Anda di halaman 1dari 10

Representasi Wanita Dalam Media Massa Masa Kini

Errika Dwi Setya Watie


(errikadwisw@yahoo.com)
(Pengajar Jurusan Ilmu Komunikasi Universitas Semarang)

Abstract
Media audience, in general, using representation of women in the media to
"see" women. How does the media show the figure of a woman often becomes
references and examples used to assess women in general. Not only how man seeing
woman, but women see themselves and other women see each other. This condition
seemed to reinforce the encouragement of women to remain in the view of women in the
past is loaded with socio-political. In many media, women are still portrayed as "mere
body" related to sexuality. Besides the still dominant view that shows women as "a
figure in the kitchen", the less equilibrate view that showing women in the intellectual
and career figures, reinforce the representation of "traditional" women. And finally
appeared in public perception will remain the same. Representation of woman
according to the spirit of emancipation of women only appears in the commemoration
of Kartini day, mothers day, and other momentum associated with women.

Kata Kunci : Woman, Representation

Pendahuluan digunakan untuk menilai wanita pada


Banyak yang mengatakan, saat umumnya. Bukan hanya mereka yang
ini emansipasi wanita telah berjalan berlainan gender terhadap wanita, tetapi
dengan baik. Posisi wanita di berbagai juga wanita melihat diri mereka sendiri
bidang telah telah banyak diakui. dan melihat sesama wanita lainnya.
Namun demikian, benarkah realita Dunia saat ini telah dipenuhi
demikian yang terjadi?? Perlu kiranya oleh media. Saluran televisi dan stasiun
hal tersebut dikaji lagi, bukan untuk radio hampir tak terhitung jumlahnya
mempertanyakan dan meragukan, hadir bagi kita. Berbagai media cetak,
namun untuk lebih mengetahui apa seperti surat kabar, majalah, buku,
yang terjadi sebenarnya pada wanita komik, dan juga berbagai video, film,
masa kini. Perhatian jurnal ini akan animasi saling bersaing untuk menarik
mengerucut pada representasi wanita perhatian kita dan menyita waktu kita.
pada media masa kini. Diharapkan Kehadiran iklan pun hampir tidak
berangkat dari jurnal ini, bisa menjadi mungkin lagi kita hindari. Ditambah
awal mula penelitian lebih lanjut terkait kini dengan hadirnya internet, surfing di
bagaimana sebenarnya posisi wanita di internet sudah menjadi aktivitas sehari –
masyarakat sebenarnya. hari di masyarakat kita. Berbagai
pilihan informasi ditawarkan bagi kita,
Representasi wanita di media, dan tanpa kita sadari, ketika kita
banyak dijadikan acuan masyarakat menikmati dan menerima informasi
umum, audience media, untuk yang disampaikan media tersebut, kita
“melihat” wanita. Bagaimana media sedang menciptakan makna bagi kita
menampilkan sosok wanita sering kali sendiri. Maka, wajar jika media
menjadi acuan dan contoh yang informasi massa memberikan pengaruh

