Anda di halaman 1dari 24

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Anatomi Payudara

Payudara (mammae, susu) adalah kelenjar yang terletak di bawah kulit, diatas
otot dada. Fungsi dari payudara adalah memproduksi susu untuk nutrisi bayi.
Manusia mempunyai sepasang kelenjar payudara, yang beratnya kurang lebih
200 gram, saat hamil 600 gram dan saat menyusui 800 gram. (Khasanah Ayati
Nurul, Sulistyawati Wiwit, 2017:31).

Secara vertikal payudara terletak diantara kosta II dan IV, secara horisontal
mulai dari pinggir sternum sampai linea aksilaris medialis. Kelenjar susu
berada di jaringan sub kutan, tepatnya diantara jaringan sub kutan superfisial
dan profundus, yang menutupi muskulus pectoralis mayor. (Kristiyansari,
Weni, 2009:1).

Payudara terletak pada setiap sisi sternum dan meluas setinggi antara kosta
kedua dan keenam. Payudara terletak pada fascia superspisialis dinding rongga
dada di atas musculus pectoralis mayor dan dibuat stabil oleh ligamentum
suspensorium. Bentuknya seperti tonjolan ½ bola dan punya ekor (cauda) dari
jaringan yang meluas ke ketiak atau axial (Cauda Axillaris Spence). Memiliki
ukuran berbeda-beda untuk setiap individu, bergantung pada stadium
perkembangan dan umur. Tidak jarang salah satu payudara ukurannya lebih
agak lebih besar daripada payudara lainnya (Jannah Nurul, 2011:17-18).

- Papilla mamae terletak di pusat areola mamae setinggi iga (costa) keempat.
Merupakan tonjolan dengan panjang kira-kira 6 mm, tersusun atas jaringan
erektil berpigmen dan merupakan bagian yang sangat peka. Permukaan
papilla mamae berlubang-lubang berupa ostium papillare kecil-kecil yang
merupakan muara ductus lactifer yang dilapisi oleh epitel (Jannah Nurul,
2011:18-19).
- Areola merupakan lingkaran yang terdiri dari kulit yang longgar dan
mengalami pigmentasi dan masing-masing payudara bergaris tengah kira-
kira 2,5 cm. Areola berwarna merah muda bila kulitnya cerah, lebih gelap
warnanya pada wanita yang berkulit cokelat dan saat hamil warnanya jadi
lebih gelap. Areola ini terletak kira-kira 20 glandula sebasea. Saat hamil,
areola ini membesar, disebut tuberculum montgomery (Jannah Nurul,
2011:19).

- Alveoli mengandung sel-sel yaang mensekresi air susu. Tiap alveolus


dilapisi oleh sel-sel yang mensekresi air susu disebut ACINI. Dikelilingi
tiap alveolus terdapat sel mioepitel (sel keranjang/basket cell). Jika sel ini
dirangsang oleh oksitosin, akan berkontraksi mengalirkan air susu ke dalam
ductus lactiferous. Sedangkan tubulus laktiferus merupakan saluran kecil
yang berhubungan dengan alveoli. Duktus laktiferus adalah saluran sentral
yang merupakan muara tubulus lactiferous (Jannah Nurul, 2011:19-20).

- Vaskularisasi merupakan suplai darah ke payudara berasal dari arteria


mammaria internal areteria mamae externa dan arteria intercostalis
superior. Drainase vena melalui pembuluh-pembuluh yang sesuai akan
masuk ke dalam vena mamaria interna dan vena axillaris. Drainase limfatik
ke dalam kelenjar axillaris, setengah dialirkan ke dalam fisura portae hepar
dan kelenjar mediastrinum tempat pembuluh limfatik dari masing-masing
payudara berhubungan satu sama lain. Persarafan merupakan fungsi
payudara dikendalikan oleh hormon. Kulitnya dipersarafi oleh cabang-
cabang nervus thoracalis. Terdapat sejumlah saraf simpatis, terutama di
sekitar areola dan papilla (Jannah Nurul, 2011:20).
2.2 Bendungan Payudara
2.2.1 Pengertian Bendungan Payudara
Bendungan payudara adalah terjadinya pembengkakan pada payudara
karena peningkatan aliran vena dan limfe sehingga menyebabkan
bendungan ASI dan rasa nyeri di sertai kenaikan suhu badan (Maryunani,
2015: 13).

Bendungan air susu ibu adalah pembengkakan pada payudara karena


peningkatan aliran vena dan limfe sehingga menyebabkan rasa nyeri
disertai kenaikan suhu badan (Yanti, 2017).

Bendungan ASI (Bendungan Payudara) adalah peningkatan aliran vena


dan limfe pada payudara dalam rangka mempersiapkan diri untuk laktasi.
Hal ini bukan disebabkan overdistensi dari saluran sistem laktasi
(Walyani dan Purwoastuti, 2015: 160).

