Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

MK. EKOLOGI TUMBUHAN


“SUKSESI”

OLEH
1. BERNADETA BOLANG (1701040022)
2. DORCE H. TOY
3. LIA INAYAH SAFITRI

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDKAN
UNIVERSITAS NUSA CENDANA
KUPANG
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
berkat dan rahmat-Nya kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul Suksesi
ini dengan baik.
Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini tidak akan
terselesaikan dengan baik tanpa bimbingan dan dukungan serta motivasi dari
beberapa pihak. Oleh karena itu, kami mengucapkan terima kasih kepada semua
pihak yang sudah membantu dalam penyusunan makalah ini.
Akhir kata, kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritikan, saran, dan masukan
konstruktif yang bersifat membangun dari semua pihak untuk perbaikan dan
penyempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi semua
pihak.

Kupang, Mei 2020

Penyusun
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Di alam ini, ada begitu banyak vegetasi yang tumbuh. Dinamika alam
yang ada adalah suatu kenyataan yang tidak dapat diingkari. Segala sesuatu
yang sekarang ada sebenarnya hanyalah merupakan suatu stadium dari deretan
proses perubahan yang tidak pernah ada akhirnya. Keadaan keseimbangan
yang tampaknya begitu mantap, hanyalah bersifat relatif karena keadaan itu
segera akan berubah jika salah satu dari komponennya mengalami perubahan.
Vegetasi  merupakan sistem yang dinamik, sebentar menunjukkan
pergantian yang kompleks kemudian nampak tenang, dan bila dilihat
hubungan dengan habitatnya, akan nampak jelas pergantiannya setelah
mencapai keseimbangan. Pengamatan yang lama pada pergantian vegetasi di
alam menghasilkan konsep suksesi.
Suksesi vegetasi menurut Odum adalah: urutan proses pergantian
komunitas tanaman di dalam satu kesatuan habitat, sedangkan menurut
Salisbury adalah kecenderungan kompetitif setiap individu dalam setiap fase
perkembangan sampai mencapai klimaks, dan menurut Clements adalah
proses alami dengan terjadinya koloni yang bergantian, biasanya dari koloni
sederhana ke yang lebih kompleks.
Komunitas yang terdiri dari beberapa populasi bersifat dinamis dalam
interaksinya yang berarti dalam ekosistem mengalami perubahan sepanjang
masa. Perkembangan ekosistem menuju kedewasaan dan keseimbangan
disebut suksesi ekologi atau suksesi. Suksesi terjadi sebagai akibat dari
modifikasi lingkungan fisik dalam komunitas atau ekosistem. Proses suksesi
berakhir dengan sebuah komunitas atau ekosistem klimaks atau telah tercapai
keadaan seimbang (homeostatis). Di alam terdapat dua macam suksesi yaitu
suksesi primer dan suksesi sekunder
Suksesi primer terjadi bila komunitas asal terganggu. Gangguan  ini
mengakibatkan hilangnya komunitas asal tersebut secara total sehgga di
tempat komunitas asal terbentuk habitat baru. Gangguan ini dapat terjadi
secara alami, misalnya tanah longsor, letusan gunung merapi, endapan lumpur
yang baru di sungai, dan endapan pasir di pantai. Gangguan dapat pula karena
perbuatan manusia misalnya penambangan timah, batu bara, dan minyak
bumi.
Suksesi sekunder terjadi bila suatu komunitas mengalami gangguan, baik
secara alami maupun buatan. Gangguan tersebut tidak merusak total tempat
tumbuh organisme, sehingga dalam komunitas tersebut substrat lama dan
kehidupan masih ada. Contohnya, gangguan alami misalnya banjir,
gelombang laut, kebakaran, angina kencang, dan gangguan buatan seperti
penebangan hutan dan pembakarn padang rumput dengan sengaja.

1.2 Rumusan Masalah


1.2.1 Apa yang dimaksud dengan suksesi?
1.2.2 Apa sajakah jenis-jenis suksesi?
1.2.3 Apa sajakah penyebab terjadinya suksesi?
1.2.4 Bagaimana proses suksesi menuju klimaks?
1.2.5 Apa sajakah contoh suksesi?

