negara yang baik serta guna terwujudnya persamaan harkat dan martabat warga negara sebagai
manusia, secara bersama-sama kita wajib saling menghargai , menghormati prinsip persamaan kedudukan sesama
warga negara.

PEMBELAJARAN OTENTIK (OUTENTIC LEARNING)

PEMBELAJARAN OTENTIK (OUTENTIC LEARNING)

1. Pengertian
Menurut definisi, "belajar otentik" berarti pembelajaran yang menggunakan masalah dunia nyata dan proyek-
proyek dan yang memungkinkan siswa untuk mengeksplorasi dan membahas masalah-masalah ini dengan cara
yang relevan untuk mereka.

Pendekatan ini sangat berbeda dari kelas tradisional "kuliah", di mana profesor memberikan fakta-fakta
mahasiswa dan konten lain yang siswa kemudian harus menghafalkan dan ulangi pada tes. misalnya, siswa tidak
hanya harus terhubung sejarah pasca-Perang Sipil untuk peristiwa terkini dan kehidupan mereka sendiri, mereka
juga harus membantu mengajar kelas dan didorong untuk memberikan pandangan mereka sendiri pada peristiwa
sejarah. Akibatnya, mereka menjadi sejarawan.

Otentik belajar juga merupakan pendekatan untuk pembelajaran yang kokoh didasarkan pada penelitian tentang
belajar dan kognisi. Satu secara luas teori belajar diadakan, konstruktivisme, mendalilkan bahwa siswa belajar
terbaik dengan terlibat dalam tugas-tugas belajar otentik, dengan mengajukan pertanyaan, dan dengan
menggambar pada pengalaman masa lalu. Singkatnya, untuk belajar terjadi bagi siswa, itu harus dilakukan dengan
cara dan di tempat yang relevan dengan "nyata" kehidupan mereka, baik di dalam maupun di luar kelas.

Pembelajaran otentik (authentic learning) adalah sebuah pendekatan pembelajaran yang memungkinkan siswa
menggali, mendiskusikan, dan membangun secara bermakna konsep-konsep dan hubungan-hubungan, yang
melibatkan masalah nyata dan proyek yang relevan dengan siswa (Donovan, Bransford & Pallegrino, 1999). Istilah
‘otentik’ berarti asli, sejati, dan nyata (Webster’s Revised Unabridged Dictionary, 1998). Pembelajaran ini dapat
digunakan untuk siswa pada semua tingkatan kelas, maupun siswa dengan berbagai macam tingkat kemampuan.

belajar otentik merupakan pendekatan pedagogis yang memungkinkan siswa untuk mengeksplorasi, berdiskusi,
dan penuh arti membentuk konsep dan hubungan dalam konteks yang melibatkan dunia nyata masalah dan
proyek-proyek yang relevan dengan peserta didik (Donovan, Bransford, & Pellegrino, 1999). Istilah yang otentik
didefinisikan sebagai asli, benar, dan nyata (Webster's Revisi lengkap Dictionary , 1998). Kamus, 1998Jika belajar
adalah otentik, maka siswa harus terlibat dalam masalah belajar asli yang mendorong kesempatan bagi mereka
untuk membuat koneksi langsung antara material baru yang sedang dipelajari dan pengetahuan mereka
sebelumnya. Jenis pengalaman akan meningkatkan motivasi siswa. Bahkan, sebuah "tidak adanya keterlibatan
yang berarti keturunan rendah di sekolah dan menghambat [belajar] transfer" (Newmann, Secada, & Wehlage,
1995). Siswa harus mampu menyadari bahwa prestasi mereka peregangan luar dinding kelas. Mereka membawa
ke pengalaman kelas, pengetahuan, keyakinan, dan keingintahuan dan belajar otentik menyediakan sarana untuk
menjembatani elemen-elemen dengan kelas belajar. Siswa tidak lagi hanya mempelajari fakta-fakta hafalan dalam
situasi abstrak atau buatan, tetapi mereka pengalaman dan informasi digunakan dalam cara-cara yang didasarkan
pada realitas. Kekuatan sebenarnya dari pembelajaran otentik adalah kemampuan untuk secara aktif melibatkan
siswa dan menyentuh motivasi intrinsik mereka (Mehlinger, 1995).

instruksi Otentik akan mengambil bentuk yang jauh berbeda daripada metode tradisional pengajaran. Literatur
menunjukkan bahwa pembelajaran otentik memiliki beberapa karakteristik kunci.
• Belajar adalah berpusat pada tugas-tugas otentik yang menarik bagi peserta didik.
• Siswa terlibat dalam eksplorasi dan penyelidikan.
• Belajar, paling sering, adalah interdisipliner.
• Belajar sangat erat hubungannya dengan dunia di luar dinding kelas.
• Siswa menjadi terlibat dalam tugas-tugas kompleks dan-order kemampuan berpikir lebih tinggi, seperti
menganalisis, sintesis, merancang, memanipulasi dan mengevaluasi informasi.
• Siswa menghasilkan produk yang bisa dibagi dengan pemirsa di luar kelas.
• Belajar adalah siswa didorong dengan guru, orang tua, dan para ahli di luar semua membantu / pembinaan
dalam proses pembelajaran.
• Pembelajar menggunakan perancah teknik.
• Siswa memiliki peluang untuk wacana sosial.
(Donovan et al;., 1999 Newman & Associates, 1996; Newmann et al;., 1995 Nolan & Francis, 1992).

2. Prinsip Pembelajaran Otentik


pengalaman belajar otentik menganut prinsip yaitu:
• Ruang kelas ber-berpusat. Pada berpusat-kelas pelajar, fakultas memperhatikan apa yang siswa membawa
mereka ke dalam kelas, masing-masing pengetahuan, keterampilan, sikap, dan keyakinan. Siswa didorong untuk
mengajukan pertanyaan, terlibat dalam wacana sosial, dan menemukan jawaban mereka sendiri Dalam
pengaturan ini, peran profesor bergerak lebih dari seorang "konstruktor-co" pengetahuan dari pemberi konten..
Marc Richards pernyataan bahwa "Pada akhirnya, kita semua akan sejarawan profesional, pelajar, dan guru
bersama-sama" menggambarkan bagaimana ia struktur kelas untuk menjadi pembelajar berpusat. Juni Dodd juga
menegaskan bahwa peserta didik dia mengambil tengah panggung di kedua membangun dan program pengajaran
dan mereka sendiri "mini" kursus.
• Mahasiswa adalah pembelajar aktif. Sama seperti peran perubahan profesor, peran mahasiswa harus berubah
sehingga mereka melakukan lebih dari pasif duduk dan mendengarkan ceramah profesor mereka. Mereka harus
menjadi peserta aktif dalam proses pembelajaran, dengan menulis, membahas, menganalisis dan mengevaluasi
informasi. Singkatnya, siswa harus mengambil tanggung jawab lebih untuk pembelajaran mereka sendiri, dan
menunjukkan kepada profesor mereka dengan cara lain dari pada ujian. mahasiswa Marc Geisler, misalnya,
menunjukkan pemahaman mereka tentang Shakespeare dengan melakukan interpretasi kelompok mereka sendiri
dan kinerja Pekerjaan Bard's. Tag Stan juga berpendapat bahwa "siswa harus ditantang untuk membuat seni, untuk
membuat, untuk melakukan, dan untuk berpartisipasi dalam humaniora melalui karya mereka sendiri, bukan
hanya dengan mempelajari apa yang orang lain lakukan."
• Ini menggunakan tugas yang otentik. Ini mungkin tampak jelas, tetapi pengalaman belajar otentik harus
menggabungkan tugas-tugas otentik. Ini adalah tugas, yang, sebisa mungkin, memiliki "dunia nyata" yang
berkualitas untuk mereka dan siswa menemukan orang yang relevan dengan kehidupan mereka. siswa Juni Dodd
mengambil peran instruktur dalam Pengantar ke kelas Pendidikan Jarak Jauh, bergiliran isi kursus mengajar satu
sama online lainnya, dan membuat program mereka sendiri secara online berdasarkan proses desain instruksional.
Profesor Dodd bekerja dengan masing-masing siswa untuk menyesuaikan proyek ini berdasarkan kerja masa lalu
mereka dan pengalaman pendidikan serta potensi untuk pengiriman aktual instruksi dalam kehidupan profesional
mereka.

3. Ciri Pembelajaran Otentik


Pembelajaran otentik sangat berbeda dengan metode-metode pembelajaran yang tradisional. Ciri-ciri
pembelajaran otentik:
• Belajar berpusat pada tugas-tugas otentik yang menggugah rasa ingin tahu siswa. Tugas otentik berupa
pemecahan masalah nyata yang relevan dengan kehidupan siswa;
• Siswa terlibat dalam kegiatan menggali dan menyelidiki;
• Belajar bersifat interdisipliner;
• Belajar terkait erat dengan dunia di luar dinding ruang kelas;
• Siswa mengerjakan tugas rumit yang melibatkan kecakapan berpikir tingkat tinggi, seperti menganalisis,
mensintesis, merancang, mengolah dan mengevaluasi informasi;
• Siswa menghasilkan produk yang dapat dibagikan kepada audiens di luar kelas;
• Belajar bersifat aktif dan digerakkan oleh siswa sendiri, sedangkan guru, orangtua, dan narasumber bersifat
membantu atau mengarahkan;
• Guru menerapkan pemberian topangan (scaffolding), yaitu memberikan bantuan seperlunya saja dan
membiarkan siswa bekerja secara bebas manakala mereka sanggup melakukannya sendiri;
• Siswa berkesempatan untuk terlibat dalam wacana dalam masyarakat;
• Siswa bekerja dengan banyak sumber;
• Siswa seringkali bekerja bersama dan mempunyai kesempatan luas untuk berdiskusi dalam rangka memecahkan
masalah.

4. Kesimpulan
belajar otentik merupakan pendekatan pedagogis yang memungkinkan siswa untuk mengeksplorasi, berdiskusi,
dan penuh arti membentuk konsep dan hubungan dalam konteks yang melibatkan dunia nyata masalah dan
proyek-proyek yang relevan dengan peserta didik. Istilah yang otentik didefinisikan sebagai asli, benar, dan nyata
(Webster's Revisi lengkap Dictionary , 1998). Jika belajar adalah otentik, maka siswa harus terlibat dalam masalah
belajar asli yang mendorong kesempatan bagi mereka untuk membuat koneksi langsung antara material baru yang
sedang dipelajari dan pengetahuan mereka sebelumnya. Jenis pengalaman akan meningkatkan motivasi siswa.
Bahkan, sebuah "tidak adanya keterlibatan yang berarti keturunan rendah di sekolah dan menghambat [belajar]
transfer" (Newmann, Secada, & Wehlage, 1995). Siswa harus mampu menyadari bahwa prestasi mereka
peregangan luar dinding kelas. Mereka membawa ke pengalaman kelas, pengetahuan, keyakinan, dan
keingintahuan dan belajar otentik menyediakan sarana untuk menjembatani elemen-elemen dengan kelas belajar.
Siswa tidak lagi hanya mempelajari fakta-fakta hafalan dalam situasi abstrak atau buatan, tetapi mereka
pengalaman dan informasi digunakan dalam cara-cara yang didasarkan pada realitas. Kekuatan sebenarnya dari
pembelajaran otentik adalah kemampuan untuk secara aktif melibatkan siswa dan menyentuh motivasi intrinsik
mereka (Mehlinger, 1995).
instruksi Otentik akan mengambil bentuk yang jauh berbeda daripada metode tradisional pengajaran.

5. Kelebihan dan Kekurangan


a. Kelebihan
- Siswa tidak merasa jenuh terhadap pembelajaran karena pembelaaran dapat terjadi dimana saja.
- Siswa mempunyai keterampilan yang lebih dalam menganalisis wacana social
- Siswa mempunyai pengalaman belajar yang mumpuni dalam berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya
- Pembelajaran berpusat pada siswa, sehingga memungkinkan siswa memahami materi secara utuh

b. Kekurangan
- Pembelajaran Otentik cenderung hanya dapat dilakukan pada siswa yang memiliki taraf intelegensi diatas rata-
rata sehingga pembelajaran berjalan secara aktif
- Tidak semua materi pelajaran dapat menggunakan pembelajaran otentik, karena materi yang sesuai dengan
pembelajaran otentik bersifat studi social
- Memerlukan waktu, biaya, dan tenaga ektra dari siswa untuk melaksanakannya. 

Model Pembelajaran Numbered Head Together (NHT)


Model Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT
Pembelajaran kooperatif merupakan strategi pembelajaran yang mengutamakan adanya kerjasama antar siswa
dalam kelompok untuk mencapai tujuan pembelajaran. Para siswa dibagi ke dalam kelompok-kelompok kecil dan
diarahkan untuk mempelajari materi pelajaran yang telah ditentukan. Tujuan dibentuknya kelompok kooperatif
adalah untuk memberikan kesempatan kepada siswa agar dapat terlibat secara aktif dalam proses berpikir dan
dalam kegiatan-kegiatan belajar. Dalam hal ini sebagian besar aktifitas pembelajaran berpusat pada siswa, yakni
mempelajari materi pelajaran serta berdiskusi untuk memecahkan masalah.