THE MESSENGER, Volume II, Nomor 2, Edisi Juli 2010 1


dalam membentuk kesadaran media. Teks dapat ‘dibaca’. Teks akan
masyarakat, salah satunya terhadap disusun dengan cara tertentu. Inti dari
perempuan, baik positif ataupun negatif. penganalisaan isi media adalah kita
Berdasarkan uraian diatas, maka dapat memahami prinsip penyusunan
tulisan ini akan mencoba mengurai teks dalam media. Jika dapat dipahami
bagaimana representasi perempuan di prinsip penyusunannya, maka dapat
media masa kini, tentunya media yang dianalisis cara berbagai hal dikatakan,
beredar di Indonesia. Tentu saja sehingga akan memperbesar
representasi wanita dalam media di kemungkinan untuk memahami apa
Indonesia tersebut akan mampu yang dimaksud oleh materi.
mewakili representasi wanita Indonesia Umumnya dikatakan, teks
di media masa kini. Sehingga nantinya adalah hasil kecerdasan manusia/
hal ini bisa menjadi awal untuk melihat artifact, yang bisa di teliti dan
representasi wanita di media secara diinterpretasikan. Teks itu sendiri
lebih luas nantinya. berbicara pada kita, dan memiliki
pemaknaan tersendiri terpisah dari
Pembahasan maksud penulisnya. Menurut Hans-
Analisis isi dan media Georg Gadamer, proses interpretative
Isi pesan yang disampaikan ini merupakan suatu paradox, dimana
media penting untuk dipelajari dan kita membiarkan teks berbicara pada
diteliti, karena isi pesan yang kita, namun kita tidak bisa
disampaikan media ini dipercaya akan memahaminya secara terpisah dari
memiliki efek/mempengaruhi dugaan dan pekiraan kita.
audiencenya. Analisa isi atau content Media mendistribusikan pesan –
analisys penting karena merupakan alat pesan dan merefleksikan budaya dari
bagi para peneliti untuk mengeksplorasi masyarakat. Media menyediakan
lebih jauh tentang bagaimana proses informasi secara simultan kepada
kognitif individual berjalan dan audience yang heterogen dan banyak,
pengaruh yang berjalan terkait dengan dimana hal ini membuat media sebagai
karakteristik pesan yang disampaikan. bagian dari tekanan institusional dalam
Namun demikian, penelitian analisa isi masyarakat. Pesan media muncul dari
perlu dilakukan secara hati – hati dan perspektif semiotik karena biasanya
sistematis, karena hasil yang didapat terdiri dari percampuran antara simbol –
bisa berperan sebagai penyebab/ simbol yang diatur dengan bebas dan
antecedent dari berbagai proses secara kronologis untuk menciptakan
individual, efek dan penggunaan orang suatu kesan, penyaluran gagasan atau
akan sesuatu. Beberapa hasil dari mendatangkan pemaknaan bagi
content analysis, merupakan gambaran audience. Semiotik membantu kita
kenyataan, yang bisa digunakan untuk melihat bagaimana tanda – tanda
melukiskan suatu kelompok, fenomena, digunakan untuk menginterpretasikan
sifat atau karakteristik yang berlawanan kejadian dan bisa menjadi alat yang
dengan standar yang digunakan dalam sangat baik untuk menganalisa isi pesan
kehidupan nyata. media.
Pengamatan pada materi dalam Jean Baudrillard, mempercayai,
media merupakan satu cara mendasar bahwa tanda telah menjadi sangat
dalam studi media, disini teks diartikan terpisah dari obyek yang diwakilinya,
sebagai semua materi yang dimuat di dan bahwa media mendorong proses ini

THE MESSENGER, Volume II, Nomor 2, Edisi Juli 2010 2


ke satu titik dimana ketiadaan adalah yang membuat literature sebagai alat
nyata. Saat ini kita ada di era simulasi, konservatif.
dimana tanda bukan lagi Thomas Lindlof menuliskan ada
merepresentasikan namun menciptakan tiga dimensi dari suatu komunitas
realita kita. Simulasi menentukan siapa interpretative, dimana dia menyebut
kita dan apa yang kita lakukan, tanda elemen ini sebagai genre – genre. Genre
membangun pengalaman kita. Media pertama, adalah content/ isi, yang terdiri
mendominasi hidup kita dengan dari pengkonsumsian berbagai tipe
informasi yang membentuk apa yang program dan media lainnya oleh
kita rasakan sebagai pengalaman asli, komunitas. Genre kedua adalah
namun dihilangkan dari tujuan alami interpretation/interpretasi, yang
sesuatu. Budaya komoditas merupakan berkisar seputar pemaknaan bersama,
satu aspek dari simulasi dimana kita dimana anggota komunitas
hidup. Lingkungan yang tersimulasi menginterpretasikan isi program dan
memberitahu kita apa yang kita media lainnya dengan cara yang hampir
inginkan. Kebanyakan, nilai dan sama. Dampak pada perilaku mereka,
perilaku seseorang kemudian sangat terutama apa yang mereka katakan
dibatasi oleh realita yang disimulasi tentang media dan bahasa yang
dalam media. digunakan untuk menggambarkannya,
Media mampu membentuk memiliki kemiripan. Genre ketiga
kekuatan besar dalam masyarakat. adalah social action/tindakan sosial,
Media, terlepas dari apapun isi yang merupakan serangkaian perilaku
medianya, mengharuskan kita berpikir bersama terhadap media, termasuk
secara kritis dan kreatif tentang media bukan hanya bagaimana isi media
yang kita konsumsi, bagaimana media dikonsumsi (kapan dan dimana isi
mempengaruhi kita sebagai individu media dilihat atau dibaca), namun juga
dan bagaimana media membentuk cara – cara isi media ini mempengaruhi
budaya dan masyarakat kita. Menurut kelakuan anggota komunitas.
Donald Ellis, media utama pada suatu Komunikasi massa melibatkan
waktu akan membentuk perilaku dan adanya penyebaran informasi dan
pemikiran. Saat ada perubahan pada pengaruh dalam masyarakat melalui
media, maka berubah pula cara berpikir media dan saluran interpersonal. Media
kita, pengelolaan informasi, dan mempengaruhi cara kita berpikir dan
menghubungkan satu sama lain. Media melihat dunia, bahkan media
tertulis membawa perubahan besar berpartisipasi dalam banyak penciptaan
dalam masyarakat, ketika kita menulis budaya itu sendiri, dan banyak yang
sesuatu, kita bisa memisahkannya dari percaya bahwa media merupakan alat
waktu, kita bisa memanipulasinya, penyebaran kekuatan dan dominasi di
merubahnya, mengeditnya serta masyarakat serta merupakan alat untuk
membuat ulang. Hal ini membawa penyebaran ideology dan hegemony.
pemisahan antara pengetahuan dari Stuart Hall dan koleganya
orang yang mengetahui. Pengetahuan mengungkapkan, adanya pemaknaan
menjadi obyektif dan bisa kultural atas produk media, dimana cara
mengasumsikan status kebenaran, dan – cara isi media diinterpretasikan secara
bisa dipisahkan antara mereka yang berbeda oleh kelompok dominan dan
memiliki kebenaran dan yang tidak. opposisional. Budaya dibentuk melalui
Informasi bisa disimpan, diamankan, pertarungan ideologi dan interpretasi