1.3 Tujuan
1.3.1 Untuk mengetahui pengertian suksesi.
1.3.2 Untuk mengetahui jenis-jenis suksesi.
1.3.3 Untuk mengetahui penyebab terjadinya suksesi.
1.3.4 Untuk mengetahui proses suksesi menuju klimaks.
1.3.5 Untuk mengetahui contoh-contoh dari suksesi.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Definisi Suksesi


Suksesi merupakan proses perubahan dalam komunitas yang
berlangsung menuju ke satu arah secara teratur. Suksesi terjadi sebagai akibat
dari modifikasi lingkungan fisik dalam komunitas atau ekosistem. Proses
suksesi berakhir dengan suatu komunitas atau ekosistem yang disebut
ekosistem klimaks. Komunitas klimaks adalah suatu komunitas terakhir dan
stabil (tidak berubah) yang mencapai keseimbangan
dengan lingkungannya. Dalam tingkat klimaks tersebut, komunitas atau
ekosistem telah mencapai keadaan keseimbangan yang juga disebut dengan
homeostatis atau keseimbangan, yaitu suatu komunitas yang mampu
mempertahankan kestabilan komponennya dan dapat bertahan dan berbagai
perubahan dalam sistem secara keseluruhan.
Tansley (1920) dalam Tim Dosen Ekologi Tumbuhan (2014:105),
mendefinisikan suksesi sebagai berikut : “Suksesi adalah perubahan yang
perlahan-lahan dari komunitas tumbuhan dalam suatu daerah tertentu dimana
terjadi pengalihan dari suatu jenis tumbuhan oleh jenis tumbuhan lainnya
(pada tingkat populasi).
Menurut Tim Dosen Ekologi Tumbuhan (2014 : 106) Perubahan
vegetasi di alam sebenarnya bisa dibedakan dalam tiga bentuk umum, yaitu :
a. Perubahan fenologis yang tidak saja terjadi karena adanya masa-masa
berbunga, berbuah, berbiji, berumbi, gugur daun dan sebagainya, tetapi
juga terjadi pertumbuhan jenis-jenis tumbuhan tertentu dalam perjalanan
waktu atau musim yang memperkaya komunitas tumbuhan itu. Misalnya
pada habitat padang pasir dengan hadirnya tumbuhan setahun dan geofita
setelah hujan turun, dan ini terjadi satu kali untuk beberapa tahun.
b. Perubahan suksesi sekunder, yakni perubahan vegetasi yang nonfenologis
dan terjadi dalam ekosistem yang telah matang. Ini termasuk suksesi
normal, berirama dan katastrofik seperti yang dikalsifikasikan oleh Gams.
Suatu suksesi sekunder berasal hanya dari suatu kerusakan ekosistem
secara tidak menyeluruh atau tidak total kerusakannya. Misalnya pada
daerah pertanian setelah terjadi panenan, juga pada daerah hutan akibat
terjadinya pohon tumbang. Pada suksesi sekunder ini dapat bersifat satu
arah atau juga siklik.
c. Perubahan suksesi primer, berlainan dengan suksesi sekunder,
pembentukan komunitas tumbuhan pada suksesi primer ini berasal dari
suatu substrat yang sebelumnya tidak pernah mendukung suatu komunitas
tumbuhan. Substrat baru yang terbentuk bisa berasal dari sistem air
sebagai hasil dari proses pendangkalan, suksesi yang terjadi disebut
suksesi hidroseres (Clements) atau hidrark (Cooper). Bila substrat baru
berasal dari sistem darat, batuan, pasir, dan sebagainya maka suksesinya
disebut suksesi xeroseres atau xerark.

