Anda di halaman 1dari 10

JURNAL KEBIJAKAN KESEHATAN INDONESIA

VOLUME 01 No. 01 Maret  2012 Halaman 42 - 51


Lalu Najmul Erpan: Koordinasi Pelaksanaan Pembiayaan Program Kesehatan

KOORDINASI PELAKSANAAN PEMBIAYAAN


PROGRAM KESEHATAN IBU DAN ANAK
DI KABUPATEN LOMBOK TENGAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT
TAHUN 2011
COORDINATION OF MOTHER AND CHILD HEALTH PROGRAM FINANCING IMPLEMENTATION
AT DISTRICT OF LOMBOK TENGAH PROVINCE OF NUSA TENGGARA BARAT 2011

Lalu Najmul Erpan1, Laksono Trisnantoro2, Tudiono3


1
Dinas Kesehatan Kabupaten Lombok Tengah
2
Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kedokteran,
Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta
3
Bapelkes Kalasan, Yogyakarta

ABSTRACT ABSTRAK
Background: Health financing provided by the government Latar Belakang: Pembiayaan Kesehatan bersumber peme-
greatly helps the implementation of health system in the de- rintah sangat membantu jalannya sistem kesehatan pada era
centralized era. General Allocation Fund and Local Revenue desentralisasi. Dana Alokasi Umum dan Anggaran Pendapatan
and Expenditure Budget are apparently inadequate to finance dan Belanja Daerah (APBN) ternyata tidak cukup untuk mem-
health service. Some efforts have been made to finance health biayai pelayanan kesehatan. Berbagai upaya dilakukan peme-
service such as Community Health Insurance (Jamkesmas), rintah dalam membiayai pelayanan kesehatan seperti Jamkes-
Childbirth Insurance (Jampersal), and Health Operational Fund mas, Jampersal serta Bantuan Operasional Kesehatan (BOK).
(Bantuan Operasional Kesehatan/BOK). These are meant to Hal ini dilakukan untuk mencapai MDGs 2015. Adanya koordinasi
achieve Millennium Development Goals in 2015. The practice sejak perencanaan dan pelaksanaan serta komitmen stake-
of coordination from planning to implementation and stakehold- holder dapat mempengaruhi proses pelayanan Kesehatan Ibu
ers’ commitment can affect the process of maternal and child dan Anak (KIA). Koordinasi mutlak diperlukan untuk menjalankan
health service. Coordination is definitely needed to run the kebijakan program dan mencegah tumpang tindih pembiayaan
program policy and prevent the overlapping financing in order sehingga tujuan program dapat tercapai. Tujuan penelitian ini
that the objective of the program can be achieved. adalah untuk mengevaluasi koordinasi perencanaan dan pelak-
Objective: To evaluate coordination of planning, implementa- sanaan serta komitmen stakeholder dalam pembiayaan kese-
tion and stakeholders’ commitment in relation to maternal and hatan yang berkaitan dengan pelayanan KIA di Kabupaten
child health (MCH) service in Lombok Tengah District. Lombok Tengah.
Method: This was a descriptive-analytical study with a quali- M etode Penelitian: Penelitian dengan analisis deskriftif
tative approach and a case-study design. Samples were taken menggunakan pendekatan kualitatif dengan rancangan study
purposively. The data were obtained through in-depth inter- kasus. Pengambilan sampel dengan Purvosive sampling.
view, observation and documentation analysis. Metode pengumpulan data dengan in-depth interview, observasi
Result: The planning coordination of MCH health financing dan telaah dokumen.
had not been optimal, even despite the involvement of cross Hasil Penelitian: Koordinasi perencanaan pembiayaan KIA
sector and program. However, the organizations of health belum berjalan optimal, walaupun telah melibatkan peran lintas
professionals were not involved in program planning. The coor- sektor dan lintas program namun pada perencanaan program
dination of health financing implementation had not been opti- organisasi profesi kesehatan tidak dilibatkan. Koordinasi pelak-
mal as well. Even though there was no overlapping financing sanaan pembiayaan juga belum berjalan optimal. Meskipun
from some different sources, in the policy implementation there tidak ada tumpang tindih pembiayaan dari beberapa sumber
was cost sharing for referral and drugs. Private sectors were yang ada, hanya saja pada pelaksanaan kebijakan ditemukan
not involved in the implementation of Jampersal. Stakeholders’ iur biaya untuk rujukan maupun obat. Peran swasta tidak
commitment was relatively optimum as reflected from the policy dilibatkan dalam pelaksanaan Jampersal. Komitmen stakeholder
and action in health development acceleration particularly MCH. secara umum sudah optimal dibuktikan adanya kebijakan serta
The process of MCH service at both primary and secondary gerakan dalam percepatan pembangunan kesehatan khusus-
level could run well. nya KIA. Proses pelayanan KIA baik di pelayanan dasar maupun
Conclusion: Coordination of MCH financing implementation in pelayanan lanjutan berjalan dengan baik.
Lombok Tengah District through BOK, Jampersal, Jamkesmas, Kesimpulan: Koordinasi pelaksanaan pembiayaan Kesehatan
Community Empowerment National Program of Healthy and Ibu dan Anak di Kabupaten Lombok Tengah dari dana Bantuan
Smart Generation and Local Revenue and Expenditure Budget Operasional Kesehatan (BOK), Jampersal, Jamkesmas, dan
had not been optimal; therefore, it needed to be improved to APBD belum berjalan optimal, sehingga perlu ditingkatkan lagi
eliminate cost sharing. Professional organizations and private untuk mencegah terjadinya iur biaya. Organisasi profesi serta
health providers were not yet involved in the program planning pelayanan kesehatan swasta belum dilibatkan dalam
and implementation. perencanaan maupun pelaksanaan program.

