1. Definisi
Berat badan lahir rendah (BBLR) adalah bayi baru lahir dengan berat badan pada saat
kelahiran kurang dari 2500 gram atau lebih rendah (WHO, 1961). BBLR merupakan bayi
(neonatus) yang lahir dengan memiliki berat badan kurang dari 2500 gram atau sampai dengan
2499 gram (Hidayat, 2005). BBLR adalah bayi yang lahir dengan berat badan kurang dari 2500
gram tanpa memperhatikan usia gestasi (Wong, 2009). Jadi dapat disimpulkan bahwa bayi berat
lahir rendah adalah bayi baru lahir dengan berat badan kurang dari 2500 gram tanpa melihat
apakah prematur atau dismatus yang dapat menyebabkan terjadinya gangguan pertumbuhan dan
pematangan (maturitas) organ serta menimbulkan kematian.
11) Pengaruh kebiasaan merokok dan minum alkohol terhadap kejadian BBLR
Merokok dan minum alkohol merupakan salah satu kebiasaan buruk bagi ibu hamil yang akan
berpengaruh terhadap janin yang dikandungnya. Menurut penelitian Haworth dkk, bahwa berat
badan bayi yang lahir dari ibu perokok lebih rendah dari ibu yang bukan perokok, walaupun
penambahan berat badan selama hamil dan asupan energi sama. Beberapa penulis
mengemukakan bahwa ibu hamil yang merokok lebih sering melahirkan bayi yang lebih kecil
dibanding ibu hamil yang tidak merokok. Hal ini disebabkan beberapa hal :
a) Karbonmonoksida dan inaktifasi fungsionalnya pada hemoglobin janin dan ibu.
b) Aksi vasokonstriksi dan nikotin menyebabkan menurunnya perfusi darah ke plasenta.
c) Merokok menyebabkan menurunnya selera makan ibu sehingga asupan energi ibu hamil
berkurang, walaupun ada beberapa ibu perokok yang selera makannya tidak berubah.
d) Berkurangnya volume plasma akibat hipoksia kronik.
e) Ibu hamil peminum alkohol mempunyai risiko untuk melahirkan bayi dengan fetal alcohol
syndrome. Sindrom ini mencakup kelahiran prematur, retardasi pertumbuhan janin, cacat lahir
dan retardasi mental. Risiko ini berhubungan dengan jumlah alkohol yang diminum setiap
harinya, usia kehamilan saat ibu hamil minum alkohol dan lamanya ibu tersebut mengkonsumsi
minuman beralkohol. Makin banyak alkohol yang dikonsumsi, semakin besar resiko
terganggunya pertumbuhan janin; sebaliknya semakin kurang mengkonsumsi alkohol, resiko
terganggunya janin akan semakin kecil, tetapi masih ada. Bila ibu hamil mengkonsumsi alkohol
pada trimester pertama kehamilan saat berlangsung organogenesis janin, maka resiko abortus
akan lebih besar. Bila mengkonsumsi alkohol pada trimester kedua saat terjadi perkembangan
ukuran sel, maka akan berpengaruh pada berat janin yang dikandungnya.
12) Pengaruh jenis kelamin terhadap kejadian BBLR
Perbedaan jenis kelamin ikut berperan pada berat badan lahir. rata-rata berat badan lahir bayi
laki-laki 150 gram lebih berat dibanding bayi perempuan. Setelah minggu ke-20 mulai terdapat
perbedaan antara pertumbuhan janin laki-laki dan perempuan. Menurut Kloosterman (1969)
perbedaan ini dapat mencapai 135 gram pada kehamilan 40 minggu. Jadi bayi laki-laki seringkali
lebih berat dari bayi perempuan.
13) Pengaruh riwayat melahirkan BBLR sebelumnya terhadap resiko kejadian BBLR
Ibu dengan riwayat melahirkan BBLR pada partus sebelumnya mempunyai kemungkinan untuk
melahirkan anak berikutnya dengan BBLR.
