Anda di halaman 1dari 20

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kolik renal adalah rasa sakit yang hebat pada organ renal (ginjal) akibat

dari gangguan pada ginjal misalnya batu pada ginjal. Kolik renal

dikarakterisasikan sebagai nyeri hebat yang intermiten (hilang-timbul)

biasanya didaerah antara iga dan panggul, yang menjalar sepanjang

abdomen dan berakhir pada area genital dan paha bagian dalam, kolik

renal biasanya berawal di punggung bagian mid-lateral atas dan menjalar

anterior inferior menuju daerah lipatan paha dan kelamin. Nyeri yang

timbul akibat kolik renal terutama disebabkan oleh dilatasi, peregangan,

dan spasme traktus urinarius yang disebabkan oleh obstruksi ureter akut.

Ketika ada obstruksi yang kronik, seperti kanker, biasanya tidak dirasakan

nyeri.

B. Rumusan Masalah

1. Apakah definisi kolik renal ?

2. Apakah etiologi kolik renal ?

3. Apakah patofisiologi kolik renal ?

4. Apakah manifestasi klinis kolik renal ?

5. Apakah diagnosis kolik renal ?

6. Bagaimana pemeriksaan penunjang kolik renal ?

7. Bagaimana penatalaksanaan kolik renal ?

8. Bagaimana pencegahan kolik renal ?

9. Askep teori kolik renal ?


C. Tujuan

1. Untuk mengetahui definisi kolik renal ?

2. Untuk mengetahui etiologi kolik renal ?

3. Untuk mengetahui patofisiologi kolik renal ?

4. Untuk mengetahui manifestasi klinis kolik renal ?

5. Untuk mengetahui diagnosis kolik renal ?

6. Untuk mengetahui pemeriksaan penunjang kolik renal ?

7. Untuk mengetahui penatalaksanaan kolik renal ?

8. Untuk mengetahui pencegahan kolik renal ?

9. Untuk mengetahui askep teori kolik renal


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian

Kolik renal dikarakterisasikan sebagai nyeri hebat yang intermiten

(hilang-timbul) biasanya didaerah antara iga dan panggul, yang menjalar

sepanjang abdomen dan berakhir pada area genital dan paha bagian dalam,

kolik renal biasanya berawal di punggung bagian mid-lateral atas dan

menjalar anterior inferior menuju daerah lipatan paha dan kelamin. Nyeri

yang timbul akibat kolik renal terutama disebabkan oleh dilatasi,

peregangan, dan spasme traktus urinarius yang disebabkan oleh obstruksi

ureter akut. Ketika ada obstruksi yang kronik, seperti kanker, biasanya

tidak dirasakan nyeri.

Pola nyeri bergantung pada ambang rangsang nyeri seseorang, persepsi,

serta kecepatan maupun derajat perubahan tekanan hidrostatik didalam

ureter pelvis renal proksimal. Peristaltik ureter dan perpindahan batu ginjal

dapat memicu eksaserbasi akut rasa nyeri. Pasien seringkali dapat

menunjuk pada lokasi nyeri, yang kemungkinan besar adalah situs

obstruksi ureteral. Kolik renal dapat pula dirasakan pada daerah tubuh

yang tidak patologis (referred pain).

B. Etiologi

Etiologi paling umum adalah melintasnya batu ginjal. Bertambah

parahnya nyeri bergantung pada derajat dan tempat terjadinya obstruksi:

bukan pada keras, ukuran, atau sifat abrasi batu ginjal. Bekuan darah atau

fragmen jaringan juga dapat menyebabkan hal yang sama. Kolik renal
bekuan darah sering ditemui pada penyakit gangguan pembekuan darah