Keywords: coordination, stakeholders’ commitment, health KataKunci: koordinasi, komitmen stakeholder, pembiayaan
financing, maternal and child health, program evaluation Program KIA

42  Jurnal Kebijakan Kesehatan Indonesia, Vol. 01, No. 1 Maret 2012


Jurnal Kebijakan Kesehatan Indonesia

PENGANTAR rintah baik dari segi anggaran maupun tujuan yang


Angka Kematian Bayi (AKB) dan Angka Kema- akan dicapai oleh kebijakan tersebut yaitu mencapai
tian Ibu (AKI) di Indonesia masih cukup tinggi diban- MDGs tahun 2015. Adanya perbedaan sistem dari
dingkan dengan negara ASEAN lainnya. Menurut beberapa sumber pembiayaan kesehatan, dan untuk
data Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) mencegah tumpang tindih pembiayaan dibutuhkan
tahun 2007, AKI 228 per 100.000 kelahiran hidup, koordinasi yang baik. Koordinasi perlu dilaksanakan
AKB 34 per 1000 kelahiran hidup, Angka Kematian sejak dari proses perumusan kebijakan, perenca-
Neonatus (AKN) 19 per 1000 kelahiran hidup. naan, pelaksanaan, sampai pada pengawasan dan
Berdasarkan kesepakatan global (MDGs) pada tahun pengendalian. Komitmen stakeholder dalam pelak-
2015 diharapkan AKI menurun dari 228 pada tahun sanaan kebijakan akan mendorong dalam percepat-
2007 menjadi 102 per 100.000 KH dan AKB menurun an pencapaian program6. Efektivitas proses pelayan-
dari 34 pada tahun 2007 menjadi 23 per 1000 KH.1. an KIA di pelayanan kesehatan dasar dan lanjutan
Salah satu hal menarik sebagai dampak desen- akan mampu dilaksanakan jika sumber pembiayaan
tralisasi adalah perbedaan kemampuan fiskal yang yang ada bisa saling mendukung kegiatan pelayanan
semakin besar antar provinsi dan kabupaten/kota. KIA.
Dengan adanya dana bagi hasil maka ada provinsi Mengevaluasi koordinasi perencanaan dan
dan kabupaten/kota yang mendadak menjadi kaya koordinasi pelaksanaan serta komitmen stakeholder
dalam waktu sekejap. Beberapa daerah mempunyai dalam pembiayaan kesehatan yang berkaitan de-
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) ngan pelayanan KIA di Kabupaten Lombok Tengah
sekitar 2 triliun dengan penduduk yang tidak men- tahun 2011.
capai 500.000 orang. Di sektor kesehatan setelah
beberapa tahun kemudian terjadi situasi bahwa ada BAHAN DAN CARA PENELITIAN
kekecewaan secara nasional terhadap proses de- Jenis penelitian ini adalah penelitian eksploratif
sentralisasi. Kekecewaan ini dapat dipahami karena deskriptif, dengan rancangan penelitian studi kasus
dana kesehatan dari Dana Alokasi Umum (DAU) dan yang menggunakan metode pendekatan kualitatif.
APBD jumlahnya tidak cukup untuk membiayai Penelitian ini dilaksanakan di Kabupaten Lombok
pelayanan kesehatan2. Tengah dari bulan September-Nopember 2011
Analisis pembiayaan kesehatan di Indonesia dengan responden berjumlah 23 orang. Pengambilan
mengungkapkan beberapa masalah yaitu 1) jum- sampelnya secara purposive sampling.
lahnya kecil, 2) kurang biaya untuk program promotif
dan preventif, 3) Kurang biaya operasional, 4) HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
terlambat realisasi, 5) tidak dikaitkan dengan kinerja, 1. Koordinasi Perencanaan Pembiayaan KIA
6) terfragmentasi, dan 7) inefisien. Anggaran kese- Proses perencanaan tingkat puskesmas seperti
hatan direncanakan secara historikal dan besarnya minilokakarya rutin dilaksanakan setiap bulan. Pihak-
tergantung pada plafond anggaran yang dari tahun pihak yang terlibat dalam minilokakarya tingkat
ketahun tidak berubah3. puskesmas adalah semua staf puskesmas terutama
Berbagai upaya telah dilakukan pemerintah agar pemegang program. Untuk tingkat kabupaten proses
peran dan fungsi puskesmas sebagai fasilitas pela- perencanaan dalam pembangunan kesehatan antara
yanan kesehatan dasar semakin meningkat. Du- lain dalam bentuk Rapat Kerja Kesehatan Daerah
kungan pemerintah bertambah lagi dengan diluncur- (Rakerkesda) dan forum Satuan Kerja Perangkat
kannya Bantuan Operasional Kesehatan (BOK) bagi Daerah (SKPD) yang bersifat lintas sektor, serta
puskesmas sebagai kegiatan inovatif di samping Rencana Kerja (Renja) dinas kesehatan yang
kegiatan lainnya seperti Jaminan Kesehatan Masya- bersifat internal atau lintas program. Perencanaan
rakat (Jamkesmas) dan Jaminan Persalinan program kesehatan tidak melibatkan secara aktif
(Jampersal)4. organisasi profesi seperti Ikatan Dokter Indonesia
Tahun 2011 Kabupaten Lombok Tengah mem- (IDI), Ikatan Bidan Indonesia (IBI), dan Perkumpulan
peroleh dana BOK dari pemerintah sebesar Obstetri dan Ginekologi Indonesia (POGI) serta
Rp6.250.000.000,00 dana Jamkesmas sebesar organisasi kesehatan lain yang erat kaitannya
Rp 5.807.102.000,00 serta dana Jampersal sebesar dengan pelaksanaan kebijakan-program. Hal ini se-
Rp3.829.277,005. suai dengan petikan wawancara berikut ini: “Kalau
Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas), organisasi profesi kayaknya ndak ya jadi karna..karna
Jaminan Persalinan (Jampersal), Bantuan Operasio- inikan sifatnya memang eee...intern..intern kedinasan
(R3).
nal Kesehatan (BOK) adalah kebijakan besar peme-