4. Patofisiologi
Menurunnya simpanan zat gizi. Hampir semua lemak, glikogen, dan mineral, seperti zat besi,
kalsium, fosfor dan seng dideposit selama 8 minggu terakhir kehamilan. Dengan demikian bayi
preterm mempunyai peningkatan potensi terhadap hipoglikemia, rikets dan anemia.
Meningkatnya kkal untuk bertumbuh. BBLR memerlukan sekitar 120 kkal/ kg/hari,
dibandingkan neonatus aterm sekitar 108 kkal/kg/hari. Belum matangnya fungsi mekanis dari
saluran pencernaan. Koordinasi antara isap dan menelan, dengan penutupan epiglotis untuk
mencegah aspirasi pneumonia, belum berkembang dengan baik sampai kehamilan 32-42 minggu.
Penundaan pengosongan lambung dan buruknya motilitas usus sering terjadi pada bayi preterm.
Kurangnya kemampuan untuk mencerna makanan. Bayi preterm mempunyai lebih sedikit
simpanan garam empedu, yang diperlukan untuk mencerna dan mengabsorbsi lemak ,
dibandingkan bayi aterm. Produksi amilase pankreas dan lipase, yaitu enzim yang terlibat dalam
pencernaan lemak dan karbohidrat juga menurun. Kadar laktase juga rendah sampai sekitar
kehamilan 34 minggu. Paru-paru yang belum matang dengan peningkatan kerja bernafas dan
kebutuhan kalori yang meningkat. Masalah pernafasan juga akan mengganggu makanan secara
oral. Potensial untuk kehilangan panas akibat luasnya permukaan tubuh dibandingkan dengan
berat badan, dan sedikitnya lemak pada jaringan bawah kulit memberikan insulasi. Kehilangan
panas ini meningkatkan keperluan kalori. (Moore, 1997).
Pathways
BBLR
Faktor Pencetus
Asupan gizikurang
O2 dalamdarah CO2
Mudah kehilanganpanas
7. Komplikasi
Ada beberapa hal yang dapat terjadi apabila BBLR tidak ditangani secepatnya menurut Mitayani,
2009 yaitu :
a. Sindrom aspirasi mekonium (menyebabkan kesulitan bernapas pada bayi)
b. Hipoglikemia simptomatik, terutama pada laki-laki
c. Penyakit membran hialin: disebabkan karena surfaktan paru belum sempurna/ cukup, sehingga
olveoli kolaps. Sesudah bayi mengadakan inspirasi, tidak tertinggal udara residu dalam alveoli,
sehingga selalu dibutuhkan tenaga negatif yang tinggi untuk yang berikutnya
d. Asfiksia neonetorum
e. Hiperbilirubinemia
Bayi dismatur sering mendapatkan hiperbilirubinemia, hal ini mungkin disebabkan karena
gangguan pertumbuhan hati.
3. Intervensi
a. Pola nafas yang tidak efektif yang berhubungan dengan imaturitas pusat pernapasan,
keterbatasan perkembangan otot penurunan otot atau kelemahan, dan ketidakseimbangan
metabolik
Tujuan : setelah dilakukan tindakan, pola napas kembali efektif
Kriteria hasil:
Neonatus akan mempertahankan pola pernapasan periodik
Membran mukosa merah muda
Intervensi Rasional
Mandiri: 1. Membantu dalam membedakan
1. Kaji frekwensi dan pola pernapasan, periode perputaran pernapasan
perhatikan adanya apnea dan normal dari serangan apnetik sejati,
perubahan frekwensi jantung terutama sering terjadi pad gestasi
2. Isap jalan napas sesuai kebutuhan minggu ke-30
3. Posisikanm bayi pada abdomen atau 2. Menghilangkan mukus yang
posisi telentang dengan gulungan neyumbat jalan napas
popok dibawah bahu untuk 3. Posisi ini memudahkan pernapasan
menghasilkan hiperekstensi dan menurunkan episode apnea,
4. Tinjau ulang riwayat ibu terhadap khususnya bila ditemukan adanya
obat-obatan yang akan memperberat hipoksia, asidosis metabolik atau
depresi pernapasan pada bayi hiperkapnea
Kolaborasi : 4. Magnesium sulfat dan narkotik
1. Pantau pemeriksaan laboratorium menekan pusat pernapasan dan
sesuai indikasi aktifitas SSP
2. Berikan oksigen sesuai indikasi 5. Hipoksia, asidosis netabolik,
3. Berikan obat-obatan yang sesuai hiperkapnea, hipoglikemia,
indikasi hipokalsemia dan sepsis
memperberat serangan apnetik
6. Perbaikan kadar oksigen dan
karbondioksida dapat
meningkatkan funsi pernapasan
b. Resiko termoregulasi inefektif yang berhubungan dengan SSP imatur (pusat regulasi residu,
penurunan massa tubuh terhadap area permukaan, penurunan lemak sebkutan, ketidakmampuan
merasakan dingin dan berkeringat, cadangan metabolik buruk).
