Anda di halaman 1dari 5

Learning Objective

“Skenario 1”

NAMA : Muh Azrief Khaidir A

STAMBUK : N 101 17 070

KELOKMPOK : 5 (Lima)

PROGRAM STUDI KEDOKTERAN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS TADULAKO
2020
Learning Objective

1. Apa yang menjadi pertimbangan dalam tahap disaster management cycle, pertimbangan
ketersediaan 5 M

2. Bagaimana sistem koordinasi saat terjadi bencana,

3. Penjelasan siklus penanggulangan bencana (3 tahap bencana).

4. Metode pembiayaan pelayanan kesehatan pada saat bencana (adakah aturan yang
mengatur?)

Jawab

1. Dalam setiap proses manajemen akan selalu melibatkan berbagai aspek, biasanya
dituliskan dalam bentuk 5M yaitu Man, Money, Material, Methods, dan Machine. Lima
aspek inilah yang tiap saat harus dikendalikan sehingga mencapai optimal, apakah
dalam hal manfaat maupun keuntungan.

Sumber : Sosiawan,E,A., Nugroho,A,R,B., Susilastuti. 2018. Model Manajemen Teknologi


Komunikasi Dalam Pemerintahan dan Penanganan Bencana Alam. Jurnal Ilmu Komunikasi,
Volume 11, Nomor 1

2. Manajemen Lapangan Bencana


Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) sebagai ujung tombak penanganan
bencana nasional dan didukung oleh Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPMD)
serta berbagai organisasi yang relevan seperti TNI, POLRI, BASARNAS, PMI,
DEPSOS, dan berbagai perangkat pendukung seperti TAGANA, PRAMUKA, ORARI,
RAPI, termasuk NGO, relawan berbagai organisasi telah memiliki pengalaman untuk
melakukan mitigasi, penanganan sampai pasca bencana.

Sumber : Budi,S. 2012. Komunikasi Bencana: Aspek Sistem (Koordinasi, Informasi dan
Kerjasama). Jurnal Komunikasi, Volume 1, Nomor 4

3. SIKLUS MANAJEMEN BENCANA


Manajemen bencana meliputi tahap - tahap sebagai berikut :
1. Sebelum bencana terjadi, meliputi langkah – langkah pencegahan, mitigasi,
kesiapsiagaan dan kewaspadaan.
2. Pada waktu bencana sedang atau masih terjadi, meliputi langkah – langkah peringatan
dini, penyelamatan, pengungsian dan pencarian korban.
3. Sesudah terjadinya bencana, meliputi langkah penyantunan dan pelayanan,
konsolidasi, rehabilitasi, pelayanan lanjut, penyembuhan, rekonstruksi dan pemukiman
kembali penduduk
Tahapan diatas dalam kenyataannya tidak dapat ditarik tegas antara tahapan satu
ketahapan berikutnya. Demikian pula langkah – langkah yang diambil belum tentu dapat
dilaksanakan secara berturut – turut dan runtut. Namun jelas bahwa manajemen bencara
(disarter management) adalah suatu kegiatan atau rangkaian kegiatan yang menyeluruh,
terpadu dan berlanjut yang merupakan siklus kegiatan :
1) Sebelum bencana terjadi.
a. Pencegahan, yaitu kegiatan yang lebih dititik beratkan pada upaya penyusunan
berbagai peraturan perundang – undangan yang bertujuan mengurangi resiko
bencana. Misal peraturan tentang RUTL, IMB, rencana tata guna tanah, rencana
pembuatan peta rawan bencana dsb.
b. Mitigasi, upaya untuk mengurangi dampak yang ditimbulkan bencana, misal
pembuatan tanggul, sabo dam, check dam, Break water, Rehabilitasi dan
normalisasi saluran.
c. Kesiapsiagaan, Yaitu kegiatan penyuluhan, pelatihan dan pendidikan kepada
masyarakat, petugas di lapangan maupun operator pemerintah, disamping itu perlu
dilatih ketrampilan dan kemahiran serta kewaspadaan masyarakat.
2) Pada waktu bencana sedang atau masih terjadi.
a. Peringatan dini, yaitu kegiatan yang memberikan tanda atau isyarat terjadinya
bencana pada kesempatan pertama dan paling awal. Peringatan dini ini diperlukan
bagi penduduk yang bertempat tinggal didaerah rawan bencana agar mereka
mempunyai kesempatan untuk menyelamatkan diri.
b. Penyelamatan dan pencarian, yaitu kegiatan yang meliputi pemberian pertolongan
dan bantuan kepada penduduk yang mengalami bencana. Kegiatan ini meliputi
mencari, menyeleksi dan memilah penduduk yang meninggal, luka berat, luka
ringan serta menyelamatkan penduduk yang masih hidup.
c. Pengungsian, yaitu kegiatan memindahkan penduduk yang sehat, luka ringan dan
luka berat ketempat pengungian (evakuasi) yang lebih aman dan terlindung dari
resiko dan ancaman bencana