Jurnal Kebijakan Kesehatan Indonesia, Vol. 01, No. 1 Maret 2012  43


Lalu Najmul Erpan: Koordinasi Pelaksanaan Pembiayaan Program Kesehatan

2. Koordinasi Pelaksanaan Pembiayaan KIA Pelayanan kehamilan di rumah sakit baik


Pelaksanaan koordinasi dan sosialisasi kebi- kehamilan normal maupun risiko tinggi
jakan pembiayaan kesehatan sudah dilakukan pada menggunakan sistem INA CBGs.
lintas sektor maupun lintas program namun masih
belum maksimal, terbukti dengan tidak ada satupun b. Fase persalinan
klinik swasta atau Bidan Praktek Swasta (BPS) yang Biaya pertolongan persalinan baik persa-
mengadakan kerja sama dalam memberikan pela- linan normal maupun dengan penyulit di fasilitas
yanan Jampersal. Di Kabupaten Lombok Tengah kli- kesehatan dasar seperti polindes dan puskemas
nik swasta berjumlah tujuh buah dan BPS sebanyak tergantung dari status kepesertaan ibu bersalin,
35 orang. Hal tersebut terungkap dari hasil wawan- jika ibu bersalin tersebut sebagai peserta Jam-
cara sebagai berikut: “Jadi untuk klinik-klinik swasta kesmas maka diklaim di Jamkesmas namun
tahun ini belum tahun ke-2 insyaallah nanti lihat situasi
dan kondisi kalau memang dilingkup intern kita saja jika bukan peserta Jamkesmas maka diklaim
masih berantakan belum rapi sisi administrasinya (R7) di Jampersal. Begitu juga dengan pelayanan
persalinan di rumah sakit baik untuk persalinan
Pelaksanaan koordinasi pembiayaan KIA di normal, persalinan emergency dasar maupun
Kabupaten Lombok Tengah terdiri dari beberapa persalinan dengan emergecy komprehensif
tahapan yaitu: (sectio) diklaim dengan sistem INA CBGs. Jenis
a. Fase hamil pelayanan pada ibu bersalin dan sumber pem-
Dalam pelayanan kehamilan lokasi pela- biayaannya seperti pada Tabel 3.
yanan terbagi menjadi pelayanan luar gedung
Tabel 3. Koordinasi Pembiayaan Pelayanan Pada Fase
dan pelayanan dalam gedung. Pelayanan luar
Persalinan Kabupaten Lombok Tengah Tahun 2011
gedung dapat dilakukan di posyandu maupun
Sumber Dana
di rumah pasien. Jenis pelayanan kehamilan Kegiatan A B C D E
dan sumber biaya untuk kegiatan pelayanan di Biaya persalinan px. Jamkesmas 
luar gedung seperti pada Tabel 1. Biaya persalinan px. Jampersal 
Biaya obat-obatan di faskes 
Biaya obat-obatan diluar faskes Tidak dijamin
Tabel 1. Koordinasi Pembiayaan Pelayanan Fase Hamil Insentif dukun persalinan normal 
Kegiatan Luar Gedung Kabupaten Lombok Tengah Insentif dukun persalinan penyulit Tidak dijamin
Tahun 2011 Biaya persalinan pervaginam emergecy 
Sumber Dana komprehensif (SC) px. Jampersal
Kegiatan Biaya persalinan pervaginam emergecy 
A B C D E
Transport Pendataan ibu hamil  komprehensif (SC) px. jamkesmas
P4K  Biaya persalinan pervaginam emergecy 
Pelaksanaan kelas Ibu  dasar px. Jampersal
Transport Petugas kelas ibu dan P4K  Biaya persalinan pervaginam emergecy 
Transport Petugas ANC ke luar gedung  dasar px. jamkesmas
Jasa petugas ANC di luar gedung   Biaya persalinan di rumah pasien 
Transport bumil ke faskes Tidak dijamin jampersal
Biaya persalinan di rumah pasien 
Keterangan: A=Jamkesmas, B=BOK C=Jampersal, jamkesmas
D=GSC,E=APBD Transport dukun mengantar bulin ke Tidak dijamin
faskes
Jenis pelayanan ibu hamil di dalam gedung Dana kemitraan dukun Tidak dijamin
Transport Bulin ke faskes PP Tidak dijamin
seperti polindes dan puskesmas serta sumber
pembiayaannya seperti pada Tabel 2. Keterangan: A=Jamkesmas, B=BOK C=Jampersal, D=GSC,
E= APBD
Tabel 2. Koordinasi Pembiayaan Pelayanan dalam
Gedung pada Fase Hamil Kabupaten Lombok Tengah c. Fase nifas dan atau bayi 0-28 hari
Tahun 2011 Pelayanan pada fase nifas (PNC) atau Kun-
Kegiatan
Sumber Dana jungan Neonatus (KN) bagi ibu yang sudah ber-
A B C D E salin terdiri dari jasa pelayanan yang dianggarkan
Biaya obat-obatan di faskes 
Jasa ANC dalam gedung  
dari Jampersal dengan maksimal tiga kali kun-
Biaya obat-obatan di luar Faskes Tidak terbiayai jungan. Transport petugas ke rumah ibu nifas
 dibiayai dari dana BOK. Jenis pelayanan nifas
Biaya pemeriksaan kehamilan RISTI  
dan bayi baru lahir serta sumber pembiayaannya
Biaya penanganan (KET)  
Biaya pelayanan pasca keguguran   seperti Tabel 4.
Keterangan: A=Jamkesmas, B=BOK C=Jampersal, D=GSC,
E=APBD