Tujuan : termoregulasi menjadi efektif sesuai dengan perkembangan
Kriteria hasil :
Mempertahankan suhu kulit atau aksila (35 – 37,50C)
Intervensi Rasional
Mandiri : 1. Hipotermia membuat bayi
1. Kaji suhu dengan memeriksa suhu cenderung merasa stres karena
rektal pada awalnya, selanjutnya dingin, penggunaan simpanan
periksa suhu aksila atau gunakan lemak tidak dapat diperbaruai bila
alat termostat dengan dasar terbuka ada dan penurunan
dan penyebar hangat. sensivitas untuk meningkatkan
2. tempatkan bayi pada inkubator kadar CO2 atau penurunan kadar
atau dalam keadaan hangat O2.
3. pantau sistem pengatur suhu , 2. Mempertahankan lingkungan
penyebar hangat (pertahankan termonetral, membantu mencegah
batas atas pada 98,6°F, bergantung stres karena dingin
pada ukuran dan usia bayi) 3. Hipertermi dengan peningkatan
4. kaji haluaran dan berat jenis urine laju metabolisme kebutuhan
5. pantau penambahan berat badan oksigen dan glukosa serta
berturut-turut. Bila penambahan kehilangan air dapat terjadi bila
berat badan tidak adekuat, suhu lingkungan terlalu tinggi.
tingkatkan suhu lingkungan sesuai4. Penurunan keluaran dan
indikasi. peningkatan berat jenis urine
6. Perhatikan perkembangan dihubungkan dengan penurunan
takikardia, warna kemerahan, perfusi ginjal selama periode stres
diaforesis, letargi, apnea atau karena rasa dingin
aktifitas kejang. 5. Ketidakadekuatan penambahan
berat badan meskipun masukan
kalori adekuat dapat menandakan
bahwa kalori digunakan untuk
mempertahankan suhu lingkungan
tubuh, sehingga memerlukan
peningkatan suhu lingkungan.
6. Tanda-tanda hip[ertermi ini dapat
berlanjut pada kerusakan otak bila
tidak teratasi.
7. Stres dingin meningkatkan
Kolaborasi : kebutuhan terhadap glukosa dan
1. pantau pemeriksaan laboratorium oksigen serta dapat
sesuai indikasi (GDA, glukosa mengakibatkan masalah asam basa
serum, elektrolit dan kadar bila bayi mengalami metabolisme
bilirubin) anaerobik bila kadar oksigen yang
2. berikan obat-obat sesuai dengan cukup tidak tersedia. Peningkjatan
indikasi kadar bilirubin indirek dapat
· fenobarbital terjadi karena pelepasan asam
lemak dari meta bolisme lemak
coklat dengan asam lemak
bersaing dengan bilirubin pada
pada bagian ikatan di albumin.