herediter atau didapat, trauma, neoplasma dari ginjal dan traktus urinarius,

perdarahan setelah biopsi renal perkuatan, kista renal, malformasi vaskular

renal, mekrosis papilar, tuberkolosis, dan infark pada ginjal. Kolik

sesungguhnya terjadi karena refluks vesikolateral. Batu ginjal yang

bergerak sepanjang ureter dan hanya mnyebabakan rasa nyeri yang lebih

hebat daripada batu yang tidak bergerak. Suatu obstruksi konstan akan

memicu berbagai mekanisme autoregulasi dan refleks yang akan

membantu meredakan nyeri. Dua piluh empat jam setelah obstruksi

ureteral total, tekanan hidrostatik akan menurun karena: penurunan

peristaltik ureteral, penurunan aliran darah arteri renal yang menyebabkan

penurunan produksi urin, edema interstital yang menyebabkan peningkatan

lymphatic drainage. Faktor-faktor ini menyebabkan kolik renal yang

berintensitas tinggi berdurasi kurang dari 24 jam. Kalau obstruksi bersifat

parsial, perubahan-perubahan yang sama terjadi, namun pada derajat yang

lebih ringan dan waktu yang lebih lama.

Serabut saraf nyeri pada renal umumnya saraf simpatis preganglion

yang mencapai korda spinal T-11 sampai L-2 melalui dorsal nerve roots.

Transmisi sinyal nyeri terjadi melalui traktus spinotalamikus.asenden.

Pada ureter bagian bawah,sinyal nyeri juga didistribusikan melalui saraf

genitofemoral dan N. Illioinguinal, N. Erigentes, yang mempersarafi ureter

inttramural dan kandung kemih, bertanggung jawab untuk beberapa gejala

kandung kemih. Ureter bagian atas pelvis renal: nyeri dari batu ureter

bagian atas condong untuk menjalar ke area pinggang dan area lumbar. Di

sisi kanan, hal ini bisa disalahartikan dengan kolelitasis atau kolesistisis.

Akut, ulkus peptikum dan gastritis.


Ureter bagian tengah: nyeri pada daerah ini menjalar ke bagian

kaudoanterior. Nyeri ini dapat menyerupai apendisitis jika berada dikanan

ataupun divertikulitis akut pada sisi kiri. Ureter distal: nyeri pada daerah

ini menjalar ke lipat paha, testikel pada pria maupun labia mayor pada

wanita karena nyeri ini dialihkan melalui N. Illioinguinal atau N.

Genitofemoral. Jika batu berada di ureter intramural, gejala yang muncul

mirip dengan sistitis atau uretritis. Gejala ini meliputi nyeri suprapubis,

urgensi, disuria, nyeri pada ujung penis, dan terkadang berbagai gejala GI

sperti diare dan tenesmus. Gejala ini bisa disalahartikan dengan penyakit

infalamasi pelvis, ruptur kista ovarium. Kebanyakan reseptor nyeri di

traktus urinarius atas yang bertanggung jawab atas persepsi kolik renal

berad di submukosa dari pelvis renal, kalix dan ureter bagian atas. Di

ureter, peningkatan peristaltik proksimal melalui aktivasi intrinsic ureteral

pacemakers berperan penting pada persepsi nyeri. Spasme otot,

peningkatan peristaltik proksimal, inflamasi lokal, iritasi, dan edema di

tempat obstruksi berperan terhadap perkembangan nyeri melalui aktivitas

kemoreseptor dan peregangan ujung saraf bebas submukosa. Mual dan

muntah sering dikaitkan dengan kolik renal akut dan terjadi setidaknya

50% pasien. Mual disebabkan oleh jalur persarafan yang umum dari pelvis

renal, lambung, usus melalui serabut sraf aferen vegal dan sumbu celiac.

Hal ini sering diperkuat lagi melalui efek analgesik narkotik yang

menginduksi mual dan muntah melalui efek langsung terhadap motilitas

GI dan efek tidak langsung pada chemoreceptor trigger zone (CTZ) di

medulla oblongata. Nonsteroidal anti-inflammatory drugs (NSAIDs)

seringkali dapat menyebabkan iritasi lambung dan masalah GI. Kolik


biasanya mengikuti pola yang khas yang mudah untuk dikenali, tetapi

bentuk yang atipikal dapat menimbulkan kesulitan diagnostik.