44  Jurnal Kebijakan Kesehatan Indonesia, Vol. 01, No. 1 Maret 2012


Jurnal Kebijakan Kesehatan Indonesia

Tabel 4 Koordinasi Pembiayaan Pelayanan Fase Nifas Tabel 5. Koordinasi Pembiayaan Rujukan pada Ibu
dan Bayi Baru lahir Kabupaten Lombok Tengah Hamil, Ibu Bersalin, Ibu Nifas dan atau Bayi Baru Lahir
Tahun 2011 Kabupaten Lombok Tengah Tahun 2011
Sumber Dana Sumber Dana
Kegiatan Kegiatan A B C D E
A B C D E
Biaya PNC/KN pasien Jamkesmas  Transport pasein dirujuk dari desa ke PKM 
Biaya PNC/KN pasien Jampersal  Transport Petugas merujuk dari desa ke 
Transport petugas PNC/KN  PKM
Transport bufas dan atau bayi PP Tidak dijamin Transport Rujukan dari PKM ke RS Pasien 
rumahnya Jampersal
Biaya obat-obatan di faskes  Transport Rujukan dari PKM ke RS Pasien 
Biaya obat-obatan di luar faskes Tidak dijamin Jamkesmas
Biaya Pelayanan bufas/bayi dengan  Insentif petugas merujuk dari desa ke PKM Tidak dijamin
tindakan emergensi dasar pasien Insentif petugas merujuk dari PKM ke RS Tidak dijamin
Jamkesmas Pasien Jampersal
Biaya Pelayanan bufas/bayi dengan  Insentif petugas merujuk dari PKM ke RS 
tindakan emergensi dasar pasien Pasien Jamkesmas
Jampersal Keterangan: A=Jamkesmas, B=BOK C=Jampersal, D=GSC,
Biaya Pelayanan bufas/bayi dengan  E=APBD
tindakan emergensi komprehensif
pasien Jamkesmas
Biaya Pelayanan bufas/bayi dengan  f. Obat-obatan dan BHP
tindakan emergensi komprehensi Obat-obatan yang dibutuhkan oleh ibu ha-
pasien Jampersal
Biaya hidup orang tua bayi jika bayi Tidak dijamin mil, ibu bersalin dan ibu nifas serta bayi baru
dirawat lahir cukup tersedia fasiltas kesehatan,pasien
Keterangan: A=Jamkesmas, B=BOK C=Jampersal, D=GSC,E= tidak membeli obat di luar obat yang disediakan
APBD fasilitas kesehatan. Pada pelayanan persalinan
di RSUD Praya ditemukan ada iur biaya pada
d. Keluarga Berencana Pascamelahirkan ibu bersalin dengan tindakan sectio untuk mem-
Koordinasi antara dinas kesehatan, dan beli obat sendiri. Hal ini terungkap dari hasil
organisasi profesi tentang pentingnya Keluarga wawancara seperti berikut ini: “Ndek, pas.. kan
Berencana (KB) sudah berjalan cukup baik. operasi kadun beli oat ape aran oat bius dait pas
Penyediaan alat kontrasepsi oleh pihak Badan ulek pas selesai operasi ye sik tiang beli oat (R20)
Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga
Berencana (BPPKB), sedangkan biaya jasanya g. Realisasi anggaran BOK, Jamkesmas, dan
sudah termasuk dengan jasa Post Natal Care Jampersal
(PNC) yang bersumber dari Jampersal. Hampir Dana Bantuan Operasional Kesehatan
semua ibu bersalin peserta Jamkesmas dan (BOK) yang turunnya tidak di awal tahun kegiat-
Jampersal dengan tindakan sectio di rumah an yaitu bulan Maret 2011 dan sistim adminis-
sakit dipasangkan Intra Uterine Device (IUD) trasi yang cukup sulit dirasakan beberapa pus-
untuk KB pascaplasenta. kesmas ternyata mempengaruhi serapan. Se-
rapan dana BOK sampai bulan Nopember 2011
e. Sistem Rujukan ternyata bervariasi, beberapa puskesmas cakup-
Sistem pembiayan rujukan KIA di Kabu- annya ada yang lebih dari 80% namun ada juga
paten Lombok Tengah tergantung jenis jaminan yang kurang dari 60%. Persentase realisasi
pembiayaan yang dimiliki oleh pasien. Koordi- dana program Jamkesmas dan Jampersal di
nasi pembiayaan pelayanan rujukan di Kabu- Kabupaten Lombok Tengah dari Januari-Juni
paten Lombok Tengah seperti terlihat pada sudah cukup baik yaitu di atas 40%.
Tabel 5.
Upaya rujukan pada pelayanan KIA ditemu- 3. Komitmen Stakeholder dalam Koordinasi
kan adanya iur biaya oleh pasien yang akan Pelaksanaan Pembiayaan KIA
dirujuk dari puskesmas ke rumah sakit seperti Dikeluarkannya kebijakan pemeriksaan keha-
petikan wawancara berikut ini: “Uang ongkos.. milan dan persalinan gratis sejak tahun 2003 dan
ongkos anu, ambulan seratus dua puluh, dua kali gerakan Angka Kematian menuju Nol (AKINO) serta
saya dibawa sini pak berarti dua ratus empat puluh
gerakan Lembaga Pembangunan Masyarakat
jadinya (R21)
Terpadu (Lempermadu) menjadi bukti kuat adanya

Jurnal Kebijakan Kesehatan Indonesia, Vol. 01, No. 1 Maret 2012  45


Lalu Najmul Erpan: Koordinasi Pelaksanaan Pembiayaan Program Kesehatan

komitmen yang tinggi dari pemerintah daerah dalam memberikan dampak yang baik terhadap proses
program KIA. Sejak tahun 2003 sampai tahun 2009 pelayanan KIA di pelayanan tingkat dasar maupun
anggaran dana jaminan persalinan gratis dari APBD pelayanan tingkat lanjutan. Hal ini ditandai dengan
cukup besar. Tahun 2009 alokasi dana untuk KIA tidak adanya tumpang tindih pembiayaan pada
sebesar Rp936.347.500,00 (4,2%) dari belanja proses pelayanan KIA dan hampir seluruh jenis
langsung dinas kesehatan. Dari jumlah tersebut pelayanan KIA sudah terbiayai dari beberapa sumber
Rp766.950.000,00 untuk jaminan persalinan gratis. pembiayaan yang ada seperti BOK, Jampersal,
Namun sejak tahun 2010 setelah adanya Jamkesmas, PNPM GSC dan APBD Kabupaten
Jamkesmas NTB dan gerakan AKINO dana jaminan Lombok Tengah.
persalinan tidak lagi dialokasikan ke dinas kesehatan
akan tetapi di serahkan ke pengelola Jamkesmas PEMBAHASAN
NTB sebagai dukungan dana untuk gerakan AKINO. 1. Koordinasi Pembiayaan KIA
Alokasi dana KIA pada tahun 2010 menurun drastis a. Pembiayaan KIA
menjadi Rp82.710.000,00 (0,8%), dan tahun 2011 Pada rentang waktu 2009-2011 alokasi
ketika Jampersal di luncurkan alokasi dana KIA anggaran bidang kesehatan di Kabupaten
semakin menurun menjadi Rp37.646.500,00 (0,4%). Lombok Tengah menunjukkan peningkatan.
Rendahnya anggaran untuk KIA di Dinas Kesehatan Walaupun demikian peningkatan pembiayaan
Kabupaten Lombok Tengah pada tahun 2010 dan kesehatan sebagian besar berasal dari peme-
2011 di samping dipengaruhi oleh adanya kebijakan rintah pusat. Desentralisasi pada intinya bertu-
AKINO Provinsi NTB dan adanya Jampersal juga juan agar sektor kesehatan menjadi urusan
disebabkan adanya defisit APBD yang cukup besar. rumah tangga daerah diharapkan terjadi owner-
Anggaran kesehatan tahun 2011 sebesar ship dan peningkatan APBD untuk kesehatan2.
Rp29.616.482.127,00 atau sekitar 14,78% dari total Hal ini sejalan dengan7 yang menyatakan
belanja langsung (di luar gaji). Meningkat bila bahwa besarnya dana yang disalurkan oleh
dibanding tahun 2010 yang baru mencapai 12,52%. pemerintah pusat berlawanan dengan janji de-
Dana pembiayaan kesehatan tersebut tersebar di sentralisasi, hanya terjadi sedikit peningkatan
dinas kesehatan, rumah sakit, dan BPPKB. wewenang bagi kebijaksanaan di tingkat kabu-
paten dalam mengelola dana masyarakat untuk
Proses Pelayanan KIA kesehatan yang alasan kurangnya peningkatan
Pemeriksaan kehamilan atau antental care di fasilitas kesehatan masyarakat. Keputusan-
Kabupaten Lombok Tengah sudah berjalan dengan keputusan penting masalah pembiayaan masih
baik dan dilaksanakan di dalam gedung seperti di dibuat oleh pemerintah pusat8. Kemampuan
polindes, puskesmas dan di rumah sakit, maupun negara-negara miskin untuk memobilisasi sum-
di luar gedung seperti di posyandu. Pada bulan ber keuangan untuk kesehatan masih diperta-
Oktober 2011 cakupan pelayanan kehamilan di Ka- nyakan, untuk itulah kehadiran lembaga donor
bupaten Lombok Tengah adalah KI 78,78% dan K4 sangat penting untuk mengatasi kesenjangan
70,35%. Proses pelayanan pada ibu bersalin sudah sumber daya keuangan. Untuk menghasilkan
berjalan dengan baik dan dapat terlayani oleh tenaga sesuatu yang efektif pada umumnya lembaga
kesehatan mulai dari polindes, puskesmas sampai donor harus meningkatkan investasi disektor
rumah sakit untuk kasus normal maupun untuk ka- kesehatan terutama kesehatan ibu.
sus-kasus risiko tinggi. Sistem rujukan pada ibu ber- Berdasarkan analisis, pembiayaan sektor
salin berjalan dengan baik, walaupun rujukan teren- kesehatan di Kabupaten Lombok Tengah me-
cana masih cukup rendah. Peran dukun dalam per- nunjukan peningkatan walaupun sumber pem-
salinan di unit pelayanan dasar cukup besar untuk biayaan memang masih didominasi oleh pem-
meningkatkan cakupan persalinan oleh tenaga biayaan dari pemerintah pusat.
kesehatan.
Proses pelayanan pada ibu nifas dan bayi baru b. Koordinasi perencanaan pembiayaan
lahir berjalan dengan baik. PNC atau KN yang KIA
dianjurkan sebanyak tiga kali sudah dilaksanakan, Perencanaan dengan segala variasinya ber-
sampai Oktober 2011 cakupan KN.1 sebesar tujuan untuk membantu mencapai tujuan orga-
76,11% dan KN.3 sebesar 73,16%. Koordinasi yang nisasi. Perencanaan untuk Program Kesehatan
dimulai dari tahap perencanaan dan tahap pelak- Ibu dan Anak (KIA) akan lebih baik bila dilaksa-
sanaan, serta komitmen yang tinggi dari stakeholder nakan dari tingkat kabupaten serta tetap meng-