8. Membantu mencegah kejang
berkenaan dengan perubahan
fungsi SSP yang disebabkan
hipertermi
9. Memperbaiki asidosis yang dapat
terjadi pada hiportemia dan
hipertermia
c. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan yang berhubungan dengan penurunan simpanan nutrisi,
imaturitas produksi enzim, otot abdominal lemah, dan refleks lemah
Tujuan : nutrisi terpenuhi sesuai kebutuhan
Kriteria hasil :
Bayi mendapat kalori dan nutrien esensial yang adekuat
Mempertahankan pertumbuhan dan peningkatan berat badan dalam kurva normal dengan
penambahan berat badan tetap, sedikitnya 20-30 gram/hari.
Intervensi Rasional
Mandiri : 1. Menentukan metode pemberian
1. Kaji maturitas refleks berkenaan makan yang tepat untuk bayi
dengan pemberian makan 2. Pemberian makan pertama bayi
(misalnya : mengisap, menelan, dan stabil memiliki peristaltik dapat
batuk) dimulai 6-12 jam setelah
2. Auskultasi adanya bising usus, kaji kelahiran. Bila distres pernapasan
status fisik dan statuys pernapasan ada cairan parenteral di
3. Kaji berat badan dengan indikasikan dan cairan peroral
menimbang berat badan setiap hari, harus ditunda
kemudian dokumentasikan pada 3. Mengidentifikasikan adanya
grafik pertumbuhan bayi resiko derajat dan resiko terhadap
4. Pantau masuka dan dan pola pertumbuhan. Bayi SGA
pengeluaran. Hitung konsumsi dengan kelebihan cairan ekstrasel
kalori dan elektrolit setiap hari kemungkinan kehilangan 15% BB
5. Kaji tingkat hidrasi, perhatikan lahir. Bayi SGA mungkin telah
fontanel, turgor kulit, berat jenis mengalami penurunan berat badan
urine, kondisi membran mukosa, dealam uterus atau mengalami
fruktuasi berat badan. penurunan simpanan
6. Kaji tanda-tanda hipoglikemia; lemak/glikogen.
takipnea dan pernapasan tidak 4. Memberikan informasi tentang
teratur, apnea, letargi, fruktuasi masukan aktual dalam
suhu, dan diaphoresis. Pemberian hubungannya dengan perkiraan
makan buruk, gugup, menangis, kebutuhan untuk digunakan dalam
nada tinggi, gemetar, mata terbalik, penyesuaian diet.
dan aktifitas kejang. 5. Peningkatan kebutuhan metabolik
dari bayi SGA dapat
Kolaborasi : meningkatkan kebutuhan cairan.
1. Pantau pemeriksaan laboratorium Keadaan bayi hiperglikemia dapat
sesuai indikasi mengakibatkan diuresi pada bayi.
· Glukas serum Pemberian cairan intravena
· Nitrogen urea darah, kreatin, mungkin diperlukan untuk
osmolalitas serum/urine, elektrolit memenuhi peningkatan
urine kebutuhan, tetapi harus dengan
2. Berikan suplemen elektrolit sesuai hati-hati ditangani untuk
indikasi misalnya kalsium glukonat menghindari kelebihan cairan
10% 6. Karena glukosa adalah sumber
utama dari bahan bakar untuk
otak, kekurangan dapat
menyebabkan kerusakan SSP
permanen.hipoglikemia secara
bermakna meningkatkan mobilitas
mortalitas serta efek berat yang
lama bergantung pada durasi
masing-masing episode.
Kolaborasi :
1. Hipoglikemia dapat terjadi pada
awal 3 jam lahir bayi SGA saat
cadangan glikogen dengan cepat
berkurang dan glukoneogenesis
tidak adekuat karena penurunan
simpanan protein obat dan lemak.
2. Mendeteksi perubahan fungsi
ginjal berhubungan dengan
penurunan simpanan nutrien dan
kadar cairan akibat malnutrisi.
