LAPORAN KASUS
Seorang anak bernama An.Z berumur 15 Thun 10 bulan datang ke rumah sakit bersama
dengan orang tuanya dengan keluhan demam, pusing atau nyeri pada kepaladan perutnya.
Orang tuanya mengatakan bahwa anaknya sudah demam kurang lebih 4 hari yang lalu,
oraang tuanya mengatakan bahwa demamnya naik turun, demam naik pada saat malam hari
klien juga mengatakan bahwa dia mual. Hasil TTV menunjukkan : Tekanan Darah : 120/60
mmHg, Nadi : 80 x/mnt, Pernapasan: 22x/mnt, Suhu : 38 oC.
1.1 PENGKAJIAN
B. INFORMAN/KELUARGA
Nama : Tn. B
Umur : 48 thun
C. RIWAYAT KESEHATAN
- Keluhan Utama : Demam, sakit pada perut dan kepala, mual
- Riwayat Keluhan Utama (P,Q,R,S,T) : klien dan keluarga klien mengatakan bahwa
klien demam sejak 4 hari yang lalu, disertai mual, dan klien mengatakan nyeri pada
perut ,nyeri yang dirasakan seperti tertusuk-tusuk, nyeri pada perut dan kepala,
skala nyeri 4, nyeri dirasakan terus menerus
1
- Riwayat penyakit/ gejala yang pernah dialami : klien tidak pernah mengalami sakit
yang sama
- Opname : klien sebelumnya belum pernah diopname sebelumnya
- Pernah operasi: Tidak pernah
- Riwayat Kesehatan Sekarang : klien mengatakan bahwa klien merasa lemas,
demam, nyeri pada perut dan kepala yang disertai mual.
- Riwayat alergi : klien tidak mempunyai alergi makanan
- Riwayat Medikasi : tidak
- Kesadaran : Composmentis
- GCS: 15 E : 4 M:6 V:5
D. KEBUTUHAN DASAR
1. Nutrisi
TB :175 cm BB :55 Kg IMT: 3,06Kg/cm2
Kebiasaan makan : 2 x/hari, (teratur / tidak teratur)
Keluhan Saat ini : Tidak nafsu makan Mual Muntah Sukar / sakit
menelan Nyeri ulu hati / salah cerna yang berhubungan dengan.
Sakit gigi
Disembuhkan dengan makan obat
Konjungtiva : Anemis
Sklera :tidak ikterik
Pembesaran tyroid : tidak ada pembesaran tiroid
Hernia / massa : tidak terdapat massa
Holitosis : tidak
Kondisi gigi/gusi : kotor
Penampilan lidah : kotor
Bising usus: x/menit
Makan per NGT/parenteral/infus
Dimulai tgl :
Jenis cairan : RL 20 tpm
Dipasang di : metacarpal dorsal
Porsi makan yang dihabiskan : 3 sendok nasi
Makanan yang disukai : nasi goreng dan jajanan yang ada di sekolah
Diet : -
Data lain:
2
2. Cairan
Kebiasaan minum : 750 ± cc/hari Jenis : air mineral
Turgor kulit : Kering Tidak elastis
Warna : nampak kemerahan
CRT : > 3detik
Mata cekung : Tidak Ya : Ka/Ki
Edema : Tidak Ya : Ka/Ki
Distensi vena jugularis : tidak terdapat distensi
Asites : Tidak Ya
Spider naevi : Tidak Ya
Penggunaan Kateter : Tidak
Data Lain;
3. Eliminasi
BAB : 1/Hari
Warna : kehitam-hitaman
Konsistensi : padat
Bau : menyengat
BAK :3 kali/ Hari
Warna : kuning bening
Bau : Amoniak
Tampilan : Jernih
Volume : -
Penggunaan Kateter : Ya/Tidak
4. Oksigenasi
Bentuk dada : normal chest
Bunyi Napas : vesikuler
Respirasi : TAK Dispnea Ronchi stridor Whezing Batuk
Hemoptisis sputum Pernapasan cuping hidung Penggunaan otot otot aksesoris
Jenis pernafasan :
Fremitus : normal, simetris kanan dan kiri
Sputum : Kental Encer Merah Putih Hijau Kuning
Sirkulasi oksigenasi : TAK Pusing Sianosis Akral dingin Clubbing
finger
3
Dada : TAK Retraksi dada berdebar debar Deviasi trackhea Bunyi