2.2 Jenis-Jenis Suksesi


Suksesi dapat dibedakan menjadi dua macam atau dua jenis (Anonim,
2008). Jenis-jenisnya antara lain :
a. Suksesi primer
Suksesi primer dapat terjadi apabila komunitas mendapat gangguan yang
mengakibatkan komunitas awal hilang secara total sehingga terbentuk
habitat baru. Gangguan yang dapat menyebabkan suksesi primer dapat
terjadi secara alami maupun dipengaruhi campur tangan manusia. Contoh
gangguan secara alami antara lain tanah longsor, letusan gunung merapi,
endapan lumpur di sungai dan endapan pasir di pantai. Sedangkan contoh
gangguan yang disebabkan oleh manusia adalah kegiatan penambangan
(batu bara, timah, dan minyak bumi).
b. Suksesi sekunder
Suksesi sekunder dapat terjadi apabila komunitas mendapat gangguan,
tetapi hanya mengakibatkan rusaknya komunitas. Pada suksesi ini,
komunitas masih tampak substrat lama dan sebagian kehidupan lama
masih ada. Suksesi ini dapat terjadi secara alami maupun buatan
(disebabkan oleh manusia). Contoh gangguan yang disebabkan secara
alami adalah banjir, gelombang tsunami, kebakaran hutan, dan angin ribut.
Sedangkan contoh gangguan yang disebabkan oleh manusia adalah
penebangan hutan, pembukaan hutan denan membuka hutan, dan
pembakaran padang rumput dengan sengaja.
Gams (1918) mengemukakan bahwa suksesi bisa terjadi secara alami,
tetapi bisa juga timbul karena perbuatan manusia. Keduanya tidak berbeda
secara mendasar. Hutan yang hancur karena ditebang oleh manusia, atau
dihancurkan akibat longsor atau angin topan, proses suksesi yang terjadi akan
relatif sama.
Namun Gams mengkategorikan suksesi ini dalam tiga keadan yaitu :
1. Suksesi dengan urutan normal. yang berasal dari adanya pengaruh
terhadap vegetasi yang terus menerus dan cepat. Misalnya vegetasi rumput
yang selalu terinjak-injak ternak, di mamah biak, dijadikan tempat
beristirahat ternak, atau tempat berguling-guling ternak. Kondisi vegetasi
akan mengalami Fasa perubahan selama ternak tetap berada di tempat itu.
2. Suksesi dengan urutan berirama, yang berasal dari gangguan berulang-
ulang, mungkin siklis tetapi mempunyai interval waktu antara satu
gangguan dengan gangguan berikutnya. Misalnya terjadi pada perubahan
vegetasi karena adanya proses rotasi dalam pemanfaatan lahan pertanian.
3. Suksesi dengan urutan katastrofik, yang menjadi secara hebat dan tiba-
tiba, tidak berirama, seperti meletusnya gunung berapi, gempa bumi,
kebakaran, penebangan, pengeringan habitat akuatika, yang kesemuanya
ini bisa menimbulkan dampak katastrofik pada komunitas tumbuhan, yang
kemudian cepat atau lambat akan diikuti oleh suatu proses suksesi
tumbuhan.
Clements (1974) membedakan 6 sub komponen dalam proses suksesi
yaitu:
1. Nudasi         : terbukanya lahan, bersih dari vegetasi
2. Migrasi        : tersebarnya biji
3. Eksesis        : proses perkecambahan, pertumbuhan dan reproduksi
4. Kompetisi  : adanya pergantian spesies
5. Reaksi         : perubahan habitat karena aktivitas spesies
6. Klimaks       : komunitas stabil
Menurut Weaver dan Clements (1938) dalam anonim (2013:1) tahapan
dan proses menuju sukssesi vegetasi terbagi  dua yaitu di hydrosere dan
xerosere.
a. Hydrosere
Dalam hydisere ini ada enam tahapan sampai akhirnya menuju
klimaks yaitu sebagai berikut:
1) Submerged Stage (Terendam)
Tanaman berada disekitar pinggir danau atau genangan air, dimana
kedalamannya kurang dari 20 kaki dan tanaman yang ada banyak
berupa tanaman yang terendam (submerged). Tanaman berbunga
(Spermatophyta) seperti Elodea, Potamogeton, Ceratophyllum, dan
Najas. Lumut-lumutan seperti Ranunculus, Utricularia, dan
Vallisneria serta alga seperti Chara.
2) Floating Stage (Mengambang)
Kedalamannya antara 6 sampai 8 kaki saja dengan spesies tanaman
mengambang (floating) yang mulai bermacam-macam.
Jenis-jenis lili seperti Nymphaea dan Castalia serta ada
juga Potamogeton (pondweeds) danPolygonum.
3) Reed-Swamp Stage (Buluh/Rawa)
Dengan keadaan tanah yang selalu digenangi air memungkinkan untuk
tanaman dapat terus berakar dengan baik. Ada 3 tanaman dominant
pada tahap ini yaituPhragmites communis, Scirpus validus, dan Typha
latifolia. Selain itu masih ada tanaman yang lain
seperti Saggitaria, Alisma, Acorus, Polygonum, dan lain-lain.
4) Sedge-Meadow Stage (Padang Rumput Alang-Alang)
Jumlah air sudah menurun dan spesies tanaman juga memperluas
daerahnya dan didukung dengan jumlah cahaya yang bagus. Tanaman
yang ada sepertiEleocharis, Carex, Juncus, dan lain-lain.
5) Woodland Stage (Hutan)
Tanah sudah semakin banyak mengandung humus dan sudah banyak
jenis pohon-pohon pada tahap ini. Tanaman yang ada
seperti Salix, Cornus,Cephalanthus, Alnus, dan lain-lain.
6) Climax Forest
Humus dan kelembaban tanah meningkat karena didukung oleh bakteri
dan jamur serta organism yang ada di dalamnya.