3. Ketidakstabilan metabolik pada
bayi SGA/LGA dapat
memerlukan suplemen untuk
mempertashankan homeostasis.
d. Resiko infeksi yang berhubungan dengan pertahanan imunologis yang tidak efektif
Tujuan : pasien tidak memperlihatkan adanya tanda infeksi
Kriteri hasil :
Suhu 350C
Tidak ada tanda-tanda infeksi
Leukosit 5.000 – 10.000
Intervensi Rasional
Mandiri : 1. Untuk mengetahui lebih dini
1. Kaji adanya tanda – tanda infeksi adanya tanda-tanda terjadinya
2. Lakukan isolasi bayi lain yang infeksi
menderita infeksi sesuai kebijakan 2. Tindakan yang dilakukan untuk
insitusi meminimalkan terjadinya
3. Sebelum dan setelah menangani infeksi yang lebih luas
bayi, lakukan pencucian tangan 3. Untuk mencegah terjadinya
4. Yakinkan semua peralatan yang infeksi
kontak dengan bayi bersih dan 4. Untuk mencegah terjadinya
steril infeksi
5. Cegah personal yang mengalami 5. Untuk mencegah terjadinya
infeksi menular untuk tidak kontak infeksi yang berlanjut pada bayi
langsung dengan bayi.
e. Resiko kekurangan volume cairan yang berhubungan dengan usia dan berat ekstrem, kehilangan
cairan berlebihan (kulit tipis), kurang lapisan lemak, ginjal imatur/ kegagalan mengonsentrasikan
urine.
Tujuan : cairan terpenuhi
Kriteria hasil :
bebas dari tanda dehidrasi.
Menunjukkan penambahan berat badan 20-30 gram/hari.
Intervensi Rasional
Mandiri : 1. Pengeluaran harus 1-3 ml/kg/jam,
1. Bandingkan masukan dan sementara kebutuhan terapi cairan
pengeluaran urine setiap shift dan kira-kira 80-100 ml/kg/hari pada
keseimbangan kumulatif setiap hari pertama, meningkat sampai
periodik 24 jam 120-140 ml/kg/hari pada hari
2. Pantau berat jenis urine setiap ketiga postpartum. Pengambilan
selesai berkemih atau setiap 2-4 darah untuk tes menyebabkan
jam dengan menginspirasi urine penurunan kadar Hb/Ht.
dari popok bayi bila bayi tidak 2. Meskipun imaturitas ginjal dan
tahan dengan kantong penampung ketidaknyamanan untuk
urine. mengonsentrasikan urine biasanya
3. Evaluasi turgor kulit, membran mengakibatkan berat jenis yang
mukosa, dan keadaan fontanel rendah pada bayi preterm
anterior. ( rentang normal1,006-1,013).
4. Pantau tekanan darah, nadi, dan Kadar yang rendah menandakan
tekanan arterial rata-rata (TAR) volume cairan berlebihan dan
Kolaborasi : kadar lebih besar dari 1,013
1. Pantau pemeriksaan laboratorium menandakan ketidakmampuan
sesuai dengan indikasi Ht masukan cairan dan dehidrasi.
2. Berikan infus parenteral dalam 3. Kehialangan atau perpindahan
jumlah lebih besar dari 180 ml/kg, cairan yang minimal dapat dengan
khususnya pada PDA, displasia cepat menimbulkan dehidrasi,
bronkopulmonal (BPD), atau entero terlihat oleh turgor kulit yang
coltis nekrotisan (NEC) buruk, membran mukosa kering,
3. Berikan tranfusi darah. dan fontanel cekung.
4. Kehilangan 25% volume darah
mengakibatakan syok dengan
TAR < 25 mmHg menandakan
hipotensi.
5. Dehidrasi meningkatkan kadar Ht
diatas normal 45-53% kalium
serum
6. Hipoglikemia dapat terjadi karena
kehilangan melalui selang
nasogastrik diare atau muntah.
7. Penggantian cairan darah
menambah volume darah,
membantu mengenbalikan
vasokonstriksi akibat dengan
hipoksia, asidosis, dan pirau
kanan ke kiri melalui PDA dan
telah membantu dalam penurunan
komplikasi enterokolitis
nekrotisan dan displasia
bronkopulmonal.
8. Mungkin perlu untuk
mempertahankan kadar Ht/Hb
optimal dan menggantikan
kehilangan darah.
f. Resiko cedera akibat bervariasinya aliran darah otak, hipertensi atau hipotensi sistemik, dan
berkurangnya nutrient seluler (glukosa dan oksigen) yang berhubungan dengan system sraf
sentral dan respons stress fisiologis imatur.
Tujuan : pasien mendapatkan asuhan untuk mencegah cedera dan memeprtahankan aliran darah
sistemik dan otak memadai, glukosa dan oksigen otak adekuat; tidak memperlihatkan adanya
perdarahan intaventrikular.
Kriteria hasil:
Pasien tidak memperlihatkan tanda peningkatan tekanan intrakranial atau perdarahan
intraventrikel.
Intervensi Rasional
1. Kurangi rangsangan lingkungan 1. Respons stres, terutama
2. Organisasikan asuhan selama peningkatan tekanan darah, dapat
jamsibuk normal sebanyak miningkatkan resiko peningkatan
mungkin TIK
3. Tutup dan buka kelambu dan 2. Untuk meminimalkan gangguan
lampu tidur tidur dan kebisingan intermiten
4. Tutup inkubator dengan kain dan yang sering
pasang tanda “jangan diganggu” 3. Untuk memungkinkan jadwal
5. Kaji dan tangani nyeri siang dan malam
menggunakan metode farmakologis4. Untuk mengurangi cahaya dan
dan non-farmakologis tidak membangunkan periode
6. Kenali tanda stres fisik dan istirahat bayi
stimulasi berlebih 5. Nyeri meningkatkan tekanan
7. Hindari obat dan larutan hipertonis darah
8. Pertahankan oksigenasi yang 6. Untuk segera memberi intervensi
adekuat yang memadai
9. Hindari memutar kepala ke 7. Akan meningkatkan tekanan
samping tiba-tiba darah otak
8. Hipoksia akan meningkatkan
aliran darah otak tekanan
intrakranial
9. Akan mengurangi aliran arteri
karotis dan oksigenasi ke otak
j. Kecemasan orang tua berhubungan dengan kondisi penyakit bayinya ditandai dengan orang tua
klien tampak cemas dan khawatir malihat kondisi bayinya, dan berharap agar bayinya cepat
sembuh.
Tujuan: keluraga mendapat informasi tentang kemajuan kondisi bayinya
Kriteria hasil:
Orang tua/keluarga mengekspreikan perasaan dan keprihatinan mengenai bayi dan prognosis
serta memperlihatkan pemahaman dan keterlibatan dalam asuhan
Intervensi Rasional
1. Kaji tingkat pemahaman klien 1. Belajar tergantung pada emosi
berikan instruksi /informasi pada dan kesiapan fisik dan diingatkan
klien maupun keluarga tentang pada tahapan individu
penyakitnya, baik tertulis atau lisan.
2. Menurunkan ansietas dan dapat
2. Jelaskan proses penyakit individu. menimbulkan perbaikan
Dorong orang terdekat menanyakan partisipasi pada rencana
pertanyaan pengobatan.
3. Jelaskan tentang dosis obat, 3. Meningkatkan kerjasama dalam
frekwensi, tujuan pengobatan dan program pengobatan dan
alasan tentang pemberian obat mencegah penghentian obatsesuai
kepeda keluarga perbaikan kondisi pasien.
4. Kaji potensial efek samping 4. Mencegah/menurunkan
pengobatan ketidaknyaman sehubungan
dengan terapi dan meningkatkan
kerjasam dalam program
DAFTAR PUSTAKA
Mansjoer, Arif, dkk. (2001). Kapita Selekta Kedokteran Edisi ketiga Jilid 1. Jakarta : EGC.
WWW. Pediatric.com
Direktorat Bina Kesehatan Keluarga. 2008. Paket Pelatihan Pelayanan Obstetri dan Neonatal
Emergensi Dasar (PONED). Jakarta: Depkes RI