jantung: Murmur Gallop
Data Lain :
Kekuatan otot :
5 5
4
5 5
Tonus otot :
4 4
4 4
Postur : normal
Tremor : Tidak
Rentang gerak (ROM) :
Ekstermitas atas kanan
(x) Flexi (√) Ekstensi (√) Abduksi (√) Adduksi (√) Supinasi (√ ) Pronasi (√)
Sirkumduksi
Ekstermitas atas kiri
(√) Flexi (√ ) Ekstensi (√) Abduksi (√) Aduksi (√) Supinasi (√) Pronasi (√)
Sirkumduksi
Ekstermitas bawah kanan
(√) Flexi (√ ) Ekstensi (√) Abduksi (√) Aduksi (√) Supinasi (√) Pronasi (√)
Sirkumduksi
Ekstermitas bawah kiri
(√) Flexi (√) Ekstensi (√) Abduksi (√ ) Aduksi (√) Supinasi (√) Pronasi (√)
Sirkumduksi
Keluhan saat ini : Lemah otot: Kelelahan Amputasi Deformitas
Penggunaan alat bantu : tidak menggunakan alat bantu
Pelaksanaan aktivitas : parsial
Jenis aktivitas yang perlu dibantu :
TERAPI :
1. IVFD RL : 28 tpm
2. Injeksi ranitidine : 1 amp/ 12 jam / iv
3. Injeksi Dexametason 1 amp/iv
5
E. PENGKAJIAN RESIKO JATUH
F. DATA FOKUS
DATA MASALAH
Inspeksi : - klien nampak lemah, klien HIPERTERMI
nampak menggigil, klien nampak
memakai slimut dan baju tebal,
nampak muka klien kemerahan.
Observasi Tanda-tanda vital :
TD : 120/60 mmhg, N : 80 x/I, S: 38
⁰c , P : 22x/i
WBC : 3.7 x103/µL
Palpasi : Akral teraba hangat,
Inspeksi :- klien nampak meringis, NYERI
Palpasi : nyeri tekan pada abdomen.
Inspeksi : nampak bintik-bintik merah RESIKO PENDARAHAN
pada lengan.
PLT : 7x103/uL
HCT : 4,61 %
G. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
6
1. Tanda-tanda Vital:
Tekanan Darah : 120/60 mmHg
Nadi : 80 x/mnt
Pernapasan : 22 x/mnt
Suhu : 38 oC
2. Pemeriksaan Diagnostik:
Pemeriksaan Laboratorium
3. Pemeriksaan Rampelit
Positif terdapat bintik merah pada lengan .
7
ANALISIS DATA
-
DATA MASALAH
DS HiPERTERMI b.d proses penyakit
- Klien mengatakan demam yang
dialami kurang lebih 4 hari yang
lalu.
- Klie mengatakan lemas
DO
- Tampak bintik-bintik merah pada
lengan
- Klien tampak lemah
TD : 120/60 mmHg
N : 80 x/mnt
S : 38oC
P : 22 x/mnt
- Klien nampak menggigil
- WBC : 3.7 x103/µL
DO :
- Nampak klien meringis
- Klien nampak lemas
8
1.2 DIAGNOSA KEPERAWATAN
9
1.3 RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
10
meringis dengan 4. Tingkatkan istirahat
-Klien nampak lemas mengunakan 5. Kolaborasi dengan
management nyeri dokter dalam
- Mampu mengenali pemberian obat
nyeri ( skala, farmakologi
intensitas, frekuensi
dan tanda nyeri )
- Menyatakan rasa
nyaman setelah
nyeri berkurang
3. Resiko pendarahan NOC NIC
Bleeding precutions
PLT : PLT : 7x103/Ul Blood lose severity 1. Monitor ketat
Blood koagulation tanda-tanda
HCT : 4,61 % pendarahan
Kriteria hasil : 2. Catat nilai Hb dan
Tes Rempelit : - Tidak ada hematuria HT sebelum dan
Terdapat bintik-bintik dan hematemesis sesudah terjadinya
merah pada lengan. - Kehilangan darah pendarahan
yang terlihat 3. Monitor TTV
- Tekanan darah 4. Pertahakan bed
dalam batas normal rest selama
sistol dan diastole perdarahan aktif
- Tidak ada distensi 5. Kolaborasi dengan
abdominal pemberian produk
- Hemoglobin dan darah
hematoktrik dalam 6. Anjurkan pasien
batas normal untuk
meningkatkan
intake makanan
yang banyak
mengandung
vitamin K .