2.2.2 Etiologi
Beberapa faktor yang dapat menyebabkan bendungan Payudara, yaitu:
a. Pengosongan mammae yang tidak sempurna (dalam masa laktasi,
terjadi peningkatan produksi ASI pada ibu yang produksi ASI-
nya berlebihan. Apabila bayi sudah kenyang dan selesai menyusu
payudara tidak dikosongkan, maka masih terdapat sisa ASI
didalam payudara. Sisa ASI tersebut jika tidak dikeluarkan dapat
menimbulkan bendungan ASI).
b. Faktor hisapan bayi yang tidak aktif (pada masa laktasi, bila ibu
tidak menyusukan bayinya sesering mungkin atau jika bayi tidak
aktif menghisap, maka akan menimbulkan bendungan ASI).
c. Faktor posisi menyusui bayi yang tidak benar (teknik yang salah
dalam menyusui dapat mengakibatkan puting susu menjadi lecet
dan menimbulkan rasa nyeri pada saay bayi menyusu. Akibatnya,
ibu tidak mau menyusui bayinya dan terjadi bendungan ASI).
d. Puting susu terbenam (puting susu terbenam akan menyulitkan
bayi dalam menyusu. Karena bayi tidak dapat menghisap puting
dan areola, bayi tidak mau menyusu dan akibatnya terjadi
bendungan ASI).
e. Puting susu terlalu panajang (puting susu yang panjang
menimbulkan kesulitan pada saat bayi menyusu karena bayi tidak
dapat menghisap areola dan merangsang sinus laktiferus untuk
mengeluarkan ASI. Akibatnya, ASI tertahan dan menimbulkan
bendungan ASI) (Rukiyah, Yulianti, 2012: 20)

2.2.3 Faktor-Faktor Penyebab Bendungan Payudara


Bendungan Payudara disebabkan oleh pengeluaran air susu yang tidak
lancar, karena bayi tidak cukup sering menyusu, produksi meningkat,
terlambat menyusukan, hubungan dengan bayi (bonding) kurang baik, dan
dapat pula karena adanya pembatasan waktu menyusui, yaitu:
a. Faktor frekuensi menyusui Bahwa insiden bendungan payudara
dapat dikurangi hingga setengahnya bila bayi disusui tanpa batas.
Sejumlah penelitian lainnya mengamati bahwa bila waktu untuk
menyusui dijadwal lebih sering, maka dapat terjadi bendungan yang
sering diikuti dengan mastitis dan kegagalan laktasi. Menyusui yang
dijadwal akan berakibat kurang baik karena isapan bayi sangat
berpengaruh pada rangsangan ASI selanjutnya.
b. Menyusu yang buruk pentingnya isapan bayi yang baik pada
payudara untuk mengeluarkan ASI yang efektif. Isapan yang buruk
sebagai penyebab pengeluaran ASI yang tidak efisien saat ini
dianggap sebagai faktor predisposisi utama mastitis. Selain itu, nyeri
puting susu akan menyebabkan ibu menghindar untuk menyusui
pada payudara yang sakit dan karena itulah terbentuknya statis ASI
dan bendungan ASI.
c. Perlekatan kurang baik Banyak ibu merasa lebih mudah untuk
menyusui bayinya pada satu sisi payudara dibandingkan dengan
payudara yang lain.
d. Produksi ASI yang meningkat Apabila ASI berlebihan, sampai
keluar memancar maka sebelum menyusui sebaiknya ASI
dikeluarkan terlebih dahulu untuk menghindari bayi tersedak dan
menghilangkan bendungan atau memacu produksi ASI saat ibu sakit
dan tidak dapat langsung menyusui bayinya.
e. Payudara yang tidak dikosongkan seluruhnya Bila tidak dikeluarkan
saat ASI terbentuk, maka volume ASI dalam payudara akan
melebihi kapasitas alveoli untuk penyimpanannya sehingga bila
situasi ini tidak di atasi, maka akan menyebabkan bendungan dan
mastitis dalam waktu singkat, dan mempengaruhi kelanjutan
produksi ASI dalam jangka panjang.
f. Pakaian yang ketat BH Pakaian yang ketat BH yang ketat juga bias
menyebabkan segmental engorgement. Selama masa menyusui
sebaiknya ibu menggunakan kutang (BH) yang dapat menyangga
payudara, tetapi tidak terlalu ketat (Sutarni dan Pertiwi, 2014).

2.2.4 Cara Mencegah Bendungan Payudara :


Adapun cara mencegah bendungan ASI adalah:
a. Untuk mencegah diperlukan menyusui dini, perlekatan yang baik,
menyusui secara on demandi. Bayi harus sering disusui. Apabila
terlalu tegang, atau bayi tidak dapat menyusu sebaiknya ASI
dikeluarkan dahulu, agar ketegangan menurun.
b. Untuk merangsang reflek oksitosin maka dilakukan :
1) kompres untuk mengurangi rasa sakit
2) Ibu harus rileks
3) Pijat punggung belakang (sejajar daerah payudara)
4) Pijat ringan pada payudara yang bengkak (pijat pelan – pelan
kearah tengah)
5) Stimulasi payudara dan putting
6) Kompres dingin pasca menyusui, untuk mengurangi oedema.
7) Pakailah BH yang sesuai. 8) Bila terlalu sakit dapat dberikan obat
analgetik (Dewi dan Dwi Sunar, 2011).

2.2.5 Cara Mengatasi Bendungan Payudara


a. Susui bayinya semau dia sesering mungkin tanpa jadwal dan tanpa batas
waktu.
b. Bila bayi sukar menghisap, keluarkan ASI dengan bantuan tangan atau
pompa ASI yang efektif.
c. Sebelum menyusui untuk merangsang reflek oksitosin dapat dilakukan
kompres hangat untuk mengurangi rasa sakit, masase payudara, masase
leher dan punggung.
d. Setelah menyusui, kompres air dingin untuk mengurangi oedema (Dewi
dan Dwi Sunar, 2011).