THE MESSENGER, Volume II, Nomor 2, Edisi Juli 2010 3


atas pesan media akan selalu muncul informasi tentang perempuan berjalan
dalam perjuangan kontrol ideology. melalui pembentukan, pengukuhan dan
Komunikasi, terutama yang melalui publikasi gambaran – gambaran negatif
media, memiliki peran khusus dalam yang telah mengakar tentang
mempengaruhi budaya populer. Terry perempuan yang patuh, baik dalam
Lovell, Fern L. Johnson dan Karen pikiran kaum pria, bahkan perempuan
Young menyatakan bahwa hubungan sendiri hingga anak – anak. Banyak
kekuatan dibentuk dalam berbagai pihak ini sama sekali tidak meragukan
interaksi sosial dan bahwa bahasa dan keabsahan gambaran tersebut, dimana
bentuk simbolik terus menciptakan produksi ideology kembali pada
kategori berpikir dan hubungan sosial. “keunggulan laki – laki” yang membuat
Dalam hal ini media juga seringkali perempuan tetap berada dalam keadaan
berperan dalam pembentukan stereotip yang “menyedihkan”. Disini media
gender, melalui isi pesan yang seringkali secara tidak sadar juga
disampaikannya, serta menciptakan menjadi pelaksana tradisi – tradisi yang
stereotip cultural dengan menggunakan tidak mampu mengeluarkan perempuan
pesan yang disampaikannya untuk dari area diskriminasi.
tujuan pemasaran. Perempuan dalam media
Berbagai gerakan dan usaha seringkali digambarkan sebagai obyek
mendorong adanya emansipasi tatapan pria. Para model yang nyaris
perempuan hingga saat ini masih telanjang pada sampul majalah pria
berjuang mancapai keberhasilannya. menjadi hal yang biasa. Para presenter
Gerakan emansipasi ini berusaha program televisi populer, seringkali
mewujudkan disegala lini kehidupan, dipilih berdasarkan wajah mereka dan
akan adanya persamaan hak dan bukannya berdasarkan bakat yang lebih
kedudukan atau posisi sosial politik substansial. Salah satu stereotip
yang sama antara pria dan perempuan. perempuan yang paling umum adalah
Media informasi disini sebenarnya juga istilah “bimbo”- perempuan dengan
memainkan peran dalam membentuk rambut pirang, tata rias tebal, dada
gambaran tentang laki – laki dan besar, rok mini, dan sepatu hak tinggi –
perempuan, di dalam pikiran individu – yang distereotipkan sebagai perempuan
individu masyarakat seluruhnya tanpa yang gampangan, bodoh, tidak
ada pembedaan, antara yang besar atau berpendidikan dan tidak berdaya.
yang kecil, yang kaya atau yang miskin, Dalam kultur postmodern, istilah ini
khususnya di area nilai – nilai, tradisi – mengandung konotasi buruk. Ironisnya,
tradisi sosial, dan etika yang melampaui meskipun tidak mengejutkan,
batasan – batasan kemiskinan dan perempuan sendiri sering kali tidak
kekayaan. berhati – hati dalam pembuatan dan
Wajar jika media informasi kontruksi stereotip gender yang
memberikan pengaruh dalam menyimpang tersebut.
membentuk kesadaran masyarakat Media pasti memiliki sasaran
terhadap perempuan, positif ataupun audience, termasuk juga ada media
negatif, dengan bantuan pesan – pesan dengan sasaran audience perempuan.
informatifnya yang dimuat dan Jelas disini, media dengan sasaran
disebarkan melalui berbagai bentuk audience perempuan, bisa secara
media informasi yang ada termasuk kontinyu dan intens memberikan
majalah. Pengaruh negatif media informasi kepada perempuan pada