46  Jurnal Kebijakan Kesehatan Indonesia, Vol. 01, No. 1 Maret 2012


Jurnal Kebijakan Kesehatan Indonesia

acu pada Standar Pelayanan Minimal (SPM) 9. penyedia layanan dan pemeriksaan diagnostik13.
Sistem pembiayaan kesehatan yang masih sen- Inovasi di India untuk menekan biaya rujukan
tralistik akan berpengaruh pada proses peren- bagi program KIA adalah dengan menggunakan
canaan di daerah2. Implikasi dari dana pusat program voucher yang dapat dimanfaatkan oleh
yang tinggi adalah yang pertama memperbesar ibu untuk membayar beberapa model transpor-
kemungkinan tidak sinkronnya perencanaan pu- tasi seperti taxi, traktor untuk menjangkau fasi-
sat dan daerah, jika dilihat banyak daerah yang litas kesehatan,pemilik alat transportasi tersebut
tidak dapat menyerap anggaran dengan maksi- dapat menukar voucher tersebut kepada
mal, salah satu problema penyerapannya adalah pemerintah.
bagaimana koordinasi perencanaan dan pelak- Berdasarkan hasil analisis koordinasi pe-
sanaan program dari dua sumber yang berbeda. laksanaan pembiayaan KIA di Kabupaten
Pemerintah Kabupaten Lombok Tengah Lombok Tengah belum berjalan optimal. Wa-
melibatkan peran lembaga penyandang dana laupun tidak ditemukan terjadinya tumpang
seperti PNPM GSC, untuk koordinasi dan pro- tindih pembiayaan dan tidak ada pelayanan KIA
ses konsultasi dimulai dari tahap perencanaan yang tidak terbiayai, namun masih ditemukan
program. Hal tersebut sejalan dengan Walt, et al10 adanya iur biaya untuk obat maupun biaya
yang menyatakan bahwa koordinasi berfungsi rujukan serta tidak dilibatkannya pihak swasta
lebih luas dimana koordinasi sebagai sarana dalam program Jampersal.
konsultasi dalam melakukan berbagai perubah-
an dan menyediakan informasi yang diperlukan d. Peranan swasta dan organisasi profesi
untuk penetapan kebijakan dan tujuan dari do- dalam pelayanan Kesehatan Ibu dan
nor. Kerangka kebijakan itu idealnya harus dapat Anak
melakukan koordinasi yang lebih baik dari se- Pelaksanaan program Jampersal dinas ke-
luruh sumber daya yang ada29. Kebijakan itu sehatan kabupaten dapat bekerjasama dengan
harus dibentuk melalui proses konsultasi dima- klinik atau bidan praktek swasta14. Trend dengan
na stakeholder dalam hal ini pemerintah dan banyaknya fasilitas kesehatan swasta meng-
lembaga donor menentukan tujuan yang gambarkan bahwa negara dianggap gagal dalam
diinginkan. menyediakan pelayanan bagi semua orang,
Proses koordinasi perencanaan pembiaya- malah menaikan tingkat pengeluaran.
an KIA di Kabupaten Lombok Tengah sudah ber- Klinik swasta atau Bidan Praktik Swasta
jalan mulai dari tingkat desa sampai kabupaten (BPS) adalah salah satu dari empat komponen
dengan melibatkan lintas sektor dan lintas pro- pelaku di sektor kesehatan yaitu dalam health
gram namun belum berjalan optimal, hal ini dise- care delivery. Keterlibatan pelayanan kesehatan
babkan karena organisasi profesi kesehatan swasta seperti yang di atur dalam petunjuk tek-
tidak dilibatkan dalam tahap perencanaan. nis Jampersal, sesuai juga dengan13 yang men-
jelaskan bahwa di India diperkenalkan skema
c. Koordinasi pelaksanaan pembiayaan dengan melakukan kontrak dengan klinik swasta
Kesehatan Ibu dan Anak dalam memberikan pelayanan pada ibu bersalin.
Pada pelaksanaan program ditemukan Sistem pembayaran, klinik swasta tersebut
masih terdapat iur biaya yang dilakukan oleh akan mengklaim ke pemerintah dan ibu dapat
pasien dalam bentuk biaya transport rujukan dan memilih dimanapun klinik swasta yang bekerja-
obat-obatan. Hal ini sama dengan hasil pene- sama dengan pemerintah tanpa harus mem-
litian11 di Banglades yang menjelaskan bahwa bayar. Hal ini sesuai juga dengan2 yang menya-
meskipun biaya persalinan gratis namun dari takan usaha meningkatkan status kesehatan
total pengeluaran langsung ibu bersalin 50% tidak hanya urusan pemerintah khususnya dinas
untuk biaya rujukan. Penelitian di Tanzania12 kesehatan. Lembaga pemerintah lain, peran
yang menyatakan meskipun pemerintah Tan- swasta dan masyarakat merupakan hal pen-
zania telah berkomitmen untuk membebaskan ting. Pada konteks Peraturan Pemerintah (PP)
biaya persalinan tetapi dilaporkan bahwa ibu No.38/2007 dan PP No. 41/ 2007 ditekankan
yang dirujuk ke fasiltas kesehatan mengeluar- bahwa peran dinas kesehatan harus mengkoor-
kan biaya rujukan rata-rata 5 dollar Amerika dan dinasi berbagai pelaku dalam sektor kesehatan.
sekitar 80% dari pengeluaran langsung ibu ber- Penyelenggaraan Pelayanan Kesehatan
salin untuk pembayaran obat, pembayaran (PPK) I swasta di Kabupaten Bandung penting

