Prinsip Rancob
Prinsip Rancob
Fisher
dan F.Yates dari statsiun percobaan Rothamsted. Prinsip-prinsip tersebut adalah: pengacakan
(randomization), pengulangan (replication) dan pengendalian lokal (local control). Perinsip
itu dibutuhkan untuk pendugaan yang sahih (valid) dari galat percobaan (experimental error)
dan usaha meminimumkan galat percobaan guna meningkatkan ketelitian percobaan.
1 1
I= =
2 2 n
σ (σ /n ¿ )= 2 ¿
y σ
Agar suatu penelitian atau percobaan memberikan fakta yang dapat diolah dan
digunakan untuk menarik kesimpulan yang sahih atau valid, maka dalam merancang suatu
percobaan, haruslah dipertimbangkan tiga prinsip pokok yaitu.
1. Pengacakan (randomization)
Pengacakan dimaksudkan untuk menjamin bahwa setiap objek percobaan
mendapatkan kesempatan yang sama, atau objektif dalam penempatannya pada unit-
unit percobaan.
Pengacakan perlakuan pada unit-unit percobaan dapat menggunakan tabel bilangan
acak, sistem lotere secara manual atau dapat juga menggunakan komputer. Dengan
pengacakan ini maka perlakuan yang ditempatkan dalam unit-unit percobaan akan
menimbulkan keragaman baik keragaman dalam perlakuan maupun keragaman antar
perlakuan. Fungsi dari pengacakan adalah menjamin sahihnya atas dugaan tak bias
galat percobaan dan nilai tengah perlakuan serat perbedaan di antara mereka. Dengan
demikian konsep pengacakan memainkan peranan penting dalam perancangan
percobaan yang sahih.
2. Pengulangan (replication)
Pengulangan (replication) adalah pengalokasian suatu perlakuan tertentu terhadap
beberapa unit percobaan pada kondisi yang seragam. Fungsi ulangan untuk
mendapatkan presisi pendugaan dan memungkinkan adanya kesalahan atau galat.
Pengulangan bertujuan untuk:
a. Memberikan suatu dugaan dari error percobaan atau error estimasi. Error ini
digunakan sebagai unit dasar untuk mengukur beda nyata atau tidak dan juga
untuk mengukur jarak interval kepercayaan (confidence interval).
b. Memberikan estimasi yang lebih tepat terhadap error percobaan. Dengan
asumsi tertentu, error percobaan dapat juga dicari tanpa ulangan, tetapi
estimasi error percobaan yang diperoleh dengan cara ini kurang tepat.
c. Memperoleh estimasi yang lebih baik terhadap pengaruh mean (rerata) dari
tiap faktor.
d. Meningkatkan ketelitian suatu percobaan melalui pengurangan simpangan
baku dari rerata perlakuan.
e. Memperluas cakupan penarikan kesimpulan dari suatu percobaan.
f. Mengendalikan ragam galat percobaan (error variance of experiment). Jumlah
ulangan meningkat, maka dugaan rerata populasi melalui rerata perlakuan
yang diamati menjadi lebih teliti.
σ2
Sx=
k
Keterangan :
2
σ =error percobaan
k =banyaknya replikasi / pengulangan
Jumlah replikasi yang digunakan adalah sedemikian sehingga derajad bebas (DB)
dalam analisis ragam tidak kurang dari 10-15. Rumus jumlah ulangan untuk setiap
perlakuan yaitu:
2t 2 α /2 S 2
k=
d2
Keterangan :
t=nilai t tabel
a. Untuk menguji ada tidaknya pengaruh perlakuan atau untuk menguji apakah
semua perlakuan berasal dari populasi yang sama atau paling sedikit satu yang
bukan anggota populasi yang dispesifikasikan.
b. Untuk menunjukkan efisiensi dari satu jenis rancangan percobaan terhadap
rancangan percobaan yang lain.
c. Sebagai pengukur keragaman dari suatu pengamatan yang lain.
Percobaan yang sifatnya kritis akan memerlukan ulangan lebih banyak dibanding
dengan percobaan untuk eksplorasi. Selain itu, tenaga, biaya dan waktu juga
menentukan banyaknya ulangan. Percobaan dengan pengamatan yang sifatnya
merusak seperti membedah perut tikus atau kelinci maka akan mempengaruhi biaya
penelitian dan berdampak pada banyaknya ulangan yang diperlukan dalam suatu
percobaan.
2
antara ukuran sampel n dengan ragam σ 2, dimana galat percobaan σ =σ 2 /n .
y
Sehingga jika n semakin besar, maka galat percobaan akan semakin kecil yang
berarti tingkat ketelitian akan semakin tinggi.