C. Patofisiologi

Batu-batu bisa menyebabkan sakit perut yang akut, ginjal dan

punggung. Pasien merasa resah karena sakit. Terdapat kebimbangan dan

pembakaran sensasi selama hajat dan kadang-kadang pasien ada darah

dalam air seni. Sakit ini juga dikenal sebagai renal colic.

Sakit perut dari organ ginjal (renal colic) biasanya hadir karena sakit

perut tiba-tiba mual akut, berselang perut mulas, sakit lambung (disamping

tubuh, antara tulang rusuk dan hip terakhir) yang dapat menyebar ke arah

bawah perut atau selangkangan paha. Hal ini sering dikaitkan dengan mual

dan muntah-muntah. Ini insiden yang menahun sekitar 16 per 10.000

orang masa insiden 2-5%. Renal colic, bersama dengan hematuria,

merupakan gejala klasik dari urolithiasis. Salah satu contohnya adalah

perdarahan di dalam ginjal yang dapat menghasilkan gumpalan, sementara

yang tersangkut di saluran kencing. Lainnya adalah kehamilan ectopic,

tetap ini biasanya akan dapat dijelaskan oleh ultrasound imaging. Pasien

dengan abdominal aortic gondok nadi dapat juga memiliki gejala yang

mirip renal colic karena urolithiasis. Pasien dengan gangguan usus akut

juga hadir dengan menyerupai renal colic, tetapi tidak seperti dengan

urolithiasis itu tidak berkaitan dengan hematuria.

D. Manifestasi Klinis

Bisa tanpa keluhan sama sekali. Nyeri kolik, yang terasa di satu sisi

pinggang atau perut, dapat ke alat kelamin (buah pelir, penis, vulva),
muncul mendadak, hilang timbul, dan intensitasnya kuat. Nyeri ginjal

(renal colic), yang terasa di pinggang, tidak menjalar, terjadi akibat

regangan kapsul ginjal, sering berhubungan dengan mual dan muntah.

Nyeri kandung kemih (buli-buli), terasa dibawah pusat. Urgensi yaitu rasa

ingin kencing sehingga terasa sakit. Disuria yaitu rasa nyeri saat kencing

atau sulit kencing. Polakisuria yaitu frekuensi kencing yang lebih sering

dari biasanya. Hematuria yaitu terdapat darah atau sel darah merah

(eritrosit) di air seni. Anuria yaitu jika produksi air seni < 200cc/hari.

Oliguria yaitu jika produksi air seni < 600cc/hari.

Gambaran umum kolik renal dibagi menjadi 2 tipe:

1. Kolok renal tipikal

Fase-fase serangan kolik renal akut .Nyeri ini terjadi disekitar

dermatom T-10 sampai S-4. Keseluruhan proses ini terjadi selama

3-18 jam. Ada 3 fase:

a. Fase akut/onset

Serangannya secara tipikal terjadi pada pagi atau malam hari

sehingga membangunkan pasien dari tidurnya. Jika terjadi pagi

hari, pasien umumnya mendeskripsikan serangan tersebut

sebagai serangan yang mulanya perlahan sehingga tidak

dirasakan. Sensai dimulai dari pinggang, unilateral, menyebar ke

sisi bawah, menyilang perut ke lipat paha (groin). Nyerinya

biasanya tetap, progresif, dan kontinu. Beberapa pasie

mengalami serangan intermiten yang paroksimal dan sangat

parah. Derajat nyeri bisa meningkat ke intensitas maksimum


setelah 30 menit sampai 6 jam atau lebih lama lagi. Pasien

umumnya mencapai nyeri puncak pada 1-2 jam setelah onset.

b. Fase konstan/ plateau

Saat nyeri telah mencapai imtensitas maksimum, nyeri akan

menetap sampai pasien diobati atau hilang dengan sendirinya.

Periode dimana nyeri maksimal ini dinamakan fase konstan.