Pembelajaran kooperatif tipe NHT merupakan salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang menekankan pada
struktur khusus yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa dan memiliki tujuan untuk meningkatkan
penguasaan akademik. Tipe ini dikembangkan oleh Kagen dalam Ibrahim (2000: 28) dengan melibatkan para siswa
dalam menelaah bahan yang tercakup dalam suatu pelajaran dan mengecek pemahaman mereka terhadap isi
pelajaran tersebut.
Ibrahim mengemukakan tiga tujuan yang hendak dicapai dalam pembelajaran kooperatif dengan tipe NHT yaitu :
1. Hasil belajar akademik stuktural
Bertujuan untuk meningkatkan kinerja siswa dalam tugas-tugas akademik.
2. Pengakuan adanya keragaman
Bertujuan agar siswa dapat menerima teman-temannya yang mempunyai berbagai latar belakang.
3. Pengembangan keterampilan social
Bertujuan untuk mengembangkan keterampilan sosial siswa.
Keterampilan yang dimaksud antara lain berbagi tugas, aktif bertanya, menghargai pendapat orang lain, mau
menjelaskan ide atau pendapat, bekerja dalam kelompok dan sebagainya.Penerapan pembelajaran kooperatif tipe
NHT merujuk pada konsep Kagen dalam Ibrahim (2000: 29), dengan tiga langkah yaitu :
a) Pembentukan kelompok;
b) Diskusi masalah;
c) Tukar jawaban antar kelompok
Langkah-langkah tersebut kemudian dikembangkan oleh Ibrahim (2000: 29) menjadi enam langkah sebagai berikut
:
Langkah 1. Persiapan
Dalam tahap ini guru mempersiapkan rancangan pelajaran dengan membuat Skenario Pembelajaran (SP), Lembar
Kerja Siswa (LKS) yang sesuai dengan model pembelajaran kooperatif tipe NHT.
Langkah 2. Pembentukan kelompok
Dalam pembentukan kelompok disesuaikan dengan model pembelajaran kooperatif tipe NHT. Guru membagi para
siswa menjadi beberapa kelompok yang beranggotakan 3-5 orang siswa. Guru memberi nomor kepada setiap siswa
dalam kelompok dan nama kelompok yang berbeda. Kelompok yang dibentuk merupakan percampuran yang
ditinjau dari latar belakang sosial, ras, suku, jenis kelamin dan kemampuan belajar. Selain itu, dalam pembentukan
kelompok digunakan nilai tes awal (pre-test) sebagai dasar dalam menentukan masing-masing kelompok.
Langkah 3. Tiap kelompok harus memiliki buku paket atau buku panduan
Dalam pembentukan kelompok, tiap kelompok harus memiliki buku paket atau buku panduan agar memudahkan
siswa dalam menyelesaikan LKS atau masalah yang diberikan oleh guru.
Langkah 4. Diskusi masalah
Dalam kerja kelompok, guru membagikan LKS kepada setiap siswa sebagai bahan yang akan dipelajari. Dalam kerja
kelompok setiap siswa berpikir bersama untuk menggambarkan dan meyakinkan bahwa tiap orang mengetahui
jawaban dari pertanyaan yang telah ada dalam LKS atau pertanyaan yang telah diberikan oleh guru. Pertanyaan
dapat bervariasi, dari yang bersifat spesifik sampai yang bersifat umum.
Langkah 5. Memanggil nomor anggota atau pemberian jawaban
Dalam tahap ini, guru menyebut satu nomor dan para siswa dari tiap kelompok dengan nomor yang sama
mengangkat tangan dan menyiapkan jawaban kepada siswa di kelas.
Langkah 6. Memberi kesimpulan
Guru bersama siswa menyimpulkan jawaban akhir dari semua pertanyaan yang berhubungan dengan materi yang
disajikan.
Ada beberapa manfaat pada model pembelajaran kooperatif tipe NHT terhadap siswa yang hasil belajar rendah
yang dikemukakan oleh Lundgren dalam Ibrahim (2000: 18), antara lain adalah :
Rasa harga diri menjadi lebih tinggi
1. Memperbaiki kehadiran
2. Penerimaan terhadap individu menjadi lebih besar
3. Perilaku mengganggu menjadi lebih kecil
4. Konflik antara pribadi berkurang
5. Pemahaman yang lebih mendalam
6. Meningkatkan kebaikan budi, kepekaan dan toleransi
7. Hasil belajar lebih tinggi

Kelebihan dan kekurangan model pembelajaran Numbered Heads Together adalah sebagai berikut :

Kelebihan:
- Setiap siswa menjadi siap semua
- Dapat melakukan diskusi dengan sungguh-sungguh.
- Siswa yang pandai dapat mengajari siswa yang kurang pandai.
Kelemahan:
- Tidak terlalu cocok untuk jumlah siswa yang banyak karena membutuhkan waktu yang lama..
- Tidak semua anggota kelompok dipanggil oleh guru

KESIMPULAN
Model pembelajaran ini baik digunakan karena model ini mengajarkan kepada siswa untuk lebih siap dalam
menguasai materi serta belajar menerima keanekaragaman dengan kelompok lain, karna dalam model ini siswa
dituntut untuk berdiskusi untuk memecahkan suatu masalah.
Pada dasarnya tidak ada model pembelajaran yang cocok untuk setiap pokok bahasan, karena setia model atau
metode mengajar masing-masing memiliki kelebihan dan kekurangan oleh karenanya guru dituntut untuk pandai
memilih model pembelajaran yang sesuai. 

Model Pembelajaran Inquiry

Pembelajaran berdasarkan inquiry merupakan seni penciptaan situasi-situasi sedemikian rupa sehingga siswa
mengambil peran sebagai ilmuwan. Dalam situasi-situasi ini siswa   berinisiatif untuk mengamati dan menanyakan
gejala alam, mengajukan penjelasan-penjelasan tentang apa yang mereka lihat, merancang dan melakukan
pengujian untuk menunjang atau menentang teori-teori mereka, menganalisis data, menarik kesimpulan dari data
eksperimen, merancang dan membangun model, atau setiap kontribusi dari kegiatan tersebut di atas.

Sund, seperti yang dikutip oleh Suryosubroto dalam Trianto (2009) menyatakan bahwa, Inquiry merupakan
perluasan proses discovery, yang digunakan lebih mendalam,  inkuiry yang dalam bahasa InggrisInquiry berarti
pertanyaan, atau pemeriksaan, penyelidikan. Inkuiri sebagai suatu proses umum yang dilakukan manusia untuk
mencari atau memahami informasi.

Gulo, (2005) menyatakan bahwa, strategi inkuiri berarti suatu rangkaian kegiatan belajar yang melibatkan secara
maksimal seluruh kemampuan siswa untuk mencari dan menyelidiki secara sistematis, kritis, logis, analitis,
sehingga mereka dapat  merumuskan sendiri penemuannya dengan penuh percaya diri.

Sasaran utama kegiatan pembelajaran inkuiri adalah :

1.      Keterlibatan siswa secara maksimal dalam proses kegiatan belajar

2.      Keterarahan kegiatan secara maksimal dalam proses kegiatan belajar

3.      Mengembangkan sikap percaya pada diri siswa tentang apa yang ditemukan dalam proses inkuiri.

Kondisi Umum yang merupakan syarat timbulnya kegiatan inkuiri bagi siswa adalah :

1.      Aspek sosial di kelas dan suasana terbuka yang mengundang siswa berdiskusi.

2.      Inkuiri berfokus pada hipotesis

3.      Penggunaan fakta sebagai evidensi (informasi, fakta )

Untuk menciptakan kondisi seperti itu, peranan guru adalah sebagai berikut:

1.      Motivator, memberi rangsangan agar siswa aktif dan bergairah berfikir.

2.      Fasilitator, menunjukkan jalan keluar jika siswa mengalami kesulitan

3.      Penanya , menyadarkan siswa dari kekeliruan yang mereka buat

4.      Administrator, bertanggungjawab terhadap seluruh kegiatan kelas


5.      Pengarah, memimpin kegiatan siswa untuk mencapai tujuan yang diharapkan

6.      Manajer, mengelola sumber belajar, waktu, dan organisasi kelas

7.      Rewarder, memberikan penghargaan pada prestasi yang dicapai siswa.

Pembelajaran inkuiri dirancang untuk mengajak siswa secara langsung ke dalam proses ilmiah kedalam waktu yang
relative singkat, Hasil penelitian Schlenker dalam joice dan weil (1992) menunjukkan bahwa latihan inkuiri dapat
meningkatkan pemahaman sains, produktif dalam berfikir kreatif dan siswa menjadi trampil dalam memperoleh
dan menganalisis informasi.

Konsep Dasar Strategi Pembelajaran Inquiry

Strategi pembelajaran inquiry adalah rangkaian kegiatan pembelajaran yang menekankan pada proses berpikir
secara kritis dan analitis untuk mencari dan menemukan sendiri jawaban yang sudah pasti dari suatu masalah yang
dipertanyakan (Sanjaya, 2009). Proses berpikir itu sendiri biasanya dilakukan melalui tanya jawab antara guru dan
siswa.

Menurut Sanjaya (2009) bahwa strategi pembelajaran inquiry, memiliki beberapa ciri utama, yaitu:

1.                  Strategi Inquiry menekankan pada aktivitas siswa secara maksimal untuk mencari dan menemukan,
artinya strategi inquiry menempatkan siswa sebagai subjek belajar. Dalam proses pembelajaran siswa tidak hanya
berperan sebagai penerima pelajaran melalui penjelasan guru secara verbal, akan tetapi mereka berperan untuk
menemukan sendiri inti dari materi pelajaran itu sendiri.

2.                  Seluruh aktivitas yang dilakukan siswa diarahkan untuk mencari dan menemukan jawaban sendiri yang
sifatnya sudah pasti dari sesuatu yang sudah dipertanyakan, sehingga diharapkan dapat menumbuhkan sifat
percaya diri. Dalam strategi pembelajaran inquiry, guru bukan sebagai sumber belajar tetapi sebagai fasilitator dan
motivator belajar siswa.

3.                  Tujuan dari penggunaan strategi pembelajaran inquiry adalah mengembangkan kemampuan berpikir
secara sistematis, logis dan kritis.

Strategi Pembelajaran Inkuri efektif apabila :

1.      Guru mengharapkan siswa dapat menemukan sendiri jawaban dari suatu permasalahan yang ingin
dipecahkan.

2.      Jika bahan pelajaran yang akan diajarkan tidak berbentuk fakta atau konsep yang sudah jadi,akan tetapi
sebuah kesimpulan yang perlu pembuktian.

3.      Jika proses pembelajaran berangkat dari ingin tahu siswa terhadap sesuatu.

4.      Jika akan mengajar pada sekelompok siswa yang rata-rata memiliki kemamuan dan kemampuan berpikir.

5.      Jika siswa yang belajar tak terlalu banyak sehingga bisa dikendalikan oleh guru.

6.      Jika guru memiliki waktu yang cukup untuk menggunakan pendekatan yang berpusat pada siswa.

Prinsip–prinsip Penggunaan Inquiri

Ada beberapa prinsip yang harus diperhatikan dalam penggunaan inquiri menurut Sanjaya (2009).

1.      Berorientasi pada pengembangan intelektual

Tujuan utama dari strategi inquiri adalah pengembangan kemampuan berfikir. Dengan demikian , strategi
pembelajaran ini selain berorientasi pada hasil belajar juga berorientasi pada proses belajar. Karena itu, kriteria
keberhasilan dari proses pembelajaran dengan menggunkan strategi inquiri bukan ditentukan sejauh mana siswa
dapat menguasai materi pelajaran, akan tetapi sejauh mana siswa beraktivitas mencari dan menemukan.

2.      Prinsip Interaksi

Proses pembelajaran pada dasarnya adalah proses interaksi, baik interaksi antara siswa maupun interaksi siswa
dengan guru bahkan antara siswa dengan lingkungan. Pembelajaran sebagai proses interaksi berarti menempatkan
guru bukan sebagai sumber belajar, tetapi sebagai pengatur lingkungan atau pengatur interaksi itu sendiri.

3.      Prinsip Bertanya

Peran guru yang harus dilakukan dalam menggunkaan model inquiri adalah guru sebagai penanya. Sebab
kemampuan siswa untuk menjawab setiap pertanyaan pada dasarnya sudah merupakan sebagian dari proses
berfikir.

4.      Prinsip Belajar untuk Berfikir

Belajar bukan hanya mengingat sejumlah fakta, akan tetapi belajar adalah proses berfikir (learning how to think)
yakni proses mengembangkan potensi seluruh otak, baik otak kiri maupun otak kanan. Pembelajaran berfikir
adalah pemanfaatan dan penggunaan otak secara maksimal.