7. Anjurkan pasien
untuk minum
2000 – 2500 cc
11
1.4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI KEPERAWATAN
12
- Klien lokasi, karakteristik,
mengatakan durasi, frekuensi, kualitas O : pasien tampak
nyeri pada dan faktor prespitasi ) tidak meringis
perut dan Hasil :
kepalanya, P : nyeri diakibatkan A: masalah sebagian
nyeri perut karena pusing teratasi
dan nyeri Q : nyeri seperti tertusuk-
kepala seperti tusuk P: lanjutkan
tertusuk-tusuk R : nyeri dirasakan di intervensi
, skala nyeri perut dan di kepala
4, nyeri S : skala nyeri 4
dirasakan jika T : nyeri dirasakan nyeri
terlalu lama dirasakan jika terlalu lama
bergerak dan bergerak dan berdiri.
berdiri. 2. Mengontrol lingkungan
yang memperberat rasa
22.30 DO : nyeri.
- Nampak klien Hasil : suhu lingkungan
meringis normal, pencahayan yang
- Klien nampak baik dengan menyalakan
lemas lampu atau membuka
tirai, tenang dan tidak
bising.
3. Ajarkan tentang teknik
nonfarmakologi ( teknik
22.32 relaksasi nafas dalam atau
mengahlikan )
H: klien mengeti dan
mampu melakukan
tekhnik napas dalam
dalam dan mengalihkan
denga bercerita dengan
keluarganya
4. Tingkatkan istirahat
Hasil : klien mengikuti
anjuran
13
22/02/ Hipertermi 1. monitor suhu tubuh S: Klien mnengatakan
20 sesering mungkin demamnya berkurang
hasil : S: 36 C Suhu tubuh :36 C
06.00 2. monitor tekanan darah O: klien nampak
nadi dan pernapasan tidak menggigil
Hasil : A: masalah teratasi
TD : 120/60 mmHg sebagian
N : 80 x/mnt P: pertahankan
S : 36oC intervensi
P : 20 x/mnt
3. monitor warna kulit
06.00 Hasil : warna kulit masih
kemerahan dan terdapat
bintik-bintik merah.
4. TD 110/670mmHg
N : 86 x/mnt
(pagi ) S : 36,5oC
12.00 P : 20 x/mnt
5. TD 110/670mmHg
N : 86 x/mnt
Siang S : 36,5oC
18.00 P : 20 x/mnt
14
terlalu lama bergerak dan
berdiri.
2. Mengontrol lingkungan
yang memperberat rasa
nyeri.
Hasil : suhu lingkungan
06.05 normal, pencahayan yang
baik dengan menyalakan
lampu atau membuka
tirai, tenang dan tidak
bising.
3. Ajarkan tentang teknik
nonfarmakologi ( teknik
relaksasi nafas dalam atau
06.07 mengahlikan )
H: klien mengerti dan
mampu melakukan
tekhnik napas dalam
dalam dan mengalihkan
denga bercerita dengan
keluarganya
4. Tingkatkan istirahat
Kolaborasi dengan dokter
dalam pemberian obat
farmakologi
H : ketolorax 1 Amp/12
06.10 jam
5. Tingkatkan istirahat
Kolaborasi dengan dokter
dalam pemberian obat
farmakologi
H : ketolorax 1 Amp/12
Siang jam
18.00 Ranitidine 2x1/ iv
Dexametroson 3x/iv
15
HCT : 4,61 % bintik merah pada 120/60 mmHg
lengan N : 80 x/mnt
Tes Rempelit : 2. Catat nilai Hb dan HT S : 36oC
12.00 Terdapat bintik-bintik sebelum dan sesudah P : 20 x/mnt
merah pada lengan. terjadinya pendarahan A: Masalah belum
Hasil : PLT : 7x103/Ul teratasi
P : lanjutkan itervensi
HCT : 4,61 % 1. Monitor ketat
tanda-tanda
12.00 pendarahan
3. Monitor TTV 2. Catat nilai Hb
Hasil : 120/60 mmHg dan HT
N : 80 x/mnt sebelum dan
S : 36oC sesudah
P : 20 x/mnt terjadinya
pendarahan
13.00 4. Pertahakan bed rest 3. Monitor TTV
selama perdarahan aktif 4. Pertahakan
H: klien mendengar dan bed rest
melakukan anjuran yang selama
diberikan perdarahan
aktif
5. Kolaborasi dengan 5. Anjurkan
Mala pemberian produk darah pasien untuk
m H: pemberian darah meningkatkan
(22.00 trombosit 6 kantong intake
- makanan yang
24.00) 6. Anjurkan pasien untuk banyak
meningkatkan intake mengandung
22.05 makanan yang banyak vitamin K .