2.2.6 Penatalaksanan Bendungan Payudara


Penanganan yang dilakukan yang paling penting adalah dengan mencegah
terjadinya payudara bengkak yaitu :
a. Bila ibu menyusui Susukan sesering mungkin bila memungkinkan
pada kedua payudara sebelum di susukan kompres hangat payudara.
Keluarkan sedikit ASI sebelum menyusui agar payudara lembek,
sehingga lebih mudah memasukkannya ke dalam mulut bayi. Bila
bayi belum dapat menyusu, ASI dikeluarkan dengan tangan atau
pompa dan diberikan pada bayi dengan cangkir atau sendok. Tetap
mengeluarkan ASI sesering yang diperlukan sampai bendungan
teratasi. Untuk mengurangi rasa sakit dapat diberikan kompres
hangat dan dingin. Bila ibu demam dapat diberikan obat penurun
demam dan pengurang sakit. Pada saat menyusui sebaiknya ibu tetap
rileks. Makan makanan bergizi untuk meningkatkan daya tahan
tubuh dan perbanyak minum (Walyani dan Purwoastuti, 2015: 161).
b. Bila ibu tidak menyusui Sangga payudara terlebih dahulu, lalu
kompres hangat dan dingin secara bergantian pada payudara untuk
mengurangi pembengkakan dan rasa sakit kemudian gunakan pompa
ASI untuk mengeluarkan air susu dan masukkan ke dalam botol susu
(Walyani dan Purwoastuti, 2015: 161-162).

2.3 Konsep Dasar Perawatan Payudara


2.3.1 Pengertian perawatan payudara
Perawatan payudara adalah suatu tindakan pada ibu pasca bersalin
untuk merawat payudara yang dilakukan secara mandiri atau dengan
bantuan orang lain 12 (Nugroho et al., 2014). Perawatan payudara pada
masa nifas adalah suatu kebutuhan bagi ibu yang baru saja melahirkan
(Maritalia, 2017). Dengan melakukan perawatan payudara secara tepat
yang biasanya berupa pengurutan menggunakan bahan dan alat-alat
alami, diharapkan ibu merasa lebih nyaman dalam menyusui bayinya
dan terhindar dari masalah menyusui seperti putting terbenam dan
bendungan ASI (Nugroho et al., 2014).

2.3.2 Tujuan perawatan payudara


Perawatan payudara selama periode menyusui bertujuan untuk
merangsang produksi air susu ibu dan mengurangi risiko luka saat
menyusui (Deswani, 2010).

2.3.3 Manfaat perawatan payudara


Menurut Nugroho et al (2014), terdapat beberapa manfaat dari
perawatan payudara pada ibu post partum apabila dilakukan dengan
rutin yaitu dua kali sehari saat mandi pagi dan mandi sore. Adapun
manfaat dari perawatan payudara yaitu :
1) Memperlancar aliran ASI ibu.
2) Memelihara kebersihan payudara sehingga bayi mudah
menyusu pada ibunya.
3) Melenturkan dan menguatkan putting susu sehingga bayi mudah
menyusu.
4) Mengurangi risiko luka saat bayi menyusu.
5) Untuk menjaga bentuk payudara dan persiapan psikis ibu
menyusui.
6) Mencegah penyumbatan pada payudara.

2.3.4 Cara perawatan payudara


Menurut Nugroho et al (2014), cara yang dapat dilakukan untuk
melakukan perawatan payudara pada ibu postpartum adalah menjaga
kebersihan puting payudara dan melakukan pengurutan payudara
dengan langkah-langkah sebagai berikut :
1) Membersihkan puting payudara.
a) Buka pakaian ibu.
b) Letakkan handuk di atas pangkuan ibu dan tutuplah
payudara ibu dengan menggunakan handuk.
c) Buka handuk pada daerah payudara dan letakkan di
pundak ibu.
d) Kompres puting susu dengan menggunakan kapas
minyak selama tiga sampai lima menit agar epitel yang
lepas tidak menumpuk, lalu bersihkan kerak-kerak pada
puting susu.
e) Tariklah puting susu keluar terutama untuk puting susu
yang datar dan bersihkan. f) Ketuk-ketuk sekeliling
puting susu dengan ujung-ujung jari.
2) Kompres Daun Kol
Daun kol hijau (brasica capitata), yang mengandung
allylisothiocyanate, minyak mustard, magnesium, oxylate dan
sulphure. Daun kol juga dapat digunakan sebagai antibiotik, anti
inflamasi, anti edema dan anti iritasi. (Davis,2009;Roberts KL,
et al; 1998). Daun kol dapat menurunkan jaringan yang
mengalami pembengkakan dengan membuka(vasodilatasi)
pembuluh darah kapiler, dimana dapat meningkatkan aliran
darah yang masuk maupun yang keluar, seperti cairan yang
terjebak didalam payudara.
Pengompresan dilakukan selama 20 menit atau sampai daun kol
tersebut layu pada payudara kecuali areola dan puting, setiap 4-6
jam sehari selama 2 hari atau sampai dirasakan pembengakan
payudara sudah berkurang. Daun kol ini tidak dapat digunakan
pada individu yang memiliki riwayat alergi sulpha. Kulit yang
mengalami kerusakan seperti iritasi, perdarahan, puting blister
dan lain-lain(Davis,2009). Kompres daun kol dengan suhu
ruangan tanpa didinginkan dan didinginkan sama-sama
mngurangi nyeri, tidak mempengaruhi produksi asi, lebih
dianjurkan yang menggunakan suhu ruangan mencegah
terjadinya thermal injury (Walker,2000)
3) Pengurutan payudara
a) Pengurutan I
1) Licinkan kedua tangan dengan baby oil.
2) Menyokong payudara kiri dengan tangan kiri, lakukan
gerakan kecil dengan dua atau tiga jari tangan mulai dari
pangkal payudara dengan gerakan memutar berakhir pada
daerah puting. Gerakan dilakukan sebanyak 20 sampai 30
kali.
b) Pengurutan II
Membuat gerakan memutar sambil menekan dari
pangkal payudara dan berakhir pada puting susu
(dilakukan 20 sampai 30 kali) pada kedua payudara.
c) Pengurutan III
Meletakkan kedua tangan diantara payudara, mengurut
dari tengah ke atas sambil mengangkat kedua payudara
dan lepaskan keduanya perlahan.
d) Pengurutan IV
Mengurut payudara dengan sisi kelingking dari arah
pangkal kearah puting susu. Setelah melakukan
pengurutan, payudara dikompres dengan air hangat dan
bergantian dengan air dingin dengan durasi kira-kira
lima menit, kemudian keringkan dengan handuk dan
pakailah BH khusus yang dapat menopang dan
menyangga payudara.