THE MESSENGER, Volume II, Nomor 2, Edisi Juli 2010 4


khususnya, dan masyarakat pada Banyak orang percaya media
umumnya, tentang sosok perempuan itu massa dalam fungsinya memberi
sendiri. Sehingga melalui segala informasi, menghibur dan mendidik
muatan/ isi yang ada di dalamnya, sangat berperan dalam membangun
media perempuan jelas memiliki dunia fantasi. Melalui kata, suara dan
kewajiban tak tertulis untuk turut serta gambar, dan apapun yang ditampilkan
memajukan perempuan, memberi di dalamnya, media menciptakan
pemahaman yang lebih baik dan kemiripan dengan dunia “nyata”. Media
berkembang tentang diri perempuan. memediasi, dengan merepresentasikan
Cobalah simak tampilan iklan di dunia kepada audience nya. Dengan
media sekitar kita belakangan ini, baik mengkonstruksi representasi realitas,
elektronik maupun cetak, selain media mengkontruksi makna dunia.
dipenuhi gaya pria perlente, juga Stereotip merupakan bentuk paling
bertaburan dengan aksi perempuan ayu umum dari representasi oleh media.
dan seksi, namun kesan yang muncul Stereotip merupakan pelabelan yang
tetap saja menunjukkan lelakilah yang mengelompokkan orang, yang
lebih dominan. Menurut Deddy umumnya cenderung negatif dan yang
Mulyana dalam buku Sihir Iklan dapat dikenakan terhadap seluruh
karangan Wahyu Wibowo, kebanyakan kelompok sosial atau kultural. Beberapa
iklan di media massa merupakan stereotip mendapatkan persetujuan di
reproduksi stereotip peran tradisional masyarakat karena digunakan di dalam
kaum perempuan. Pria dan perempuan media secara global. Secara ideologis,
digambarkan sebagai dua makhluk yang stereotip menunjukkan justifikasi posisi
memiliki dunia yang berbeda. istimewa seseorang dan perlakukan
perempuan digambarkan hanya peduli yang berbeda terhadap orang lain.
dengan rumah tangga dan penampilan Disini stereotip jadi memarginalkan.
fisik mereka. Sedang kepedulian lelaki Teks – teks media mengandung
dikesankan hanya di sekitar bisnis, stereotip, dengan menggunakan
mobil dan olah raga. Iklan produk stereotip, media menciptakan hubungan
kecantikan (bedak, deodorant, shampoo, instant dengan audience. Dampaknya,
make up, sabun dan lainnya) hal – hal terkait gender, bukan
melukiskan bahwa setelah produk ini merupakan sesuatu yang sulit dijadikan
dipakai sang tokoh perempuan, maka ia komoditas di media. Dan bila cover
akan menjadi ‘santapan mata’ pria. majalah atau tabloid lebih sering dihiasi
Kondisi ini makin dipertegas oleh gambar perempuan, artinya nilai
otoritas media massa, yang sangat perempuan sebagai manusia telah
leluasa ‘membuat’ perempuan pada direduksi menjadi sebatas makhluk
akhirnya harus kembali hanya menjadi biologis semata.
‘milik’ pria. Karenanya, perempuan Hal – hal yang direpresentasikan
harus tampil bersih, cantik, manrik, media adalah pandangan – pandangan
sehat, pintar memasak. Sementara itu, tertentu dari kelompok – kelompok
kaum pria sendiri tidak pernah merasa sosial. Pandangan – pandangan inilah
bahwa sebenarnya ia sedang yang dipelajari manusia secara tidak
berhadapan dengan ‘perempuan palsu’, sadar, dan menerimanya sebagai hal
dalam ‘peran palsu’nya di ‘lingkungan yang normal serta mengesampingkan
palsu’. pandangan – pandangan alternatif.
Karena itu manusia, dalam hal ini