Jurnal Kebijakan Kesehatan Indonesia, Vol. 01, No. 1 Maret 2012  47


Lalu Najmul Erpan: Koordinasi Pelaksanaan Pembiayaan Program Kesehatan

dilibatkan dalam skema jaminan kesehatan penyakit melalui imunisasi dan pengendalian
dengan melakukan upaya sosialisasi untuk berbagai penyakit menular tanpa menghalangi
membangkitkan rasa kepercayaan serta mem- pihak swasta untuk melibatkan diri dalam pela-
pertimbangkan benefit yang wajar bagi para yanan kesehatan masyarakat. Di kota-kota be-
pihak agar tidak dirugikan15. sar para praktisi swasta juga telah menyediakan
Dari sisi fasiltas kesehatan swasta, perlu pelayanan imunisasi untuk anak-anak walaupun
dipertimbangkan alasan mereka untuk menolak masih bagi kelompok masyarakat yang ber-
dalam kerjasama pelayanan KIA. Hanya 21% penghasilan menengah ke atas. Memang sektor
dari BPS yang ada di Kota Bandung yang swasta seharusnya lebih bertanggung jawab un-
mengadakan kerjasama dengan pihak ketiga. tuk perawatan kesehatan perorangan atau pela-
Beberapa alasan penyelenggara pelayanan yanan medis. Di beberapa negara pelayanan
kesehatan swasta menolak untuk bekerja sama pihak swasta berkembang dengan cukup pesat.
dengan pihak ketiga antara lain fasiltas kese- Tetapi informasi yang berhubungan dengan
hatan swasta tersebut masih kurang sumber kegiatan sektor swasta di bidang kesehatan
daya manusia maupun sarana dan prasarana- sebagian besar tidak tersedia, sehingga sulit
nya, dari segi tarif tidak sesuai, tidak ada ja- untuk mengaturnya16.
minan pelunasan dan prosedur pembayaran Menyatakan peran negara dikurangi, keten-
yang lama, malas mengurus klaim dan penca- tuan kesehatan dibuat lebih efektif dengan
tatan serta pelaporannya ruwet15. memperkenalkan kompetisi dan desentralisasi
Kelompok-kelompok swasta ini sering pengambilan keputusan dan sektor swasta
diabaikan dalam penyusunan sistem kesehatan. untuk mempunyai peranan yang lebih luas14.
Dalam penyelenggaraan sistem kesehatan tidak Perencanaan pembiayaan kesehatan yang
terlepas dari peranan pihak swasta2. Salah satu dilakukan dinas kesehatan hendaknya melibat-
poin dalam langkah prioritas untuk meningkat- kan semua sektor yang terkait dengan program
kan keadaan kesehatan adalah memperkenal- yang direncanakan. Keterlibatan dan partisipasi
kan peran pihak swasta dalam dunia kesehatan. dari organisasi profesi kesehatan seperti IDI, IBI,
Sistem kesehatan di Indonesia banyak bergan- POGI dan IDAI mutlak di laksanakan dari tahap
tung pada sektor swasta dan upaya untuk me- perencanaan. Hal ini sejalan dengan Reinke17
ningkatkan kondisi kesehatan tidak akan ber- yang menyatakan bahwa mereka yang terkena
hasil jika mereka tidak dilibatkan dalam proses pengaruh perencanaan harus langsung dilibat-
ini, contoh, akhir-akhir ini lebih banyak orang kan dalam proses perencanaan, dengan cara
yang menggunakan fasiltas kesehatan sektor ini para perencana dapat menjamin bahwa prio-
swasta untuk pelayanan kesehatan dibanding- ritas telah ditetapkan dengan tepat, rencana da-
kan fasilitas kesehatan pemerintah termasuk pat dikerjakan dengan mudah dan fase pene-
seperti ketika bersalin maupun untuk mencari rapan akan mendapatkan dukungan yang luas.
pengobatan. Salah satu sistem perencanaan adalah pe-
Kecenderungan ini terlihat semakin me- rencanaan dengan pendekatan partisipatif
ningkat, bahkan terjadi pula pada prilaku kaum dilaksanakan dengan melibatkan semua pihak
miskin. Hal ini sesuai dengan14 yang menyata- yang berkepentingan terhadap pembangunan.
kan banyak orang termasuk orang miskin di ne- Pelibatan mereka adalah untuk mendapatkan
gara-negara paling miskin, pada kenyataannya aspirasi dan menciptakan rasa memiliki18.
sangat mengandalkan fasiltas kesehatan swas- Para profesional perawatan kesehatan dan
ta. Kondisi ini sesuai juga dengan hasil regional organisasi profesi memiliki peran utama untuk
confrence revitalizing primary health care yang memainkan posisi dalam proses peningkatan
menyatakan, kenyataannya banyak orang mis- kesehatan ibu dan anak. Mereka merupakan
kin maupun kaya memanfaatkan penyedia pela- organisasi para profesional yang sangat terlatih,
yanan kesehatan swasta sebagai tempat kon- dan mereka tinggal dan bekerja di negara-negara
tak pertama, untuk merevitalisasi puskesmas di seluruh dunia. Organisasi profesi kesehatan
seharusnya melibatkan swasta dalam penyedia atau Health Care Professional Organizations
layanan masyarakat. (HCPOs) yang terdiri dari FIGO, ICM, ICN, IPA,
Puskesmas diharapkan lebih terfokus pada COINN dan PIF adalah anggota dalam kemitraan
pelayanan kesehatan masyarakat secara untuk kesehatan ibu dan anak yaitu Partner-
umum seperti promosi kesehatan, pencegahan ship for Maternal Newborn and Child Health