5.      Prinsip Keterbukaan

Pembelajaran yang bermakna adalah pembelajaran yang menyediakan berbagai kemungkinan sebagai hipotesis
yang harus dibuktikan kebenarannya. Tugas guru adalah menyediakan ruang untuk memberikan kesempatan
kepada siswa mengembangkan hipotesis dan secara terbuka membuktikan kebenaran hipotesis yang diajukan.

Pelaksanaan Pembelajaran Inkuiri

Gulo (2005) menyatakan bahwa, inkuiri tidak hanya mengembangkan kemampuan intelektual tetapi seluruh
potensi yang ada, termasuk pengembangan emosional dan keterampilan.

Secara umum proses pembelajaran SPI dapat mengikuti langkah-langkah sebagai berikut :

1.      Orientasi

Pada tahap ini guru melakukan langkah untuk membina suasana atau iklim pembelajaran yang kondusif. Hal yang
dilakukan dalam tahap orientasi ini adalah:

a.     Menjelaskan topik, tujuan, dan hasil belajar yang diharapkan dapat dicapai oleh siswa

b.     Menjelaskan pokok-pokok kegiatan yang harus dilakukan oleh siswa untuk mencapai tujuan. Pada tahap ini
dijelaskan langkah-langkah inkuiri serta tujuan setiap langkah, mulai dari langkah merumuskan merumuskan
masalah sampai dengan merumuskan kesimpulan

c.     Menjelaskan pentingnya topik dan kegiatan belajar. Hal ini dilakukan dalam rangka memberikan motivasi
belajar siswa.

2.      Merumuskan masalah

Merumuskan masalah merupakan langkah membawa siswa pada suatu persoalan yang mengandung teka-teki.
Persoalan yang disajikan adalah persoalan yang menantang siswa untuk memecahkan teka-teki itu. Teka-teki
dalam rumusan masalah tentu ada jawabannya, dan siswa didorong untuk mencari jawaban yang tepat. Proses
mencari jawaban itulah yang sangat penting dalam pembelajaran inkuiri, oleh karena itu melalui proses tersebut
siswa akan memperoleh pengalaman yang sangat berharga sebagai upaya mengembangkan mental melalui proses
berpikir.

3.      Merumuskan hipotesis
Hipotesis adalah jawaban sementara dari suatu permasalahan yang dikaji. Sebagai jawaban sementara, hipotesis
perlu diuji kebenarannya. Salah satu cara yang dapat dilakukan guru untuk mengembangkan kemampuan menebak
(berhipotesis) pada setiap anak adalah dengan mengajukan berbagai pertanyaan yang dapat mendorong siswa
untuk dapat merumuskan jawaban sementara atau dapat merumuskan berbagai perkiraan kemungkinan jawaban
dari suatu permasalahan yang dikaji.

4.      Mengumpulkan data

Mengumpulkan data adalah aktifitas menjaring informasi yang dibutuhkan untuk menguji hipotesis yang diajukan.
Dalam pembelajaran inkuiri, mengumpulkan data merupakan proses mental yang sangat penting dalam
pengembangan intelektual. Proses pemgumpulan data bukan hanya memerlukan motivasi yang kuat dalam
belajar, akan tetapi juga membutuhkan ketekunan dan kemampuan menggunakan potensi berpikirnya.

5.      Menguji hipotesis

Menguji hipotesis adalah menentukan jawaban yang dianggap diterima sesuai dengan data atau informasi yang
diperoleh berdasarkan pengumpulan data. Menguji hipotesis juga berarti mengembangkan kemampuan berpikir
rasional. Artinya, kebenaran jawaban yang diberikan bukan hanya berdasarkan argumentasi, akan tetapi harus
didukung oleh data yang ditemukan dan dapat dipertanggungjawabkan.

6.      Merumuskan kesimpulan

Merumuskan kesimpulan adalah proses mendeskripsikan temuan yang diperoleh berdasarkan hasil pengujian
hipotesis. Untuk mencapai kesimpulan yang akurat sebaiknya guru mampu menunjukkan pada siswa data mana
yang relevan.

Langkah – langkah menerapkan model pembelajaran inquiry didalam kelas :

1.    Membentuk kelompok-kelompok inkuiri. Masing-masing kelompok dibentuk berdasarkan rentang intelektal


dan keterampilan-keterampilan social

2.    Memperkenalkan topik-topik inkuiri kepada semua kelompok. Tiap kelompok diharapkan memahami dan
berminat mempelajarinya.

3.    Membentuk posisi tentang kebijakan yang bertalian dengan topik, yakni pernyataan apa yang harus
dikerjakan. Mungkin terdapat satu atau lebih solusi yang diusulkan terhadap masalah pokok.

4.    Merumuskan semua istilah yang terkandung di dalam proposisi kebijakan.

5.    Menyelidiki validitas logis dan konsisten internal pada proposisi dan unsur-unsur penunjangnya.

6.    Mengumpulkan evidensi (bukti) untuk menunjang unsur-unsur proposes

7.    Menganalisis solusi solusi yang diusulkan dan mencari posisi kelompok

8.    Menilai proses kelompok.

Kemudian pendekatan inkuiri terbagi menjadi tiga jenis berdasarkan besarnya intervensi guru terhadap siswa atau
besarnya bimbingan yang diberikan oleh guru kepada siswanya.

Ketiga jenis pendekatan inkuiri tersebut adalah:

1.    Inkuiri Terbimbing (guided inquiry approach)

Pendekatan inkuiri terbimbing yaitu pendekatan inkuiri dimana guru membimbing siswa melakukan kegiatan
dengan memberi pertanyaan awal dan mengarahkan pada suatu diskusi. Guru mempunyai peran aktif dalam
menentukan permasalahan dan tahap-tahap pemecahannya. Pendekatan inkuiri terbimbing ini digunakan bagi
siswa yang kurang berpengalaman belajar dengan pendekatan inkuiri. Dengan pendekatan ini siswa belajar lebih
beorientasi pada bimbingan dan petunjuk dari guru hingga siswa dapat memahami konsep-konsep pelajaran. Pada
pendekatan ini siswa akan dihadapkan pada tugas-tugas yang relevan untuk diselesaikan baik melalui diskusi
kelompok maupun secara individual agar mampu menyelesaikan masalah dan menarik suatu kesimpulan secara
mandiri.

Pada dasarnya siswa selama proses belajar berlangsung akan memperoleh pedoman sesuai dengan yang
diperlukan. Pada tahap awal, guru banyak memberikan bimbingan, kemudian pada tahap-tahap berikutnya,
bimbingan tersebut dikurangi, sehingga siswa mampu melakukan proses inkuiri secara mandiri. Bimbingan yang
diberikan dapat berupa pertanyaan-pertanyaan dan diskusi multi arah yang dapat menggiring siswa agar dapat
memahami konsep pelajaran matematika. Di samping itu, bimbingan dapat pula diberikan melalui lembar kerja
siswa yang terstruktur. Selama berlangsungnya proses belajar guru harus memantau kelompok diskusi siswa,
sehingga guru dapat mengetahui dan memberikan petunjuk-petunjuk dan scafoldingyang diperlukan oleh siswa.

2.    Inkuiri Bebas (free inquiry approach).

Pada umumnya pendekatan ini digunakan bagi siswa yang telah berpengalaman belajar dengan pendekatan
inkuiri. Karena dalam pendekatan inkuiri bebas ini menempatkan siswa seolah-olah bekerja seperti seorang
ilmuwan. Siswa diberi kebebasan menentukan permasalahan untuk diselidiki, menemukan dan menyelesaikan
masalah secara mandiri, merancang prosedur atau langkah-langkah yang diperlukan.

Selama proses ini, bimbingan dari guru sangat sedikit diberikan atau bahkan tidak diberikan sama sekali. Salah satu
keuntungan belajar dengan metode ini adalah adanya kemungkinan siswa dalam memecahkan masalah open
ended dan mempunyai alternatif pemecahan masalah lebih dari satu cara, karena tergantung bagaimana cara
mereka mengkonstruksi jawabannya sendiri. Selain itu, ada kemungkinan siswa menemukan cara dan solusi yang
baru atau belum pernah ditemukan oleh orang lain dari masalah yang diselidiki.

Sedangkan belajar dengan metode ini mempunyai beberapa kelemahan, antara lain:

a.    Waktu yang diperlukan untuk menemukan sesuatu relatif lama sehingga melebihi waktu yang sudah
ditetapkan dalam kurikulum,

b.    Karena diberi kebebasan untuk menentukan sendiri permasalahan yang diselidiki, ada kemungkinan topik yang
diplih oleh siswa di luar konteks yang ada dalam kurikulum,

c.    Ada kemungkinan setiap kelompok atau individual mempunyai topik berbeda, sehingga guru akan
membutuhkan waktu yang lama untuk memeriksa hasil yang diperoleh siswa,

d.    Karena topik yang diselidiki antara kelompok atau individual berbeda, ada kemungkinan kelompok atau
individual lainnya kurang memahami topik yang diselidiki oleh kelompok atau individual tertentu, sehingga diskusi
tidak berjalan sebagaimana yang diharapkan.

3.    Inkuiri Bebas yang Dimodifikasikan (modified free inquiry approach)

Pendekatan ini merupakan kolaborasi atau modifikasi dari dua pendekatan inkuiri sebelumnya, yaitu: pendekatan
inkuiri terbimbing dan pendekatan inkuiri bebas. Meskipun begitu permasalahan yang akan dijadikan topik untuk
diselidiki tetap diberikan atau mempedomani acuan kurikulum yang telah ada. Artinya, dalam pendekatan ini siswa
tidak dapat memilih atau menentukan masalah untuk diselidiki secara sendiri, namun siswa yang belajar dengan
pendekatan ini menerima masalah dari gurunya untuk dipecahkan dan tetap memperoleh bimbingan. Namun
bimbingan yang diberikan lebih sedikit dari Inkuiri terbimbing dan tidak terstruktur.

Dalam pendekatan inkuiri jenis ini guru membatasi memberi bimbingan, agar siswa berupaya terlebih dahulu
secara mandiri, dengan harapan agar siswa dapat menemukan sendiri penyelesaiannya. Namun, apabila ada siswa
yang tidak dapat menyelesaikan permasalahannya, maka bimbingan dapat diberikan secara tidak langsung dengan
memberikan contoh-contoh yang relevan dengan permasalahan yang dihadapi, atau melalui diskusi dengan siswa
dalam kelompok lain.

Keunggulan dan Kelemahan SPI

1.    Keunggulan :
a.    SPI merupakan strategi pembelajaran yang menekankan kepada pengembangan aspek kognitif kognitif,afektif
dan psikomotor secara seimbang,sehingga pembelajaran melalui strategi ini dianggap lebih bermakna.

b.    SPI dapat memberikan ruang kepada siswa untuk belajar sesuai dengan gaya belajar mereka.

c.    SPI merupakan strategi yang dianggap sesuai dengan perkembangan psikologi modern yang menganggap
belajar adalah proses perubahan.

d.   SPI dapat melayani kebutuhan siswa yang memiliki kemampuan diatas rata-rata.Artinya siswa yang memiliki
kemampuan belajar bagus tidak akan terhambat oleh siswa yang lemah dalam belajar.

2.      Kelemahan

a.    SPI digunakan sebagai strategi pembelajaran,maka akan sulit mengontrol kegiatan dan keberhasilan siswa

b.    Strategi ini sulit dalam merencanakan pembelajaran oleh karena terbentur dalam kebiasaan siswa dalam
belajar

c.    Kadang kadang dalam implementasimnya,memerlukan waktu yang panjang sehingga sering guru sulit
menyesuaikannya dengan waktu yang telah ditentukan.

d.   Selama ketentuan keberhasilan belajar ditentukan oleh kemampuan siswa menguasai materi pelajaran,maka
SPI akan sulit diimplementasikan oleh setiap guru.

Pembelajaran dengan Metode Inkuiri Suchman

Berdasarkan uraian pembelajaran inkuiri umum, kita dapat melihat bahwa waktu dan sumber yang tersedia
merupakan permasalahan dalam pembelajaran. Menanggapi permasalahan ini, Richard Suchman mengembangkan
suatu pembelajaran inkuiri yang telah dimodifikasi. Hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Suchman tentang
model inkuiri ini menunjukkan bahwa keterampilan inkuiri siswa meningkat dan motivasi belajarnya juga
meningkat.