THE MESSENGER, Volume II, Nomor 2, Edisi Juli 2010 5


audience media hendaknya dengan juga dilakukan oleh Dr. Sunarto pada
cermat mengamati representasi – tahun 2007, dalam disertasinya yang
representasi yang dihadirkan media telah dibukukan, dengan judul televisi,
kepadanya. Stereotip telah menjadi kekerasan dan perempuan. Dalam
mapan lewat representasi bertahun – penelitian ini ditemukan bahwa
tahun dalam media serta lewat berbagai fenomena kekerasan terhadap
asumsi dalam percakapan sehari – hari. perempuan secara aktual akhir – akhir
Stereotip tidak selalu buruk atau ini menunjukkan peningkatan berarti,
negatif, sebab baik buruknya, negatif dan fenomena ini ternyata juga ditemui
tidaknya suatu stereotip tergantung pada di media massa umum, bahkan
bagaimana hal tersebut digunakan dan ditengarai fenomena serupa juga
pertimbangan terhadap nilai yang ditemui dalam media untuk anak –
diungkapkan. Namun memang, semua anak, baik cetak maupun elektronik.
tipe representasi/stereotip membawa Bahwa telah terjadi naturalisasi
semacam makna, yang mana makna ini kekerasan personal (psikologis, seksual,
dapat bersifat kritis atau merendahkan fungsional) dan kekerasan struktural
terhadap kategori orang yang diciptakan (dominasi pria atas perempuan,
dan direpresentasikan dengan cara stereotip peran gender, domestikasi dan
tersebut. eksistensinya sebagai profesi,
Penelitian yang relevan obyektifikasi seksualitas perempuan)
Salah satu studi paling awal terhadap perempuan dalam film animasi
tentang representasi adalah studi yang anak – anak di televisi.
dilakukan Stan Cohen terhadap Mods Kesamaan umum yang ada dari
and Rockers pada paruh tahun 1960an. penelitian kali ini dengan penelitian
Cohen berpendapat bahwa media yang diungkap diatas, adalah bahwa
melabeli kultur anak muda dengan cara semuanya membahas tentang stereorip.
negatif dan penuh dengan stereotip, Terutama untuk penelitian Cohen dan
yang lalu memunculkan sebutan Dr.Sunarto, sama – sama membahas
“sampah masyarakat”. tentang stereotip representasi
Studi peran gender pernah perempuan di media massa. Hanya saja
dilakukan Lee dan Hoon tahun 1993 bedanya bahwa penelitian kali ini fokus
terhadap artikel di koran yang pada bagaimana stereotip representasi
menggambarkan perbedaan pria dan perempuan di media massa dengan
perempuan sebagai manager target audience perempuan sendiri,
perusahaan. Disana ditemukan bahwa dalam hal ini media cetak (majalah)
artikel koran tersebut menunjukkan perempuan.
bahwa manajer pria digambarkan Wanita dan media
dengan gaya managerial yang Saat ini, masalah wanita bukan
professional, sedang manajer saja menjadi masalah yang hanya
perempuan selalu digambarkan dengan dipikirkan wanita saja, namun sudah
permasalahannya dan dilemma yang merupakan bagian dari masalah –
dihadapinya dalam perannya sebagai masalah masyarakat, begitu pula
manajer, istri dan ibu. Disini perempuan sebaliknya. Bagai dua mata rantai yang
jarang ditampilkan secara professional saling terkait, segala solusi untuk
hanya sebagai manajer saja. masalah masyarakat juga merupakan
Penelitian lain terkait gender, solusi masalah wanita, begitu juga
yang membahas tentang perempuan sebaliknya.