b. Xerosere
Dalam xerosere ini ada enam tahapan sampai akhirnya menuju klimaks
yaitu sebagai berikut:
1) Crustose-lichen stage (Tahap Lichen-kerak)
Spora dibawa oleh angin atau secara fragmentasi lichen.
Contohnya Soredia berada pada permukaan batu yang halus. Ada juga
jenis yang lain yang ada pada tahap ini
seperti Rhizocarpon, Lecidea, Rinodina, Lecanora, dan lain-lain.
2) Foliose-Lichen Stage (Tahap Lichen-Lembaran)
Tanaman yang ada seperti Dermatocarpon, Parmelia, Umbilicaria, dan
lain-lain.
3) Moss-Stage (Tahap Lumut)
Tanaman yang ada seperti Black moss (Grimmia), hair moss
(Polytrichum juniperum, P. piliferum, P. commune), dan lain-lain.
4) Herbaceous Stage (Tahap Herbaceous)
Evaporasi dan temperature ekstrim menurun. Populasi bakteri, jamur,
dan hewan meningkat. Tanaman yang ada seperti Bluegrass
(Aristida, Festuca, dan Poa),Heuchera, Potentilla, goldenrods
(Solidago), dan lain-lain.
5) Shrub-Stage (Tahap Semak)
Angin bertiup dan kelembaban mulain meningkat pada tahap ini.
Tanaman yang ada pada tahap ini seperti
Symphoricarpos, Rhus, Physocarpus, dan lain-lain.

6) Climax forest
Pada awalnya, spesies pertamanya adalah pohon yang bersifat xeric,
tetapi lama-kelaman akan berubah seiring dengan semakin bagusnya
lingkungan.

2.3 Penyebab Terjadinya Suksesi


Suksesi dapat terjadi apabila disebabkan oleh beberapa faktor. Faktor
tersebut adalah sebagai berikut:
a. Iklim
Tumbuhan tidak akan dapat teratur dengan adanya variasi yang lebar
dalam waktu yang lama. Fluktuasi keadaan iklim kadang-kadang
membawa akibat rusaknya vegetasi baik sebagian maupun seluruhnya.
Dan akhirnya suatu tempat yang baru (kosong) berkembang menjadi lebih
baik (daya adaptasinya besar) dan mengubah kondisi iklim. Kekeringan,
hujan salju/air dan kilat seringkali membawa keadaan yang tidak
menguntungkan pada vegetasi.
b. Topografi
Suksesi terjadi karena adanya perubahan kondisi tanah, antara lain:
1) Erosi:
Erosi dapat terjadi karena angin, air dan hujan. Dalam proses erosi
tanah menjadi kosong kemudian terjadi penyebaran biji oleh angin
(migrasi) dan akhirnya proses suksesi dimulai.
2) Pengendapan (denudasi):
Erosi yang melarutkan lapisan tanah, di suatu tempat tanah
diendapkan sehingga menutupi vegetasi yang ada dan merusakkannya.
Kerusakan vegetasi menyebabkan suksesi berulang kembali di tempat
tersebut.
c. Biotik
Pemakan tumbuhan seperti serangga yang merupakan pengganggu
di lahan pertanian demikian pula penyakit mengakibatkan kerusakan
vegetasi. Di padang penggembalaan, hutan yang ditebang, panen
menyebabkan tumbuhan tumbuh kembali dari awal atau bila rusak
berat berganti vegetasi.
Berikut adalah faktor yang menyebabkan kecepatan suksesi di setiap
tempat dapat berbeda. Faktor tersebut adalah sebagai berikut:
a. Luasnya habitat asal yang mengalami kerusakan.
b. Jenis-jenis tumbuhan di sekitar ekosistem yang terganggu.
c. Kecepatan pemencaran biji atau benih dalam ekosistem tersebut.
d. Iklim, terutama arah dan kecepatan angin yang membawa biji, spora. dan
benih lain serta curah hujan yang sangat berpengaruh dalam proses
perkecambahan.
e. Jenis substrat baru yang terbentuk.
f. Sifat – sifat jenis tumbuhan di sekitar tempat terjadinya suksesi.