Dahlan dalam Trianto (2009) menyatakan bahwa, Suchman berkeyakinan bahwa siswa akan menyadari tentang 
proses penyelidikannya dan mereka dapat diajarkan tentang prosedur ilmiah secara langsung. Selajutnya, Suchman
berpendapat tentang pentingnya membawa siswa pada sikap bahwa semua pengetahuan bersifat tentative. Joyce
dalam Trianto (2009) menyatakan, bahwa teori Suchman dapat dijabarkan sebagai berikut :

1.    Mengajak siswa membayangkan seakan-akan dalam kondisi yang sebenarnya

2.    Mengidentifikasi komponen-komponen yang berada di sekeliling kondisi tersebut.

3.    Merumuskan permasalahan dan membuat hipotesis pada kondisi tersebut.

4.    Memperoleh data dari kondisi tersebut dengan membuat pertanyaan dan jawabannya  “ya’ atau “tidak”.

5.    Membuat kesimpulan dari data-data yang diperolehnya.

Pembelajaran inkuiri dengan metode Suchman menggunakan pertanyaan-pertanyaan  yang diajukan pada siswa
sebagai alternative untuk prosedur pengumpulan data.

Inkuiri Suchman seperti yang dikutip oleh Kardi dalam Trianto(2009) mempunyai kelebihan, yaitu :

1.    Penelitian dapat diselesaikan dalam waktu satu periode pertemuan. Waktu yang singkat ini memungkinkan
siswa dapat mengalami siklus inkuiri dengan cepat, dan pelatihan mereka akan terampil melakukan inkuiri.

2.    Lebih efektif dalam semua bidang di dalam kurikulum.

Perbedaan utama antar inkuiri Suchman dengan Inkuiri umum terletak pada proses pengumpulan data.

Suchman mengembangkan suatu motode penemuan baru yang menuntun siswa mengumpulkan data melalui
bertanya, maka dari itu model pembelajaran inkuiri menurut Schuman harus memperhatikan :
1.    Struktur Sosial Pembelajaran. Suasana kelas yang nyaman merupakan hal yang penting dalam pembelajaran
inkuiri Suchman karena pertanyaan-pertanyaan harus berasal dari siswa agar proses pembelajaran dapat berjalan
dengan baik. Kerja sama guru dengan siswa, siswa dengan siswa diperlukan juga adanya dorongan secara aktif dari
guru dan teman. Dua atau lebih siswa yang bekerja sama dalam berfikir dan bertanya, akan lebih baik hasilnya jika
dibanding bila siswa bekerja sendiri.

2.    Peran Guru. Pembelajaran inkuiri Suchman, peran guru memonitor pertanyaan siswa untuk mencegah agar
proses inkuiri, tidak sama dengan permainan tebakan. Hal ini memerlukan dua aturan penting, yaitu : Pertanyaan
harus dapat dijawab “ya” atau “tidak” dan harus diucapkan dengan suatu cara siswa dapat menjawab pertanyaan
tersebut dengan melakukan pengamatan; Pertanyaan harus disusun sedemikian rupa sehingga tidak
mengakibatkan guru memberikan jawaban pertanyaan tersebut, tetapi mengarahkan siswa untuk menemukan
jawabannya sendiri.

3.    Sintaks Pembelajaran Inkuiri. Dalam upaya menanamkan konsep , misalnya konsep IPA Biologi pokok bahasan
saling ketergantungan pada siswa, tidak cukup hanya  sekedar ceramah. Pembelajaran akan lebih bermakna jika
siswa diberi kesempatan untuk tahu dan terlibat secara aktif dalam menemukan konsep-konsep dari fakta-fakta
yang dilihat dari lingkungan dengan bimbingan guru.

Pada penelitian ini tahapan pembelajaran yang digunakan mengadaptasi dari tahapan pembelajaran inkuiri yang
dikemukakan oleh Eggen & Kauchak dalam Trianto (2009).  Adapun tahapan pembelajaran inkuiri sebagai berikut:

Tahap Pembejaran Inkuiri

Fase Perilaku Guru

1.    Menyajikan pertanyaan atau Guru membimbing siswa mengidentifikasi


masalah masalah dan masalah dituliskan di papan.
Guru membagi siswa dalam kelompok.

2.    Membuat hipotesis Guru memberikan kesempatan pada siswa


untuk curah pendapat dalam membentuk
hipotesis. Guru membimbing siswa dalam
menentukan hipotesis yang relevan  dengan
permasalahan  dan memproiritaskan
hipotesis mana yang menjadi prioritas
penyelidikan.

3.    Merancang percobaan Guru memberikan kesempatan pada siswa


untuk menentukan langkah-langkah yang
sesuai dengan hipotesis yang akan
dilakukan . Guru membimbing siswa
mengurutkan langkah-langkah percobaan

4.    Melakukan percobaan untuk Guru membimbing siswa mendapatkan


memperoleh informasi informasi melalui percobaan

5.    Megumpulkan dan menganilisis Guru memberi kesempatan kepada setiap


data kelompok untuk menyampaikan hasil
pengolahan data yang terkumpul.

6.    Membuat kesimpulan Guru membimbing siswa dalam membuat


kesimpulan.

Kesimpulan
Gulo dalam Trianto (2009) menyatakan bahwa, strategi inkuiri berarti suatu rangkaian kegiatan belajar yang
melibatkan secara maksimal seluruh kemampuan siswa untuk mencari dan menyelidiki secara sistematis, kritis,
logis, analitis, sehingga mereka dapat  merumuskan sendiri penemuannya dengan penuh percaya diri.

Sasaran utama kegiatan pembelajaran inkuiri adalah keterlibatan siswa secara maksimal dalam proses kegiatan
belajar, keterarahan kegiatan secara maksimal dalam proses kegiatan belajar , mengembangkan sikap percaya
pada diri siswa tentang apa yang ditemukan dalam proses inkuiri. Namun dalam penerapannya, pembelajaran
inkuiri ini memiliki kelemahan seperti adanya kesulitan dalam mengontrol siswa, ketidaksesuaian kebiasaan siswa
dalam belajar, kadang memerlukan waktu yang panjang dalam pengimplementasiannya, dan sulitnya dalam
implementasi yang dilakukan oleh guru bila keberhasilan belajar bergantung pada siswa.

Langkah-langkah pembelajaran inkuiri adalah sebagai berikut orientasi, merumuskan masalah, merumuskan
hipotesis, mengumpulkan data, menguji hipotesis, merumuskan kesimpulan.

MODEL PEMBELAJARAN TERPADU


MODEL PEMBELAJARAN TERPADU

Model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang menggambarkan prosedur sistematik dalam
mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar.
A. Pengertian pembelajaran terpadu
Menurut guru besar Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Sebelas Maret (UNS) Solo Prof. Dr.
Sri Anitah Wiryawan, M.Pd. (Pikiran Rakyat, 11 April 2003) kurikulum terpadu adalah suatu pendekatan untuk
mengorganisasikan kurikulum dengan cara menghapus garis batas mata pelajaran yang terpisah-pisah, sedangkan
pembelajaran terpadu merupakan
metode pengorganisasian pembelajaran yang menggunakan beberapa bidang mata pelajaran yang sesuai.
Istilah kurikulum terpadu dengan pembelajaran terpadu dalam penggunaannya dapat saling dipertukarkan.
Pembelajaran terpadu merupakan suatu aplikasi salah satu startegi pembelajaran berdasarkan pendekatan
kurikulum terpadu yang bertujuan untuk menciptakan atau membuat proses pembelajaran secara relevan dan
bermakna bagi anak (Atkinson, 1989:9dalam Ahmad). Selanjutnya dijelaskan bahwa dalam pembelajaran terpadu
didasarkan pada pendekatan inquiry, yaitu melibatkan siswa mulai dari merencanakan, mengeksplorasi, dan brain
storming dari siswa. Dengan pendekatan terpadu siswa didorong untuk berani bekerja secara kelompok dan
belajar dari hasil pengalamannya sendiri.

Collins dan Dixon (1991:6 dalam Ahmad) menyatakan tentang pembelajaran terpadu sebagai berikut :
integrated learning occurs when an authentic event or exploration of a topic in the driving force in the curriculum.
Selanjutnya dijelaskan bahwa dalam pelaksanaannya anak dapat diajak berpartisipasi aktif dalam mengeksplorasi
topik atau kejadian, siswa belajar proses dan isi (materi) lebih dari satu
bidang studi pada waktu yang sama.
Pembelajaran terpadu sangat memperhatikan kebutuhan anak sesuai dengan perkembangannya yang holistik
dengan melibatkan secara aktif dalam proses pembelajaran baik fisik maupun emosionalnya. Untuk itu aktivitas
yang diberikan meliputi aktif mencari, menggali, dan menemukan konsep serta prinsip keilmuan yang holistik,
bermakna, dan otentik sehingga siswa dapat menerapkan perolehan belajar untuk memecahkan masalah-masalah
yang nyata di dalam kehidupan sehari-hari. Pembelajaran terpadu juga menekankan integrasi berbagai aktivitas
untuk mengeksplorasi objek, topik, atau tema yang merupakan kejadian-kejadian, fakta, dan peristiwa yang
otentik.
Pelaksanaan pembelajaran terpadu pada dasarnya agar kurikulum itu bermakna bagi anak. Hal ini dimaksudkan
agar bahan ajar tidak digunakan secara terpisah-pisah, tetapi merupakan suatu kesatuan bahan yang utuh dan cara
belajar yang sesuai dengan kebutuhan perkembangan siswa.
Jadi yang dimaksud dengan pembelajaran terpadu adalah suatu pendekatan dalam pembelajaran yang secara
sengaja mengaitkan beberapa aspek baik dalam intramata pelajaran maupun antarmata pelajaran.
Prabowo (2000:3) mengatakan bahwa pembelajaran terpadu sebagai suatu proses mempunyai beberapa ciri
yaitu :
1. berpusat pada siswa (student centered)
2. proses pembelajaran mengutamakan pemberian pengalaman langsung
3. pemisahan antar bidang studi tidak terlihat jelas.

Jadi, sesuai dengan pengertian-pengertian di atas, bahwa dengan adanya pemaduan itu siswa akan memperoleh
pengetahuan dan keterampilan secara utuh sehingga pembelajaran menjadi bermakna bagi siswa. Bermakna disini
memberikan arti bahwa pada pembelajaran terpadu siswa akan dapat memahami konsep-konsep yang mereka
pelajari melalui pengalaman langsung dan nyata yang menghubungkan antarkonsep dalam intramata pelajaran
maupun antarmata pelajaran. Pembelajaran terpadu tampak lebih menekankan keterlibatan siswa dalam belajar,
sehingga siswa terlibat aktif dalam proses pembelajaran untuk pembuatan keputusan. Setiap siswa memerlukan
bekal pengetahuan dan kecakapan agar dapat hidup di masyarakat dan bakal ini diharapkan diperoleh melalui
pengalaman belajar di sekolah. Oleh karena itu pengalaman belajar di sekolah sedapat mungkin memberikan bekal
siswa dalam mencapai kecakapan untuk berkarya. Kecakapan ini disebut kecakapan hidup yang cakupannya lebih
luas dibanding hanya sekedar keterampilan.
B. Karakteristik Pembelajaran Terpadu
Sebagai suatu proses, pembelajaran terpadu memiliki karakteristik sebagai berikut :
1. Pembalajaran terpusat pada anak
Pembalajaran terpadu dikatakan sebagai pembelajaran yang berpusat pada anak, karena pada dasarnya
pembelajaran terpadu merupakan suatu sistem pembelajaran yang memberikan keleluasaan pada siswa, baik
secara individu maupun secara kelompok. Siswa dapat aktif mencari, menggali, dan manemukan konsep serta
prinsip-prinsip dari suatu pengetahuan yang harus dikuasainya sesuai dengan perkembangannya.
2. Menekankan pembentukan pemahaman dan kebermaknaan
Pembelajaran terpadu mengkaji suatu fenomena dari berbagai macam aspek yang membentuk semacam jalinan
antarskemata yang dimiliki oleh siswa, sehingga akan berdampak pada kebermaknaan dari materi yang dipelajari
siswa. Hasil yang nyata didapat dari segala konsep yang diperoleh dan keterkaitannya dengan konsep-konsep lain
yang dipelajari dan mengakibatkan kegiatan belajar menjadi lebih bermakna.hal ini diharapkan dapat berakibat
pada kemampuan siswa untuk dapat menerapakan perolahan belajaranya pada pemecahan masalah-masalah yang
nyata dalam kehidupannya.
3. Belajar melalui proses pengalaman langsung
Pada pembelajaran terpadu diprogramkan untuk melibatkan siswa secara langsung pada konsep dan prisip yang
dipelajari dan memungkinkan siswa belajar dengan melakukan kegiatan secara langsung. Sehingga siswa akan
memahami hasil belajarnya secara langsung dan kemudian siswa akan memahami hasil belajarnya sesuai dengan
fakta dan peristiwa yang mereka alami, bukan sekedar informasi dari gurunya. Guru lebih banyak bertindak
sebagai fasilitator yang membimbing kearah tujuan yang ingin dicapai. Sedangkan siswa sebagai aktor pencari
fakta dan informasi untuk mengembangkan pengetahuannya.
4. Lebih memperhatikan proses daripada hasil semata
Pada pembelajaran terpadu dikembangkan pendekatan discovery inquiry (penemuan terbimbing) yang melibatkan
siswa secara aktif dalam proses pembelajaran yaitu mulai dari perencanaan, pelaksanaan sampai proses evaluasi.
Pembelajaran terpadu dilaksanakan dengan melihat keinginan, minat, dan kemampua siswa sehingga
memungkinkan siswa termotivasi untuk belajar terus-menerus.
5. Sarat dengan muatan keterkaitan
Pembelajaran terpadu memusatkan perhatian pada pengamatan dan pengkajian suatu gejala atau peristiwa dari
beberapa mata pelajaran sekaligus, tidak dari sudut pandang yang terkotak-kotak. Sehingga memungkinkan siswa
untuk memahami suatu fenomena pembelajaran dari segala sisi, yang pada gilirannya nanti akan membuat siswa
lebih arif dan bijak dalam menyikapi atau menghadapi kejadian yang ada.