THE MESSENGER, Volume II, Nomor 2, Edisi Juli 2010 6


Dengan alur pemikiran yang dengan gerakan perempuan di
sama maka hubungan antara wanita dan masyarakat yang menuntut adanya
media informasi yang ada saat ini perlakuan yang adil dalam aktivitas
berjalan pararel dengan hubungan inteltualnya. Kondisi ini seolah makin
antara perempuan dengan masyarakat. memperkuat dorongan perempuan
Pastinya semua media informasi yang untuk tetap dalam tampilan perempuan
ada saat ini memiliki tujuan untuk di masa lalu yang sarat dengan
membantu membangun kemajuan keterbelakangan sosial politik dan
masyarakat dan perkembangannya, budaya. Di banyak media, perempuan
tentu saja tidak lepas didalamnya masih saja digambarkan sebagai “tubuh
termasuk kemajuan wanita dan belaka” yang berhubungan dengan
perkembangannya. Media informasi seksualitas. Disamping itu masih
dengan segala informasi didalamnya dominannya tampilan yang
membuat masyarakat melihat kenyataan menunjukkan perempuan sebagai
yang akan dihapainya, meski kenyataan “sosok di dapur”, bukan berarti ini
yang disajikan media seringkali salah, namun kurang berimbangnya
merupakan realitas semu, namun tampilan yang ada yang menunjukkan
banyak masyarakat yang perempuan dalam sosok intelektual dan
mempercayainya dan akhirnya karier makin memperkuat representasi
mengadaptasinya ke dunia nyata “tradisional” perempuan. Dan akhirnya
Media saat ini, dalam persepsi yang muncul di masyarakat
menggambarkan sosok seorang wanita, pun akan tetap sama. representasi sesuai
memang telah banyak menyajikan hal semangat emansipasi wanita hanya
yang positif tentang wanita, muncul dominan ketika menjelang atau
menunjukkan suatu peningkatan dan saat peringatan hari kartini, hari ibu,
membangun, suatu gambaran yang dan momentum lain yang berkaitan
menampilkan sosok wanita yang berhak dengan perempuan. Namun di “saat saat
mendapat penghormatan atas biasa”, representasi yang diharapkan ini
keberadaannya. Namun dari sisi media, jarang dimunculkan, padahal “saat –saat
seringkali muncul jurang pemisah yang biasa”lah yang paling banyak di nikmati
lebar antara berbagai hal yang masyarakat.
ditampilkan dalam media dengan realita Tentunya kondisi ini ironis, dan
yang benar-benar dirasakan. berlawanan dengan berbagai gerakan
Bila diperhatikan lebih lanjut perempuan yang menuntut emansipasi.
bisa dilihat bahwa gambaran Bahwa saat ini jarak antara
perempuan, dalam hubungannnya kemungkinan yang diharapkan dengan
dengan berbagai masalah yang masuk gambaran perempuan yang tertanam di
ke dalam media informasi, nampak media, masih sangat jauh sekali, bahwa
tradisional, negatif, tidak merefleksi saat ini gambaran di media tidak sesuai
perubahan-perubahan masyarakat dengan realita dan gerakan pionirnya.
berikut keberagaman kelompoknya Dari paparan diatas, penting
secara jujur dan tidak mendorong kiranya untuk memperhatikan lebih
munculnya berbagai kemungkinan dalam segala tampilan di media,
perubahan di masa depan. Dari tampilan bagaimana sebenarnya gambaran
yang ada, tak jarang awak redaksi perempuan di media. Apakah
media komersil tidak enggan representasi perempuan yang dimuat di
menampilkan hal-hal yang berlawanan media telah sesuai dengan semangat