2.4 Proses Suksesi Menuju Klimaks


Suksesi tanaman merupakan perubahan keadaan tanaman. Suksesi yang
menempati habitat utama disebut Sere. Sedangkan variasi yang terjadi
diantaranya disebut Seral. Komunitas yang timbul pada susunan itu disebut
Komunitas Seral. Biasanya komunitas seral itu tidak tampak dengan jelas,
mereka kenal hanya karena beberapa spesies tanaman dominan tumbuh
diantaranya. Tumbuhan pertama yang tumbuh di habitat yang kosong disebut
tanaman Pioner. Lazimnya suksesi tanaman tidak menunjukkan suatu seri
tingkat-tingkat atau tahap-tahap tetapi terus menerus dan merupakan
pergantian yang lambat dan kompleks. Penempatan individu vegetasi ini
individu per individu, dan tidak merupakan loncatan-loncatan dari suatu
komunitas dominan ke komunitas dominan yang lain. Spesies dominan dari
suatu komunitas akan tetap stabil dalam jangka waktu yang lama. Kemudian
akan bercampur dengan vegetasi baru. Vegetasi baru ini mungkin
menggantikan vegetasi yang telah ada tetapi mungkin juga tidak (bila
komunitas yang baru itu tidak menghendaki kondisi yang diciptakan menjadi
dominan terutama dari segi kondisi pencahayaan).
Jika habitat menjadi ekstrem tidak memenuhi syarat untuk tumbuhnya
tanaman-tanaman maka timbul tanaman dari komunitas berikutnya yang
sesuai dengan lingkungan yang baru, kemudian tanaman ini menjadi
dominan. Setelah beberapa kali mengalami pergantian semacam itu, suatu
saat habitat akan terisi oleh spesies-spesies yang sesuai dan mampu
bereproduksi dengan baik. Sehingga proses ini mencapai Komunitas Klimaks
yang matang, dominan, dapat memelihara dirinya sendiri dan selanjutnya bila
ada pergantian, maka pergantian itu relatif sangat lambat.
Di dalam kondisi klimaks ini spesies-spesies itu dapat mengatur dirinya
sendiri dan dapat mengolah habitat sedemikian rupa sehingga cenderung
untuk melawan inovasi baru. Di dalam konsep klimaks ini Clements
berpendapat:
1. Suksesi dimulai dari kondisi lingkungan yang berbeda, tetapi akhirnya
punya klimaks yang sama.
2. Klimaks hanya dapat dicapai dengan kondisi iklim tertentu, sehingga
klimaks dengan iklim itu saling berhubungan. Dan kemudian klimaks ini
disebut klimaks klimatik.
3. Setiap kelompok vegetasi masing-masing mempunyai klimaks.
Karena iklim sendiri menentukan pembentukan klimaks maka dapat
dikatakan bahwa klimaks klimatik dicapai pada saat kondisi fisik di sub
stratum tidak begitu ekstrem untuk mengadakan perubahan terhadap
kebiasaan iklim di suatu wilayah. Kadang-kadang klimaks dimodifikasi
begitu besar oleh kondisi fisik tanah seperti topografi dan kandungan air.
Klimaks seperti ini disebut klimaks edafik. Secara relatif vegetasi dapat
mencapai kestabilan lain dari klimatik atau klimaks yang sebenarnya di suatu
wilayah. Hal ini disebabkan adanya tanah habitat yang mempunyai
karakteristik yang tersendiri.
Adakalanya vegetasi terhalang untuk mencapai klimaks, oleh karena
beberapa faktor selain iklim. Misalnya adanya penebangan, dipakai untuk
penggembalaan hewan, tergenang dan lain-lain. Dengan demikian vegetasi
dalam tahap perkembangan yang tidak sempurna (tahap sebelum klimaks
yang sebenarnya) baik oleh faktor alam atau buatan. Keadaan ini disebut sub
klimaks. Komunitas tanaman sub klimaks akan cenderung untuk mencapai
klimaks sebenarnya jika faktor-faktor penghalang/penghambat dihilangkan.
Gangguan dapat menyebabkan modifikasi klimaks yang sebenarnya dan
ini menyebabkan terbentuknya sub klimaks yang berubah (termodifikasi).
Keadaan seperti ini disebut disklimaks (Ashby, 1971). Sebagai contoh
vegetasi terbakar menyebabkan tumbuh dan berkembangnya vegetasi yang
sesuai dengan tanah bekas terbakar tersebut. Odum (1961) mengistilahkan
klimaks tersebut dengan pyrix klimaks. Tumbuh-tumbuhan yang dominan
pada pyrix klimaks antara lain: Melastoma polyanthum, Melaleuca
leucadendron dan Macaranga sp. Jika pergantian iklim secara temporer
menghentikan perkembangan vegetasi sebelum mencapai klimaks yang
diharapkan disebut pra klimaks (pre klimaks).
Teori tradisional menyatakan bahwa suksesi ekologi mengarah kepada
suatu komunitas akhir yang stabil yaitu klimaks. Fasa klimaks ini mempunyai
sifat-sifat tertentu dan yang terpenting adalah:
1. Fasa klimaks merupakan sistem yang stabil dalam keseimbagannya antara
lingkungan biologi dengan lingkungan non-biologinya