Fase ini biasanya berlangsung 1-4 jam tetapi dapat bertahan

lebih lama lebih dari 12 jam pada beberapa kasus. Kebanyakan

pasien datang ke UGD selama fase ini. Pasien yang menderita

kolik biasanya banyak bergerak, di atas tempat tidur atau saat

berjalan, untuk mencari posisi yang nyaman dan mengurangi

nyeri. Walaupun ginjal dan traktus urinarius terletak

retroperitoneal, mual dan muntah disertai bising usus

menurun/hipoaktif adalah tanda yang dominan, sehingga

memungkinkan kesalahan diagnosis intraperitoneal. Contohnya

terutama adalah obstruksi ureteropelvis junction pada ginjal

kanan.

c. Fase hilangnya nyeri (relieve)

Pada fase terakhir ini, nyeri hilang dengan tiba-tiba, cepat,

dan pasien merasakan kelegaan. Kelegaan ini bisa terjadi secara

spontan kapanpun setelah onset. Pasien kemudian dapat tidur,

terutama jika diberikan analgesik. Fase ini berlangsung 1.5-

3jam.

2. Kolik renal atipikal


Etiologi kolik tipikal bisa juga menyebabkan kolik atipikal.

Obstruksi pada calyx dapat menyebabkan nyeri pinggang yang

lebih ringan tapi episodik. Hematuria dapat juga terjadi. Lesi

obstruktif pada ureterovesical junction (hubungan ureter dan

kandung kemih) ataupun segmen intramural dari ureter dapat

menyebabkan disuria, keinginan buang air kecil yang mendadak

dan sering, serta nyeri yang menjalar ke atas atau bawah. Kolik

renal dapat disertai muntah-muntah hebat, mual diare, ataupun

nyeri ringan yang tidak biasa sehingga memungkinkan kesalahan

diagnosis.

E. Diagnosis

Hasil pemeriksaan fisik antara lain :

1. Kadang-kadang teraba ginjal yang mengalami

hidronefrosis/obstruktif.

2. Nyeri tekan/ketok pada pinggang .

3. Batu uretra anterior bisa di raba.

4. Pada keadaan akut paling sering ditemukan adalah kelembutan di

daerah pinggul (flank tenderness), ini disebabkan oleh

hidronefrosis akibat obstruksi sementara yaitu saat batu melewati

ureter menuju kandung kemih.

Pasien dengan kolik renal harus menjalani filtrasi urin utnuk

menemukan batu, bekuan darah, atau jaringan lainnya, sebagai penentu

diagnosis. Bila perlu, ini dilakukan berminggu-minggu karena batu atau


jaringan bisa menetap dikandung kemih tanpa menimbulkan gejala, pada

urin biasanya dijumpai hematuria dan kadang-kadang kristaluria.

F. Pemeriksaan Penunjang

1. Laboratorium

Hematuria biasanya terlihat secara mikroskopis, dan derajat

hematuria bukan merupakan ukuran untuk memperkirakan besar batu

atau kemungkinan lewatnya suatu batu. Tidak adanya hematuria dapat

menyokong adanya suatu obstruksi komplit, dan ketiadaan ini juga

biasanya berhubungan dengan penyakit batu yang tidak aktif. Pada

pemeriksaan sedimen urin, jenis kristal yang ditemukan dapat

memberi petunjuk jenis batu. Pemeriksaan pH urin < 5 menyokong

suatu batu asam urat, sedangkan bila terjadi peningkatan pH,

menyokong adanya organisme pemecah urea seperti proteus sp.

Klebsiella sp, pseudomonas sp dan batu struvit.

2. Radiologis

Ada beberapa jenis pemeriksaan radiologis yaitu :

a. Foto polos abdomen

Foto polos abdomen dapat menentukan besar, macam dan

lokasi batu radiopaque. Batu-batu jenis kalsium oksalat dan

kalsium fosfat bersifat radiopaque dan paling sering dijumpai

diantara batu jenis lain, sedangkan batu asam urat bersifat

radiolusen. Gambaran radioopak ini disebabkan karena adanya

batu kalsium oksalat dan batu struvit (MgNH3PO4).


b. Intravenous pyelogram (IVP)

Pielografi intravena untuk menilai obstruksi urinaria dan

mencari etiologi kolik (peliografi adalah radiografi pelvis

renalis dan ureter setelah penyuntikan bahan kontras).