THE MESSENGER, Volume II, Nomor 2, Edisi Juli 2010 7


emansipasi wanita yang selama ini menjangkau sebanyak mungkin orang,
diperjuangkan. Terutama untuk media sehingga media memiliki kekuatan
yang memiliki sasaran audience dalam mempengaruhi bagaimana kita
perempuan, karena media ini jelas berpikir tentang sesuatu dan bagaimana
memiliki sasaran perempuan, yang bisa kita merespon dunia. Stereotip
secara kontinyu mengikuti semua merupakan bentuk paling umum dari
materi yang disajikan dan pada akhirnya representasi yang dilakukan media.
akan memiliki pemahaman yang Salah satu representasi yang muncul
tertanam dalam benaknya, yang jika ini melalui media adalah stereotip tentang
berlangsung terus menerus, bisa sosok perempuan. Di berbagai media,
berpengaruh pada sikap/tingkah laku seringkali masih saja menstereotipkan
dan pemahaman atas dirinya sebagai perempuan sebagai satu – satunya pihak
perempuan, sehingga disini, ‘media yang wajib memasak, menata rumah,
perempuan’ jelas memiliki kewajiban merawat anak. Akan sangat jarang
tak tertulis yang lebih besar untuk turut ditemukan kewajiban yang sama
serta memajukan perempuan, memberi ditampilkan pada representasi pria di
pemahaman yang lebih baik dan media, padahal tugas – tugas tersebut
berkembang tentang diri perempuan. bukan semata – mata hanya tugas
Kondisi ini perlu diperhatikan perempuan. Perempuan juga
karena jika memang ada kesalahan diidentikkan dengan kegiatan merawat
penanaman konten dalam rubrik di tubuh (demi menarik perhatian pria
media perempuan, yang berlangsung misalnya), fashion dan kecantikan. Hal
terus menerus, bisa menimbulkan ini pun akan jarang juga ditemui di
pemahaman tentang sosok perempuan sosok pria dalam media. Representasi
yang salah, dan tidak ada perbaikan perempuan di media pun juga tak jarang
berarti, hingga di masa yang akan ditampilkan sebagai obyek saja yang
datang sosok perempuan tidak dieksploitasi sisi sensualitas tubuhnya.
mengalami perkembangan berarti. Hal Sayangnya segala eksploitasi
ini bisa dilihat bahwa saat ini masih dan stereotip perempuan di media ini,
sering terjadi pembedaan antara karena telah berlangsung sekian lama,
aktifitas perempuan dan pria di ditambah dengan masih mengakarnya
masyarakat, termasuk asumsi tentang budaya patriarki di masyarakat, dan
kegiatan perempuan dan pria, dan posisi telah mengalami proses naturalisasi.
perempuan dan pria, yang seringkali Sehingga tampilan yang menyimpang di
masih sama dengan masa lalu. Bahwa media ini telah begitu diterima sebagai
sampai saat ini posisi perempuan, hal yang tidak salah, bahkan oleh
secara umum, diasumsikan di bawah perempuan sendiri. Jelas hal ini
pria. Perempuan dengan pendidikan dan berlawanan dengan semangat
karier yang lebih tinggi masih dianggap emansipasi wanita yang telah sekian
sesuatu yang tidak umum bahkan bagi lama juga diperjuangkan yang menuntut
beberapa orang kurang baik. Perempuan adanya persamaan hak, perlakuan, dan
di banyak media masih ditampilkan posisi dengan pria. Usaha nyata
secara eksploitatif melalui eksploitasi penyadaran akan hal ini dirasa sangat
tubuh. perlu dilakukan, terutama pertama –
Media itu memediasi, sehingga tama pada kaum perempuan sendiri.
mermanfaat untuk menyampaikan Karena seringkali perempuan yang
sesuatu melalui ruang dan waktu yang diekpolitasi sensualitasnya di media dan