2.3.5 Dampak tidak melakukan perawatan payudara


Menurut Nugroho et al (2014), ada berbagai dampak negatif yang dapat
timbul jika tidak dilakukan perawatan payudara pada ibu nifas sedini
mungkin adalah sebagai berikut :
1) Puting susu terbenam Keadaan yang tidak jarang ditemui adalah
terdapatnya putting payudara ibu terbenam (retracted nipple), sehingga
tidak mungkin bayi dapat menghisap dengan baik. Puting susu yang
terbenam dapat dikoreksi secara perlahan dengan cara mengurut ujung
puting susu dan sedikit menarik-nariknya dengan jari-jari tangan atau
dengan pompa khusus.

2) Bendungan ASI adalah bendungan yang terjadi pada kelenjar payudara


oleh karena ekspansi dan tekanan dari produksi serta penampungan ASI.
Kejadian bendungan ASI ini terjadi tiga sampai lima hari setelah
persalinan dengan mengerasnya dan membengkaknya payudara yang
disertai dengan rasa nyeri. Tatalaksana yang dapat dilakukan pada ibu
dengan bendungan ASI adalah menyangga payudara ibu dengan bra yang
pas, kompres payudara dengan menggunakan kain basah atau hangat
selama lima menit dan mengurut payudara dari arah pangkal menuju
puting.
3) Mastitis adalah peradangan pada payudara. Payudara menjadi merah,
bengkak, dan terkadang disertai dengan rasa nyeri dan panas, suhu tubuh
meningkat. Didalam terasa ada masa padat, dan diluarnya kulit menjadi
merah. Kejadian ini terjadi pada masa nifas satu sampai tiga minggu
setelah persalinan diakibatkan oleh sumbatan saluran susu yang berlanjut.
Kejadian ini disebabkan oleh kurangnya air susu ibu yang dikeluarkan
dan dapat juga karena kebiasaan menekan payudara dengan jari atau
karena tekanan Bra. Tindakan yang dapat dilakukan adalah kompres
hangat dan melakukan pemijatan pada payudara.(Cholifah, 2015).

2.4 Kenyamanan
2.4.1 Pengertian Kenyamanan
Kenyamanan merupakan suatu keadaan seseorang merasa sejahtera atau
nyaman baik secara mental, fisik maupun sosial (Keliat, Windarwati,
Pawirowiyono, & Subu, 2015).
Kenyamanan menurut (Keliat dkk., 2015) dapat dibagi menjadi tiga
yaitu:
a. Kenyamanan fisik : merupakan rasa sejahtera atau nyaman secara
fisik.
b. Kenyamanan lingkungan : merupakan rasa sejahtera atau rasa
nyaman yang dirasakan didalam lingkungan.
c. Kenyamanan sosial : merupakan keadaan rasa sejahtera atau rasa
nyaman dengan situasi sosialnya.

2.4.2 Pemenuhan Kebutuhan Rasa Nyaman


Menurut Potter & Perry (2006) yang dikutip dalam buku (Iqbal Mubarak,
Indrawati, & Susanto, 2015) rasa nyaman merupakan merupakan
keadaan terpenuhinya kebutuhan dasar manusia yaitu kebutuhan
ketentraman (kepuasan yang dapat meningkatkan penampilan sehari-
hari), kelegaan (kebutuhan yang telah terpenuhi), dan transenden.
Kenyamanan seharusnya dipandang secara holistic yang mencakup
empat aspek yaitu:
a. Fisik, berhubungan dengan sensasi tubuh
b. Sosial, berhubungan dengan interpersonal, keluarga, dan sosial.
c. Psikospiritual, berhubungan dengan kewaspadaan internal dalam
diri seorang yang meliputi harga diri, seksualitas dan makna
kehidupan.
d. Lingkungan, berhubungan dengan latar belakang pengalaman
eksternal manusia seperti cahaya, bunyi, temperature, warna, dan
unsur ilmiah lainnya.
Meningkatkan kebutuhan rasa nyaman dapat diartikan perawat
telah memberikan kekuatan, harapan, hiburan, dukungan,
dorongan, dan bantuan.