2. Komposisi jenis pada fasa klimaks relatif tetap atau tidak berubah
3. Pada fasa klimaks tidak ada akumulasi tahunan berlebihan dari materi
organik, sehingga tidak ada perubahan yang berarti
4. Fasa klimaks dapat mengelola diri sendiri atau mandiri
Berhubungan dengan berbagai klimaks maka terdapat kekaburan arti
klimaks. Oleh karena terjadi ketidak sepakatan kemudian berkembang tiga
teori klimaks dengan argumentasi masing-masing.
Berikut ini merupakan berbagai teori klimaks
1. Teori monoklimaks:
Dalam teorinya pada tahun 1916 Clements menyatakan bahwa
komunitas klimaks untuk suatu kawasan semata-mata merupakan fungsi
dari iklim. Dia memperkirakan bahwa pada waktu yang cukup dan bebas
dari berbagai pengaruh gangguan luar, suatu bentuk umum vegetasi
klimaks yang akan terbentuk untuk setiap daerah iklim yang sama. Dengan
demikian sangat menentukan batas dari formasi klimaks. Pemikiran ini
difahami sebagai teori monoklimaks. Teori ini dipelopori oleh Clements
yang menyatakan bahwa teori klimaks berkembang dan terjadi hanya satu
kali. Hal ini merupakan klimaks klimatik di suatu wilayah iklim utama.
Clements dan para pendukungnya dari teori monoklimaks ini tidak melihat
kenyataan bahwa banyak sekali variasi lokal dalam suatu vegetasi yang
telah berada dalam suatu bentuk klimaks di suatu daerah iklim tertentu.
Variasi-variasi ini oleh Clements dianggap fasa seral meskipun berada
dalam keadaan yang stabil. Clements menganut teori klimaks ini
didasarkan pada keyakinan akan waktu yang panjang, dimana perbedaan-
perbedaan lokal dari suatu vegetasi akibat kondisi tanahnya akan tetap
berubah menjadi bentuk vegetasi regionalnya apabila diberi waktu yang
cukup lama.
2. Teori poliklimaks:
Klimaks merupakan keadaan komunitas yang stabil dan mandiri
sehingga pada suatu habitat dapat terjadi sejumlah klimaks karena kondisi
selain iklim yang berbeda. Beberapa pakar ekologi berpendapat bahwa
teori monoklimaks terlalu kaku. Tidak memberikan kemungkinan untuk
menerangkan variasi lokal dalam suatu komunitas tumbuhan. Dalam tahun
1939, Tansley, seorang pakar botani dari Inggris mengusulkan suatu teori
alternatif yaitu teori poliklimaks, dengan teori ini memungkinkan untuk
mendapat mosaik dari bentuk klimaks dari setiap daerah iklim. Dia
menyadari bahwa komunitas klimaks erat hubungannya dengan berbagai
faktor yang mempengaruhinya, yaitu meliputi tanah, drainage, dan
berbagai faktor lainnya. Teori poliklimaks mengenal kepentingan dari
iklim, tetapi faktor lain hendaknya jangan dipandang sebagai fenomena
yang bersifat temporal. Teori poliklimaks mempunyai keuntungan yang
besar, dalam memandang semua komunitas tumbuhan yang sifatnya stabil
bisa dianggap bentuk klimaks.
3. Teori informasi:
Teori ini dikemukakan oleh Odum dan merupakan teori sebagai jalan
tengah antara teori monoklimaks dan teori poliklimaks. Odum
berpendangan bahwa suatu komunitas baik hewan maupun vegetasi selalu
memerlukan enersi dan informasi dan pada saatnya akan menghasilkan
enersi dan informasi. Suatu sistem berkembang, pada permulaannya
memerlukan enersi dan informasi sehingga disebut sistem tersubsidi.
Pada suatu saat setelah dewasa akan menghasilkan enersi dan informasi.
Sistem ini dikatakan mencapai klimaks bila perbandingan masukan dan
keluaran enersi dan informasi sama dengan satu. Artinya hasil enersi dan
informasi sama besar dengan masukan enersi dan informasi. Sistem yang
demikian ini oleh Odum disebut Klimaks. Pengertian ini berlaku sampai
sekarang.
Odum (1971) mengatakan bahwa komunitas untuk mencapai klimaks
akan bervariasi tidak hanya disebabkan oleh adanya perbedaan iklim dan
situasi fisiografis, tetapi ditentukan juga oleh sifat-sifat ekosistem yang
berbeda.
Whittaker (1953) merupakan penyokong monoklimaks, mengatakan
bahwa teori monoklimaks menekankan esensialitas (pentingnya) kesatuan
vegetasi yang mencapai klimaks di suatu habitat. Ahli-ahli lain seperti
Oosting, Henry, mengatakan bahwa teori poliklimaks lebih praktis. Hal ini
disokong oleh Michols, Tansley dan ahli-ahli Rusia. Smitthusen (1950),
Whittaker (1951 – 1953) dan ahli ekologi Amerika yang lain menyokong
konsep poliklimaks dan semuanya percaya karena ada fakta bahwa
tingkatan klimaks dinyatakan oleh lingkungan individu serta komunitas
tanaman dan bukannya oleh iklim setempat