Seringkali batu atau benda obstruktif lainnya sudah

dikeluarkan ketika pielografi, sehingga hanya ditemukan

dilatasi unilateral ureter, pelvis renalis, ataupun calyx. IVP

dapat menentukan dengan tepat letak batu, terutama batu-batu

yang radiolusen dan untuk melihat fungsi ginjal. Selain itu IVP

dapat menentukan dengan tepat letak batu, terutama batu-batu

yang radiolusen dan untuk melihat fungsi ginjal. Selain itu IVP

dapat mendeteksi adanya batu semi opaque ataupun batu non

opaque yang tidak dapat terlihat oleh foto polos abdomen.

Pielografi retrograde (mealui ureter) dilakukan pada kasus-

kasus dimana IVP tidak jelas, alergi zat kontas, dan IVP tidak

mungkin dilakukan, walaupun prosedur ini tidak

menyenangkan dan berkemungkinan kecil menyebabkan

infeksi atau kerusakan ureteral.

c. CT scan

CT scan (computerized tomography) adalah tipe diagnosis

sinar x yang dapat membedakan batu dari tulang atau bahan

radiopaque lain.

d. Ultrasonografi (USG)
USG dilakukan bila pasien tidak mungkin menjalani

pemeriksaan IVP, yaitu pada keadaan-keadaan: alergi terhadap

bahan kontras, faal ginjal yang menurun dan pada wanita yang

sedang hamil. USG ginjal merupakan pencitraan yang lebih

peka untuk mendeteksi batu ginjal dan batu radiolusen

daripada foto polos abdomen. Cara terbaik untuk mendeteksi

BSK(batu saluran kemih) ialah dengan kombinasi USG dan

foto polos abdomen. USG dapat melihat bayangan batu baik

diginjal maupun didalam kandung kemih dan adanya tanda-

tanda obstruksi urin.

e. Radioisotop

Untuk mengetahui fungsi ginjal secara satu persatu, sekaligus

adanya sumbatan pada gagal ginjal.

G. Pentalaksanaan

Berhasilnya penatalksanaan medis ditentukan oleh lim faktor yaitu:

ktepatan diagnosis, lokasi batu, adanya infeksi dan derajat beratnya,

derajat kerusakan fungsi ginjal, serta tata laksana yang tepat. Terapi

dinyatakn berhasil bila: keluhan menghilang, kekambuhan batu dapat

dicegah, infeksi telah dapat dieradikasi dan fungsi ginjal dapat

dipertahankan.

1. Terapi konservatif

Tanpa operasi

a. Medikamentosa
Terapi medikamentosa ditujukan untuk batu yang ukurannya

kurang dari 5 mm, karena diharapkan batu dapat keluar spontan.

Terapi yang diberikan bertujuan untuk mengurangi nyeri,

memperlancar aliran urin dengan minum banyak supaya dapat

mendorong batu keluar dari saluran kemih. Selain itu juga

dilakukan pembatasan diet kalsium, oksalat, natrium, fosfat dan

protein tergantung pada penyebab batu. Beberapa jenis obat

yang diberikan antara lain spasmolitika yang dicampur dengan

analgesik untuk mengatasi nyeri, kalium sitrat untuk

meningkatkan pH urin, antiboitika untuk mencegah infeksi dan

sebagainya.