2.5 Daun Kubis (Brassica Oleracea Var. Capitata)


2.5.1 Pengertian
Kubis mempunyai nama ilmiah Brassica Oleracea var. Capitata. Dengan
nama daerah kol, kobis, Kobis telur, kobis krop. Bagian yang digunakan
adalah daun. Kubis (Brassica Oleracea Var. Capitata) dapat digunakan
untuk terapi pembengkakan.
Kubis (Brassica Oleracea Var. Capitata)
Gambar 2.2 gambar daun kubis
2.5.2 Ciri-ciri umum
Daunnya bulat, oval, sampai lonjong, membentuk roset akar yang besar
dan tebal, warna daun bermacam-macam, antara lain putih (forma alba),
hijau dan merah keunguan (forma rubra). Awalnya, daunnya yang
berlapis lilin tumbuh lurus, daun-daun berikutnya tumbuh membengkok,
menutupi daun- daun muda yang terakhir tumbuh. Pertumbuhan daun
terhenti ditandai dengan terbentuknya krop atau telur (kepala) dan krop
samping kubis tunas (Brussel spourts). Selanjutnya, krop akan pecah dan
keluar malai bunga yang bertangkai panjang, bercabang-cabang, berdaun
kecil-kecil, mahkota tegak, berwarna kuning. Buahnya buah polong
berbantuk silindris, panjang 5-10 cm, berbiji banyak. Biji berdiameter 2-
4 mm, berwarna coklat kelabu. Umur panennya berbeda-beda, berkisar
90 sampai 150 hari.

2.5.3 Kandungan
Daun Kubis (Brassica Oleracea Var. Capitata) mengandung asam amino
metionin yang berfungsi sebagai antibiotic dan kandungan lain seperti
sinigrin (Allylisothiocyanate), minyak mustard, magnesium, Oxylate
Heterosides belerang, hal ini dapat membantu memperlebar pembuluh
darah kapiler sehingga meningkatkan aliran darah untuk keluar masuk
dari daerah tersebut, sehingga memungkinkan tubuh untuk menyerap
kembali cairan yang terbendung dalam payudara tersebut. kubis (Brassica
Oleracea Var. Capitata) juga mengeluarkan gel dingin yang dapat
menyerap panas yang ditandai dari klien merasa lebih nyaman dan daun
kubis (Brassica Oleracea Var. Capitata) menjadi layu/matang setelah 30
menit penempelan (Desa,2008).

2.5.4 Fungsi
Mengurangi pembengkakan payudara adalah kompres dingin dan atau
hangat untuk mengurangi cairan yang terjebak dalam jaringan yang
menyebabkan tertundanya laktogenesis II. Kompres daun kubis (brassica
oleraceavar. capitata) pada payudara yang bengkak dapat dilakukan bila
kulit payudara tidak ada luka dan ibu tidak alergi sulpha, kompres
menjadi efektif dan terlihat hasilnya dalam waktu 1-2 jam (Davis, 2009)
sehingga ibu nifas dapat menyusui secara eksklusif dan dapat
meningkatkan kepercayaan diri ibu selama proses menyusui (Walker et al
dalam Dennis, 2006).

(Zuhana N, 2017. Perbedaan Efektifitas Daun Kubis Dingin (Brassica


Oleracea Var. Capitata) dengan Perawatan Payudara dalam Mengurangi
Pembengkakan Payudara (Breast Engorgement) di Kabupaten
Pekalongan. Prodi DIII Kebidanan STIKes Muhammadiyah Pekalongan:
Jurnal Ilmiah Bidan Vol. II No.2 2017, Hal: 51-56.)

2.6 Konsep Kompres


2.6.1 Definisi Kompres
Kompres adalah sepotong balutan yang dilembabkan oleh cairan
(Rahmawati, 2013). Manfaat kompres dapat memberikan rasa nyaman
dan menurunkan suhu tubuh (Rusnoto, 2015).

Perubahan pembuluh darah diatur oleh pusat vasomotor pada medulla


oblongata dari tangkai otak, dibawah pengaruh hypothalamic bahian
anterior sehingga terjadi vasodilatasi. Terjadinya vasodilatasi ini
menyebabkan pembuangan atau kehilangan energi atau panas memalui
kulit meningkat, diharapkan akan terjadi penurunan mastitis non-infeksi
sehingga mencapai keadaan normal kembali (Nursanti, 2012 ;
Djuwarijah, 2009).

Panas dari kompres dapat menguap dengan cepat. Untuk mempertahan


kan suhu yang konstan, perawat harus sering mengganti kompres atau
menggunakan bantalan akuatermi yang hangat atau bantalan yang kedap
air diatas kompres. Kompres pada kulit dapat menghaambat shevering
dan dampak metabolik yang ditimbulkan. Selain itu kompres juga
menginduksi vasodilatasi perifer, sehingga meningkatkan pengeluaran
panas tubuh (Susanti, 2013).

2.6.2 Jenis-jenis Kompres


Ketika payudara seorang ibu merasa sakit saat menyusui, maka kompres
dapat membantu meringankan. Kompres biasanya digunakan untuk
nemurunkan rasa nyeri, mengurangi rasa sakit serta meningkatkan aliran
darah. Kata kopres sudah tidak asing lagi pada masyarakat. Berikut jenis-
jenis kompres untuk payudara padaa ibu menyusui.