mengandung vitamin K . 6. Anjurkan
H: klien mendengar dan pasien untuk
melakukan minum 2000 –
anjuran(memberikan jus 2500 cc
buah jambu jawas)
7. Anjurkan pasien
banyak minum 2000
– 2500cc
H: klien minum
22.10 dengan jumlah
1500cc
16
23/2/2 Hipertermi 1. memonitor suhu tubuh S : klien mengatakan
020 sesering mungkin sudah baik , ku : baik
hasil : S: 36 C O : klien nampak
Pagi 2. memonitor tekanan duduk,lemas dan
06.00 darah nadi dan lemah (-)
pernapasan Observasi ttv
Hasil : TD : 110/70 mmHg
TD : 110/70 mmHg N : 82 x/mnt
N : 82 x/mnt S : 36,5oC
S : 36,5oC P : 20 x/mnt
P : 20 x/mnt
A : masalah teratasi
3. memonitor warna kulit P : pertahankan
hasil : kulit nampak intervensi
normal, akral normal
4. memonitor tekanan
Siang darah nadi dan
18.00 pernapasan
Hasil :
TD : 110/80 mmHg
N : 82 x/mnt
S : 36,5oC
P : 20 x/mnt
17
Pagi Resiko pendarahan 1. Monitor ketat tanda- S: klien mengatakan
(10.00 tanda pendarahan tidak ada keluhan.
) Hasil : bintik-bintik O : observasi ttv
mulai berkurang TD : 110/80 mmHg
2. Catat nilai Hb dan HT N : 82 x/mnt
sebelum dan sesudah S : 36,5oC
terjadinya pendarahan P : 20 x/mnt
Hasil : PLT : 73x103/Ul
A: Masalah belum
Wbc : 10,7 teratasi
P : pertahankan
Hgb : 14,2 itervensi
3. Monitor TTV
18.00 Hasil :
TD : 110/80 mmHg
N : 82 x/mnt
S : 36,5oC
P : 20 x/mnt
18.05
4. Pertahakan bed rest
selama perdarahan aktif
H: klien mendengar dan
melakukan anjuran yang
diberikan
18.10
5. Anjurkan pasien untuk
meningkatkan intake
makanan yang banyak
mengandung vitamin K .
H: klien mendengar dan
melakukan
anjuran(memberikan jus
buah jambu jawas)
6. Anjurkan pasien
18.12 banyak minum 2000
– 2500cc
H: klien minum
dengan jumlah
1500cc
18
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.2 Etiologi
Virus dengue termasuk flavirus, keluarga flavirdae. Terdapat 4 serotipe
virus yaitu DEN-1, DEN-2, DEN-3, DEN-4, keempatnya ditemukan di Indonesia
dengan DEN-3 serotipe terbanyak. Infeksi salah satu serotype akan menimbulkan
antobodi terhadap serotype yang bersangkutan, sedangkan antibody yang
terbentuk terhadap serotype lain sangat kurang, sehingga tidak memberikan
perlindungan yang memadai terhadap serotype lain tersebut. ( Sudoyo dkk, 2009)
Pada masyarakat umum kita tahu ahwa penyebab dari Dengue Haemoragic
adalah melalui gigitan nyamuk Aedes Aegepty. Virus demam berdarah memiliki 4
tipe yaitu: sarang 1, sarang 2, sarang 3 dan sarang 4 yang ditularkan melalui
nyamuk Aedes Aegepty. Nyamuk ini biasanya hidup dikawasan tropis dan
berkembang biak pada sumber udara yang tergenang. Keempatnya ditemukan di
Indonesia dengan DEN 3 serotipe terbanyak. (Sudoyo dkk, 2009)
2.1.3 Patofisiologi
Virus demam berdarah masuk ke tubuh akna menimbulkan demam karena
proses infeksi. Hal ini akan melanjutkan hipotalamus terjadi termoregulasi yang
akan meningkatkan reabsorbsi Na dan udara terjadi hipovolemi, selain itu juga
terjadi kebocoran plasma terjadi karena peningkatan permeabilitas membrane yang
19
juga menyebabkan syok dan jika tidak teratasi akan terjadi hipoksia jaringan yang
dapat menyebabkan kematian (Suroyo dkk, 2009)
Selain itu kerusakan endotel jaringan juga bisa menyebabkan
trombositopenia yang akan mengakibatkan perdarahan dan jika virus masuk ke
usus dan menyebabkan gastroenteritis bisa terjadi mual dan muntah.