2.5 Contoh Suksesi


Beberapa contoh di bawah ini akan menggambarkan proses suksesi,
baik hidrosere maupun xerosere, dan memperlihatkan bagaimana terjadinya
perubahan struktur dan komposisi komunitas dari sederhana ke bentuk yang
lebih kompleks.
1. Danau Gatun di Terusan Panama, Amerika Tengah (Hidrosere)
a) Komunitas tumbuhan air terapung, terdiri dari saliva Auriculata,
pistiastratioites, Utricularia mixta, Jessieua natans
b) Komunitas teratai, Nymphaeampla bercampur dengan jenis-jenis diatas
c) Komunitas tumbuhan air menjulang, yang terbanyak adalah Typha
angsutifollia, Acrostychum danaeifolium, Crinum erubescens, Hibiscus
sorius, dan Sagitaria lancifolia
d) Komunitas rawa buluh, terdiri dari Cyperus giganteus, Scirpus cubensis
dan jenis-jenis Cyperaceae lainnya.bersama-sama dengan rumput besar
seperti Phraqmites communis dan Gynerium sagittatum, yag juga
terdapat Jussieuasuffruticosa
e) Komunitas rawa belukar, terdiri dari Dalberqia
ecastophyllaMontrichardia arborescens (herba dikotil) dan paku-
pakuan. dan keladi tinggi
2. Danau Victoria di Afrika Timur (Hidroserea)
a) Vegetasi tumbuhan terapung dan terendam. Nymphaea ceratophyllum,
Trapa dan lain-lain
b) Komunitas paku-pakuan dan Cyperaceae merupakan campuran antara
paku-pakuan, Cyperaceae, Poaeceae dan herba
c) Rawa Lymnophyton dikuasai oleh Cyperus papyrus dan rumput
Mischanthidium violaceum dengan Lymnophyton obtusitolium sebagai
subdominan
d) Rawa papyrus, yang dominan hanya Cyperus papyrus disertai oleh jenis
lainnya sebagai tambahan
e) Rawa palm Phoenix, banyak pohon-pohon yang tingginya 6-9 m
diantaranya Phoenix reclinata dan Mitraqyna stipulosa
f) Hutan hujan

Anda mungkin juga menyukai