1. Kompres Hangat
Kompres hangat adalah pemberian rasa hangat pada daerah
tertentu dengan menggunakan cairan atau alat yang menimbulkan
hangat pada bagian tubuh yang memerlukan. Tindakan ini selain
melancarkan sirkulasi darah juga untuk menghilangkan rasa sakit
serta memberikan ketenangan dan kesenangan pada klien
(Nuraeni, 2013).
Pemakaian kompres hangat biasanya dilakukan hanya setempat
saja pada bagian tubuh tertentu. Dengan pemberian rasa hangat,
pembuluh-pembuluh darah akan melebar sehingga akan
memperbaiki peredaran darah dalam jaringan tersebut. Aktivitas
sel yang meningkat akan mengurangi rasa sakit atau nyeri dan
akan menunjang proses penyembuhan dan proses peradangan
(Andarmoyo, 2013).
Menurut Kusumastuti (2008) dalam Nengah dan Surinati (2013),
kompres hangat dianggap bermanfaat untuk memperbaiki
sirkulasi darah, terutama pada egorgement panyudara post
partum. Salah satu pengurang nyeri dengan metode alami yaitu
metode panas dingin. Memang tidak mengurangi keseluruhan
rasa nyeri namun setidaknya memberikan rasa nyaman. Botol air
hanagat yang dibungkus handuk dicelupkan ke air dingin untuk
mengurangi rasa pegal dan kram pada punggung saat menyusui
(Judha, 2012).
Dalam report information from Donal M dan Susanne (2014),
menyatakan untuk mencegah mastitis pada ibu, bayi perlu minum
ASI lebih sering untuk membantu mengalirkan susu, sedangkan
jika terjadi pembengkakan dapat mereda dengan kompres hangat
dan showerair hangatpada area payudara yang nyeri.

2. Kompres Kol
Dalam penelitian Astutik (2016) kompres kol terbukti
menurunkankan pembengkakan pada area tubuh yang mengalami
bengkak. Penurunan skala pembengkakan payudara setelah
diberikan kompres daun kubis menurut Green (2015), terjadi
akibat tingginya 4 kandungan sulfur pada kubis yang diyakini
dapat mengurangi pembengkakan dan peradangan payudara.
Teori Mars (2014), kubis mempunyai sifat antibiotik dan anti-
inflamasi karena kandungan sinigrin (Allylisothiocyanate),
rapine, minyak mustard, magnesium, dan sulfur yang dapat
membantu memperlebar pembuluh darah kapiler, sehingga
meningkatkan aliran darah untuk keluar masuk dari daerah
tersebut, dan memungkinkan tubuh untuk menyerap kembali
cairan yang terbendung dalam payudara tersebut (Novita, 2011).
Hasil penelitian Robert (2005) dalam jurnal penelitian Astutik
(2016), menunjukkan bahwa kompres daun kol efektif dalam
mengurangi ketidaknyamanan saat panyudara terasa penuh.
Kompres daun kol efektif dalam mengurangi ketidaknyamanan
pada payudara saat penuh dan bengkak. Penelitian juga dilakukan
oleh Sousa dkk (2012), yang mengkombinasikan kompres hangat,
dingin dan kompres kol untuk mengatasi bendungan payudara
yang dapat mengakibatkan mastitis.

2.7 Ibu Menyusui


Ibu menyusui adalah suatu proses alamiah, pada kenyataanya di budaya kita
melakukan hal yang alamiah tidaklah mudah kerena memerlukan
pengetahuan dan latihan yang tepat. Fakta menunjukan terdapat 40% wanita
yang tidak menyusui bayinya karena banyak yang mengalami nyeri dan
pembengkakan payudara sehingga bisa terjadi mastitis (Rinata dkk, 2016).

2.7.1 Masa Menyusui


The American of Pediatrics merekomendasikan ASI ekslusif selama 6 bulan
pertamaa selanjutnya selama 1 tahun. Menyusui sebaiknya dilakukan segera
mungkin setelah bayi dilahirkan. Pada hari pertama, biasanya ASI belum
kluar, bayi cukup disusukan selama empat sampai lima menit, untuk
merangsang produksi ASI dan membiasakan puting susu dihisap oleh bayi.
Setelah hari keempat sampai kelima, bayi boleh disusukan selama sepuluh
menit. Waktu menyusui dua puluh menit pada masing-masing panyudara
sudah cukup untuk bayi (Proverawati, 2010).
Menyusui bayi sesering mungkin bahkan dimalam hari sesuai dengan
kebutuhan bayi , sedikitnya delapan kali dalam dua puluh empat jam.
Frekuensi menyusui yang sering dapat meningkatkan produksi ASI,
mencegah panyudara nyeri dan sakit karena penumpukan dan pengumpalan
ASI (Proverawati, 2010).

2.7.2 Teknik Menyusui


Teknik menyusi yang benar adalah dengan cara memberikan ASI pada bayi
dengan melekatkan bayi dan ibu dengan benar dan nyaman serta bayi
memperoleh manfaat terbesar dari menyusui. Berikut merupakan faktor
kunci menyusui secara efektif:
1. Waktu Menyusui
Pada bayi baru lahir akan lebih sering menyusu, rata-rata 10-12 kali
disetiap 24 jam. Menyusui on demand merupakan menyusui kapanpun
bayi mau. Menyusui on demand merupakan cara terbaik untuk menjaga
produksi ASI. Hal penting yang perlu diperhatikan adalah sebaiknya
tiap menyusui dengan durasi yang cukup lama dan tidak terlalu sebentar
dan sebaiknya menyusui tidak dijadwal karena menyusui bayi
dilakukan di setiap bayi membutuhkan sebab bayi akan menentukan
kebutuhannya sendiri (Astutik, 2014).