48  Jurnal Kebijakan Kesehatan Indonesia, Vol. 01, No. 1 Maret 2012


Jurnal Kebijakan Kesehatan Indonesia

(PMNCH). Para profesional perawatan kesehat- nasi pembiayaan kesehatan dari sumber-sumber
an dan organisasi profesi kesehatan sangatlah pembiayaan seperti BOK, Jamkesmas, Jampersal
penting dalam keberhasilan dan keberlanjutan dan sumber yang lain mutlak diperlukan25. Menyata-
sejumlah kegiatan seperti: 1) meningkatkan ke- kan upaya pemerintah pusat menggulirkan BOK ini
sehatan dan menangani penyakit dalam bidang harus diperkuat oleh komitmen dinas kesehatan
kesehatan perempuan, reproduksi, kehamilan, selaku operator dana BOK di daerah sebelum dise-
pertolongan persalinan, kesehatan bayi, anak rahkan ke puskesmas. Harus ada suatu grand stra-
dan remaja. 2) mengajar dan melatih tenaga pro- tegi bagaimana pengelolaan dana kesehatan yang
fesional pada pelayanan layanan kesehatan ibu baik dan akan memberikan dampak untuk tercapai-
dan anak pada pelayanan perorangan disemua nya hasil yang baik. Berdasarkan analisis komitmen
tingkatan, 3) menetapkan standard sebagai bukti stakeholder Kabupaten Lombok Tengah dalam koor-
yang berbasis kurikulum kesehatan ibu, bayi, dinasi pelaksanaan pembiayaan Program KIA secara
dan anak, intervensi, strategi layanan persalinan, umum mempunyai komitmen yang optimal. Hal ini
dan pendidikan pada tingkat nasional, regional, sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh
dan global, serta monitoring kesehatan bidang Kiramang26 stakeholder Kabupaten Luwu Utara ber-
perawatan dan persalinan. 4) memberikan kepe- komitmen melaksanakan Jamkesda, dan penelitian
mimpinan dan pendampingan dalam perenca- Mayeni27 Pemerintah Kota Denpasar mempunyai
naan, pelaksanaan, dan monitoring program. 5) komitmen yang tinggi terhadap pembiayaan sektor
melakukan advokasi peningkatan kesehatan ibu, kesehatan.
bayi, dan anak serta untuk meningkatkan per-
hatian dalam memperkuat sistem kesehatan KESIMPULAN DAN SARAN
yang terkait19. Kesimpulan
Peran yang mungkin organisasi profesi te- Koordinasi perencanaan untuk pembiayaan KIA
rapkan pada negara-negara berkembang sa- belum berjalan optimal, walaupun perencanaan kese-
ngatlah banyak dan memiliki potensi untuk hatan ditingkat puskesmas dan kabupaten sudah
mengurangi angka kematian ibu20. Upaya FIGO dilakukan, namun organisasi profesi kesehatan tidak
mencegah perdarahan post partum dengan pola dilibatkan dalam proses perencanaan, sehingga koor-
kemitraan antara Akademi Peditarik Amerika dinasi pelaksanaan belum berjalan optimal, tidak
(AAP) dengan Dinas Kesehatan India (IHS) sela- ditemukan adanya tumpang tindih atau overlapping
ma 40 tahun merupakan contoh bagaimana dan pembiayaan, hanya saja masih ada iur biaya pada
mengapa peran organisasi profesi kesehatan pasien untuk biaya obat dan rujukan serta pelaksa-
sangat penting dalam memimpin advokasi untuk naan kebijakan Jampersal tidak melibatkan pihak
KIA21. swasta dalam memberikan pelayanan KIA. Proses
pelayanan KIA mulai dari fase hamil sampai dengan
2. Komitmen Stakeholder fase nifas dipelayanan dasar dan pelayanan lanjutan
Besarnya alokasi biaya untuk kesehatan sangat berjalan dengan baik dan dilaksanakan sesuai pe-
dipengaruhi oleh pola kebijakan politik, ekonomi dan tunjuk. Komitmen stakeholder secara umum sudah
perundangan yang ada. Political will pemerintah dise- optimal ditandai dengan adanya gerakan-gerakan
mua tingkatan dalam rangka kebijakan alokasi biaya serta kebijakan dalam usaha menurunkan angka
kesehatan dapat berperan banyak demi sistem kese- kematian ibu dan bayi termasuk jaminan pembiayaan
hatan yang lebih reliabel dan tahan goncangan22. kesehatan bagi seluruh masyarakat miskin dan tidak
Menyatakan komitmen politik daerah sangat ter- mampu.
gantung pada koalisi stakeholder yang mampu
menggerakkan arah kebijakan yang sesuai dengan Saran
prioritas daerah23. Ini juga dipertegas oleh Oyaya24 Pemerintah pusat diharapkan menurunkan ang-
yang menyatakan reformasi sektor kesehatan diarti- garan diawal tahun sehingga proses koordinasi
kan sebagai proses perubahan yang terus menerus perencanaan baik ditingkat puskesmas maupun di
dalam meningkatkan kinerja dan fungsi dari sektor kabupaten segera dilakukan dengan lebih banyak
kesehatan untuk meningkatkan status kesehatan melibatkan stakeholder yang terkait dengan pem-
masyarakat. Keberadaan pemerintah dan dukungan biayaan kesehatan termasuk organisasi profesi. Me-
dari lembaga-lembaga donor diharapkan mampu ningkatkan sistem perencanaandengan pendekatan
meningkatkan komitmen untuk menciptakan sehat partisipatif. Pemerintah pusat diharapkan memper-
untuk semua. Komitmen stakeholder dalam koordi- luas aspek jaminan dari pembiayaan yang sudah