3) Sesudah bencana.
a. Penyantunan dan pelayanan, yaitu kegiatan pemberian pertolongan kepada para
pengungsi untuk tempat tinggal sementara, makan, pakaian dan kesehatan.
b. Konsolidasi, yaitu kegiatan untuk mengevaluasi seluruh kegiatan yang telah
dilaksanakan oleh petugas dan mesyarakat dalam tanggap darurat, antara lain
dengan melakukan pencarian dan penyelamatan ulang, penghitungan ulang korban
yang meninggal, hilang, luka berat, luka ringan dan yang mengungsi.
c. Rekonstruksi, yaitu kegiatan untuk membangun kembali berbagai yang
diakibatkan oleh bencana secara lebih baik dari pada keadaan sebelumnya dengan
telah mengantisipasi berbagai kemungkinan terjadinya bencana di masa yang akan
datang. Disini peranan K 3 menjadi penting untuk mendukung siklus itu

Sumber : Sutanto.2012. PERANAN K 3 DALAM MANAJEMEN BENCANA.

4. Dana Siap Pakai adalah dana yang selalu tersedia dan dicadangkan oleh Pemerintah
untuk digunakan pada saat tanggap darurat bencana sampai dengan batas waktu
tanggap darurat berakhir.

A. Dasar Pemberian Dana Siap Pakai Pemberian Dana Siap Pakai berdasarkan:
1. Penetapan status kedaruratan bencana;
2. Usulan daerah perihal permohonan dukungan bantuan;
3. Laporan Tim Reaksi Cepat BNPB;
4. Hasil Rapat Koordinasi atau;
5. Inisiatif BNPB.

B. Penggunaan Dana Dana Siap Pakai digunakan sesuai kebutuhan tanggap darurat
terbatas pada pengadaan barang dan/atau jasa (PP Nomor 22 Tahun 2008 Pasal 17)
untuk :
1. Pencarian dan penyelamatan korban bencana
2. Pertolongan darurat
3. Evakuasi korban bencana
4. Kebutuhan air bersih dan sanitasi
5. Pangan
6. Sandang
7. Pelayanan kesehatan
8. Penampungan serta tempat hunian sementara

Mekanisme pengajuan dan penggunaan dana bantuan sosial berpola hibah secaralebih
jelas diatur dalam Peraturan Kepala BNPB Nomor 11 Tahun 2011 tentang Pedoman
Rehabilitasi dan Rekontruksi Pasca Bencana dan Peraturan Menteri Keuangan Nomor
105/PMK.05/2013 tentang Mekanisme Pelaksanaan Anggaran Penanggulangan
Bencana. Penerima dana bantuan sosial berpola hibah wajib
mempertanggungajawabkan pengelolaannya sesuai tata cara dan mekanisme
pengelolaan APBN dengan beberapa penyesuaian. Dana bantuan sosial berpola hibah
yang belum digunakan pada masa akhir periode, harus disetorkan kembali ke kas
negara. Apabila setelah penyetoran kembali dana tersebut ke kas negara ada pekerjaan
yang belum dibayar, maka pekerjaan tersebut wajib dibiayai dari dana APBD atau
sumber lain yang sah. (Rivani. 2017)

Sumber : BNPB.2008. PEDOMAN PENGGUNAAN DANA SIAP PAKAI.


Rivani,E. 2017. MEKANISME, JENIS PENDANAAN DAN PERTANGGUNGJAWABAN
DANA PENANGGULANGAN BENCANA DI DAERAH. Kajian Vol. 22 No. 1

Anda mungkin juga menyukai