C. Tujuan Pembelajaran Terpadu


Pembalajaran terpadu dikembangkan selain untuk mencapai tujuan pembalajaran yang telah
ditetapkan, diharapkan siswa juga dapat :
1. Meningkatkan pemahaman konsep yang dipelajarinya secara lebih bermakna,
2. Mengembangkan keterampilan menemukan, mengolah, dan memanfaatkan informasi,
3. Menumbuhkembangkan sikap positif, kebiasaan baik, dan nilai-nilai luhur yang diperlukan dalam kehidupan,
4. Menumbuhkembangkan keterampilan sosial seperti kerja sama, toleransi, komunikasi, serta menghargai
pendapat orang lain,
5. Meningkatkan minat dalam belajar,
6. Memilih kegiatan yang sesuai dengan minat dan kebutuhannya.
D. Kemanfaatan Pembalajaran Terpadu
Ada beberapa manfaat dalam menggunakan pembelajara terpadu, yaitu :
1. Memungkinkan anak mengekplorasi dan mengekpresikan pengetahuan dan keterampilannya melalui berbagai
kegiatan.
2. Meningkatkan pemahaman anak secara komprehensif.
3. Meningkatkan kecakapan berpikir anak
4. Banyak topik yang tertuang di setiap mata pelajaran mempunyai keterkaiatan konsep dengan yang dipelajari
siswa.
5. Pada pembelajaran terpadu memungkinkan siswa memanfaatkan keterampilannya yang dikembangkan dari
mempelajari keterkaitan antarmata pelajaran.
6. Pembelajaran terpadu melatih siswa untuk semakin banyak membuat hubungan inter dan antarmata pelajaran,
sehingga siswa mampu memproses informasi dengan cara yang sesuai daya pikirnya dan memungkinkan
berkembangnya jaringan konsep-konsep.
7. Pembalajaran terpadu membantu siswa dapat memecahkan masalah dan berpikir kritis untuk dapat
dikembangkan melalui keterampilan dalam situasi nyata.
8. Daya ingat (retensi) terhadap materi yang dipelajari siswa dapat ditingkatkan dengan jalan memberikan topik-
topik dalam berbagai ragam situasi dan berbagai ragam kondisi.
9. Dalam pembelajaran terpadu transfer pembelajaran dapat mudah terjadi bila situasi pembelajaran dekat
dengan situasi kehidupan nyata.
10. Meningkatkan interaksi sosial anak.
11. Meningkatkan profesionalisme guru.

E. Model-model pembelajaran terpadu

1. Pembelajaran Terpadu Tipe Terhubung (Connected)


Connected Model adalah model pengembangan kurikulum yang menggabungkan secara jelas satu topik dengan
topik berikutnya, satu konsep dengan konsep lainnya, satu kemampuan dengan kemampuan lainnya, kegiatan satu
hari dengan hari lainnya, dalam satu mata pelajaran.
Contoh pengajaran menggunakan pembelajaran terpadu tipe terhubung (connected) :
Guru menghubungkan/menggabungkan konsep matematika tentang uang dengan konsep jual beli, untung rugi,
simpan pinjam, dan bunga.
a. Kelebihan
1. Guru akan dapat melihat gambaran yang menyeluruh dan kemampuan/indikator yang digabungkan;
2. kegiatan anak lebih terarah untuk mencapai kemampuan yang tertera pada indikator;
3. siswa memperoleh gambaran secara menyeluruh tentang suatu konsep sehingga transfer pengetahuan akan
sangat mudah karena konsep-konsep pokok dikembangkan terus-menerus;
4. siswa dapat memperoleh gambaran yang lebih jelas dan luas dari konsep yang dijelaskan dan juga siswa diberi
kesempatan untuk melakukan pedalaman, tinjauan, memperbaiki dan mengasimilasi gagasan secara bertahap.

b. Kekurangan
1. model ini belum memberikan gambaran yang menyeluruh karena belum menggabungkanbidang-bidang
pengembangan/mata pelajaran yang lain;
2. model ini kurang mendorong guru bekerja sama karena relatif mudah dilaksanakan secara mandiri;
3. bagi guru bidang studi mungkin kurang terdorong untuk menghubungkan konsep yang terkait karena sukarnya
mengatur waktu untuk merundingkannya atau karena terfokus pada keterkaitan konsep, maka pembelajaran
secara global jadi terabaikan.

2. Pembelajaran Terpadu Model Jaring Laba-Laba (Webbed)


Tahapan atau Langkah untuk membuat rancangan pembelajaran terpadu dengan model jaring laba-laba di TK,
yaitu:
1. mempelajari kompetensi dasar, hasil belajar dan indikator setiap bidang pengembangan untuk masing-masing
kelompok usia;
2. mengidentifikasi tema dan subtema dan memetakannya dalam jaring tema;
3. mengidentifikasi indikator pada setiap kompetensi bidang pengembangan melalui tema dan subtema;
4. menentukan kegiatan pada setiap bidang pengembangan dengan mengacu pada indikator yang akan dicapai dan
subtema yang dipilih;
5. menyusun Rencana Kegiatan Mingguan;
6. menyusun Rencana Kegiatan Harian.
Contoh dari penggunaan pembelajaran terpadu model jaring laba-laba (webbed) ini adalah : siswa dan guru
menentukan tema misalnya air, maka guru-guru mata pelajaran dapat mengajarkan tema air itu ke dalam sub-sub
tema misalnya siklus air, kincir air, air waduk, air sungai, bisnis air dari PDAM yang tergabung dalam mata pelajaran
matematika, IPS, IPA, dan Bahasa.
a. Kelebihan
1. Siswa adalah diperolehnya pandangan hubungan yang utuh tentang kegiatan dari ilmu-ilmu yang berbeda;
2. faktor motivasi berkembang karena adanya pemilihan tema yang didasarkan pada minat siswa;
3. siswa dapat dengan mudah melihat bagaimana kegiatan yang berbeda dan ide yang berbeda dapat saling
berhubungan.

b. Kekurangan
1. kecenderungan untuk mengambil tema sangat dangkal sehingga kurang bermanfaat bagi siswa;
2. seringkali guru terfokus pada kegiatan sehingga materi atau konsep menjadi terabaikan;
3. memerlukan keseimbangan antara kegiatan dan pengembangan materi pelajaran.

3. Pembelajaran Terpadu Model Integrated (Terpadu)


Integrated Model adalah model pengembangan kurikulum yang menggunakan pendekatan lintasbidang ilmu
utama dengan mencari keterampilan, konsep dan sikap yang tumpangtindih. Dalam konteks pembelajaran TK,
Integrated Model adalah model pengembangan kurikulum yang menggunakan pendekatan lintas bidang
pengembangan. Model ini berusaha memberikan gambaran yang utuh pada anak tentang tujuan melakukan
kegiatan-kegiatan yang terdapat dalambidang-bidang pengembangan.
Contoh penerapan pembelajaran terpadu tipe keterpaduan adalah : Pada awalnya guru menyeleksi konsep-konsep
keterampilan dan nilai sikap yang diajarkan dalam satu semester dari beberapa mata pelajaran misalnya:
matematika, IPS, IPA dan Bahasa. Selanjutnya dipilih beberapa konsep, keterampilan dan nilai sikap yang memiliki
keterhubungan yang erat dan tumpang tindih di antara beberapa mata pelajaran.
a. Kelebihan
1. Guru akan dapat melihat gambaran yang menyeluruh dari kemampuan yang dikembangkan dari berbagai bidang
studi/mata pelajaran;
2. memberikan kegiatan yang lebih terarah pada tiap bidang pengembangan untuk mencapai kemampuan yang
telah ditentukan pada indikator;
3. siswa merasa senang dengan adanya keterkaitan dan hubungan timbale balik antar berbagai disiplin ilmu;
4. memperluas wawasan dan apresiasi guru.

b. Kekurangan
1. Cukup sulit dilaksanakan karena membutuhkan guru yang berkemampuan tinggi dan yakin dengan konsep dan
kemampuan yang akan dikembangkan di setiap bidang pengembangan;
2. kurang efektif karena membutuhkan kerjasama dari banyak guru;
3. sulit mencari keterkaitan antara mata pelajaran yang satu dengan yang lainnya, juga mencari keterkaitan aspek
keterampilan yang terkait;
4. dibutuhkan banyak waktu pada beberapa mata pelajaran untuk didiskusikan guna mencari keterkaitan dan
mencari tema.

F. Kelebihan dan Kekurangan Pembelajaran Terpadu

1. Kelebihan
Kelebihan tersebut didasari oleh beberapa alasan.
1. Materi pelajaran menjadi dekat dengan kehidupan anak sehingga anak dengan mudah memahami sekaligus
melakukannya.
2. Siswa juga dengan mudah dapat mengaitkan hubungan materi pelajaran di mata pelajaran yang satu dengan
mata pelajaran lainnya.
3. Dengan bekerja dalam kelompok, siswa juga dapat mengembangkan kemampuan belajarnya dalam aspek afektif
dan psikomotorik, selain aspek kognitif.
4. Pembelajaran terpadu mengakomodir jenis kecerdasan siswa.
5. Dengan pendekatan pembelajaran terpadu guru dapat dengan mudah menggunakan belajar siswa aktif sebagai
metode pembelajaran.
2. Kekurangan
1. Aspek Guru: Guru harus berwawasan luas, memiliki kreativitas tinggi, keterampilan metodologis yang handal,
rasa percaya diri yang tinggi, dan berani mengemas dan mengembangkan materi. Secara akademik, guru dituntut
untuk terus menggali informasi ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan materi yang akan diajarkan dan banyak
membaca buku agar penguasaan bahan ajar tidak terfokus pada bidang kajian tertentu saja. Tanpa kondisi ini,
maka pembelajaran terpadu akan sulit terwujud.
2. Aspek peserta didik: Pembelajaran terpadu menuntut kemampuan belajar peserta didik yang relatif “baik”, baik
dalam kemampuan akademik maupun kreativitasnya. Hal ini terjadi karena model pembelajaran terpadu
menekankan pada kemampuan analitik (mengurai), kemampuan asosiatif (menghubung-hubungkan), kemampuan
eksploratif dan elaboratif (menggali dan menemukan). Bila kondisi ini tidak dimiliki, maka penerapan model
pembelajaran terpadu ini sangat sulit dilaksanakan.
3. Aspek sarana dan sumber pembelajaran: Pembelajaran terpadu memerlukan bahan bacaan atau sumber
informasi yang cukup banyak dan bervariasi, mungkin juga fasilitas internet. Semua ini akan menunjang,
memperkaya, dan mempermudah pengembangan wawasan. Bila sarana ini tidak dipenuhi, maka penerapan
pembelajaran terpadu juga akan terhambat.
4. Aspek kurikulum: Kurikulum harus luwes, berorientasi pada pencapaian ketuntasan pemahaman peserta didik
(bukan pada pencapaian target penyampaian materi). Guru perlu diberi kewenangan dalam mengembangkan
materi, metode, penilaian keberhasilan pembelajaran peserta didik.
5. Aspek penilaian: Pembelajaran terpadu membutuhkan cara penilaian yang menyeluruh (komprehensif), yaitu
menetapkan keberhasilan belajar peserta didik dari beberapa bidang kajian terkait yang dipadukan. Dalam kaitan
ini, guru selain dituntut untuk menyediakan teknik dan prosedur pelaksanaan penilaian dan pengukuran yang
komprehensif, juga dituntut untuk berkoordinasi dengan guru lain, bila materi pelajaran berasal dari guru yang
berbeda.
6. Suasana pembelajaran: Pembelajaran terpadu berkecenderungan mengutamakan salah satubidang kajian dan
‘tenggelam’nya bidang kajian lain. Dengan kata lain, pada saat mengajarkan sebuah TEMA, maka guru
berkecenderungan menekankan atau mengutamakan substansi gabungan tersebut sesuai dengan pemahaman,
selera, dan latar belakang pendidikan guru itu sendiri.
G. Cara/Strategi Pembalajaran Terpadu
Pembelajaran terpadu dapat dilaksanakan dengan dua cara yaitu memadukan siswa dan memadukan materi-
materidari matapelajaran-matapelajaran.
1. Integrasi melalui pemaduan siswa
Cara ini memadukan beberapa kelas menjadi satu kelas, sehingga 1 pembelajaran kelas diikuti oleh lebih dari satu
tungkat usia siswa. Misalnya kelas 1 dan kelas 2 SD diajar matematika bersama-sama. Cara ini tentunya
memerlukan keahlian guru untuk memberikan tugas yang bertingkat sehingga siswa belajar dari yang mudah
menuju tingkat yang lebih sulit. Siswa kelas 1 dapat belajar dari siswa yang lebih tua dan lebih pengetahuannya,
sedangkan siswa yang lebih tua (kelas 2) dapat mengajarkan pengetahuannya kepada siswa yang lebih muda.
2. Integrasi materi/mata pelajaran
Cara ini memadukan materi dari beberapa mata pelajaran dalam satu kesatuan kegiatan pembelajaran. Dalam 1
kegiatan pembelajaran siswa belajar berbagai mata pelajaran misal matematika, Bahasa, IPA, dan IPS. Cara ini
biasanya dilakukan dengan memadukan topik-topik (tema-tema) menjadi satu kesatuan tema yang disebut tematik
unit. Tematik unit merupakan rangkaian tema yang dikembangkan dari suatu tema dasar. Sedangkan tema dasar
merupakan pilihan atau kesepakatan antara guru dengan siswa berdasarkan kajian keseharian yang dialami siswa
dengan penyesuaian dari materi-materi yang ada pada kurikulum. Selanjutnya tema dasar tersebut dikembangkan
menjadi banyak tema yang disebut unit tema (subtema).