2. Pelekatan
Pelekatan adalah istilah yang digunakan untuk menyebut cara bayi
menahan puting ibu dalam mulutnya. Ada dua cara untuk mengetahui
pakah mulut bayi melekat pada puting ibu (Astutik, 2014).
1) Jika mulut bayi melekat dengan benar , pastikan bibir bawah bayi
terlipat ke bawah dan dagu mendekat ke payudara selanjutnya lidah
ada di bawah payudara, areola, dan puting menempel pada langit-
langit mulut bayi. Posisi seperti ini memungkinkan bayi menghisap
secara efisien.
2) Seluruh puting dan areola berada dalam mukut bayi. Posisi seperti
ini memungkinkan bayi menekan sinus-sinus di bawah areola. Jika
hanya puting yang masuk dalam mulut bayi, maka jumlah ASI yang
dikeluarkan sedikit.
Pelekatan yang kurang baik disebabkan oleh posisi cara menyusui
yang salah atau tidak tepat. Menyusui bayi dapat dilakukan dengan
berbagai macam posisi menyusui posisi tersebut tergolong benar dan
mudah dilakukan bagi ibu menyusui yaitu dalam posisi duduk,
berdiri atau berbaring (Khasanah, 2011).

Berikut posisi yang benar dan nyaman untuk ibu menyusui:


a. Baby-led lacting
Baby-led lacting merupakan posisi yang paling mudah bagi bayi
yang belajar menyusui saat ibu merasakan nyeri. cara menyusui bayi
dengan baby-led lacting adalah: susui bayi ketika bayi tenang, ambil
posisi nyaman duduk atau nersandar, lakukan kontak kulit dengan
cara letakkan bayi diantara payudara, kemudian bayi akan mencari
puting ibu, setelah menemukan puting ibu dagu bayi akan menekan
payudara ibu dan membuka mulutnya. Baby-led lacting(Khasanah,
2011).
b. Cross crandle
Cross crandle merupakan posisi yang digunakan oleh ibu yang
belajar menyusui. Posisi ibu diharuskan duduk tegak. Leher dan
bahu bayi disangga oleh lengan bagian bawah tangan (menekuk).
Cara memegang payudaranya dengan simbol huruf C yaitu ibu jari
diatas puting dan jari telunjuk dibawah puting (Tella et al, 2015).
c. Cradle
Cradle merupakan posisi dimana bayi menempel pada perut ibu
sehingga kepala bayi tidak berputar , karena bayi berada didekapan
ibu. Dengan posisi lengan ibu menyokong belakang badan dan
punggung bayi (Khasanah, 2011).
d. Football position
Football positionmerupakan posisi yang sesuai untuk ibu yang baru
pulih dari operasi Caesar, ibu yang memiliki payudara besar, serta
ibu yang menyusui anak kembar dalam waktu yang bersamaan. Cara
menyusui Football position dengan meletakkan bantal dibelakang
ibu untuk menyokong tubuh ibu, kemudian tangan ibu menyokong
kepala bayi (Khasanah, 2011).
e. Posisi berbaring
Sama dengan Football positionposisi ini dilakukan oleh ibu yang
baru pulih yari operasi Caesar, hanya saja beda cara meyusuinya
yaitu ibu berbaring dan sedikit miring ke arah bayi, kemudian tangan
ibu menyokong tubuh dan kepala bayi (Khasanah, 2011).

2.7.3 Klasifikasi Menyusui


Tidak ada yang membantah kalau ASI merupakan nutrisi yang paling baik
bagi bayi. Dukungan pemberian ASI telah banyak ditulisikan yang
merupakan program WHO untuk seluruh dunia, maupun di Indonesi
memalui program pemerintah dalam perundang-undangan, peraturan
pemerintah (PP), atau peraturan menteri kesehatan (Permenkes). Namun,
tidak semua ibu bisa menyusui secara langsung. Hal ini disebabkan karena
ibu harus bekerja, kondisi bayi, jumlah ASI (Riyadi, 2015).

1. Ibu menyusui secara langsung


Dalam menyusui secara langsung terdat manfaat bagi ibu dan bayi.
Menambah kedekatan antara ibu dan bayi. Selain itu isapan bayi pada
puting akan ditangkap oleh sel saraf sensorik pada puting yang mengirim
sinyal ke otak. Setelah stimulus mencapai hipotalamus, faktor inhibisi
diblokade, dengan hasil akhir akan lebih banyak prolaktin. Ketersediaan
proklatin mendukung berlangsungnya stimulasi produksi ASI (Riyadi,
2015).

2. Menyusui tidak langsung


Pengeluaran ASI yang dibantu menggunakan alat bantu berupa perasan
tangan maupun alat bantu pompa. Hal ini dilakukan apabila puting ibu
terasa nyeri dan lecet. Pemberian ASI perah dapat diberikan dengan
menggunakan cangkir atau sendok, jangan diberikan dengan menggunkana
botol/dot karena dapat menyebabkan bayi bingung puting atau bayi menolak
menyusu (Syamsiyah, 2013). Namun tidak ada alasan lagi untuk
memberikan ASI karena ibu bekerja. Wanita bekerja adalah yang hasil
karnyanya menghasilkan uang. Berdasarkan UUD pasal 27 ayat 2, tiap-tiap
warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi
kemanusiaan, yang berarti ibu bekerja tetap mendapat hak yang layak untuk
menyusui anaknya, karena menyusuimerupakan hak asasi manusia dan hak
asasi anak untuk hidup layak (Kemenkes RI, 2015).

2.7.4 Manfaat Menyusui Bagi Ibu


Manfaat pemberian ASI bagi ibu tidak hanya memperkuat jalinan kasih
sayang antara anak dan ibu, namun juga mencegah pendarahan pasca
persalian pada ibu. Hal ini dikarenakan adanya hormon oksitosin yang
merangsang kontraksi uterus sehingga menjepit pembuluh darah yang dapat
mencegah terjadinya pendarahan. Hormon oksitosin juga bermanfaat untuk
merangsang proses kontraksi uterus sehingga dapat berlangsung maksimal
atau mempercepat involusi uterus . Adanya kontraksi uterus dapat
mencegah anemia hal ini dikarenakan ibu yang menyusui kontraksi
uterusnya berjalan dengan baik (Kemenkes RI, 2015).

Perubahan berat badan bisa naik turun sewaktu-waktu. Yang ditimbang


dalam keadaan berpakaian maupun tidak. Satuan timbangan berat badan
yaitu kilogram (Kg). Menurut Arisman cara menurunkan berat badan yang
efektif yaitu dengan cara memberi ASI atau menyusui. Ibu yang menyusui
lebih cepat mengalami penurunan berat badan karena mengalami
pengurangan lemak yang tersimpan selama hamil. Menyusui juga
memerlukan energi, yang akan diambil dari penumpukan lemak selama
menyusui. Dengan menyusui ibu sedang melakukan diet karena terjadi
pembakaran lemak, sehingga terjadi pengurangan lemak secara alami
(Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2017).

Menyusui merupakan KB alami digunakan oleh ibu menyusui eksklusif


yang disebut dengan KB metode amonorhoe laktasi (MAL) atau KB MAL.
Selama ibu belum mendapatkan haid yang waktunya kurang dari 6 bulan
setelah melahirkan metode KB MAL yang paefektif dan sederhana tanpa
menggunakan alat apapun. Pemberian ASI secaraon demand yaitu meyusui
bayi kapanpun bayi meminta ASI dapat mengendalikan emosi karena
frekuensi menyusui tidak menentu dan konsentrasi prolaktin tetap meninggi
selama pengisapan sering terjadi dan pada setiap kali menyusui terjadi
peningkatan sekresi prolaktin secara akut. Oleh karena itu ibu yang
menyusui ekslusif menambah penjang kembalinya masa subur setelah
melahirkan sehingga menunda kehamilan berikutnya (Lausi, 2017).

2.7.5 Manfaat Pemberian ASI Bagi Bayi


Manfaat pemberian ASI bagi bayi menurut Menurut Roesli (2004) yaitu
ASI sebagai nutrisi untuk memenuhi kebutuhan ekslusif 0-6 bulan. ASI juga
dapat meningkatkan daya tahan tubuh bayi sehingga bayi tidak mudah
terserang penyakit. Selain itu ASI dipercaya bisa meningkatkan kesehatan
dan kepandaian secara optimal, ASI juga membuat anak potensial, memiliki
emosi yang stabil, spiritual yang matang, serta memiliki perkembangan
sosial yang baik(Wenas et al., 2004). 80 % perkembangan otak anak dimulai
sejak dalam kandungan sampai usia 3 tahun yang dikenal dengan periode
emas, oleh karena itu diperlukan pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan
dan dapat diteruskan sampai anak berusia 2 tahun. Hal tersebut dikarenakan
ASI mengandung protein, karbohidrat, lemak dan mineral yang dibutuhkan
bayi dalam jumlah yang seimbang (Depkes, 2011).
Dari sigi fisik manfaat ASI bagi bayi membantu meningkatkan daya
penglihatan dan kepandaian bicara dan menunjang perkembangan motorik
bayi, mengurangi resiko obesitas bayi. ASI membantu bayi untuk memilih
makanan yang baik di kemudian hari, sehingga dapat memperkecil
terjadinya resiko obesitas. ASI juga mudah dicerna oleh bayi dan membantu
bayi memutuskan berapa banyak dan kapan mereka (bayi) meminumnya
(Kemkes, 2016).

2.8 Kerangka Teori

Anatomi Payudara

Bendungan Payudara

Perawatan Payudara

Kenyamanan

Daun Kubis

Kompres Hangat

Menyusui

Skema 2.8 Kerangka Teori


2.9 Kerangka Konsep

Variabel Independent

Ibu nifas dengan Daun Kubis


pembengkakan (Brassica Oleracea
payudara var. Capitata) dan
Variabel Dependent
perawatan
payudara Skala
pembengkakan
payudara

Ibu nifas dengan Perawatan


pembengkakan payudara dengan
payudara kompres hangat

2.10 Hipotesis
1. Hipotesis Mayor
Ada Perbedaan Efektifitas Daun Kubis Dingin (Brassica Oleracea
Var.Capitata) dengan Perawatan Payudara Dalam Mengurangi
Pembengkakan Payudara (Breast Engorgement).

2. Hipotesis Minor
a. Ada perbedaan skala pembengkakan payudara sebelum dengan
sesudah diberikan daun kubis (Brassica Oleracea Var. Capitata)
Dingin dan perawatan payudara.
b. Ada perbedaan skala pembengkakan payudara sebelum dengan
sesudah diberikan perawatan payudara.
c. Ada Perbedaan Efektifitas Daun Kubis Dingin (Brassica Oleracea
Var.Capitata) Dengan Perawatan Payudara dalam Mengurangi
Pembengkakan Payudara (Breast Engorgement).

Anda mungkin juga menyukai