THE MESSENGER, Volume II, Nomor 2, Edisi Juli 2010 8


ditampilkan secara stereotip, malah dan dominan memiliki kemampuan
merasa bangga bahkan sedikit pun tak untuk memerintah dengan persetujuan,
merasa terganggu, dan perempuan– meningkatkan konsensus bagi
perempuan lain yang menyaksikannya kepentingan yang berkuasa dan
pun juga sama, tak merasa terganggu dominan, melalui kehidupan kultural
dan menganggapnya sebagai hal yang sehari – hari, demi keuntungan semata,
biasa dan wajar. Ini karena dalam benak termasuk representasi dunia oleh media.
perempuan terjadi proses naturalisasi Penutup
akan hal ini sehingga tidak tertanam Manfaat yang bisa dipetik dari pelajaran
akan perlunya pelurusan terkait ini adalah :
eksploitasi dan stereotifikasi. Kondisi Bagi awak redaksi media
ini memang akan makin mempersulit komersial, tulisan ini diharapkan
terwujud nyatanya emansipasi mampu mendorong para awak redaksi
perempuan di masyarakat. Karena itu media untuk mau mengevaluasi
sekali lagi dikatakan bahwa segala tampilan yang disajikannya sehingga
usaha penyadaran akan hal ini, selain bisa makin meningkatkan
seberapapun besarnya usaha yang kualitas isi yang disajikan, juga supaya
dilakukan, dirasa sangat perlu makin mendukung peningkatan dan
dilakukan, agar perempuan pada pengembangan perempuan serta turut
khususnya dan masyarakat pada mendukung emansipasi perempuan.
umumnya menyadari bagaimana Bagi para audience media
seharusnya sosok perempuan terutama perempuan, tulisan ini
ditampilkan. diharapkan mampu memberikan wacana
Media umumnya memiliki dan kesadaran yang lebih baik terkait
sasaran audience sendiri, termasuk juga dengan posisi dan perannya sebagai
ada media yang memiliki sasaran perempuan, sebagaimana yang telah
audience perempuan. Dalam hal ini diperjuangkan melalui emansipasi
jelas media dengan sasaran audience perempuan, yaitu persamaan hak dan
perempuan, memiliki kesempatan untuk posisi dengan pria. Dan juga
bisa secara kontinyu dan intens menumbuhkan kesadaran, bahwa
memberikan informasi kepada perempuan sekarang juga harus kritis
perempuan pada khususnya, dan dalam melihat tampilan/ isi yang dimuat
masyarakat pada umumnya, tentang di media, terutama dalam hal ini media
perempuan. Sehingga melalui segala dengan sasaran audience perempuan,
muatan/ content yang ada di dalamnya, agar apa yang ditampilkan sesuai
media perempuan jelas memiliki dengan semangat emansipasi
kewajiban tak tertulis untuk turut serta perempuan dan bukan lagi semata –
memajukan perempuan, memberi mata sebagai obyek eksploitasi dari
pemahaman yang lebih baik dan kaum adam.
berkembang tentang diri perempuan. Bagi dunia akademis, penelitian
Walau memang ini merupakan tugas ini diharapkan mampu untuk
yang berat, mengingat budaya patriarki mendorong tumbuhnya penelitian –
yang telah mengakar kuat, yang masih penelitan lain, sehingga makin
memposisikan perempuan selalu di memperluas wacana, serta mendorong
bawah pria, ditambah dengan adanya perkembangan ilmu komunikasi
hegemony yang menguatkan budaya terutama yang terkait dengan feminisme
kapitalis, dimana kelas yang berkuasa dan media.

THE MESSENGER, Volume II, Nomor 2, Edisi Juli 2010 9


Bagi penulis, penelitian ini Rogers, Mary F. (2009). Barbie
diharapkan bisa menjawab pertanyaan Culture: Ikon Budaya
penulis tentang bagaimana representasi Konsumerisme. Yogyakarta.
perempuan dalam media sebenarnya, Relief.
dan bisa mendorong penulis untuk Sunarto. (2009). Televisi, Kekerasan,
mengadakan penelitian lain yang lebih dan Perempuan. Jakarta.
lanjut baik untuk mendukung gerakan Kompas.
perempuan, juga untuk menambah Sardar, Ziauddin. (2008). Membongkar
pengetahuan penulis sendiri. Kuasa Media. Yogyakarta.
Daftar Pustaka Resist Book.
Asfour, Jaber. (2008). Membela Surakhmad, Winarno. (1990).
Perempuan : Antara Hak, Peran Pengantar Penelitian Ilmiah.
dan Tanggung Jawab. Depok. Bandung. Tarsito.
NOHA. Wibowo, Wahyu. (2003). Sihir Iklan.
Barnard, Malkom. (2009). Fashion Jakarta. Gramedia Pustaka
Sebagai Komunikasi : Cara Utama. 2003.
Mengkomunikasikan Identitas
Sosial, Seksual, Kelas, dan
Gender.Yogyakarta. Jalasutra.
Burton, Graeme. (2008). Media dan
Budaya Populer. Yogyakarta.
Jalasutra.
Burton, Graeme. (2008). Yang
Tersembunyi di Balik Media :
Pengantar Kepada Kajian
Media. Yogyakarta. Jalasutra.
Busch, Carol, Paul S. De Maret, Teresa
Flynn, Rachel Kellum, Sheri Le,
Brad Meyers, Matt Saunders,
Robert White, and Mike
Palmquist. (2005). Content
Analysis. USA. Colorado State
University Department of
English.
Littlejohn, S.W & Karen A. Foss.
(2005). Theories of Human
Communication. Eight Edition.
USA. Thomas Wadsworth.
Rachmat, Jalaluddin. (2001). Metode
Penelitian Komunikasi.
Bandung: Remaja Rosdakarya.
Riffe, Daniel, Stephen Lacy, Frederick
G. Fico. (2005). Analyzing
Media Messages: Using
Quantitative Content Analysis in
Research. London. Lawrence
Erlbaum Associates.

THE MESSENGER, Volume II, Nomor 2, Edisi Juli 2010 10

Anda mungkin juga menyukai