Jurnal Kebijakan Kesehatan Indonesia, Vol. 01, No. 1 Maret 2012  49


Lalu Najmul Erpan: Koordinasi Pelaksanaan Pembiayaan Program Kesehatan

ada seperti mengalokasikan dana rujukan pasien 10. Walt G, Pavignani E, Gilson L, Buse K. Health
Jampersal dari dana Jampersal, peningkatan jasa Sector Development: from Aid Coordination to
ANC dan PNC serta jasa persalinan baik normal Resource Management. Health Policy and Plan-
maupun dengan penyulit. Adanya jasa khusus untuk ning, 1999;14(3):207-218.
pelayanan KB pasca bersalin dan perluasan jaminan 11. Nahar S, Costello A. The Hidden Cost of ‘Free’
pada kasus-kasus KIA yang patologis. Koordinasi Maternity Care in Dhaka , Health Policy,
pada tahap pelaksanaan kegiatan harus tetap diting- Bangladesh, 1998;13(4):417-422.
katkan dengan lintas sektor maupun lintas program. 12. Kruk ME, Mbaruku G, Rockers P, Galea S. User
Kerjasama dengan pelayanan kesehatan swasta mu- Fee Exemptions are Not Enough: Out-Of-Pocket
tlak dilakukan untuk peningkatan akses. Komitmen Payments for “Free” Delivery Services in Rural
stakeholder harus tetap dipertahankan bahkan di- Tanzania. Tropical Medicine and International
tingkatkan dengan melakukan lobi-lobi dan advokasi Health, 2008;13(12):1442-1451. doi:10.1111/
kepada pemangku kebijakan terutama dalam pening- j.1365-3156.2008.02173.x
katan alokasi anggaran pembangunan kesehatan 13. Kutzin J. A. Descriptive Framework for Coun-
khususnya untuk progam KIA sehingga kinerja dalam try-Level Analysis of Health Care Financing Ar-
proses pelayanan KIA dapat ditingkatkan lagi dengan rangements. Health, San Francisco, 2001;
melibatkan peran serta aktif dari organisasi profesi, 56:171-204.
kader, dukun bersalin, tokoh masyarakat, dan tokoh 14. Buse K. et. al. Membuat Kebijakan Kesehatan,
agama yang ada sehingga cakupan program KIA Yogyakarta, 2009.
dapat tercapai. 15. Gondodiputro S. Djuhaini H. Peran Penyeleng-
gara Pelayanan Kesehatan Primer Swasta Da-
REFERENSI lam Jaminan Kesehatan di Kabupaten Bandung.
1. Kemenkes, Petunjuk Teknis Pelayanan Jurnal Manajemen Pelayanan Kesehatan, 2010;
Kesehatan Dasar Jamkesmas, 2011b. 13:92-98.
2. Trisnantoro L. Pelaksanaan Desentralisasi 16. WHO. Regional Conference Primary Health
Kesehatan di Indonesia 2000-2007, Mengkaji Care, Jakarta, 2008.
Pengalaman dan Skenario Masa Depan, BPFE, 17. Reinke W A. Perencanaan Kesehatan Untuk
Yogyakarta, 2009. Meningkatkan Efektivintas Manajemen. Gadjah
3. Gani A. Reformasi Pembiayaan Kesehatan Mada University Press. Yogyakarta. 1994.
Kabupaten/Kota Dalam Sistem Pertemuan 18. Undang-Undang RI No. 25/2004 Tentang Sistem
Nasional Desentralisasi Kesehatan, Bandung, Perencanaan Pembangunan Nasional, 2005.
2006. 19. WHO. The Role Of Health Care Professional
4. Kemenkes, Pedoman Pelaksanaan Program Organizations in The Partnership for Maternal
Jaminan Kesehatan Masyarakat, 2011a. Newborn and Child Health, 2006.
5. Dinas Kesehatan, Profil Dikes Lombok Tengah, 20. Chamberlain J, McDonagh R, Lalonde A,
2011. Arulkumaran S. The Role of Professional Asso-
6. Usman H. Manajemen Teori Praktek& Riset ciations in Reducing Maternal Mortality World-
Pendidikan (ed. Kedua), Bumi Aksara, Jakarta, wide. International Journal of Gynecology &
2006. Obstetrics, 2003;83(1):94-102. doi:10.1016/
7. Heywood P. Harahap NP. Health Research S0020-7292(03)00185-1.
Policy and Systems Public Funding of Health 21. Lalonde AB. Delivering Services and Influenc-
at the District Level in Indonesia After Decen- ing Policy: Health Care Professionals Join
tralization – Sources, Flows and Contradictions. Forces to Improve Maternal, Newborn, and Child
Health Research Policy and Systems, Health. International Journal of Gynaecology and
2009;14:1-14,doi:10.1186/1478-4505-7-5 Obstetrics: The Official Organ of the International
8. Borghi J, Ensor T, Somanathan A, Lissner C, Federation of Gynaecology and Obstetrics,
Mills A. Maternal Survival 4 Mobilising Finan- 2009;105(3):271-4. International Federation of
cial Resources for Maternal Health. Online, Gynecology and Obstetrics, doi:10.1016/j.ijgo.
2006;6736(06).doi:10.1016/S0140-6736(06) 2009.01.030
69383-5 22. Adi Sasmito W. Sistem Kesehatan. Raja
9. Hanafi H. Manajemen, UPP-AMP-YPKN, Grafindo Persada, 2007.
Yogyakarta, 1997.

50  Jurnal Kebijakan Kesehatan Indonesia, Vol. 01, No. 1 Maret 2012


Jurnal Kebijakan Kesehatan Indonesia

23. Hasanbasri M. Politik Daerah dan Program 26. Kiramang. Analisis Stakeholder Terhadap Model
Kesehatan di Masa Desentralisasi in Jaminan Kesehatan Daerah di Kabupaten Luwu
Pelaksanaan Desentralisasi Kesehatan di In- Utara Provinsi Sulawesi Selatan, Tesis,. Uni-
donesia 2000-2007, BPFE, Yogyakarta, 2009. versitas Gadjah Mada, Yogyakarta, 2009.
24. Oyaya C O, Rifkin S B. Health Sector Reforms 27. Mayeni. Komitmen Stakeholder Terhadap
in Kenya: an Examination of District Level Plan- Kebijakan Pelayanan Gratis di Kota Denpasar
ning. Health Policy, 2003;64:113-27. Bali, Tesis, Univ ersitas Gadjah Mada,
25. Gani A. Kesehatan Masyarakat Investasi Yogyakarta, 2008.
Manusia Menuju Rakyat Sejahtera. Republika, 28. Buse K. Keeping a Tight Grip on The Reins:
Jakarta, 2011. Donor Control Over Aid Coordination and Man-
agement in Bangladesh. World, 1999;14(3):219-
28.

Jurnal Kebijakan Kesehatan Indonesia, Vol. 01, No. 1 Maret 2012  51

Anda mungkin juga menyukai