H. Prosedur Pelaksanaan Pembelajaran Terpadu


Pada dasarnya ada 2 tahap yang harus dilalui dalam prosedur pembelajaran terpadu yaitu tahap perencanaan,
tahap pelaksanaan dan tahap evaluasi.
1. Tahap Perencanaan Pembelajaran Terpadu
Perencanaan pembelajaran pada dasarnya adalah rangkaian yang memuat isi dan kegiatan pembelajaran yang
bersifat menyeluruh dan sistematis, yang akan digunakan sebagai pedoman oleh guru dalam mengelola kegiatan
belajar mengajar. Dalam pembalajaran terpadu perencanaan yang harus dilakukan seorang guru adalah sebagai
berikut :
a. Pemilihan tema dan unit-unit tema
Pemilihan tema ini dapat dating dari staf pengajar yaitu guru kelas atau guru bidang studi dan siswa. Biasanya guru
yang memilih tema dasarnya dan dengan musyawarah siswa memilih unit tema. Pemilihan tema dasar yang
dilakukan oleh guru dengan mengaju pada tema dan materi-materi pada pokok bahasan pada setiap mata
pelajaran yang terdapat pada kurikulum. Tema dapat juga dipilih berdasarkan pertimbangan lain, yaitu tema yang
dipilih merupakan consensus antar siswa, misal dari buku-buku bacaan, pengalaman, minat, isu-isu, yang sedang
beredar di masyarakat dengan mengingat ketersediaan sarana dan sumber belajar yang sesuai dengan tingkat
perkembanagn siswa.
1) Tema dasar-Unit tema
Tema dapat muncul dari siswa, kemudian guru yang mengorganisir atau guru melontarkan tema dasar, kemudian
siswa mengembangkan unit temanya.
2) Curah pendapat
Curah pendapat ini bermanfaat untuk memunculkan tema dasar kemudian dikembangkan menjadi unit tema.
Setelah tema dasar dan unit tema dipilih maka akan terbentuk jaring-jaring.

Ada beberapa syarat yang harus dipenuhi dalam penentuan tema, yaitu :
• Penentuan tema merupakan hasil ramuan dari berbagai materi di dalam satu atau beberapa mata pelajaran.
• Tema diangkat sebagai sarana untuk mencapai tujuan pembelajaran yang terpadu dalam materi pelajaran,
prosedur penyampaian, serta pemaknaan pengalaman belajar oleh para siswa.
• Tema disesuaikan dengan karakteristik belajar siswa sehingga asas perkembangan berpikir anak dapat
dimanfaatkan secara maksimal.
• Tema harus bersifat cukup problematik atau popular sehingga membuka kemungkinan luas untuk melaksanakan
pembelajaran yang beragam yang mengandung substansif yang lebih luas yang apabila dibandingkan dengan
pembelajaran yang biasa.
Beberapa prosedur pemilihan tema adalah sebagai berikut :
Model ke-1
Pada model ini tema sudah ditentukan atau dipilih oleh guru berdasar pada beberapa kurikulum beberapa mata
pelajaran yang kemudian dapat dikembangkan menjadi sub-sub tema atau unit tema.
Model ke-2
Pada model ini tema ditentukan bersama antara guru dengan siswa. Meskipun demikian tema tidak boleh lepas
dari materi yang akan dipelajari.
Model ke-3
Pada model ini tema ditentukan oleh siswa dengan bimbingan guru.
b. Langkah perencanaan aktivitas
Langkah perencanaan aktivitas di sini meliputi : pemilihan sumber, pemilihan aktivitas, dan perencanaan evaluasi.
Evaluasi dalam pembalajaran terpadu meliputi berikut ini :
1. Janis evaluasi yaitu evaluasi otentik.
2. Sasaran evaluasi berupa proses dan dan hasil belajar siswa.
3. Aspek yang dievaluasi. Keseluruhan aspek kepribadian siswa dievaluasi yaitu
meliputi kognitif, afektif, dan psikomotorik.
4. Teknik-teknik evaluasi yang digunakan meliputi :
a. Observasi (mengamati prilaku hasil belajar siswa) dengan menggunakan daftar cek atau skala penilaian.
b. Wawancara guru dan siswa dengan menggunakan pedoman wawancara.
c. Evaluasi siswa
d. Jurnal siswa
e. Portofolio
f. Tes prestasi belajar (baku atau buatan guru)
c. Kontrak belajar
Kontrak belajar ini akan memeberikan arah dan isi aktivitas siswa dan merupakan suatu kesepakatan antara guru
dan siswa.
2. Tahap Pelaksanaan Pembelajaran Terpadu dan Evaluasi
Pada tahap pelaksanan ini langkah-langkahnya adalah sebagai berikut :
a. Aktivitas siswa
Aktivitas dapat berupa : pengumpulan informasi baik kelompok maupun individual, membaca sumber, wawancara
dengan narasumber, pengamatan lapangan, eksperimen, pengolahan informasi, dan penyusunan laporan.
b.Kulminasi (Sharing)
Kulminasi (Sharing) dalam bentuk penilaian proses (merupakan dampak dari proses pembelajaran, dampak
pengiring, prosedur formal dan informal terutama untuk memperoleh balikan) yaitu penyajian laporan, diskusi dan
balikan, unjuk kerja dan pameran, serta evaluasi.

I. Kesimpulan
Jadi yang dimaksud dengan pembelajaran terpadu adalah suatu pendekatan dalam pembelajaran yang secara
sengaja mengaitkan beberapa aspek baik dalam intramata pelajaran maupun antarmata pelajaran. Disini dituntut
keprofesionalan seorang guru dalam mengkaitkan beberapa materi dalam satu mata pelajaran atau bahkan dari
berbagai macam mata pelajaran. Guru sangat dituntut untuk berwawasan yang luas, sehingga dalam mengkaitkan
antar beberapa mata pelajaran tidak terpisah-pisah, melainkan menjadi suatu kesatuan yang utuh. 

Model Pembelajaran Berbasis Proyek atau Tugas

Model Pembelajaran Berbasis Proyek atau Tugas

1.      Pengertian

Pembelajaran berbasis proyek atau tugas adalah metode belajar yang menggunakan masalah sebagai langkah awal
dalam pengumpulan dan mengintegrasikan pengetahuan baru berdasarkan pengalamannya dalam beraktivitas
secara nyata.

Pembelajaran berbasis proyek/tugas (project-based/task learning) membutuhkan suatu pendekatan pengajaran


komprehensif di mana lingkungan belajar siswa didesain agar siswa dapat melakukan penyelidikan terhadap
masalah-masalah autentik termasuk pendalaman materi dari suatu topik mata pelajaran, dan melaksanakan tugas
bermakna lainnya. Pendekatan ini memperkenankan siswa untuk bekerja secara mandiri dalam
mengkostruksikannya dalam produk nyata (Buck Institue for Eduction, 2001).

Dalam pem bel ajaran berbasis proyek, siswa diberikan tugas atau pro yek yang kompleks, cukup sulit, lengkap,
tetapi realistik dan kemudian di be rikan bantuan secukupnya agar mereka dapat menyelesaikan tugas. Di sam ping
itu, penerapan strategi pembel ajaran berbasis proyek/ tugas ini mendo rong tumbuhnya kompetensi nurturant
seperti kreativitas, ke mandirian, tanggung jawab, keper cayaan diri, dan berpikir kritis dan analitis.

Dari berbagai karakteristiknya, Pembelajaran Berbasis Proyek didukung teori-teori belajar


konstruktivistik.Konstruktivisme adalah teori belajar yang mendapat dukungan luas yang bersandar pada ide
bahwa peserta didik membangun pengetahuannya sendiri di dalam konteks pengalamannya sendiri.

Dalam konteks pembaruan di bidang teknologi pembelajaran, Pembelajaran Berbasis Proyek dapat dipandang
sebagai pendekatan penciptaan lingkungan belajar yang dapat mendorong pebelajar mengkonstruk pengetahuan
dan keterampilan melalui pengalaman langsung. Proyek dalam Pembelajaran Berbasis Proyek dibangun
berdasarkan ide-ide pebelajar sebagai bentuk alternatif pemecahan masalah riil tertentu, dan pebelajar mengalami
proses belajar pemecahan masalah itu secara langsung.

Menurut banyak literatur, konstruktivisme adalah teori belajar yang bersandar pada ide bahwa pebelajar
mengkonstruk pengetahuan mereka sendiri di dalam konteks pengalaman mereka sendiri (Murphy, 1997; Brook &
Brook, 1993, 1999; Driver & Leach, 1993; Fraser, 1995). Pembelajaran konstruktivistik berfokus pada kegiatan aktif
pebelajar dalam memperoleh pengalaman langsung (“doing”), ketimbang pasif “menerima” pengetahuan. Dari
perspektif konstruktivis, belajar bukanlah murni fenomena stimulus-respon sebagaimana dikonsepsikan para
behavioris, akan tetapi belajar adalah proses yang memerlukan pengaturan diri sendiri (self-regulation) dan
pembangunan struktur konseptual melalui refleksi dan abstraksi (von Glaserfeld, dalam Murphy, 1997). Kegiatan
nyata yang dilakukan dalam proyek memberikan pengalaman belajar yang dapat membantu refleksi dan
mendekatkan hubungan aktivitas dunia nyata dengan pengetahuan konseptual yang melatarinya yang diharapkan
akan dapat berkembang lebih luas dan lebih mendalam (Barron, Schwartz, Vye, Moore, Petrosino, Zech, Bransford,
& The Cognition and Technology Group at Vanderbilt, 1998).

Hal ini menunjukkan bahwa Pembelajaran Berbasis Proyek, yang mendasarkan pada aktivitas dunia nyata,
berpotensi memperluas dan memperdalam pengetahuan konseptual dan prosedural (Gagne, 1985), yang pada
khasanah lain disebut juga knowing that dan knowing how (Wilson, 1995). Knowing ‘that’ and ‘how’ is not
sufficient without the disposition to ‘do’ (Kerka, 1997). Perluasan dan pendalaman pemahaman pengetahuan
tersebut dapat diamati dengan mengukur peningkatan kecakapan akademiknya.

Peranan guru yang utama adalah mengendalikan ide-ide dan interpretasi siswa dalam belajar, dan memberikan
alternatif-alternatif melalui aplikasi, bukti-bukti, dan argumen-argumen.

2.      Katakteristik pembelajaran berbasis proyek / tugas

Pembelajaran berbasis proyek memiliki potensi yang besar untuk memberikan pengalaman belajar yang lebih
menarik dan bermakna bagi siswa ( Gear, 1998). Sedangkan menurut Buck Institute For Education (1999)dalam
Made (2000, 145) belajar berbasis proyek memiliki karakteristik yaitu  :

a.       Siswa membuat keputusan dan membuat kerangka kerja

b.      Terdapat masalah yang pemecahannya  tidak ditentukan sebelumnya

c.       Siswa merancang proses untuk mencapai hasil

d.      Siswa bertanggunga jawab untuk mendapatkan dan mengelola informasi yang dikumpulkan

e.       Siswa melakukan evaluasi secara kontinu

f.       Siswa secara teratur melihat kembali apa yang meraka kerjakan

g.      Hasil akhir berupa produk dan di evaluasi kualitasnya

h.      Kelas memiliki atmosfir yang memberikan toleransi kesalahan dan perubahan.

3.      Ciri – ciri dan Prinsip Pembelajaran Berbasis Proyek atau Tugas

Ada lima criteria apakah suatu pembelajaran berproyek termasuk pembelajaran berbasis proyek , lima criteria itu
yaitu :

a.       Keterpusatan ( centrality)

Proyek dalam pembelajaran berbasis proyek adalah pusat atau inti kurikulum, bukan pelengkap kurikulum
,didalam pembelajaran proyek adalah strategi pembelajaran, pelajaran mengalami dan belajar konsep – konsep
inti suatu disiplin ilmu melalui proyek. Model ini merupakan pusat strategi pembelajaran, dimana siswa belajar
konsep utama dari suatu pengetahuan melalui kerja proyek. Oleh karna itu, kerja proyek bukan merupakan praktik
tambahan dan aplikasi praktis dari konsep yang sedang dipelajari , melainkan menjadi sentral kegiatan
pembelajaran dikelas.

b.      Berfokus pada pertanyaan atau masalah

Proyek dalam PBL adalah berfokus pada pertanyaan atau masalah , yang mendorong pelajar menjalani (dalam
kerja keras ) konsep-konsep dan prinsip-prinsip inti atau pokok dari disiplin.
c.       Investigasi konstruktif atau desain

Proyek melibatkan pelajaran dalam investigasi konstruktif dapat berupadesain, pengambilan keputusan,
penemuan masalah, pemecahan masalah, deskoveri akan tetapi aktifitas inti dari proyek ini harus meliputi
transformasi dan kontruksi pengetahuan

d.      Bersifat otonomi pembelajaran

Lebih mengutamakan otonomi, pilihan waktu kerja dan tanggung jawab pelajaran terhadap proyek

e.       Bersifat realisme

Pembelajaran berebasis proyek melibatkan tantangan kehidupan nyata , berfokus pada pertanyaanatau masalah
autentik bukan simulative dan pemecahannya berpotensi untuk diterapkan dilapangan yang sesungguhnya.

4.      Pelaksanaan pembelajaran berbasis proyek atau tugas

Berdasarkan kegiatan pengajar dan pelajar dalam pendekatan PBL, maka PBL yang akan dibuat di dalam lingkungan
web terbagi dalam tiga tahapan yakni persiapan, pembelajaran dan evaluasi, tetapi dari tiga tahapan tersebut
dapat dideskripsikan menjadi enam tahapan sebagai berikut

a.       Persiapan

Pengajar merancang desain atau membuat kerangka proyek yang bermanfaat dalam menyediakan informasi yang
dibutuhkan oleh pelajar dalam mengembangkan pemikiran terhadap proyek tersebut sesuai dengan kerangka yang
ada, dan menyediakan sumber yang dapat membantu pengerjaannya. Hal ini akan mendukung keberhasilan
pelajar dalam menyelesaikan suatu proyek dan cukup membantu dalam menjawab pertanyaan, beraktifitas dan
berkarya. Kerangka menjadi sesuatu yang penting untuk dibaca dan digunakan oleh pelajar. Oleh karenanya,
pengajar harus melakukan perannya dengan baik dalam menganalisa dan mengintegrasikan kurikulum,
mengumpulkan pertanyaan, mencari web site atau sumber yang dapat membantu pelajar dalam menyelesaikan
proyek, dan menyimpannya di dalam web.

b.      Penugasan/menentukan topik.

Sesuai dengan tugas proyek yang diberikan oleh pengajar maupun pilihan sendiri, pelajar akan memperoleh dan
membaca kerangka proyek, lalu berupaya mencari sumber yang dapat membantu. Dengan berdasar pada referensi
alamat web yang berisi materi relevan, pelajar dengan cepat dan langsung mendapatkan materi yang berkualitas
yang sesuai dengan kebutuhan proyek. Lalu pelajar berupaya berpikir dengan kemampuannya berdasar pada
pengalaman yang dimiliki, membuat pemetaan topik, dan mengembangkan gagasannya dalam menentukan sub
topik suatu proyek.

c.       Merencanakan kegiatan.

Pelajar bekerja dalam proyek individual, kelompok dalam satu kelas atau antar kelas. Pelajar menentukan kegiatan
dan langkah yang akan diambil sesuai dengan sub topiknya, merencanakan waktu pengerjaan dari semua sub topik
dan menyimpannya di dalam web. Jika bekerja dalam kelompok, tiap anggota harus mengikuti aturan dan memiliki
rasa tanggungjawab. Sedangkan pengajar berkewajiban menyampaikan isi dari rencana proyeknya kepada orang
tua, sehingga orang tua dapat ikut serta membantu dan mendukung anaknya dalam menyelesaikan proyek.

d.      Investigasi dan penyajian.

Investigasi disini termasuk kegiatan : menanyakan pada ahlinya melalui e-mail, memeriksa web site, dan saling
tukar pengalaman dan pengetahuan serta melakukan survei melalui web. Dalam perkembangannya, terkadang
berisi observasi, eksperimen, dan field trips. Diskusi dapat dilakukan secara sinkron dan asinkron melalui chating.
Lalu penyajian hasil dapat berupa gambar, tulisan, diagram matematika, pemetaan dan lain-lain. Secara rutin,
orang tua dan pengajar berkomunikasi untuk memantau kegiatan dan prestasi yang dicapai oleh pelajar.
e.       Finishing.

Pelajar membuat laporan, presentasi, halaman web, gambar, dan lain-lain. Sebagai hasil dari kegiatannya. Lalu
pengajar dan pelajar membuat catatan terhadap proyek untuk pengembangan selanjutnya. Peserta menerima
feedback atas apa yang dibuatnya dari kelompok, teman, dan pengajar. Fasilitas feedback online disajikan untuk
memungkinkan setiap individu secara langsung berkomentar dan memberikan kontribusi, dan agar dilihat dan
bermanfaat bagi orang lain.

f.       Monitoring/Evaluasi.
Pengajar menilai semua proses pengerjaan proyek yang dilakukan oleh tiap pelajar berdasar pada partisipasi dan
produktifitasnya dalam pengerjaan proyek.

5.      Kesimpulan

Pembelajaran berbasis proyek / tugas adalah sebuah metode penyajian bahan pembelajaran yang diberikan oleh
guru kepada peserta didik berupa seperangkat tugas yang harus dikerjakan peserta didik, baik secara individual
maupun secara kelompok.

Penggunaan metode yang tepat akan turut menentukan efektivitas dan efisiensi pembelajaran dan memberikan
kesempatan peserta didik melakukan sendiri kegiatan belajar yang ditugaskan. empat prinsip berikut ini akan
membantu siswa dalam perjalana mereka menjadi pembelajar mandiri yang efektif.

a.       Membuat tugas bermakna, jelas, dan menantang

Salah satu tantangan paling sukar yang dihadapi guru pada saat mereka menggunakan pekerjaan kelas atau
pekerjaan rumah adalah menjaga siswa tetap terlibat. Pada saat bekerja sendiri, sangat mudah bagi sisa untuk
kehilangan minat dan melalukan tindakan yang tidak relevan, khususnya apabila tugas-tugas itu rutin.

Kebanyakan guru setuju bahwa tugas pekerjaan kelas dan pekerjaan rumah mandiri yang dapat mempertahankan
keterlibatan siswa memiliki tujuan yang jelas. Siswa perlu mengetahui dengan tepat apa yang mereka harus
kerjakan, mengapa mereka mengerjakan pekerjaan itu, dan apa yang dibutuhkanuntuk menyelsaikan pekerjaan
itu. Siswa-siswa itu tetap berada dalam tugas selama pekerjaan kelas dan menyelesaikan pekerjaan rumah apabila
mereka menyikapi tugas-tugas tersebut secar bermakna.

Linda Anderson (1985) menunjukan bahwa guru jarang menaruh perhatian pada tujuan pekerjaan kelas atau
strategi-strategi belajar yang telibat. Sebaliknya, guru menekankan pada arahan-arahan procedural. Sebagai
contoh guru dpat menghabiskan waktu banyak menjelaskan kepad siswa di mana menulis nama di kertas atau
bagaimana menyusun jawaban-jawabannya. Sementar petunjuk-petunjuk tentang “apa yang dilakukan” adalah
penting guru tidak menyertakan penjelasan tentang “mengapa” sesuatu harus dikerjakan dan proses-proses
pembelajaran yang terlibat. Sebelum memberikan suatu tugas, guru hendaknya mempertimbangkan cirri penting
itu secara seksama dan kemudian menyediakan waktu cukupuntuk menjelaskan cirri penting itu kepada siswa.

b.      Menganekaragamkan Tugas-tugas

Sama dengan kehidupan pada umumnya, keanekaragaman menambah daya tarik tugas pekerjaan kelas dan
pekerjaan rumah.siswa kemungkinan besar ttap terlibata dan mengerjakan pekerjaan mereka jika tugas-tugas lebih
bervariasi dan menarik daripada rutindan monoton. Guru yang efektif mengubah panjang dan cara tugas yang
diberikan di samping hakikat tugas beljar dan strategi-strategi kognitif yang telibat. Membaca di dalam hati,
laporan proyek-proyek khusus, dan bahan-bahan multimedia menawarkn berbagai macam cara untuk
menyelesaikan pekerjaan mandiri. Pilihan kemungkinan tidak terbatas dan tidak aka alasan bagi guru untuk
membuat jenis tugas yang sama dari hari ke hari.

c.       Menaruh Perhatian pada Tingkat Kesulitan

Menetapkan tingkat kesulitan yang cocok atas tugas-tugas yang diberikan kepada siswa merupakan suatu bahan
baku penting untuk keterlibatan berkelanjutan yang dibutuhkan untuk penyelesaian tugas-tugas tersebut. Apabila
siswa diharapkan untuk bekerja secara mandiri, tugas tesebut sehrusnya memiliki tingkat kesulitan yang menjamin
kemungkinan berhasil tinggi. Siswa tidak akan tertantang ketika tugas-tugas yang diberikan guru terlalu mudah.
Mereka menyikapi tugas-tugas seperti sebagai pekerjaan yang tidak menantang. Pada umumnya tugas yang baik
perlu memiliki tingkat kesulitan cukup sehingga kebanyakan siswa memandangnya sebagai sesuatu yang
menantang, namun cukup mudah sehingga kebanyakan siswa akan menemukan pemecahannya dan mengerjakan
tugas tersebut atas jerih payah sendiri.

d.      Memonitor Kemajuan Siswa

Akhirnya, merupakan hal penting bagi guru untuk memonitor tugas-tugas pekerjaan kelas dan pekerjaan rumah.
Monitoring hendaknya meliputi pengecekan untuk mengetahui apakah siswa memahami tugas mereka dan proses-
proses kognitif yang telibat. Monitoring ini juga termasuk pengecekan pekerjaan siswa dan mengembalikan tugas
dengan umpan balik. Pad saat beberfapa siswa diberikan pekerjaan kelas, maka guru dapat bekerja dengan siswa
lain.a dianjurkan agar guru menyediakan waktu 5 atau 10 menit untuk berkeliling di antara siswa yang bekerja
untuk memastikan apakah mereka memahami tugas tersebut sebelum menangani siswa-siswa lain. Apabila siswa
bekerja dalam kelompok-kelompok, maka guru hendaknya berada dalam kelompok-kelompok tersebut secara
bergantian dan berkeliling di antara siswa yang bekerja secara mandiri. Meskipun mengoreksi tugas menghabiskan
waktu, hendaknya guru mengoreksi pekerjaan yang dibuat siswa dan mengembalikan kepda mereka dengan
umpan balik.

Kompetensi yang dikembangkan selain kompetensi disiplin ilmu (discipline-based competencies) dan kompetensi
interpersonal (interpersonal competencies ) dan kompetensi intrapersonal ( intrapersonal competencies) dalam
diri siswa. Kompetensi disiplin ilmu berkaitan dengan pemahaman konsep, prinsip dan teori dari disiplin ilmu.
Kompetensi interpersonal mencakup kemampuan berkomunikasi, berkolaborasi, berperilaku sopan dan baik,
menangani konflik, bekerjasama, membantu orang lain, dan menjalin hubungan dengan orang lain dan
masyarakat. Kompetensi intrapersonal mencakup apresiasi terhadap keragaman, melakukan refleksi diri, disiplin,
beretos kerja tinggi, membiasakan diri hidup sehat, mengendalikan emosi, tekun, mandiri, dan mempunyai
motivasi.

 Kompetensi yang telah diidentifikasi dari pebelajar ini merupakan kompetensi yang amat penting untuk
keberhasilan hidupnya, dan sebagai tenaga kerja merupakan kompetensi yang amat penting di tempat kerja.
Karena hakikat kerja proyek adalah kolaboratif, maka pengembangan kompetensi tersebut berlangsung di antara
pebelajar. Di dalam kerja kelompok suatu proyek, kekuatan individu dan cara belajar yang diacu memperkuat kerja
tim sebagai suatu keseluruhan.

6.      Keuntungan dan kelemahan dari pembelajaran berbasis proyek atau tugas

è Keuntungan dari Belajar Berbasis Proyek adalah sebagai berikut:

a.       Meningkatkan motivasi.