Obat penghilang nyeri seperti: golongan narkotik(meperidine,

morfin sulfat, kombinasi parasetamol dan kodein, atau injeksi

morfin), golongan analgesik opioid (morphine sulfate,

oxycodone dan acetaminophen, hydrocodone dan

acetaminographen), golongan analgesik narkotik (butorphanol),

golongan anti-inflamasi non steroid (ketorolac, diclaofenac,

celecoxib, ibuprofen). Antiemetic (metoclopramide) jika mual

atau muntah. Antibiotik jika ada infeksi saluran kemih misalnya:

ampicillin plus gentamicin, ticarcillin dan clavuclanic acid,

ciprofloxacin, levofloxacin, ofloxacin. Unuk mengeluarkan

batuginjal dapat juga dengan obat golongan calcium channel

blockers atau penghambat kalsium (nifedipine), golongan alpha-

adrenergenic blockers(tamsulosin, terazosin), golongan

corticosteroids atau glukortikoid, seperti: prednisone. Obat


pilihan lainnya: agen uricosuric(allopurinol), agen alkalinizing

oral (potassium citrate).

Batas lama terapi konservatif adalah 6 minggu. Di samping

ukuran batu syarat lain untuk observasi adalah berat ringanya

keluhan pasien, ada tidaknya infeksi dan obstruksi. Adanya

kolik berulang atau ISK (infeksi saluran kemih) menyebabkan

observasi bukan merupakan pilihan. Begitu juga dengan adanya

obstruksi, apalagi pada pasien-pasien tertentu (misalnya ginjal

tunggal, ginjal trasplan dan penurunan fungsi ginjal) tidak ada

toleransi terhadap obstruksi.Pasien seperti ini harus segera

dilakukan intervensi.

b. Extracoporeal shock wave lithotripsy (ESWL)

Alat ESWL adalah pemecah batu yang diperkenalkan pertama

kali oleh caussy pada tahun 1980. Alat ini dapat memecah batu

ginjal, batu ureter proksimal atau batu kandung kemih tanpa

melalui tindakan invasif dan tanpa pembiusan. Batu dipecah

menjadi fragmen-fragmen kecil sehingga mudah dikeluarkan

melaui saluran kemih. Tidak jarang pecahan-pecahan batu yang

sedang keluar menimbulkan perasaan nyeri kolik dan

menyebabkan hematuria. Persyaratan BSK yang dapat ditngani

dengan ESWL:

1) Batu ginjal berukuran mulai dari 5mm hingga 20mm.

2) Batu ureter berukuran 5mm hingga 10mm.

3) Fungsi ginjal masih baik.


4) Tidak ada sumbatan distal dari batu.

c. Endurologi

Tindakan endurologi adalah tindakan invasif minimal untuk

mengeluarkan BSK yang terdiri atas memecah batu, dan

mengeluarkannya dari saluran kemih melalui alat yang

dimasukkan langsung ke dalam saluran kemih. Alat itu

dimasukkan melalui uretra atau melalui insisi kecil pada

kulit(perkutan). Proses pemecahan batu dapat dilakukan secara

mekanik, dengan memakai energi hidrolik, energi gelombang

suara atau energi laser.

2. Tindakan operasi

a. Bedah laparoskopi

Pembedahan laparoskopi untuk mengambil BSK saat ini sedang

berkembang. Cara ini banyak dipakai untuk mengambil batu ureter.

b. Bedah terbuka

Di klinik-klinik yang belum mempunyai fasilitas yang memadai untuk

tindakan-tindakan endurologi, laparoskopi maupun ESWL,

pengambilan batu masih dilakukan melalui pembedahan terbuka.

Pembedahan terbuka itu antara lain adalah: pieloitomi atau

nefroliotomi untuk mengambil batu pada saluran ginjal, dan

ureteroliotomi untuk batu diureter. Tidak jarang pasien harus

menjalani tindakan nefrektomi atau pengambilan ginjal karena

ginjalnya sudah tidak berfungsi dan berisi nanah(pionefrosis),


korteksnya sudah sangat tipis atau mengalami pengkerutan akibat BSK

yang menimbulkan obstruks dan infeksi yang menahun.

H. Pencegahan

1. Pencegahan primer

Tujuan pencegahan primer adalah untuk mencegah agar penyakit

tidak terjadi, dengan mengendalikan faktor penyebab suatu penyakit.