20
Penurunan kesadaran, gelisah
Nadi cepat
Hipotensi
Tekanan darah turun ≤ 20 mmHg
Perfusi perifer menurun
Kulit dingin-lembab.
21
Penatalaksanaan medik dari DBD yaitu: (Arif dkk, 2007)
1. Uji rumple leed/ tourniquet positif
2. Tirah baring
3. Makanan yang lunak dan bila belum nafsu makan diberi minum 1,5-2 liter
dalam 24 jam.
4. Medikamentosa yang bersifat simtomatis. Untuk hipereksia dapat diberi
kompres, antiseptic golongan asetaminofen, eukinin ataupun dipiron dan
jnagan berikan asetosal karena bahaya perdarahan
5. Antibotik diberikan bla terdapat kemungkinan terjadi infeksi sekunder.
22
KEBUTUHAN RASA NYAMAN NYERI
2.2 Tinjauan Medis
2.1.1 Pengertian
Nyeri merupakan suatu kondisi lebih dari sekedar sensai tunggal yang
disebabkan oleh stimulus tertentu. Nyeri bersifat subjektif dan sangat bersifat
individualis.[ CITATION Has171 \l 1057 ]
Nyeri merupakan kondisi berupa perasaan tidak menyenangkan bersifat sangat
subjektif karena perasaan nyeri berbeda pada setiap orang dalam hal skala atau
tingkatannya, dan hanya orang tersebutlah yang dapat menjelaskan atau
mengevaluasi rasa nyeri yang didalamnya.[ CITATION AAz151 \l 1057 ]
Nyeri merupakan suatu pengalaman yang melelahkan dan membutuhkan enery.
Nyeri dapat mengganggu hubungan personal dan mengetahui makna hidup.
[ CITATION Pot10 \l 1057 ]
Nyeri adalah perasaan yang tidak nyaman yang sangat subjektif dan hanya
orang yang mengalaminya yang dapat menjelaskan dan mengevaluasi perasaan
tersebut.
2.1.2 Etiologi
Menurut [ CITATION Has171 \l 1057 ] factor yang mempengaruhi nyeri yaitu:
a. Usia
Usia merupakan factor penting yang mempengaruhi nyeri khususnya pada
anak-anak dan lansia. Perkembangan, yang ditemukan diantara dua kelompok
usia ini dapat mempengaruhi bagaimana anak-anak dan lansia bereaksi terhadap
nyeri
b. Jenis kelamin
Karakteristik jenis kelamin dan hubungannya dengan sifat keterpaparan
dan tingkat kerentangan memegang peranan tersedia. Berbagai penyakit
tertentu ternyata erat hubungannya dengan jenis kelamin, dengan berbagai sifat
tertentu.
23
c. Kebudayaan
Keyakinan dan nilai-nilai budaya mempengaruhi cara individu mengatasi
nyeri. Individu mempelajari apa yang diharapkan dana apa yang diterima oleh
kebudayaan mereka.
d. Makna nyeri
Individu akan mempresepsikan nyeri dengan cara yang berbeda-beda
e. Perhatian
Tingkat seorang pasien memfokuskan perhatiannya pada nyeri dapat
mempengaruhi berpresepsi nyeri.
f. Ansietas
Hubungan antara nyeri dan ansietas bersifat kompleks, ansietas sering kali
meningkatkan persepsi nyeri, tetapi nyeri juga dapat menimbulkan perasaan
ansietas.
g. Pengalaman terlebih dahulu
Individu yang mempunyai pengalaman yang multiple dan berkepanjangan
dengan nyeri akan lebih sedikit gelisah dan lebih toleran terhadap nyeri
dibanding dengan orang yang hanya mengalami sedikit nyeri.
h. Gaya koping
Mekanisme koping individu sangat mempengaruhi cara setiap orang dalam
mengatasi nyeri. Ketika seseorang mengalami nyeri dan menjalani keperawatan
dirumah sakit adalah hal yang sangat tak terkalahkan.
i. Dukungan keluarga dan social
Factor lain juga mempengaruhi respon terhadap nyeri adalah kehadiran dari
orang terdekat. Orang-orang yang sedang berada dalam keadaan nyeri sering
bergantung kepada keluarga untuk mensupport membantu atau melindungi.
3 Fisiologi nyeri
Menurut [ CITATION AAz151 \l 1057 ] fisiologi nyeri yaitu munculnya nyeri
berkaitan erat dengan reseptor dan adanya rangsangan. Reseptor nyeri yang
dimaksud adalah nociceptor, merupakan ujung-ujung saraf sangat bebas yang
24
dimiliki sedikit atau bahkan tidak memiliki myelin yang tersebar pada kulit dan
mukosa, khususnya pada visera, persendian, dinding arteri, hatri dan kantong
empedu. Reseptor nyeri dapat memberikan respon akibat adanya stimulasi atau
rangsangan stimulasi tersebut dapat berupa zat kimiawi seperti histamine,
bradykinin, prostaglandin, dan macam-macam asam yang dilepas apabila terdapat
kerusakan pada jaringan akibat kekurangan oksigen. Stimulasi yang lain dapat
berupa termal, listrik, atau mekanis.
Selanjutnya, stimulisi yang diterima oleh reseptor tersebut, distransmisikan
berupa impuls-impuls nyeri ke sumsum tulang belakang oleh dua jenis tersebut
yang bermielin rapat atau serabut A (delta) dan serabut lamban (serabut C).
impuls-impuls ditransmisikan ke serabut delta delta A mempunyai sifat inhibitor
yang ditransmisikan ke serabut c. serabut-serabut aferen masuk ke spinalis melalui
akar dorsal (dorsal root) serta sinapsis pada dorsal horn.
4 Klasifikasi nyeri
Menurut [ CITATION Has171 \l 1057 ] klasifikasi nyeri yaitu:
a. Jenis nyeri
Berdasarkan jenisnya nyeri dapat dibedakan menjadi nyeri perifer, sentral, dan
psikogenik.
1) Nyeri perifer dapat dibedakan menjadi beberapa yaitu :
a) Nyeri superfisial : rasa nyeri yang muncul akibat rangsangan pada
kulit dan mukosa.
b) Nyeri visceral : rasa nyeri timbul akibat rangsangan pada reseptor
nyeri di rongga abdomen, cranium dan toraks
c) Nyeri alih : nyeri dirasakan didaerah lain yang jauh dari jaringan
penyebab nyeri.
2) Nyeri sentral, nyeri yang muncul akibat rangsangan pada medulla
spinalis, batang otak dan telamus.
25
3) Nyeri psikogenik, nyeri yang penyebab fisiknya telah diketahui.
Umumnya nyeri ini disebabkan karena factor psikologi.
b. Bentuk nyeri
Bentuk nyeri dapat dibedakan menjadi nyeri akut dan nyeri kronik.
Table perbedaan nyeri akut dan nyeri kronik.
Karakteristik Nyeri akut Nyeri kronik
Pengalaman Suatu kejadian Situasi, status eksistensi
nyeri.
Sumber Factor eksternal atau Tidak diketahui
penyakit dalam
mendadak.
Serangan Mendadak Bisa mendadak atau
bertahap, tersembunyi.
Durasi Sampai 6 bulan 6 bulan lebih atau sampai
bertahun-tahun.
Penyataan nyeri Daerah nyeri diketahui Daerah nyeri sulit
dengan pasti dibedakan intensitasnya
dengan daerah yang
tidak nyeri sehingga sulit
di evaluasi.
Pola respon bervariasi
Gejala khas Pola respon yang khas
dengan gejala yang
lebih jelas. Gejala berlangsung terus
Perjalanan Umumnya gejala dengan intensitas yang
berkurang setelah tetap atau bervariasi.
beberapa waktu.
Penyembuhan total
Prognosis Baik dan mudah umumnya tidak terjadi.
26
dihilangkan
c. Stimulus nyeri
Menurut [ CITATION AAz151 \l 1057 ] seseorang dapat mentoleransi, menahan
nyeri (pain toleransi) atau dapat mengenali jumlah stimulasi nyeri sebelum
merasakan nyeri (pain threshoid). Terdapat beberapa jenis stimulasi nyeri,
diantaranya sebagai berikut :
1) Trauma pada jaringan tubuh, misalnya karena bedah akibat terjadinya
kerusakan dan iritasi secara langsung pada reseptor.
2) Gangguan pada jaringan tubuh, misalnya karena edema akibat terjadinya
penekanan pada reseptor nyeri.
3) Tumor, dapat dapat menekan pada reseptor nyeri.
4) Iskemia pada jaringan, misalnya terjadi biokade pada arteri koronia
yang menstimulasi reseptor nyeri akibat tertumpuknya asam laktat.
5) Spasme otot, dapat menstimulasi mekanik.
5 Pengukuran intensitas nyeri
Menurut [ CITATION AAz151 \l 1057 ] pengukuran intensitas nyeri ialah :
a. Skala nyeri menurut (Hayward)
Pengukuran intensistas nyeri dengan menggunakan skala menurut Hayward
dilakukan dengan meminta penderita untuk memilih salah satu bilangan 0-10
yang menurutnya paling menggambarkan pengalaman nyeri yang sangat ia
rasakan.
b. Skala nyeri menurut (gill)
Pengukuran intensistas nyeri dengan menggunakan skala (gill) dilakukan
dengan meminta penderita untuk meminta salah satu bilangan dari 0-5 yang
menurutnya paling menggambarkan pengalaman nyeri yang sangat ia rasakan.
Skala nyeri menurut (gill) dapat dituliskan sebagai berikut:
O = tidak nyeri
1 = nyeri ringan
2 = nyeri sedang
27
3 = nyeri berat atau parah
4 = nyeri sangat berat
5 = nyeri hebat.
A. Pengkajian Keperawatan (Wijaya, 2013)
a. Identitas pasien
Meliputi nama, umur, status, diagnosa medis, tanggal MRS, keluarga yang dapat
dihubungi dan nomor register
b. Riwayat kesehatan
1) Keluhan utama
Biasanya pasien dating kerumah sakit dengan keluhan demam lebih dari 3
hari, tidak mau makan, terdapat bintik merah pada tubuh
2) Riwayat kesehatan sekarang
a) Suhu tubuh meningkat sehingga menggigil yang menyebabkan sakit
kepala
b) Tidak nafsu makan, mual dan muntah, sakit saat menelan, lemah.
c) Nyeri otot dan persendian
d) Konstipasi dan bisa juga diare
e) Mukosa mulut kering, perdarahan gusi, lidah kotor
f) Batuk ringan
g) Mata terasa pegal, sering mengeluarkan air mata
h) Ruam pada kulit (kemerahan)
i) Perdarahan pada kulit ekimosis, hematoma, dan perdarahan lain:
epitaksis, hematemesis, hematuria dan malena
3) Riwayat kesehatan dahulu
a) Pernah menderita DBD
b) Riwayat kurang gizi
c) Riwayat aktivitas sehari-hari
d) Pola hidup
28
Tanda-tanda vital: suhu meningkat, tekanan darah dapat menimgkat, nadi
takardi, pernapasan dapat normal meningkat.
2. Pengkajian sistem tubuh.
Integumen: ruam, ptekie, ekimosis, purpura, hematoma, hiperemi
Kepala dan leher: ada atau tidaknya pembesaran kelenjar limfe
Mata: conjungtiva hiperemi, lakrimasi foto fobia
Sistem kardiovaskuler: bisa terjadi hipotensi, hipertensi takikardi dan
bradikardi
Abdomen: hepatomegaly, splenomegaly dan nyeri tekan hati
Musculoskeletal: nyeri sendi dan otot
Kriteria Hasil:
Mendemonstrasikan batuk efektif dan suara napas yang bersih, tidak ada
sianosis dan dyspnea.
Menunjukkan jalan napas yang paten.
Tanda-tanda vital dalam rentang normal
NIC:
29
2. Monitor bunyi napas tambahan
3. Posisikan fowler atau semi fowler
4. Lakukan fisioterapi dada jika perlu
5. Lakukan nebulizer jika perlu
6. Berikan oksien jika perlu
7. Anjurkan minum yang hangat
Thermoregulation
Kriteria Hasil:
NIC:
Circulation status
Tissue perfusion: cerebral
Kriteria Hasil:
30
Berkomunikasi dengan jelas dan sesuai dengan kemampuan
Menunjukkan perhatian, konsentrasi dan orientasi
Memproses informasi
Membuat keputuan dengan benar
NIC:
1. Periksa sirkulsai perifer (nadi perifer, edema, pengisian kapiler)
2. Monitor panas, kemerahan, nyeri atau bengkak pada ekstremitas
3. Hindari pengukuran tekanan darah pada ekstremitas dengan keterbatasan
perfusi
4. Anjurkan program diet untuk memperbaiki sirkulasi
5. Kolaboarsi pemberiak analgesic dan kortikosteroid Jika perlu
4. Nyeri akut b.d agen cidera biologis
NOC:
Pain level
Pain control
Comfort level
Kriteria Hasil:
NIC:
Fluid balance
Hydration
Nutritional status: food and fluid
31
Kriteria Hasil:
Mempertahankan urine output sesuai dengan usia dan BB, urine normal HT
normal
Tekanan darah, nadi, suhu tuuh dalam batas normal
Tidak ada tanda-tanda vital dehidrasi, elastis turgor kulit baik, membrane
mukosa lembab, tidak ada rasa haus yang berlebihan
NIC:
Kriteria Hasil:
NIC:
32
6. Kolaborasi dengan ahli gizi untul menentukan jumlah kalori dan jenis
nutrient yang dibutuhkan.
7.
D. Implementasi Keperawatan
Merupakan tahap ke empat dari proses keperawatan dimana rencana
perawatan telah ditentukan dan dilaksanakan. Selama pelaksanaan. Implementasi
perawat melaksanakan asuhan keperawatan. Instruksi keperawatan
diimplementasikan/ dilaksanakan untuk membantu pasie memenuhi kriteria hasil.
E. Evaluasi
Evaluasi merupakan tahap akhir dari proses keperawatan dengan cara menilai
sejauh mana tujuan dari rencana keperawatan tercapai atau tidak. Evaluasi
keperawatan dicatat diseusaikan dengan setiap diagnosa keperawatan
33
BAB 3
KESIMPULAN DAN SARAN
3.1 Kesimpulan
Demam berdarah adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus dengue
dengan manifestasi klinis demam, nyeri otot, nyeri sendi yang disertai leukopenia,
ruam limfadenopati, trombositopenia dan ditesis haemoragik. Pada DBD terjadi
pembesaran plasma yang ditandai dengan hemokonsentrasi (peningkatan
hematocrit) atau penumpukan cairan dirongga tubuh. Berdasarkan laporan kasus
diatas terdapat pengkajian pada pasien meliputi pengkajian amnanesa keluahan
utama, pengkajian nyeri , pengkajian perkebutuhan, setelah itu diagnose yang
muncul dari hasil penkajian yaitu hipertermi, nyeri akut berhubungan dengan agen
cedera biologis dan resiko pendarahan, setelah muncul diagnose, menyusun
intervensi antara lain yaitu : pengkajian nyari, mengukur tanda-tanda vital dan
tranfusi darah trombosit dan implementasi dan evaluasi..
3.2 Saran
1. Petugas pelayanan Kesehatan diharapkan mampu meningkatkan kinerja perawat
dan tenaga medis yang lain sehingga mampu meningkatkan asuhan keperawatan
pada pasien dengan DBD
2. Tegana kesehatan khususnya perawat diharapkan untuk melanjutkan asuhan
keperawatan yang sudah dikelola penulis yang bertujuan untuk pemulihan
kesehatan pasien dan dalam perawatan penyakit DBD disesuaikan dengan
kebutuhan pasien, dan memberikan healt education kepada pasien dan keluarga
tentang penyakit dbd .
3. Pasien dan keluarga pasien diharapkan mampu mengenali atau mengetahui tanda
dan gejala penyakit dbd. Sebaiknya lingkungan rumah dibersihan.
34
DAFTAR PUSTAKA
Aru W, sudoyo (2009). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, jilid II, edisi V. Jakarta: Interana
Publishing
Lestari Titik (2016). Asuhan Keperawatan Anak. Yogyakarta: Nuha Medika
Manjoer Arief, dkk (2007). Kapita Selekta Kedokteran. Edisi ke-3. Jakarta: Medica
Aescalapius, FKUI
Nurarif H, Amin & Kusuma (2015). Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosis Medis
dan NANDA NIC-NOC
PPNI (2018). Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia. Jakarta: DPP PPNI
PPNI (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. Jakarta: DPP PPNI
Wijaya S (2013). Keperawatan Medikal Bedah 2, Keperawatan Dewasa Teori dan Contoh
Askep. Yogyakarta: Nuha Medika
35