Laporan-laporan tertulis tentang proyek itu banyak yang mengatakan bahwa siswa suka tekun sampai kelewat
batas waktu, berusaha keras dalam mencapai proyek. Guru juga melaporkan pengembangan dalam kehadiran dan
berkurangnya keterlambatan. Siswa melaporkan bahwa belajar dalam proyek lebih fun daripada komponen
kurikulum yang lain.

b.      Meningkatkan kemampuan pemecahan masalah.

Penelitian pada pengembangan keterampilan kognitif tingkat tinggi siswa menekankan perlunya bagi siswa untuk
terlibat di dalam tugas-tugas pemecahan masalah dan perlunya untuk pembelajaran khusus pada bagaimana
menemukan dan memecahkan masalah. Banyak sumber yang mendiskripsikan lingkungan belajar berbasis proyek
membuat siswa menjadi lebih aktif dan berhasil memecahkan problem-problem yang kompleks.

c.       Meningkatkan kolaborasi.

Pentingnya kerja kelompok dalam proyek memerlukan siswa mengembangkan dan mempraktikkan keterampilan
komunikasi ( Johnson & Johnson, 1989). Kelompok kerja kooperatif, evaluasi siswa, pertukaran informasi online
adalah aspek-aspek kolaboratif dari sebuah proyek. Teori-teori kognitif yang baru dan konstruktivistik menegaskan
bahwa belajar adalah fenomena sosial, dan bahwa siswa akan belajar lebih di dalam lingkungan kolaboratif
(Vygotsky, 1978; Davidov, 1995).

d.      Meningkatkan keterampilan mengelola sumber.

Bagian dari menjadi siswa yang independen adalah bertanggungjawab untuk menyelesaikan tugas yang kompleks.
Pembelajaran Berbais Proyek yang diimplementasikan secara baik memberikan kepada siswa pembelajaran dan
praktik dalam mengorganisasi proyek, dan membuat alokasi waktu dan sumber-sumber lain seperti perlengkapan
untuk menyelesaikan tugas.

e.       Increased resource – management skills

Pembelajaran berbasis proyek yang diimplementasikan secara baik menberikan kepada siswa pembelajaran dan
praktik dalam pengorganisasian proyek dan membuat alokasi waktu dan sumber-sumber lain seperi perlengkapan
untuk menyelesaikan tugas.

è Kelemahan dari pembelajaran ini yaitu :

a.       Kebanyakan permasalahan “dunia nyata” yang tidak terpisahkan dengan masalah kedisiplinan , untuk itu
disarankan mengajarkan dengan cara melatih dan menfasilitasi peserta didik dalam menghadapi masalah .

b.      Memerlukan banyak waktu yang harus diselesaikan untuk menyelesaikan masalah.

c.       Memerlukan biaya yang cukup banyak

d.      Banyak peralatan yang harus disediakan

Untuk mengatasi kelemahan dari pembelajaran berbasis proyek seorang peserta didik dapat mengatasi dengan
cara memfasilitasi peserta didik dalam menghadapi masalah , membatasi waktu peserta didik dalam
menyelesaikan proyek, meminimaliskan dan menyediakan peralatan yang sederhana yang terdapat dilingkungan
sekitar , memilih lokasi penelitian yang terjangkau yang tidak membutuhkan banyak  biaya dan waktu.

PEMBELAJARAN BERBASIS JASA-LAYANAN (SERVICE LEARNING)

PEMBELAJARAN BERBASIS JASA-LAYANAN (SERVICE LEARNING)

A. Pengertian

Pembelajaran berbasis jasa layanan merupakan salah satu bagian dari strategi pembelajaran kontekstual.
Pembelajaran kontekstual (Contextual Teaching and Learning/ CTL) merupakan suatu proses pendidikan yang
holistik dan bertujuan memotivasi siswa untuk memahami makna materi pelajaran yang dipelajarinya dengan
mengaitkan materi tersebut dengan konteks kehidupan mereka sehari-hari (konteks pribadi, sosial, dan kultural)
sehingga siswa memiliki pengetahuan/keterampilan yang secara fleksibel, sehingga dapat diterapkan dari satu
permasalahan atau konteks, ke permasalahan atau konteks lainnya.

Jadi dalam pembelajaran kontekstual, siswa diharapkan mampu memahami makna materi pelajaran yang
diajarkan oleh guru, sehingga siswa memiliki ketrampilan yang dapat diterapkan dalam kehidupan nyata berkaitan
dengan materi yang diajarkan tersebut. Kehidupan nyata siswa tersebut berkaitan dengan kehidupan sosialnya,
kehidupan pribadinya maupun kehidupan budaya dari lingkungan siswa tersebut.
Pembelajaran kontekstual (Contextual Teaching and Learning) adalah konsep belajar yang membantu guru
mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat
hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari,
dengan melibatkan tujuh komponen utama pembelaaran efektif, yakni: konstruktivisme (constructivism), bertanya
(questioning), menemukan (inquiri), masyarakat belajar (learning community), pemodelan (modeling), dan
penilaian sebenarnya (authentic assessment).
Jadi pembelajaran kontekstual menitikberatkan pada suatu konsep belajar dimana guru menghadirkan situasi
dunia nyata ke dalam kelas dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya
dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat. Dengan konsep ini,
hasil pembelajaran diharapkan lebih bermakna bagi siswa. Proses pembelajaran berlangsung lebih alamiah dalam
bentuk kegiatan siswa bekerja dan mengalami, bukan transfer pengetahuan dari guru ke siswa.
Salah satu bentuk nyata dari pembelajaran kontekstual ini dapat kita temui dalam pembelajaran berbasis jasa
layanan, yakni menempatkan siswa di dalam konteks bermakna yang menghubungkan pengetahuan awal siswa
dengan materi yang sedang dipelajari.
Pembelajaran berbasis jasa layanan merupakan suatu pendekatan pembelajaran yang mengkombinasikan jasa
layanan masyarakat dengan suatu struktur berbasis sekolah, guna merefleksikan jasa-layanan tersebut. Jadi
menekankan hubungan antara pengalaman jasa-layanan dan pembelajaran akademis. Dengan kata lain,
pendekatan ini menyajikan suatu penerapan praktis dari pengetahuan baru yang diperlukan dan berbagi
keterampilan untuk memenuhi kebutuhan dalam masyarkat melalui proyek/tugas terstruktur dan kegiatan lainnya.

B. Ciri-ciri
Seperti yang telah kita ketahui di atas, bahwa pembelajaran berbasis jasa layanan merupakan salah satu bentuk
nyata dari pembelajaran kontekstual. Oleh karena itu, ciri-ciri pembelajaran berbasis jasa layanan harus sesuai
dengan cirri-ciri pembelajaran kontekstual. Cirri-ciri tersebut antara lain:

1. Melakukan hubungan yang bermakna (making meaningful connections)


Keterkaitan yang mengarah pada makna adalah jantung dari pembelajaran dan pengajaran kontekstual. Ketika
siswa dapat mengkaitkan isi dari mata pelajaran akademik, ilmu pengetahuan alam atau sejarah dengan
pengalamannya mereka sendiri, berarti mereka menemukan makna, dan makna memberi mereka alasan untuk
belajar. Mengkaitkan pembelajaran dengan kehidupan seseorang membuat proses belajar menjadi hidup dan
keterkaitan inilah inti dari CTL

2. Melakukan kegiatan-kegiatan yang berarti (doing significant works)


Pembelajaran ini menekankan bahwa semua proses pembelajaran yang dilakukan di dalam kelas harus punya arti
bagi siswa sehingga mereka dapat mengkaitkan materi pelajaran dengan kehidupan siswa.

3. Belajar yang diatur sendiri (self-regulated Learning)


Pembelajaran yang diatur sendiri, merupakan pembelajaran yang aktif, mandiri, melibatkan kegiatan
menghubungkan masalah ilmu dengan kehidupan sehari-hari dengan cara-cara yang berarti bagi siswa.
Pembelajaran yang diatur siswa sendiri, memberi kebebasan kepada siswa menggunakan gaya belajarnya sendiri.

4. Bekerjasama (collaborating)
Siswa dapat bekerja sama. Guru membantu siswa bekerja secara efektif dalam kelompok, membantu siswa bekerja
secara efektif dalam kelompok, membantu mereka memahami bagaimana mereka saling mempengaruhi dan
saling berkomunikasi.

5. Berpikir kritis dan kreatif (critical dan creative thinking)


Pembelajaran kontekstual membantu siswa mengembangkan kemampuan berpikir tahap tinggi, berpikir kritis dan
berpikir kreatif. Berpikir kritis adalah suatu kecakapan nalar secara teratur, kecakapan sistematis dalam menilai,
memecahkan masalah, menarik keputusan, memberi keyakinan, menganalisis asumsi dan pencarian ilmiah.
Berpikir kreatif adalah suatu kegiatan mental untuk meningkatkan kemurnian serta ketajaman pemahaman dalam
mengembangkan sesuatu

6. Mengasuh atau memelihara pribadi siswa (nuturing the individual)


Dalam pembelajaran kontekstual siswa bukan hanya mengembangkan kemampuan-kemampuan intelektual dan
keterampilan, tetapi juga aspek-aspek kepribadian: integritas pribadi, sikap, minat, tanggung jawab, disiplin, motif
berprestasi, dan sebagainya. Guru dalam pembelajaran kontekstual juga berperan sebagai konselor dan mentor.
Tugas dan kegiatan yang akan dilakukan siswa harus sesuai dengan minat, kebutuhan dan kemampuannya.

7. Mencapai standar yang tinggi (reaching high standards)


Pembelajaran kontekstual diarahkan agar siswa berkembang secara optimal, mencapai keunggulan (excellent).
Tiap siswa bisa mencapai keunggulan, asalkan dia dibantu oleh gurunya dalam menemukan potensi dan
kekuatannya.

8. Menggunakan penilaian yang autentik (using authentic assessment)


Penilaian autentik menantang para siswa untuk menerapkan informasi dan keterampilan akademik baru dalam
situasi nayata untuk tujuan tertentu. Penilaian autentik merupakan antitesis dari ujian standar, penilaian autentik
memberi kesempatan kepada siswa untuk menunjukkan kemampuan terbaik mereka sambil mempertunjukkan
apa yang sudah mereka pelajari.

Penjelasan-penjelasan di atas merupakan ciri-ciri pembelajaran kontekstual, dari ciri-ciri tersebut dapat diambil
kesimpulan bahwa pembelajaran berbasis jasa layanan mengandung ciri bahwa:

1. Melakukan hubungan yang bermakna, hal ini diwujudkan dengan kerjasama kelompok yang dilakukan dalam
menyelesaikan tugas terstruktur.
2. Bekerja sama guna penerapan praktis dari pengetahuan yang baru diketahui siswa.
3. Melakukan kegiatan-kegiatan yang berarti melalui kegiata yang beranfaat untuk memenuhi kebutuhan dalam
masyarkat( jasa layanan yang berkaitan dengan tugas terstruktur).

C. Kesimpulan

Pembelajaran berbasis jasa layanan merupakan suatu pendekatan pembelajaran yang mengkombinasikan jasa
layanan masyarakat dengan suatu struktur berbasis sekolah, guna merefleksikan jasa-layanan tersebut. Jadi
menekankan hubungan antara pengalaman jasa-layanan dan pembelajaran akademis. Dengan kata lain,
pendekatan ini menyajikan suatu penerapan praktis dari pengetahuan baru yang diperlukan dan berbagi
keterampilan untuk memenuhi kebutuhan dalam masyarkat melalui proyek/tugas terstruktur dan kegiatan lainnya.
Pembelajaran berbasis jasa layanan merupakan salah satu bagian dari strategi pembelajaran kontekstual.
Pembelajaran kontekstual (Contextual Teaching and Learning) adalah konsep belajar yang membantu guru
mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat
hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari,
dengan melibatkan tujuh komponen utama pembelaaran efektif, yakni: konstruktivisme (constructivism), bertanya
(questioning), menemukan (inquiri), masyarakat belajar (learning community), pemodelan (modeling), dan
penilaian sebenarnya (authentic assessment). Pembelajaran berbasis jasa layanan mengandung ciri bahwa:

1. Melakukan hubungan yang bermakna, hal ini diwujudkan dengan kerjasama kelompok yang dilakukan dalam
menyelesaikan tugas terstruktur.
2. Bekerja sama guna penerapan praktis dari pengetahuan yang baru diketahui siswa.
3. Melakukan kegiatan-kegiatan yang berarti melalui kegiata yang beranfaat untuk memenuhi kebutuhan dalam
masyarkat( jasa layanan yang berkaitan dengan tugas terstruktur).

SUMBER : http://jurnalbidandiah.blogspot.com/2012/04/41-macam-model-metode-pembelajaran.html

Diposkan oleh Andriyanti di 08.30 

Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke Pinterest

Anda mungkin juga menyukai