Kegiatan yang dilakukan meliputi promosi kesehatan, pendidikan

kesehatan dan perlindungan kesehatan. Pencegahan primer penyakit

BSK seperti minum air putih yang banyak. Konsumsi air putih

minimal 2liter per hari akan meningkatkan pruduksi urin. Konsumsi

air putih juga akan mencegah pembentukan kristal urin yang dapat

menyebabkan terjadinya batu. Selain itu dilakukan pengaturan pola

makan yang dapat meningkatkan risiko pembentukan BSK seperti,

membatasi konsumsi daging, garam dan makanan tinggi oksalat

(sayuran berwarna hijau, kacang, coklat), dan sebagainya. Aktivitas

fisik seperti olahraga juga sangat dianjurkan, terutama bagi yang

pekerjaanya lebih banyak duduk.

2. Pencegahan sekunder

Pencegahan sekunder bertujuan untuk mengurangi keparahan

penyakit dengan melakukan diagnosis danpengobatan dini. Untuk

jenis penyakit yang sulit diketahui kapan penyakit timbul, diperlukan

pemeriksaan teratur yang dikenal dengan pemeriksaan”check up”.

Pemeriksaan urin dan darah dilakukansecara berkala, bagi yang

pernah menderita BSK sebaiknya dilakukan setiap tiga bulan atau


minimal setahun sekali. Tindakan ini juga untuk mendeteksi secara

dini apabila terjadi pembentukan BSK yang baru. Untuk pengobatan,

pemberian obat-obata oral dapat diberikan tergantung dari jenis

gangguan metabolik dan jenis batu. Pengobatan lain yang dilakukan

yaitu melakukan kemoterapi dan tindakan bedah (operasi).

3. Pencegahan tersier

Penceghan tersier mencakup pembatasan terhadap segala

ketidakmampuan dengan menyediakan rehabilitasi saat penyakit,

cedera atau ketidakmampuan sudah terjadi dan menimbulkan

kerusakan. Kegiatan yang dilakukan meliputi rehabilitasi(seperti

konseling kesehatan) agar orang tersebut lebih berdaya guna, produktif

dan memberikan kualitas hidup yang sebaik mungkin sesuai dengan

kemampuannya.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Kolik renal dikarakterisasikan sebagai nyeri hebat yang intermiten

(hilang-timbul) biasanya didaerah antara iga dan panggul, yang

menjalar sepanjang abdomen dan berakhir pada area genital dan paha

bagian dalam, kolik renal biasanya berawal di punggung bagian mid-

lateral atas dan menjalar anterior inferior menuju daerah lipatan paha

dan kelamin.

2. Etiologi paling umum adalah melintasnya batu ginjal.

3. Batu-batu bisa menyebabkan sakit perut yang akut, ginjal dan

punggung. Pasien merasa resah karena sakit. Terdapat kebimbangan

dan pembakaran sensasi selama hajat dan kadang-kadang pasien ada

darah dalam air seni. Sakit ini juga dikenal sebagai renal colic.

4. Bisa tanpa keluhan sama sekali. Nyeri kolik, yang terasa di satu sisi

pinggang atau perut, dapat ke alat kelamin (buah pelir, penis, vulva),

muncul mendadak, hilang timbul, dan intensitasnya kuat. Nyeri ginjal

(renal colic), yang terasa di pinggang, tidak menjalar, terjadi akibat

regangan kapsul ginjal, sering berhubungan dengan mual dan muntah.

Nyeri kandung kemih (buli-buli), terasa dibawah pusat.


5. Pasien dengan kolik renal harus menjalani filtrasi urin utnuk

menemukan batu, bekuan darah, atau jaringan lainnya, sebagai penentu

diagnosis.

6. Pemeriksaan penunjang : Laboratorium dan radiologis

7. Penatalaksanaan terdiri dari terapi konservatif dan tindakan operasi

8. Pencegahan dapat dilakukan secara primer, sekunder dan tersier.


DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai