Anda di halaman 1dari 11

BAB 1

PENDAHULUAN

.1. Latar belakang


Stroke merupakan penyebab cacat nomor satu dan penyebab kematian nomor dua di
dunia. Penyakit ini telah menjadi masalah kesehatan yang mendunia dan semakin penting,
dengan dua pertiga stroke terjadi di negara-negara yang sedang berkembang (Feigin, 2006).
Di Indonesia, diperkirakan setiap tahun terjadi 500.000 penduduk terkena serangan stroke,
sekitar 2,5 % atau 125.000 orang meninggal, dan sisanya cacat ringan maupun berat. Jumlah
penderita stroke cenderung terus meningkat setiap tahun, bukan hanya menyerang penduduk
usia tua, tetapi juga dialami oleh mereka yang berusia muda dan produktif hal ini akibat gaya
dan pola hidup masyarakat yang tidak sehat, seperti malas bergerak, makanan berlemak dan
kolesterol tinggi, sehingga banyak diantara mereka mengidap penyakit yang menjadi pemicu
timbulnya serangan stroke. Saat ini serangan stroke lebih banyak dipicu oleh adanya
hipertensi yang disebut sebagai silent killer, diabetes melittus, obesitas dan berbagai
gangguan kesehatan yang terkait dengan penyakit degeneratif. Secara ekonomi, dampak dari
insiden ini prevalensi dan akibat kecacatan karena stroke akan memberikan pengaruh
terhadap menurunnya produktivitas dan kemampuan ekonomi masyarakat dan bangsa
(Yastroki, 2009).
Stroke biasanya ditandai dengan kelumpuhan anggota gerak atas maupun bawah pada
salah satu sisi anggota tubuh. Untuk itu penderita stroke perlu mendapatkan penanganan yang
sedini mungkin agar pengembalian fungsi dari anggota gerak serta gangguan lainnya dapat
semaksimal mungkin atau dapat beraktifitas kembali mendekati normal serta mengurangi
tingkat kecacatan.
Stroke dapat menyebabkan problematika pada tingkat impairment berupa gangguan
motorik, gangguan sensorik, gangguan memori dan kognitif, gangguan koordinasi dan
keseimbangan. Pada tingkat functional limitation berupa gangguan dalam melakukan aktifitas
fungsional sehari-hari seperti perawatan diri, transfer dan ambulasi. Serta pada tingkat
participation restriction berupa keterbatasan dalam melakukan pekerjaan, hobi dan
bermasyarakat di lingkungannya.
Indonesia tercatat sebagai negara dengan jumlah penderita stroke terbesar di Asia. Setiap
7 orang yang meninggal di Indonesia, 1 diantaranya karena stroke (Departemen Kesehatan
Republik Indonesia, 2011). Jumlah penderita stroke di Indonesia mencapai 500.000
penduduk setiap tahunnya, sekitar 2,5 % atau 125.000 orang meninggal, dan sisanya cacat
1
ringan maupun berat (Yayasan Stroke Indonesia, 2009). Riset Kesehatan Dasar (2013)
melaporkan prevalensi stroke di Indonesia berdasarkan diagnosis nakes tertinggi di Sulawesi
Utara (10,8‰), diikuti DI Yogyakarta (10,3‰), Bangka Belitung dan DKI Jakarta masing-
masing 9,7 per mil. Prevalensi stroke di Sumatera Utara mencapai 10, 3%. Laporan World
Stroke Organization (WSO) tahun 2009, memperlihatkan bahwa stroke merupakan penyebab
utama hilangnya pekerjaan dan kualitas hidup yang buruk. Kecacatan akibat stroke tidak
hanya berdampak bagi penyandangnya, akan tetapi juga berdampak bagi anggota keluarga.
Penderita stroke yang mengalami kecacatan bergantung pada dukungan emosional dan fisik
dari informal caregiveryang biasanya adalah anggota keluarga (Akosile, Okoye, Nwankwo,
Akosile & Mbada, 2011). Penelitian Artal dan Egido (2009) di Amerika, sebesar 38%
penderita strokemengalami depresi yang disebabkan ketidakmampuan bekerja karena cacat
dan kegiatan social berkurang. Status fungsionaldan depresiyang dialami penderita stroke
diidentifikasi sebagai prediktor kualitas hidup
Kualitas hidup penderita stroke sangat bergantung pada kualitas penatalaksanaan stroke
yang diberikan secara holistik oleh tenaga kesehatan dan interdisiplin yang terdiri dari
perawat, dokter, pasien, dan keluarga (Almborg et . al, 2009). Penanganan stroke secara
umum dibagi menjadi dua tahap. Tahap akut dan tahap paska akut atau tahap pemulihan.
Sasaran pengobatan dititikberatkan pada tindakan rehabilitasi, pencegahan komplikasi dan
terjadinya stroke berulang (Harsono, 2000).
Berdasarakan fenomena diatas, maka penulis tertarik untuk memberikan asuhan
keperawatan yang komprehensip kepada klien stroke sehingga tidak timbul dampak yang
tidak diinginkan dari stroke itu sendiri.

.2. Tujuan penulisan


1. Tujuan umum
Mengetahui secara umum tentang penyakit stroke dan mampu menerapkan asuhan
keperawatan yang komprehensif kepada klien dengan stroke.

2. Tujuan khusus
a. Mampu menjelaskan definisi stroke.
b. Mampu menjelaskan penyebab stroke.
c. Mampu menjelaskan tanda dan gejala stroke.
d. Mampu menjelaskan klasifikasi stroke.
e. Mampu menjelaskan pengkajian primer dan sekunder stroke.
2
f. Mampu menjelaskan protokol penanganan stroke di IGD.
g. Mampu memberikan prosedur pertolongan pertama stroke.

3
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

.1. Definisi
Stroke adalah gangguan sirkulasi darah yang terjadi secara tiba-tiba di otak dan penyebab
paling sering kecacatan neurologik. Sekitar 50% penderita stroke yang selamat memiliki
kecacatan yang permanen. Kekambuhan dapat terjadi dalam hitungan minggu, bulan, atau
tahun (Bilotta KA, 2011).
Gangguan peredaran darah diotak (GPDO) atau dikenal dengan CVA (Cerebro Vaskuar
Accident) adalah gangguan fungsi syaraf yang disebabkan oleh gangguan aliran darah dalam
otak yang dapat timbul secara mendadak (dalam beberapa detik) atau secara cepat (dalam
beberapa jam) dengan gejala atau tanda yang sesuai dengan daerah yang terganggu (Harsono,
1996).
Pecahnya pembuluh darah otak menyebabkan keluarnya darah ke jaringan parenkim otak,
ruang cairan serebrospinalis disekitar otak atau kombinasi keduanya. Perdarahan tersebut
menyebabkan gangguan serabut saraf otak melalui penekanan struktur otak dan juga oleh
hematom yang menyebabkan iskemia pada jaringan sekitarnya. Peningkatan tekanan
intrakranial pada gilirannya akan menimbulkan herniasi jaringan otak dan menekan batang
otak.

.2. Penyebab
1. Trombosis serebral
- Penyebab stroke paling sering
- Obstruksi pembuluh darah dipembuluh ekstraserebral
- Kemungkinan terjadi di area intraserebral

2. Emboli serebral
- Penyebab utama stroke yang kedua
- Riwayat penyakit jantung reumatik
- Endokarditis
- Penyakit valvular pasca traumatik
- Aritmia jantung
- Pasca pembedahan jantung terbuka

4
3. Perdarahan serebral
- Penyebab utama stroke yang ketiga
- Hipertensi kronis
- Aneurisma serebral
- Malformasi arteriovenosa
(Bilotta KA, 2011)

.3. Tanda dan gejala


Menurut Bilotta KA, 2011 dan Alton Tygerson, 2011 tanda dan gejala dari stroke yaitu :
1. Mendadak lemah dan mati rasa diwajah, lengan, atau tungkai pada satu sisi tubuh.
2. Penglihatan kabur atau kurang, terutama pada satu sisi lapangan penglihatan.
3. Masalah bicara
4. Pusing atau hilang keseimbangan
5. Kepala berat yang mendadak
6. Perubahan tingkat kesadaran yang terjadi secara tiba-tiba

.4. Klasifikasi
a. Stroke hemoragik : Pecahnya pembuluh darah serebral diotak dan terjadinya
pendarahan diotak disaat seseorang sedang melakukan aktifitas.
Stoke hemoragik dapat dibagi 2 :
- Perdarahan intra serebral (PIS) : Pendarahan intra serebral mempunyai gejala
prodromal,kecuali nyeri kepala pada hipertensi. Serangan sering kali pada
siang hari.mual dan muntah sering terdapat pada serangan permulaan serangan
hemiparesis/hemiplegi terjadi pada sejak kesadaran menurun dan cepat coma
(65% terjadi kurang dari setengah jam dan 12% terjadi setelah 2 jam sampai
19 hari.
- Perdarahan serebral anachroid (PSA) : Gejala nyeri kepala hebat dan akut
kesadaran sering terganggu dan sangat bervariasi.ada gejala /tanda rangsangan
meningeal. edema pupil bila ada pendarahan subhilaloid karena pecahnya
aneurisma.

b. Stroke non-hemoragik (stroke iskemik, infark otak, penyumbatan)


- Stroke akibat trombosis serebri
- Emboli serebri
5
- Hipoperfusi sistemik
Stroke non hemoragik adalah terjadi disaat seorang sedang beristirahat, bangun tidur
atau di pagi hari, tidak ada pendarahan namun terjadi iskemia yang menimbulkan
hipoksia dan selanjutnya dapat menimbulkan edema sekunder, kesadaran umumnya
baik.

.5. Pengkajian primer dan sekuder stroke


1. Pengkajian primer
- Airway : adanya sumbatan/obstruksi jalan napas oleh adanya penumpukan
sekret akibat kelemahan reflek batuk.
- Breathing : kelemahan menelan atau batuk/melindungi jalan napas, timbulnya
pernapasan yang sulit atau tak teratur, suara napas terdengar ronchi.
- Circulation : tekana darah normal/meningkat, hipotensi terjadi pada tahap
lanjut, takikardi, bunyi jantung normal pada tahap dini, disritmia, kulit atau
membran mukosa pucat, dingin, sianosis pada tahap lanjut.

2. Pengkajian sekunder
a. Aktivitas/ Istirahat
Gejala : merasa kesulitan untuk melakukan aktivitas karena kelemahan,
kehilangan sensasi atau paralisis (hemiplegia), merasa mudah lelah, susah
untuk beristirahat (nyeri/ kejang otot).
Tanda : gangguan tonus otot, paralitik (hemiplegia), dan terjadi kelemahan
umum, gangguan penglihatan, gangguan tingkat kesadaran.

b. Sirkulasi
Gejala : adanya penyakit jantung, polisitemia, riwayat hipotensi postural.
Tanda : hipertensi arterial sehubungan dengan adanya embolisme/ malformasi
vaskuler, frekuensi nadi bervariasi, dan disritmia.

c. Integritas Ego
Gejala : perasaan tidak berdaya, perasaan putus asa
Tanda : emosi yang labil dan ketidaksiapan untuk marah, sedih, dan gembira,
kesulitan untuk mengekspresikan diri.

6
d. Eliminasi
Gejala : perubahan pola berkemih
Tanda : distensi abdomen dan kandung kemih, bising usus negatif.

e. Makanan/ Cairan
Gejala : nafsu makan hilang, mual muntah selama fase akut, kehilangan
sensasi pada lidah, dan tenggorokan, disfagia, adanya riwayat diabetes,
peningkatan lemak dalam darah.
Tanda : kesulitan menelan, obesitas.

f. Neurosensori
Gejala : sakit kepala, kelemahan/ kesemutan, hilangnya rangsang sensorik
kontralateral pada ekstremitas, penglihatan menurun, gangguan rasa
pengecapan dan penciuman.
Tanda : status mental/ tingkat kesadaran biasanya terjadi koma pada tahap
awal hemoragis, gangguan fungsi kognitif, pada wajah terjadi paralisis, afasia,
ukuran/ reaksi pupil tidak sama, kekakuan, kejang.

g. Kenyamanan / Nyeri
Gejala : sakit kepala dengan intensitas yang berbeda-beda
Tanda : tingkah laku yang tidak stabil, gelisah, ketegangan pada otot

h. Pernapasan
Gejala : merokok
Tanda : ketidakmampuan menelan/ batuk/ hambatan jalan nafas, timbulnya
pernafasan sulit, suara nafas terdengar ronchi.

i. Keamanan
Tanda : masalah dengan penglihatan, perubahan sensori persepsi terhadap
orientasi tempat tubuh, tidak mampu mengenal objek, gangguan berespons
terhadap panas dan dingin, kesulitan dalam menelan, gangguan dalam
memutuskan.

7
j. Interaksi Sosial
Tanda : masalah bicara, ketidakmampuan untuk berkomunikasi.

k. Penyuluhan/ Pembelajaran
Gejala : adanya riwayat hipertensi pada keluarga, stroke, pemakaian kontrasepsi oral,
kecanduan alkohol.

.6. Protokol penanganan stroke di IGD


Penanganan stroke di IGD merupakan pertolongan pertama apabila penderita mengalami
stroke. Apabila 3 jam pertama sudah terlewati maka kemungkinan besar penderita akan
mengalami kerusakan parah yang bisa mengakibatkan kelumpuhan bahkan kematian.
1. Anamnesis yaitu mngenai gejala awal serangan stroke yang terjadi pada penderita.
Selain itu juga memperhatikan gejala lain seperti sakit kepala, kejang, terasa
berputar-putar, mual-muntah, cegukan, penurunan kesadaran, dan gangguan
visual. Faktor resiko yang menyebabkan stroke juga di cek seperti hipertensi,
diabetes kolesterol, dll.
2. Pemeriksaan fisik yaitu mengenai gejala awal serangan stroke yang terjadi pada
penderita. Selain itu juga memperhatikan gejala lain seperti sakit kepala, kejang,
terasa berputar-putar, mual-muntah, cegukan, penurunan kesadaran, dan gangguan
visual. Faktor resiko yang menyebabkan stroke juga di cek seperti hipertensi,
diabetes kolesterol, dll.
3. Neurologik dan skala stroke
Pemeriksaan terutama pada sistem saraf motorik, gerak reflek, koordinasi, cara
jalan, sensorik, rangsang meningeal, saraf kranial, dan fungsi kognitif. Untuk
skala stroke menggunakan nasional institude of health stroke scale (NIHSS).

4. Diagnosa
Setelah penanganan stroke di IGD melewati tahap awal seperti diatas, maka
selanjutnya terapi umum. Terapi umum tersebut adalah :
- Menstabilkan pernafasan
- Menstabilkan hemodinamik
- Pemeriksaan fisik
- Pengendalian TIK yang tinggi
- Pengendalian kejang
8
- Pengendalian suhu tubuh
- Pemeriksaan penunjang (cek laboratorium, EKG, rontgen/CT scan)

.7. Pertolongan pertama stroke


- Menjaga agar penderita dapat bernafas dengan baik dan tidak tersedak.
- Letakkan penderita pada posisi telentang, dan segera miringkan pada salah satu
sisinya.
- Kaki yang berada dibawah diluruskan dan kaki yang berada diatas ditekuk pada sendi
panggul dan sendi lutut (untuk mengganjal agar penderita tidak tertelungkup).
- Lengan yang berada dibawah digunakan sebagai bantal untuk kepala dan lengan yang
berada diatas diletakkan ndi depan dada penderita. Kepala berada dibuat agak sedikit
ekstensi.
- Selanjutnya lihat mulut penderita. Bila ada gigi palsu atau makanan, segera keluarkan
dengan jari kita.
- Jangan memberikan makana atau minuman kepada penderita, karena ini dapat
menyebabkan penderita tersedak.
- Setelah penderita berada dalam posisi yang baik, lepaskan ikat pinggang dan bagian
baju yang ketat.
- Selanjutnya, telepon 118 atau layanan medis darurat setempat.

9
BAB 3
PENUTUP

.1. Kesimpulan
Stroke adalah gangguan sirkulasi darah yang terjadi secara tiba-tiba di otak. Penyebab
kematian tersering urutan ketiga di Amerika Serikat. Menyerang 500.000 orang setiap tahun,
dan menyebabkan kematian pada setengah individu yang menderita penyakit. Penyebab
paling sering kecacatan neurologik. Sekitar 50% penderita stroke yang selamat memiliki
kecacatan yang permanen. Kekambuhan dapat terjadi dalam hitungan minggu, bulan, atau
tahun (Bilotta KA, 2011).
Pecahnya pembuluh darah otak menyebabkan keluarnya darah ke jaringan parenkim otak,
ruang cairan serebrospinalis disekitar otak atau kombinasi keduanya. Perdarahan tersebut
menyebabkan gangguan serabut saraf otak melalui penekanan struktur otak dan juga oleh
hematom yang menyebabkan iskemia pada jaringan sekitarnya. Peningkatan tekanan
intrakranial pada gilirannya akan menimbulkan herniasi jaringan otak dan menekan batang
otak.

.2. Saran
1. Diharapkan mahasiswa/perawat di rumah sakit mampu melakukan dan
menerapkan proses keperawatan pada klien Stroke yang hampir seluruh
kebutuhan dasarnya dibantu.
2. Diharapkan mahasiswa/perawat dirumah sakit bisa menjalin komunikasi dan
kerjasama yang baik dengan klien, keluarga dan tim medis lainnya demi
tercapainya asuhan keperawatan yang berkualitas.

10
DAFTAR PUSTAKA

Akosile, C.O., Okoye, E.C., Nwankwo, M.J., Akosile, C.O., & Mbada, C.E. (2011). Quality
oflife and it’s correlates in caregivers of stroke survivors from Nigerian population.
Springer Science: Qual Life Res, 20, 1379-1384.DOI: 10.1007/s11136-011-9876-9.

Artal, F.J.C., & Egido, J.A. (2009). Quality of life after stroke: The importance of a good
recovery. Journal of Cerebrovascular Disease, 27(1), 204-214. DOI : 10.1159/000200461.

Artal, F.J.C., & Egido, J.A. (2009). Quality of life after stroke: The importance of a good
recovery. Journal of Cerebrovascular Disease, 27(1), 204-214. DOI:
10.1159/000200461.

Balitbang Kemenkes RI. 2013. Riset Kesehatan Dasar; RISKESDAS. Jakarta: Balitbang
Kemenkes RI

Bilotta K.A. 2011. Kapita Selekta Penyakit Edisi 2. Jakarta. EGC.

Feigin, V, 2006. Stroke Panduan Bergambar Tentang Pencegahan Dan Pemulihan Stroke. PT.
Bhuana Ilmu Populer, Jakarta.

Harsono, 2000. Kapita Selekta Neurolog, Gajah Mada University Press, Yogyakarta.

Tygerson Alton. 2011. First Aid Pertolongan Pertama Edisi 5. Jakarta. Penerbit Erlangga.

Yastroki, 2009. Yastroki Tangani Masalah Stroke di Indonesia. www.yastroki.or.id [Accessed


27 April 2016]

11

Anda mungkin juga menyukai